Pub Date : 2021-12-08DOI: 10.26499/surbet.v16i2.242
Dindin Samsudin
Many regional languages in Indonesia are threatened with extinction due to the decreasing number of the younger generations who use the language. There are only 13 regional languages that have more than one million speakers and most of the speakers are older generations. Sundanese language is one of that 13 languages. However, nowadays the Sundanese language is starting to be sidelined and abandoned by the younger generations, especially children. Based on the observations of Sundanese language observers currently, the number of children in Bandung who can speak Sundanese is less than fifty percent. This study aimed to reveal the urban Sundanese millennial generation’s knowledge on the Sundanese vocabulary of traditional kitchen utensils. This study needs to be done since the vocabulary of household appliances is the closest in the home domain. This research uses a quantitative approach with a survey method. The data analysis technique for the research problem is descriptive statistics (crosstab). The results showed that the knowledge of the urban Sundanese millennial generation on the vocabulary of Sundanese traditional kitchen utensils reached an average of 87.17%, which can be categorized as good. Although it is categorized as good, some respondents do not know the name of the kitchen utensils.AbstrakBanyak bahasa daerah di Indonesia terancam punah karena semakin berkurangnya generasi muda pemakai bahasa tersebut. Kini hanya terdapat tiga belas bahasa daerah yang memiliki jumlah penutur di atas satu juta orang, itu pun sebagian besar generasi tua. Bahasa Sunda termasuk di antara tiga belas bahasa tersebut. Walaupun demikian, saat ini bahasa Sunda mulai dikesampingkan dan ditinggalkan oleh generasi muda, khususnya anak-anak. Berdasarkan pengamatan para pemerhati bahasa Sunda, saat ini jumlah anak-anak di Kota Bandung yang dapat berbahasa Sunda tidak sampai lima puluh persen. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan penguasaan generasi milenial Sunda perkotaan terhadap kosakata peralatan rumah tangga di dapur tradisional Sunda. Hal ini perlu dilakukan karena kosakata peralatan rumah tangga merupakan kosakata terdekat yang ada di lingkungan rumah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei. Analisis data menggunakan statistika deskriptif (crosstab). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan generasi milenial Sunda perkotaaan terhadap kosakata peralatan rumah tangga di dapur tradisional Sunda mencapai rata-rata 87,17% sehingga dapat dikategorikan baik. Walaupun secara umum pengetahuan generasi milenial Sunda terhadap peralatan dapur dikategorikan baik, ada beberapa responden yang tidak mengetahui nama peralatan dapur tersebut.
{"title":"Pengetahuan Generasi Milenial Sunda Perkotaan terhadap Peralatan Dapur Tradisional Sunda","authors":"Dindin Samsudin","doi":"10.26499/surbet.v16i2.242","DOIUrl":"https://doi.org/10.26499/surbet.v16i2.242","url":null,"abstract":"Many regional languages in Indonesia are threatened with extinction due to the decreasing number of the younger generations who use the language. There are only 13 regional languages that have more than one million speakers and most of the speakers are older generations. Sundanese language is one of that 13 languages. However, nowadays the Sundanese language is starting to be sidelined and abandoned by the younger generations, especially children. Based on the observations of Sundanese language observers currently, the number of children in Bandung who can speak Sundanese is less than fifty percent. This study aimed to reveal the urban Sundanese millennial generation’s knowledge on the Sundanese vocabulary of traditional kitchen utensils. This study needs to be done since the vocabulary of household appliances is the closest in the home domain. This research uses a quantitative approach with a survey method. The data analysis technique for the research problem is descriptive statistics (crosstab). The results showed that the knowledge of the urban Sundanese millennial generation on the vocabulary of Sundanese traditional kitchen utensils reached an average of 87.17%, which can be categorized as good. Although it is categorized as good, some respondents do not know the name of the kitchen utensils.AbstrakBanyak bahasa daerah di Indonesia terancam punah karena semakin berkurangnya generasi muda pemakai bahasa tersebut. Kini hanya terdapat tiga belas bahasa daerah yang memiliki jumlah penutur di atas satu juta orang, itu pun sebagian besar generasi tua. Bahasa Sunda termasuk di antara tiga belas bahasa tersebut. Walaupun demikian, saat ini bahasa Sunda mulai dikesampingkan dan ditinggalkan oleh generasi muda, khususnya anak-anak. Berdasarkan pengamatan para pemerhati bahasa Sunda, saat ini jumlah anak-anak di Kota Bandung yang dapat berbahasa Sunda tidak sampai lima puluh persen. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan penguasaan generasi milenial Sunda perkotaan terhadap kosakata peralatan rumah tangga di dapur tradisional Sunda. Hal ini perlu dilakukan karena kosakata peralatan rumah tangga merupakan kosakata terdekat yang ada di lingkungan rumah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei. Analisis data menggunakan statistika deskriptif (crosstab). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan generasi milenial Sunda perkotaaan terhadap kosakata peralatan rumah tangga di dapur tradisional Sunda mencapai rata-rata 87,17% sehingga dapat dikategorikan baik. Walaupun secara umum pengetahuan generasi milenial Sunda terhadap peralatan dapur dikategorikan baik, ada beberapa responden yang tidak mengetahui nama peralatan dapur tersebut.","PeriodicalId":34821,"journal":{"name":"Suar Betang","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45950291","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-05-31DOI: 10.26499/SURBET.V16I1.215
