Pub Date : 2021-11-13DOI: 10.26740/ujc.v10n3.p246-256
Emilisia Fatimah
Enzim lipase adalah hidrolase asil yang berfungsi dalam pencernaan dan pengolahan lemak. Enzim lipase memiliki akivitas yang dapat menghidrolisis berbagai lemak dan minyak, setiap satu unit per mL (U/mL) dari aktivitas enzim lipase dapat membebaskan 1 µmol asam lemak bebas per menit. Aktivitas enzim lipase pada kondisi optimum yang diperoleh dari pengukuran aktivitas enzimatik pada modifikasi suhu serta pH. Enzim lipase dapat ditemukan pada tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme. Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan salah satu tanaman penghasil enzim lipase yang dapat menghasilkan Virgin Coconut Oil (VCO). VCO dapat diubah menjadi diacylglicerol (DAG) dengan hidrolisis ataupun trans-esterifikasi memakai metode kimiawi atau enzimatik. DAG adalah jenis minyak sehat yang dapat mengurangi kandungan Low Density Lipoprotein (LDL), trigliserida (TG) serta menjadi penghambat plasminogen. Kata kunci : Lipase, Diacyglycerol (DAG), Virgin Coconut Oil (VCO)
{"title":"REVIEW ARTIKEL: KARAKTERISTIK DAN PERANAN ENZIM LIPASE PADA PRODUKSI DIACYGLYCEROL (DAG) DARI VIRGIN COCONUT OIL (VCO)","authors":"Emilisia Fatimah","doi":"10.26740/ujc.v10n3.p246-256","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/ujc.v10n3.p246-256","url":null,"abstract":"Enzim lipase adalah hidrolase asil yang berfungsi dalam pencernaan dan pengolahan lemak. Enzim lipase memiliki akivitas yang dapat menghidrolisis berbagai lemak dan minyak, setiap satu unit per mL (U/mL) dari aktivitas enzim lipase dapat membebaskan 1 µmol asam lemak bebas per menit. Aktivitas enzim lipase pada kondisi optimum yang diperoleh dari pengukuran aktivitas enzimatik pada modifikasi suhu serta pH. Enzim lipase dapat ditemukan pada tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme. Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan salah satu tanaman penghasil enzim lipase yang dapat menghasilkan Virgin Coconut Oil (VCO). VCO dapat diubah menjadi diacylglicerol (DAG) dengan hidrolisis ataupun trans-esterifikasi memakai metode kimiawi atau enzimatik. DAG adalah jenis minyak sehat yang dapat mengurangi kandungan Low Density Lipoprotein (LDL), trigliserida (TG) serta menjadi penghambat plasminogen. \u0000 \u0000Kata kunci : Lipase, Diacyglycerol (DAG), Virgin Coconut Oil (VCO)","PeriodicalId":53369,"journal":{"name":"UNESA Journal of Chemistry","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41663409","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-11-13DOI: 10.26740/ujc.v10n3.p288-294
Alif Wildan Mohammad, Leny Yuanita
Sirup umbi yakon merupakan produk olahan dengan kandungan FOS yang tinggi. FOS merupakan senyawa prebiotik yang dapat meningkatkan produki SCFA. SCFA dapat menyebabkan pH dalam kolon menurun yang berakibat pada meningkatnya bioavailabilitas Fe. Tujuan penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh suplemen sirup umbi yakon terhadap bioavailabilitas Fe dan hubungan SCFA dengan bioavailabilitas Fe. R. norvegicus sebanyak 43 ekor dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan yaitu kelompok asupan suplemen sirup umbi yakon, FOS komersial, dan air dengan lama perlakuan 48 hari. Feses dari masing-masing kelompok didestruksi kering kemudian diuji dengan menggunakan AAS untuk mengetahui kadar Fe. Data dianalisis melalui uji Anova one way, uji post hoc, dan uji korelasi Pearson product moment dengan derajat signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan nilai signifikansi sirup umbi yakon terhadap bioavailabilitas Fe adalah sebesar 0.034 dan SCFA terhadap bioavailabilitas Fe memiliki koefesien korelasi sebesar 0.834. Hal ini dapat diartikan 1) suplementasi sirup umbi yakon dapat meningkatkan dan berpengaruh secara signifikan terhadap bioavailabilitas Fe. 2) Terdapat hubungan yang kuat antara kadar total SCFA dan presentase rata-rata bioavailabilitas Fe. Semakin tinggi kadar SCFA dalam kolon maka semakin tinggi bioavailabilitas Fe. Kata kunci : bioavailabilitas Fe,FOS, umbi yakon, SCFA
