Abstrak Jakarta khususnya daerah pesisir sangat rentan dengan adanya permasalahan lingkungan berupa rob. Pemetaan daerah yang berpotensi terdampak rob sangat diperlukan guna menyusun upaya mitigasi. Pada penelitian ini dilakukan prediksi tinggi muka laut dengan model Delft3D dan digunakan untuk memprediksi daerah tergenang rob menggunakan model LISFLOOD FP pada tanggal 18 – 20 November 2019 di pesisir Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prediksi tinggi muka laut memiliki akurasi yang baik, dengan koefisien korelasi pada tingkat kuat sebesar 0,93 dan nilai RMSE sebesar 0,13 meter. Sementara itu, prediksi rob model LISFLOOD FP menunjukkan luas maksimum yang terjadi 2 hingga 3 jam setelah fase puncak tinggi muka laut dan menggenangi 8 kecamatan di Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Abstract Jakarta region especially the coastal areas are very vulnerable to environmental problems such as coastal inundation. Mapping of areas potentially affected by coastal inundation is needed to arrange mitigation efforts. In this study, sea level prediction was estimated using the Delft3D model and used to predict coastal inundation areas using the LISFLOOD FP model on 18-20 November 2019 on the coast of Jakarta. The results showed that the sea-level prediction model has good accuracy, with a correlation coefficient at a strong level of 0.92 and an RMSE error value of 0.13 meters. Meanwhile, coastal inundation prediction from the LISFLOOD FP model inundated 8 sub-districts in North Jakarta and West Jakarta and showed the maximum area in 2 to 3 hours after the peak phase of sea level.
{"title":"Prediksi spasio temporal rob berbasis model LISFLOOD FP di Pesisir Jakarta.","authors":"Aries Kristianto, U. Efendi","doi":"10.22146/mgi.66594","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/mgi.66594","url":null,"abstract":"Abstrak Jakarta khususnya daerah pesisir sangat rentan dengan adanya permasalahan lingkungan berupa rob. Pemetaan daerah yang berpotensi terdampak rob sangat diperlukan guna menyusun upaya mitigasi. Pada penelitian ini dilakukan prediksi tinggi muka laut dengan model Delft3D dan digunakan untuk memprediksi daerah tergenang rob menggunakan model LISFLOOD FP pada tanggal 18 – 20 November 2019 di pesisir Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prediksi tinggi muka laut memiliki akurasi yang baik, dengan koefisien korelasi pada tingkat kuat sebesar 0,93 dan nilai RMSE sebesar 0,13 meter. Sementara itu, prediksi rob model LISFLOOD FP menunjukkan luas maksimum yang terjadi 2 hingga 3 jam setelah fase puncak tinggi muka laut dan menggenangi 8 kecamatan di Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Abstract Jakarta region especially the coastal areas are very vulnerable to environmental problems such as coastal inundation. Mapping of areas potentially affected by coastal inundation is needed to arrange mitigation efforts. In this study, sea level prediction was estimated using the Delft3D model and used to predict coastal inundation areas using the LISFLOOD FP model on 18-20 November 2019 on the coast of Jakarta. The results showed that the sea-level prediction model has good accuracy, with a correlation coefficient at a strong level of 0.92 and an RMSE error value of 0.13 meters. Meanwhile, coastal inundation prediction from the LISFLOOD FP model inundated 8 sub-districts in North Jakarta and West Jakarta and showed the maximum area in 2 to 3 hours after the peak phase of sea level. ","PeriodicalId":55710,"journal":{"name":"Majalah Geografi Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43090093","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Rezky Yunita, Mangapul Parlindungan Tambunan, R. Tambunan
Abstrak Beberapa negara di dunia memberlakukan pembatasan sosial dan karantina wilayah sebagai upaya untuk menekan laju penularan wabah virus COVID-19. Pembatasan sosial dan karantina wilayah memberikan dampak negatif bagi perekonomian, namun juga dapat berdampak positif bagi perbaikan kondisi lingkungan khususnya kualitas udara di suatu wilayah. Selama periode Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta tahun 2020, aktivitas penduduk di luar rumah menurun secara signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara kuantitatif perubahan parameter kualitas udara berupa PM2.5 dan visibility di Jakarta selama periode sebelum (2019) dan setelah pandemi (2020) menggunakan metode statistik. Pengaruh mobilitas penduduk dan distribusi spasial konsentrasi polutan juga dianalisis dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan selama masa pandemi COVID-19, terdapat pengurangan konsentrasi polutan pada tahun 2020 hingga lebih dari 100 persen dibandingkan tahun 2019. Jarak pandang mendatar di Jakarta juga meningkat hingga 11 persen selama PSBB. Mobilitas penduduk mempengaruhi konsentrasi polutan di Jakarta sebesar 30 persen dan distribusi spasial menunjukkan adanya fluktuasi konsentrasi PM2.5 sebelum dan setelah diberlakukannya PSBB. Abstract Countries worldwide have implemented some sort of lockdowns to slow down COVID-19 infection and mitigate it. Lockdown due to COVID-19 has drastic effects on social and economic fronts. However, this lockdown also has some positive effects on the natural environment, especially on air quality. During the 2020 PSBB period in Jakarta, outdoor activity decreased significantly. This study quantitatively analyzes air quality parameters of PM2.5 and visibility changes in Jakarta during the period before (2019) and after the pandemic (2020) using statistical methods. The impact of mobility to polution also become a concern in this study. The results confirmed an improvement in air quality due to the implementation of social restrictions during the COVID-19 pandemic. PSBB has an impact on reducing pollutant concentrations by more than 100 percent during PSBB compared to 2019. The horizontal visibility in Jakarta also increased by 11 percent during the PSBB. Mobility has affected PM2.5 concentration by 30 percent in Jakarta, and spatial distribution of PM2.5 shows evidence of fluctuation during and before PSBB enacted.
{"title":"Dampak pembatasan sosial berskala besar terhadap kualitas udara di Jakarta","authors":"Rezky Yunita, Mangapul Parlindungan Tambunan, R. Tambunan","doi":"10.22146/mgi.64767","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/mgi.64767","url":null,"abstract":"Abstrak Beberapa negara di dunia memberlakukan pembatasan sosial dan karantina wilayah sebagai upaya untuk menekan laju penularan wabah virus COVID-19. Pembatasan sosial dan karantina wilayah memberikan dampak negatif bagi perekonomian, namun juga dapat berdampak positif bagi perbaikan kondisi lingkungan khususnya kualitas udara di suatu wilayah. Selama periode Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta tahun 2020, aktivitas penduduk di luar rumah menurun secara signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara kuantitatif perubahan parameter kualitas udara berupa PM2.5 dan visibility di Jakarta selama periode sebelum (2019) dan setelah pandemi (2020) menggunakan metode statistik. Pengaruh mobilitas penduduk dan distribusi spasial konsentrasi polutan juga dianalisis dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan selama masa pandemi COVID-19, terdapat pengurangan konsentrasi polutan pada tahun 2020 hingga lebih dari 100 persen dibandingkan tahun 2019. Jarak pandang mendatar di Jakarta juga meningkat hingga 11 persen selama PSBB. Mobilitas penduduk mempengaruhi konsentrasi polutan di Jakarta sebesar 30 persen dan distribusi spasial menunjukkan adanya fluktuasi konsentrasi PM2.5 sebelum dan setelah diberlakukannya PSBB. Abstract Countries worldwide have implemented some sort of lockdowns to slow down COVID-19 infection and mitigate it. Lockdown due to COVID-19 has drastic effects on social and economic fronts. However, this lockdown also has some positive effects on the natural environment, especially on air quality. During the 2020 PSBB period in Jakarta, outdoor activity decreased significantly. This study quantitatively analyzes air quality parameters of PM2.5 and visibility changes in Jakarta during the period before (2019) and after the pandemic (2020) using statistical methods. The impact of mobility to polution also become a concern in this study. The results confirmed an improvement in air quality due to the implementation of social restrictions during the COVID-19 pandemic. PSBB has an impact on reducing pollutant concentrations by more than 100 percent during PSBB compared to 2019. The horizontal visibility in Jakarta also increased by 11 percent during the PSBB. Mobility has affected PM2.5 concentration by 30 percent in Jakarta, and spatial distribution of PM2.5 shows evidence of fluctuation during and before PSBB enacted. ","PeriodicalId":55710,"journal":{"name":"Majalah Geografi Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43998092","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak Pertumbuhan fisik perkotaan dapat ditandai dengan bertambahnya jumlah bangunan yang