Produksi jagung pipilan (Zea mays) di Sulawesi Selatan belum mengalami peningkatan. Hal itu dipengaruhi oleh kondisi lahan pertanian sebagai syarat mutlak agar produksi tercapai tidak terpenuhi. Pemberian pupuk kandang ayam broiler yang dikombinasikan biochar kaya Pleurotus ostreatus diharapkan menjadi sala satu solusi untuk memperbaiki kualitas lahan pertanian yang mengalami krisis unsur hara setiap tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi jagung pipilan ton ha-1 dengan pengaplikasian pupuk kandang ayam broiler biochar, biochar dan Pleurotus ostreatus baik secara tunggal atau kombinasi. Penelitian ini merupakan percobaan eksperimen yang dilakukan dilapangan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini Rancangan Acak Petak Terpisah (RPT). Petak utama Pupuk Organik (X) yaitu: X1= tanpa bahan organik, X2= pupuk kandang ayam broiler, X3= Biochar dan X4= Pupuk kandang ayam broiler + Biochar, sedangakan anak petak Pleurotus ostreatus (P) yaitu :P1= tanpa Pleurotus ostreatus, P2= Pleurotus ostreatus 5% dan P3= Pleurotus ostreatus 10%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaplikasian kombinasi Pupuk kandang ayam broiler + Biochar + Pleurotus osteratus 10% berpegaruh nyata terhadap produksi tanaman jagung pipilan ton ha-1 dengan nilai rata-rata 8,31 ton ha-1. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan bahan organik seperti pupuk kandang ayam broiler yang dikombinasikan biochar diperkaya Pleurotus ostreatus dapat meningkatkan produksi tanaman jagung pipilan.
{"title":"Produksi Jagung (Zea mays) Ton Ha-1 pada Pemberian Kombinasi Pupuk Kandang Ayam Broiler dan Biochar diperkaya Pleurotus ostreatus","authors":"None Syamsiar Zamzam, None Ade Putra salim, None Andi Dita Tawakkal Gau","doi":"10.47687/snppvp.v4i1.671","DOIUrl":"https://doi.org/10.47687/snppvp.v4i1.671","url":null,"abstract":"Produksi jagung pipilan (Zea mays) di Sulawesi Selatan belum mengalami peningkatan. Hal itu dipengaruhi oleh kondisi lahan pertanian sebagai syarat mutlak agar produksi tercapai tidak terpenuhi. Pemberian pupuk kandang ayam broiler yang dikombinasikan biochar kaya Pleurotus ostreatus diharapkan menjadi sala satu solusi untuk memperbaiki kualitas lahan pertanian yang mengalami krisis unsur hara setiap tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi jagung pipilan ton ha-1 dengan pengaplikasian pupuk kandang ayam broiler biochar, biochar dan Pleurotus ostreatus baik secara tunggal atau kombinasi. Penelitian ini merupakan percobaan eksperimen yang dilakukan dilapangan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini Rancangan Acak Petak Terpisah (RPT). Petak utama Pupuk Organik (X) yaitu: X1= tanpa bahan organik, X2= pupuk kandang ayam broiler, X3= Biochar dan X4= Pupuk kandang ayam broiler + Biochar, sedangakan anak petak Pleurotus ostreatus (P) yaitu :P1= tanpa Pleurotus ostreatus, P2= Pleurotus ostreatus 5% dan P3= Pleurotus ostreatus 10%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaplikasian kombinasi Pupuk kandang ayam broiler + Biochar + Pleurotus osteratus 10% berpegaruh nyata terhadap produksi tanaman jagung pipilan ton ha-1 dengan nilai rata-rata 8,31 ton ha-1. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan bahan organik seperti pupuk kandang ayam broiler yang dikombinasikan biochar diperkaya Pleurotus ostreatus dapat meningkatkan produksi tanaman jagung pipilan.","PeriodicalId":495417,"journal":{"name":"Prosiding Seminar Nasional Pembangunan dan Pendidikan Vokasi Pertanian","volume":"67 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135470260","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-09-28DOI: 10.47687/snppvp.v4i1.689
None Kadapi Muhamad, None Aria Fikri Nugaraha Suhendi, None Sumadi Sumadi, None Anas Anas
Cekaman pada fase kritis tanaman mempengaruhi tumbuh kembang hingga hasil tanaman. Pada tanaman kedelai, salah satu fase kritisnya adalah fase reproduktif R1-R4. Cekaman ini memungkinkan berpengaruh terhadap kualitas hasil dan benih. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas benih yang mengalami cekaman pada fase R1-R4. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2020 – April 2021 di rumah plastik laboratorium kultur terkendali dan laboratorium teknologi benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Jatinangor. Penelitian ini membandingkan 2 perlakuan kapasitas lapang untuk mengetahui respon dari tanaman kedelai (100% dan 40%). Kultivar yang digunakan adalah kultivar dering 1 yang diketahui memiliki keunggulan toleran kekeringan pada fase tumbuh kembangnya. Uji-t digunakan untuk membandingkan dua kondisi ketersediaan air pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kualitas benih pada dua kondisi ketersediaan air pada karakter bobot 100 biji, bobot kering kecambah normal dan keserempakan tumbuh.
