Pub Date : 2024-01-10DOI: 10.33024/jikk.v10i12.12751
Nasyada Fadhila Rahmadini, N. A. Safitri, Ni Made Sri Padma Puspita, Nurul Aulia Binti Amir, Sicillia Putri Atari, Tri Sastra Paradhini, Ilsa Hunaifi
Abstract: Study Literature: Patomekanisme Gangguan Kognitif Pada Pasien Hipertensi. Menurut Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi oleh Indonesian Society of Hypertension (INaSH), hipertensi emergensi merupakan situasi hipertensi derajat 3 yang diikuti dengan hypertension-mediated organ damage (HMOD) akut. Atau dapat didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistol dan diastol yang berada di atas 180/110 mm Hg. Hipertensi masih menjadi permasalahan global dan diperkirakan akan meningkat sebanyak 29% pada tahun 2025, dengan angka mortalitas mencapai 4,6%. Sekitar 75 juta atau 32% dari orang dewasa di Amerika Serikat mengalami hipertensi dengan sebanyak 1%-3% pasien dapat mengalami krisis hipertensi. Hipertensi memiliki hubungan yang erat dengan peningkatan risiko terjadinya disfungsi kognitif terutama pada individu lanjut usia. Ketika seseorang lansia mengalami hipertensi, akan terjadi gangguan umum pada beberapa mekanisme homeostasis termasuk regulasi aliran darah ke otak dan tekanan mikrovaskular. Salah satu contoh dari gangguan kognitif yang dapat terjadi adalah alzheimer.
{"title":"STUDY LITERATURE: PATOMEKANISME GANGGUAN KOGNITIF PADA PASIEN HIPERTENSI","authors":"Nasyada Fadhila Rahmadini, N. A. Safitri, Ni Made Sri Padma Puspita, Nurul Aulia Binti Amir, Sicillia Putri Atari, Tri Sastra Paradhini, Ilsa Hunaifi","doi":"10.33024/jikk.v10i12.12751","DOIUrl":"https://doi.org/10.33024/jikk.v10i12.12751","url":null,"abstract":"Abstract: Study Literature: Patomekanisme Gangguan Kognitif Pada Pasien Hipertensi. Menurut Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi oleh Indonesian Society of Hypertension (INaSH), hipertensi emergensi merupakan situasi hipertensi derajat 3 yang diikuti dengan hypertension-mediated organ damage (HMOD) akut. Atau dapat didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistol dan diastol yang berada di atas 180/110 mm Hg. Hipertensi masih menjadi permasalahan global dan diperkirakan akan meningkat sebanyak 29% pada tahun 2025, dengan angka mortalitas mencapai 4,6%. Sekitar 75 juta atau 32% dari orang dewasa di Amerika Serikat mengalami hipertensi dengan sebanyak 1%-3% pasien dapat mengalami krisis hipertensi. Hipertensi memiliki hubungan yang erat dengan peningkatan risiko terjadinya disfungsi kognitif terutama pada individu lanjut usia. Ketika seseorang lansia mengalami hipertensi, akan terjadi gangguan umum pada beberapa mekanisme homeostasis termasuk regulasi aliran darah ke otak dan tekanan mikrovaskular. Salah satu contoh dari gangguan kognitif yang dapat terjadi adalah alzheimer.","PeriodicalId":378092,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140510908","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2024-01-10DOI: 10.33024/jikk.v10i12.12334
Fiana Damayanti, Ananda K Ramadhan, Athalita A Nabil, Hasan W Almuwaffaq, Sima Smith, Zikrul Haikal
Abstrak: Hirschsprung’s Disease: Metode Diagnosis Dan Tatalaksana. Penyakit Hirschsprung (HSCR) atau megakolon kongenital adalah penyakit yang ditandai dengan hilangnya kemampuan dilatasi dan peristaltik usus akibat tidak adanya sel ganglion pada pleksus Myentericus (Aurbach’s) dan pleksus submukosa (Meissner). HSCR 80% didiagnosis pada tahun pertama kehidupan atau pada neonatus, dan jarang terlihat pada masa remaja dan dewasa. Diagnosis penyakit Hirschsprung harus ditegakkan sedini mungkin mengingat berbagai komplikasi yang dapat terjadi dan sangat berbahaya bagi nyawa pasien seperti konstipasi, enterokolitis, perforasi usus, dan sepsis yang dapat menyebabkan kematian. Penyakit Hirschsprung yang tidak segera ditangani atau diobati dapat menyebabkan kematian sebesar 80%, terutama karena enterokolitis dan perforasi usus. Penanganan dini penyakit Hirschsprung efektif dalam mengurangi kejadian enterokolitis hingga 30%.