Candra Alfiyani
This study aims to analyze the discourse in Aria Kusumadewa's film “Bidadari Mencari Sayap” using Teun van Dijk's theory which includes text analysis (macro structure, super structure, micro structure), social cognition, and social context. The type of the research is descriptive qualitative. Techniques in collecting data are observation and note technique. The result shows that the macro structure in this film raises the theme of a religious and cultural difference. This super structure film tells the story of a family formed from different religions and cultures that cause conflict. There are three parts of micro structure in this film: (1) semantics, this film is more directed at divine meanings from different points of view; (2) syntax, in the film there is coherence, using conjunctions and, but, then, because rather than using pronouns I and you; and (3) stilistics, the use of language almost entirely Indonesian but there are also some uses of slang and Betawi. Social cognition in this film raises the story of life from the perspective of marriage.The social context of this film shows the implicit messages that the film wants to convey to the audience regarding the importance of communication in dealing with differences. AbstrakPenelitian ini bertujuan menganalisis wacana dalam film “Bidadari Mencari Sayap” karya Aria Kusumadewa menggunakan teori Teun van Dijk yang meliputi analisis teks (struktur makro,super struktur, dan struktur mikro), kognisi sosial, dan konteks sosial. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik simak dan catat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur makro pada film ini mengangkat tema tentang sebuah perbedaan agama dan budaya. Super struktur film ini berisi cerita tentang sebuah keluarga yang terbentuk dari agama dan budaya yang berbeda yang menyebabkan konflik. Struktur mikro dalam film ini terdapat tiga bagian, yaitu (1) semantik yang lebih mengarah kepada makna-makna ketuhanan berdasarkan sudut pandang yang berbeda; (2) sintaksis yang menunjukkan adanya koherensi dengan memakai kata penghubung dan, tetapi, lalu, karena daripada menggunakan kata ganti aku dan kamu; (3) stilistika menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan hampir secara keseluruhan menggunakan bahasa Indonesia. Akan tetapi, ada juga penggunaan bahasa gaul dan bahasa Betawi. Kognisi sosial pada film ini ialah cerita kehidupan melalui sudut pandang perkawinan. Konteks sosial film ini menunjukkan pesan-pesan tersirat yang ingin disampaikan kepada penonton mengenai pentingnya komunikasi dalam menghadapi sebuah perbedaan.
本研究旨在运用范迪克的文本分析理论(宏观结构、超结构、微观结构)、社会认知和社会语境,对阿丽亚·库苏马德瓦电影《比达达里·门卡里·萨亚普》中的话语进行分析。研究类型为描述性定性。收集数据的技术是观察和记录技术。结果表明,这部电影的宏观结构提出了一个宗教和文化差异的主题。这部超结构电影告诉了一个由不同宗教和文化组成的家庭引发冲突的故事。这部电影的微观结构有三个部分:(1)语义,这部电影从不同的角度更多地指向神圣的意义(2) 语法,在电影中有连贯性,使用连词和,但是,因为,而不是使用代词I和you;(3)静态,语言的使用几乎完全是印尼语,但也有一些俚语和Betawi的使用。这部电影中的社会认知从婚姻的角度提出了人生的故事。这部电影的社会背景显示了电影想要向观众传达的关于沟通在处理差异中的重要性的隐含信息。本研究旨在运用Teun van Dijk的理论,包括文本分析(宏观、超结构和微观结构)、社会认知和社会语境,对Aria Kusumadewa的电影《公民寻找翅膀》中的场景进行分析。所使用的研究类型是定性描述性的。所使用的数据收集技术是过滤和记录技术。研究表明,这部电影的宏观结构提出了一个宗教和文化差异的主题。这部电影的上层建筑包含了一个由不同宗教和文化组成的家庭引发冲突的故事。这部电影的微观结构有三个部分,即(1)从不同的角度来看,语义更有利于完整性的含义;(2) 语法显示出与单词connector的一致性,然后,因为代替使用单词“你和我”;(3) 文体学表明,使用的语言几乎完全使用印尼语。然而,也有高卢和贝塔维的使用。这部电影中的社会认知是通过婚姻的视角来讲述生活的故事。这部电影的社会背景向观众传达了沟通在面对差异中的重要性。
{"title":"Analisis Wacana Perbedaan Agama dan Budaya dalam Film “Bidadari Mencari Sayap”","authors":"Candra Alfiyani","doi":"10.26499/SURBET.V16I1.215","DOIUrl":"https://doi.org/10.26499/SURBET.V16I1.215","url":null,"abstract":"This study aims to analyze the discourse in Aria Kusumadewa's film “Bidadari Mencari Sayap” using Teun van Dijk's theory which includes text analysis (macro structure, super structure, micro structure), social cognition, and social context. The type of the research is descriptive qualitative. Techniques in collecting data are observation and note technique. The result shows that the macro structure in this film raises the theme of a religious and cultural difference. This super structure film tells the story of a family formed from different religions and cultures that cause conflict. There are three parts of micro structure in this film: (1) semantics, this film is more directed at divine meanings from different points of view; (2) syntax, in the film there is coherence, using conjunctions and, but, then, because rather than using pronouns I and you; and (3) stilistics, the use of language almost entirely Indonesian but there are also some uses of slang and Betawi. Social cognition in this film raises the story of life from the perspective of marriage.The social context of this film shows the implicit messages that the film wants to convey to the audience regarding the importance of communication in dealing with differences. AbstrakPenelitian ini bertujuan menganalisis wacana dalam film “Bidadari Mencari Sayap” karya Aria Kusumadewa menggunakan teori Teun van Dijk yang meliputi analisis teks (struktur makro,super struktur, dan struktur mikro), kognisi sosial, dan konteks sosial. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik simak dan catat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur makro pada film ini mengangkat tema tentang sebuah perbedaan agama dan budaya. Super struktur film ini berisi cerita tentang sebuah keluarga yang terbentuk dari agama dan budaya yang berbeda yang menyebabkan konflik. Struktur mikro dalam film ini terdapat tiga bagian, yaitu (1) semantik yang lebih mengarah kepada makna-makna ketuhanan berdasarkan sudut pandang yang berbeda; (2) sintaksis yang menunjukkan adanya koherensi dengan memakai kata penghubung dan, tetapi, lalu, karena daripada menggunakan kata ganti aku dan kamu; (3) stilistika menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan hampir secara keseluruhan menggunakan bahasa Indonesia. Akan tetapi, ada juga penggunaan bahasa gaul dan bahasa Betawi. Kognisi sosial pada film ini ialah cerita kehidupan melalui sudut pandang perkawinan. Konteks sosial film ini menunjukkan pesan-pesan tersirat yang ingin disampaikan kepada penonton mengenai pentingnya komunikasi dalam menghadapi sebuah perbedaan.","PeriodicalId":34821,"journal":{"name":"Suar Betang","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45671153","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-05-31DOI: 10.26499/SURBET.V16I1.214
