Pada awal terjadinya menstruasi, hormon dalam tubuh seorang perempuan masih belum stabil sehingga mereka rentan mengalami gangguan menstruasi. Masih sedikit laporan mengenai gangguan menstruasi pada siswi dengan disabilitas grahita. Tujuan: mengetahui gangguan menstruasi, khususnya terkait Premenstrual Syndrome (PMS) dan Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD), serta jenis bantuan yang diperlukan saat menstruasi pada siswi disabilitas grahita di Sekolah Luar Biasa (SLB) di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Metode : penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional pada 108 siswi disabilitas grahita dari 17 SLB di Provinsi DIY. Data dikumpulkan pada Januari-Maret 2016. Instrumen berupa kuesioner yang berisi identitas subjek penelitian, riwayat kesehatan, riwayat menstruasi, dan informasi dan bantuan saat menstruasi. Gejala PMS dan PMDD ditetapkan berdasarkan kriteria American College of Obstetricians and Gynecologists dan American Psychiatric Association . Data dianalisis dengan analisis univariat. Hasil: Rata-rata usia responden adalah 18,03±3,45 tahun. Sebanyak 7,41% responden mengalami gejala PMS dan 8,33% mengalami gejala PMDD. Jenis informasi yang paling banyak dibutuhkan adalah mengenai proses terjadinya menstruasi (81,48%). Responden membutuhkan bantuan ketika memakai (22,42%) dan membersihkan pembalut (21,5) saat menstruasi. Diskusi: Fungsi adaptif pada disabilitas grahita dapat berkontribusi terhadap persentase responden yang mengalami gejala PMS/PMDD sehingga pemberi perawatan perlu melihat perubahan mood dan perilaku yang dialami responden selama siklus menstruasi. Pemberian informasi mengenai menstruasi dapat dioptimalkan dengan menggunakan media dan metode komunikasi yang sesuai dengan kebutuhan. Kesimpulan: Siswi disabilitas grahita, orang tua, maupun guru SLB perlu mengenali gejala PMS dan PMDD sehingga dapat meminimalkan dampaknya dan mengoptimalkan penanganannya. Kata Kunci: gangguan menstruasi, disabilitas grahita Menstrual Disorders in Students with Mental Disability at Special Schools ABSTRACT At the beginning of menstruation, the hormones in a woman's body are still unstable so they are vulnerable to menstrual disorders. There are still few reports of menstrual disorders from the perspective of students with mental disability. Objective : to reveal menstrual disorders, especially those related to Premenstrual Syndrome (PMS) and Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD), as well as types of assistance needed during menstruation by students with mild mental disability who attend Special Schools (SLB) in Yogyakarta Special Region Province. Methods : This research is descriptive with a cross sectional design. It was conducted on 108 students with mild mental disability who attended 17 special schools in Yogyakarta Province. Data were collected from January 2016 until March 2016 through interview techniques with a questionnaire guide containing identity of research subject, health history, m
{"title":"GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI DISABILITAS GRAHITA DI SEKOLAH LUAR BIASA","authors":"A. Rahmawati, Elsi Dwi Hapsari","doi":"10.32419/JPPNI.V5I3.304","DOIUrl":"https://doi.org/10.32419/JPPNI.V5I3.304","url":null,"abstract":"Pada awal terjadinya menstruasi, hormon dalam tubuh seorang perempuan masih belum stabil sehingga mereka rentan mengalami gangguan menstruasi. Masih sedikit laporan mengenai gangguan menstruasi pada siswi dengan disabilitas grahita. Tujuan: mengetahui gangguan menstruasi, khususnya terkait Premenstrual Syndrome (PMS) dan Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD), serta jenis bantuan yang diperlukan saat menstruasi pada siswi disabilitas grahita di Sekolah Luar Biasa (SLB) di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Metode : penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional pada 108 siswi disabilitas grahita dari 17 SLB di Provinsi DIY. Data dikumpulkan pada Januari-Maret 2016. Instrumen berupa kuesioner yang berisi identitas subjek penelitian, riwayat kesehatan, riwayat menstruasi, dan informasi dan bantuan saat menstruasi. Gejala PMS dan PMDD ditetapkan berdasarkan kriteria American College of Obstetricians and Gynecologists dan American Psychiatric Association . Data dianalisis dengan analisis univariat. Hasil: Rata-rata usia responden adalah 18,03±3,45 tahun. Sebanyak 7,41% responden mengalami gejala PMS dan 8,33% mengalami gejala PMDD. Jenis informasi yang paling banyak dibutuhkan adalah mengenai proses terjadinya menstruasi (81,48%). Responden membutuhkan bantuan ketika memakai (22,42%) dan membersihkan pembalut (21,5) saat menstruasi. Diskusi: Fungsi adaptif pada disabilitas grahita dapat berkontribusi terhadap persentase responden yang mengalami gejala PMS/PMDD sehingga pemberi perawatan perlu melihat perubahan mood dan perilaku yang dialami responden selama siklus menstruasi. Pemberian informasi mengenai menstruasi dapat dioptimalkan dengan menggunakan media dan metode komunikasi yang sesuai dengan kebutuhan. Kesimpulan: Siswi disabilitas grahita, orang tua, maupun guru SLB perlu mengenali gejala PMS dan PMDD sehingga dapat meminimalkan dampaknya dan mengoptimalkan penanganannya. Kata Kunci: gangguan menstruasi, disabilitas grahita Menstrual Disorders in Students with Mental Disability at Special Schools ABSTRACT At the beginning of menstruation, the hormones in a woman's body are still unstable so they are vulnerable to menstrual disorders. There are still few reports of menstrual disorders from the perspective of students with mental disability. Objective : to reveal menstrual disorders, especially those related to Premenstrual Syndrome (PMS) and Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD), as well as types of assistance needed during menstruation by students with mild mental disability who attend Special Schools (SLB) in Yogyakarta Special Region Province. Methods : This research is descriptive with a cross sectional design. It was conducted on 108 students with mild mental disability who attended 17 special schools in Yogyakarta Province. Data were collected from January 2016 until March 2016 through interview techniques with a questionnaire guide containing identity of research subject, health history, m","PeriodicalId":356951,"journal":{"name":"Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)","volume":"74 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121593010","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Background: The quality of sleep has a major effect on psychological and physical conditions because it is a necessity that helps the formation of body cells, a healing mechanism and maintains the body’s biochemical balance. Objective: This study aims to determine, identify and analyze the effect of sleep quality on the student achievement index. Methods: This study used a quantitative approach with a cross-sectional design plus open-ended questions to explore data in depth. Result: The statistical result shows that sleep quality does not affect the achievement index, and factors that can influence are self-management, self-efficacy, and environmental factors. Conclusion: There are 67,5% of respondents experiencing poor sleep quality, and there is so many sleep quality which is opposite with each of their achievement index, also self-management, self-efficacy, and environmental factors that influence the achievement index of students.