{"title":"HIRSCHSPRUNG’S DISEASE: METODE DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA","authors":"Fiana Damayanti, Ananda K Ramadhan, Athalita A Nabil, Hasan W Almuwaffaq, Sima Smith, Zikrul Haikal","doi":"10.33024/jikk.v10i12.12334","DOIUrl":"https://doi.org/10.33024/jikk.v10i12.12334","url":null,"abstract":"Abstrak: Hirschsprung’s Disease: Metode Diagnosis Dan Tatalaksana. Penyakit Hirschsprung (HSCR) atau megakolon kongenital adalah penyakit yang ditandai dengan hilangnya kemampuan dilatasi dan peristaltik usus akibat tidak adanya sel ganglion pada pleksus Myentericus (Aurbach’s) dan pleksus submukosa (Meissner). HSCR 80% didiagnosis pada tahun pertama kehidupan atau pada neonatus, dan jarang terlihat pada masa remaja dan dewasa. Diagnosis penyakit Hirschsprung harus ditegakkan sedini mungkin mengingat berbagai komplikasi yang dapat terjadi dan sangat berbahaya bagi nyawa pasien seperti konstipasi, enterokolitis, perforasi usus, dan sepsis yang dapat menyebabkan kematian. Penyakit Hirschsprung yang tidak segera ditangani atau diobati dapat menyebabkan kematian sebesar 80%, terutama karena enterokolitis dan perforasi usus. Penanganan dini penyakit Hirschsprung efektif dalam mengurangi kejadian enterokolitis hingga 30%.","PeriodicalId":378092,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan","volume":"56 5","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140511087","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2024-01-10DOI: 10.33024/jikk.v10i12.12283
Ida Ayu Sutresna Hariani, I. Prasetya, I. M. A. Mahendrayana
Abstrak: Prosedur Pemeriksaan CT Scan Thorax Sebagai Guiding Pemeriksaan FNAB Pada Kasus Tumor Paru Di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB. Pemeriksaan CT scan thorax dapat memberikan pencitraan untuk lokalisasi dan karakterisasi lesi, akan tetapi tidak dapat menunjukkan keganasan lesi/nodul. Pelaksanaan pemeriksaan CT Scan thorax sebagai guiding pemeriksaan FNAB dapat membantu dalam menegakkan diagnosis sitologi. Prosedur pemeriksaan CT Scan thorax sebagai Guiding pemeriksaan FNAB pada kasus Tumor Paru yang dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB tidak sama dengan teori yang dikemukakan oleh Trumm CG, Hoffmann R, Thomas C, 2009. Tujuan penelitian untuk mengetahui prosedur pemeriksaan yang dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB, kelebihan dan kekurangan dari pemeriksaan tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus,Subjek penelitian berjumlah 6 orang. Data yang telah diambil dianalisis secara descriptive,dimana hasil observasi dan wawancara dimasukkan ke bentuk transkrip,menentukan kategori – kategori data dalam pemilihan data,melakukan koding. Data dikaji dengan teknik kuotasi. Pemeriksaan CT Scan Thorax sebagai guiding pemeriksaan FNAB dilakukan tanpa persiapan pasien khusus, tahapan pemeriksaan CT Scan Thorax sebagai guiding Pemeriksaan FNAB dan pemeriksaan CT Scan Thorax evaluasi post pemeriksaan FNAB. Pemeriksaan CT Scan Thorax sebagai guiding pemeriksaan FNAB pada kasus tumor paru di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB tanpa ada persiapan pasien khusus, posisi pasien tergantung pada letak tumor pada paru dan HU ( Hounsfield Unit) tumor dan hanya dilakukan CT Scan Thorax evaluasi Post pemeriksaan FNAB.Terdapat kelebihan dan kekurangan dalam pemeriksaan CT Scan Thorax sebagai guiding pemriksaan FNAB.
