Pub Date : 2023-04-29DOI: 10.24843/jbiounud.2023.v27.i01.p07
Ni Luh Putu septiasari, I. K. Junitha, N. N. Wirasiti
Metode PCR-RFLP merupakan salah satu metode untuk deteksi mutasi pada daerah D-loop DNA mitokondria. Metode ini menggunakan enzim restriksi untuk dapat memotong DNA mitokondria dan menghasilkan ukuran fragmen DNA yang berbeda-beda. Enzim restriksi memerlukan kondisi yang optimal untuk melakukan pemotongan DNA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi optimal enzim restriksi agar dapat melakukan digesti pada daerah D-loop DNA mitokondria. Optimasi dilakukan dengan membuat dua kombinasi formula digesti (formula 1 dan 2) dan empat macam waktu digesti (2 jam, 4 jam, 6 jam dan overnight). Hasil penelitian menunjukkan optimasi dari lima macam enzim restriksi (HaeIII (BsuRI), HindIII, HinfI, MboI dan HpyP31 (DdeI)) didapatkan bahwa ada perbedaan formula dan waktu digesti tergantung dari jenis enzim. Enzim HaeIII(BsuRI), HinfI dan MboI menunjukkan formula 2 merupakan formula optimal, sedangkan enzim HpyP31 (DdeI) formula 1 merupakan formula yang optimal. Waktu digesti 2 jam menunjukkan hasil optimal pada Enzim HaeIII(BsuRI), MboI dan HpyP31 (DdeI), sedangkan enzim HinfI waktu digesti optimal adalah 4 jam. Enzim HindIII tidak mendapatkan hasil potongan fragmen DNA setelah digesti, maka enzim HindIII tidak memiliki situs pemotongan pada daerah D-loop DNA mitokondria.
{"title":"Optimasi digesti enzim restriksi untuk deteksi mutasi daerah D-loop DNA mitokondria dengan metode PCR-RFLP","authors":"Ni Luh Putu septiasari, I. K. Junitha, N. N. Wirasiti","doi":"10.24843/jbiounud.2023.v27.i01.p07","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/jbiounud.2023.v27.i01.p07","url":null,"abstract":"Metode PCR-RFLP merupakan salah satu metode untuk deteksi mutasi pada daerah D-loop DNA mitokondria. Metode ini menggunakan enzim restriksi untuk dapat memotong DNA mitokondria dan menghasilkan ukuran fragmen DNA yang berbeda-beda. Enzim restriksi memerlukan kondisi yang optimal untuk melakukan pemotongan DNA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi optimal enzim restriksi agar dapat melakukan digesti pada daerah D-loop DNA mitokondria. Optimasi dilakukan dengan membuat dua kombinasi formula digesti (formula 1 dan 2) dan empat macam waktu digesti (2 jam, 4 jam, 6 jam dan overnight). Hasil penelitian menunjukkan optimasi dari lima macam enzim restriksi (HaeIII (BsuRI), HindIII, HinfI, MboI dan HpyP31 (DdeI)) didapatkan bahwa ada perbedaan formula dan waktu digesti tergantung dari jenis enzim. Enzim HaeIII(BsuRI), HinfI dan MboI menunjukkan formula 2 merupakan formula optimal, sedangkan enzim HpyP31 (DdeI) formula 1 merupakan formula yang optimal. Waktu digesti 2 jam menunjukkan hasil optimal pada Enzim HaeIII(BsuRI), MboI dan HpyP31 (DdeI), sedangkan enzim HinfI waktu digesti optimal adalah 4 jam. Enzim HindIII tidak mendapatkan hasil potongan fragmen DNA setelah digesti, maka enzim HindIII tidak memiliki situs pemotongan pada daerah D-loop DNA mitokondria.","PeriodicalId":53348,"journal":{"name":"Jurnal Biologi Udayana","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41816722","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-04-29DOI: 10.24843/jbiounud.2023.v27.i01.p06
Tri Alma Yunisa S, Novia Gesriantuti, Nofripa Herlina
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan larva T. molitor pada tingkatan instar 4, 6 dan 8 dalam mendegradasi limbah masker medis surgical yang dicampur ampas tahu dan dedak padi serta melihat pertambahan bobot badan larva. Penelitian ini dilakukan secara eksperimen menggunakan Metode Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RALF) dengan 3 perlakuan dan 3 kali penggulangan masing-masing instar. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Larva T. molitor pada instar 6 memiliki laju degradasi tertinggi yaitu 2,39 gr/hari dibandingkan instar 4 dan instar 8 dengan pakan masker yang dicampur dengan ampas tahu (P1). Sedangkan untuk laju degradasi terendah yaitu pada instar 4 yaitu sebesar 0,01 gr/hari, dengan pakan masker tanpa dicampur limbah organik. Pemberian pakan kombinasi pada larva menyebabkan perubahan yang signifikan terhadap bobot badan larva. Hubungan pakan yang terdegradasi dengan pertambahan bobot badan pada instar 4 dikategorikan sedang yaitu memiliki nilai korelasi (r) = 0,579 gr/hari dan instar 6 dikategorikan sedang juga karena memiliki nilai korelasi (r) = 0,509 gr/hari,sedangkan instar 8 memiliki korelasi (r) = 0,221 gr/hari dikatakan lemah dan tidak berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan.