{"title":"PENGARUH SIRUP UMBI YAKON TERHADAP BIOAVAILABILITAS FE (ZAT BESI) RATTUS NORVEGICUS","authors":"Alif Wildan Mohammad, Leny Yuanita","doi":"10.26740/ujc.v10n3.p288-294","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/ujc.v10n3.p288-294","url":null,"abstract":"Sirup umbi yakon merupakan produk olahan dengan kandungan FOS yang tinggi. FOS merupakan senyawa prebiotik yang dapat meningkatkan produki SCFA. SCFA dapat menyebabkan pH dalam kolon menurun yang berakibat pada meningkatnya bioavailabilitas Fe. Tujuan penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh suplemen sirup umbi yakon terhadap bioavailabilitas Fe dan hubungan SCFA dengan bioavailabilitas Fe. R. norvegicus sebanyak 43 ekor dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan yaitu kelompok asupan suplemen sirup umbi yakon, FOS komersial, dan air dengan lama perlakuan 48 hari. Feses dari masing-masing kelompok didestruksi kering kemudian diuji dengan menggunakan AAS untuk mengetahui kadar Fe. Data dianalisis melalui uji Anova one way, uji post hoc, dan uji korelasi Pearson product moment dengan derajat signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan nilai signifikansi sirup umbi yakon terhadap bioavailabilitas Fe adalah sebesar 0.034 dan SCFA terhadap bioavailabilitas Fe memiliki koefesien korelasi sebesar 0.834. Hal ini dapat diartikan 1) suplementasi sirup umbi yakon dapat meningkatkan dan berpengaruh secara signifikan terhadap bioavailabilitas Fe. 2) Terdapat hubungan yang kuat antara kadar total SCFA dan presentase rata-rata bioavailabilitas Fe. Semakin tinggi kadar SCFA dalam kolon maka semakin tinggi bioavailabilitas Fe. \u0000Kata kunci : bioavailabilitas Fe,FOS, umbi yakon, SCFA","PeriodicalId":53369,"journal":{"name":"UNESA Journal of Chemistry","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47826006","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-11-13DOI: 10.26740/ujc.v10n3.p280-287
Alfiatus Solichah, Nuniek Herdyastuti
Bawang hitam (black garlic) adalah hasil proses fermentasi pada selang waktu tertentu sehingga berwarna coklat tua dan memiliki rasa manis segar. Jika dibandingkan dengan bawang putih segar, black garlic memiliki bau yang tidak menyengat karena proses pemanasan yang menyebabkan berkurangnya kandungan allicin yang diubah menjadi senyawa antioksidan S-allyl cysteine. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama pemanasan terhadap kadar fenolik total dan aktivitas antioksidan dari bawang hitam. Pengukuran kadar fenolik total dengan metode Folin-Ciocalteu dan menggunakan metode peredaman radikal bebas DPPH untuk mengukur aktivitas antioksidannya. Percobaan dilakukan dengan perlakuan lama pemanasan yang berbeda pada selang waktu 0 – 15 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar fenolik total dan aktivitas antioksidan bawang hitam semakin meningkat seiring dengan lamanya waktu pemanasan. Lama pemanasan berpengaruh nyata (α=0,05) terhadap kadar fenolik total dan aktivitas antioksidan dibandingkan dengan bawang putih. Kata kunci: bawang hitam, kadar fenolik total, antioksidan
{"title":"PENGARUH LAMA PEMANASAN PROSES FERMENTASI TERHADAP KADAR FENOLIK TOTAL DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN BAWANG HITAM","authors":"Alfiatus Solichah, Nuniek Herdyastuti","doi":"10.26740/ujc.v10n3.p280-287","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/ujc.v10n3.p280-287","url":null,"abstract":"Bawang hitam (black garlic) adalah hasil proses fermentasi pada selang waktu tertentu sehingga berwarna coklat tua dan memiliki rasa manis segar. Jika dibandingkan dengan bawang putih segar, black garlic memiliki bau yang tidak menyengat karena proses pemanasan yang menyebabkan berkurangnya kandungan allicin yang diubah menjadi senyawa antioksidan S-allyl cysteine. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama pemanasan terhadap kadar fenolik total dan aktivitas antioksidan dari bawang hitam. Pengukuran kadar fenolik total dengan metode Folin-Ciocalteu dan menggunakan metode peredaman radikal bebas DPPH untuk mengukur aktivitas antioksidannya. Percobaan dilakukan dengan perlakuan lama pemanasan yang berbeda pada selang waktu 0 – 15 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar fenolik total dan aktivitas antioksidan bawang hitam semakin meningkat seiring dengan lamanya waktu pemanasan. Lama pemanasan berpengaruh nyata (α=0,05) terhadap kadar fenolik total dan aktivitas antioksidan dibandingkan dengan bawang putih. \u0000 \u0000Kata kunci: bawang hitam, kadar fenolik total, antioksidan","PeriodicalId":53369,"journal":{"name":"UNESA Journal of Chemistry","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43933879","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-11-13DOI: 10.26740/ujc.v10n3.p337-347