ada di wilayah tersebut. Bangunan di perkotaan dapat berupa bangunan untuk pemerintahan, perkantoran, permukiman penduduk dan industri. Sebagai lokasi keberadaan ibukota Negara Republik Indonesia, Provinsi DKI Jakarta mengalami pertumbuhan fisik yang sangat pesat. Seiring bertambahnya bangunan di wilayah ini sementara kebutuhan lahan terus meningkat, maka diperlukan pemantauan terhadap sebaran bangunan agar selaras dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi DKI Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah melakukan analisis terhadap sebaran bangunan dan kesesuaiannya dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi DKI Jakarta. Metode yang diusulkan dalam penelitian ini adalah analisis Sistem Informasi Geografis (SIG) menggunakan data bangunan eksisting yang diperoleh secara bebas dari Open Street Map (OSM) dan RTRW Jakarta. Hasil analisis SIG kemudian dilanjutkan dengan validasi bangunan yang tidak selaras dengan RTRW menggunakan interpretasi visual data penginderaan jauh SPOT. Hasil menunjukkan bahwa terdapat bangunan seluas 1.016,08 hektar yang tidak selaras dengan RTRW yang seharusnya menjadi kawasan peruntukan fungsi lindung, kawasan peruntukan terbuka hijau budidaya, kawasan peruntukan pertanian dan kawasan peruntukan terbuka non hijau (Ruang Terbuka Biru). Abstract Urban physical growth can be indicated by the increase of buildings in the area. Buildings in urban areas can be in the form of buildings for government, offices, residential areas and industry. As the location of the capital city of Indonesia, Jakarta Province is experiencing very rapid physical growth. As there are more buildings in this area while the need for land continues to increase, it is necessary to monitor the distribution of buildings so that they are in line with the Regional Spatial Planning (RTRW) of Jakarta Province. The purpose of this study is to analyze the distribution of buildings and their compliance with the Jakarta Regional Spatial Planning (RTRW). The method proposed in this study is a Geographical Information System (GIS) analysis using existing building data which is freely obtained from the Open Street Map (OSM) and Jakarta Regional Spatial Planning. The results of the GIS analysis were then continued with the validation of buildings that were not in line with the Jakarta Regional Spatial Planning using a visual interpretation of the SPOT remote sensing data. The results show that there are buildings with an area of 1,016.08 hectares that are not in line with the Jakarta Regional Spatial Planning, which should be designated as protected areas, open green cultivation areas, agricultural areas and non-green open areas (Blue Open Space).
{"title":"Analisis sebaran bangunan dan kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW) Provinsi DKI Jakarta","authors":"Nurwita Mustika Sari","doi":"10.22146/mgi.60823","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/mgi.60823","url":null,"abstract":"Abstrak Pertumbuhan fisik perkotaan dapat ditandai dengan bertambahnya jumlah bangunan yang ada di wilayah tersebut. Bangunan di perkotaan dapat berupa bangunan untuk pemerintahan, perkantoran, permukiman penduduk dan industri. Sebagai lokasi keberadaan ibukota Negara Republik Indonesia, Provinsi DKI Jakarta mengalami pertumbuhan fisik yang sangat pesat. Seiring bertambahnya bangunan di wilayah ini sementara kebutuhan lahan terus meningkat, maka diperlukan pemantauan terhadap sebaran bangunan agar selaras dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi DKI Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah melakukan analisis terhadap sebaran bangunan dan kesesuaiannya dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi DKI Jakarta. Metode yang diusulkan dalam penelitian ini adalah analisis Sistem Informasi Geografis (SIG) menggunakan data bangunan eksisting yang diperoleh secara bebas dari Open Street Map (OSM) dan RTRW Jakarta. Hasil analisis SIG kemudian dilanjutkan dengan validasi bangunan yang tidak selaras dengan RTRW menggunakan interpretasi visual data penginderaan jauh SPOT. Hasil menunjukkan bahwa terdapat bangunan seluas 1.016,08 hektar yang tidak selaras dengan RTRW yang seharusnya menjadi kawasan peruntukan fungsi lindung, kawasan peruntukan terbuka hijau budidaya, kawasan peruntukan pertanian dan kawasan peruntukan terbuka non hijau (Ruang Terbuka Biru). Abstract Urban physical growth can be indicated by the increase of buildings in the area. Buildings in urban areas can be in the form of buildings for