Pub Date : 2020-12-09DOI: 10.53441/jl.vol3.iss3.43
Alex Alex, S. S. Ola, Felysianus Sanga
Verba merupakan salah satu kelas kata yang ada dalam kelas kata. Semua bahasa di dunia ini memiliki kelas kata ‘verba’, selain, nomina, ajektiva, dan konjungsi. Verba memiliki ciri (1) bentuk morfologis, (2) perilaku sintaksis, dan (3) perilaku semantis. Dalam bahasa Anakalang ditemukan verba berdasarkan ciri-ciri morfologis, seperti: dana angu ‘tidak makan’, ciri-ciri sintaksis, seperti ‘Jiangu na payapame ta loku’ ‘Ikan yang ditangkap kami di sungai. Dan ciri semantis, seperti penggunaan prefiks pa- dalam kata maknanya ditentukan pada penggunaan kata itu di dalam kalimat, bukan pada kata yang memperoleh prefiks pa- itu, seperti: papalume yang terbentuk dari dua kata palu dan prefiks pa- dan me yang berarti ‘kami’ yang artinya saling memukul kami ‘kami saling memukul.’ Sedangkan papalugi yang dibentuk dari kata ‘palu’ dan prefiks pa- yang berarti memukul’, jadi, sedangkan gi berarti ‘ku’ atau saya, sehingga papalugi berarti ‘memukulku (saya) ‘saya memukul’. Secara semantis, verba yang memperoleh prefiks pa- maknanya ditentukan dalam penggnaannya di dalam tataran kalimat Tipe-tipe verba, seperti: ‘kaitu ‘petik’ sebagai bentuk dasar dan pakaitu ‘memetik’ sebagai bentuk turunan.
{"title":"VERBA DALAM BAHASA ANAKALANG","authors":"Alex Alex, S. S. Ola, Felysianus Sanga","doi":"10.53441/jl.vol3.iss3.43","DOIUrl":"https://doi.org/10.53441/jl.vol3.iss3.43","url":null,"abstract":"Verba merupakan salah satu kelas kata yang ada dalam kelas kata. Semua bahasa di dunia ini memiliki kelas kata ‘verba’, selain, nomina, ajektiva, dan konjungsi. Verba memiliki ciri (1) bentuk morfologis, (2) perilaku sintaksis, dan (3) perilaku semantis. Dalam bahasa Anakalang ditemukan verba berdasarkan ciri-ciri morfologis, seperti: dana angu ‘tidak makan’, ciri-ciri sintaksis, seperti ‘Jiangu na payapame ta loku’ ‘Ikan yang ditangkap kami di sungai. Dan ciri semantis, seperti penggunaan prefiks pa- dalam kata maknanya ditentukan pada penggunaan kata itu di dalam kalimat, bukan pada kata yang memperoleh prefiks pa- itu, seperti: papalume yang terbentuk dari dua kata palu dan prefiks pa- dan me yang berarti ‘kami’ yang artinya saling memukul kami ‘kami saling memukul.’ Sedangkan papalugi yang dibentuk dari kata ‘palu’ dan prefiks pa- yang berarti memukul’, jadi, sedangkan gi berarti ‘ku’ atau saya, sehingga papalugi berarti ‘memukulku (saya) ‘saya memukul’. Secara semantis, verba yang memperoleh prefiks pa- maknanya ditentukan dalam penggnaannya di dalam tataran kalimat Tipe-tipe verba, seperti: ‘kaitu ‘petik’ sebagai bentuk dasar dan pakaitu ‘memetik’ sebagai bentuk turunan.","PeriodicalId":367260,"journal":{"name":"Jurnal Lazuardi","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122819299","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-09DOI: 10.53441/jl.vol3.iss3.45
Hayon G. Nico, F. A. Nai, Fransiskus Sanda
Kepala Badan Bahasa Pusat mengatakan bahwa Bahasa Indonesia saat ini sudah menjadi Bahasa Internasional. Sejak Sumpah ke -3 yakni Berbahasa Satu Bahasa Indonesia diikrarkan para pemuda pada 28 Oktober 1928, Berbahasa Indonesia masih merupakan salah satu tali pengikat rasa persaudaraan di antara Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia sampai pada hari ini. Pertanyaannya: Cukupkah perasaan bangga itu hanya terbatas pada Bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa? Bahasa Indonesia masih menjadi bahasa Nasional?Bahasa Indonesia sudah menjadi bahasa Internasional? Jawabannya adalah: Belum. Bagi para Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Undana, rasa bangga atau rasa memiliki serta sampai hari ini masih menggunakan Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan berbagai peran dan fungsi Bahasa Indonesia seperti di atas, belumlah cukup. Para mahasiswa adalah calon guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dari tingkat SMP, SMA dan SMK. Sebagai calon guru, kemampuan dan keterampilan berbahasa Indonesia secara baik dan benar, tidak hanya untuk menggarisbawahi perannya sebagai Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Para mahasiswa yang kelak akan menjadi guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, juga menyandang peran dan tugas yang mulia yakni mencerdaskan kehidupan bangsa melalui Bahasa Indonesia. Kurikulum 2013 atau disebut Kurikulum Nasional, telah merenovasi pembelajaran Bahasa Indonesia dari pembelajaran parsial Menyimak, Berbicara, Membaca, dan Menulis, menjadi pembelajaran integratif berbasis teks.