Eucharistia Oktavia Firda Listiadi, Maria Monica Sianita
Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimasi komposisi ekstraktan metanol:asam asetat dengan variasi 90:10(v/v), 85:15(v/v), dan 80:20(v/v) pada sintesis Molecularly Imprinted Polymer- Kloramfenikol (MIP-CAP). MIP-CAP diperoleh dari (Non Imprinted Polymer) NIP yang telah melalui proses ekstraksi template. Ekstraksi template menggunakan metode maserasi dan dianalisis menggunakan High Performance Liquid Chromatography (HPLC) untuk menentukan CAP terekstrak. Variasi komposisi ekstraktan terbaik ditentukan berdasarkan % ekstraksi dan kemampuan adsorpsi. Karakterisasi polimer MIP-CAP dilakukan dengan menggunakan Fourier Transform Infra Red (FTIR) untuk melihat keberadaan gugus –NO2. Pada penelitian dihasilkan komposisi ekstraktan metanol:asam asetat terbaik adalah 80:20 (v/v) (20% asam asetat) dengan perolehan % ekstraksi sebesar 89,5158% dan kemampuan adsorpsi sebesar 4,0725 mg/g dengan nilai Imprinting Factor (IF) sebesar 3,7369. Semakin tinggi penambahan asam asetat menyebabkan semakin tingginya % ekstraksi dan nilai kemampuan adsorpsi. Karaterisasi FTIR pada MIP-CAP menunjukkan tidak adanya serapan gugus -NO2. Kata kunci: CAP, MIP-CAP, Komposisi Ekstraktan
{"title":"PENGARUH VARIASI KOMPOSISI EKSTRAKTAN TERHADAP KEMAMPUAN ADSORPSI KLORAMFENIKOL MENGGUNAKAN MOLECULARLY IMPRINTED POLYMER (MIP)","authors":"Eucharistia Oktavia Firda Listiadi, Maria Monica Sianita","doi":"10.26740/ujc.v10n3.p337-347","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/ujc.v10n3.p337-347","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimasi komposisi ekstraktan metanol:asam asetat dengan variasi 90:10(v/v), 85:15(v/v), dan 80:20(v/v) pada sintesis Molecularly Imprinted Polymer- Kloramfenikol (MIP-CAP). MIP-CAP diperoleh dari (Non Imprinted Polymer) NIP yang telah melalui proses ekstraksi template. Ekstraksi template menggunakan metode maserasi dan dianalisis menggunakan High Performance Liquid Chromatography (HPLC) untuk menentukan CAP terekstrak. Variasi komposisi ekstraktan terbaik ditentukan berdasarkan % ekstraksi dan kemampuan adsorpsi. Karakterisasi polimer MIP-CAP dilakukan dengan menggunakan Fourier Transform Infra Red (FTIR) untuk melihat keberadaan gugus –NO2. Pada penelitian dihasilkan komposisi ekstraktan metanol:asam asetat terbaik adalah 80:20 (v/v) (20% asam asetat) dengan perolehan % ekstraksi sebesar 89,5158% dan kemampuan adsorpsi sebesar 4,0725 mg/g dengan nilai Imprinting Factor (IF) sebesar 3,7369. Semakin tinggi penambahan asam asetat menyebabkan semakin tingginya % ekstraksi dan nilai kemampuan adsorpsi. Karaterisasi FTIR pada MIP-CAP menunjukkan tidak adanya serapan gugus -NO2. \u0000 \u0000Kata kunci: CAP, MIP-CAP, Komposisi Ekstraktan","PeriodicalId":53369,"journal":{"name":"UNESA Journal of Chemistry","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45673231","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-11-13DOI: 10.26740/ujc.v10n3.p307-317
Ashari Kurniawan Sarjono, T. Tukiran
Diabetes mellitus adalah penyakit kelainan metabolisme akut dengan beberapa penyebab gejala seperti kadar gula darah yang tinggi diikuti dengan permasalahan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein akibat ketidakcukupan fungsi insulin. Pengkonsumsian obat kimia hipoglikemik sintetik bisa menimbulkan sejumlah dampak dan memerlukan biaya yang relatif mahal, sehingga solusi pengobatan tradisional menjadi penting karena memiliki dampak dan biaya yang relatif rendah. Salah satu Tanaman yang bisa digunakan menjadi pengobatan herbal tradisional ialah tanaman kayu secang (Caesalpinia sappan L.). Berdasarkan studi literatur, senyawa yang terdapat pada batang atau bagian kayu secang terkomposisi atas