government, offices, residential areas and industry. As the location of the capital city of Indonesia, Jakarta Province is experiencing very rapid physical growth. As there are more buildings in this area while the need for land continues to increase, it is necessary to monitor the distribution of buildings so that they are in line with the Regional Spatial Planning (RTRW) of Jakarta Province. The purpose of this study is to analyze the distribution of buildings and their compliance with the Jakarta Regional Spatial Planning (RTRW). The method proposed in this study is a Geographical Information System (GIS) analysis using existing building data which is freely obtained from the Open Street Map (OSM) and Jakarta Regional Spatial Planning. The results of the GIS analysis were then continued with the validation of buildings that were not in line with the Jakarta Regional Spatial Planning using a visual interpretation of the SPOT remote sensing data. The results show that there are buildings with an area of 1,016.08 hectares that are not in line with the Jakarta Regional Spatial Planning, which should be designated as protected areas, open green cultivation areas, agricultural areas and non-green open areas (Blue Open Space).","PeriodicalId":55710,"journal":{"name":"Majalah Geografi Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42811868","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Proses terjadinya konversi lahan pertanian dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap perubahan luas lahan. Faktor penduduk dan perekonomian diketahui sebagai faktor eksternal penyebab terjadinya konversi lahan pertanian menjadi non-pertanian. Salah satu wilayah yang mengalami konversi lahan pertanian ialah di Kabupaten Tangerang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor eksternal yang mempengaruhi konversi lahan pertanian. Metode penelitian menggunakan kuantitatif asosiatif dengan teknik analisis data statistik melalui model Geographically Weighted Regression. Pengumpulan data dilakukan dengan cara survei instansional untuk mendapatkan data sekunder dari laporan atau publikasi instansi terkait penelitian. Hasil menunjukkan besaran nilai setiap variabel berbeda di tiap kecamatan serta perbedaan variabel yang mempengaruhi konversi lahan pertanian. Variabel laju pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk berpengaruh terhadap konversi lahan pertanian di 24 kecamatan. Terdapat lima kecamatan yang hanya variabel kepadatan penduduk berpengaruh terhadap konversi lahan pertanian. Rumah tangga miskin diketahui tidak berpengaruh nyata terjadap konversi lahan pertanian di seluruh kecamatan.
{"title":"Analisis Faktor-Faktor Konversi Lahan Pertanian Di Kabupaten Tangerang Dengan Menggunakan Geographically Weighted Regression","authors":"Hadis Tian, Cahyadi Setiawan, Aris Munandar","doi":"10.22146/mgi.55226","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/mgi.55226","url":null,"abstract":"Proses terjadinya konversi lahan pertanian dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap perubahan luas lahan. Faktor penduduk dan perekonomian diketahui sebagai faktor eksternal penyebab terjadinya konversi lahan pertanian menjadi non-pertanian. Salah satu wilayah yang mengalami konversi lahan pertanian ialah di Kabupaten Tangerang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor eksternal yang mempengaruhi konversi lahan pertanian. Metode penelitian menggunakan kuantitatif asosiatif dengan teknik analisis data statistik melalui model Geographically Weighted Regression. Pengumpulan data dilakukan dengan cara survei instansional untuk mendapatkan data sekunder dari laporan atau publikasi instansi terkait penelitian. Hasil menunjukkan besaran nilai setiap variabel berbeda di tiap kecamatan serta perbedaan variabel yang mempengaruhi konversi lahan pertanian. Variabel laju pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk berpengaruh terhadap konversi lahan pertanian di 24 kecamatan. Terdapat lima kecamatan yang hanya variabel kepadatan penduduk berpengaruh terhadap konversi lahan pertanian. Rumah tangga miskin diketahui tidak berpengaruh nyata terjadap konversi lahan pertanian di seluruh kecamatan.","PeriodicalId":55710,"journal":{"name":"Majalah Geografi Indonesia","volume":"88 ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41277130","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Chafda Larasati, Aji Wijaya Abadi, M. G. Prakoso, Novanna Dwi S, Venny Vivid F, Wisha Putri M, Wiwik Widyaningrum, M. P. Hadi