{"title":"Pengaruh Cekaman Kekeringan pada Fase R1-R4 terhadap Kualitas Benih Kedelai Kultivar Dering 1","authors":"None Kadapi Muhamad, None Aria Fikri Nugaraha Suhendi, None Sumadi Sumadi, None Anas Anas","doi":"10.47687/snppvp.v4i1.689","DOIUrl":"https://doi.org/10.47687/snppvp.v4i1.689","url":null,"abstract":"Cekaman pada fase kritis tanaman mempengaruhi tumbuh kembang hingga hasil tanaman. Pada tanaman kedelai, salah satu fase kritisnya adalah fase reproduktif R1-R4. Cekaman ini memungkinkan berpengaruh terhadap kualitas hasil dan benih. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas benih yang mengalami cekaman pada fase R1-R4. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2020 – April 2021 di rumah plastik laboratorium kultur terkendali dan laboratorium teknologi benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Jatinangor. Penelitian ini membandingkan 2 perlakuan kapasitas lapang untuk mengetahui respon dari tanaman kedelai (100% dan 40%). Kultivar yang digunakan adalah kultivar dering 1 yang diketahui memiliki keunggulan toleran kekeringan pada fase tumbuh kembangnya. Uji-t digunakan untuk membandingkan dua kondisi ketersediaan air pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kualitas benih pada dua kondisi ketersediaan air pada karakter bobot 100 biji, bobot kering kecambah normal dan keserempakan tumbuh.","PeriodicalId":495417,"journal":{"name":"Prosiding Seminar Nasional Pembangunan dan Pendidikan Vokasi Pertanian","volume":"8 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135428440","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-09-28DOI: 10.47687/snppvp.v4i1.697
None Judhatar Sidabalok, None Maria Marina Herawati
Tanaman kopi robusta dapat di perbanyak secara vegetatif dengan cara stek batang agar tanaman yang di hasilkan dapat memproduksi karakteristik yang sama dengan induknya. Keberhasilan perbanyakan menggunakan stek batang harus diimbangi dengan media tanam yang tepat karena dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan stek batang. Media tanam yang di gunakan harus media tanam yang berpori, gembur, serta di dukung dengan drainase dan sirkulasi udara yang baik bertujuan agar akar yang baru dapat menembus media tanam untuk menacari makan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbandingan media tanam terhadap hasil pertumbuhan stek batang tanaman kopi robusta pada fase pembibitian dan memperoleh perbandingan media tanam yang tepat yang mampu memberikan pertumbuhan stek batang tanaman kopi robusta pada fase pembibitan yang paling baik. Bahan yang di gunakan yaitu tanaman indukan kopi robusta, polybag, tanah, cocopeat, arang sekam, serbuk kayu, pupuk kandang, ZPT root up, plasik sungkup, greenhouse. Penelitian ini menggunakan RAK 1 faktor yaitu: berbagai perbandingan media tanam. Terdapat 5 perlakuan, 4 ulangan, dan memiliki 5 unit sampel sehingga ada 100 bahan stek batang. Hasil penelitian ini menunjukan perbandingan antara tanah : cocopeat : pupuk kandang dan tanah : serbuk kayu : pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap hasil pertumbuhan stek batang tanaman kopi robusta. Perbandingan media tanam berpengaruh nyata terhadap hasil pertumbuhan stek batang tanaman kopi robusta.
{"title":"Pengaruh Perbandingan Media Tanam terhadap Hasil Pertumbuhan Stek Batang Tanaman Kopi Robusta (Coffea canephora) pada Fase Pembibitian","authors":"None Judhatar Sidabalok, None Maria Marina Herawati","doi":"10.47687/snppvp.v4i1.697","DOIUrl":"https://doi.org/10.47687/snppvp.v4i1.697","url":null,"abstract":"Tanaman kopi robusta dapat di perbanyak secara vegetatif dengan cara stek batang agar tanaman yang di hasilkan dapat memproduksi karakteristik yang sama dengan induknya. Keberhasilan perbanyakan menggunakan stek batang harus diimbangi dengan media tanam yang tepat karena dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan stek batang. Media tanam yang di gunakan harus media tanam yang berpori, gembur, serta di dukung dengan drainase dan sirkulasi udara yang baik bertujuan agar akar yang baru dapat menembus media tanam untuk menacari makan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbandingan media tanam terhadap hasil pertumbuhan stek batang tanaman kopi robusta pada fase pembibitian dan memperoleh perbandingan media tanam yang tepat yang mampu memberikan pertumbuhan stek batang tanaman kopi robusta pada fase pembibitan yang paling baik. Bahan yang di gunakan yaitu tanaman indukan kopi robusta, polybag, tanah, cocopeat, arang sekam, serbuk kayu, pupuk kandang, ZPT root up, plasik sungkup, greenhouse. Penelitian ini menggunakan RAK 1 faktor yaitu: berbagai perbandingan media tanam. Terdapat 5 perlakuan, 4 ulangan, dan memiliki 5 unit sampel sehingga ada 100 bahan stek batang. Hasil penelitian ini menunjukan perbandingan antara tanah : cocopeat : pupuk kandang dan tanah : serbuk kayu : pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap hasil pertumbuhan stek batang tanaman kopi robusta. Perbandingan media tanam berpengaruh nyata terhadap hasil pertumbuhan stek batang tanaman kopi robusta.","PeriodicalId":495417,"journal":{"name":"Prosiding Seminar Nasional Pembangunan dan Pendidikan Vokasi Pertanian","volume":"25 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135428442","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-09-28DOI: 10.47687/snppvp.v4i1.670
