Yaws is still unfinished health problem in Jayapura City, there is still have enclave yaw’s disease. This study aimed to know clinical and result of Rapid Test Diagnostic of yaws after mass therapy used azitromisin and to know about sanitation according to yaws. These was descriptive and cross sectional study design. Method of this study are interview, clinical examination, RDT and lesion sampel using Darkfield microscope and microscope. From 229 respondences after mass therapy of azitromisin in Jayapura City consist of 113 boys and 116 girls. The youngest about 3 years old and the oldest about 15 years old. Most of them have already have good personal hygiene from the highest presentance of taking bath, bathing used soap and changing clothes after bathing. Prevalence of yaws are tend to decreased, we found only 5 RDT (+). Frambusia masih menjadi masalah kesehatan yang belum terselesaikan, masih terdapat daerah kantong frambusia di Kota Jayapura. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara klinis maupun pemeriksaan RDT frambusia setelah pengobatan massal dan mengetahui data sanitasi terkait frambusia ini. Jenis penelitian yang digunakan yaitu observasional dengan desain potong lintang (cross sectional). Metode yang digunakan terdiri dari wawancara dengan kuesioner, pemeriksaan klinis, pemeriksaan RDT dan pemeriksaan sampel berupa apusan lesi dengan menggunakan mikroskop lapangan gelap dan mikroskop cahaya biasa (pewarnaan gram). Hasil yang didapat berupa data dari 229 responden yang telah mendapatkan pengobatan Azitromisin di Kota Jayapura yang terdiri dari responden laki – laki berjumlah 113 orang dan responden perempuan berjumlah 116 orang. Umur termuda ditemukan berumur 3 tahun dan umur tertinggi 15 tahun. Sebagian besar responden sudah memiliki personal hygiene yang cukup baik dilihat dari tingginya persentase frekuensi mandi, pelaksanaan mandi memakai sabun dan mengganti baju setelah mandi. Angka kasus frambusia di Kota Jayapura cenderung turun dimana ditemukan hanya 5 responden dengan RDT (+).
雅司病仍是查亚普拉市未解决的卫生问题,仍有飞地的雅司病。本研究旨在了解雅司病快速检测诊断的临床和结果,并根据雅司病了解卫生情况。这些是描述性和横断面研究设计。本研究的方法是访谈、临床检查、RDT和暗场显微镜下的病变样本。在查亚普拉市接受齐硝米辛大规模治疗后的229份回复中,有113名男孩和116名女孩。最小的大约3岁,最大的大约15岁。他们中的大多数人已经有了良好的个人卫生,从洗澡、洗澡用肥皂和洗澡后换衣服的最高表现。雅司病患病率呈下降趋势,我们只发现5例RDT(+)。猕猴桃,猕猴桃,猕猴桃,猕猴桃,猕猴桃,猕猴桃,猕猴桃,猕猴桃,猕猴桃Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara klinis maupun permeriksaan RDT frambusia setelah pengobatan massal and mengetahui data sanitasi terkait frambusia ini。杨志刚,杨志刚,叶土,观测,邓干,波东,林塘(截面)。Metode yang digunakan terdiri dari wawanka dengan kuesioner, pemeriksaan klinis, pemeriksaan RDT, pemeriksaan样品berupa apusan lesi dengan menggunakan mikroskop lapangan gelap and mikroskop cahaya biasa (pewarnaan gram)。Hasil yang didapat berupa data dari 229答复yang telah mendapatkan pengobatan Azitromisin di Kota Jayapura yang terdiri dari respondaki - laki berjumlah 113 orang答复perempuan berjumlah 116 orang。Umur termuda ditemukan berumur 3 tahun dan Umur tertinggi 15 tahun。塞巴吉亚州州长回答说:“我的个人卫生状况是,我的个人卫生状况是,我的个人卫生状况是,我的个人卫生状况是。”Angka kasus frambusia di Kota Jayapura cenderung turun dimana ditemukan hanya 5响应RDT(+)。
{"title":"Gambaran Umum Kasus Frambusia setelah Pengobatan Massal dengan Azitromisin di Kota Jayapura","authors":"Yuli Arisanti, Ratna Tanjung, Vatim Dwi Cahyani","doi":"10.22435/bpk.v47i2.548","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/bpk.v47i2.548","url":null,"abstract":"Yaws is still unfinished health problem in Jayapura City, there is still have enclave yaw’s disease. This study aimed to know clinical and result of Rapid Test Diagnostic of yaws after mass therapy used azitromisin and to know about sanitation according to yaws. These was descriptive and cross sectional study design. Method of this study are interview, clinical examination, RDT and lesion sampel using Darkfield microscope and microscope. From 229 respondences after mass therapy of azitromisin in Jayapura City consist of 113 boys and 116 girls. The youngest about 3 years old and the oldest about 15 years old. Most of them have already have good personal hygiene from the highest presentance of taking bath, bathing used soap and changing clothes after bathing. Prevalence of yaws are tend to decreased, we found only 5 RDT (+). \u0000Frambusia masih menjadi masalah kesehatan yang belum terselesaikan, masih terdapat daerah kantong frambusia di Kota Jayapura. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara klinis maupun pemeriksaan RDT frambusia setelah pengobatan massal dan mengetahui data sanitasi terkait frambusia ini. Jenis penelitian yang digunakan yaitu observasional dengan desain potong lintang (cross sectional). Metode yang digunakan terdiri dari wawancara dengan kuesioner, pemeriksaan klinis, pemeriksaan RDT dan pemeriksaan sampel berupa apusan lesi dengan menggunakan mikroskop lapangan gelap dan mikroskop cahaya biasa (pewarnaan gram). Hasil yang didapat berupa data dari 229 responden yang telah mendapatkan pengobatan Azitromisin di Kota Jayapura yang terdiri dari responden laki – laki berjumlah 113 orang dan responden perempuan berjumlah 116 orang. Umur termuda ditemukan berumur 3 tahun dan umur tertinggi 15 tahun. Sebagian besar responden sudah memiliki personal hygiene yang cukup baik dilihat dari tingginya persentase frekuensi mandi, pelaksanaan mandi memakai sabun dan mengganti baju setelah mandi. Angka kasus frambusia di Kota Jayapura cenderung turun dimana ditemukan hanya 5 responden dengan RDT (+).","PeriodicalId":41475,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Kesehatan","volume":"2 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2019-08-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"85280293","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: Kanker serviks adalah salah satu penyebab kematian tertinggi kedua pada wanita setelah kanker payudara. Berdasarkan data WHO, insiden kanker serviks pada tahun 2012 di perkirakan terjadi sebanyak 528.000 kasus yang terjadi di seluruh dunia dan sebesar 90% dari kasus tersebut diperkirakan terjadi pada negara-negara berkembang. Pemberian vaksinasi HPV merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kanker serviks. Pemberian vaksinasi HPV lebih efektif diberikan pada wanita dengan usia 9-26 tahun dan belum pernah melakukan hubungan seksual. Berdasarkan laporan CDC, pada wanita usia subur yang telah mendapatkan vaksin HPV dan telah berhubungan seksual secara aktif sebaiknya mau melakukan deteksi dini kanker serviks. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor determinan yang mempengaruhi perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker serviks pada pegawai yang telah mendapatkan vaksinasi HPV di Pemkab Badung. Metode: Penelitian ini adalah penelitian crosectional deskriptif dengan total jumlah sampel sebanyak 150 orang, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan metode PPS. Hasil: Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari 7 variabel yang diteliti yaitu: pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, dukungan teman, adanya faktor risiko kanker serviks dan adanya gejala kanker serviks terhadap perilaku deteksi dini kanker serviks, yang memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku deteksi dini kanker serviks pada responden yang telah mendapatkan vaksinasi HPV adalah pengetahuan (OR = 4,45;CI 95% = 1,399-18,589), dukungan keluarga (OR = 3,53;CI 95% = 1,197-12,6), dukungan teman (OR = 6,06;CI 95% = 2,292-16,055) dan dari 16 responden yang memiliki gejala kanker serviks 11 diantaranya telah melakukan deteksi dini. Sedangkan variabel sikap dan adanya faktor risiko kanker serviks. Kesimpulan: Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah perlunya peningkatan dalam pemberian komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) mengenai cara pencegahan dari penyakit kanker serviks. Kata Kunci: Faktor Determinan, Kanker Serviks, Deteksi Dini, Vaksinasi HPV, Pemkab Badung