本研究的目的是确定T. molitor在4、6和8级的代谢医疗废物中排泄的能力,并与无豆腐、无稻谷和谷物混合,并观察幼虫的体重增加。这项研究是用一种随机设计方法进行的,方法有三种治疗方法和三次单独的驱逐。本研究的结果显示,instar 6的T. molitor幼虫比instar 4和instar 8的幼虫退化速度最高,与P1混合的口罩为食(P1)。在4英寸的最低降化率中,每天0.01克,无有机废物口罩的饲料。幼虫的结合喂养导致了幼虫体重的显著变化。退化的饲料与体重增长在4龄分类机构有价值的相关性(r) = 0.579 gr -一天6龄分类在也因为成绩的相关性(r) = 0.509 gr /天,而龄8有相关性(r) = 0.221 gr -哈里说机构的软弱和不影响体重的增长。
{"title":"Laju degradasi limbah masker medis surgical dengan menggunakan tingkatan instar larva Tenebrio molitor yang berbeda","authors":"Tri Alma Yunisa S, Novia Gesriantuti, Nofripa Herlina","doi":"10.24843/jbiounud.2023.v27.i01.p06","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/jbiounud.2023.v27.i01.p06","url":null,"abstract":"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan larva T. molitor pada tingkatan instar 4, 6 dan 8 dalam mendegradasi limbah masker medis surgical yang dicampur ampas tahu dan dedak padi serta melihat pertambahan bobot badan larva. Penelitian ini dilakukan secara eksperimen menggunakan Metode Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RALF) dengan 3 perlakuan dan 3 kali penggulangan masing-masing instar. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Larva T. molitor pada instar 6 memiliki laju degradasi tertinggi yaitu 2,39 gr/hari dibandingkan instar 4 dan instar 8 dengan pakan masker yang dicampur dengan ampas tahu (P1). Sedangkan untuk laju degradasi terendah yaitu pada instar 4 yaitu sebesar 0,01 gr/hari, dengan pakan masker tanpa dicampur limbah organik. Pemberian pakan kombinasi pada larva menyebabkan perubahan yang signifikan terhadap bobot badan larva. Hubungan pakan yang terdegradasi dengan pertambahan bobot badan pada instar 4 dikategorikan sedang yaitu memiliki nilai korelasi (r) = 0,579 gr/hari dan instar 6 dikategorikan sedang juga karena memiliki nilai korelasi (r) = 0,509 gr/hari,sedangkan instar 8 memiliki korelasi (r) = 0,221 gr/hari dikatakan lemah dan tidak berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan.","PeriodicalId":53348,"journal":{"name":"Jurnal Biologi Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42638524","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-04-29DOI: 10.24843/jbiounud.2023.v27.i01.p08
G. Indrawan, I. N. Putra, I. P. Sugiana
Biota laut seperti ikan, kerang, dan gastropoda lainnya merupakan sumber makanan bagi manusia. Pada Kawasan Teluk Benoa, nelayan umumnya menangkap biota tersebut dan menjualnya di pasar atau untuk dikonsumsi. Logam berat telah mencemari biota laut di sekitar Teluk Benoa. Logam berat memiliki efek fatal bagi tubuh manusia jika dikonsumsi secara berlebihan. Beberapa logam berat yang berbahaya seperti kadmium (Cd), kromium (Cr), tembaga (Cu), timbal (Pb), dan seng (Zn). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi logam berat Cd, Cr, Cu, Pb, dan Zn pada biota laut di sekitar Teluk Benoa. Sampel ikan, kerang, dan gastropoda diambil secara acak dari nelayan Teluk Benoa. Metode AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry) digunakan untuk menentukan konsentrasi logam berat pada setiap objek. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi logam berat yang tinggi pada Scarus Psittacus (ikan kakatua), Acanthurus xanthophores (ikan madah), Marcia hiantina (kerang merah), Anadara antiquata (kerang darah), and Cerithidea sp. (siso/batu-batu). Perbandingan dengan baku mutu FAO (1983), WHO (1989), IAEA-407 (2003), dan SNI-7387 (2009) menunjukkan bahwa biota-biota tersebut telah melebihi baku mutu. Pencemaran logam berat dari sedimen laut di daerah yang sama dan cara makan biota menjadi indikator dari konsentrasi logam berat yang variasi pada biota tersebut.