{"title":"MELIDIK KONEKSI IPK DAN KEMAMPUAN BERBAHASA INDONESIA MAHASISWA SEMESTER III KELAS A PROGRA STUDI PENIDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FKIP UNDANA KUPANG","authors":"Hayon G. Nico, F. A. Nai, Fransiskus Sanda","doi":"10.53441/jl.vol3.iss3.45","DOIUrl":"https://doi.org/10.53441/jl.vol3.iss3.45","url":null,"abstract":"Kepala Badan Bahasa Pusat mengatakan bahwa Bahasa Indonesia saat ini sudah menjadi Bahasa Internasional. Sejak Sumpah ke -3 yakni Berbahasa Satu Bahasa Indonesia diikrarkan para pemuda pada 28 Oktober 1928, Berbahasa Indonesia masih merupakan salah satu tali pengikat rasa persaudaraan di antara Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia sampai pada hari ini. Pertanyaannya: Cukupkah perasaan bangga itu hanya terbatas pada Bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa? Bahasa Indonesia masih menjadi bahasa Nasional?Bahasa Indonesia sudah menjadi bahasa Internasional? Jawabannya adalah: Belum. Bagi para Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Undana, rasa bangga atau rasa memiliki serta sampai hari ini masih menggunakan Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan berbagai peran dan fungsi Bahasa Indonesia seperti di atas, belumlah cukup. Para mahasiswa adalah calon guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dari tingkat SMP, SMA dan SMK. Sebagai calon guru, kemampuan dan keterampilan berbahasa Indonesia secara baik dan benar, tidak hanya untuk menggarisbawahi perannya sebagai Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Para mahasiswa yang kelak akan menjadi guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, juga menyandang peran dan tugas yang mulia yakni mencerdaskan kehidupan bangsa melalui Bahasa Indonesia. Kurikulum 2013 atau disebut Kurikulum Nasional, telah merenovasi pembelajaran Bahasa Indonesia dari pembelajaran parsial Menyimak, Berbicara, Membaca, dan Menulis, menjadi pembelajaran integratif berbasis teks.","PeriodicalId":367260,"journal":{"name":"Jurnal Lazuardi","volume":"21 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126641617","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-08DOI: 10.53441/jl.vol3.iss3.38
K. B. Jama
Estetika Caci etnik Manggarai di Flores tidak hanya berfungsi sebagai sebuah pertunjukan yang menghibur masyarakatnya. Estetika Caci menyumbang nilai pengetahuan bagi masyarakat penganut estetika ini. Sejumlah unsur-unsur estetik seperti panggal merupakan simbol tersimpannya pengetahuan dan perekam jejak-jejak budaya etnik Manggarai. Panggal merupakan artefak estetik, buah dari dunia ide estetik etnik Manggarai dan dialektika pengetahuan estetik. Teori hermeneutika simbol digunakan untuk membedah persoalan penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Temuan dalam penelitian adalah panggal merupakan artefak estetik yang mengukir satu konsep kesuburan yang dapat dibaca dari dua oposisi dimensi yaitu yang fisik dan yang rohani.