背景:宫颈癌是仅次于乳腺癌的妇女的第二大死因之一。根据世卫组织的数据,2012年宫颈癌病例估计全世界发生了52.8万起病例,其中90%预计将发生在发展中国家。人乳头瘤病毒疫苗接种是预防宫颈癌的一种可能的方法。HPV疫苗接种对9-26岁、从未发生过性行为的女性更有效。根据美国疾病控制和预防中心的报告,获得HPV疫苗并积极进行性行为的育龄妇女应该愿意及早发现宫颈癌。目的:本研究的目的是确定影响行为的确定因素,以检测在蓬面纱中接种HPV疫苗的员工的宫颈癌早期检测。方法:本研究是一项完整的克隆描述性研究,样本总数为150人,采用PPS方法提取样本。结果:本研究的结果表明,研究的7个变量是:知识、态度、家庭支持支持朋友的宫颈癌和宫颈癌症状的风险因素的早期发现宫颈癌的行为,行为有重大关系的早期发现宫颈癌HPV的受访者已经接种疫苗是知识(OR = 4.45; 95% CI = 1,399-18,589)、《家庭支持(OR = 3,53; 95% CI = 1,197-12,6),朋友支持(或= 606;CI 95% = 2,292-16,055), 16名患有宫颈癌症状的受访者中有11人过早发现。还有态度变量和子宫颈癌风险因素。结论:本研究得出的建议是,关于预防宫颈癌的沟通、信息和教育(KIE)方面的建议必须增加。关键词:病毒性因子、子宫颈癌、早期发现、HPV疫苗、脑梗阻
{"title":"Determinan Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks pada Pegawai di Pemerintah Kabupaten Badung","authors":"Ni Luh Putu Suariyani, Made Ika Kusuma Dewi","doi":"10.22435/bpk.v47i2.1246","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/bpk.v47i2.1246","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Kanker serviks adalah salah satu penyebab kematian tertinggi kedua pada wanita setelah kanker payudara. Berdasarkan data WHO, insiden kanker serviks pada tahun 2012 di perkirakan terjadi sebanyak 528.000 kasus yang terjadi di seluruh dunia dan sebesar 90% dari kasus tersebut diperkirakan terjadi pada negara-negara berkembang. Pemberian vaksinasi HPV merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kanker serviks. Pemberian vaksinasi HPV lebih efektif diberikan pada wanita dengan usia 9-26 tahun dan belum pernah melakukan hubungan seksual. Berdasarkan laporan CDC, pada wanita usia subur yang telah mendapatkan vaksin HPV dan telah berhubungan seksual secara aktif sebaiknya mau melakukan deteksi dini kanker serviks. \u0000Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor determinan yang mempengaruhi perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker serviks pada pegawai yang telah mendapatkan vaksinasi HPV di Pemkab Badung. \u0000Metode: Penelitian ini adalah penelitian crosectional deskriptif dengan total jumlah sampel sebanyak 150 orang, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan metode PPS. \u0000Hasil: Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari 7 variabel yang diteliti yaitu: pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, dukungan teman, adanya faktor risiko kanker serviks dan adanya gejala kanker serviks terhadap perilaku deteksi dini kanker serviks, yang memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku deteksi dini kanker serviks pada responden yang telah mendapatkan vaksinasi HPV adalah pengetahuan (OR = 4,45;CI 95% = 1,399-18,589), dukungan keluarga (OR = 3,53;CI 95% = 1,197-12,6), dukungan teman (OR = 6,06;CI 95% = 2,292-16,055) dan dari 16 responden yang memiliki gejala kanker serviks 11 diantaranya telah melakukan deteksi dini. Sedangkan variabel sikap dan adanya faktor risiko kanker serviks. \u0000Kesimpulan: Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah perlunya peningkatan dalam pemberian komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) mengenai cara pencegahan dari penyakit kanker serviks. \u0000 \u0000Kata Kunci: Faktor Determinan, Kanker Serviks, Deteksi Dini, Vaksinasi HPV, Pemkab Badung","PeriodicalId":41475,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Kesehatan","volume":"6 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2019-08-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"85624186","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sputum smear conversion at the end of the intensive phase of tuberculosis treatment is positif of the patients response to treatment. This study aimed to determine factors associated to sputum smear non-conversion at the end of the intensive phase treatment. This cross sectional study was perform in Yogyakarta distric by collecting medical record in primary health care, from 2011-2016. Of 722 pulmonary tuberculosis (PTB) patient, 21,05 % patients were identified as non-converted of the intensive phase of treatment with the median age was 41 years and 58.5 % were male. The factors were associated with sputum smear non-conversion of insentive phase treatment : male, age ≥50, pre-treatment smears graded ≥2+, nonadherence to tuberculosis after 2 months treatment. Multivariate analysis indicated that Pre-treatment smears graded ≥2+and nonadherent to tuberculosis after 2 months treatment were a count highest contribution with sputum smear non-conversion. Patients with these factors non-conversion after two months of treatment should be given a fully supervised treatment to prevent in treatment default. Abstrak Konversi BTA pada akhir pengobatan fase intensif merupakan salah satu indiaktor respon pasien terhadap pengobatan TB. Tujuan penelitian adalah menentukan faktor risiko yang berhubungan dengan kegagalan konversi BTA setelah pengobatan TB fase intensif. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional berdasarkan data rekam medis di puskesmas, Kota Yogyakarta tahun 2011-2016. Dari 722 pasien TB paru, sebanyak 21,05% adalah gagal konversi setelah pengobatan fase intensif dengan median umur adalah 41 tahun dan sebanyak 58,5% adalah laki-laki. Faktor yang berhubungan dengan gagal konversi setelah pengobatan fase intensif adalah jenis kelamin laki-laki, umur ≥50 tahun, gradasi BTA ≥2+, ketidakteraturan menelan obat. Analisa multivariable menunjukkan gradasi BTA sebelum pengobatan ≥ 2+ dan ketidakteraturan pengobatan sebagai faktor yang paling berkontribusi dengan gagal konversi. Pasien dengan gagal konversi setelah 2 bulan .
在结核病强化治疗阶段结束时,痰涂片转化是患者对治疗反应的阳性反应。本研究旨在确定强化期治疗结束时痰涂片未转化的相关因素。本横断面研究是在日惹地区通过收集2011-2016年初级卫生保健的医疗记录进行的。722例肺结核(PTB)患者中,21.05%的患者未进入强化治疗阶段,中位年龄为41岁,58.5%为男性。这些因素与不敏感期治疗的痰涂片未转化相关:男性,年龄≥50岁,治疗前涂片分级≥2+,治疗2个月后未依从结核。多因素分析表明,治疗前涂片分级≥2+和治疗2个月后不粘附结核是痰涂片不转化的最高贡献。这些因素在治疗2个月后仍未转化的患者,应给予充分的监督治疗,以防止出现治疗违约。[摘要]Konversi BTA对结核分枝杆菌感染的影响,对结核分枝杆菌对结核分枝杆菌感染的反应进行了研究。Tujuan penelitian adalah menentukan factor for visiko yang berhubungan dengan kegagalan konversi BTA setelah pengobatan TB fase强度。Penelitian ini merupakan Penelitian横截面berdasarkan数据rekam mediis di puskesmas, Kota日惹,2011-2016。Dari 722 pasien TB paru, sebanyak 21,05% adalah gagal konversi setelah pengobatan fase intensif dengan median umur adalah 41 tahun dan sebanyak 58,5% adalah laki-laki。Faktor yang berhubungan dengan gagal konversi setelah pengobatan fase intensite adalah jenis kelamin laki-laki, umur≥50 tahun, gradasi BTA≥2+,ketidakteraturan menelan obat。分析多变量menunjukkan gradasi BTA sebelum pengobatan≥2+ dan ketidakteraturan pengobatan sebagai因子为yang paling berkontribusi dengan gagal konversi。我的朋友,我的朋友,我的朋友。
{"title":"Faktor Risiko Gagal Konversi BTA pada Pasien Tuberkulosis Paru Fase Intensif di Kota Yogyakarta","authors":"Zain Hadifah, Yanri W. Subronto, M. Ikhsan","doi":"10.22435/bpk.v47i2.1002","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/bpk.v47i2.1002","url":null,"abstract":"Sputum smear conversion at the end of the intensive phase of tuberculosis treatment is positif of the patients response to treatment. This study aimed to determine factors associated to sputum smear non-conversion at the end of the intensive phase treatment. This cross sectional study was perform in Yogyakarta distric by collecting medical record in primary health care, from 2011-2016. Of 722 pulmonary tuberculosis (PTB) patient, 21,05 % patients were identified as non-converted of the intensive phase of treatment with the median age was 41 years and 58.5 % were male. The factors were associated with sputum smear non-conversion of insentive phase treatment : male, age ≥50, pre-treatment smears graded ≥2+, nonadherence to tuberculosis after 2 months treatment. Multivariate analysis indicated that Pre-treatment smears graded ≥2+and nonadherent to tuberculosis after 2 months treatment were a count highest contribution with sputum smear non-conversion. Patients with these factors non-conversion after two months of treatment should be given a fully supervised treatment to prevent in treatment default. \u0000Abstrak \u0000Konversi BTA pada akhir pengobatan fase intensif merupakan salah satu indiaktor respon pasien terhadap pengobatan TB. Tujuan penelitian adalah menentukan faktor risiko yang berhubungan dengan kegagalan konversi BTA setelah pengobatan TB fase intensif. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional berdasarkan data rekam medis di puskesmas, Kota Yogyakarta tahun 2011-2016. Dari 722 pasien TB paru, sebanyak 21,05% adalah gagal konversi setelah pengobatan fase intensif dengan median umur adalah 41 tahun dan sebanyak 58,5% adalah laki-laki. Faktor yang berhubungan dengan gagal konversi setelah pengobatan fase intensif adalah jenis kelamin laki-laki, umur ≥50 tahun, gradasi BTA ≥2+, ketidakteraturan menelan obat. Analisa multivariable menunjukkan gradasi BTA sebelum pengobatan ≥ 2+ dan ketidakteraturan pengobatan sebagai faktor yang paling berkontribusi dengan gagal konversi. Pasien dengan gagal konversi setelah 2 bulan .","PeriodicalId":41475,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Kesehatan","volume":"21 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2019-08-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80917027","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Introduction: The prevalence of chronic kidney disease (CKD) is quite high. The use of meropenem needs attention. Meropenem is an expensive third generation antibiotic. It increase the cost of treatment If it uses irrationally. There is also a danger of resistance that impact to the difficulty of treatment. Therefore a study was conducted on "Cost Effectiveness Analysis between the Use of Meropenem with and without Antibiotic Sensitivity Test Results in CKD Patients in Hospitals". Methode: research methode is cross sectional. The hospital was chosen directly from two city : Manado and Semarang. The data was secondary data that meet with inclusion and exclusion criteria fram patient's medical record and medical expenses in 2016. Data collection tools were forms. Results: Cases of CKD that fulfilled were 29 from Hospital X, 11 cases with sensitivity and 18 cases without sensitivity testing. In Hospital Y there were 20 cases, 17 cases with sensitivity test and 3 cases without sensitivity test. At Hospital X, the value of the Average Cost Effectiveness Ratio (ACER) with a sensitivity test was 94,242,994 rupiah and the ACER value without sensitivity testing was 142,793,491 rupiah. In the Y Hospital it is not comparable because 85% data were sensitivity test. It means in Hospital Y based on Minister of Health Decree No. 523 of 2015. Conclusion: Based on the ACER value it could be concluded that meropenem therapy in cases of CKD in Hospital X was more effective if carried out with sensitivity test. Pendahuluan : Prevalensi penyakit ginjal kronik (PGK) cukup tinggi. Penggunaan meropenem pada pasien PGK perlu mendapat perhatian. Meropenem adalah antibiotik generasi ketiga yang harganya mahal dan apabila penggunaannya tidak rasional maka menambah biaya pengobatan. Disamping itu ada bahaya resistensi yang berdampak sulitnya pengobatan. Oleh karena itu dilakukan penelitian “Analisis Efektifvitas Biaya antara Penggunaan Meropenem dengan dan tanpa Hasil Uji Sensitivitas Antibiotik pada Pasien PGK Di Rumah Sakit”. Metode penelitian adalah cross sectional. Tempat penelitian dipilih langsung di dua Rumah Sakit di Kota Manado dan Kota Semarang. Data yang digunakan berasal dari data sekunder yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data dari rekam medis pasien berupa catatan medis dan biaya pengobatan tahun 2016. Alat pengumpul data berupa formulir isian. Hasil: Kasus gagal ginjal kronis yang memenuhi kriteria sebanyak 29 dari RS X yaitu 11 kasus dilakukan uji sensitivitas dan 18 kasus tidak dilakukan uji sensitivitas. Di RS Y didapatkan 20 kasus yaitu 17 kasus dilakukan uji sensitivitas dan 3 kasus tidak dilakukan uji sensitivitas. Di RS X, nilai Average Cost Effectiveness Ratio (ACER) terapi meropenem dengan uji sensitivitas adalah 94.242.994 dan nilai ACER terapi meropenem tanpa uji sensitivitas adalah 142.793.491. Di RS Y tidak bisa dibandingkan antara terapi meropenem dengan dan tanpa uji sensitivitas karena 85% dilakukan uji sensitivitas. Hal ini berarti
慢性肾脏疾病(CKD)的患病率相当高。美罗培南的使用需要注意。美罗培南是一种昂贵的第三代抗生素。如果使用不合理,会增加治疗费用。还有一种耐药性的危险,会影响治疗的难度。因此进行了“医院CKD患者使用美罗培南有无抗生素敏感性试验结果的成本-效果分析”研究。研究方法:采用横断面研究方法。该医院直接选择了两个城市:万鸦老和三宝垄。数据为2016年患者病历和医疗费用中符合纳入和排除标准的二次数据。数据收集工具是表格。结果:X医院CKD达标29例,有敏感性11例,无敏感性18例。Y医院20例,行敏感性试验17例,未行敏感性试验3例。在X医院,进行敏感性试验的平均成本效益比(ACER)值为94,242,994印尼盾,未进行敏感性试验的ACER值为142,793,491印尼盾。在Y医院,由于85%的数据是敏感性试验,因此不具有可比性。根据2015年卫生部第523号法令,这意味着在Y医院。结论:基于ACER值,X医院CKD患者联合敏感性试验,美罗南治疗效果更好。Pendahuluan:普氏病(Prevalensi penyakit ginjal kronik, PGK)。彭家南meropenem pada pasen PGK perlu perat perhate。美罗培南adalah抗生素属ketiga yang harganya mahal dan apabila penggunaannya tiak reason maka menambah biaya pengobatan。解除武装,使其抵抗,使其抵抗,使其抵抗。Oleh karena itu dilakukan penelitian,《分析抗生素的敏感性》。Metode penelitian adalah横断面。我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。数据阳迪库纳坎是指在阳记忆准则下的数据挖掘。2016年,中国媒体数据统计与分析,中国媒体数据统计与分析。在此基础上,得出了一个公式。Hasil: Kasus gagal gyronis yang memmemuuhi标准,sebanyak 29 dari RS X yitu 11 Kasus dilakukan uji sensitivity和18 Kasus tidak dilakukan uji sensitivity。dirs Y didapatkan 20, kasus yaitu 17, kasus dilakukan uji sensitivity, 3, kasus tidak dilakukan uji sensitivity。dirs X, nilai的平均成本效益比(ACER) terapi美罗培南坦帕乌吉的敏感性为142.793.491。dirs Y tidak bisa dibandingkan antara terapi meropenem dengan dan tanpa uji sensitivitas karena 85% dilakukan uji sensitivitas。2015年12月1日,中国科学院科学院院士,第523号。Kesimpulan: Berdasarkan汝宏碁disimpulkan bahwa terapi dengan meropenem篇kasus PGK di RS X lebih efektif吉卡dilakukan红十字会内唯一一名dengan里头sensitivitas。
{"title":"Analisis Efektivitas Biaya Terhadap Penggunaan Meropenem dan Tanpa Hasil Uji Sensitivitas Antibiotik pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Rumah Sakit","authors":"Lukman Prayitno, Selma Siahaan, R. Handayani","doi":"10.22435/bpk.v47i2.1211","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/bpk.v47i2.1211","url":null,"abstract":"Introduction: The prevalence of chronic kidney disease (CKD) is quite high. The use of meropenem needs attention. Meropenem is an expensive third generation antibiotic. It increase the cost of treatment If it uses irrationally. There is also a danger of resistance that impact to the difficulty of treatment. Therefore a study was conducted on \"Cost Effectiveness Analysis between the Use of Meropenem with and without Antibiotic Sensitivity Test Results in CKD Patients in Hospitals\". Methode: research methode is cross sectional. The hospital was chosen directly from two city : Manado and Semarang. The data was secondary data that meet with inclusion and exclusion criteria fram patient's medical record and medical expenses in 2016. Data collection tools were forms. Results: Cases of CKD that fulfilled were 29 from Hospital X, 11 cases with sensitivity and 18 cases without sensitivity testing. In Hospital Y there were 20 cases, 17 cases with sensitivity test and 3 cases without sensitivity test. At Hospital X, the value of the Average Cost Effectiveness Ratio (ACER) with a sensitivity test was 94,242,994 rupiah and the ACER value without sensitivity testing was 142,793,491 rupiah. In the Y Hospital it is not comparable because 85% data were sensitivity test. It means in Hospital Y based on Minister of Health Decree No. 523 of 2015. Conclusion: Based on the ACER value it could be concluded that meropenem therapy in cases of CKD in Hospital X was more effective if carried out with sensitivity test. \u0000Pendahuluan : Prevalensi penyakit ginjal kronik (PGK) cukup tinggi. Penggunaan meropenem pada pasien PGK perlu mendapat perhatian. Meropenem