None Muhammad Nur, None Elkawakib Syam’un, None Sylvia Sjam, None Martina Sri Lestari
Penelitian ini bertujuan (1) mempelajari pengaruh vermikompos feses kuda terhadap pertumbuhan dan hasil tiga varietas bawang merah TSS (True Seed Shalloot), (2) mengetahui berapa dosis terbaik vermikompos feses kuda terhadap pertumbuhan dan hasil tiga varietas bawang merah, dan (3) mengetahu varietas apa yang terbaik dari pemberian vermikompos terhadap tiga vareietas bawang merah. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni – Oktober 2022 di Lahan Instalasi Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian bonto Parang, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari atas dua faktor, yaitu Dosis vermikompos feses kuda dan varietas bawang merah. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah per umbi, diameter umbi, produksi perpetak dan produksi perhektar. Hasil penelitian menemukan bahwa tidak terdapat pengaruh pemberian vermikompos terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun. Dosis vermikompos 15 ton/ha dengan varietas Sanren F1 memberikan produktivitas paling tinggi, yaitu 3,2 kg/petak begitu pula pada produksi perhektar. Dosis vermikompos 15 ton/ha dengan varietas Sanren F1 memberikan produktifitas yang paling tinggi, yaitu 10,6 ton/ha. Terdapat pengaruh pemberian vermikompos terhadap bobot basah, diameter umbi, produksi perpetak dan produksi perhektar. Pemberian dosis 15 ton/ha memperlihatkan hasil paling tinggi pada setiap variabel san Sanfren F1 varietas terbaik yang memberikan pengaruh terhadap pemberian vermikompos feses kuda.
{"title":"Aplikasi Vermikompos Feses Kuda terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tiga Varietas Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Asal TSS (True Seed Shallot)","authors":"None Muhammad Nur, None Elkawakib Syam’un, None Sylvia Sjam, None Martina Sri Lestari","doi":"10.47687/snppvp.v4i1.670","DOIUrl":"https://doi.org/10.47687/snppvp.v4i1.670","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan (1) mempelajari pengaruh vermikompos feses kuda terhadap pertumbuhan dan hasil tiga varietas bawang merah TSS (True Seed Shalloot), (2) mengetahui berapa dosis terbaik vermikompos feses kuda terhadap pertumbuhan dan hasil tiga varietas bawang merah, dan (3) mengetahu varietas apa yang terbaik dari pemberian vermikompos terhadap tiga vareietas bawang merah. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni – Oktober 2022 di Lahan Instalasi Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian bonto Parang, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari atas dua faktor, yaitu Dosis vermikompos feses kuda dan varietas bawang merah. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah per umbi, diameter umbi, produksi perpetak dan produksi perhektar. Hasil penelitian menemukan bahwa tidak terdapat pengaruh pemberian vermikompos terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun. Dosis vermikompos 15 ton/ha dengan varietas Sanren F1 memberikan produktivitas paling tinggi, yaitu 3,2 kg/petak begitu pula pada produksi perhektar. Dosis vermikompos 15 ton/ha dengan varietas Sanren F1 memberikan produktifitas yang paling tinggi, yaitu 10,6 ton/ha. Terdapat pengaruh pemberian vermikompos terhadap bobot basah, diameter umbi, produksi perpetak dan produksi perhektar. Pemberian dosis 15 ton/ha memperlihatkan hasil paling tinggi pada setiap variabel san Sanfren F1 varietas terbaik yang memberikan pengaruh terhadap pemberian vermikompos feses kuda.","PeriodicalId":495417,"journal":{"name":"Prosiding Seminar Nasional Pembangunan dan Pendidikan Vokasi Pertanian","volume":"134 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135428448","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-09-28DOI: 10.47687/snppvp.v4i1.675
None Reni Elmiati, None Yurma Metri
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama penyungkupan pada pembibitan tanaman telang. Penelitian dimulai dari bulan Juni sampai Agustus 2022, bertempat di Kelurahan Mandiangin Kecamatan Cimpago Ipuh, Bukittinggi. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang diulang sebanyak 5 kali. Perlakuan lama penyungkupan (S) terdiri dari 4 perlakuan, yaitu : S1 (tanpa sungkup), S2 (sungkup 4 hari), S3 (sungkup 7 hari), dan S4 (sungkup 10 hari). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analysis of variance (ANOVA) dan diuji lanjut dengan BNT 5%.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan lama penyungkupan berpengaruh tidak nyata terhadap persentase benih yang tumbuh, jumlah daun dan tinggi tanaman pada umur 24 hari setelah tanam (HST). Namun persentase benih yang tumbuh tertinggi pada perlakuan S2 (sungkup 4 hari) yaitu sebesar 42%. Tinggi tanaman tertinggi pada S2 (sungkup 4 hari) yaitu 8,9 cm. Sedangkan rata-rata jumlah daun terbanyak pada perlakuan S4 (sungkup 10 hari) yaitu 2,8 helai.