{"title":"PROSEDUR PEMERIKSAAN CT SCAN THORAX SEBAGAI GUIDING PEMERIKSAAN FNAB PADA KASUS TUMOR PARU DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT (NTB)","authors":"Ida Ayu Sutresna Hariani, I. Prasetya, I. M. A. Mahendrayana","doi":"10.33024/jikk.v10i12.12283","DOIUrl":"https://doi.org/10.33024/jikk.v10i12.12283","url":null,"abstract":"Abstrak: Prosedur Pemeriksaan CT Scan Thorax Sebagai Guiding Pemeriksaan FNAB Pada Kasus Tumor Paru Di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB. Pemeriksaan CT scan thorax dapat memberikan pencitraan untuk lokalisasi dan karakterisasi lesi, akan tetapi tidak dapat menunjukkan keganasan lesi/nodul. Pelaksanaan pemeriksaan CT Scan thorax sebagai guiding pemeriksaan FNAB dapat membantu dalam menegakkan diagnosis sitologi. Prosedur pemeriksaan CT Scan thorax sebagai Guiding pemeriksaan FNAB pada kasus Tumor Paru yang dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB tidak sama dengan teori yang dikemukakan oleh Trumm CG, Hoffmann R, Thomas C, 2009. Tujuan penelitian untuk mengetahui prosedur pemeriksaan yang dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB, kelebihan dan kekurangan dari pemeriksaan tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus,Subjek penelitian berjumlah 6 orang. Data yang telah diambil dianalisis secara descriptive,dimana hasil observasi dan wawancara dimasukkan ke bentuk transkrip,menentukan kategori – kategori data dalam pemilihan data,melakukan koding. Data dikaji dengan teknik kuotasi. Pemeriksaan CT Scan Thorax sebagai guiding pemeriksaan FNAB dilakukan tanpa persiapan pasien khusus, tahapan pemeriksaan CT Scan Thorax sebagai guiding Pemeriksaan FNAB dan pemeriksaan CT Scan Thorax evaluasi post pemeriksaan FNAB. Pemeriksaan CT Scan Thorax sebagai guiding pemeriksaan FNAB pada kasus tumor paru di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB tanpa ada persiapan pasien khusus, posisi pasien tergantung pada letak tumor pada paru dan HU ( Hounsfield Unit) tumor dan hanya dilakukan CT Scan Thorax evaluasi Post pemeriksaan FNAB.Terdapat kelebihan dan kekurangan dalam pemeriksaan CT Scan Thorax sebagai guiding pemriksaan FNAB.","PeriodicalId":378092,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan","volume":"52 7","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140511113","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2024-01-10DOI: 10.33024/jikk.v10i12.12594
Andhito Rafid Chusaeri
Abstrak: Kajian Pustaka: Patofisiologi, Diagosis, Manajemen Awal, Dan Pencegahan Sindrom Koroner Akut. Penyakit jantung koroner (PJK) telah menjadi perhatian utama bagi berbagai organisasi kesehatan dunia. Sekitar 20,1 juta orang dewasa berusia 20 tahun ke atas, atau sekitar 7,2% dari populasi dunia, mengalami kondisi ini. PJK terjadi ketika plak mengumpul di pembuluh darah koroner yang menyuplai darah ke otot jantung. Faktor risiko untuk PJK meliputi tingginya kadar kolesterol, tekanan darah tinggi, diabetes, merokok, dan obesitas.Pengenalan dini terhadap faktor risiko ini dan pencegahan primer telah berhasil mengurangi angka kejadian dan kematian yang terkait dengan PJK. Pemeriksaan awal EKG dan Marka Jantung dan intervensi terapi awal seperti MONA (Morfin, Oksigen, Nitrat, Aspirin) adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam mengatasi PJK ini.
{"title":"KAJIAN PUSTAKA: PATOFISIOLOGI, DIAGOSIS, MANAJEMEN AWAL, DAN PENCEGAHAN SINDROM KORONER AKUT","authors":"Andhito Rafid Chusaeri","doi":"10.33024/jikk.v10i12.12594","DOIUrl":"https://doi.org/10.33024/jikk.v10i12.12594","url":null,"abstract":"Abstrak: Kajian Pustaka: Patofisiologi, Diagosis, Manajemen Awal, Dan Pencegahan Sindrom Koroner Akut. Penyakit jantung koroner (PJK) telah menjadi perhatian utama bagi berbagai organisasi kesehatan dunia. Sekitar 20,1 juta orang dewasa berusia 20 tahun ke atas, atau sekitar 7,2% dari populasi dunia, mengalami kondisi ini. PJK terjadi ketika plak mengumpul di pembuluh darah koroner yang menyuplai darah ke otot jantung. Faktor risiko untuk PJK meliputi tingginya kadar kolesterol, tekanan darah tinggi, diabetes, merokok, dan obesitas.Pengenalan dini terhadap faktor risiko ini dan pencegahan primer telah berhasil mengurangi angka kejadian dan kematian yang terkait dengan PJK. Pemeriksaan awal EKG dan Marka Jantung dan intervensi terapi awal seperti MONA (Morfin, Oksigen, Nitrat, Aspirin) adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam mengatasi PJK ini.","PeriodicalId":378092,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan","volume":"14 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140510874","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2024-01-10DOI: 10.33024/jikk.v10i12.12543
M. Abiyyu, M. R. Irawan, N. A. Safitri, Ni Made Meta S B Duarsa, Nurma ’rifatullah, Yusra Pintaningrum
Abstrak: Studi Literatur: Patofisiologi, Diagnosis Dan Penatalaksanaan Kolitis Ulseratif. Kolitis ulseratif merupakan penyakit kronis dengan insidensi hampir sebagian besar dari populasi dunia. Penyakit ini mempengaruhi usus besar dengan menimbulkan relaps dan peradangan pada mukosa yang dapat meluas dari rektum hingga bagian proksimal usus besar. Kolitis ulseratif dapat terjadi baik pada pria dan wanita dengan insidensi terbanyak pada rentang usia 30-40 tahun. Kolitis ulseratif disebabkan karena adanya defek dari lapisan epitel, respon imun dan keterlibatan dari mikroflora di kolon. Manifestasi klinis yang dapat ditemukan dari kolitis ulseratif adalah diare, nyeri perut, tenesmus, hematochezia dan ditemukan darah serta lendir pada feses. Diagnosis dari kolitis ulseratif biasanya dibandingkan dengan penyakit crohn karena keduanya termasuk dalam penyakit yang menyebabkan peradangan pada usus atau dikenal dengan Inflammatory Bowel Disease (IBS). Prognosis dari kolitis ulseratif sekitar 10% serangan awal dapat berkembang dan mengakibatkan komplikasi serius, 10% lainnya dapat sembuh sepenuhnya setelah satu kali serangan dan sisanya lagi bisa mendapatkan rekurensi dari penyakit ini. Dalam penatalaksanaan kolitis ulseratif, dapat bergantung dari tingkat keparahan penyakit.