adalah antibiotik generasi ketiga yang harganya mahal dan apabila penggunaannya tidak rasional maka menambah biaya pengobatan. Disamping itu ada bahaya resistensi yang berdampak sulitnya pengobatan. Oleh karena itu dilakukan penelitian “Analisis Efektifvitas Biaya antara Penggunaan Meropenem dengan dan tanpa Hasil Uji Sensitivitas Antibiotik pada Pasien PGK Di Rumah Sakit”. Metode penelitian adalah cross sectional. Tempat penelitian dipilih langsung di dua Rumah Sakit di Kota Manado dan Kota Semarang. Data yang digunakan berasal dari data sekunder yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data dari rekam medis pasien berupa catatan medis dan biaya pengobatan tahun 2016. Alat pengumpul data berupa formulir isian. Hasil: Kasus gagal ginjal kronis yang memenuhi kriteria sebanyak 29 dari RS X yaitu 11 kasus dilakukan uji sensitivitas dan 18 kasus tidak dilakukan uji sensitivitas. Di RS Y didapatkan 20 kasus yaitu 17 kasus dilakukan uji sensitivitas dan 3 kasus tidak dilakukan uji sensitivitas. Di RS X, nilai Average Cost Effectiveness Ratio (ACER) terapi meropenem dengan uji sensitivitas adalah 94.242.994 dan nilai ACER terapi meropenem tanpa uji sensitivitas adalah 142.793.491. Di RS Y tidak bisa dibandingkan antara terapi meropenem dengan dan tanpa uji sensitivitas karena 85% dilakukan uji sensitivitas. Hal ini berarti","PeriodicalId":41475,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Kesehatan","volume":"11 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2019-08-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86059188","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pamela Sandhya De Jaka, D. D. Lestari, Lantip Rujito
Thalassemia is the most common genetic disease in Indonesia. The purpose of this study was to determine the response of couples who will get married to the premarital screening policy so that a full picture of the readiness of the bride and groom's couple to prevent thalassemia is known. The study used qualitative research with a phenomenological approach with semi-structured in-depth interviews as a method of data collection. Sampling using purposive sampling got informants as many as ten people with criteria aged 20-30 years, domiciled in Banyumas, in a serious relationship (fiance), and not visually impaired. In-depth interviews with the subject of the research were carried out by recording aids accompanied by observations of the situation, facial expressions, and body language of the subject. Transcripts were carried out after data saturation occurred with several interviews. The data were analyzed used through coding until the making of the research theme. The results of the study illustrated that most of the informants claimed to have heard and known of thalassemia from various media. Most informants know the consequences of thalassemia and how the life and treatment of thalassemia children. The informant’s understanding varied from very understanding to not understanding. The group of informants who responded positively to premarital thalassemia screening claimed to want to conduct premarital thalassemia screening with various considerations, including the potential for diseases that would burden life in the future. In the negative group, premarital screening can inhibit ongoing relationships. Concerning the national program, most of the informants agreed or followed this regulation if applied by the government. Informants differed on the continuation of the relationship after knowing the positivity of the screening results. Some couples will continue the relationship; there are also couples who will try to find alternative ways related to the future of their marriage. The study concludes that there are various individual responses related to premarital thalassemia screening. Each response is based on various backgrounds of potential partners. In general, the informants will follow and obey if the government will apply the premarital screening policy. Informants differed on the continuation of the relationship after knowing the positivity of the screening results. Thalassemia adalah penyakit genetik yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui respon pasangan yang akan melangsungkan pernikahan terhadap kebijakan skrining premarital, sehingga dapat diketahui gambaran utuh tentang kesiapan pasangan calon pengantin terhadap upaya pencegahan thalassemia. Studi menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dengan wawancara mendalam semi-terstruktur sebagai metode pengumpulan data. Pengambilan sampel dengan purposive sampling mendapatkan informan sebanyak 10 orang dengan kriteria usia 20-
地中海贫血是印度尼西亚最常见的遗传性疾病。这项研究的目的是确定即将结婚的夫妇对婚前筛查政策的反应,以便全面了解新娘和新郎夫妇预防地中海贫血的准备情况。本研究采用质性研究、现象学方法和半结构化深度访谈作为数据收集方法。采用有目的抽样的方法获得了多达10名提供信息的人,他们的标准年龄在20-30岁之间,居住在Banyumas,有一段认真的关系(未婚夫),并且没有视力障碍。对研究对象的深度访谈是通过记录辅助工具进行的,同时观察了研究对象的情况、面部表情和肢体语言。在几次访谈的数据饱和后进行笔录。通过编码对数据进行分析使用,直到研究主题的制定。研究结果表明,大多数举报人声称从各种媒体听说并知道地中海贫血。大多数举报人都知道地中海贫血的后果以及地中海贫血儿童的生活和治疗方法。被调查者的理解从非常理解到不理解不等。对婚前地中海贫血筛查作出积极反应的一组举报人声称,希望进行婚前地中海贫血筛查,考虑到各种因素,包括可能给未来生活带来负担的疾病。在阴性组中,婚前筛查会抑制持续的关系。对于国家项目,大多数举报人同意或遵守政府实施的这一规定。在得知筛查结果呈阳性后,被调查者对这种关系的延续存在分歧。有些夫妻会继续这段关系;也有一些夫妇会试图寻找与他们婚姻未来有关的替代方式。该研究得出结论,婚前地中海贫血筛查有不同的个体反应。每个回应都是基于潜在伴侣的不同背景。一般情况下,如果政府实施婚前筛查政策,举报人会遵守和服从。在得知筛查结果呈阳性后,被调查者对这种关系的延续存在分歧。印度尼西亚地中海贫血症。Tujuan penelitian ini untuk mengetahui反应pasangan yang akan melangsungkan pernikahan terhadap kebijakan skrining婚前,sehinga dapat diketahui gambaran utuh tentangkesiapan pasangan calon penantin terhadap upaya penegahan地中海贫血。研究孟古那坎的人口普查数据、人口普查质量、人口普查现象、人口普查半结构、人口普查方法。彭甘比兰样本登革,目的取样,彭甘比兰信息学研究10个猩猩登革,标准为20-30 tahun, berdomisili di Banyumas, berada dalam hubungan serius (tunangan), dan bukan tunanetra。Wawancara mendalam kepada subject penelitian dilakukan dengan alat bantu rekam disertai observasi terhadap sitasi, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh subject。Transkrip dilakukan setelah terjadi satasi data dengan beberapa kali wawankara。数据双库分析:三派彭定庭、三派彭定庭、三派彭定庭、三派彭定庭。哈西尔penelitian menggambarkan bahwa sebagian besar通知mengaku pernah menengar dan mengetahui地中海贫血dari berbagai媒体。塞巴吉亚纳市的一名医务人员说:“塞巴吉亚纳市的一名医务人员说:‘塞巴吉亚纳市的一名医务人员说:‘塞巴吉亚纳市的一名医务人员。Pemahaman线人bervarasi mulai dari sangat paham sampai tidak paham。杨Kelompok informan merespon伴唱键盘terhadap收留婚前地中海贫血mengaku茂melakukan收留婚前地中海贫血dengan berbagai pertimbangan diantaranya potensi penyakit杨阿坎人memberatkan kehidupan di玛莎mendatang。帕达·克伦波克阴性berpendapat bahwa skrining婚前帕达·孟汉巴·胡邦干杨·苏达·伯朗松。台湾台湾地区的国家公共卫生信息中心,也就是台湾地区的公共卫生信息中心,也就是台湾地区的公共卫生信息中心。Informan berbeda pendapat akan kelanjutan hubungan setelah mengetahui积极向上。Ada pasangan yang akan terus melanjutkan hubungan, Ada pula pasangan yang akan mencoba mencari jalan替代terkait masa depan pernikahan mereka。对婚前地中海贫血个体的影响。群聚响应dilandasi oleh berbagai macam latar belakang calon pasangan。在婚前婚姻中,婚前婚姻是很重要的。Informan berbeda pendapat akan kelanjutan hubungan setelah mengetahui积极向上。