{"title":"Pengaruh Beberapa Lama Penyungkupan pada Pembibitan Tanaman Telang (Clitoria ternatea L.)","authors":"None Reni Elmiati, None Yurma Metri","doi":"10.47687/snppvp.v4i1.675","DOIUrl":"https://doi.org/10.47687/snppvp.v4i1.675","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama penyungkupan pada pembibitan tanaman telang. Penelitian dimulai dari bulan Juni sampai Agustus 2022, bertempat di Kelurahan Mandiangin Kecamatan Cimpago Ipuh, Bukittinggi. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang diulang sebanyak 5 kali. Perlakuan lama penyungkupan (S) terdiri dari 4 perlakuan, yaitu : S1 (tanpa sungkup), S2 (sungkup 4 hari), S3 (sungkup 7 hari), dan S4 (sungkup 10 hari). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analysis of variance (ANOVA) dan diuji lanjut dengan BNT 5%.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan lama penyungkupan berpengaruh tidak nyata terhadap persentase benih yang tumbuh, jumlah daun dan tinggi tanaman pada umur 24 hari setelah tanam (HST). Namun persentase benih yang tumbuh tertinggi pada perlakuan S2 (sungkup 4 hari) yaitu sebesar 42%. Tinggi tanaman tertinggi pada S2 (sungkup 4 hari) yaitu 8,9 cm. Sedangkan rata-rata jumlah daun terbanyak pada perlakuan S4 (sungkup 10 hari) yaitu 2,8 helai.","PeriodicalId":495417,"journal":{"name":"Prosiding Seminar Nasional Pembangunan dan Pendidikan Vokasi Pertanian","volume":"20 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135428600","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Srikayang merupakan salah satu varietas bawang merah yang berkembang di Kab. Kulonprogo, Yogyakarta. Ukuran umbi Srikayang tergolong kecil, dengan panjang 2,1-2,4 cm dan diameter umbi 1,9 – 2,2 cm, padahal ukuran umbi menjadi salah satu kriteria preferensi konsumen terhadap bawang merah. Upaya untuk meningkatkan ukuran umbi bawang merah dapat dilakukan dengan cara perbaikan karakter melalui induksi kolkisin. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui respon pertumbuhan benih terhadap perendaman berbagai konsentrasi kolkisin dan memberikan informasi dasar tentang fisiologi benih, dalam rangka pemuliaan bawang merah Srikayang. Penelitian menggunakan RAK dua faktor. Faktor pertama yakni variasi konsentrasi kolkisin yang terdiri dari 0 % ; 0,1% ; 0,2 % dan 0,3 %. Faktor kedua yakni lama perendaman 6 jam dan 12 jam. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa konsentrasi kolkisin 0,1 % dengan lama perendaman 6 jam, memberikan respon terbaik dalam parameter daya kecambah (56,67%), kecepatan berkecambah (4,67%), dan indeks vigor (14%).
{"title":"Respon Pertumbuhan Benih Bawang Merah Varietas Srikayang terhadap Berbagai Konsentrasi Kolkisin","authors":"None Annisa Adelia Nur Rahmawati, None Nandariyah Nandariyah, None Parjanto Parjanto","doi":"10.47687/snppvp.v4i1.678","DOIUrl":"https://doi.org/10.47687/snppvp.v4i1.678","url":null,"abstract":"Srikayang merupakan salah satu varietas bawang merah yang berkembang di Kab. Kulonprogo, Yogyakarta. Ukuran umbi Srikayang tergolong kecil, dengan panjang 2,1-2,4 cm dan diameter umbi 1,9 – 2,2 cm, padahal ukuran umbi menjadi salah satu kriteria preferensi konsumen terhadap bawang merah. Upaya untuk meningkatkan ukuran umbi bawang merah dapat dilakukan dengan cara perbaikan karakter melalui induksi kolkisin. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui respon pertumbuhan benih terhadap perendaman berbagai konsentrasi kolkisin dan memberikan informasi dasar tentang fisiologi benih, dalam rangka pemuliaan bawang merah Srikayang. Penelitian menggunakan RAK dua faktor. Faktor pertama yakni variasi konsentrasi kolkisin yang terdiri dari 0 % ; 0,1% ; 0,2 % dan 0,3 %. Faktor kedua yakni lama perendaman 6 jam dan 12 jam. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa konsentrasi kolkisin 0,1 % dengan lama perendaman 6 jam, memberikan respon terbaik dalam parameter daya kecambah (56,67%), kecepatan berkecambah (4,67%), dan indeks vigor (14%).","PeriodicalId":495417,"journal":{"name":"Prosiding Seminar Nasional Pembangunan dan Pendidikan Vokasi Pertanian","volume":"72 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135428443","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Papua memiliki potensi lahan yang besar untuk pengembangan pertanian termasuk lahan sub optimal di dalamnya. Luas lahan tersebut adalah 42,950,756 ha yang terbagi dalam lahan kering masam, lahan kering iklim kering, lahan rawa pasang surut, lahan rawa lebak, dan lahan rawa gambut. Indonesia termasuk negara ketiga dengan prevalensi balita stunting tertinggi di Asia Tenggara. Pemerintah melalui Kementerian Pertanian melepas varietas unggul baru (VUB) padi Inpari IR Nutri Zinc dan Inpari 43 Agritan GSR yang merupakan padi khusus yang memiliki karakteristik tertentu. Inpari IR Nutri Zinc berperan sebagai pangan fungsional karena memiliki kandungan zinc yang lebih tinggi dibandingkan beras pada umumnya dan membantu dalam menangani stunting di Indonesia. Sedangkan Inpari 43 Agritan GSR merupakan padi yang mampu berproduksi tinggi dan dapat tumbuh dengan baik pada kondisi optimum maupun sub optimum. Tulisan ini bertujuan menganalisis pengembangan VUB Inpari IR Nutri Zinc dan Inpari 43 Agritan GSR pada lahan sub optimal di Papua. Dari beberapa data kajian, VUB tersebut berpotensi dikembangkan di lahan sub optimal di Papua. Kendala pengembangan dan faktor pembatas pertumbuhan padi di Papua adalah bahaya erosi karena pengaruh lereng, kemampuan tanah untuk menahan hara yang rendah, ketersediaan hara NPK yang rendah, pH tanah, c-organik yang rendah, adanya bahan sulfidik, kondisi perakaran yang kurang baik karena drainase terhambat, kematangan gambut, kedalaman gambut, kedalaman tanah, ketersediaan air yang berlebih, adanya batuan di permukaan, dan temperatur rata-rata tahunan. Sebaliknya, kendala budidaya padi Inpari IR Nutri Zinc dan Inpari 43 Agritan GSR di lapangan adalah tingginya serangan hama penyakit, kurangnya pendampingan petani, kurangnya pemahaman petani dalam pemupukan dan penggunaan pestisida dalam pemberantasan hama penyakit. Terdapat paket rekomendasi pengelolaan lahan untuk pengembangan dan peningkatan produksi padi di Papua berdasarkan perbedaan agroekosistem, terrain, iklim, faktor pembatas lahan dengan upaya penanggulangan, rekomendasi varietas dan teknologi budidayanya.
{"title":"Pengembangan VUB Inpari IR Nutri Zinc dan Inpari 43 Agritan GSR pada Lahan Sub Optimal di Papua","authors":"None Heppy Suci Wulanningtyas, None Arifuddin Kasim","doi":"10.47687/snppvp.v4i1.685","DOIUrl":"https://doi.org/10.47687/snppvp.v4i1.685","url":null,"abstract":"Papua memiliki potensi lahan yang besar untuk pengembangan pertanian termasuk lahan sub optimal di dalamnya. Luas lahan tersebut adalah 42,950,756 ha yang terbagi dalam lahan kering masam, lahan kering iklim kering, lahan rawa pasang surut, lahan rawa lebak, dan lahan rawa gambut. Indonesia termasuk negara ketiga dengan prevalensi balita stunting tertinggi di Asia Tenggara. Pemerintah melalui Kementerian Pertanian melepas varietas unggul baru (VUB) padi Inpari IR Nutri Zinc dan Inpari 43 Agritan GSR yang merupakan padi khusus yang memiliki karakteristik tertentu. Inpari IR Nutri Zinc berperan sebagai pangan fungsional karena memiliki kandungan zinc yang lebih tinggi dibandingkan beras pada umumnya dan membantu dalam menangani stunting di Indonesia. Sedangkan Inpari 43 Agritan GSR merupakan padi yang mampu berproduksi tinggi dan dapat tumbuh dengan baik pada kondisi optimum maupun sub optimum. Tulisan ini bertujuan menganalisis pengembangan VUB Inpari IR Nutri Zinc dan Inpari 43 Agritan GSR pada lahan sub optimal di Papua. Dari beberapa data kajian, VUB tersebut berpotensi dikembangkan di lahan sub optimal di Papua. Kendala pengembangan dan faktor pembatas pertumbuhan padi di Papua adalah bahaya erosi karena pengaruh lereng, kemampuan tanah untuk menahan hara yang rendah, ketersediaan hara NPK yang rendah, pH tanah, c-organik yang rendah, adanya bahan sulfidik, kondisi perakaran yang kurang baik karena drainase terhambat, kematangan gambut, kedalaman gambut, kedalaman tanah, ketersediaan air yang berlebih, adanya batuan di permukaan, dan temperatur rata-rata tahunan. Sebaliknya, kendala budidaya padi Inpari IR Nutri Zinc dan Inpari 43 Agritan GSR di lapangan adalah tingginya serangan hama penyakit, kurangnya pendampingan petani, kurangnya pemahaman petani dalam pemupukan dan penggunaan pestisida dalam pemberantasan hama penyakit. Terdapat paket rekomendasi pengelolaan lahan untuk pengembangan dan peningkatan produksi padi di Papua berdasarkan perbedaan agroekosistem, terrain, iklim, faktor pembatas lahan dengan upaya penanggulangan, rekomendasi varietas dan teknologi budidayanya.","PeriodicalId":495417,"journal":{"name":"Prosiding Seminar Nasional Pembangunan dan Pendidikan Vokasi Pertanian","volume":"49 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135428588","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-09-28DOI: 10.47687/snppvp.v4i1.690