Elen Azmiati, Nfn Nuryani
This study describes the expressions of disappointment in 1—3 years children in a psycholinguistic perspective. The purpose of this study is to identify, analyze, and describe the language or speech spoken by children when they expressing disappointment. The method used is descriptive qualitative analysis using the theory of children's language acquisition in the field of phonology and syntax. Conversation data is obtained naturally by recording events when children experience disappointment. The results of the analysis show that children tend to express expressions of disappointment through non-verbal language in the form of roaring, screaming, and crying accompanied by explanatory speech. At the phonological level, children first master vowel sounds and several consonant sounds, such as p, b, m, n, and h. At the syntactic level, children aged 1; 4 (1 year; 4 months) have just mastered verbs and nouns. Children aged 2; 0 is able to speak two words that fall into the category of verbs, nouns, pronouns, and negative expressions. Children aged 2: 9 are able to speak two or more words that fall into the noun, verb, adjective, or adverb category. AbstrakPenelitian ini memaparkan pengungkapan kekecewaan pada anak usia 1—3 tahun dari kacamata psikolinguistik. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mendeskripsikan bahasa atau tuturan yang dituturkan oleh anak-anak ketika dia mengalami kekecewaan. Metode yang digunakan adalah analisis kualitatif deskriptif dengan menggunakan teori pemerolehan bahasa anak dalam bidang fonologi dan sintaksis. Data percakapan diperoleh secara natural dengan cara merekam kejadiaan saat anak mengalami kekecewaan. Hasil analisis menunjukkan anak cenderung mengungkapkan ekspresi kekecewaan melalui bahasa nonverbal berupa raungan, teriakan, hingga tangisan yang disertai tuturan penjelas. Pada tataran Fonologi, anak lebih dahulu menguasai bunyi-bunyi vokal dan beberapa bunyi konsonan, seperti p, b, m, n, dan h. Pada tataran Sintaksis, anak usia 1; 4 (1 tahun; 4 bulan) baru menguasai verba dan nomina. Anak usia 2; 0 sudah mampu menuturkan dua kata yang masuk dalam kategori verba, nomina, pronomina, serta ungkapan negatif. Anak usia 2; 9 sudah mampu menuturkan dua atau lebih kata yang masuk kategori nomina, verba, adjektiva, atau adverbia.
{"title":"Pengungkapan Emosi Kekecewaan pada Anak Usia 1—3 Tahun: Sebuah Kajian Psikolinguistik","authors":"Elen Azmiati, Nfn Nuryani","doi":"10.26499/SURBET.V16I1.214","DOIUrl":"https://doi.org/10.26499/SURBET.V16I1.214","url":null,"abstract":"This study describes the expressions of disappointment in 1—3 years children in a psycholinguistic perspective. The purpose of this study is to identify, analyze, and describe the language or speech spoken by children when they expressing disappointment. The method used is descriptive qualitative analysis using the theory of children's language acquisition in the field of phonology and syntax. Conversation data is obtained naturally by recording events when children experience disappointment. The results of the analysis show that children tend to express expressions of disappointment through non-verbal language in the form of roaring, screaming, and crying accompanied by explanatory speech. At the phonological level, children first master vowel sounds and several consonant sounds, such as p, b, m, n, and h. At the syntactic level, children aged 1; 4 (1 year; 4 months) have just mastered verbs and nouns. Children aged 2; 0 is able to speak two words that fall into the category of verbs, nouns, pronouns, and negative expressions. Children aged 2: 9 are able to speak two or more words that fall into the noun, verb, adjective, or adverb category. AbstrakPenelitian ini memaparkan pengungkapan kekecewaan pada anak usia 1—3 tahun dari kacamata psikolinguistik. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mendeskripsikan bahasa atau tuturan yang dituturkan oleh anak-anak ketika dia mengalami kekecewaan. Metode yang digunakan adalah analisis kualitatif deskriptif dengan menggunakan teori pemerolehan bahasa anak dalam bidang fonologi dan sintaksis. Data percakapan diperoleh secara natural dengan cara merekam kejadiaan saat anak mengalami kekecewaan. Hasil analisis menunjukkan anak cenderung mengungkapkan ekspresi kekecewaan melalui bahasa nonverbal berupa raungan, teriakan, hingga tangisan yang disertai tuturan penjelas. Pada tataran Fonologi, anak lebih dahulu menguasai bunyi-bunyi vokal dan beberapa bunyi konsonan, seperti p, b, m, n, dan h. Pada tataran Sintaksis, anak usia 1; 4 (1 tahun; 4 bulan) baru menguasai verba dan nomina. Anak usia 2; 0 sudah mampu menuturkan dua kata yang masuk dalam kategori verba, nomina, pronomina, serta ungkapan negatif. Anak usia 2; 9 sudah mampu menuturkan dua atau lebih kata yang masuk kategori nomina, verba, adjektiva, atau adverbia.","PeriodicalId":34821,"journal":{"name":"Suar Betang","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47366860","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-05-31DOI: 10.26499/SURBET.V16I1.213