{"title":"MEMBACA SIMBOL PANGGAL DALAM PERTUNJUKKAN ESTETIKA CACI ETNIK MANGGARAI DI FLORES","authors":"K. B. Jama","doi":"10.53441/jl.vol3.iss3.38","DOIUrl":"https://doi.org/10.53441/jl.vol3.iss3.38","url":null,"abstract":"Estetika Caci etnik Manggarai di Flores tidak hanya berfungsi sebagai sebuah pertunjukan yang menghibur masyarakatnya. Estetika Caci menyumbang nilai pengetahuan bagi masyarakat penganut estetika ini. Sejumlah unsur-unsur estetik seperti panggal merupakan simbol tersimpannya pengetahuan dan perekam jejak-jejak budaya etnik Manggarai. Panggal merupakan artefak estetik, buah dari dunia ide estetik etnik Manggarai dan dialektika pengetahuan estetik. Teori hermeneutika simbol digunakan untuk membedah persoalan penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Temuan dalam penelitian adalah panggal merupakan artefak estetik yang mengukir satu konsep kesuburan yang dapat dibaca dari dua oposisi dimensi yaitu yang fisik dan yang rohani.","PeriodicalId":367260,"journal":{"name":"Jurnal Lazuardi","volume":"63 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129860748","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-08DOI: 10.53441/jl.vol3.iss3.40
Jufizal
In addition to grammatical-formal constructions, Minangkabaunese has another type of grammatical constructions in which the stylistic-cultural meanings are capsulated. Such stylistic-grammatical constructions bring about language politeness values, as well. This paper, which is derived from and developed based on a part of the result of a research conducted in 2017and in 2019, particularly discusses the phenomena of ergativity and subject deletion of the stylistic-grammatical constructions in Minangkabaunese in conveying language politeness value. Two questions are respectively answered in this paper: (i) what is the degree of ergativity of stylistic-grammatical constructions in Minangkabaunese?; and (ii) how do the ergativity and subject deletion convey the language politeness value and language education? The studies were descriptive-qualitative researches operationally conducted in the form of a field linguistic research. The data are in the form of syntactic constructions which are categorized into the stylistic-grammatical constructions. The result of data analysis reveals that: (i) the stylistic-grammatical constructions of Minangkabaunese have high degree of ergativity; and (ii) they bring about the languge politeness value by means of ergative construction, subject deletion, and using ready-made and fixed constructions. These are all useful for language education, especially in Minangkabaunese and in other languages with the same or similar culture.
{"title":"ERGATIVITY AND SUBJECT DELETION IN STYLISTIC-GRAMMATICAL CONSTRUCTIONS OF MINANGKABAUNESE","authors":"Jufizal","doi":"10.53441/jl.vol3.iss3.40","DOIUrl":"https://doi.org/10.53441/jl.vol3.iss3.40","url":null,"abstract":"In addition to grammatical-formal constructions, Minangkabaunese has another type of grammatical constructions in which the stylistic-cultural meanings are capsulated. Such stylistic-grammatical constructions bring about language politeness values, as well. This paper, which is derived from and developed based on a part of the result of a research conducted in 2017and in 2019, particularly discusses the phenomena of ergativity and subject deletion of the stylistic-grammatical constructions in Minangkabaunese in conveying language politeness value. Two questions are respectively answered in this paper: (i) what is the degree of ergativity of stylistic-grammatical constructions in Minangkabaunese?; and (ii) how do the ergativity and subject deletion convey the language politeness value and language education? The studies were descriptive-qualitative researches operationally conducted in the form of a field linguistic research. The data are in the form of syntactic constructions which are categorized into the stylistic-grammatical constructions. The result of data analysis