None Yuniar Fauziyah, None Muhammad Achirul Nanda, None Asep Yusuf
Gelembung gelembung mikro dan nano memiliki karakteristik unik seperti luas permukaan yang besar karena diameternya yang sangat kecil dan laju kenaikan yang lambat yang berguna untuk meningkatkan efisiensi perpindahan massa dalam berbagai operasi pemrosesan. Pembangkit gelembung mikro dan nano tipe pressurized dissolution merupakan salah satu teknologi gelembung yang bekerja berdasarkan hukum Henry yang menghasilkan gelembung berkonsentrasi tinggi dan kenampakan emulsi seperti susu. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembangkit untuk diaplikasikan di bidang pertanian. Sistem pembangkit gelembung tipe pressurized dissolution meliputi pompa serta mesin reverse osmosis (RO) yang digunakan untuk memurnikan bahan berupa air. Kinerja pembangkit gelembung diuji berdasarkan pengaruh variasi laju aliran air dan tekanan pada tangki disolusi terhadap ukuran dan laju kenaikan gelembung dan kadar oksigen terlarut pada larutan. Metode Particle Image Velocimetry (PIV) digunakan sebagai alat ukur karakteristik gelembung. Hasil percobaan menunjukkan kemampuan mesin RO dalam memurnikan air hingga nilai total dissolved solids (TDS) mencapai 9 ppm. Gelembung mikro dengan ukuran dan distribusi terbaik dihasilkan pada laju aliran air 30 L/menit dengan tekanan 5 bar, yaitu berkisar 5 – 40 µm. Laju kenaikan gelembung yaitu sebesar 0,015 – 0,968 mm/s. Berdasarkan karakteristik gelembung tersebut, sistem pembangkit gelembung dapat dimanfaatkan di bidang pertanian secara luas.
微气泡和纳米气泡具有巨大表面积的独特特征,因为其直径非常小,速度缓慢,有助于提高各种加工过程中质量转移的效率。微泡和纳米抑制溶剂发生器是亨利定律下的泡沫技术之一,可以产生高浓度的、像牛奶一样乳化的气泡。本研究的目的是提高工厂在农业应用方面的效率和有效性。增压泡沫发生器系统包括泵和反渗透引擎,用于净化水材料的提纯。气泡发生器的性能是由溶液中径流速度的变化和压力的影响来测试的,而气泡的增长率和溶液中溶解的氧气水平。Velocimetry (PIV)的粒子图像方法被用作衡量气泡特征的工具。实验结果显示,RO机器在净化水方面的性能,直到士兵的总价值达到9 ppm。微气泡产生最好的大小和分布在流量30 L /分钟的水压力酒吧,就是不等5—40µm。气泡上升速度为0.015——0.968毫米/s。根据气泡的特征,气泡植物系统可以在农业中得到广泛的应用。
{"title":"Analisis Kinerja Pembangkit Gelembung Mikro dan Nano Tipe Pressurized Dissolution untuk Mengidentifikasi Potensi Penggunaannya di Bidang Pertanian","authors":"None Yuniar Fauziyah, None Muhammad Achirul Nanda, None Asep Yusuf","doi":"10.47687/snppvp.v4i1.690","DOIUrl":"https://doi.org/10.47687/snppvp.v4i1.690","url":null,"abstract":"Gelembung gelembung mikro dan nano memiliki karakteristik unik seperti luas permukaan yang besar karena diameternya yang sangat kecil dan laju kenaikan yang lambat yang berguna untuk meningkatkan efisiensi perpindahan massa dalam berbagai operasi pemrosesan. Pembangkit gelembung mikro dan nano tipe pressurized dissolution merupakan salah satu teknologi gelembung yang bekerja berdasarkan hukum Henry yang menghasilkan gelembung berkonsentrasi tinggi dan kenampakan emulsi seperti susu. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembangkit untuk diaplikasikan di bidang pertanian. Sistem pembangkit gelembung tipe pressurized dissolution meliputi pompa serta mesin reverse osmosis (RO) yang digunakan untuk memurnikan bahan berupa air. Kinerja pembangkit gelembung diuji berdasarkan pengaruh variasi laju aliran air dan tekanan pada tangki disolusi terhadap ukuran dan laju kenaikan gelembung dan kadar oksigen terlarut pada larutan. Metode Particle Image Velocimetry (PIV) digunakan sebagai alat ukur karakteristik gelembung. Hasil percobaan menunjukkan kemampuan mesin RO dalam memurnikan air hingga nilai total dissolved solids (TDS) mencapai 9 ppm. Gelembung mikro dengan ukuran dan distribusi terbaik dihasilkan pada laju aliran air 30 L/menit dengan tekanan 5 bar, yaitu berkisar 5 – 40 µm. Laju kenaikan gelembung yaitu sebesar 0,015 – 0,968 mm/s. Berdasarkan karakteristik gelembung tersebut, sistem pembangkit gelembung dapat dimanfaatkan di bidang