{"title":"PENGARUH KUALITAS TIDUR PADA MAHASISWA BARU TERHADAP INDEKS PRESTASI MAHASISWA DI UNIVERSITAS SARI MULIA BANJARMASIN","authors":"Fachriyal Hami, Rian Tasalim","doi":"10.32419/JPPNI.V6I1.247","DOIUrl":"https://doi.org/10.32419/JPPNI.V6I1.247","url":null,"abstract":"Background: The quality of sleep has a major effect on psychological and physical conditions because it is a necessity that helps the formation of body cells, a healing mechanism and maintains the body’s biochemical balance. Objective: This study aims to determine, identify and analyze the effect of sleep quality on the student achievement index. Methods: This study used a quantitative approach with a cross-sectional design plus open-ended questions to explore data in depth. Result: The statistical result shows that sleep quality does not affect the achievement index, and factors that can influence are self-management, self-efficacy, and environmental factors. Conclusion: There are 67,5% of respondents experiencing poor sleep quality, and there is so many sleep quality which is opposite with each of their achievement index, also self-management, self-efficacy, and environmental factors that influence the achievement index of students.","PeriodicalId":356951,"journal":{"name":"Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)","volume":"38 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128625173","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRAK Pelayanan kesehatan terhadap pasien merupakan bahan diskusi yang sarat dengan konflik, terutama setelah adanya kebijakan pelayanan bagi pengguna BPJS. Banyak sekali keluhan pasien yang cenderung menyatakan ketidakpuasan karena menurunnya kualitas pelayanan yang diterima. Tujuan: Penelitian bertujuan mengetahui persepsi pasien terhadap kualitas pelayanan kesehatan di Rawat Jalan RS Pertamina Bintang Amin Lampung. Metode : Penelitian deskriptif dengan rancangan Cross sectiona l , teknik sampling insidental, sampel sebanyak 77 orang pasien, dilakukan pengumpulan data menggunakan instrumen yang telah valid dan reliabel, yaitu Servqual: A multiple-Item Scale Parasuraman. Instrumen ini melihat gap dari lima dimensi kualitas jasa pelayanan, yaitu tangibles , reliability , responsiveness , assurance dan emphaty . Data dianalisis secara univariat. Hasil: Karakteristik responden mayoritas wanita (75,3%), usia >50 tahun (45,4%), pendidikan SLTA (51,9%), tidak bekerja (50,6%), peserta BPJS (93,5%) dan kunjungan ulang >5 kali sebanyak 24 orang (31,20%). Kualitas terendah pada dimensi keandalan (74,3%) dan kualitas tertinggi pada dimensi tangibles /nyata (79,4%). Diskusi: Ditemukan adanya gap pada semua dimensi terutama pada dimensi tangibles yakni petunjuk arah bagi pasien dan dimensi reliability adanya tenaga medis yang tidak menjelaskan terlebih dahulu tindakan yang akan dilakukan serta jam buka pelayanan klinik yang tidak tepat waktu. Kes impulan: Kualitas pelayanan kesehatan di rawat jalan masih perlu ditingkatkan terutama dengan memperbaiki petunjuk arah bagi pasien, menyarankan tenaga medis untuk menjelaskan terlebih dahulu tindakan yang akan dilakukan serta jam buka pelayanan klinik hendaknya tepat waktu sesuai dengan yang telah ditetapkan. Kata ku nci : kualitas pelayanan, pasien, rawat jalan Overview o f Patients' Perception o f Health care Service Quality i n Outpatient ABSTRACT Healthcare service for patients is a subject of discussion that is full of conflict, especially after a service policy for BPJS users has existed . M any complaints from patients tend to express dissatisfaction due to the declining quality of services received. Objective : This research aims to reveal the patient's perception of the quality of health care service at the Outpatient of Pertamina Bintang Amin Hospital in Lampung. Methods : This research is d escriptive with cross sectional design . Samples were taken using incidental sampling technique with a sample size of 77 patients . Data were collected using a valid and reliable instrument, namely Parasuraman ’s Servqual: A multiple-Item Scale. This instrument assesses at the gaps in the five dimensions of service quality, namely tangibles, reliability, responsiveness, assurance and empathy. Data were analyzed univariately. Results : The characteristics of the majority of respondents were females (75.3%), age > 50 years (45.4%), high school education (51.9%), no n- working (50.6%), BPJS participants (93.5%
抽象医疗保健是一种高度冲突的讨论材料,特别是在BPJS用户的服务政策之后。随着服务质量的下降,病人往往表现出不满情绪。目的:研究旨在了解医院门诊病人对医疗服务质量的感知安全检查阿明楠榜明星。方法:一种由交叉精确度l设计的描述性研究、针尖采样技术和77名患者的样本,使用一种有效的和可吸收的仪器——Servqual:一种多功能的抛物面求数据。这个仪器看到五个维度服务质量的差距,即tangibles可靠性、responsiveness保障部和emphaty。数据是单独分析的。结果:受访者多数女人特征(75,3%)> 50岁(45,4%)、教育SLTA 51,9%),不工作(50,6%重新访问)、社会服务(93,5%参与者)和24人(31,20% > 5倍)。可靠性尺寸最低(74.3%),dan ibles / real尺寸最高质量(79.4%)。讨论:发现gap在所有维度尤其是tangibles维度即指示患者和医护人员的可靠性不先解释维度和营业时间要做的行为不能及时的诊所服务。impulan案件:门诊的医疗服务质量还需要提高,尤其是通过修复方向对病人来说,建议医护人员先解释和营业时间会做诊所服务的行为应及时符合既定的形象。我讨厌说:服务质量、病人门诊概览》f病人“知觉列传f健康护理服务质量i n Outpatient抽象医疗服务的病人是a的科目就是充满冲突,尤其是受到质疑(time after a Service)为社会服务政策用户有existed。M任何来自病人的投诉被tend to express dissatisfaction帐款declining》品质服务收到的。客观:这个研究病人的知觉》aims to彰显品质的健康护理服务在安全检查之Outpatient阿门医院在楠榜明星。方法:这个研究是d escriptive with横截面设计。样本采用了一种用77个病人的样本样本技术样本。数据收集使用一个有效和可信赖的工具,namely Parasuraman的服务质量:一个多项目的规模。这个工具assesses at gaps》之五维度服务品质,namely tangibles可靠性、responsiveness保障部和empathy。数据是单变量分析。Results:《tavernise characteristics of respondents females(75。3%),在时代> 50年(45 . 4%),高中教育(51 . 9%),n -(50 . 6%),社会服务工作participants(93 . 5%)和24人让重复一遍visits > 31 5时报(20%)。失去质量是在可靠性的范围内(74.3%),最高质量是在tangibles的范围内(79.4%)。受到质疑:是在所有维度,尤其是找到了那个有些gaps in tangibles维度》,神盾局方向为病人和可靠性的维度》,神盾局medical personnel nid not提前地解释《行动会成为某种程度与开幕式小时诊所服务的是音符on time)。结论:应改进外部医疗服务的质量,特别是通过改善对病人的影响来改进方向,建议医疗人员建议采取行动,并补充诊所服务的时间应该是建立的时间。提供优质服务,有耐心,无耐心
{"title":"GAMBARAN PERSEPSI PASIEN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DI RAWAT JALAN","authors":"Sumijatun Sumijatun, Selviady Selviady, Antony Antony","doi":"10.32419/JPPNI.V6I1.260","DOIUrl":"https://doi.org/10.32419/JPPNI.V6I1.260","url":null,"abstract":"ABSTRAK Pelayanan kesehatan terhadap pasien merupakan bahan diskusi yang sarat dengan konflik, terutama setelah adanya kebijakan pelayanan bagi pengguna BPJS. Banyak sekali keluhan pasien yang cenderung menyatakan ketidakpuasan karena menurunnya kualitas pelayanan yang diterima. Tujuan: Penelitian bertujuan mengetahui persepsi pasien terhadap kualitas pelayanan kesehatan di Rawat Jalan RS Pertamina Bintang Amin Lampung. Metode : Penelitian deskriptif dengan rancangan Cross sectiona l , teknik sampling insidental, sampel sebanyak 77 orang pasien, dilakukan pengumpulan data menggunakan instrumen yang telah valid dan reliabel, yaitu Servqual: A multiple-Item Scale Parasuraman. Instrumen ini melihat gap dari lima dimensi kualitas jasa pelayanan, yaitu tangibles , reliability , responsiveness , assurance dan emphaty . Data dianalisis secara univariat. Hasil: Karakteristik responden mayoritas wanita (75,3%), usia >50 tahun (45,4%), pendidikan SLTA (51,9%), tidak bekerja (50,6%), peserta BPJS (93,5%) dan kunjungan ulang >5 kali sebanyak 24 orang (31,20%). Kualitas terendah pada dimensi keandalan (74,3%) dan kualitas tertinggi pada dimensi tangibles /nyata (79,4%). Diskusi: Ditemukan adanya gap pada semua dimensi terutama pada dimensi tangibles yakni petunjuk arah bagi pasien dan dimensi reliability adanya tenaga medis yang tidak menjelaskan terlebih dahulu tindakan yang akan dilakukan serta jam buka pelayanan klinik yang tidak tepat waktu. Kes impulan: Kualitas pelayanan kesehatan di rawat jalan masih perlu ditingkatkan terutama dengan memperbaiki