flavonoid, tanin, asam galat, resin, brazilein, α-phellandrene, oscimene, minyak atsiri, resorsinol, dan brazilin. Diketahui bahwa asam tannat (tannin) memiliki aktivitas antioksidan dan memiliki efek antidiabetes mellitus serta kandungan brazilin dari kayu secang yang sangat berdampak untuk merendahkan kadar gula darah. Brazilin memiliki tiga tata cara kerja untuk merendahkan kadar gula darah, yakni meminimalisir stres oksidatif, menahan mukosa usus GLUT 2, dan menahan fosfodiesterase. Aktivitas antihiperglikemik brazilin membantu kerja insulin dalam penyerapan glukosa dari aliran darah ke dalam sel adiposa dengan meningkatkan translokasi glukosa transport khususnya GLUT4. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak dari tanaman kayu secang dapat berpotensi sebagai antidiabetes mellitus. Kata Kunci: Antidiabetes mellitus; Antioksidan; Hiperglikemik; Kayu Secang
{"title":"REVIEW: POTENSI EKSTRAK KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L.) SEBAGAI ANTIDIABETES MELLITUS","authors":"Ashari Kurniawan Sarjono, T. Tukiran","doi":"10.26740/ujc.v10n3.p307-317","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/ujc.v10n3.p307-317","url":null,"abstract":"Diabetes mellitus adalah penyakit kelainan metabolisme akut dengan beberapa penyebab gejala seperti kadar gula darah yang tinggi diikuti dengan permasalahan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein akibat ketidakcukupan fungsi insulin. Pengkonsumsian obat kimia hipoglikemik sintetik bisa menimbulkan sejumlah dampak dan memerlukan biaya yang relatif mahal, sehingga solusi pengobatan tradisional menjadi penting karena memiliki dampak dan biaya yang relatif rendah. Salah satu Tanaman yang bisa digunakan menjadi pengobatan herbal tradisional ialah tanaman kayu secang (Caesalpinia sappan L.). Berdasarkan studi literatur, senyawa yang terdapat pada batang atau bagian kayu secang terkomposisi atas flavonoid, tanin, asam galat, resin, brazilein, α-phellandrene, oscimene, minyak atsiri, resorsinol, dan brazilin. Diketahui bahwa asam tannat (tannin) memiliki aktivitas antioksidan dan memiliki efek antidiabetes mellitus serta kandungan brazilin dari kayu secang yang sangat berdampak untuk merendahkan kadar gula darah. Brazilin memiliki tiga tata cara kerja untuk merendahkan kadar gula darah, yakni meminimalisir stres oksidatif, menahan mukosa usus GLUT 2, dan menahan fosfodiesterase. Aktivitas antihiperglikemik brazilin membantu kerja insulin dalam penyerapan glukosa dari aliran darah ke dalam sel adiposa dengan meningkatkan translokasi glukosa transport khususnya GLUT4. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak dari tanaman kayu secang dapat berpotensi sebagai antidiabetes mellitus. \u0000Kata Kunci: Antidiabetes mellitus; Antioksidan; Hiperglikemik; Kayu Secang \u0000 ","PeriodicalId":53369,"journal":{"name":"UNESA Journal of Chemistry","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44479421","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-11-13DOI: 10.26740/ujc.v10n3.p231-245
F. Sabila, T. Tukiran
Artritis reumatoid (AR) adalah penyakit inflamasi kronis yang disebabkan mediator inflamasi bermigrasi ke jaringan sinovial dan partikular. Penyakit ini ditandai dengan peradangan sinovial yang mengarah pada penghancuran tulang rawan dan kerusakan sendi. Meskipun pengobatan konvesional AR seperti NSAID, kortikosteroid dan DMARs dapat meringankan gejala AR, akan tetapi tingginya efek samping mengarahkan penderita AR ke pengobatan alternatif. Tinjauan ini betujuan untuk mengevaluasi potensi secang dalam terapi AR. Berbagai komponen fitokimia dalam secang memberikan efek farmakologis yaitu aktivitas antioksidan dalam penekanan stress oksidatif sebagai promotor timbulnya penyakit termasuk inflamasi. Aktivitas antiinflamasi dan antiartritis yang berperan dalam penghambatan regulasi sitokin proinflamasi, dan penghambatan degradasi tulang rawan pada AR. Efek farmakologis dari secang berpotensi sebagai makanan fungsional atau suplemen dalam terapi penyakit AR dengan mencegah, mengobati dan memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh AR. Kata kunci : Antiartritis, Antiinflamasi, Antioksidan, Artritis Reumatoid, Secang.