reveals that: (i) the stylistic-grammatical constructions of Minangkabaunese have high degree of ergativity; and (ii) they bring about the languge politeness value by means of ergative construction, subject deletion, and using ready-made and fixed constructions. These are all useful for language education, especially in Minangkabaunese and in other languages with the same or similar culture. ","PeriodicalId":367260,"journal":{"name":"Jurnal Lazuardi","volume":"34 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127756234","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-08DOI: 10.53441/jl.vol3.iss3.39
Leni Amelia Suek
ABSTRAK Penelitian ini adalah studi deskriptif yang menganalisa peluang dan tantangan yang dihadapi ketika merintis dan mengembangkan kelas Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA ) di Universitas Nottingham di Inggris. Kajian ini berdasarkan pengalaman penulis yang juga adalah perintis program BIPA di Universitas Nottingham yang didukung dengan studi literatur. Peluang Program BIPA di luar negeri adalah internasionalisasi bahasa Indonesia di dunia, penguatan hubungan diplomatik kedua negara, promosi dan perluasan kerjasama antara berbagai universitas di Indonesia dan luar negeri baik dalam hal akademik dan beasiswa, perluasan komunitas pecinta bahasa dan budaya Indonesia, bisnis baru bagi universitas di Indonesia dan lembaga bahasa lainnya dan peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia. Tantangan yang dihadapi adalah terkait pengembangan kurikulum, kualitas pengajar, metode mengajar dan pengelolaan program BIPA di Universitas Nottingham di Inggris. Program BIPA ini telah berjalan dengan baik terlepas dari tantangan yang dihadapi, karena peluang yang diciptakan telah terwujud. Kata Kunci: BIPA, Peluang, Tantangan, Perintisan Program
{"title":"PERINTISAN DAN PENGEMBANGAN KELAS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASING (BIPA) DI TINGKAT PERGURUAN TINGGI DI INGGRIS: PELUANG DAN TANTANGAN","authors":"Leni Amelia Suek","doi":"10.53441/jl.vol3.iss3.39","DOIUrl":"https://doi.org/10.53441/jl.vol3.iss3.39","url":null,"abstract":"ABSTRAK \u0000 \u0000Penelitian ini adalah studi deskriptif yang menganalisa peluang dan tantangan yang dihadapi ketika merintis dan mengembangkan kelas Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA ) di Universitas Nottingham di Inggris. Kajian ini berdasarkan pengalaman penulis yang juga adalah perintis program BIPA di Universitas Nottingham yang didukung dengan studi literatur. Peluang Program BIPA di luar negeri adalah internasionalisasi bahasa Indonesia di dunia, penguatan hubungan diplomatik kedua negara, promosi dan perluasan kerjasama antara berbagai universitas di Indonesia dan luar negeri baik dalam hal akademik dan beasiswa, perluasan komunitas pecinta bahasa dan budaya Indonesia, bisnis baru bagi universitas di Indonesia dan lembaga bahasa lainnya dan peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia. Tantangan yang dihadapi adalah terkait pengembangan kurikulum, kualitas pengajar, metode mengajar dan pengelolaan program BIPA di Universitas Nottingham di Inggris. Program BIPA ini telah berjalan dengan baik terlepas dari tantangan yang dihadapi, karena peluang yang diciptakan telah terwujud. \u0000 \u0000Kata Kunci: BIPA, Peluang, Tantangan, Perintisan Program","PeriodicalId":367260,"journal":{"name":"Jurnal Lazuardi","volume":"28 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115474965","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-08DOI: 10.53441/jl.vol3.iss3.37
Alexander Bala
Kritik dalam lagu Iwan Fals bertujuan mengingatkan para wakil rakyat di parlemen untuk secara ikhlas dan sepenuh hati memperjuangkan kesejahteraan masyarakat. Dengan cara menghindari konspirasi melalui perilaku korupsi, kolusi, dan nepotisme terhadap dana-dana pembangunan masyarakat. Dengan demikian, seorang wakil rakyat musti terus berperan sebagai penyalur aspirasi rakyat melalui berbagai kebijakan tentang rakyat di parlemen.