Nfn Irwansyah
This study describes the conceptual metaphors of love in the lyrics of Taylor Swift's 1989 album. The purpose of this study is to describe the use of metaphors and conceptualize love-themed data. This research uses descriptive qualitative method with proficient free listening technique by taking song lyrics from Taylor Swift. The data source is song lyrics in Taylor Swift's 1989 album. The selection of the data sources is motivated by the fact that Taylor Swift is a singer who produces songs based on personal experiences. This makes the puns for the song more beautiful and poetic. The results show that the conceptualization of love metaphors found on Taylor Swift's 1989 album namely (1) love is a game, (2) love is fire, (3) heartbreak is the national anthem, (4) love is the object of trouble, (5) love is the throne, (6) love as glassware, (7) love as an object of color, (8) love is journey, (9) love is a sin, (10) love as a ship object, (11) love is life, (12) love is a trap, (13) love as an object falls, (14) love as an intoxicating object, (15) love is power and (16) love as an object is hunted.AbstrakPenelitian ini mendeskripsikan metafora konseptual cinta dalam lirik lagu Taylor Swift di album 1989. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunaan metafora dan mengonseptualisasikan data yang bertema cinta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teknik simak bebas libat cakap dengan mengambil lirik lagu dari Taylor Swift. Sumber data yang digunakan ialah lirik-lirik lagu pada album 1989 milik Taylor Swift. Pemilihan sumber data dilatarbelakangi bahwa Taylor Swift seorang penyanyi yang menghasilkan lagu berdasarkan pengalaman pribadi bersama pasangannya. Hal ini memunculkan permainan kata-kata yang terkesan lebih indah dan puitis. Hasil identifikasi menunjukkan konseptualisasi metafora cinta yang ditemukan pada album 1989 milik Taylor Swift antara lain (1) cinta adalah permainan, (2) cinta adalah api, (3) patah hati adalah lagu kebangsaan, (4) cinta sebagai objek masalah, (5) cinta adalah takhta, (6) cinta sebagai barang pecah belah, (7) cinta sebagai objek warna, (8) cinta adalah perjalanan, (9) cinta sebagai perbuatan dosa, (10) cinta sebagai objek kapal, (11) cinta adalah kehidupan, (12) cinta adalah perangkap, (13) cinta sebagai objek yang jatuh, (14) cinta sebagai objek yang memabukkan, (15) cinta adalah kekuatan, dan (16) cinta sebagai objek yang diburu.
本研究描述了泰勒斯威夫特1989年专辑歌词中关于爱的概念隐喻。本研究的目的是描述隐喻的使用和概念化爱情主题数据。本研究以Taylor Swift的歌词为素材,采用描述性定性的方法,辅以熟练的自由聆听技巧。数据来源是泰勒·斯威夫特1989年专辑中的歌词。之所以选择这样的数据来源,是因为泰勒·斯威夫特是一位根据个人经历创作歌曲的歌手。这使得歌曲的双关语更加美丽和诗意。结果表明,爱的概念隐喻上发现泰勒斯威夫特的1989年专辑即(1)爱是一场游戏,(2)爱是火,(3)心碎是国歌,(4)爱是麻烦的对象,(5)爱是王位,(6)爱情是玻璃器皿、(7)爱作为对象的颜色,(8)爱情是旅程,(9)爱是一种罪,(10)爱为一艘对象,(11)爱是生活,(12)爱情是一个陷阱,(13)爱随着物体下降,(14)爱情是一个令人陶醉的对象,(15)爱是力量,(16)爱是猎物。摘要:在泰勒·斯威夫特的专辑《1989》中,penelitian ini是一种概念上的隐喻。图juan dari penelitian ini adalah untuk mendeskpriprisikan penggunaan元forfordan mengonseptualisiskan数据yang bertema cinta。Penelitian ini mongunakan方法的定性描述是:邓根的方法是:邓根的方法是:邓根的方法是:邓根的方法是:邓根的方法是:邓根的方法是:泰勒斯威夫特的方法。Sumber数据yang digunakan ialah lirik-lirik lagu pada专辑1989 milik Taylor Swift。Pemilihan数字数据dilatarbelakangi bahwa Taylor Swift seorang penyanyi yang menghasilkan lagu berdasarkan pengalaman pribadi bersama pasangannya。Hal ini memunculkan permainan kata-kata yang terkesan lebih indah dan puitis。Hasil identifikasi menunjukkan konseptualalisasi metafora cinta yang ditemukan pada album 1989 milik Taylor Swift antara lain (1) cinta adalah permainan, (2) cinta adalah api, (3) patata hati adalah lagu kebangsaan, (4) cinta sebagai objek masalah, (5) cinta adalah takhta, (6) cinta sebagai barang pecah belah, (7) cinta sebagai objek warna, (8) cinta adalah perjalanan, (9) cinta sebagai perbuatan dosa, (10) cinta sebagai objek kapal, (11) cinta adalah kehidupan, (12) cinta adalah perangkap,(13)中国古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代古代。
{"title":"Metafora Konseptual Cinta dalam Lirik Lagu Taylor Swift di Album 1989","authors":"Nfn Irwansyah","doi":"10.26499/SURBET.V16I1.213","DOIUrl":"https://doi.org/10.26499/SURBET.V16I1.213","url":null,"abstract":"This study describes the conceptual metaphors of love in the lyrics of Taylor Swift's 1989 album. The purpose of this study is to describe the use of metaphors and conceptualize love-themed data. This research uses descriptive qualitative method with proficient free listening technique by taking song lyrics from Taylor Swift. The data source is song lyrics in Taylor Swift's 1989 album. The selection of the data sources is motivated by the fact that Taylor Swift is a singer who produces songs based on personal experiences. This makes the puns for the song more beautiful and poetic. The results show that the conceptualization of love metaphors found on Taylor Swift's 1989 album namely (1) love is a game, (2) love is fire, (3) heartbreak is the national anthem, (4) love is the object of trouble, (5) love is the throne, (6) love as glassware, (7) love as an object of color, (8) love is journey, (9) love is a sin, (10) love as a ship object, (11) love is life, (12) love is a trap, (13) love as an object falls, (14) love as an intoxicating object, (15) love is power and (16) love as an object is hunted.AbstrakPenelitian ini mendeskripsikan metafora konseptual cinta dalam lirik lagu Taylor Swift di album 1989. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunaan metafora dan mengonseptualisasikan data yang bertema cinta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teknik simak bebas libat cakap dengan mengambil lirik lagu dari Taylor Swift. Sumber data yang digunakan ialah lirik-lirik lagu pada album 1989 milik Taylor Swift. Pemilihan sumber data dilatarbelakangi bahwa Taylor Swift seorang penyanyi yang menghasilkan lagu berdasarkan pengalaman pribadi bersama pasangannya. Hal ini memunculkan permainan kata-kata yang terkesan lebih indah dan puitis. Hasil identifikasi menunjukkan konseptualisasi metafora cinta yang ditemukan pada album 1989 milik Taylor Swift antara lain (1) cinta adalah permainan, (2) cinta adalah api, (3) patah hati adalah lagu kebangsaan, (4) cinta sebagai objek masalah, (5) cinta adalah takhta, (6) cinta sebagai barang pecah belah, (7) cinta sebagai objek warna, (8) cinta adalah perjalanan, (9) cinta sebagai perbuatan dosa, (10) cinta sebagai objek kapal, (11) cinta adalah kehidupan, (12) cinta adalah perangkap, (13) cinta sebagai objek yang jatuh, (14) cinta sebagai objek yang memabukkan, (15) cinta adalah kekuatan, dan (16) cinta sebagai objek yang diburu.","PeriodicalId":34821,"journal":{"name":"Suar Betang","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43681782","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-23DOI: 10.26499/surbet.v15i2.105
Rissari Yayuk
Abstrak: Sebuah tuturan tidak selalu mencapai tujuan komunikasi yang nyaman dan lancar. Masalah penelitian yaitu bagaimana wujud tuturan maklar atau mitra tutur di jalan Ahmad Yani, Landasan Ulin yang menyebabkan konflik dan apa penyebab tuturan maklar menimbulkan konflik. Tujuan penelitian mendeskripsikan wujud tuturan maklar di jalan Ahmad Yani, Landasan Ulin yang menyebabkan konflik dan Penyebab tuturan maklar sehingga menimbulkan konflik. Metode dalam penelitian deskripstif kualitatif. Teknik pengumpulan data rekaman, catat, dan dokumentasi. Analisis data berdasarkan teori pragmatik . Penyajian data menggunakan kata-kata biasa. Pengambilan data dari bulan Januari 2019 hingga Pebruari 2019. Tempat pengambilan data di sepanjang jalan Akmad Yani, Landasan Ulin, Banjarbaru, Provinsi Kalimantan Selatan. Sumber data dari tuturan berbahasa Banjar maklar atau mitra tutur dengan peserta tutur lainnya di tempat tersebut.Hasil penelitian yaitu wujud tuturan maklar atau mitra tutur yang menimbulkan konflik ditandai dengan menggunakan penanda linguistik yang kasar, bernada ancaman, dan ungkapan hiperbola. Maksud tuturan mitra tutur yang menyebabkan konflik yaitu menyatakan ketidaksetujuan atas apa yang diinginkan penutur, mitra tutur melakukan penghinaan atas kondisi fisik penutur, dan mitra tutur bermaksud bercanda kepada penutur. Kesimpulannya adalah tuturan maklar atau mitra tutur dengan ragam maksudnya menimbulkan konflik akibat dilakukannya pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa.
{"title":"KONFLIK DALAM TUTURAN MAKLAR DI JALAN AHMAD YANI, LANDASAN ULIN, BANJARBARU","authors":"Rissari Yayuk","doi":"10.26499/surbet.v15i2.105","DOIUrl":"https://doi.org/10.26499/surbet.v15i2.105","url":null,"abstract":" Abstrak: Sebuah tuturan tidak selalu mencapai tujuan komunikasi yang nyaman dan lancar. Masalah penelitian yaitu bagaimana wujud tuturan maklar atau mitra tutur di jalan Ahmad Yani, Landasan Ulin yang menyebabkan konflik dan apa penyebab tuturan maklar menimbulkan konflik. Tujuan penelitian mendeskripsikan wujud tuturan maklar di jalan Ahmad Yani, Landasan Ulin yang menyebabkan konflik dan Penyebab tuturan maklar sehingga menimbulkan konflik. Metode dalam penelitian deskripstif kualitatif. Teknik pengumpulan data rekaman, catat, dan dokumentasi. Analisis data berdasarkan teori pragmatik . Penyajian data menggunakan kata-kata biasa. Pengambilan data dari bulan Januari 2019 hingga Pebruari 2019. Tempat pengambilan data di sepanjang jalan Akmad Yani, Landasan Ulin, Banjarbaru, Provinsi Kalimantan Selatan. Sumber data dari tuturan berbahasa Banjar maklar atau mitra tutur dengan peserta tutur lainnya di tempat tersebut.Hasil penelitian yaitu wujud tuturan maklar atau mitra tutur yang menimbulkan konflik ditandai dengan menggunakan penanda linguistik yang kasar, bernada ancaman, dan ungkapan hiperbola. Maksud tuturan mitra tutur yang menyebabkan konflik yaitu menyatakan ketidaksetujuan atas apa yang diinginkan penutur, mitra tutur melakukan penghinaan atas kondisi fisik penutur, dan mitra tutur bermaksud bercanda kepada penutur. Kesimpulannya adalah tuturan maklar atau mitra tutur dengan ragam maksudnya menimbulkan konflik akibat dilakukannya pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa. ","PeriodicalId":34821,"journal":{"name":"Suar Betang","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48232893","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-23DOI: 10.26499/surbet.v15i2.212
Selfie Fianti
Abstract This study aims to describe the way out of your comfort zone in the style by Suar character in the novel Catatan Juang by Fiersa Besari which is a representation of real life. Focus of the study is emphasized on the character of Suar when she finally decides to get out of the comfort zone that shackles of her. To study the character Suar in the novel Catatan Juang, this study used a qualitative descriptive method with content analysis techniques. This qualitative descriptive method is used with the intention of producing a description in the form of words through observed research. The result of research can be concluded that Suar managed to get away from all the routines that she had been complaining about in order to achieve her dream of becoming a film maker. Her struggle ia not easy, but she kept trying hard and finally proved that stepping out of your comfort zone isn’t a bad thing. This is inseparable from the encouragement and influence of motivational words in a book that she accidentally found on public transportion, with title “Catatan Juang” owned by Juang Astrajingga.