{"title":"Persepsi Calon Pasangan Menikah Di Banyumas Terhadap Skrining Thalassemia : Studi Kualitatif","authors":"Pamela Sandhya De Jaka, D. D. Lestari, Lantip Rujito","doi":"10.22435/bpk.v47i2.1261","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/bpk.v47i2.1261","url":null,"abstract":"Thalassemia is the most common genetic disease in Indonesia. The purpose of this study was to determine the response of couples who will get married to the premarital screening policy so that a full picture of the readiness of the bride and groom's couple to prevent thalassemia is known. The study used qualitative research with a phenomenological approach with semi-structured in-depth interviews as a method of data collection. Sampling using purposive sampling got informants as many as ten people with criteria aged 20-30 years, domiciled in Banyumas, in a serious relationship (fiance), and not visually impaired. In-depth interviews with the subject of the research were carried out by recording aids accompanied by observations of the situation, facial expressions, and body language of the subject. Transcripts were carried out after data saturation occurred with several interviews. The data were analyzed used through coding until the making of the research theme. \u0000The results of the study illustrated that most of the informants claimed to have heard and known of thalassemia from various media. Most informants know the consequences of thalassemia and how the life and treatment of thalassemia children. The informant’s understanding varied from very understanding to not understanding. The group of informants who responded positively to premarital thalassemia screening claimed to want to conduct premarital thalassemia screening with various considerations, including the potential for diseases that would burden life in the future. In the negative group, premarital screening can inhibit ongoing relationships. Concerning the national program, most of the informants agreed or followed this regulation if applied by the government. Informants differed on the continuation of the relationship after knowing the positivity of the screening results. Some couples will continue the relationship; there are also couples who will try to find alternative ways related to the future of their marriage. The study concludes that there are various individual responses related to premarital thalassemia screening. Each response is based on various backgrounds of potential partners. In general, the informants will follow and obey if the government will apply the premarital screening policy. Informants differed on the continuation of the relationship after knowing the positivity of the screening results. \u0000Thalassemia adalah penyakit genetik yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui respon pasangan yang akan melangsungkan pernikahan terhadap kebijakan skrining premarital, sehingga dapat diketahui gambaran utuh tentang kesiapan pasangan calon pengantin terhadap upaya pencegahan thalassemia. Studi menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dengan wawancara mendalam semi-terstruktur sebagai metode pengumpulan data. Pengambilan sampel dengan purposive sampling mendapatkan informan sebanyak 10 orang dengan kriteria usia 20-","PeriodicalId":41475,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Kesehatan","volume":"48 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2019-08-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82361242","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstract Mental health is the state of the individual to understand the abilities he has. Mental health is often associated with stress.Stress is a normal response to a variety of circumstances that must be faced in life .Stress causes a decrease in blood flow to the heart , increasing the need for oxygen and has a bad effect on the immune response , there by causing susceptible to infections , including dental on periodontal tissue. Sports health has a role in improving the quality of life by moving dynamically. Objective: to determine whether mental health affects dental-oral health (dental periodontal tissue) in Indonesia. In addition, to find out whether exercise health has an effect on dental-mouth health This study aims to determine the relationship between the stress experienced by the individual in oral and dental care in Indonesia. In addition, to find out whether exercise health has an effect on dental-mouth health. Method: The sample was all household members aged 15 years and over and numbered 722,329 people. The research design is cross sectional. Data was taken from Riskesdas secondary data in 2013 in 33 (thirty three) provinces and 497 districts / cities in Indonesia. It was found that stress affects the individual teeth including periodontal tissue, with a p-value: 0.000. Likewise Sports health affects dental health = mouth, with a p value: 0,000. Conclusion: there is a significant relationship between mental health and the health of dental periodontal tissue, with a p value: 0,000. And there is a significant relationship between health exercise and the health of dental periodontal tissue. Suggestion : The need to maintain dental and oral health for respondents who experience mental health disorders. by controlling the dentist at least once every 3-6 months, this is needed, if it is found in the respondent who has a disorder TFO (Trauma From Oclusiin) can be treated immediately. So that there is no disruption in the health of the dental periodontal tissue. In addition, sports are needed, at least 30 minutes, a minimum of 3-5 days / per week keywords : mental health, sports health health of dental periodontal tissue Kesehatan jiwa adalah keadaan individu dalam memahami kemampuan yang dimilikinya. Kesehatan jiwa sering dikaitkan dengan stres. Stres merupakan respon normal terhadap berbagai keadaan yang harus dihadapi dalam hidup. Stres menyebabkan penurunan aliran darah ke jantung, meningkatkan kebutuhan oksigen dan memiliki efek buruk terhadap reaksi imun,yangmenyebabkan rentan terhadap infeksi pada gigi,akibatnya kesehatan gigi dan mulut terganggu.Aktivitas fisik memiliki peran dalam meningktkan kualitas hidup dengan cara bergerak secara dinamis. Tujuan :untuk mengetahui apakah kesehatan jiwa berpengaruh terhadap kesehatan gigi dan mulut.Selain itu untuk mengetahui apakah aktivitas fisik berpengaruh terhadap kesehatan gigi dan mulut. Metode :Sampel adalah seluruh anggota rumah tangga yang berusia 15 tahun keatas berjumlah 722
摘要心理健康是个体了解自己所具有的能力的状态。心理健康通常与压力有关。压力是对生活中必须面对的各种情况的正常反应。压力会导致流向心脏的血液减少,增加对氧气的需求,并对免疫反应产生不良影响,导致易受感染,包括牙周组织。运动健康在通过动态运动提高生活质量方面具有重要作用。目的:确定印尼人的心理健康是否影响口腔健康(牙周组织)。此外,为了了解运动健康是否对口腔健康有影响,本研究旨在确定印度尼西亚个体在口腔和牙齿护理方面所经历的压力之间的关系。此外,了解运动健康是否对口腔健康有影响。方法:调查对象为年龄在15岁及以上的家庭成员,共722,329人。本研究设计为横断面设计。数据取自Riskesdas 2013年印度尼西亚33(33)个省和497个区/市的二级数据。结果发现,应激对包括牙周组织在内的个体牙齿均有影响,p值为0.000。同样,运动健康影响牙齿健康=口腔健康,p值为0000。结论:心理健康与牙周组织健康存在显著相关,p值为0,000。健康运动与牙周组织健康有显著的关系。建议:有精神健康障碍的受访者需要保持牙齿和口腔健康。通过每3-6个月至少控制一次牙医,这是必要的,如果在应答者中发现有TFO(来自Oclusiin的创伤)紊乱,可以立即治疗。这样就不会破坏牙周组织的健康。此外,还需要运动,至少30分钟,至少3-5天/每周关键词:心理健康,运动健康牙周组织健康Kesehatan jiwa adalah keadaan individual dalam memahami kemampuan yang dimilikinya。Kesehatan jiwa服务于dikaitkan登根压力。压力使人对正常的压力产生反应,使人对压力产生反应。压力menyebabkan penurunan aliran darah ke jantung,脑膜炎katkan kebutuhan oksigen dan memiliki efek buruk terhadap reaksi imun,yangmenyebabkan rentan terhadap infeksi patada gigi,akibatnya kesehatan gigi dan mulut terganggu。活跃性是指人的生命,人的生命,人的生命,人的生命。Tujuan:untuk mengetahui apakah kesehatan jiwa berpengaruh terhadap kesehatan gigi dan mulut。Selain itu untuk mengetahui apakah aktivitas fisik berpengaruh,即:“我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。”方法:样本adalah seluruh anggota rumah tangga yang berusia 15 tahun keatas berjumlah 722.329 orange。Disain penelitian adalah potong lintang。数据diambil dari数据Riskesdas tahun 2013 di 33 (tiga puluh tiga) prosi dan 497 kabupaten/kota di印度尼西亚。Hasil:kesehatan jiwa berpengaruh terhadap kesehatan gigi dan mulut。Demikian juga aktivitas是一名来自中国的企业家,他说:“我认为这是一个非常好的选择。”kespulpan: terdapat pengaruh yang bermakna antara kesehatan jiwa dengan kesehatangigi dan mulut, dengan nilai p: 000。Dan terdapat pengaruh yang bermakna antara活动是一种非常活跃的活动。丹mulut。Saran: Perlunya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut bagi个人yang mengalami gangguan kesehatan jiwa,dengan melakukan control ke dokter gigi minimal 3-6 bulan sekali, Perlunya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan melakukan control ke dokter gigi minimal 3-6 bulan sekali。Selain itu, perlu melakukan aktivitas(最低30分钟),perhari dilakukan(最低3-5分钟)/ per minggu。