petunjuk arah bagi pasien, menyarankan tenaga medis untuk menjelaskan terlebih dahulu tindakan yang akan dilakukan serta jam buka pelayanan klinik hendaknya tepat waktu sesuai dengan yang telah ditetapkan. Kata ku nci : kualitas pelayanan, pasien, rawat jalan Overview o f Patients' Perception o f Health care Service Quality i n Outpatient ABSTRACT Healthcare service for patients is a subject of discussion that is full of conflict, especially after a service policy for BPJS users has existed . M any complaints from patients tend to express dissatisfaction due to the declining quality of services received. Objective : This research aims to reveal the patient's perception of the quality of health care service at the Outpatient of Pertamina Bintang Amin Hospital in Lampung. Methods : This research is d escriptive with cross sectional design . Samples were taken using incidental sampling technique with a sample size of 77 patients . Data were collected using a valid and reliable instrument, namely Parasuraman ’s Servqual: A multiple-Item Scale. This instrument assesses at the gaps in the five dimensions of service quality, namely tangibles, reliability, responsiveness, assurance and empathy. Data were analyzed univariately. Results : The characteristics of the majority of respondents were females (75.3%), age > 50 years (45.4%), high school education (51.9%), no n- working (50.6%), BPJS participants (93.5%","PeriodicalId":356951,"journal":{"name":"Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)","volume":"34 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132473565","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tuti Nuraini, N. Dewi, R. Lestari, Ice Yulia Wardani, Poppy Fitriani, Shanti Farida Rachmi
ABSTRAK Penyakit tidak menular (PTM) merupakan komorbid yang akan memperberat kondisi kesehatan seseorang saat terserang COVID-19. Kader kesehatan berperan penting dalam meminimalkan dampak tersebut namun masih sedikit informasi yang tersedia mengenai kebutuhan kader untuk dapat mengoptimalkan peran tersebut. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan kader untuk membantu masyarakat dengan PTM di wilayah Banten saat pandemi COVID-19 di daerah yang berpotensi bencana. Metode: Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan melakukan Focus Group Discussions (FGD) pada 43 orang kader dari dua desa. Pengumpulan data dilakukan masing-masing tiga kali, sepanjang bulan November 2019 dan 2020, di dua desa. Data dianalisis dengan metode konten analisis. Hasil: Didapatkan 3 tema kebutuhan kader, yaitu: (1) Kader butuh dukungan dari keluarga, tokoh masyarakat, dan tenaga kesehatan; (2) Masyarakat kurang sadar kesehatan; (3) Masyarakat lebih percaya pengobatan tradisional dan belum memiliki Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Diskusi: Kader adalah orang pilihan yang bersedia membantu tetangganya tanpa pamrih. Namun, tidak mudah agar dapat dipercaya masyarakat. Pembekalan kader dengan ilmu keperawatan diperlukan untuk peningkatan kesehatan masyarakat. Kesimpulan: Kader perlu dukungan berbagai pihak agar dapat melakukan perannya dengan baik. Pengetahuan dari mulai deteksi dini sampai penanganan dengan pendekatan budaya merupakan bekal yang penting untuk kader dalam mengatasi PTM di masa pandemi COVID-19. Hal ini merupakan salah satu strategi untuk mencegah risiko terjadinya dan akibat dari PTM dan terpapar COVID-19. Keterlibatan tokoh masyarakat, persepsi positif dan pengetahuan tentang PTM dan pandemi COVID-19 menjadi penentu keberhasilan program pemerintah dalam pengendalian PTM di masa Pandemi ini. Kata kunci : bencana, COVID-19, kader kesehatan, pengetahuan, penyakit tidak menular. Analysis of the Need for Health Cadres in Overcoming Non-Communicable Diseases During the Covid-19 Pandemic in Banten ABSTRACT Non-communicable diseases (NCDs) are comorbidities that will worsen a person's health condition when they are attacked by the COVID-19. Health cadres play an important role in minimizing such impact, but little information is available regarding the needs of cadres to optimize this role. Objective : This research aims to identify the needs of cadres to assist communities with NCDs in Banten region during the COVID-19 pandemic in areas with potential disasters. Methods : The research is qualitative by conducting Focus Group Discussions (FGD) on 43 cadres from two villages. Data were collected three times each, in November 2019 and November 2020, in two villages. Data were analyzed by using content analysis method. Results : There were 3 themes of cadre needs, namely: (1) Cadres need support from families, community leaders, and health workers; (2) People were less aware of health; (3) People believed more in tradi
{"title":"ANALISIS KEBUTUHAN KADER KESEHATAN DALAM MENGATASI PENYAKIT TIDAK MENULAR SAAT PANDEMI COVID-19 DI BANTEN","authors":"Tuti Nuraini, N. Dewi, R. Lestari, Ice Yulia Wardani, Poppy Fitriani, Shanti Farida Rachmi","doi":"10.32419/JPPNI.V6I1.255","DOIUrl":"https://doi.org/10.32419/JPPNI.V6I1.255","url":null,"abstract":"ABSTRAK Penyakit tidak menular (PTM) merupakan komorbid yang akan memperberat kondisi kesehatan seseorang saat terserang COVID-19. Kader kesehatan berperan penting dalam meminimalkan dampak tersebut namun masih sedikit informasi yang tersedia mengenai kebutuhan kader untuk dapat mengoptimalkan peran tersebut. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan kader untuk membantu masyarakat dengan PTM di wilayah Banten saat pandemi COVID-19 di daerah yang berpotensi bencana. Metode: Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan melakukan Focus Group Discussions (FGD) pada 43 orang kader dari dua desa. Pengumpulan data dilakukan masing-masing tiga kali, sepanjang bulan November 2019 dan 2020, di dua desa. Data dianalisis dengan metode konten analisis. Hasil: Didapatkan 3 tema kebutuhan kader, yaitu: (1) Kader butuh dukungan dari keluarga, tokoh masyarakat, dan tenaga kesehatan; (2) Masyarakat kurang sadar kesehatan; (3) Masyarakat lebih percaya pengobatan tradisional dan belum memiliki Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Diskusi: Kader adalah orang pilihan yang bersedia membantu tetangganya tanpa pamrih. Namun, tidak mudah agar dapat dipercaya masyarakat. Pembekalan kader dengan ilmu keperawatan diperlukan untuk peningkatan kesehatan masyarakat. Kesimpulan: Kader perlu dukungan berbagai pihak agar dapat melakukan perannya dengan baik. Pengetahuan dari mulai deteksi dini sampai penanganan dengan pendekatan budaya merupakan bekal yang penting untuk kader dalam mengatasi PTM di masa pandemi COVID-19. Hal ini merupakan salah satu strategi untuk mencegah risiko terjadinya dan akibat dari PTM dan terpapar COVID-19. Keterlibatan tokoh masyarakat, persepsi positif dan pengetahuan tentang PTM dan pandemi COVID-19 menjadi penentu keberhasilan program pemerintah dalam pengendalian PTM di masa Pandemi ini. Kata kunci : bencana, COVID-19, kader kesehatan, pengetahuan, penyakit tidak menular. Analysis of the Need for Health Cadres in Overcoming Non-Communicable Diseases During the Covid-19 Pandemic in Banten ABSTRACT Non-communicable diseases (NCDs) are comorbidities that will worsen a person's health condition when they are attacked by the COVID-19. Health cadres play an important role in minimizing such impact, but little information is available regarding the needs of cadres to optimize this role. Objective : This research aims to identify the needs of cadres to assist communities with NCDs in Banten region during the COVID-19 pandemic in areas with potential disasters. Methods : The research is qualitative by conducting Focus Group Discussions (FGD) on 43 cadres from two villages. Data were collected three times each, in November 2019 and November 2020, in two villages. Data were analyzed by using content analysis method. Results : There were 3 themes of cadre needs, namely: (1) Cadres need support from families, community leaders, and health workers; (2) People were less aware of health; (3) People believed more in tradi","PeriodicalId":356951,"journal":{"name":"Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)","volume":"17 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122039260","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Muhammad Riduansyah, Muhammad Zulfadhilah, Annisa Annisa