{"title":"KRITIK KEPADA WAKIL RAKYAT DALAM LAGU IWAN FALS","authors":"Alexander Bala","doi":"10.53441/jl.vol3.iss3.37","DOIUrl":"https://doi.org/10.53441/jl.vol3.iss3.37","url":null,"abstract":"Kritik dalam lagu Iwan Fals bertujuan mengingatkan para wakil rakyat di parlemen untuk secara ikhlas dan sepenuh hati memperjuangkan kesejahteraan masyarakat. Dengan cara menghindari konspirasi melalui perilaku korupsi, kolusi, dan nepotisme terhadap dana-dana pembangunan masyarakat. Dengan demikian, seorang wakil rakyat musti terus berperan sebagai penyalur aspirasi rakyat melalui berbagai kebijakan tentang rakyat di parlemen.","PeriodicalId":367260,"journal":{"name":"Jurnal Lazuardi","volume":"49 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123848162","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-08DOI: 10.53441/jl.vol3.iss3.41
Aron Meko Mbate
Pembelajaran anekabahasa menjamin pijakan peserta didik untuk menyatu dengan lingkungannya, baik secara lingual-kultural maupun scara natural. Keanekaragaman bahasa dan keberagaman budaya adalah sumber pendidikan dan pembelajaran yang patut dimanfaatkan sebesar-besarnya dalam konteks pembelajaran bahasa, bagian dari sistem pendidikan nasional. Hak hidup setiap bahasa dan hak asasi belajar anak untuk memperoleh dan mewarisi nulai-nilai luhur bangsa di lingkungan etnik dan bangsanya adalah peneguhan jati diri dan penguatan karakter keindonesiaan berbasis bahasa sebagai representasi kekayaan alam dan keanekaragaman budaya bangsa. Untuk itu, pembelajaran semua bahasa (lokal/daerah, nasional/Indonesia, dan bahasa asing) secara terpadu dalam kemasan bahan bacaan dan sumber pembelajaran yang anekabahasa, menjadi keniscayaan.
{"title":"PEMBELAJARAN ANEKABAHASA BERBASIS LINGKUNGAN","authors":"Aron Meko Mbate","doi":"10.53441/jl.vol3.iss3.41","DOIUrl":"https://doi.org/10.53441/jl.vol3.iss3.41","url":null,"abstract":"Pembelajaran anekabahasa menjamin pijakan peserta didik untuk menyatu dengan lingkungannya, baik secara lingual-kultural maupun scara natural. Keanekaragaman bahasa dan keberagaman budaya adalah sumber pendidikan dan pembelajaran yang patut dimanfaatkan sebesar-besarnya dalam konteks pembelajaran bahasa, bagian dari sistem pendidikan nasional. Hak hidup setiap bahasa dan hak asasi belajar anak untuk memperoleh dan mewarisi nulai-nilai luhur bangsa di lingkungan etnik dan bangsanya adalah peneguhan jati diri dan penguatan karakter keindonesiaan berbasis bahasa sebagai representasi kekayaan alam dan keanekaragaman budaya bangsa. Untuk itu, pembelajaran semua bahasa (lokal/daerah, nasional/Indonesia, dan bahasa asing) secara terpadu dalam kemasan bahan bacaan dan sumber pembelajaran yang anekabahasa, menjadi keniscayaan.","PeriodicalId":367260,"journal":{"name":"Jurnal Lazuardi","volume":"3 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130196394","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-06-12DOI: 10.53441/jl.vol3.iss2.35
Hendrikus Jehane, Fransiskus Sanda, Jeladu Kosmas
Untuk memperingati Bulan Bahasa dan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, tim penyuluh berinisiatif untuk melakukan penyuluhan bahasa Indonesia bagi guru-guru SMA Negeri 1 Kupang Tengah. Sasaran penyuluhan ini adalah guru-guru karena semua guru mata pelajaran di sekolah memiliki tanggung jawab yang sama dengan guru bahasa Indonesia. Guru adalah row model penggunaan bahasa Indonesia yang baik bagi para siswa. Masalah yang dihadapi oleh mitra PPM adalah (1) guru-guru belum menyadari peran bahasa Indonesia sebagai wahana pemersatu bangsa, pemersatu berbagai suku dengan bahasa daerah yang hidup di Indonesia; (2) Masih banyak guru yang