{"title":"KELUAR DARI ZONA NYAMAN ALA TOKOH SUAR DALAM NOVEL CATATAN JUANG KARYA FIERSA BESARI","authors":"Selfie Fianti","doi":"10.26499/surbet.v15i2.212","DOIUrl":"https://doi.org/10.26499/surbet.v15i2.212","url":null,"abstract":"Abstract This study aims to describe the way out of your comfort zone in the style by Suar character in the novel Catatan Juang by Fiersa Besari which is a representation of real life. Focus of the study is emphasized on the character of Suar when she finally decides to get out of the comfort zone that shackles of her. To study the character Suar in the novel Catatan Juang, this study used a qualitative descriptive method with content analysis techniques. This qualitative descriptive method is used with the intention of producing a description in the form of words through observed research. The result of research can be concluded that Suar managed to get away from all the routines that she had been complaining about in order to achieve her dream of becoming a film maker. Her struggle ia not easy, but she kept trying hard and finally proved that stepping out of your comfort zone isn’t a bad thing. This is inseparable from the encouragement and influence of motivational words in a book that she accidentally found on public transportion, with title “Catatan Juang” owned by Juang Astrajingga.","PeriodicalId":34821,"journal":{"name":"Suar Betang","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49249807","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-23DOI: 10.26499/surbet.v15i2.174
Tania Intan
Perjodohan merupakan fenomena yang tidak populer dalam pandangan feminis karena dianggap cenderung merugikan perempuan. Namun demikian, perjodohan masih saja terjadi dalam konteks kekinian sebagaimana ditampilkan dalam sejumlah karya sastra kontemporer Indonesia. Hal yang membedakan, bila dibandingkan dengan tokoh perempuan yang hidup di masa lampau seperti Siti Nurbayakarya Marah Roesli atau tokoh MidahSi Manis Bergigi Emaskarya Pramoedya Ananta Toer, perempuan modern telah memiliki ruang untuk menunjukkan resistensi atas perjodohan yang menimpanya. Kondisi ini tergambar dalam novel metropop Summer Skykarya Stephanie Zen yang menjadi objek penelitian. Analisis dilakukan dengan pendekatan sosiologi sastra dan kajian sastra feminis. Kajian ini menunjukkan bahwa dalam novel tersebut, orang tua hanya membantu mencarikan pasangan dan keputusan untuk menjalin hubungan merupakan keputusan masing-masing individu sebagai pribadi dewasa. Empat tahap interaksi yang dikemukakan Randall terpenuhi, yaitu pertemuan fisik, saling menyadari keberadaan, berada dalam situasi emosi yang sama, dan adanya simbol yang mewakili fokus bersama.
{"title":"PERJODOHAN DAN RESISTENSI PEREMPUAN DALAM METROPOP SUMMER SKY KARYA STEPHANIE ZEN","authors":"Tania Intan","doi":"10.26499/surbet.v15i2.174","DOIUrl":"https://doi.org/10.26499/surbet.v15i2.174","url":null,"abstract":"Perjodohan merupakan fenomena yang tidak populer dalam pandangan feminis karena dianggap cenderung merugikan perempuan. Namun demikian, perjodohan masih saja terjadi dalam konteks kekinian sebagaimana ditampilkan dalam sejumlah karya sastra kontemporer Indonesia. Hal yang membedakan, bila dibandingkan dengan tokoh perempuan yang hidup di masa lampau seperti Siti Nurbayakarya Marah Roesli atau tokoh MidahSi Manis Bergigi Emaskarya Pramoedya Ananta Toer, perempuan modern telah memiliki ruang untuk menunjukkan resistensi atas perjodohan yang menimpanya. Kondisi ini tergambar dalam novel metropop Summer Skykarya Stephanie Zen yang menjadi objek penelitian. Analisis dilakukan dengan pendekatan sosiologi sastra dan kajian sastra feminis. Kajian ini menunjukkan bahwa dalam novel tersebut, orang tua hanya membantu mencarikan pasangan dan keputusan untuk menjalin hubungan merupakan keputusan masing-masing individu sebagai pribadi dewasa. Empat tahap interaksi yang dikemukakan Randall terpenuhi, yaitu pertemuan fisik, saling menyadari keberadaan, berada dalam situasi emosi yang sama, dan adanya simbol yang mewakili fokus bersama.","PeriodicalId":34821,"journal":{"name":"Suar Betang","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48236832","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-23DOI: 10.26499/surbet.v15i2.205
R. Saleh
Acara Mata Najwa adalah salah satu program dialog yang membahas masalah-masalah kekinian yang terjadi di Indonesia. Salah satu topik yang dibahas adalah “Hukuman Salah Alamat.” Tujuan penelitin ini adalah untuk mendeskripsikan teks yang dikonstruksi oleh Najwa Shihab pada acara “Hukuman Salah Alamat.” Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data penelitian ini diperoleh melalui teknik simak dan catat. Teknis analisis data yang dilakukan mengacu pada teori Analisis Wacana Kritis (AWK) model van Djik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, pertama, analisis struktur makro dialog interaktif “Hukuman Salah Alamat” secara garis besar membahas tentang kasus Baiq Nuril yang menjadi korban kasus pencemaran nama baik. Kedua, berdasarkan analisis super struktur, dialog tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan penutup. Bagian pendahuluan merupakan narasi yang disampaikan oleh Shihab untuk mengantarkan dialog, bagian isi merupakan fakta-fakta berupa rekaman video dan hasil wawancara Shihab dengan narasumber, bagian penutup merupakan narasi yang disampaikan Shihab dan sangat puitis untuk menyimpulkan hasil dialog dan harapan-harapan terkait dengan UU ITE. Ketiga, pada analisis struktur mikro, ditemukan bahwa terdapat beberapa metafora yang digunakan Shihab. Fungsi metafora ini adalah untuk mempertegas makna yang sengaja dibangun oleh Shihab. Selain itu, juga ditemukan bahwa diksi-diksi Shihab sangat “tajam”. Shihab sangat ekspresif dan sangat tegas dalam menyampaikan pendapat atau mengajukan pertanyaan.