Cedera kepala merupakan kasus kegawatdaruratan yang sering dijumpai di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Pasien membutuhkan penilaian tingkat kesadaran untuk menentukan tingkat keparahan dan cedera kepala yang dialami. Tujuan: Untuk mengetahui gambaran tingkat kesadaran pasien cedera kepala menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS). Metode: Penelitian cross sectional ini melibatkan 30 responden yang mengalami cedera kepala dengan menggunakan metode accidental sampling. Pengumpulan data menggunakan instrumen GCS yang terdiri dari tiga komponen respons kesadaran yaitu mata, verbal dan motorik. Analisis data univariat dilakukan untuk mengetahui frekuensi dan persentase. Hasil: Mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki (83,3%) dengan usia 36-45 tahun (53,3%) dan responden paling banyak memiliki tingkat kesadaran composmentis (30%). Respons mata terbanyak yaitu spontan (33,3%), respons verbal terbanyak yaitu orientasi baik (36,3%), dan respons motorik terbanyak yaitu mengikuti perintah (30%). Diskusi: Laki-laki lebih banyak terlibat dalam aktivitas yang berisiko tinggi sehingga kemungkinan mengalami cedera kepala lebih tinggi. Usia perlu mendapatkan perhatian, karena semakin bertambah usia ada kemungkinan semakin buruk pemulihan pasien. Pasien cedera kepala akan tetap sadar penuh jika sistem aktivasi retikuler (RAS) di batang otaknya tetap utuh atau tidak terganggu. Simpulan: Diharapkan menjadi informasi tambahan bagi rumah sakit dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada pasien cedera kepala, terutama pemantauan tingkat kesadaran. Hasil penelitian ini juga diharapkan menjadi sumber informasi dan referensi di institusi pendidikan keperawatan mengenai gambaran tingkat kesadaran pasien cedera kepala menggunakan GCS. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membandingkan keakuratan penilaian tingkat kesadaran dengan GCS dan skala alernatif lainnya seperti Full Outline of Unresponsiveness (FOUR) atau Comprehensive Level of Consciousness Scale (CLOCS).Kata Kunci: Cedera kepala, GCS, tingkat kesadaran.Overview of Consciousness Level of Patients with Head Injury Using Glasgow Coma Scale (GCS)ABSTRACTHead injury is an emergency case that is often found in the Emergency Room (ER). Patients require an assessment of the consciousness level to identify the severity of the head injury. Objective: To obtain an overview of the consciousness level of patients with head injury using the Glasgow Coma Scale (GCS). Methods: This research is a cross-sectional study involving 30 respondents with head injury taken using the accidental sampling method. Data were collected using the GCS instrument, consisting of three components of awareness responses: eye, verbal, and motor. Univariate data analysis was performed to identify frequency and percentage. Results: The majority of respondents were male (83.3%) aged 36-45 years (53.3%), and most respondents had compos mentis (30%). The majority of eye response was spontaneous (33.3%), the majority of verbal response was good o
{"title":"GAMBARAN TINGKAT KESADARAN PASIEN CEDERA KEPALA MENGGUNAKAN GLASGOW COMA SCALE (GCS)","authors":"Muhammad Riduansyah, Muhammad Zulfadhilah, Annisa Annisa","doi":"10.32419/JPPNI.V5I3.236","DOIUrl":"https://doi.org/10.32419/JPPNI.V5I3.236","url":null,"abstract":"Cedera kepala merupakan kasus kegawatdaruratan yang sering dijumpai di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Pasien membutuhkan penilaian tingkat kesadaran untuk menentukan tingkat keparahan dan cedera kepala yang dialami. Tujuan: Untuk mengetahui gambaran tingkat kesadaran pasien cedera kepala menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS). Metode: Penelitian cross sectional ini melibatkan 30 responden yang mengalami cedera kepala dengan menggunakan metode accidental sampling. Pengumpulan data menggunakan instrumen GCS yang terdiri dari tiga komponen respons kesadaran yaitu mata, verbal dan motorik. Analisis data univariat dilakukan untuk mengetahui frekuensi dan persentase. Hasil: Mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki (83,3%) dengan usia 36-45 tahun (53,3%) dan responden paling banyak memiliki tingkat kesadaran composmentis (30%). Respons mata terbanyak yaitu spontan (33,3%), respons verbal terbanyak yaitu orientasi baik (36,3%), dan respons motorik terbanyak yaitu mengikuti perintah (30%). Diskusi: Laki-laki lebih banyak terlibat dalam aktivitas yang berisiko tinggi sehingga kemungkinan mengalami cedera kepala lebih tinggi. Usia perlu mendapatkan perhatian, karena semakin bertambah usia ada kemungkinan semakin buruk pemulihan pasien. Pasien cedera kepala akan tetap sadar penuh jika sistem aktivasi retikuler (RAS) di batang otaknya tetap utuh atau tidak terganggu. Simpulan: Diharapkan menjadi informasi tambahan bagi rumah sakit dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada pasien cedera kepala, terutama pemantauan tingkat kesadaran. Hasil penelitian ini juga diharapkan menjadi sumber informasi dan referensi di institusi pendidikan keperawatan mengenai gambaran tingkat kesadaran pasien cedera kepala menggunakan GCS. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membandingkan keakuratan penilaian tingkat kesadaran dengan GCS dan skala alernatif lainnya seperti Full Outline of Unresponsiveness (FOUR) atau Comprehensive Level of Consciousness Scale (CLOCS).Kata Kunci: Cedera kepala, GCS, tingkat kesadaran.Overview of Consciousness Level of Patients with Head Injury Using Glasgow Coma Scale (GCS)ABSTRACTHead injury is an emergency case that is often found in the Emergency Room (ER). Patients require an assessment of the consciousness level to identify the severity of the head injury. Objective: To obtain an overview of the consciousness level of patients with head injury using the Glasgow Coma Scale (GCS). Methods: This research is a cross-sectional study involving 30 respondents with head injury taken using the accidental sampling method. Data were collected using the GCS instrument, consisting of three components of awareness responses: eye, verbal, and motor. Univariate data analysis was performed to identify frequency and percentage. Results: The majority of respondents were male (83.3%) aged 36-45 years (53.3%), and most respondents had compos mentis (30%). The majority of eye response was spontaneous (33.3%), the majority of verbal response was good o","PeriodicalId":356951,"journal":{"name":"Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)","volume":"59 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131380988","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Gaviota Khalish, Happy Indah Kusumawati, Sri Setiyarini, Eri Yanuar Akhmad Budi Sunaryo