pertanian secara luas.","PeriodicalId":495417,"journal":{"name":"Prosiding Seminar Nasional Pembangunan dan Pendidikan Vokasi Pertanian","volume":"58 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135428590","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pada penelitian terdahulu telah dihasilkan mesin ekstraksi pati sagu tipe stirrer rotary blade yang berfungsi untuk mengekstraksi pati sagu. Mesin ekstraksi tersebut diproduksi oleh Workshop Permesinan Agroindustri, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Papua dan saat ini telah digunakan di beberapa lokasi di Papua Barat. Prosedur pengoperasiannya mesin tersebut yang selama ini telah dilakukan baik oleh peneliti maupun masyarakat pengguna adalah dengan memproses secara langsung empulur hasil parutan (ela/repos) tanpa memisahkan serat-serat (fibre) terlebih dahulu. Pada pengolahan sagu secara tradisional yang dilakukan masyarakat, empulur yang telah dihancurkan baik dengan mengunakan tokok maupun menggunakan mesin parut sagu, dilakukan pemisahan serat kasar dan halus terlebih dahulu dan bagian serat dibuang. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pengayakan ela terhadap kinerja mesin ekstraksi pati sagu tipe stirrer rotary blade. Perlakuan yang diuji adalah (1) pengayakan ela dan (2) tanpa pengayakan ela. Evaluasi kinerja mesin dilakukan dengan mengukur variabel: (1) kapasitas ekstraksi, (2) rendemen pati, (3) hasil pati dan (4) kehilangan pati pada ampas. Berdasarkan hasil uji kinerja mesin menunjukkan bahwa perlakuan pengayakan ela dan tanpa pengayakan ela menghasilkan kinerja yang berbeda. Kinerja mesin pada perlakuan tanpa pengayakan ela lebih tinggi dibandingkan dengan pengayakan ela. Kinerja mesin pada perlakuan tanpa pengayakan ela adalah (a) kapasitas ekstraksi 251,52 kg ela/jam, (b) rendemen pati 35,6%, (c) hasil pati basah 89,54 kg/jam dan (d) kehilangan pati pada ampas 2,6%. Kinerja mesin pada perlakuan pengayakan ela adalah (a) kapasitas ekstraksi 271,66 kg ela/jam, (b) rendemen pati 27,80%, (c) hasil pati basah 75,52 kg/jam dan (d) kehilangan pati pada ampas 4,5%.
{"title":"Pengaruh Pengayakan Empulur Hasil Parutan (Ela) terhadap Kinerja Mesin Ekstraksi Pati Sagu Tipe Stirrer Rotary Blade","authors":"None Darma Darma, None Aceng Kurniawan, None Hagar Mandobar","doi":"10.47687/snppvp.v4i1.696","DOIUrl":"https://doi.org/10.47687/snppvp.v4i1.696","url":null,"abstract":"Pada penelitian terdahulu telah dihasilkan mesin ekstraksi pati sagu tipe stirrer rotary blade yang berfungsi untuk mengekstraksi pati sagu. Mesin ekstraksi tersebut diproduksi oleh Workshop Permesinan Agroindustri, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Papua dan saat ini telah digunakan di beberapa lokasi di Papua Barat. Prosedur pengoperasiannya mesin tersebut yang selama ini telah dilakukan baik oleh peneliti maupun masyarakat pengguna adalah dengan memproses secara langsung empulur hasil parutan (ela/repos) tanpa memisahkan serat-serat (fibre) terlebih dahulu. Pada pengolahan sagu secara tradisional yang dilakukan masyarakat, empulur yang telah dihancurkan baik dengan mengunakan tokok maupun menggunakan mesin parut sagu, dilakukan pemisahan serat kasar dan halus terlebih dahulu dan bagian serat dibuang. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pengayakan ela terhadap kinerja mesin ekstraksi pati sagu tipe stirrer rotary blade. Perlakuan yang diuji adalah (1) pengayakan ela dan (2) tanpa pengayakan ela. Evaluasi kinerja mesin dilakukan dengan mengukur variabel: (1) kapasitas ekstraksi, (2) rendemen pati, (3) hasil pati dan (4) kehilangan pati pada ampas. Berdasarkan hasil uji kinerja mesin menunjukkan bahwa perlakuan pengayakan ela dan tanpa pengayakan ela menghasilkan kinerja yang berbeda. Kinerja mesin pada perlakuan tanpa pengayakan ela lebih tinggi dibandingkan dengan pengayakan ela. Kinerja mesin pada perlakuan tanpa pengayakan ela adalah (a) kapasitas ekstraksi 251,52 kg ela/jam, (b) rendemen pati 35,6%, (c) hasil pati basah 89,54 kg/jam dan (d) kehilangan pati pada ampas 2,6%. Kinerja mesin pada perlakuan pengayakan ela adalah (a) kapasitas ekstraksi 271,66 kg ela/jam, (b) rendemen pati 27,80%, (c) hasil pati basah 75,52 kg/jam dan (d) kehilangan pati pada ampas 4,5%.","PeriodicalId":495417,"journal":{"name":"Prosiding Seminar Nasional Pembangunan dan Pendidikan Vokasi Pertanian","volume":"20 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135428592","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Provinsi Gorontalo merupakan salah satu provinsi dengan potensi lahan kering yang sangat luas. Selain penggunaan varietas unggul pemupukan merupakan salah satu penentu keberhasilan dalam pengolahan lahan kering untuk budidaya jagung. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kemampuan adaptasi beberapa varietas unggul baru jagung hibrida pada lahan kering dan mengetahui teknik pemupukan yang tepat untuk peningkatan produktivitas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Rancangan percobaan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) anak petak atau split plot. Main plot dari percobaan ini yaitu varietas dan sub plot yaitu cara pemupukan. Main plot terdiri atas 4 varietas yakni V1 = NK 212, V2 = Nasa 29, V3 = Bisi 18, V4 = Bima 14 dan subplot terdiri atas 3 teknik pemupukan yakni P1 = Ditugal disamping tanaman, P2 = Diletakkan dipangkal tanaman/cara petani, P3 = Disebar merata diatas permukaan tanah. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Analysis of Variance (Anova) dengan taraf signifikan 5% untuk mengetahui pengaruh nyata perlakuan. Apabila uji F menunjukkan beda nyata antar perlakuan, analisis data dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) 5%. Data menujukkan bahwa perlakuan varietas nasa 29 dan bima 14 mampu beradaptasi dengan baik pada lahan kering. Hal ini ditunjukkan dengan hasil panen pipilan kering kadar air 15 % yang tidak berbeda nyata dengan varietas lainnya yang merupakan varietas dominan digunakan oleh petani, sedangkan teknik pemupukan yang terbaik yaitu perlakuan dibenamkan disamping tanaman yang berpengaruh nyata terhadap beberapa parameter antara lain tinggi letak tongkol, berat 1000 biji dan hasil panen kadar air 15 %.
{"title":"Teknik Pemupukan dan Adaptasi Varietas Jagung Hibrida Balitbangtan pada Lahan Kering di Provinsi Gorontalo","authors":"None Muhammad Fitrah Irawan Hannan, None Erwin Najamuddin, None Ammini Amrinah Saragih","doi":"10.47687/snppvp.v4i1.692","DOIUrl":"https://doi.org/10.47687/snppvp.v4i1.692","url":null,"abstract":"Provinsi Gorontalo merupakan salah satu provinsi dengan potensi lahan kering yang sangat luas. Selain penggunaan varietas unggul pemupukan merupakan salah satu penentu keberhasilan dalam pengolahan lahan kering untuk budidaya jagung. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kemampuan adaptasi beberapa varietas unggul baru jagung hibrida pada lahan kering dan mengetahui teknik pemupukan yang tepat untuk peningkatan produktivitas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Rancangan percobaan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) anak petak atau split plot. Main plot dari percobaan ini yaitu varietas dan sub plot yaitu cara pemupukan. Main plot terdiri atas 4 varietas yakni V1 = NK 212, V2 = Nasa 29, V3 = Bisi 18, V4 = Bima 14 dan subplot terdiri atas 3 teknik pemupukan yakni P1 = Ditugal disamping tanaman, P2 = Diletakkan dipangkal tanaman/cara petani, P3 = Disebar merata diatas permukaan tanah. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Analysis of Variance (Anova) dengan taraf signifikan 5% untuk mengetahui pengaruh nyata perlakuan. Apabila uji F menunjukkan beda nyata antar perlakuan, analisis data dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) 5%. Data menujukkan bahwa perlakuan varietas nasa 29 dan bima 14 mampu beradaptasi dengan baik pada lahan kering. Hal ini ditunjukkan dengan hasil panen pipilan kering kadar air 15 % yang tidak berbeda nyata dengan varietas lainnya yang merupakan varietas dominan digunakan oleh petani, sedangkan teknik pemupukan yang terbaik yaitu perlakuan dibenamkan disamping tanaman yang berpengaruh nyata terhadap beberapa parameter antara lain tinggi letak tongkol, berat 1000 biji dan hasil panen kadar air 15 %.","PeriodicalId":495417,"journal":{"name":"Prosiding Seminar Nasional Pembangunan dan Pendidikan Vokasi Pertanian","volume":"66 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135428593","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}