Abstrak Sumberdaya air penting untuk pemenuhan kebutuhan semua makhluk hidup termasuk manusia. DAS Bodri menyediakan suplai air permukaan melalui sungai-sungai yang ada dalam DAS, yang dapat dimanfaatkan oleh penduduk sekitar. Seiring berjalannya waktu, DAS Bodri mengalami perubahan penggunaan lahan yang menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan air dan terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan air permukaan. Tujuan dari penelitian ini, yaitu mengetahui keseimbangan antara kebutuhan air di masa yang akan datang dengan ketersediaan air permukaan di DAS Bodri tahun 2040. Perhitungan keseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan air permukaan dilakukan dengan membandingkan antara kebutuhan air total dan ketersediaan air permukaan. Parameter kebutuhan air total terdiri dari kebutuhan air domestik, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas peribadatan, perkantoran, industri, pertokoan dan pasar, warung makan, peternakan, irigasi, dan tambak. Kebutuhan air di tahun mendatang diketahui melalui proyeksi secara eksponensial dan tetap dari data jumlah dalam perhitungan parameter. Kebutuhan air untuk aktivitas domestik dan nondomestik diestimasikan mencapai 2,44 miliar m3 pada tahun 2040. Hasil analisis neraca air menunjukkan bahwa status neraca air DAS Bodri tahun 2010-2019 mengalami defisiensi. Hal tersebut menunjukkan bahwa potensi sumberdaya air permukaan masih belum mencukupi untuk pemenuhan kebutuhan air di DAS Bodri hingga tahun 2040. Abstract Water resources play an important role in meeting the needs of all living things, including humans. The Bodri watershed provides surface water supply through rivers on the watershed, which the local residents can use and utilize. Over time, the Bodri watershed underwent landuse change, which led to an increase in water demand, resulting in an imbalance between water demand and surface water availability. Calculation of the balance between demand and surface water availability is done by comparing the total water demand and the surface water availability. This study aims to determine the balance between future water demand and surface water availability in the Bodri watershed in 2040. The parameters used to determine total water demand consist of water needs of the following sectors; domestic, health facilities, educational facilities, religious facilities, offices, industry, shops and markets, food stalls, livestock, irrigation, and ponds. In the coming year, water demand is known through projections exponentially and permanently from the amount of data in the calculation of parameters. Water demand for domestic and non-domestic activities is estimated to reach 2.44 billion m3 in 2040. The water balance analysis results show that the status of the Bodri watershed water balance in 2010-2019 is deficient. The potential for surface water resources is still insufficient to meet the water needs in the Bodri watershed until 2040.
抽象的水能对满足包括人类在内的所有生物的需求至关重要。水生植物通过河床提供表水,这是当地人可以利用的。随着时间的推移,水生流域经历了土地使用的变化,导致水资源需求的增加,以及地表水的需求和可用性之间的不平衡。这项研究的目的是确定未来水的需求和2040年河滨流域的地表水供应之间的平衡。比较总用水需求和地表水可用性之间的平衡计算是通过比较总用水需求和地表水可用性来实现的。总用水的参数包括家庭用水、卫生设施、教育设施、崇拜设施、办公室、工业、商店和市场、餐馆、农场、灌溉和池塘。在未来的一年里,水的需求可以通过指数和常数数据的增减来确定。到2040年,国内和非国内活动的水资源需求达到了2.440亿m3。资产负债表分析表明,2010-2019年的DAS Bodri水资源状况出现了一种缺乏。这表明,到2040年,地表水的潜力还不足以满足内陆流域的水需求。不流动的水资源在满足所有生物的需求,包括人类在内,发挥着重要的角色。树枝上的水供应在分水岭上的河流中,当地的抵抗可以利用和蜥蜴。随着时间的推移,瀑布的变化发生了变化,在水中需求的增加,在水需求和水面负担之间的交换。demand and surface water的平衡是通过比较总需求和surface water得以实现的。这项研究确定了未来的水需求和水面之间的平衡,可以在2040年的水水槽中使用。parameters被用来确定水的总需求,考虑到水需要一个追随者;家庭、卫生、教育、宗教信仰、办公室、企业、销售、食品销售、牲畜、牲畜、叛乱等。今年,水需求从抛物线计算数据的过程中消失了。家庭和非家庭活动的水需求预计将在2040年达到2.44亿立方米。水平衡分析表明,植物学在2010-2019年用水平衡的状态是不可摄取的。潜在的浮水资源仍然无法满足到2040年的水。
{"title":"Analisis Ketersediaan Air Permukaan dan Proyeksi Kebutuhan Air DAS Bodri Tahun 2040","authors":"Chafda Larasati, Aji Wijaya Abadi, M. G. Prakoso, Novanna Dwi S, Venny Vivid F, Wisha Putri M, Wiwik Widyaningrum, M. P. Hadi","doi":"10.22146/MGI.62382","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/MGI.62382","url":null,"abstract":"Abstrak Sumberdaya air penting untuk pemenuhan kebutuhan semua makhluk hidup termasuk manusia. DAS Bodri menyediakan suplai air permukaan melalui sungai-sungai yang ada dalam DAS, yang dapat dimanfaatkan oleh penduduk sekitar. Seiring berjalannya waktu, DAS Bodri mengalami perubahan penggunaan lahan yang menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan air dan terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan air permukaan. Tujuan dari