ABSTRAKIntensive care unit (ICU) jantung merupakan unit dengan pasien yang rentan terhadap penularan infeksi. Pengunjung yang tidak menerapkan kebersihan tangan menunjukkan pertumbuhan bakteri penyebab Hospital associated Infections (HAIs). Kurangnya pengetahuan dan persepsi pengunjung tentang kebersihan tangan menyebabkan tingkat kepatuhan kebersihan tangan yang rendah. Tujuan Penelitian: Mengetahui gambaran pengetahuan dan persepsi kebersihan tangan pengunjung serta hubungannya dengan karakteristik responden di ICU jantung RSUP Dr. Sardjito. Metode: Menggunakan desain analitik observasional dengan rancangan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 101 responden yang dikumpulkan dengan teknik consecutive sampling. Instrumen pada penelitian ini dibuat oleh peneliti berdasarkan panduan kebersihan tangan dari World Health Organization (WHO). Instrumen yang digunakan telah valid dan reliable. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji chi-square. Hasil: Rata-rata skor pengetahuan kebersihan tangan 6,1 dan persepsi kebersihan tangan 31,07. Enam puluh enam responden memiliki pengetahuan yang baik dan lima puluh delapan dari seratus satu responden memiliki persepsi yang rendah. Ada hubungan antara pengetahuan dan pendidikan (p=0,0280), dan dengan riwayat penyakit (p=0,002). Ada hubungan antara persepsi dan usia (p=0,028), dan dengan riwayat berkunjung (p=0,023). Diskusi: Mayoritas pengetahuan kebersihan tangan pengunjung yang tinggi sedangkan persepsi rendah dipengaruhi oleh efektivitas pemberian informasi dan peran petugas kesehatan untuk terus mengingatkan pengunjung terkait kebersihan tangan. Kesimpulan: Perawat atau peneliti selanjutnya perlu mengembangkan strategi yang efektif guna memberikan informasi terkait kebersihan tangan kepada pengunjung.Kata Kunci: intensive care units, kebersihan tangan, pengetahuan, pengunjung pasien, persepsi Knowledge and Perceptions of Hand Hygiene in Cardiac Intensive Care Unit Visitors ABSTRACTThe cardiac intensive care unit (ICU) is a unit in which patients who are susceptible to infection transmission. Visitors who do not apply hand hygiene show the growth of bacteria that causes Hospital associated Infections (HAIs). Inadequate knowledge and perceptions of visitors about hand hygiene causes a low level of hand hygiene compliance. Objective: To obtain an overview of knowledge and perceptions of visitor hand hygiene and their correlation with the characteristics of respondents at the Cardiac ICU of Dr. Sardjito Hospital. Methods: This research employed an observational analytic design with a cross sectional design. The sample size was 101 respondents taken using consecutive sampling technique. The instrument in this research was made by the researchers based on hand hygiene guidelines from the World Health Organization (WHO). The instrument used was valid and reliable. Data were analyzed by using univariate and bivariate with the chi-square test. Results: The average score of hand hygiene knowledge
{"title":"PENGETAHUAN DAN PERSEPSI KEBERSIHAN TANGAN (HAND HYGIENE) PADA PENGUNJUNG INTENSIVE CARE UNIT JANTUNG","authors":"Gaviota Khalish, Happy Indah Kusumawati, Sri Setiyarini, Eri Yanuar Akhmad Budi Sunaryo","doi":"10.32419/JPPNI.V5I3.223","DOIUrl":"https://doi.org/10.32419/JPPNI.V5I3.223","url":null,"abstract":"ABSTRAKIntensive care unit (ICU) jantung merupakan unit dengan pasien yang rentan terhadap penularan infeksi. Pengunjung yang tidak menerapkan kebersihan tangan menunjukkan pertumbuhan bakteri penyebab Hospital associated Infections (HAIs). Kurangnya pengetahuan dan persepsi pengunjung tentang kebersihan tangan menyebabkan tingkat kepatuhan kebersihan tangan yang rendah. Tujuan Penelitian: Mengetahui gambaran pengetahuan dan persepsi kebersihan tangan pengunjung serta hubungannya dengan karakteristik responden di ICU jantung RSUP Dr. Sardjito. Metode: Menggunakan desain analitik observasional dengan rancangan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 101 responden yang dikumpulkan dengan teknik consecutive sampling. Instrumen pada penelitian ini dibuat oleh peneliti berdasarkan panduan kebersihan tangan dari World Health Organization (WHO). Instrumen yang digunakan telah valid dan reliable. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji chi-square. Hasil: Rata-rata skor pengetahuan kebersihan tangan 6,1 dan persepsi kebersihan tangan 31,07. Enam puluh enam responden memiliki pengetahuan yang baik dan lima puluh delapan dari seratus satu responden memiliki persepsi yang rendah. Ada hubungan antara pengetahuan dan pendidikan (p=0,0280), dan dengan riwayat penyakit (p=0,002). Ada hubungan antara persepsi dan usia (p=0,028), dan dengan riwayat berkunjung (p=0,023). Diskusi: Mayoritas pengetahuan kebersihan tangan pengunjung yang tinggi sedangkan persepsi rendah dipengaruhi oleh efektivitas pemberian informasi dan peran petugas kesehatan untuk terus mengingatkan pengunjung terkait kebersihan tangan. Kesimpulan: Perawat atau peneliti selanjutnya perlu mengembangkan strategi yang efektif guna memberikan informasi terkait kebersihan tangan kepada pengunjung.Kata Kunci: intensive care units, kebersihan tangan, pengetahuan, pengunjung pasien, persepsi Knowledge and Perceptions of Hand Hygiene in Cardiac Intensive Care Unit Visitors ABSTRACTThe cardiac intensive care unit (ICU) is a unit in which patients who are susceptible to infection transmission. Visitors who do not apply hand hygiene show the growth of bacteria that causes Hospital associated Infections (HAIs). Inadequate knowledge and perceptions of visitors about hand hygiene causes a low level of hand hygiene compliance. Objective: To obtain an overview of knowledge and perceptions of visitor hand hygiene and their correlation with the characteristics of respondents at the Cardiac ICU of Dr. Sardjito Hospital. Methods: This research employed an observational analytic design with a cross sectional design. The sample size was 101 respondents taken using consecutive sampling technique. The instrument in this research was made by the researchers based on hand hygiene guidelines from the World Health Organization (WHO). The instrument used was valid and reliable. Data were analyzed by using univariate and bivariate with the chi-square test. Results: The average score of hand hygiene knowledge ","PeriodicalId":356951,"journal":{"name":"Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)","volume":"28 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132428340","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kanker payudara memberikan masalah ketidaknyamanan klien, dimana klien akan mengalami nyeri sedang atau continue sehingga dapat menurunkan kualitas dan produktifitas hidupnya. Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pijat klasik terhadap intensitas nyeri pada klien perempuan dengan kanker payudara yang menjalani kemoterapi. Metode: Desain penelitian kuantitatif dengan metode quasi-experimental dengan pendekatan one-group pretest dan posttest without control. Penelitian ini melibatkan sampel sebanyak 26 orang. Intervensi yang dilakukan berupa masase klasik, pada bagian area punggung bagian atas, bahu, kedua tangan sampai punggung tangan. Masase klasik ini dilakukan 10-15 menit. Instrumen menggunakan Numeric Rating Scale. Analisis data menggunakan uji statistik paired T test dengan tingkat signifikansi 0,05 dan tingkat kepercayaan 95%. Hasil: Didapatkan sebagian besar responden mengalami nyeri berat (73,1%). Setelah diberikan intervensi, responden mengalami penurunan intesitas nyeri sedang (88,5%). Hasil analisis menunjukkan ada hubungan yang signifikan pemberian masase klasik dengan penurunan intesitas nyeri (p-value 0,000). Diskusi: Pemberian masase klasik merangsang pengeluaran hormon endorfin yaitu hormon yang merupakan penekan atau penghilang rasa nyeri alami sehingga menurunkan intensitas nyeri. Kesimpulan: perlunya menciptakan rasa aman dan nyaman bagi pasien kanker payudara selama menjalani kemoterapi, salah satunya dengan pemberian masase klasik. Bagi pihak rumah sakit dapat membuat kebijakan dimana pada pasien kanker payudara sebelum mendapatkan obat penghilang nyeri dilakukan tindakan masase klasik untuk mengurangi efek samping zat kimia jika obat penghilang nyeri tersebut diminum terus menerus.Kata Kunci: kanker payudara, masase klasik, nyeri. Reducing Pain Intensity with Classical Massage in Women with Breast Cancer Receiving Chemotherapy ABSTRACTBreast cancer makes clients uncomfortable, due to which they will experience moderate or continuous pain. As a result, quality and productivity of their life decline. Objective: This research aims to reveal the effect of classical massage on pain intensity in female clients with breast cancer receiving chemotherapy. Methods: It employed a quantitative research design using a quasi-experimental method with a one-group pretest and posttest without control approach. It involved a sample of 26 people. The intervention was given in the form of classical massage on the upper back area, shoulders, both hands to the back of the hand. The classic massage was performed for 10-15 minutes. The instrument used a Numeric Rating Scale. Data were analyzed using statistical paired T test with a significance level of 0.05 and a 95% confidence level. Results: Most of the respondents experienced severe pain (73.1%). After the intervention was given, pain intensity decreased to a moderate pain (88.5%). The results of the analysis indicated that there was a significant correlation bet
{"title":"Penurunan Intensitas Nyeri dengan Masase Klasik pada Perempuan dengan Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi","authors":"Lia Masliha Masliha","doi":"10.32419/jppni.v5i2.229","DOIUrl":"https://doi.org/10.32419/jppni.v5i2.229","url":null,"abstract":"Kanker payudara memberikan masalah ketidaknyamanan klien, dimana klien akan mengalami nyeri sedang atau continue sehingga dapat menurunkan kualitas dan produktifitas hidupnya. Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pijat klasik terhadap intensitas nyeri pada klien perempuan dengan kanker payudara yang menjalani kemoterapi. Metode: Desain penelitian kuantitatif dengan metode quasi-experimental dengan pendekatan one-group pretest dan posttest without control. Penelitian ini melibatkan sampel sebanyak 26 orang. Intervensi yang dilakukan berupa masase klasik, pada bagian area punggung bagian atas, bahu, kedua tangan sampai punggung tangan. Masase klasik ini dilakukan 10-15 menit. Instrumen menggunakan Numeric Rating Scale. Analisis data menggunakan uji statistik paired T test dengan tingkat signifikansi 0,05 dan tingkat kepercayaan 95%. Hasil: Didapatkan sebagian besar responden mengalami nyeri berat (73,1%). Setelah diberikan intervensi, responden mengalami penurunan intesitas nyeri sedang (88,5%). Hasil analisis menunjukkan ada hubungan yang signifikan pemberian masase klasik dengan penurunan intesitas nyeri (p-value 0,000). Diskusi: Pemberian masase klasik merangsang pengeluaran hormon endorfin yaitu hormon yang merupakan penekan atau penghilang rasa nyeri alami sehingga menurunkan intensitas nyeri. Kesimpulan: perlunya menciptakan rasa aman dan nyaman bagi pasien kanker payudara selama menjalani kemoterapi, salah satunya dengan pemberian masase klasik. Bagi pihak rumah sakit dapat membuat kebijakan dimana pada pasien kanker payudara sebelum mendapatkan obat penghilang nyeri dilakukan tindakan masase klasik untuk mengurangi efek samping zat kimia jika obat penghilang nyeri tersebut diminum terus menerus.Kata Kunci: kanker payudara, masase klasik, nyeri. Reducing Pain Intensity with Classical Massage in Women with Breast Cancer Receiving Chemotherapy ABSTRACTBreast cancer makes clients uncomfortable, due to which they will experience moderate or continuous pain. As a result, quality and productivity of their life decline. Objective: This research aims to reveal the effect of classical massage on pain intensity in female clients with breast cancer receiving chemotherapy. Methods: It employed a quantitative research design using a quasi-experimental method with a one-group pretest and posttest without control approach. It involved a sample of 26 people. The intervention was given in the form of classical massage on the upper back area, shoulders, both hands to the back of the hand. The classic massage was performed for 10-15 minutes. The instrument used a Numeric Rating Scale. Data were analyzed using statistical paired T test with a significance level of 0.05 and a 95% confidence level. Results: Most of the respondents experienced severe pain (73.1%). After the intervention was given, pain intensity decreased to a moderate pain (88.5%). The results of the analysis indicated that there was a significant correlation bet","PeriodicalId":356951,"journal":{"name":"Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131241848","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRAKKekerasan dalam rumah tangga adalah perbuatan yang dilakukan terhadap seseorang dalam bentuk fisik, verbal, seksual, dan psikologis yang menyebabkan penderitaan dan penelantaran rumah tangga. Tujuan: Mengetahui lebih dalam tentang pengalaman perempuan korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) pada masa kehamilan di wilayah kerja Puskesmas Kampung Kawat, Kalimantan Barat. Metode: Desain penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi. Penentuan partisipan menggunakan purposive sampling dan snow ball. Sebanyak 8 partisipan terlibat dalam penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan dengan cara in-depth interview dengan menggunakan catatan lapangan dan perekam suara. Data dianalisis dengan metode Colaizzi. Hasil: Penelitian ini menghasilkan 6 tema yaitu bentuk kekerasan yang diterima oleh responden selama menjadi korban KDRT pada masa kehamilan, Masalah yang timbul pada kehamilan akibat KDRT, Mekanisme koping yang dilakukan korban KDRT, Perasaan yang dirasakan responden sebagai korban KDRT, Penyebab terjadinya KDRT pada masa kehamilan, Hal-hal yang diinginkan responden terhadap pelayanan kesehatan. Diskusi: pengalaman perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga pada masa kehamilan memberikan dampak buruk terhadap ibu maupun janin. Hal-hal tersebut terlihat pada ungkapan-ungkapan yang diberikan partisipan bahwa perbuatan yang mereka terima masih membekas hingga saat ini, meskipun sudah tidak membekas pada fisik, namun masih membekas pada batin. Kesimpulan: Hasil penelitian ini dapat dikembangkan pada penelitian lebih lanjut dan menjadi tambahan informasi dalam dunia pendidikan, serta menambah wawasan dan motivasi perawat maternitas dalam memberikan asuhan keperawatan, misalnya pendampingan pada pasangan yang menikah di usia muda dengan memberikan edukasi terkait kesiapan pasangan dalam memasuki kehidupan berumah tangga.Kata Kunci: Kehamilan, kekerasan dalam rumah tangga, perempuan Experience of Women Suffering from Domestic Violence During PregnancyABSTRACTDomestic violence is a physical, verbal, sexual, and psychological act committed against a person which causes suffering and neglect of the household. Objective: To reveal further the experience of women suffering from Domestic Violence during pregnancy in the working area of the Kampung Kawat Public Health Center, West Kalimantan. Methods: This research employed a phenomenological approach. Participants were taken using purposive sampling and snow ball. 8 participants were involved in this research. Data was collected by means of in-depth interviews using field notes and voice recorders. Data were analyzed by using the Colaizzi method. Results: This research resulted in 6 themes, namely forms of violence received by respondents while being victims of domestic violence during pregnancy, problems arising in pregnancy due to domestic violence, coping mechanisms performed by victims of domestic violence, feelings experienced by respondents as victims of domestic violence, causes of dome