{"title":"STUDI LITERATUR : PATOFISIOLOGI, DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN KOLITIS ULSERATIF","authors":"M. Abiyyu, M. R. Irawan, N. A. Safitri, Ni Made Meta S B Duarsa, Nurma ’rifatullah, Yusra Pintaningrum","doi":"10.33024/jikk.v10i12.12543","DOIUrl":"https://doi.org/10.33024/jikk.v10i12.12543","url":null,"abstract":"Abstrak: Studi Literatur: Patofisiologi, Diagnosis Dan Penatalaksanaan Kolitis Ulseratif. Kolitis ulseratif merupakan penyakit kronis dengan insidensi hampir sebagian besar dari populasi dunia. Penyakit ini mempengaruhi usus besar dengan menimbulkan relaps dan peradangan pada mukosa yang dapat meluas dari rektum hingga bagian proksimal usus besar. Kolitis ulseratif dapat terjadi baik pada pria dan wanita dengan insidensi terbanyak pada rentang usia 30-40 tahun. Kolitis ulseratif disebabkan karena adanya defek dari lapisan epitel, respon imun dan keterlibatan dari mikroflora di kolon. Manifestasi klinis yang dapat ditemukan dari kolitis ulseratif adalah diare, nyeri perut, tenesmus, hematochezia dan ditemukan darah serta lendir pada feses. Diagnosis dari kolitis ulseratif biasanya dibandingkan dengan penyakit crohn karena keduanya termasuk dalam penyakit yang menyebabkan peradangan pada usus atau dikenal dengan Inflammatory Bowel Disease (IBS). Prognosis dari kolitis ulseratif sekitar 10% serangan awal dapat berkembang dan mengakibatkan komplikasi serius, 10% lainnya dapat sembuh sepenuhnya setelah satu kali serangan dan sisanya lagi bisa mendapatkan rekurensi dari penyakit ini. Dalam penatalaksanaan kolitis ulseratif, dapat bergantung dari tingkat keparahan penyakit.","PeriodicalId":378092,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan","volume":"40 2","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140511137","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2024-01-10DOI: 10.33024/jikk.v10i12.12999
Galih Fathurrozi, Dewi Lutfianawati, Rakhmi Rafie, Octa Reni Setiawati
Abstrak: Hubungan Tingkat Optimisme dengan Mekanisme Koping dalam Menghadapi Skripsi Pada Mahasiswa Kedokteran. Skripsi merupakan tugas yang harus dikerjakan oleh mahasiswa program sarjana S-1 pada tingkat akhir. Mahasiswa dapat menggunakan mekanisme kopingnya dalam menghadapi tekanan pada skripsi yang mereka kerjakan. Salah satu mekanisme koping yang dianggap paling efektif digunakan untuk mengatasi tekanan pada mahasiswa adalah sikap optimisme. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah terdapat hubungan antara tingkat optimisme dengan mekanisme koping dalam menghadapi skripsi pada mahasiswa kedokteran. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis hubungan menggunakan uji korelasi Spearman. Pada penelitian ini didapatkan mekanisme koping paling banyak pada klasifikasi adaptif dengan jumlah 79 orang dengan presentase 74,5 %. Pada peneltian ini didapatkan bahwa frekuensi optimisme paling banyak pada optimisme sedang dengan jumlah 70 orang dengan presentase 66 %. Pada penelitian ini didapatkan nilai P (value) sebesar 0,022 < 0,05, maka dapat disimpulkan mekanisme koping memiliki hubungan yang signifikan terhadap optimism. Pada penelitian ini didapatkan nilai R sebesar 0,223 dapat diartikan bahwa mekanisme koping dengan optimism mahasiswa memiliki hubungan yang rendah. Kesimpulan mekanisme koping memiliki hubungan yang signifikan terhadap optimisme.