{"title":"REVIEW: POTENSI SECANG (Caesalpinia sappan L.) DALAM TERAPI ARTRITIS REUMATOID","authors":"F. Sabila, T. Tukiran","doi":"10.26740/ujc.v10n3.p231-245","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/ujc.v10n3.p231-245","url":null,"abstract":"Artritis reumatoid (AR) adalah penyakit inflamasi kronis yang disebabkan mediator inflamasi bermigrasi ke jaringan sinovial dan partikular. Penyakit ini ditandai dengan peradangan sinovial yang mengarah pada penghancuran tulang rawan dan kerusakan sendi. Meskipun pengobatan konvesional AR seperti NSAID, kortikosteroid dan DMARs dapat meringankan gejala AR, akan tetapi tingginya efek samping mengarahkan penderita AR ke pengobatan alternatif. Tinjauan ini betujuan untuk mengevaluasi potensi secang dalam terapi AR. Berbagai komponen fitokimia dalam secang memberikan efek farmakologis yaitu aktivitas antioksidan dalam penekanan stress oksidatif sebagai promotor timbulnya penyakit termasuk inflamasi. Aktivitas antiinflamasi dan antiartritis yang berperan dalam penghambatan regulasi sitokin proinflamasi, dan penghambatan degradasi tulang rawan pada AR. Efek farmakologis dari secang berpotensi sebagai makanan fungsional atau suplemen dalam terapi penyakit AR dengan mencegah, mengobati dan memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh AR. \u0000Kata kunci : Antiartritis, Antiinflamasi, Antioksidan, Artritis Reumatoid, Secang.","PeriodicalId":53369,"journal":{"name":"UNESA Journal of Chemistry","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46579464","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-11-13DOI: 10.26740/ujc.v10n3.p268-279
Kuala Wirida Wening, Nuniek Herdyastuti
Papain adalah enzim protease dari tanaman pepaya yang menghidrolisis protein menjadi asam amino. Papain memegang peranan penting di lingkungan industri sehingga umumnya papain diimobilisasi dalam bahan pendukung untuk memaksimalkan fungsinya. Review ini bertujuan membahas literatur terbaru mengenai imobilisasi enzim papain pada bahan pendukung silika mesopori dan imobiliasi enzim papain pada bahan pendukung karagenan. Metode yang digunakan adalah kajian literatur. Kajian dari data sekunder meliputi enzim papain dapat diimobilisasi menggunakan satu atau lebih teknik seperti adsorpsi, ikat silang, penjebakan, dan pengikatan kovalen. Interaksi elektrostatik menjadi gaya pendorong utama papain teradsopsi ke dalam silika mesopori atau terjebak ke dalam gel karagenan. FTIR (Fourier-transform Infrared Spectroscopy), molecular docking, dan MD simulation (Molecular Dynamics) digunakan untuk menganalisis keberadaan papain di dalam bahan pendukung. Karakteristik papain seperti pH, suhu, aktivitas, dan pemakaian berulang akan berubah sebagai hasil dari proses imobilisasi. Kata kunci : Enzim papain, imobilisasi enzim, silika mesopori, karagenan
{"title":"REVIEW: IMOBILISASI ENZIM PAPAIN DENGAN SILIKA MESOPORI DAN KARAGENAN SEBAGAI BAHAN PENDUKUNG","authors":"Kuala Wirida Wening, Nuniek Herdyastuti","doi":"10.26740/ujc.v10n3.p268-279","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/ujc.v10n3.p268-279","url":null,"abstract":"Papain adalah enzim protease dari tanaman pepaya yang menghidrolisis protein menjadi asam amino. Papain memegang peranan penting di lingkungan industri sehingga umumnya papain diimobilisasi dalam bahan pendukung untuk memaksimalkan fungsinya. Review ini bertujuan membahas literatur terbaru mengenai imobilisasi enzim papain pada bahan pendukung silika mesopori dan imobiliasi enzim papain pada bahan pendukung karagenan. Metode yang digunakan adalah kajian literatur. Kajian dari data sekunder meliputi enzim papain dapat diimobilisasi menggunakan satu atau lebih teknik seperti adsorpsi, ikat silang, penjebakan, dan pengikatan kovalen. Interaksi elektrostatik menjadi gaya pendorong utama papain teradsopsi ke dalam silika mesopori atau terjebak ke dalam gel karagenan. FTIR (Fourier-transform Infrared Spectroscopy), molecular docking, dan MD simulation (Molecular Dynamics) digunakan untuk menganalisis keberadaan papain di dalam bahan pendukung. Karakteristik papain seperti pH, suhu, aktivitas, dan pemakaian berulang akan berubah sebagai hasil dari proses imobilisasi. \u0000Kata kunci : Enzim papain, imobilisasi enzim, silika mesopori, karagenan","PeriodicalId":53369,"journal":{"name":"UNESA Journal of Chemistry","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48684834","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-11-13DOI: 10.26740/ujc.v10n3.p220-230