家庭暴力缺乏症是对身体、言语、性和心理上造成家庭痛苦和忽视的行为。目的:了解更多关于怀孕期间家庭暴力受害者在加里曼丹西部钢铁厂Puskesmas地区的经历。方法:用现象学方法设计本研究。参与者使用采样和雪球来确定。共有8名参与者参与这项研究。数据收集是通过现场记录和语音记录的采访方式进行的。数据是用科莱兹方法分析的。主题6:这项研究结果产生的暴力形式接受由受访者在怀孕时期成为家庭暴力的受害者,在怀孕期间出现的问题是由于家庭暴力,家庭暴力受害者所做的应对机制,受访者感受到作为家庭暴力受害者的感觉,导致家庭暴力在妊娠期,预期的受访者对医疗服务的事情。讨论:怀孕期间家庭暴力受害者的经历对母亲和胎儿都有不良影响。从参与者的表达中可以看出,他们所接受的行为在今天仍然存在,尽管对身体没有影响,但仍然存在于内心。结论:这项研究的结果可以在进一步的研究中发展,成为教育领域的额外信息,增加产科护士在提供护理护理方面的洞察力和动力,比如通过教育与伴侣对家庭生活的准备。关键字:怀孕、家庭暴力、妇女在家庭暴力前对家庭暴力的生理、言语、性和心理行为承诺针对那些因其原因而引起的家庭暴力的人。目标:揭示妇女在西婆罗洲公共卫生中心工作地区所面临的家庭暴力的进一步体验。方法:这项研究产生了现象。Participants用的是采样和雪球。8名参与者参与了这项研究。数据是由试试看地记事本和语音记录器收集的。数据是用Colaizzi method分析的。Results:这个研究resulted in 6 themes, namely forms of respondents而偏暴力收到期间存在家庭暴力的受害者怀孕,problems arising在怀孕帐款到家庭暴力,家庭暴力的应对机制performed by受害者,美国经历感情由respondents受害者的家庭暴力,家庭暴力在此期间怀孕的敢死队,事情respondents通缉犯的健康服务。讨论:妇女在怀孕期间遭受家庭暴力的经验对母亲和母亲有负面影响。这些可以在他们今天收到的行动的表情中看到。虽然他们不再是天生的印记,但他们仍然在心灵上留下印记。历史性:研究results可以成为developed》离研究和为美国服务资讯网的教育措施,as well as add insight和motivation,塞梅尔的护士在提供护理护理,为操作辅导有些谁嫁给at a young age:教育提供关于《有些readiness to enter a结婚生活。家庭暴力,妇女
{"title":"PENGALAMAN PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PADA MASA KEHAMILAN","authors":"D. Aprilya","doi":"10.32419/jppni.v5i2.227","DOIUrl":"https://doi.org/10.32419/jppni.v5i2.227","url":null,"abstract":"ABSTRAKKekerasan dalam rumah tangga adalah perbuatan yang dilakukan terhadap seseorang dalam bentuk fisik, verbal, seksual, dan psikologis yang menyebabkan penderitaan dan penelantaran rumah tangga. Tujuan: Mengetahui lebih dalam tentang pengalaman perempuan korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) pada masa kehamilan di wilayah kerja Puskesmas Kampung Kawat, Kalimantan Barat. Metode: Desain penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi. Penentuan partisipan menggunakan purposive sampling dan snow ball. Sebanyak 8 partisipan terlibat dalam penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan dengan cara in-depth interview dengan menggunakan catatan lapangan dan perekam suara. Data dianalisis dengan metode Colaizzi. Hasil: Penelitian ini menghasilkan 6 tema yaitu bentuk kekerasan yang diterima oleh responden selama menjadi korban KDRT pada masa kehamilan, Masalah yang timbul pada kehamilan akibat KDRT, Mekanisme koping yang dilakukan korban KDRT, Perasaan yang dirasakan responden sebagai korban KDRT, Penyebab terjadinya KDRT pada masa kehamilan, Hal-hal yang diinginkan responden terhadap pelayanan kesehatan. Diskusi: pengalaman perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga pada masa kehamilan memberikan dampak buruk terhadap ibu maupun janin. Hal-hal tersebut terlihat pada ungkapan-ungkapan yang diberikan partisipan bahwa perbuatan yang mereka terima masih membekas hingga saat ini, meskipun sudah tidak membekas pada fisik, namun masih membekas pada batin. Kesimpulan: Hasil penelitian ini dapat dikembangkan pada penelitian lebih lanjut dan menjadi tambahan informasi dalam dunia pendidikan, serta menambah wawasan dan motivasi perawat maternitas dalam memberikan asuhan keperawatan, misalnya pendampingan pada pasangan yang menikah di usia muda dengan memberikan edukasi terkait kesiapan pasangan dalam memasuki kehidupan berumah tangga.Kata Kunci: Kehamilan, kekerasan dalam rumah tangga, perempuan Experience of Women Suffering from Domestic Violence During PregnancyABSTRACTDomestic violence is a physical, verbal, sexual, and psychological act committed against a person which causes suffering and neglect of the household. Objective: To reveal further the experience of women suffering from Domestic Violence during pregnancy in the working area of the Kampung Kawat Public Health Center, West Kalimantan. Methods: This research employed a phenomenological approach. Participants were taken using purposive sampling and snow ball. 8 participants were involved in this research. Data was collected by means of in-depth interviews using field notes and voice recorders. Data were analyzed by using the Colaizzi method. Results: This research resulted in 6 themes, namely forms of violence received by respondents while being victims of domestic violence during pregnancy, problems arising in pregnancy due to domestic violence, coping mechanisms performed by victims of domestic violence, feelings experienced by respondents as victims of domestic violence, causes of dome","PeriodicalId":356951,"journal":{"name":"Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121330450","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Selama pasien dirawat di ruang Intensive Cardiac Care Unit (ICCU), keluarga pasien mengalami kesulitan dan ketidakberdayaan. Bagi keluarga pasien, ruang rawat intensif merupakan tempat yang tidak menyenangkan. Keluarga masuk dalam kondisi yang tidak terduga dan dibutuhkan ketepatan keluarga dalam mengambil keputusan guna keberlangsungan hidup terkait kondisi pasien yang membutuhkan penanganan.Lama perawatan pasien di ruang ICCU sangat beragam. Lama rawat pasien ICCU berdampak langsung terhadap kualitas hidup pasien dan keluarga, risiko terjadinya di masa depan, dan besarnya pembiayaan dampak dari perawatan. Selama keluarga mendampingi perawatan pasien di ruang ICCU, keluarga akan mengalami berbagai reaksi emosional seperti kecemasan. Tujuan: Mengetahui hubungan lama hari rawat dengan tingkat kecemasan keluarga pasien di ruang ICCU. Metode: Korelasi dengan pendekatan cross sectional dengan sampel 42 responden di ruang ICCU, yang dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner HARS. Data dianalisis dengan uji korelasi Spearman. Hasil: Lama hari rawat pasien rata-rata 3,14 hari. Kecemasan keluarga pasien ICCU paling banyak berada pada tingkat kecemasan berat (33,3%). Terdapat hubungan yang bermakna antara lama hari rawat dengan tingkat kecemasan keluarga pasien (p=0,0003) dengan keeratan hubungan yang sedang (r=0,532) di ruang ICCU. Diskusi: Semakin lama pasien dirawat di ruang ICCU maka semakin tinggi tingkat kecemasan yang dirasakan keluarga pasien karena kondisi pasien yang tidak stabil ataupun semakin parah. Kesimpulan: Keluarga pasien perlu diberikan informasi dan edukasi yang jelas terkait kondisi pasien dalam sehari atau saat ada perburukan kondisi.Kata kunci: kecemasan, keluarga, lama hari rawat, perawatan intensif, perawatan kritis. Correlation Between Length of Stay and Anxiety Levels of Patients’ Family in Intensive Cardiac Care Unit Room ABSTRACTWhile a patient is being treated in the Intensive Cardiac Care Unit (ICCU), the patient's family experiences difficulties and helplessness. For the patient's family, the intensive care unit is an unpleasant place. The family enters into unexpected conditions and is required to make proper decisions for survival related to patient conditions. The patient's length of stay in the ICCU room is very diverse. The length of stay of ICCU patients directly impacts patients' quality of life and their families, the risk of future incidence, and the extent of the treatment cost. While the family accompanies the patient treated in the ICCU room, the family will experience various emotional reactions such as anxiety. Objective: To reveal the correlation between length of stay and the anxiety levels of the patient’s family in the ICCU room. Methods: Correlation with cross-sectional approach with a sample of 42 respondents in the ICCU room, who were selected using a purposive sampling method. The research instrument used the HARS questionnaire. Data were a