{"title":"HUBUNGAN TINGKAT OPTIMISME DENGAN MEKANISME KOPING DALAM MENGHADAPI SKRIPSI PADA MAHASISWA KEDOKTERAN","authors":"Galih Fathurrozi, Dewi Lutfianawati, Rakhmi Rafie, Octa Reni Setiawati","doi":"10.33024/jikk.v10i12.12999","DOIUrl":"https://doi.org/10.33024/jikk.v10i12.12999","url":null,"abstract":"Abstrak: Hubungan Tingkat Optimisme dengan Mekanisme Koping dalam Menghadapi Skripsi Pada Mahasiswa Kedokteran. Skripsi merupakan tugas yang harus dikerjakan oleh mahasiswa program sarjana S-1 pada tingkat akhir. Mahasiswa dapat menggunakan mekanisme kopingnya dalam menghadapi tekanan pada skripsi yang mereka kerjakan. Salah satu mekanisme koping yang dianggap paling efektif digunakan untuk mengatasi tekanan pada mahasiswa adalah sikap optimisme. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah terdapat hubungan antara tingkat optimisme dengan mekanisme koping dalam menghadapi skripsi pada mahasiswa kedokteran. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis hubungan menggunakan uji korelasi Spearman. Pada penelitian ini didapatkan mekanisme koping paling banyak pada klasifikasi adaptif dengan jumlah 79 orang dengan presentase 74,5 %. Pada peneltian ini didapatkan bahwa frekuensi optimisme paling banyak pada optimisme sedang dengan jumlah 70 orang dengan presentase 66 %. Pada penelitian ini didapatkan nilai P (value) sebesar 0,022 < 0,05, maka dapat disimpulkan mekanisme koping memiliki hubungan yang signifikan terhadap optimism. Pada penelitian ini didapatkan nilai R sebesar 0,223 dapat diartikan bahwa mekanisme koping dengan optimism mahasiswa memiliki hubungan yang rendah. Kesimpulan mekanisme koping memiliki hubungan yang signifikan terhadap optimisme.","PeriodicalId":378092,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan","volume":"34 4","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140510678","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2024-01-10DOI: 10.33024/jikk.v10i12.12559
Muhammad Yudhi Nandang Raharja, Octa Reni Setiawati, Sandhy Arya P, Sri Maria P L
Abstrak: Pengaruh Paparan Pornografi Melalui Gadget Terhadap Motivasi Belajar Pada Siswa SMP X di Kota Bandar Lampung. Pornografi dapat didefinisikan secara luas sebagai gambar atau video yang diproduksi secara profesional atau dibuat oleh konsumen yang dimaksudkan untuk membangkitkan gairah seksual seseorang. Terdapat dampak negative dari penggunaan media gadget bagi remaja di antaranya yaitu dapat mengganggu dalam dunia Pendidikan gadget banyak disalah gunakan bagi kelompok remaja yang masih dijenjang pendidikan tingkat SMP, SMA dan perkuliahan. untuk mengetahui apakah terdapat Pengaruh paparan media pornografi dengan motivasi belajar pada remaja di SMP Negeri 2 Bandar Lampung. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik pendekatan cross sectional, pada penelitian ini yang perlu diketahui yaitu Pengaruh paparan Pornografi Melalui Gadget terhadap Motivasi belajar pada remaja di Bandar Lampung. Analisis univariat Sebanyak 161 responden 57.1% dengan Motivasi belajar Rendah dan pada kategori pornografi rendah didapatkan 27 responden 9.6% dengan Motivasi belajar Rendah, lalu pada kategori Pornografi rendah didapatkan 68 responden 24.1% dengan motivasi belajar tinggi dan pada kategori pornografi tinggi didapatkan 26 responden 9.2% dengan motivasi belajar tinggi. didapatkan hasil korelasi sebesar P value 0.00<0.05 maka Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan/korelasi antara Paparan Pornografi melalui Gadget dengan Motivasi belajar pada siswa SMP X di kota Bandar Lampung, dan didapatkan OR 0.064 dapat disimpulkan bahwa peluang Pornografi mempengaruhi Motivasi belajar sebanyak 0.064 kali.