beranggapan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah adalah tanggung jawab guru bahasa Indonesia, padahal seharusnya merupakan tanggung jawab semua guru mata pelajaran; (3) guru-guru belum menyadari peranan penting bahasa Indonesia sebagai jendela dunia atau sebagai wahana ilmu pengetahuan; (4) masih banyak guru yang belum cermat dalam menulis kata serapan maupun kata asli bahasa Indonesia, penulisan kata berafiks, dan sebagainya. Tujuan penyuluhan ini adalah agar para peserta memiliki kompetensi sikap menghargai bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa dan sebagai wahana ilmu pengetahuan, serta mahir menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam berbagai ranah penggunaan bahasa. Luaran penyuluhan menunjukkan para guru SMA Negeri 1 Kupang Tengah menyatakan puas dengan penyuluhan ini. Mereka menyadari bahwa selama ini mereka kurang menyadari peranan dan fungsi penting bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa dan sebagai wahana ilmu pengetahuan. Mereka juga menyadari bahwa selama ini mereka tidak peduli dan tidak cermat dalam berbahasa Indonesia. Penyuluhan ini sangat bermanfaat untuk mereka. Sebelum diberikan penyuluhan para guru dan tenaga kependidikan SMAN 1 Kupang tengah baru menguasai 50, 43% materi yang dibahas dalam penyuluhan. Namun setelah diberikan penyuluhan, tingkat penguasaan mereka terhadap materi penyuluhan mencapai 85,96%. Hal ini menunjukkan bahwa penyuluhan ini berhasil meningkatkan kompetensi guru dan tenaga kependidikan SMA Negeri 1 Kupang Tengah dalam menggunakan bahasa Indonesia baku.
{"title":"KECERMATAN PENULISAN KATA BAKU OLEH GURU-GURU SMA NEGERI 1 KUPANG TENGAH","authors":"Hendrikus Jehane, Fransiskus Sanda, Jeladu Kosmas","doi":"10.53441/jl.vol3.iss2.35","DOIUrl":"https://doi.org/10.53441/jl.vol3.iss2.35","url":null,"abstract":"Untuk memperingati Bulan Bahasa dan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, tim penyuluh berinisiatif untuk melakukan penyuluhan bahasa Indonesia bagi guru-guru SMA Negeri 1 Kupang Tengah. Sasaran penyuluhan ini adalah guru-guru karena semua guru mata pelajaran di sekolah memiliki tanggung jawab yang sama dengan guru bahasa Indonesia. Guru adalah row model penggunaan bahasa Indonesia yang baik bagi para siswa. Masalah yang dihadapi oleh mitra PPM adalah (1) guru-guru belum menyadari peran bahasa Indonesia sebagai wahana pemersatu bangsa, pemersatu berbagai suku dengan bahasa daerah yang hidup di Indonesia; (2) Masih banyak guru yang beranggapan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah adalah tanggung jawab guru bahasa Indonesia, padahal seharusnya merupakan tanggung jawab semua guru mata pelajaran; (3) guru-guru belum menyadari peranan penting bahasa Indonesia sebagai jendela dunia atau sebagai wahana ilmu pengetahuan; (4) masih banyak guru yang belum cermat dalam menulis kata serapan maupun kata asli bahasa Indonesia, penulisan kata berafiks, dan sebagainya. Tujuan penyuluhan ini adalah agar para peserta memiliki kompetensi sikap menghargai bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa dan sebagai wahana ilmu pengetahuan, serta mahir menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam berbagai ranah penggunaan bahasa. \u0000Luaran penyuluhan menunjukkan para guru SMA Negeri 1 Kupang Tengah menyatakan puas dengan penyuluhan ini. Mereka menyadari bahwa selama ini mereka kurang menyadari peranan dan fungsi penting bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa dan sebagai wahana ilmu pengetahuan. Mereka juga menyadari bahwa selama ini mereka tidak peduli dan tidak cermat dalam berbahasa Indonesia. Penyuluhan ini sangat bermanfaat untuk mereka. Sebelum diberikan penyuluhan para