{"title":"HUBUNGAN LAMA HARI RAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI RUANG INTENSIVE CARDIAC CARE UNIT","authors":"Nifa Viranda Amelia","doi":"10.32419/jppni.v5i2.212","DOIUrl":"https://doi.org/10.32419/jppni.v5i2.212","url":null,"abstract":"Selama pasien dirawat di ruang Intensive Cardiac Care Unit (ICCU), keluarga pasien mengalami kesulitan dan ketidakberdayaan. Bagi keluarga pasien, ruang rawat intensif merupakan tempat yang tidak menyenangkan. Keluarga masuk dalam kondisi yang tidak terduga dan dibutuhkan ketepatan keluarga dalam mengambil keputusan guna keberlangsungan hidup terkait kondisi pasien yang membutuhkan penanganan.Lama perawatan pasien di ruang ICCU sangat beragam. Lama rawat pasien ICCU berdampak langsung terhadap kualitas hidup pasien dan keluarga, risiko terjadinya di masa depan, dan besarnya pembiayaan dampak dari perawatan. Selama keluarga mendampingi perawatan pasien di ruang ICCU, keluarga akan mengalami berbagai reaksi emosional seperti kecemasan. Tujuan: Mengetahui hubungan lama hari rawat dengan tingkat kecemasan keluarga pasien di ruang ICCU. Metode: Korelasi dengan pendekatan cross sectional dengan sampel 42 responden di ruang ICCU, yang dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner HARS. Data dianalisis dengan uji korelasi Spearman. Hasil: Lama hari rawat pasien rata-rata 3,14 hari. Kecemasan keluarga pasien ICCU paling banyak berada pada tingkat kecemasan berat (33,3%). Terdapat hubungan yang bermakna antara lama hari rawat dengan tingkat kecemasan keluarga pasien (p=0,0003) dengan keeratan hubungan yang sedang (r=0,532) di ruang ICCU. Diskusi: Semakin lama pasien dirawat di ruang ICCU maka semakin tinggi tingkat kecemasan yang dirasakan keluarga pasien karena kondisi pasien yang tidak stabil ataupun semakin parah. Kesimpulan: Keluarga pasien perlu diberikan informasi dan edukasi yang jelas terkait kondisi pasien dalam sehari atau saat ada perburukan kondisi.Kata kunci: kecemasan, keluarga, lama hari rawat, perawatan intensif, perawatan kritis. Correlation Between Length of Stay and Anxiety Levels of Patients’ Family in Intensive Cardiac Care Unit Room ABSTRACTWhile a patient is being treated in the Intensive Cardiac Care Unit (ICCU), the patient's family experiences difficulties and helplessness. For the patient's family, the intensive care unit is an unpleasant place. The family enters into unexpected conditions and is required to make proper decisions for survival related to patient conditions. The patient's length of stay in the ICCU room is very diverse. The length of stay of ICCU patients directly impacts patients' quality of life and their families, the risk of future incidence, and the extent of the treatment cost. While the family accompanies the patient treated in the ICCU room, the family will experience various emotional reactions such as anxiety. Objective: To reveal the correlation between length of stay and the anxiety levels of the patient’s family in the ICCU room. Methods: Correlation with cross-sectional approach with a sample of 42 respondents in the ICCU room, who were selected using a purposive sampling method. The research instrument used the HARS questionnaire. Data were a","PeriodicalId":356951,"journal":{"name":"Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)","volume":"63 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121862592","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Hipertensi semakin sering terjadi pada masyarakat di Indonesia dan dianggap sebagai salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Meskipun upaya pengelolaan hipertensi dengan pendekatan farmakologi dan nonfarmakologi termasuk pendekatan pelayanan kesehatan tradisional telah dilakukan, namun prevalensi hipertensi dan kematian akibat hipertensi masih tetap tinggi. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perawtan mandiri hipertensi dan pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional pada pasien hipertensi di Denpasar. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional . Responden adalah 100 pasien yang direkrut melalui consecutive sampling di 4 Puskesmas di Denpasar. Kuesioner yang divalidasi tentang manajemen diri dari diet, aktivitas fisik, manajemen stres, konsumsi alkohol, merokok, kepatuhan pengobatan dan penggunaan layanan kesehatan tradisional, digunakan untuk mengumpulkan data. Hasil: Hasil menunjukkan bahwa usia rata-rata adalah 55 tahun (berkisar 17-80 tahun), 50,4% adalah perempuan. Dalam manajemen diri, sebagian besar responden menunjukkan manajemen yang memadai di 5 domain (72% untuk manajemen diet, 74% untuk manajemen stres, 97% membatasi konsumsi alkohol, 95% menghindari merokok dan 89% patuh dengan konsumsi obat). Namun, 63% responden menunjukkan manajemen yang buruk pada aktivitas fisik. Selain itu, hanya 25% responden yang menggunakan pelayanan kesehatan tradisional untuk mengelola hipertensinya. Kesimpulan: Praktisi kesehatan disarankan untuk mempromosikan aktivitas fisik dan penggunaan layanan kesehatan tradisional untuk mengelola hipertensi. Kata kunci : Hipertensi, Layanan Kesehatan Trasidional, Perawatan Mandiri,
{"title":"PERAWATAN MANDIRI HIPERTENSI DAN PEMANFAATAN LAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL PENDERITA HIPERTENSI DI DENPASAR","authors":"Ni Kadek Sutini, I. P. Suyasa","doi":"10.32419/jppni.v5i2.289","DOIUrl":"https://doi.org/10.32419/jppni.v5i2.289","url":null,"abstract":"Hipertensi semakin sering terjadi pada masyarakat di Indonesia dan dianggap sebagai salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Meskipun upaya pengelolaan hipertensi dengan pendekatan farmakologi dan nonfarmakologi termasuk pendekatan pelayanan kesehatan tradisional telah dilakukan, namun prevalensi hipertensi dan kematian akibat hipertensi masih tetap tinggi. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perawtan mandiri hipertensi dan pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional pada pasien hipertensi di Denpasar. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional . Responden adalah 100 pasien yang direkrut melalui consecutive sampling di 4 Puskesmas di Denpasar. Kuesioner yang divalidasi tentang manajemen diri dari diet, aktivitas fisik, manajemen stres, konsumsi alkohol, merokok, kepatuhan pengobatan dan penggunaan layanan kesehatan tradisional, digunakan untuk mengumpulkan data. Hasil: Hasil menunjukkan bahwa usia rata-rata adalah 55 tahun (berkisar 17-80 tahun), 50,4% adalah perempuan. Dalam manajemen diri, sebagian besar responden menunjukkan manajemen yang memadai di 5 domain (72% untuk manajemen diet, 74% untuk manajemen stres, 97% membatasi konsumsi alkohol, 95% menghindari merokok dan 89% patuh dengan konsumsi obat). Namun, 63% responden menunjukkan manajemen yang buruk pada aktivitas fisik. Selain itu, hanya 25% responden yang menggunakan pelayanan kesehatan tradisional untuk mengelola hipertensinya. Kesimpulan: Praktisi kesehatan disarankan untuk mempromosikan aktivitas fisik dan penggunaan layanan kesehatan tradisional untuk mengelola hipertensi. Kata kunci : Hipertensi, Layanan Kesehatan Trasidional, Perawatan Mandiri,","PeriodicalId":356951,"journal":{"name":"Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)","volume":"37 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128828792","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}