{"title":"Hubungan Kesehatan Jiwa dan Aktivitas Fisik terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut (Analisis Lanjut Riskesdas 2013)","authors":"Indirawati Tjahja, Olwin Nainggolan","doi":"10.22435/bpk.v47i2.1763","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/bpk.v47i2.1763","url":null,"abstract":"Abstract \u0000Mental health is the state of the individual to understand the abilities he has. Mental health is often associated with stress.Stress is a normal response to a variety of circumstances that must be faced in life .Stress causes a decrease in blood flow to the heart , increasing the need for oxygen and has a bad effect on the immune response , there by causing susceptible to infections , including dental on periodontal tissue. Sports health has a role in improving the quality of life by moving dynamically. Objective: to determine whether mental health affects dental-oral health (dental periodontal tissue) in Indonesia. In addition, to find out whether exercise health has an effect on dental-mouth health This study aims to determine the relationship between the stress experienced by the individual in oral and dental care in Indonesia. In addition, to find out whether exercise health has an effect on dental-mouth health. Method: The sample was all household members aged 15 years and over and numbered 722,329 people. The research design is cross sectional. Data was taken from Riskesdas secondary data in 2013 in 33 (thirty three) provinces and 497 districts / cities in Indonesia. It was found that stress affects the individual teeth including periodontal tissue, with a p-value: 0.000. Likewise Sports health affects dental health = mouth, with a p value: 0,000. Conclusion: there is a significant relationship between mental health and the health of dental periodontal tissue, with a p value: 0,000. And there is a significant relationship between health exercise and the health of dental periodontal tissue. Suggestion : The need to maintain dental and oral health for respondents who experience mental health disorders. by controlling the dentist at least once every 3-6 months, this is needed, if it is found in the respondent who has a disorder TFO (Trauma From Oclusiin) can be treated immediately. So that there is no disruption in the health of the dental periodontal tissue. In addition, sports are needed, at least 30 minutes, a minimum of 3-5 days / per week keywords : mental health, sports health health of dental periodontal tissue \u0000Kesehatan jiwa adalah keadaan individu dalam memahami kemampuan yang dimilikinya. Kesehatan jiwa sering dikaitkan dengan stres. Stres merupakan respon normal terhadap berbagai keadaan yang harus dihadapi dalam hidup. Stres menyebabkan penurunan aliran darah ke jantung, meningkatkan kebutuhan oksigen dan memiliki efek buruk terhadap reaksi imun,yangmenyebabkan rentan terhadap infeksi pada gigi,akibatnya kesehatan gigi dan mulut terganggu.Aktivitas fisik memiliki peran dalam meningktkan kualitas hidup dengan cara bergerak secara dinamis. Tujuan :untuk mengetahui apakah kesehatan jiwa berpengaruh terhadap kesehatan gigi dan mulut.Selain itu untuk mengetahui apakah aktivitas fisik berpengaruh terhadap kesehatan gigi dan mulut. Metode :Sampel adalah seluruh anggota rumah tangga yang berusia 15 tahun keatas berjumlah 722","PeriodicalId":41475,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Kesehatan","volume":"36 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2019-08-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"73609036","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Self-care activity (SCA) is an important activity which is practised by people with diabetes mellitus toprevent complications of their diseases. SCA must be done every day including diet settings, physicalexercise, monitoring blood sugar, regular treatment, and prevention of complications. However, DMsufferers in rural areas have not performed the SCA optimally. The purpose of this study was to describethe implementation of self-care activity for DM patients in rural areas involving 112 DM sufferers using adescriptive methods. Self-care activity was measured using the Summary of Diabetes SelfCare Activities(SDSCA) instrument. Data analysis used frequency distribution. The result showed that most of therespondents had good self-care abilities (62.5%). More than half of the respondents were able to arrangethe right diet (64.3%), able to control blood glucose levels (77.7%), and able to prevent complications(71.4%). However, the ability to manage physical activity (sports) was only 43.8% and took medicationwas laso ony 20.5%.. The study suggested that health workers need to involve the family of DM sufferersto carry out sports assistance as well as regular treatment as to achive better SCA. Key words: selfcare activity, diabetes mellitus, rural Area Abstrak Selfcare activity (SCA) merupakan aktivitas perawatan diri yang penting dilakukan oleh penderita diabetesmellitus (DM) untuk mencegah komplikasi. Selfcare activity dilakukan setiap hari meliputi pengaturandiet, latihan jasmani, pemantauan gula darah, pengobatan, dan pencegahan komplikasi. Namun penderitaDM di wilayah perdesaan masih belum optimal melakukan SCA dan faktor penyebabnya antara laintidak paham terhadap perawatan DM karena kurangnya interaksi dengan tenaga kesehatan, rendahnyakeyakinan dan sikap karena kurangnya dukungan dari keluarga. Tujuan penelitian ini mengetahuibagaimana implementasi self care activity penderita DM di wilayah Puskesmas Bangetayu Semarang secaradeskriptif dengan total sampel sebanyak 112 orang penderita DM. Self care activity diukur menggunakaninstrumen Summary of Diabetes SelfCare Activities (SDSCA), analisis data menggunakan uji distribusifrekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah memiliki kemampuanself care baik (62,5%), mampu melakukan pengaturan diit yang tepat (64,3%), mampu mengontrol kadarglukosa darah (77,7%) dan mampu melakukan pencegahan komplikasi (71,4%). Namun pada komponenpengaturan aktivitas fisik (olah raga) hanya 43,8% dan perilaku pengobatan hanya 20,5%. Penelitian inimenyarankan agar petugas kesehatan melibatkan peran keluarga untuk melakukan pendampingan olahraga dan pengobatan rutin. Kata kunci : Selfcare Activity, Diabetes Mellitus, perdesaan
自我保健活动(SCA)是糖尿病患者预防疾病并发症的一项重要活动。SCA必须每天进行,包括饮食设置、身体锻炼、监测血糖、定期治疗和预防并发症。然而,农村地区的痴呆症患者并没有最佳地执行SCA。本研究采用描述性方法对农村地区112例糖尿病患者进行自我保健活动的实施情况进行分析。自我护理活动使用糖尿病自我护理活动摘要(SDSCA)仪器进行测量。数据分析采用频率分布。结果显示,大多数受访者(62.5%)具有良好的自我护理能力。超过一半的受访者能够安排正确的饮食(64.3%),能够控制血糖水平(77.7%),能够预防并发症(71.4%)。然而,有能力管理体育活动(运动)的只有43.8%,服用药物的也只有20.5%。该研究表明,卫生工作者需要让糖尿病患者的家庭参与进来,开展运动援助以及定期治疗,以实现更好的SCA。关键词:自我保健活动;糖尿病;农村地区摘要:自我保健活动(SCA);自我保健活动dilakukan设置hari meliputi pengaturandiet, latihan jasmani, pemantauan gula darah, pengobatan, dan penegahan komplikasi。Namun penderitaDM di wilayah perdesaan masih belumoptimal melakukan SCA dan fakto penyebabnya antara laintidak pahamterhadap perawatan DM karenkuangnya tenengan tenaga kesehatan, rendahnyakyakinan dan sikarenkuangnya dukungan dari keluarga。图juan penelitian ini mengetahuibagaimana实施自我保健活动penderita DM di wilayah Puskesmas Bangetayu Semarang secarkscritif dengan总样本sebanyak 112 orang penderita DM.自我保健活动diukur menggunakan仪器糖尿病自我保健活动摘要(SDSCA),分析数据menggunakan uji分布。Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar应答sudah memiliki kemampuanself - care baik (62.5%), mampu melakukan pengaturan diit yang tepat (64.3%), mampu mengtrol kadarglukosa darah(76.7%)和mampu melakukan penegahan komplikasi(71.4%)。Namun pada komponenpengaturan aktivitas fisik (olah raga)汉雅43.8%,perperaku pengobatan汉雅20.5%。Penelitian inimenyarankan agar petugas kesehatan melibatkan peran keluarga untuk melakukan pendampingan和olahraga dan pengobatan rutin。自我护理活动,糖尿病,老年痴呆