{"title":"ANALISIS WACANA KRITIS “HUKUMAN SALAH ALAMAT” PADA ACARA MATA NAJWA","authors":"R. Saleh","doi":"10.26499/surbet.v15i2.205","DOIUrl":"https://doi.org/10.26499/surbet.v15i2.205","url":null,"abstract":"Acara Mata Najwa adalah salah satu program dialog yang membahas masalah-masalah kekinian yang terjadi di Indonesia. Salah satu topik yang dibahas adalah “Hukuman Salah Alamat.” Tujuan penelitin ini adalah untuk mendeskripsikan teks yang dikonstruksi oleh Najwa Shihab pada acara “Hukuman Salah Alamat.” Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data penelitian ini diperoleh melalui teknik simak dan catat. Teknis analisis data yang dilakukan mengacu pada teori Analisis Wacana Kritis (AWK) model van Djik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, pertama, analisis struktur makro dialog interaktif “Hukuman Salah Alamat” secara garis besar membahas tentang kasus Baiq Nuril yang menjadi korban kasus pencemaran nama baik. Kedua, berdasarkan analisis super struktur, dialog tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan penutup. Bagian pendahuluan merupakan narasi yang disampaikan oleh Shihab untuk mengantarkan dialog, bagian isi merupakan fakta-fakta berupa rekaman video dan hasil wawancara Shihab dengan narasumber, bagian penutup merupakan narasi yang disampaikan Shihab dan sangat puitis untuk menyimpulkan hasil dialog dan harapan-harapan terkait dengan UU ITE. Ketiga, pada analisis struktur mikro, ditemukan bahwa terdapat beberapa metafora yang digunakan Shihab. Fungsi metafora ini adalah untuk mempertegas makna yang sengaja dibangun oleh Shihab. Selain itu, juga ditemukan bahwa diksi-diksi Shihab sangat “tajam”. Shihab sangat ekspresif dan sangat tegas dalam menyampaikan pendapat atau mengajukan pertanyaan.","PeriodicalId":34821,"journal":{"name":"Suar Betang","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41823811","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-23DOI: 10.26499/surbet.v15i2.175
Nurul Yuwana Ning Tyas, Elen Inderasari, Wahyu Oktavia
This study aims to discuss one of the phenomena of bilingualism (code switching) and interference as well as the factors causing the phenomenon of language bilingualism in santri conversations in Islamic boarding schools. The forms of bilingualism and interference include Javanese, Indonesian and Arabic. The approach in this research is descriptive qualitative which describes the state of the object of research based on the facts that appear as they are. The subjects of this study were the students of Al Manshur Popongan Klaten. Data collection techniques in the form of observation, interviews and documentation. The analysis technique during the field uses the model of Miles and Huberman, namely data collection, data reduction, data presentation and conclusion or verification. The results of the study note that there are 55 conversational data in the Al Manshur Popongan Islamic boarding school classified as follows; internal code 7 data transfer, external code 10 data transfer. Mix codes in linguistic elements that occur namely mixed code insertion of 12 data tangible elements, mixed code 5 data tangible codes, mixed code insertion elements in clause 7 data and mixed code insertion elements in the 5 word repetition element. Factors causing code switching and code mixing are the presence of speakers, interlocutors, prestige, changes in topic of conversation, identification of social roles, the desire to explain, and the habit of speakers.