{"title":"Konsentrasi logam berat kadmium, kromium, tembaga, timbal dan seng pada ikan, kerang dan siput laut di Teluk Benoa, Bali","authors":"G. Indrawan, I. N. Putra, I. P. Sugiana","doi":"10.24843/jbiounud.2023.v27.i01.p08","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/jbiounud.2023.v27.i01.p08","url":null,"abstract":"Biota laut seperti ikan, kerang, dan gastropoda lainnya merupakan sumber makanan bagi manusia. Pada Kawasan Teluk Benoa, nelayan umumnya menangkap biota tersebut dan menjualnya di pasar atau untuk dikonsumsi. Logam berat telah mencemari biota laut di sekitar Teluk Benoa. Logam berat memiliki efek fatal bagi tubuh manusia jika dikonsumsi secara berlebihan. Beberapa logam berat yang berbahaya seperti kadmium (Cd), kromium (Cr), tembaga (Cu), timbal (Pb), dan seng (Zn). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi logam berat Cd, Cr, Cu, Pb, dan Zn pada biota laut di sekitar Teluk Benoa. Sampel ikan, kerang, dan gastropoda diambil secara acak dari nelayan Teluk Benoa. Metode AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry) digunakan untuk menentukan konsentrasi logam berat pada setiap objek. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi logam berat yang tinggi pada Scarus Psittacus (ikan kakatua), Acanthurus xanthophores (ikan madah), Marcia hiantina (kerang merah), Anadara antiquata (kerang darah), and Cerithidea sp. (siso/batu-batu). Perbandingan dengan baku mutu FAO (1983), WHO (1989), IAEA-407 (2003), dan SNI-7387 (2009) menunjukkan bahwa biota-biota tersebut telah melebihi baku mutu. Pencemaran logam berat dari sedimen laut di daerah yang sama dan cara makan biota menjadi indikator dari konsentrasi logam berat yang variasi pada biota tersebut.","PeriodicalId":53348,"journal":{"name":"Jurnal Biologi Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47364569","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-03-25DOI: 10.24843/jbiounud.2023.v27.i01.p01
Heri Sujadmiko, Adin Fikri Al Farabi
Gunung Lawu merupakan gunung yang terletak di perbatasan antara Jawa Tengah yang memiliki iklim cenderung basah dan Jawa Timur yang cenderung kering. Kenyataan tersebut menjadikan Gunung Lawu memiliki kondisi lingkungan yang khas sebagai tempat tumbuhnya berbagai macam tumbuhan, khususnya tumbuhan lumut. Lumut memiliki peran penting dalam ekosistem hutan pegunungan. Penelitian mengenai keanekaragaman dan distribusi lumut terestrial di lereng timur Gunung Lawu telah ada publikasinya, sedangkan di lereng selatan belum ada publikasinya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mempelajari keanekaragaman dan distribusi lumut terestrial di lereng selatan Gunung Lawu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penjelajahan untuk menentukan keanekaragaman lumut dan metode kuadrat dengan plot 15x15 cm untuk menentukan distribusi lumut. Analisis distribusi ditentukan berdasarkan Dominansi, Densitas, Frekuensi, dan Nilai Penting. Hasil identifikasi lumut yang dikoleksi yaitu Marchantia palmata Reinw., Nees & Blume, Marchantia polymorpha L., Asterella limbata D.G. Long & Grolle, Reboulia hemisphaerica (L.) Raddi, Scapania javanica Gottsche, Heteroscyphus coalitus (Hook.) Schiffn., Bazzania tridens (Reinw., Blume & Nees) Trevis., Anthoceros fusiformis Aust., Fissidens zollingeri Mont., Polytrichum formosum Hedw., Thuidium plumulosum Dozy & Molk., Ectropothecium buitenzorgii Mitt., Acroporium lamprophyllum Mitt., Leucobryum javense Mitt., Campylopus umbellatus Par., Dicranoloma assimile Par., Dicranella setifera Jaeg., Plagiomnium rhynchophorum (Hook.) T.J. Kop., Philonotis mollis Mitt., Bryum billardieri Schwagr., dan Pyrrhobryum spiniforme Mitt. Dari 21 spesies tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelas, yaitu Hepaticopsida, Anthocerotopsida, dan Bryopsida. Spesies lumut dengan distribusi yang luas dan merata yaitu Acroporium lamprophyllum dengan indeks nilai penting sebesar 60,14%.