{"title":"Implementasi Selfcare Activity Penderita Diabetes Mellitus di Wilayah Puskesmas Bangetayu Semarang","authors":"Iskim Luthfa","doi":"10.22435/BPK.V47I1.779","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/BPK.V47I1.779","url":null,"abstract":"Self-care activity (SCA) is an important activity which is practised by people with diabetes mellitus toprevent complications of their diseases. SCA must be done every day including diet settings, physicalexercise, monitoring blood sugar, regular treatment, and prevention of complications. However, DMsufferers in rural areas have not performed the SCA optimally. The purpose of this study was to describethe implementation of self-care activity for DM patients in rural areas involving 112 DM sufferers using adescriptive methods. Self-care activity was measured using the Summary of Diabetes SelfCare Activities(SDSCA) instrument. Data analysis used frequency distribution. The result showed that most of therespondents had good self-care abilities (62.5%). More than half of the respondents were able to arrangethe right diet (64.3%), able to control blood glucose levels (77.7%), and able to prevent complications(71.4%). However, the ability to manage physical activity (sports) was only 43.8% and took medicationwas laso ony 20.5%.. The study suggested that health workers need to involve the family of DM sufferersto carry out sports assistance as well as regular treatment as to achive better SCA. \u0000Key words: selfcare activity, diabetes mellitus, rural Area \u0000Abstrak \u0000Selfcare activity (SCA) merupakan aktivitas perawatan diri yang penting dilakukan oleh penderita diabetesmellitus (DM) untuk mencegah komplikasi. Selfcare activity dilakukan setiap hari meliputi pengaturandiet, latihan jasmani, pemantauan gula darah, pengobatan, dan pencegahan komplikasi. Namun penderitaDM di wilayah perdesaan masih belum optimal melakukan SCA dan faktor penyebabnya antara laintidak paham terhadap perawatan DM karena kurangnya interaksi dengan tenaga kesehatan, rendahnyakeyakinan dan sikap karena kurangnya dukungan dari keluarga. Tujuan penelitian ini mengetahuibagaimana implementasi self care activity penderita DM di wilayah Puskesmas Bangetayu Semarang secaradeskriptif dengan total sampel sebanyak 112 orang penderita DM. Self care activity diukur menggunakaninstrumen Summary of Diabetes SelfCare Activities (SDSCA), analisis data menggunakan uji distribusifrekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah memiliki kemampuanself care baik (62,5%), mampu melakukan pengaturan diit yang tepat (64,3%), mampu mengontrol kadarglukosa darah (77,7%) dan mampu melakukan pencegahan komplikasi (71,4%). Namun pada komponenpengaturan aktivitas fisik (olah raga) hanya 43,8% dan perilaku pengobatan hanya 20,5%. Penelitian inimenyarankan agar petugas kesehatan melibatkan peran keluarga untuk melakukan pendampingan olahraga dan pengobatan rutin. \u0000Kata kunci : Selfcare Activity, Diabetes Mellitus, perdesaan","PeriodicalId":41475,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Kesehatan","volume":"77 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2019-06-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86184621","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Leni Nurlina Yanti, Anny Victor Purba, Ratna Djamil
Javanese turmeric (Curcuma xanthorrhiza) and soybean (Glycine max L. Merill) are natural ingredientsthat can be used to treat face skin. The aim of this study was to formulate extracts of Javanese turmeric andsoybean in the form of skin lightening cream preparations.. In this experiment, four cream formulationswere made containing a combination of javanese tumeric extract with concentrations of 1%, 3%, 5% and10% and soybean extract with concentrations of 5% and 15%. Accelerated cream formulations stabilitytest for 1 month was tested by observing the results of its storage at low temperatures, room temperatureand high temperature which included organoleptic observation, pH and homogeneity where each formulashowed physical stability for 4 weeks, pH average 4.5-5.0, and no change in cream color. The irritationtest was tested by using the acute dermal irritation method using rabbits and was declared safe and notirritating. The effectiveness test was measured by applying a combination cream to the respondents andmeasuring the brightness of the skin using a Dermalab examination measured after using the cream.The combination cream with a variation of 10% javanese tumeric concentration and 15% soybeanconcentration was the highest L* score in lightening the skin. Key words: Curcuma rhizome extract; soybean seed extract; cream;skin lingkening
爪哇姜黄(Curcuma xanthorrhiza)和大豆(Glycine max L. Merill)是可以用来治疗面部皮肤的天然成分。本研究的目的是研制爪哇姜黄和大豆提取物的美白霜制剂。本试验采用爪哇姜黄提取物(浓度分别为1%、3%、5%和10%)和大豆提取物(浓度分别为5%和15%)组成4种乳膏配方。通过观察其在低温、室温和高温下的感官观察、pH值和均匀性,对速效面霜配方进行了为期1个月的稳定性试验,其中每个配方的物理稳定性为4周,pH平均为4.5-5.0,霜色无变化。采用家兔急性皮肤刺激法进行刺激试验,安全无刺激作用。有效性测试是通过将组合面霜应用于应答者并在使用面霜后使用Dermalab检查测量皮肤亮度来测量的。10%爪哇姜黄浓度和15%大豆浓度的组合霜在美白皮肤方面的L*评分最高。关键词:姜黄提取物;大豆种子提取物;奶油;皮肤lingkening
{"title":"Pengembangan Sediaan Krim Pencerah Kulit dari Kombinasi Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb) dan Ekstrak Biji Kacang Kedelai (Gl ycine Max (L.) Merill)","authors":"Leni Nurlina Yanti, Anny Victor Purba, Ratna Djamil","doi":"10.22435/BPK.V47I1.1385","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/BPK.V47I1.1385","url":null,"abstract":"Javanese turmeric (Curcuma xanthorrhiza) and soybean (Glycine max L. Merill) are natural ingredientsthat can be used to treat face skin. The aim of this study was to formulate extracts of Javanese turmeric andsoybean in the form of skin lightening cream preparations.. In this experiment, four cream formulationswere made containing a combination of javanese tumeric extract with concentrations of 1%, 3%, 5% and10% and soybean extract with concentrations of 5% and 15%. Accelerated cream formulations stabilitytest for 1 month was tested by observing the results of its storage at low temperatures, room temperatureand high temperature which included organoleptic observation, pH and homogeneity where each formulashowed physical stability for 4 weeks, pH average 4.5-5.0, and no change in cream color. The irritationtest was tested by using the acute dermal irritation method using rabbits and was declared safe and notirritating. The effectiveness test was measured by applying a combination cream to the respondents andmeasuring the brightness of the skin using a Dermalab examination measured after using the cream.The combination cream with a variation of 10% javanese tumeric concentration and 15% soybeanconcentration was the highest L* score in lightening the skin. \u0000Key words: Curcuma rhizome extract; soybean seed extract; cream;skin lingkening \u0000 \u0000 \u0000 \u0000 ","PeriodicalId":41475,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Kesehatan","volume":"99 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2019-06-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"85881369","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
This study aimed to determine factors related to the nutritional status of adolescents in the city of BandaAceh. Cross sectional study was conducted through interview using questionnaires regarding nutritionalstatus, knowledge and income of parents. Correspondence analysis was used to determinefactors relatedto adolescent nutritional status.. The results revealed that the adolescents with normal nutritional statustend to have good knowledge and good diet. Key words : multiple correspondence analysis, diet, knowledge, adolescent nutritional status Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi remajadi kota Banda Aceh. Penelitian potong lintang dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesionermengenai status gizi, pengetahuan dan pendapatan orang tua. Untuk mengetahui faktor-faktor yangberhubungan dengan status gizi remaja, digunakan analisis korespondensi. Hasil plot korespondensimenunjukkan bahwa, remaja dengan status gizi normal cenderung memiliki pengetahuan yang baik dandiet yang baik. Kata kunci : korespondensi berganda, uji Khi-kuadrat, status gizi remaja.