{"title":"FENOMENA BILINGUALISME (CAMPUR-ALIH KODE) BAHASA DALAM PERCAKAPAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL MANSHUR POPONGAN KLATEN","authors":"Nurul Yuwana Ning Tyas, Elen Inderasari, Wahyu Oktavia","doi":"10.26499/surbet.v15i2.175","DOIUrl":"https://doi.org/10.26499/surbet.v15i2.175","url":null,"abstract":"This study aims to discuss one of the phenomena of bilingualism (code switching) and interference as well as the factors causing the phenomenon of language bilingualism in santri conversations in Islamic boarding schools. The forms of bilingualism and interference include Javanese, Indonesian and Arabic. The approach in this research is descriptive qualitative which describes the state of the object of research based on the facts that appear as they are. The subjects of this study were the students of Al Manshur Popongan Klaten. Data collection techniques in the form of observation, interviews and documentation. The analysis technique during the field uses the model of Miles and Huberman, namely data collection, data reduction, data presentation and conclusion or verification. The results of the study note that there are 55 conversational data in the Al Manshur Popongan Islamic boarding school classified as follows; internal code 7 data transfer, external code 10 data transfer. Mix codes in linguistic elements that occur namely mixed code insertion of 12 data tangible elements, mixed code 5 data tangible codes, mixed code insertion elements in clause 7 data and mixed code insertion elements in the 5 word repetition element. Factors causing code switching and code mixing are the presence of speakers, interlocutors, prestige, changes in topic of conversation, identification of social roles, the desire to explain, and the habit of speakers.","PeriodicalId":34821,"journal":{"name":"Suar Betang","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43278887","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-23DOI: 10.26499/surbet.v15i2.167
Diyan Kurniawati
Abstrak: Tulisan ini menampilkan posisi tokoh perempuan pada tiga cerpen karya pengarang Kalimantan Timur pada tahun 1980-an. Ketiga cerpen tersebut berjudul ”Perkawinan”, ”Buah Hati”, dan ”Luka Cinta” . Pada cerpen-cerpen tersebut posisi perempuan berada di tengah-tengah budaya patriarki. Kondisi itu menyebabkan perempuan mengadakan perlawanan dengan pola berbeda-beda. Perlawanan perempuan menimbulkan konflik identitas pada perempuan. Dengan teori feminisme, penelitian ini menganalisis sebab dan akibat tokoh perempuan mengalami konflik identitas. Bentuk-bentuk konflik identitas yang dialami tokoh perempuan juga akan dianalisis. Relasi tokoh perempuan dengan tokoh-tokoh lain dengan demikian juga akan dianalisis lebih lanjut. Tokoh-tokoh tersebut meliputi tokoh-tokoh yang menjadi ikon patriarki dan tokoh-tokoh yang mendukung tokoh perempuan untuk melakukan perlawanan. Analisis menunjukkan konflik identitas yang terjadi pada perempuan disebabkan patriarki yang secara terus menerus melakukan upaya agar perempuan merasa melakukan kesalahan apabila perlawanan tersebut berhasil. Analisis juga menunjukkan kondisi tersebut disebabkan pula oleh tidak kuatnya pertahanan perempuan untuk memilih identitasnya. Cerpen-cerpen Kalimantan Timur tahun 1980-an menunjukkan pergulatan perempuan dalam memilih identitasnya. Kata kunci: perempuan, identitas, patriarki Abstract:This paper presents the position of female characters in three East Kalimantan short stories in the 1980s. The three short stories are "Marriage", "Baby", and "Luka Cinta". In these short stories, women are in patriarchal culture. This condition makes women deal with their condition differently. Women’s resistance creates identity conflicts. Using the theory of feminism, this study analyzes the the forms, causes, and effects of the conflicts and also the connection between female character and the others, including patriarchal icons and others who support women to fight back. The analysis shows that identity conflicts are caused by patriarchy that continuously make women feel wrong if their struggle is successful and also caused by women's lack of strength in their struggling to choose their identity. East Kalimantan short stories in 1980s show women’s struggle in choosing their identity. Keywords: women, identity, patriarchy
{"title":"KONFLIK IDENTITAS PEREMPUAN DALAM TIGA CERPEN KALIMANTAN TIMUR TAHUN 1980-AN","authors":"Diyan Kurniawati","doi":"10.26499/surbet.v15i2.167","DOIUrl":"https://doi.org/10.26499/surbet.v15i2.167","url":null,"abstract":"Abstrak: Tulisan ini menampilkan posisi tokoh perempuan pada tiga cerpen karya pengarang Kalimantan Timur pada tahun 1980-an. Ketiga cerpen tersebut berjudul ”Perkawinan”, ”Buah Hati”, dan ”Luka Cinta” . Pada cerpen-cerpen tersebut posisi perempuan berada di tengah-tengah budaya patriarki. Kondisi itu menyebabkan perempuan mengadakan perlawanan dengan pola berbeda-beda. Perlawanan perempuan menimbulkan konflik identitas pada perempuan. Dengan teori feminisme, penelitian ini menganalisis sebab dan akibat tokoh perempuan mengalami konflik identitas. Bentuk-bentuk konflik identitas yang dialami tokoh perempuan juga akan dianalisis. Relasi tokoh perempuan dengan tokoh-tokoh lain dengan demikian juga akan dianalisis lebih lanjut. Tokoh-tokoh tersebut meliputi tokoh-tokoh yang menjadi ikon patriarki dan tokoh-tokoh yang mendukung tokoh perempuan untuk melakukan perlawanan. Analisis menunjukkan konflik identitas yang terjadi pada perempuan disebabkan patriarki yang secara terus menerus melakukan upaya agar perempuan merasa melakukan kesalahan apabila perlawanan tersebut berhasil. Analisis juga menunjukkan kondisi tersebut disebabkan pula oleh tidak kuatnya pertahanan perempuan untuk memilih identitasnya. Cerpen-cerpen Kalimantan Timur tahun 1980-an menunjukkan pergulatan perempuan dalam memilih identitasnya. Kata kunci: perempuan, identitas, patriarki Abstract:This paper presents the position of female characters in three East Kalimantan short stories in the 1980s. The three short stories are \"Marriage\", \"Baby\", and \"Luka Cinta\". In these short stories, women are in patriarchal culture. This condition makes women deal with their condition differently. Women’s resistance creates identity conflicts. Using the theory of feminism, this study analyzes the the forms, causes, and effects of the conflicts and also the connection between female character and the others, including patriarchal icons and others who support women to fight back. The analysis shows that identity conflicts are caused by patriarchy that continuously make women feel wrong if their struggle is successful and also caused by women's lack of strength in their struggling to choose their identity. East Kalimantan short stories in 1980s show women’s struggle in choosing their identity. Keywords: women, identity, patriarchy ","PeriodicalId":34821,"journal":{"name":"Suar Betang","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48897131","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}