{"title":"Keanekaragaman dan distribusi lumut terestrial di lereng selatan Gunung Lawu, Karanganyar, Jawa Tengah","authors":"Heri Sujadmiko, Adin Fikri Al Farabi","doi":"10.24843/jbiounud.2023.v27.i01.p01","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/jbiounud.2023.v27.i01.p01","url":null,"abstract":"Gunung Lawu merupakan gunung yang terletak di perbatasan antara Jawa Tengah yang memiliki iklim cenderung basah dan Jawa Timur yang cenderung kering. Kenyataan tersebut menjadikan Gunung Lawu memiliki kondisi lingkungan yang khas sebagai tempat tumbuhnya berbagai macam tumbuhan, khususnya tumbuhan lumut. Lumut memiliki peran penting dalam ekosistem hutan pegunungan. Penelitian mengenai keanekaragaman dan distribusi lumut terestrial di lereng timur Gunung Lawu telah ada publikasinya, sedangkan di lereng selatan belum ada publikasinya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mempelajari keanekaragaman dan distribusi lumut terestrial di lereng selatan Gunung Lawu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penjelajahan untuk menentukan keanekaragaman lumut dan metode kuadrat dengan plot 15x15 cm untuk menentukan distribusi lumut. Analisis distribusi ditentukan berdasarkan Dominansi, Densitas, Frekuensi, dan Nilai Penting. Hasil identifikasi lumut yang dikoleksi yaitu Marchantia palmata Reinw., Nees & Blume, Marchantia polymorpha L., Asterella limbata D.G. Long & Grolle, Reboulia hemisphaerica (L.) Raddi, Scapania javanica Gottsche, Heteroscyphus coalitus (Hook.) Schiffn., Bazzania tridens (Reinw., Blume & Nees) Trevis., Anthoceros fusiformis Aust., Fissidens zollingeri Mont., Polytrichum formosum Hedw., Thuidium plumulosum Dozy & Molk., Ectropothecium buitenzorgii Mitt., Acroporium lamprophyllum Mitt., Leucobryum javense Mitt., Campylopus umbellatus Par., Dicranoloma assimile Par., Dicranella setifera Jaeg., Plagiomnium rhynchophorum (Hook.) T.J. Kop., Philonotis mollis Mitt., Bryum billardieri Schwagr., dan Pyrrhobryum spiniforme Mitt. Dari 21 spesies tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelas, yaitu Hepaticopsida, Anthocerotopsida, dan Bryopsida. Spesies lumut dengan distribusi yang luas dan merata yaitu Acroporium lamprophyllum dengan indeks nilai penting sebesar 60,14%.","PeriodicalId":53348,"journal":{"name":"Jurnal Biologi Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44043849","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-03-25DOI: 10.24843/jbiounud.2023.v27.i01.p05
Sufraha Islamia, Dwinda Mariska Putri
Kelelawar menempati berbagai habitat sebagai lokasi bertenggernya, salah satu lokasi potensial adalah gua lava (lava tube). Gua merupakan ekosistem yang memiliki faktor lingkungan spesifik namun rentan terhadap kerusakan akibat aktivitas manusia. Perubahan lingkungan yang terjadi di dalam gua berpotensi mengganggu aktivitas bertengger kelelawar di dalam gua, sehingga dapat menyebabkan penurunan populasi kelelawar. Ekosistem gua lava digunakan sebagai lokasi bertengger oleh kelelawar namun masih sedikit informasi mengenai keragaman kelelawar dan faktor lingkungan gua yang berpengaruh terhadap keragamannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman dan kelimpahan kelelawar dan hubungannya dengan faktor lingkungan. Pencuplikan kelelawar dilakukan melalui pemasangan jaring kabut di depan pintu masuk gua untuk mendapatkan data kelimpahan dan kekayaan spesies kelelawar. Kekayaan spesies dan indeks diversitas dianalisis menggunakan program SpadeR (Species-Richness Prediction and Diversity Estimation with R), sedangkan analisis hubungan antara faktor lingkungan terhadap keragaman kelelawar dianalisis menggunakan korelasi Spearman menggunakan Rstudio 4.1.1. Kelelawar yang didapatkan merupakan kelelawar pemakan serangga yang terdiri dari tiga famili (Vespertilinoidae, Rhinolophidae, dan Hipposideridae). Jumlah spesies yang didapatkan sebanyak tujuh spesies dengan total 121 individu tertangkap, yaitu Miniopterus austalis, Rhinolophus affinis, R. pusillus, R. canuti, Hipposideros ater, H. diadema, dan H. larvatus. Kelembapan adalah faktor lingkungan yang berkorelasi positif signifikan (p<0.01) terhadap kekayaan spesies dan kelimpahan kelelawar di ekosistem gua lava. Keragaman kelelawar di ekosistem gua lava yang relatif tinggi (H’=1.4±0.1, H’=1.2±0.1), menandakan bahwa lingkungan gua masih menjadi pilihan kelelawar sebagai lokasi bertengger, meskipun kedua gua di dalam ekosistem ini mengalami gangguan berupa kunjungan manusia akibat kegiatan wisata.