Shela Insanul Hikmah, Mirwa Adiprahara Anggarani
Nganjuk, Jawa timur adalah daerah penghasil bawang merah, namun potensinya sebagai tanaman obat dan kosmetik belum banyak dikembangkan terutama dalam pemanfaatan senyawa bioaktifnya. Kandungan senyawa bioaktif dinilai berpotensi sebagai zat antioksidan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui senyawa bioaktif dan aktivitas antioksidan dari bawang merah Nganjuk. Ekstraksi sampel menggunakan metode maserasi bertingkat dengan tiga jenis pelarut sesuai kepolarannya, yaitu etanol (polar), etil asetat (semi polar), dan diklorometana (non polar). Jenis pengujian sampel yang dilakukan ialah analisis senyawa bioaktif dan penentuan aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH. Kadar flavonoid menggunakan metode AlCl3 dan untuk penentuan kadar fenolik menggunakan metode Folin Ciocalteu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bawang merah Nganjuk mengandung senyawa bioaktif flavonoid, fenolik, saponin, triterpenoid, dan kuinon. Kadar total flavonoid dan fenolik yang didapat rendah yakni secara berturut-turut sebesar 0,881% dan 0,966%. Aktivitas antioksidan ditunjukkan pada nilai IC50 pada ekstrak etanol, etil asetat, dan diklorometana berturut-turut yaitu 384,0341 ppm; 5336,7889 ppm; 884,2754 ppm. Hasil tersebut menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan bawang merah Nganjuk sangat lemah karena nilai IC50 >200 ppm. Kata kunci : bawang merah nganjuk, senyawa bioaktif, aktivitas antioksidan
{"title":"KANDUNGAN SENYAWA BIOAKTIF DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN BAWANG MERAH NGANJUK (Allium Cepa L.)","authors":"Shela Insanul Hikmah, Mirwa Adiprahara Anggarani","doi":"10.26740/ujc.v10n3.p220-230","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/ujc.v10n3.p220-230","url":null,"abstract":"Nganjuk, Jawa timur adalah daerah penghasil bawang merah, namun potensinya sebagai tanaman obat dan kosmetik belum banyak dikembangkan terutama dalam pemanfaatan senyawa bioaktifnya. Kandungan senyawa bioaktif dinilai berpotensi sebagai zat antioksidan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui senyawa bioaktif dan aktivitas antioksidan dari bawang merah Nganjuk. Ekstraksi sampel menggunakan metode maserasi bertingkat dengan tiga jenis pelarut sesuai kepolarannya, yaitu etanol (polar), etil asetat (semi polar), dan diklorometana (non polar). Jenis pengujian sampel yang dilakukan ialah analisis senyawa bioaktif dan penentuan aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH. Kadar flavonoid menggunakan metode AlCl3 dan untuk penentuan kadar fenolik menggunakan metode Folin Ciocalteu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bawang merah Nganjuk mengandung senyawa bioaktif flavonoid, fenolik, saponin, triterpenoid, dan kuinon. Kadar total flavonoid dan fenolik yang didapat rendah yakni secara berturut-turut sebesar 0,881% dan 0,966%. Aktivitas antioksidan ditunjukkan pada nilai IC50 pada ekstrak etanol, etil asetat, dan diklorometana berturut-turut yaitu 384,0341 ppm; 5336,7889 ppm; 884,2754 ppm. Hasil tersebut menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan bawang merah Nganjuk sangat lemah karena nilai IC50 >200 ppm. \u0000Kata kunci : bawang merah nganjuk, senyawa bioaktif, aktivitas antioksidan","PeriodicalId":53369,"journal":{"name":"UNESA Journal of Chemistry","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47668408","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-11-13DOI: 10.26740/ujc.v10n3.p326-336
Jihan Shofwatul Islam Dalilah Aziz, Mirwa Adiprahara Anggarani
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan total fenolik, total flavonoid serta aktivitas antioksidan ekstrak daun bawang kucai. Proses ekstraksi menggunakan metode maserasi bertingkat dengan tiga jenis pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu diklorometana, etil asetat dan etanol 96%. Pengujian sampel yang dilakukan meliputi analisis total fenolik dengan metode Folin-Ciocalteau, total flavonoid dengan metode kolorimetri aluminium klorida serta aktivitas antioksidan dengan metode DPPH. Hasil penelitian menunjukkan pada ekstrak diklorometana tidak ditemukan senyawa fenolik dan flavonoid yang berpotensi sebagai antioksidan. Total fenolik pada ekstrak etil asetat dan etanol berturut-turut sebesar 9,5975 mg GAE/g ekstrak dan 11,8015 mg GAE/g ekstrak. Total flavonoid berturut-turut sebesar 4,3454 mg QE/g ekstrak dan 7,7165 mg QE/g ekstrak. Nilai IC50 pada ekstrak etil asetat sebesar 563,1250 ppm dan ekstrak etanol 312,5532 ppm, dimana hasil dari kedua pelarut tersebut dikategorikan sebagai antioksidan golongan lemah. Kata kunci: daun bawang kucai, total fenolik, total flavonoid, aktivitas antioksidan