guru dan tenaga kependidikan SMAN 1 Kupang tengah baru menguasai 50, 43% materi yang dibahas dalam penyuluhan. Namun setelah diberikan penyuluhan, tingkat penguasaan mereka terhadap materi penyuluhan mencapai 85,96%. Hal ini menunjukkan bahwa penyuluhan ini berhasil meningkatkan kompetensi guru dan tenaga kependidikan SMA Negeri 1 Kupang Tengah dalam menggunakan bahasa Indonesia baku.","PeriodicalId":367260,"journal":{"name":"Jurnal Lazuardi","volume":"42 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128071507","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-06-12DOI: 10.53441/jl.vol3.iss2.33
F. A. Nai
Menulis skripsi adalah salah satu prasyarat untuk meraih gelar sarjana. Para mahasiswa diberi kebebasan memilih judul atau topik untuk diteliti, dikaji dan dianalisis menjadi sebuah tulisan ilmiah dalam rangka mengimplementasi teori yang telah diterima selama perkuliahan. Problematika pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMP, SMA, dan SMK merupakan objek yang sangat kompleks, menarik, dan penting untuk dikaji Untuk dapat menguji dan menganalisis kemampuan siswa, para mahasiswa seyogyanya telah terlebih dahulu memiliki kemampuan tersebut. Menguji kemampuan siswa dalam hal ini, tidak dapat dibatasi hanya pada persoalan ketertarikan atau keberminatan semata. Ketertarikan yang juga harus ditunjang oleh kemampuan diri. Artikel ini menyajikan, sebuah skripsi yang secara cermat menguraikan latar belakang, merumuskan masalah, menentukan teori sebagai landasan penelitian, memilih metode penelitian, membahas hasil penelitian, sampai penyimpulan. Kecermatan penulis skripsi tersebut, mendorong penulis menyajikan artikel ini dan diberi judul “Kecermatan Menganalisis Kemampuan Menulis Teks Eksposisi”. Judul yang tampak tak berbatas itu akan menjadi spesifik ketika penulis memaparkan bagaimana penulis skripsi menguraikan latar belakang, menentukan landasan teori, memilih dan menetapkan metode, menyajikan dan membahas hasil penelitian, sampai pada kecermatannya dalam membuat simpulan.
{"title":"KECERMATAN MENGANALISIS KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISI","authors":"F. A. Nai","doi":"10.53441/jl.vol3.iss2.33","DOIUrl":"https://doi.org/10.53441/jl.vol3.iss2.33","url":null,"abstract":"Menulis skripsi adalah salah satu prasyarat untuk meraih gelar sarjana. Para mahasiswa diberi kebebasan memilih judul atau topik untuk diteliti, dikaji dan dianalisis menjadi sebuah tulisan ilmiah dalam rangka mengimplementasi teori yang telah diterima selama perkuliahan. Problematika pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMP, SMA, dan SMK merupakan objek yang sangat kompleks, menarik, dan penting untuk dikaji Untuk dapat menguji dan menganalisis kemampuan siswa, para mahasiswa seyogyanya telah terlebih dahulu memiliki kemampuan tersebut. Menguji kemampuan siswa dalam hal ini, tidak dapat dibatasi hanya pada persoalan ketertarikan atau keberminatan semata. Ketertarikan yang juga harus ditunjang oleh kemampuan diri. Artikel ini menyajikan, sebuah skripsi yang secara cermat menguraikan latar belakang, merumuskan masalah, menentukan teori sebagai landasan penelitian, memilih metode penelitian, membahas hasil penelitian, sampai penyimpulan. Kecermatan penulis skripsi tersebut, mendorong penulis menyajikan artikel ini dan diberi judul “Kecermatan Menganalisis Kemampuan Menulis Teks Eksposisi”. Judul yang tampak tak berbatas itu akan menjadi spesifik ketika penulis memaparkan bagaimana penulis skripsi menguraikan latar belakang, menentukan landasan teori, memilih dan menetapkan metode, menyajikan dan membahas hasil penelitian, sampai pada kecermatannya dalam membuat simpulan.","PeriodicalId":367260,"journal":{"name":"Jurnal Lazuardi","volume":"71 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122738568","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-06-12DOI: 10.53441/jl.vol3.iss2.34