{"title":"Keragaman kelelawar (Chiroptera) dan karakteristik lokasi bertenggernya di ekosistem gua lava, Gua Lawa dan Lorong Kereta","authors":"Sufraha Islamia, Dwinda Mariska Putri","doi":"10.24843/jbiounud.2023.v27.i01.p05","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/jbiounud.2023.v27.i01.p05","url":null,"abstract":"Kelelawar menempati berbagai habitat sebagai lokasi bertenggernya, salah satu lokasi potensial adalah gua lava (lava tube). Gua merupakan ekosistem yang memiliki faktor lingkungan spesifik namun rentan terhadap kerusakan akibat aktivitas manusia. Perubahan lingkungan yang terjadi di dalam gua berpotensi mengganggu aktivitas bertengger kelelawar di dalam gua, sehingga dapat menyebabkan penurunan populasi kelelawar. Ekosistem gua lava digunakan sebagai lokasi bertengger oleh kelelawar namun masih sedikit informasi mengenai keragaman kelelawar dan faktor lingkungan gua yang berpengaruh terhadap keragamannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman dan kelimpahan kelelawar dan hubungannya dengan faktor lingkungan. Pencuplikan kelelawar dilakukan melalui pemasangan jaring kabut di depan pintu masuk gua untuk mendapatkan data kelimpahan dan kekayaan spesies kelelawar. Kekayaan spesies dan indeks diversitas dianalisis menggunakan program SpadeR (Species-Richness Prediction and Diversity Estimation with R), sedangkan analisis hubungan antara faktor lingkungan terhadap keragaman kelelawar dianalisis menggunakan korelasi Spearman menggunakan Rstudio 4.1.1. Kelelawar yang didapatkan merupakan kelelawar pemakan serangga yang terdiri dari tiga famili (Vespertilinoidae, Rhinolophidae, dan Hipposideridae). Jumlah spesies yang didapatkan sebanyak tujuh spesies dengan total 121 individu tertangkap, yaitu Miniopterus austalis, Rhinolophus affinis, R. pusillus, R. canuti, Hipposideros ater, H. diadema, dan H. larvatus. Kelembapan adalah faktor lingkungan yang berkorelasi positif signifikan (p<0.01) terhadap kekayaan spesies dan kelimpahan kelelawar di ekosistem gua lava. Keragaman kelelawar di ekosistem gua lava yang relatif tinggi (H’=1.4±0.1, H’=1.2±0.1), menandakan bahwa lingkungan gua masih menjadi pilihan kelelawar sebagai lokasi bertengger, meskipun kedua gua di dalam ekosistem ini mengalami gangguan berupa kunjungan manusia akibat kegiatan wisata.","PeriodicalId":53348,"journal":{"name":"Jurnal Biologi Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44454067","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-03-25DOI: 10.24843/jbiounud.2023.v27.i01.p04
A. Massardi, Sandy Samsul Bahry, Dio Muhammad Fajri, D. Safitri, Merita Septyana Dewi, Elyn Tegar Monica, Lilis Nur Fatimah, Findi Indah Lestari, Syah Kalis, Ratna Setyaningsih
Nanopartikel perak memiliki potensi dijadikan sebagai antibakteri. Koloid perak diketahui memiliki sifat antibakteri dan kemampuan antibakteri perak dapat membunuh semua mikroorganisme patogenik. Sementara, kulit buah delima memiliki kandungan senyawa flavonoid, saponin, dan tanin yang dapat menghambat pertumbuhan suatu bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk karakterisasi nanopartikel perak yang disintesis dari ekstrak kulit buah delima merah (Punica granatum L.) dan menguji aktivitas antibakterinya terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Ekstraksi simplisia kulit buah delima menggunakan metode Ultrasonic Assisted Extraction (UAE) dengan pelarut berupa aquades. Sintesis nanopartikel perak dilakukan pada suhu ruang tanpa pengadukan. Karakterisasi nanopartikel perak dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis dan Particle Size Analyzer (PSA). Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi cakram kertas yang terdiri dari 4 perlakuan yaitu kontrol positif (erythromycin dan negatif, ekstrak kulit buah delima, serta nanopartikel perak dengan ekstrak kulit buah delima (AgNPs-PG). Hasil penelitian diperoleh nanopartikel perak berukuran 123,1 nm dengan puncak absorbansi sebesar 0,567 pada panjang gelombang 436 nm. Nanopartikel perak yang disintesis dengan ekstrak kulit buah delima memiliki aktivitas antibakteri yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak kulit buah delima. AgNPs-PG memiliki aktivitas antibakteri pada S. aureus dan MRSA. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan bermanfaat dalam pengembangan obat antibakteri.
{"title":"Sintesis nanopartikel perak dengan Punica granatum L. dan uji aktivitasnya pada Staphylococcus aureus dan Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA)","authors":"A. Massardi, Sandy Samsul Bahry, Dio Muhammad Fajri, D. Safitri, Merita Septyana Dewi, Elyn Tegar Monica, Lilis Nur Fatimah, Findi Indah Lestari, Syah Kalis, Ratna Setyaningsih","doi":"10.24843/jbiounud.2023.v27.i01.p04","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/jbiounud.2023.v27.i01.p04","url":null,"abstract":"Nanopartikel perak memiliki potensi dijadikan sebagai antibakteri. Koloid perak diketahui memiliki sifat antibakteri dan kemampuan antibakteri perak dapat membunuh semua mikroorganisme patogenik. Sementara, kulit buah delima memiliki kandungan senyawa flavonoid, saponin, dan tanin yang dapat menghambat pertumbuhan suatu bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk karakterisasi nanopartikel perak yang disintesis dari ekstrak kulit buah delima merah (Punica granatum L.) dan menguji aktivitas antibakterinya terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Ekstraksi simplisia kulit buah delima menggunakan metode Ultrasonic Assisted Extraction (UAE) dengan pelarut berupa aquades. Sintesis nanopartikel perak dilakukan pada suhu ruang tanpa pengadukan. Karakterisasi nanopartikel perak dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis dan Particle Size Analyzer (PSA). Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi cakram kertas yang terdiri dari 4 perlakuan yaitu kontrol positif (erythromycin dan negatif, ekstrak kulit buah delima, serta nanopartikel perak dengan ekstrak kulit buah delima (AgNPs-PG). Hasil penelitian diperoleh nanopartikel perak berukuran 123,1 nm dengan puncak absorbansi sebesar 0,567 pada panjang gelombang 436 nm. Nanopartikel perak yang disintesis dengan ekstrak kulit buah delima memiliki aktivitas antibakteri yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak kulit buah delima. AgNPs-PG memiliki aktivitas antibakteri pada S. aureus dan MRSA. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan bermanfaat dalam pengembangan obat antibakteri.","PeriodicalId":53348,"journal":{"name":"Jurnal Biologi Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49665719","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-03-25DOI: 10.24843/jbiounud.2023.v27.i01.p03
Linda Oktavianingsih, Nur Miati, M. F. Arif, Medi Hendra
Araceae merupakan herba dengan berbagai macam manfaat etnobotani yg dikenali dengan bunganya yang berbentuk tongkol dan tumbuh subur di kawasan hutan tropis. Hutan Air Terjun Berambai merupakan salah satu kawasan hutan sekunder dataran rendah yang sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan familia Araceae. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis dan karakteristik tumbuhan familia Araceae yang hidup di kawasan lantai hutan Air Terjun Berambai, Samarinda, Kalimantan Timur. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksplorasi yaitu dengan menjelajahi kawasan Hutan Air Terjun Berambai. Hasil pengamatan menunjukan terdapat delapan jenis Araceae yang yaitu Pichinia disticha S.Y. Wong & P.C. Boice, Rhaphidophora australasica F.M. Bailey, Alocasia princeps W. Bull., Schismatoglottis calyptrata (Roxb.) Zoll. & Moritzi, Colocasia esculenta (L.) Schott, Aridarum sp., Amorphophalus paeoniifolius (Dennst.) Nicolson, dan Philodendron crassinervium Lindl. dengan karakter sintesis berupa berbatang basah, bunga berbentuk tongkol, dan berseludang. Tumbuhan familia Araceae yang ditemukan di Hutan Air Terjun Berambai tumbuh secara epifit maupun terestrial. Penelitian ini menjadi landasan data inventarisasi tumbuhan famili Araceae yang ada di lantai hutan Air Terjun Berambai, Samarinda, Kalimantan Timur yang belum ada sebelumnya.
{"title":"Jenis-jenis Araceae di lantai hutan Air Terjun Berambai, Samarinda, Kalimantan Timur","authors":"Linda Oktavianingsih, Nur Miati, M. F. Arif, Medi Hendra","doi":"10.24843/jbiounud.2023.v27.i01.p03","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/jbiounud.2023.v27.i01.p03","url":null,"abstract":"Araceae merupakan herba dengan berbagai macam manfaat etnobotani yg dikenali dengan bunganya yang berbentuk tongkol dan tumbuh subur di kawasan hutan tropis. Hutan Air Terjun Berambai merupakan salah satu kawasan hutan sekunder dataran rendah yang sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan familia Araceae. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis dan karakteristik tumbuhan familia Araceae yang hidup di kawasan lantai hutan Air Terjun Berambai, Samarinda, Kalimantan Timur. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksplorasi yaitu dengan menjelajahi kawasan Hutan Air Terjun Berambai. Hasil pengamatan menunjukan terdapat delapan jenis Araceae yang yaitu Pichinia disticha S.Y. Wong & P.C. Boice, Rhaphidophora australasica F.M. Bailey, Alocasia princeps W. Bull., Schismatoglottis calyptrata (Roxb.) Zoll. & Moritzi, Colocasia esculenta (L.) Schott, Aridarum sp., Amorphophalus paeoniifolius (Dennst.) Nicolson, dan Philodendron crassinervium Lindl. dengan karakter sintesis berupa berbatang basah, bunga berbentuk tongkol, dan berseludang. Tumbuhan familia Araceae yang ditemukan di Hutan Air Terjun Berambai tumbuh secara epifit maupun terestrial. Penelitian ini menjadi landasan data inventarisasi tumbuhan famili Araceae yang ada di lantai hutan Air Terjun Berambai, Samarinda, Kalimantan Timur yang belum ada sebelumnya.","PeriodicalId":53348,"journal":{"name":"Jurnal Biologi Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46539616","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-03-25DOI: 10.24843/jbiounud.2023.v27.i01.p02
N. Sofiyanti, Dyah Iriani
Manilkara kauki (L.) Dubard (sawo kecik) merupakan salah satu jenis pohon penghasil buah dari genus Manilkara Adans. (Sapotaceae). Jenis ini termasuk jarang dijumpai di Sumatera, termasuk di Provinsi Riau. Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui struktur anatomi dan histokimia daun M. kauki serta karakteristik epidermalnya. Pembuatan preparat anatomi dan histokimia dilakukan dengan menggunakan preparat segar dari 3 bagian daun M. kauki yaitu tangkai daun, ibu tulang daun dan helai daun. Senyawa metabolit sekunder yang diuji pada kajian histokimia adalah alkaloid, flavonoid, tanin dan lipid. Pembuatan preparat epidermal dilakuan dengan metode replika. Pengamatan struktur anatomi, histokimia dan karakteristik epidermal daun diamati dan didokumentasikan menggunakan mikroskop digital Olympus. Hasil kajian anatomi tangkai daun dan ibu tulang daun menunjukan karakteristik pada setiap jaringan, yaitu kutikula, epidermis, berkas pengangkut utama yang tersusun dari sklereid, floem dan xilem, serta adanya artificial laticifier pada bagian tengah. Berkas pengangkut tambahan hanya dijumpai pada tangkai daun. Struktur anatomi helai daun menunjukan adanya sklereid dan sel tanin pada mesofil. Hasil kajian histokimia menunjukan hasil posisif pada setiap organ yang diuji, namun konsentrasi setiap senyawa pada jaringan yang diamati berbeda-beda. Tipe stomata pada M. kauki adalah hipostomatik. Hasil kajian ini memberikan infomasi tambahan pada struktur anatomi, histokimia dan epidermal dari genus Manilkara.