{"title":"PENENTUAN TOTAL FENOLIK, TOTAL FLAVONOID DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN BAWANG KUCAI (Allium tuberosum)","authors":"Jihan Shofwatul Islam Dalilah Aziz, Mirwa Adiprahara Anggarani","doi":"10.26740/ujc.v10n3.p326-336","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/ujc.v10n3.p326-336","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk menentukan total fenolik, total flavonoid serta aktivitas antioksidan ekstrak daun bawang kucai. Proses ekstraksi menggunakan metode maserasi bertingkat dengan tiga jenis pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu diklorometana, etil asetat dan etanol 96%. Pengujian sampel yang dilakukan meliputi analisis total fenolik dengan metode Folin-Ciocalteau, total flavonoid dengan metode kolorimetri aluminium klorida serta aktivitas antioksidan dengan metode DPPH. Hasil penelitian menunjukkan pada ekstrak diklorometana tidak ditemukan senyawa fenolik dan flavonoid yang berpotensi sebagai antioksidan. Total fenolik pada ekstrak etil asetat dan etanol berturut-turut sebesar 9,5975 mg GAE/g ekstrak dan 11,8015 mg GAE/g ekstrak. Total flavonoid berturut-turut sebesar 4,3454 mg QE/g ekstrak dan 7,7165 mg QE/g ekstrak. Nilai IC50 pada ekstrak etil asetat sebesar 563,1250 ppm dan ekstrak etanol 312,5532 ppm, dimana hasil dari kedua pelarut tersebut dikategorikan sebagai antioksidan golongan lemah. \u0000 \u0000Kata kunci: daun bawang kucai, total fenolik, total flavonoid, aktivitas antioksidan","PeriodicalId":53369,"journal":{"name":"UNESA Journal of Chemistry","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44547829","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-05-30DOI: 10.26740/ujc.v10n2.p135-146
Nur Elawati, Leny Yuanita
Abstract. Daun yakon mengandung senyawa fenolik seperti golongan asam organik, flavonoid, dan sesqueterpen lakton yang memiliki banyak efek farmakologis. Daun yakon sebagai antioksidan mengikat secara langsung gugus reaktif radikal serta menghambat pembentukan enzim penyebab terbentuknya radikal. Sebagai antidiabetes daun yakon menurunkan kadar glukosa darah dan meningkatkan pembentukan insulin serta menghambat proses glikogenolisis dan glukoneogenolisis. Daun yakon sebagai antikanker menginduksi nekrosis sel kanker secara kemopreventif melalui tahap primer, sekunder, dan tersier. Sesqueterpen lakton merupakan senyawa antimikroba daun yakon penghambat pertumbuhan bakteri dan jamur. Asam klorogenat dalam daun yakon mengganggu aktivitas dan metabolisme mikroba dengan merusak membran sel. Sebagai antiinflamasi daun yakon meredam terjadinya inflamasi melalui penghambatan dan pengikatan faktor DNA transkripsi NF-kB dengan mengatur transkripsi mediator pro inflamasi. Secara in vitro dan in vivo daun yakon terbukti aman dikonsumsi dalam jangka panjang sampai batas dosis efektif yang diteliti. Terdapat pula hasil bahwa efek menyembuhkan setelah pengobatan selama 30 hari bersifat reversibel, sehingga daun yakon tidak dapat dikonsumsi dalam jangka waktu panjang. Perbedaan tersebut disebabkan banyak faktor seperti spesies dan jumlah hewan uji, cara pemberian dan pemilihan dosis sampel serta efek samping yang terjadi, teknik dan prosedur pengujian termasuk cara penanganan hewan selama percobaan dan keadaan sampel harus diperhatikan dalam proses pengujian. Kata kunci : daun yakon, senyawa fenolik, efek farmakologis, efek toksik Abstract. Yacon leaves contain phenolic compounds such as organic acids, flavonoids, and lactone sesqueterpenes which have many pharmacological effects. As an antioxidant, yacon leaves bind directly to radical reactive groups and inhibit the formation of enzymes that cause radical formation. As an antidiabetic, yacon leaves reduce blood glucose levels and increase insulin formation and inhibit the processes of glycogenolysis and gluconeogenolysis. As an anti-cancer agent, yacon leaves induce chemopreventive