{"title":"Aplikasi Analisis Korespondensi Berganda Terhadap Status Gizi Remaja di Kota Banda Aceh","authors":"Zurnila Marli Kesuma, S. Rusdiana, Asep Rusyana, Latifah Rahayu, Romi Rosadi","doi":"10.22435/BPK.V47I1.143","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/BPK.V47I1.143","url":null,"abstract":"This study aimed to determine factors related to the nutritional status of adolescents in the city of BandaAceh. Cross sectional study was conducted through interview using questionnaires regarding nutritionalstatus, knowledge and income of parents. Correspondence analysis was used to determinefactors relatedto adolescent nutritional status.. The results revealed that the adolescents with normal nutritional statustend to have good knowledge and good diet. \u0000Key words : multiple correspondence analysis, diet, knowledge, adolescent nutritional status \u0000Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi remajadi kota Banda Aceh. Penelitian potong lintang dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesionermengenai status gizi, pengetahuan dan pendapatan orang tua. Untuk mengetahui faktor-faktor yangberhubungan dengan status gizi remaja, digunakan analisis korespondensi. Hasil plot korespondensimenunjukkan bahwa, remaja dengan status gizi normal cenderung memiliki pengetahuan yang baik dandiet yang baik. \u0000Kata kunci : korespondensi berganda, uji Khi-kuadrat, status gizi remaja.","PeriodicalId":41475,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Kesehatan","volume":"106 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2019-06-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"76682618","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Environmental effects on health including nutritional status can be in various forms, from physiologicaland emotional to social, spiritual and intellectual. Knowing socio-cultural factors, such as social supportsand behavior can help people maintain their normal nutritional status.This was a cross-sectional studyaiming at analyzing the relationship of social conditions and behavior with overweight and obesity inhigh school adolescents. The subject consisted of 161 students from 11th and 12th grade aged 14-17years in South Jakarta. Data collected included social data and behavior, respondent characteristics aswell as anthropometric measurements. Adolescent obesity is based on body mass index for age morethan 1 standard deviation. Bivariate and multivariate analyzes were performed with logistic regression.There were 25.5 percent respondents who were overweight or obese. There was a significant relationshipof liking fast food consumption (p:0.044; OR:4.820 95%CI: 1.046-22.207) with overweight or obese.However, there was no significant relationship between social supports and overweight or obese.Adolescents who like to consume fast food have fourth time risk of overweight or obese. Education ofhealthy food and risk of consuming fast food is of importantance to mantain normal nutritional statusthroughout adulthood. Key words: obesity, teenage, social support, fast food Efek lingkungan terhadap kesehatan termasuk status gizi dapat berbagai bentuk, dari fisiologis danemosional, sosial, spiritual dan intelektual. Mengetahui faktor sosial-budaya, seperti dukungan sosial,dan perilaku dapat membantu orang untuk mempertahankan status gizi normal. Studi ini bertujuan untukmenganalisis hubungan faktor kondisi sosial dan perilaku dengan kegemukan pada remaja sekolahmenengah atas. Penelitian ini adalah penelitian potong lintang. Responden terdiri dari 161 anak muridkelas 11 dan 12 yang berumur 14-17 tahun di sekolah di Jakarta Selatan. Data yang dikumpulkan meliputidata sosial, perilaku, dan karakteristik responden serta pengukuran anthropometri. Status kegemukanremaja didasarkan pada IMT/U>1SD. Analisis bivariat dan multivariat dilakukan dengan regresilogistik. Terdapat 25,5 persen responden yang kegemukan. Terdapat hubungan yang signifikan antaramenyukai konsumsi makanan siap saji (p:0.044; OR:4.820 95%CI: 1.046-22.207) dengan kegemukan.Namun, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan kegemukan. Remajayang menyukai konsumsi makanan siap saji memiliki risiko empat kali lebih tinggi untuk untuk menjadigemuk. Promosi tentang jenis makanan sehat dan risiko konsumsi makanan siap saji penting dilakukanuntuk dapat menjaga status gizi normal hingga dewasa. Kata kunci: kegemukan, remaja, dukungan sosial, makanan siap saji.
包括营养状况在内的环境对健康的影响可以是多种形式的,从生理和情感到社会、精神和智力。了解社会文化因素,如社会支持和行为,可以帮助人们保持正常的营养状况。本研究是一项横断面研究,旨在分析社会条件和行为与高中青少年超重和肥胖的关系。研究对象包括161名来自南雅加达的14-17岁的11年级和12年级学生。收集的数据包括社会数据和行为、受访者特征以及人体测量值。青少年肥胖是基于年龄体重指数大于1个标准差。采用logistic回归进行双变量和多变量分析。25.5%的人超重或肥胖。喜欢快餐消费有显著关系(p:0.044;OR:4.820 95%CI: 1.046-22.207)为超重或肥胖。然而,社会支持与超重或肥胖之间没有显著的关系。喜欢吃快餐的青少年超重或肥胖的风险是第四倍。关于健康食品和食用快餐风险的教育对于在整个成年期保持正常的营养状况非常重要。关键词:肥胖,青少年,社会支持,快餐,快餐,快餐,快餐,快餐,快餐,快餐,快餐蒙格塔辉因子社会性-budaya,分离度昆干社会性,但危险的是,达格塔辉因子社会性- untuk因子社会性- untuk因子社会性- untuk因子社会性-正常。研究与分析:社会因素对健康的影响,对健康的影响。Penelitian ini adalah Penelitian poong lintang。回应terdiri dari 161 anak muridkelas 11 dan 12 yang berumur 14-17 tahun di sekolah di Jakarta Selatan。数据yang dikumpulkan melputitidata social, peraku, dan karakteristik respontik serta pengukuran anthropometri。状态kegemukanremaja didasarkan patt /U>1SD。双变量和多变量双拉坎邓根回归分析。11月25日,有25,5人回答了杨克根的问题。Terdapat hubungan yang signifikan antaramenyukai konsumsi makanan siap saji (p:0.044;OR:4.820 95%CI: 1.046 ~ 22.207)。Namun, tidak terdapat hubungan yang signfikan antara dukungan social dengan kegemukan。Remajayang menyukai konsumsi makanan siap saji memiliki risko empat kali lebih untuk untuk menjadigemuk。这句话的意思是:“我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是我的意思。”Kata kunci: kegemukan, remaja, dukungan social, makanan siap saji。
{"title":"Hubungan Dukungan Sosial dan Perilaku Terhadap Kegemukan (IMT/U >1sd) pada Remaja di Sekolah di Jakarta Selatan","authors":"Kencana Sari, Indri Yunita Suryaputri","doi":"10.22435/BPK.V47I1.252","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/BPK.V47I1.252","url":null,"abstract":"Environmental effects on health including nutritional status can be in various forms, from physiologicaland emotional to social, spiritual and intellectual. Knowing socio-cultural factors, such as social supportsand behavior can help people maintain their normal nutritional status.This was a cross-sectional studyaiming at analyzing the relationship of social conditions and behavior with overweight and obesity inhigh school adolescents. The subject consisted of 161 students from 11th and 12th grade aged 14-17years in South Jakarta. Data collected included social data and behavior, respondent characteristics aswell as anthropometric measurements. Adolescent obesity is based on body mass index for age morethan 1 standard deviation. Bivariate and multivariate analyzes were performed with logistic regression.There were 25.5 percent respondents who were overweight or obese. There was a significant relationshipof liking fast food consumption (p:0.044; OR:4.820 95%CI: 1.046-22.207) with overweight or obese.However, there was no significant relationship between social supports and overweight or obese.Adolescents who like to consume fast food have fourth time risk of overweight or obese. Education ofhealthy food and risk of consuming fast food is of importantance to mantain normal nutritional statusthroughout adulthood. \u0000Key words: obesity, teenage, social support, fast food \u0000Efek lingkungan terhadap kesehatan termasuk status gizi dapat berbagai bentuk, dari fisiologis danemosional, sosial, spiritual dan intelektual. Mengetahui faktor sosial-budaya, seperti dukungan sosial,dan perilaku dapat membantu orang untuk mempertahankan status gizi normal. Studi ini bertujuan untukmenganalisis hubungan faktor kondisi sosial dan perilaku dengan kegemukan pada remaja sekolahmenengah atas. Penelitian ini adalah penelitian potong lintang. Responden terdiri dari 161 anak muridkelas 11 dan 12 yang berumur 14-17 tahun di sekolah di Jakarta Selatan. Data yang dikumpulkan meliputidata sosial, perilaku, dan karakteristik responden serta pengukuran anthropometri. Status kegemukanremaja didasarkan pada IMT/U>1SD. Analisis bivariat dan multivariat dilakukan dengan regresilogistik. Terdapat 25,5 persen responden yang kegemukan. Terdapat hubungan yang signifikan antaramenyukai konsumsi makanan siap saji (p:0.044; OR:4.820 95%CI: 1.046-22.207) dengan kegemukan.Namun, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan kegemukan. Remajayang menyukai konsumsi makanan siap saji memiliki risiko empat kali lebih tinggi untuk untuk menjadigemuk. Promosi tentang jenis makanan sehat dan risiko konsumsi makanan siap saji penting dilakukanuntuk dapat menjaga status gizi normal hingga dewasa. \u0000Kata kunci: kegemukan, remaja, dukungan sosial, makanan siap saji.","PeriodicalId":41475,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Kesehatan","volume":"22 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2019-06-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75328930","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}