{"title":"Kajian Kajian anatomi, histokimia, dan karakteristik epidermal daun sawo kecik (Manilkara kauki (L.) Dubard - Sapotaceae)","authors":"N. Sofiyanti, Dyah Iriani","doi":"10.24843/jbiounud.2023.v27.i01.p02","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/jbiounud.2023.v27.i01.p02","url":null,"abstract":"Manilkara kauki (L.) Dubard (sawo kecik) merupakan salah satu jenis pohon penghasil buah dari genus Manilkara Adans. (Sapotaceae). Jenis ini termasuk jarang dijumpai di Sumatera, termasuk di Provinsi Riau. Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui struktur anatomi dan histokimia daun M. kauki serta karakteristik epidermalnya. Pembuatan preparat anatomi dan histokimia dilakukan dengan menggunakan preparat segar dari 3 bagian daun M. kauki yaitu tangkai daun, ibu tulang daun dan helai daun. Senyawa metabolit sekunder yang diuji pada kajian histokimia adalah alkaloid, flavonoid, tanin dan lipid. Pembuatan preparat epidermal dilakuan dengan metode replika. Pengamatan struktur anatomi, histokimia dan karakteristik epidermal daun diamati dan didokumentasikan menggunakan mikroskop digital Olympus. Hasil kajian anatomi tangkai daun dan ibu tulang daun menunjukan karakteristik pada setiap jaringan, yaitu kutikula, epidermis, berkas pengangkut utama yang tersusun dari sklereid, floem dan xilem, serta adanya artificial laticifier pada bagian tengah. Berkas pengangkut tambahan hanya dijumpai pada tangkai daun. Struktur anatomi helai daun menunjukan adanya sklereid dan sel tanin pada mesofil. Hasil kajian histokimia menunjukan hasil posisif pada setiap organ yang diuji, namun konsentrasi setiap senyawa pada jaringan yang diamati berbeda-beda. Tipe stomata pada M. kauki adalah hipostomatik. Hasil kajian ini memberikan infomasi tambahan pada struktur anatomi, histokimia dan epidermal dari genus Manilkara.","PeriodicalId":53348,"journal":{"name":"Jurnal Biologi Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46920027","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-28DOI: 10.24843/jbiounud.2022.v26.i02.p08
Shela Sonia, Yaquta Maziyatin Jamilah, Athiyya Nur Agistiana Azzahra, Ratih Khairul Anissa, D. Rahayu
Kupu-kupu merupakan serangga yang termasuk dalam Ordo Lepidoptera atau “serangga bersayap sisik”. Kupu-kupu umumnya dijumpai di daerah terbuka hijau, seperti pada Lapangan Watu Gajah Tuban. Kupu-kupu sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan yang dapat dilihat dari perubahan komposisi komunitasnya. Keanekaragaman kupu-kupu di suatu lingkungan merupakan bioindikator kualitas ekologi pada lingkungan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi serta menganalisis keanekaragaman dan kelimpahan jenis kupu-kupu yang terdapat di Lapangan Watu Gajah, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Kawasan Lapangan Watu Gajah dapat dikategorikan sebagai lingkungan yang mendukung kehidupan insekta, terutama kupu-kupu dengan rata-rata ketinggian 40 mdpl, suhu 29oC, kecepatan angin 13 km/h, curah hujan 1,9 mm, kelembaban 70,33% dan intensitas cahaya 4259,33 lux. Penelitian telah dilakukan dengan metode survei eksploratif (jelajah) atau penangkapan langsung menggunakan jala insekta dan teknik hand sampling pada 3 stasiun pengamatan, dengan masing-masing stasiun dilakukan 5 kali sampling. Analisis data dilakukan dengan menggunakan rumus kelimpahan relatif, indeks keanekaragaman Shannon-Winner dan indeks dominansi Shimpson. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 13 spesies kupu-kupu dengan indeks keanekaragaman dan indeks dominansi kupu-kupu di Lapangan Watu Gajah yaitu indeks keanekaragaman tergolong sedang, yaitu 2,32 dengan nilai H’ 2,0
{"title":"Keanekaragaman dan kelimpahan kupu-kupu (Lepidoptera) di Lapangan Watu Gajah Tuban","authors":"Shela Sonia, Yaquta Maziyatin Jamilah, Athiyya Nur Agistiana Azzahra, Ratih Khairul Anissa, D. Rahayu","doi":"10.24843/jbiounud.2022.v26.i02.p08","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/jbiounud.2022.v26.i02.p08","url":null,"abstract":"Kupu-kupu merupakan serangga yang termasuk dalam Ordo Lepidoptera atau “serangga bersayap sisik”. Kupu-kupu umumnya dijumpai di daerah terbuka hijau, seperti pada Lapangan Watu Gajah Tuban. Kupu-kupu sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan yang dapat dilihat dari perubahan komposisi komunitasnya. Keanekaragaman kupu-kupu di suatu lingkungan merupakan bioindikator kualitas