摘要通过小工具接触色情制品对楠榜市第十届中小学生学习动机的影响。从广义上讲,色情是指由专业人士制作或消费者制作的、旨在引起性兴奋的图像或视频。青少年使用小工具媒体会产生负面影响,其中包括会干扰小工具教育世界,而小工具教育被广泛滥用于仍处于初中、高中和讲座阶段的青少年群体。本研究采用的是描述性分析横断面方法,在本研究中,需要了解的是通过小工具接触色情媒体对班达楠榜市青少年学习动机的影响。单变量分析 共有 161 名受访者(57.1%)的学习动机较低,在低色情类别中,27 名受访者(9.6%)的学习动机较低;在低色情类别中,68 名受访者(24.1%)的学习动机较高;在高色情类别中,26 名受访者(9.2%)的学习动机较高。由此可以得出结论,通过小工具接触色情内容与 Bandar Lampung 市 SMP X 学生的学习动机之间存在关系/相关性,并得出 OR 0.064 的结论,即接触色情内容的机会对学习动机的影响高达 0.064 倍。
{"title":"PENGARUH PAPARAN PORNOGRAFI MELALUI GADGET TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMP X DI KOTA BANDAR LAMPUNG","authors":"Muhammad Yudhi Nandang Raharja, Octa Reni Setiawati, Sandhy Arya P, Sri Maria P L","doi":"10.33024/jikk.v10i12.12559","DOIUrl":"https://doi.org/10.33024/jikk.v10i12.12559","url":null,"abstract":"Abstrak: Pengaruh Paparan Pornografi Melalui Gadget Terhadap Motivasi Belajar Pada Siswa SMP X di Kota Bandar Lampung. Pornografi dapat didefinisikan secara luas sebagai gambar atau video yang diproduksi secara profesional atau dibuat oleh konsumen yang dimaksudkan untuk membangkitkan gairah seksual seseorang. Terdapat dampak negative dari penggunaan media gadget bagi remaja di antaranya yaitu dapat mengganggu dalam dunia Pendidikan gadget banyak disalah gunakan bagi kelompok remaja yang masih dijenjang pendidikan tingkat SMP, SMA dan perkuliahan. untuk mengetahui apakah terdapat Pengaruh paparan media pornografi dengan motivasi belajar pada remaja di SMP Negeri 2 Bandar Lampung. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik pendekatan cross sectional, pada penelitian ini yang perlu diketahui yaitu Pengaruh paparan Pornografi Melalui Gadget terhadap Motivasi belajar pada remaja di Bandar Lampung. Analisis univariat Sebanyak 161 responden 57.1% dengan Motivasi belajar Rendah dan pada kategori pornografi rendah didapatkan 27 responden 9.6% dengan Motivasi belajar Rendah, lalu pada kategori Pornografi rendah didapatkan 68 responden 24.1% dengan motivasi belajar tinggi dan pada kategori pornografi tinggi didapatkan 26 responden 9.2% dengan motivasi belajar tinggi. didapatkan hasil korelasi sebesar P value 0.00<0.05 maka Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan/korelasi antara Paparan Pornografi melalui Gadget dengan Motivasi belajar pada siswa SMP X di kota Bandar Lampung, dan didapatkan OR 0.064 dapat disimpulkan bahwa peluang Pornografi mempengaruhi Motivasi belajar sebanyak 0.064 kali.","PeriodicalId":378092,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan","volume":"14 2","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140510896","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2024-01-10DOI: 10.33024/jikk.v10i12.10599
Bhre Dharnaratti Kasatu, Hema Dewi Anggraheny, Nina Anggraeni Noviasari
Abstrak: Hubungan Faktor Riwayat Mpasi Dengan Kejadian Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas Karanganyar I Kabupaten Demak. Angka stunting masih menjadi perhatian tinggi di wilayah Kerja Puskesmas Karanganyar 1 Kabupaten Demak dikarenakan belum tercapainya target yaitu sebesar 2%. Salah satu faktor yang secara langsung dapat mempengaruhi stunting pada anak adalah faktor asupan, antara lain ASI dan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut terkait riwayat makan yang mempengerahui kejadian dari penderita stunting. Penelitian ini menggunakan jenis kualitatif deskriptif analitik untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi riwayat MPASI pada penderita stunting di wilayah kerja Puskesmas Karanganyar I Kabupaten Demak dengan menggunakan data primer yaitu wawancara mendalam. Tekstur, frekuensi MPASI pada anak stunting usia 6-24 bulan pada penelitian ini sesuai dengan rekomendasi yang diberikan oleh IDAI. Porsi pemberian MPASI dan komposisi kecukupan gizi pada anak stunting usia 6-24 bulan pada penelitian ini lebih rendah dengan rekomendasi yang diberikan oleh IDAI. Bayi pada informan 4 memiliki angka kecukupan gizi yang lebih rendah dari pada informan 1,2 dan 3. Dan sesuai dengan status gizinya paling pendek dibandingkan 3 informan lainya. Hubungan faktor riwayat MPASI yang mempengaruhi stunting yaitu terdapat pada porsi pemberian makan dan komposisi kecukupan gizi. Dan bayi yang memiliki angka kecukupan gizi rendah terdapat pada informan 4 dibandingkan dengan informan 1,2, dan 3.