cancer cell necrosis through primary, secondary, and tertiary stages. Sesqueterpen lactone is an antimicrobial compound of yacon leaves that inhibits the growth of bacteria and fungi. The chlorogenic acid in yacon leaves disrupts microbial activity and metabolism by damaging cell membranes. As an anti-inflammatory, yacon leaves reduce inflammation through inhibition and binding of the transcription DNA factor NF-kB by regulating the transcription of pro-inflammatory mediators. In vitro and in vivo yacon leaves are proven to be safe for consumption in the long term until the effective dosage limit studied. There is also the result that the healing effect after 30 days of treatment is reversible, so that the yakon leaves cannot be consumed in the long term. This difference is due to many factors such as species and number of te
{"title":"Review: Efek Farmakologis dan Efek Toksik dari Daun Yakon (Smallanthus sonchifolius)","authors":"Nur Elawati, Leny Yuanita","doi":"10.26740/ujc.v10n2.p135-146","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/ujc.v10n2.p135-146","url":null,"abstract":"Abstract. Daun yakon mengandung senyawa fenolik seperti golongan asam organik, flavonoid, dan sesqueterpen lakton yang memiliki banyak efek farmakologis. Daun yakon sebagai antioksidan mengikat secara langsung gugus reaktif radikal serta menghambat pembentukan enzim penyebab terbentuknya radikal. Sebagai antidiabetes daun yakon menurunkan kadar glukosa darah dan meningkatkan pembentukan insulin serta menghambat proses glikogenolisis dan glukoneogenolisis. Daun yakon sebagai antikanker menginduksi nekrosis sel kanker secara kemopreventif melalui tahap primer, sekunder, dan tersier. Sesqueterpen lakton merupakan senyawa antimikroba daun yakon penghambat pertumbuhan bakteri dan jamur. Asam klorogenat dalam daun yakon mengganggu aktivitas dan metabolisme mikroba dengan merusak membran sel. Sebagai antiinflamasi daun yakon meredam terjadinya inflamasi melalui penghambatan dan pengikatan faktor DNA transkripsi NF-kB dengan mengatur transkripsi mediator pro inflamasi. Secara in vitro dan in vivo daun yakon terbukti aman dikonsumsi dalam jangka panjang sampai batas dosis efektif yang diteliti. Terdapat pula hasil bahwa efek menyembuhkan setelah pengobatan selama 30 hari bersifat reversibel, sehingga daun yakon tidak dapat dikonsumsi dalam jangka waktu panjang. Perbedaan tersebut disebabkan banyak faktor seperti spesies dan jumlah hewan uji, cara pemberian dan pemilihan dosis sampel serta efek samping yang terjadi, teknik dan prosedur pengujian termasuk cara penanganan hewan selama percobaan dan keadaan sampel harus diperhatikan dalam proses pengujian. \u0000Kata kunci : daun yakon, senyawa fenolik, efek farmakologis, efek toksik \u0000 \u0000Abstract. Yacon leaves contain phenolic compounds such as organic acids, flavonoids, and lactone sesqueterpenes which have many pharmacological effects. As an antioxidant, yacon leaves bind directly to radical reactive groups and inhibit the formation of enzymes that cause radical formation. As an antidiabetic, yacon leaves reduce blood glucose levels and increase insulin formation and inhibit the processes of glycogenolysis and gluconeogenolysis. As an anti-cancer agent, yacon leaves induce chemopreventive cancer cell necrosis through primary, secondary, and tertiary stages. Sesqueterpen lactone is an antimicrobial compound of yacon leaves that inhibits the growth of bacteria and fungi. The chlorogenic acid in yacon leaves disrupts microbial activity and metabolism by damaging cell membranes. As an anti-inflammatory, yacon leaves reduce inflammation through inhibition and binding of the transcription DNA factor NF-kB by regulating the transcription of pro-inflammatory mediators. In vitro and in vivo yacon leaves are proven to be safe for consumption in the long term until the effective dosage limit studied. There is also the result that the healing effect after 30 days of treatment is reversible, so that the yakon leaves cannot be consumed in the long term. This difference is due to many factors such as species and number of te","PeriodicalId":53369,"journal":{"name":"UNESA Journal of Chemistry","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-05-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45373083","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}