ekologi pada lingkungan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi serta menganalisis keanekaragaman dan kelimpahan jenis kupu-kupu yang terdapat di Lapangan Watu Gajah, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Kawasan Lapangan Watu Gajah dapat dikategorikan sebagai lingkungan yang mendukung kehidupan insekta, terutama kupu-kupu dengan rata-rata ketinggian 40 mdpl, suhu 29oC, kecepatan angin 13 km/h, curah hujan 1,9 mm, kelembaban 70,33% dan intensitas cahaya 4259,33 lux. Penelitian telah dilakukan dengan metode survei eksploratif (jelajah) atau penangkapan langsung menggunakan jala insekta dan teknik hand sampling pada 3 stasiun pengamatan, dengan masing-masing stasiun dilakukan 5 kali sampling. Analisis data dilakukan dengan menggunakan rumus kelimpahan relatif, indeks keanekaragaman Shannon-Winner dan indeks dominansi Shimpson. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 13 spesies kupu-kupu dengan indeks keanekaragaman dan indeks dominansi kupu-kupu di Lapangan Watu Gajah yaitu indeks keanekaragaman tergolong sedang, yaitu 2,32 dengan nilai H’ 2,0<H’<3,0; dan indeks dominansi 0,083 termasuk dalam kategori rendah dengan nilai 0<D<0,5. Lapangan Watu Gajah merupakan habitat ideal yang lebih sesuai untuk perkembangan kupu-kupu.","PeriodicalId":53348,"journal":{"name":"Jurnal Biologi Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46692350","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-28DOI: 10.24843/jbiounud.2022.v26.i02.p09
Irma Mardiah, Syarif Hamdani, I. Fatimah, Nuri Setiani, Dewi Astriany
Biosurfaktan merupakan zat penurun tegangan permukaan yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang memiliki aktivitas antibakteri. Bacillus cereus merupakan salah satu bakteri penghasil biosurfaktan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi optimum produksi biosurfaktan dari Bacillus cereus dengan memanfaatkan minyak jelantah sebagai sumber karbon. Optimasi produksi biosurfaktan dilakukan pada variasi konsentrasi minyak jelantah 2%, 3%, 4%, 5% dan variasi pH media 6, 7, 8 serta dilakukan uji aktivitas menggunakan metode indeks emulsifikasi 24 jam (IE24). Penelitian ini menggunakan media produksi Mineral Salt Medium (MSM), konsentrasi inokulum sebanyak 10% (108 CFU/ml), inkubasi pada suhu ruang dengan kecepatan agitasi 160 rpm. Ekstraksi biosurfaktan menggunakan pelarut kloroform : metanol (2:1). Konsentrasi minyak jelantah terbaik adalah 3% dan nilai pH terbaik pada pH 6. Hasil produksi biosurfaktan dari bakteri Bacillus cereus adalah 8,9 g/L dengan nilai IE24 57,17%. Hasil dari penelitian ini diharapkan mendapatkan kondisi optimum untuk produksi biosurfaktan yang mengandung antimikroba yang dihasilkan oleh Bacillus cereus.
{"title":"Optimasi produksi biosurfaktan dari bakteri Bacillus cereus menggunakan minyak jelantah","authors":"Irma Mardiah, Syarif Hamdani, I. Fatimah, Nuri Setiani, Dewi Astriany","doi":"10.24843/jbiounud.2022.v26.i02.p09","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/jbiounud.2022.v26.i02.p09","url":null,"abstract":"Biosurfaktan merupakan zat penurun tegangan permukaan yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang memiliki aktivitas antibakteri. Bacillus cereus merupakan salah satu bakteri penghasil biosurfaktan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi optimum produksi biosurfaktan dari Bacillus cereus dengan memanfaatkan minyak jelantah sebagai sumber karbon. Optimasi produksi biosurfaktan dilakukan pada variasi konsentrasi minyak jelantah 2%, 3%, 4%, 5% dan variasi pH media 6, 7, 8 serta dilakukan uji aktivitas menggunakan metode indeks emulsifikasi 24 jam (IE24). Penelitian ini menggunakan media produksi Mineral Salt Medium (MSM), konsentrasi inokulum sebanyak 10% (108 CFU/ml), inkubasi pada suhu ruang dengan kecepatan agitasi 160 rpm. Ekstraksi biosurfaktan menggunakan pelarut kloroform : metanol (2:1). Konsentrasi minyak jelantah terbaik adalah 3% dan nilai pH terbaik pada pH 6. Hasil produksi biosurfaktan dari bakteri Bacillus cereus adalah 8,9 g/L dengan nilai IE24 57,17%. Hasil dari penelitian ini diharapkan mendapatkan kondisi optimum untuk produksi biosurfaktan yang mengandung antimikroba yang dihasilkan oleh Bacillus cereus.","PeriodicalId":53348,"journal":{"name":"Jurnal Biologi Udayana","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68892253","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}