{"title":"HUBUNGAN FAKTOR RIWAYAT MPASI DENGAN KEJADIAN STUNTING DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGANYAR I KABUPATEN DEMAK","authors":"Bhre Dharnaratti Kasatu, Hema Dewi Anggraheny, Nina Anggraeni Noviasari","doi":"10.33024/jikk.v10i12.10599","DOIUrl":"https://doi.org/10.33024/jikk.v10i12.10599","url":null,"abstract":"Abstrak: Hubungan Faktor Riwayat Mpasi Dengan Kejadian Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas Karanganyar I Kabupaten Demak. Angka stunting masih menjadi perhatian tinggi di wilayah Kerja Puskesmas Karanganyar 1 Kabupaten Demak dikarenakan belum tercapainya target yaitu sebesar 2%. Salah satu faktor yang secara langsung dapat mempengaruhi stunting pada anak adalah faktor asupan, antara lain ASI dan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut terkait riwayat makan yang mempengerahui kejadian dari penderita stunting. Penelitian ini menggunakan jenis kualitatif deskriptif analitik untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi riwayat MPASI pada penderita stunting di wilayah kerja Puskesmas Karanganyar I Kabupaten Demak dengan menggunakan data primer yaitu wawancara mendalam. Tekstur, frekuensi MPASI pada anak stunting usia 6-24 bulan pada penelitian ini sesuai dengan rekomendasi yang diberikan oleh IDAI. Porsi pemberian MPASI dan komposisi kecukupan gizi pada anak stunting usia 6-24 bulan pada penelitian ini lebih rendah dengan rekomendasi yang diberikan oleh IDAI. Bayi pada informan 4 memiliki angka kecukupan gizi yang lebih rendah dari pada informan 1,2 dan 3. Dan sesuai dengan status gizinya paling pendek dibandingkan 3 informan lainya. Hubungan faktor riwayat MPASI yang mempengaruhi stunting yaitu terdapat pada porsi pemberian makan dan komposisi kecukupan gizi. Dan bayi yang memiliki angka kecukupan gizi rendah terdapat pada informan 4 dibandingkan dengan informan 1,2, dan 3.","PeriodicalId":378092,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan","volume":"37 10","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140511552","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2024-01-10DOI: 10.33024/jikk.v10i12.12449
Apriyani Apriyani, S. Suwignyo, Rindha Mareta Kusumawati, Kartina Wulandari
Abstrak: Hubungan Sanitasi Terhadap Kejadian Stunting Pada Anak Usia Dini di Kota Samarinda. Berdasarkan data prevalensi stunting provinsi Kalimantan Timur tahun 2018-2020 khususnya di Samarinda pada tahun 2018 kasus stunting sebanyak 26,26 % pada tahun 2019 mengalami penurunan 24,75 dan pada tahun 2020 tetap di angka 24,7% (satuan data Kalimantan Timur, 2021). Sedangkan berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Samarinda pada tahun 2020 prevalensi stunting 11,9% dan pada tahun 2021 mengalami penurunan 10,7%. Desain penelitian menggunakan cross sectional dengan 30 sampel serta dilakukan uji statistic Chi Square. Hasil penelitian didapatkan bahwa yang tidak mengalami stunting sebesar 22 (73%) dan yang memiliki sanitasi baik sebesar 21 sampel atau 70 %. Hasil uji statistik memperlihatkan bahwa P value sebesar 0,632. Tidak terdapat hubungan antara kejadian stunting dengan kondisi sanitasi.