Semuel Nitbani
Salah satu unsur budaya masyarakat Timor Dawan adalah tuturan tonis. Jenis tuturan ini memiliki ciri bahasa dan unsur ‘pelisanan’ yang khas yang dilaksanakan dalam berbagai jenis ritual baik yang bersifat sosial maupun yang bersifat relijius. Bahkan, tuturan tonis itu sendiri adalah inti dan puncak pelaksanaan setiap acara resmi secara adat dan ritual dalam masyarakat ini. Tonis digolongkan kedalam jenis sastra ungkapan karena teks sastra ini terbentuk dari unsur-unsur imajinasi, kata kongkret, gaya bahasa, diksi, irama yang menjadi satu keutuhan dan keterpaduan untuk menjalankan fungsi-fungsi ekspresif, tematis, dan fungsi sosial dalam masyarakat pemiliknya. Sebagai teks lisan, tuturan tonis terdiri atas atau terbentuk dari adanya bentuk bahasa, artikulasi, volume suara, nada dan intonasi, ekspresi dan gerak fisik. Secara umum, isi tonis mencakup unsur dan perangkat-perangkat dalam wujud pernyataan-pernyataan yang isinya adalah tentang orang, tempat, dan peristiwa berdasarkan sejarah, kepercayaan, tema-tema kehidupan, keadaan dan hukum alam, hukum adat, norma-norma kemanusiaan, dan budaya. Sebagai teks, tonis ada dan berfungsi karena memiliki makna dan nilai. Itu berarti bahwa baik atau buruknya tonis didasarkan pada kemampun pembentukan makna atau ‘pembermaknaan’ dan kemampuan pembentukan nilai atau kemampuan ‘pembernilaian’ oleh penutur tonis atau atonis melalui kemampuan memanfaatkan perangkat-perangkat tonis dan kemampuan vokal, kontak, dan visual dalam penyajian atau pelantunan tonis.
{"title":"HAKIKAT TUTURAN TONIS: BENTUK LEGITIMASI RITUAL DALAM MASYARAKAT TIMOR DAWAN","authors":"Semuel Nitbani","doi":"10.53441/jl.vol3.iss2.34","DOIUrl":"https://doi.org/10.53441/jl.vol3.iss2.34","url":null,"abstract":" Salah satu unsur budaya masyarakat Timor Dawan adalah tuturan tonis. Jenis tuturan ini memiliki ciri bahasa dan unsur ‘pelisanan’ yang khas yang dilaksanakan dalam berbagai jenis ritual baik yang bersifat sosial maupun yang bersifat relijius. Bahkan, tuturan tonis itu sendiri adalah inti dan puncak pelaksanaan setiap acara resmi secara adat dan ritual dalam masyarakat ini. Tonis digolongkan kedalam jenis sastra ungkapan karena teks sastra ini terbentuk dari unsur-unsur imajinasi, kata kongkret, gaya bahasa, diksi, irama yang menjadi satu keutuhan dan keterpaduan untuk menjalankan fungsi-fungsi ekspresif, tematis, dan fungsi sosial dalam masyarakat pemiliknya. Sebagai teks lisan, tuturan tonis terdiri atas atau terbentuk dari adanya bentuk bahasa, artikulasi, volume suara, nada dan intonasi, ekspresi dan gerak fisik. Secara umum, isi tonis mencakup unsur dan perangkat-perangkat dalam wujud pernyataan-pernyataan yang isinya adalah tentang orang, tempat, dan peristiwa berdasarkan sejarah, kepercayaan, tema-tema kehidupan, keadaan dan hukum alam, hukum adat, norma-norma kemanusiaan, dan budaya. Sebagai teks, tonis ada dan berfungsi karena memiliki makna dan nilai. Itu berarti bahwa baik atau buruknya tonis didasarkan pada kemampun pembentukan makna atau ‘pembermaknaan’ dan kemampuan pembentukan nilai atau kemampuan ‘pembernilaian’ oleh penutur tonis atau atonis melalui kemampuan memanfaatkan perangkat-perangkat tonis dan kemampuan vokal, kontak, dan visual dalam penyajian atau pelantunan tonis.","PeriodicalId":367260,"journal":{"name":"Jurnal Lazuardi","volume":"52 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115861424","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}