{"title":"HUBUNGAN SANITASI TERHADAP KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA DINI DI KOTA SAMARINDA","authors":"Apriyani Apriyani, S. Suwignyo, Rindha Mareta Kusumawati, Kartina Wulandari","doi":"10.33024/jikk.v10i12.12449","DOIUrl":"https://doi.org/10.33024/jikk.v10i12.12449","url":null,"abstract":"Abstrak: Hubungan Sanitasi Terhadap Kejadian Stunting Pada Anak Usia Dini di Kota Samarinda. Berdasarkan data prevalensi stunting provinsi Kalimantan Timur tahun 2018-2020 khususnya di Samarinda pada tahun 2018 kasus stunting sebanyak 26,26 % pada tahun 2019 mengalami penurunan 24,75 dan pada tahun 2020 tetap di angka 24,7% (satuan data Kalimantan Timur, 2021). Sedangkan berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Samarinda pada tahun 2020 prevalensi stunting 11,9% dan pada tahun 2021 mengalami penurunan 10,7%. Desain penelitian menggunakan cross sectional dengan 30 sampel serta dilakukan uji statistic Chi Square. Hasil penelitian didapatkan bahwa yang tidak mengalami stunting sebesar 22 (73%) dan yang memiliki sanitasi baik sebesar 21 sampel atau 70 %. Hasil uji statistik memperlihatkan bahwa P value sebesar 0,632. Tidak terdapat hubungan antara kejadian stunting dengan kondisi sanitasi.","PeriodicalId":378092,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan","volume":"56 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140511091","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2024-01-10DOI: 10.33024/jikk.v10i12.12484
R. Syifa, Dira Kurnia Rizki, Erdira Natasya Putri, Reny Apryani, Restia Restia, Zikrul Haikal
Abstrak: Studi Literatur: Diagnosis Dan Tatalaksana Atresia Esofagus. Atresia esofagus (AE) merupakan kondisi langka dengan insiden 2,43 kasus per 10.000 kelahiran. Atresia esofagus (AE) adalah cacat perkembangan saluran pencernaan bagian atas berupa inkontinuitas antara esofagus bagian atas dan bawah. Adanya pelayanan intensif pada bayi dapat menekan angka kematian pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Namun, terdapat juga beberapa bayi dengan kelainan atresia esofagus disertai dengan kelainan kongenital penyerta sehingga memiliki harapan hidup yang rendah. Diagnosis atresia esofagus dapat ditegakkan melalui diagnosis prenatal dan juga postnatal. Diagnosis prenatal dilakukan dengan cara USG pada ibu hamil. Diagnosis postnatal pada atresia esofagus ditegakkan jika terjadi ketidakmampuan atau kesulitan NGT atau OGT melewati esofagus. Pemeriksaan lain untuk menegakkan diagnosis postnatal adalah dengan hasil endoskopi (bronkoskopi ataupun esofagoskopi) dan hasil patologis. Tatalaksana yang dapat dilakukan pada atresia esofagus yaitu pembedahan, perawatan suportif serta pemberian antibiotik, ampicillin, dan gentamisin sesuai dengan kasus yang ditangani. Tujuan dari pembedahan adalah untuk menyambungkan kantung esofagus bagian atas dengan bagian bawah. Penegakan diagnosis atresia esofagus dianjurkan dilakukan sedini mungkin agar komplikasi pada paru dapat diminimalkan.
{"title":"STUDI LITERATUR: DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA ATRESIA ESOFAGUS","authors":"R. Syifa, Dira Kurnia Rizki, Erdira Natasya Putri, Reny Apryani, Restia Restia, Zikrul Haikal","doi":"10.33024/jikk.v10i12.12484","DOIUrl":"https://doi.org/10.33024/jikk.v10i12.12484","url":null,"abstract":"Abstrak: Studi Literatur: Diagnosis Dan Tatalaksana Atresia Esofagus. Atresia esofagus (AE) merupakan kondisi langka dengan insiden 2,43 kasus per 10.000 kelahiran. Atresia esofagus (AE) adalah cacat perkembangan saluran pencernaan bagian atas berupa inkontinuitas antara esofagus bagian atas dan bawah. Adanya pelayanan intensif pada bayi dapat menekan angka kematian pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Namun, terdapat juga beberapa bayi dengan kelainan atresia esofagus disertai dengan kelainan kongenital penyerta sehingga memiliki harapan hidup yang rendah. Diagnosis atresia esofagus dapat ditegakkan melalui diagnosis prenatal dan juga postnatal. Diagnosis prenatal dilakukan dengan cara USG pada ibu hamil. Diagnosis postnatal pada atresia esofagus ditegakkan jika terjadi ketidakmampuan atau kesulitan NGT atau OGT melewati esofagus. Pemeriksaan lain untuk menegakkan diagnosis postnatal adalah dengan hasil endoskopi (bronkoskopi ataupun esofagoskopi) dan hasil patologis. Tatalaksana yang dapat dilakukan pada atresia esofagus yaitu pembedahan, perawatan suportif serta pemberian antibiotik, ampicillin, dan gentamisin sesuai dengan kasus yang ditangani. Tujuan dari pembedahan adalah untuk menyambungkan kantung esofagus bagian atas dengan bagian bawah. Penegakan diagnosis atresia esofagus dianjurkan dilakukan sedini mungkin agar komplikasi pada paru dapat diminimalkan.","PeriodicalId":378092,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan","volume":"16 7","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140510521","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}