penelitian ini, yaitu mengetahui keseimbangan antara kebutuhan air di masa yang akan datang dengan ketersediaan air permukaan di DAS Bodri tahun 2040. Perhitungan keseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan air permukaan dilakukan dengan membandingkan antara kebutuhan air total dan ketersediaan air permukaan. Parameter kebutuhan air total terdiri dari kebutuhan air domestik, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas peribadatan, perkantoran, industri, pertokoan dan pasar, warung makan, peternakan, irigasi, dan tambak. Kebutuhan air di tahun mendatang diketahui melalui proyeksi secara eksponensial dan tetap dari data jumlah dalam perhitungan parameter. Kebutuhan air untuk aktivitas domestik dan nondomestik diestimasikan mencapai 2,44 miliar m3 pada tahun 2040. Hasil analisis neraca air menunjukkan bahwa status neraca air DAS Bodri tahun 2010-2019 mengalami defisiensi. Hal tersebut menunjukkan bahwa potensi sumberdaya air permukaan masih belum mencukupi untuk pemenuhan kebutuhan air di DAS Bodri hingga tahun 2040. Abstract Water resources play an important role in meeting the needs of all living things, including humans. The Bodri watershed provides surface water supply through rivers on the watershed, which the local residents can use and utilize. Over time, the Bodri watershed underwent landuse change, which led to an increase in water demand, resulting in an imbalance between water demand and surface water availability. Calculation of the balance between demand and surface water availability is done by comparing the total water demand and the surface water availability. This study aims to determine the balance between future water demand and surface water availability in the Bodri watershed in 2040. The parameters used to determine total water demand consist of water needs of the following sectors; domestic, health facilities, educational facilities, religious facilities, offices, industry, shops and markets, food stalls, livestock, irrigation, and ponds. In the coming year, water demand is known through projections exponentially and permanently from the amount of data in the calculation of parameters. Water demand for domestic and non-domestic activities is estimated to reach 2.44 billion m3 in 2040. The water balance analysis results show that the status of the Bodri watershed water balance in 2010-2019 is deficient. The potential for surface water resources is still insufficient to meet the water needs in the Bodri watershed until 2040. ","PeriodicalId":55710,"journal":{"name":"Majalah Geografi Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43715934","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Bernadetta Indri Dwi Astuti, A. Laksono, D. Muhammad, Intan Nurbaiti, Noverita Nur Hanifah, Oki Silvie Wildiyanti, Ramadhani Nurazizah Junaedi, M. A. Marfai
Abstrak Pemantauan garis pantai akibat adanya proses akresi dan abrasi merupakan salah satu upaya untuk menjaga batas wilayah wilayah di Kabupaten Kendal. Lima multitemporal citra Landsat 7 ETM+ dalam periode tahun 20 tahun (2000-2020) digunakan untuk menganalisis perubahan garis pantai di Kabupaten Kendal.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perubahan garis pantai dan menganalisis dampak serta upaya mitigasi dalam menangani perubahan garis pantai di Kabupaten Kendal. Digital Shoreline Analysis System (DSAS) digunakan untuk menganalisis perubahan garis pantai dengan metode Net Shoreline Movement (NSM), End Point Rate (EPR), dan Linear Regression Rate-of-Change (LRR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tertinggi dari Linear Regression Rate-of-Change (LRR) selama periode 20 tahun adalah sebesar 50,9 m/tahun sedangkan nilai terendah sebesar -35,81 meter/tahun. Nilai rata-rata EPR dan NSM selama periode 20 tahun adalah sebesar -0,07 m/tahun dan -1,14 meter. Berdasarkan studi ini, dampak dari perubahan garis pantai yang disebabkan abrasi dan akresi adalah adanya peningkatan dan penurunan luas wilayah. Bentuk mitigasi perubahan garis pantai di Kabupaten Kendal yakni dengan pembangunan breakwater dan penanaman hutan mangrove. Abstract Monitoring shoreline change due to accretion and abrasion processes is one of the efforts to protect the maritime boundary of Kendal Regency. Five multi-temporal Landsat 7 ETM + images spanning 20 years (2000-2020) is used in the tudy for the analysis of shoreline change in Kendal Regency. This study aims to investigate the shoreline change, analyze the impact, and propose mitigation of shoreline change in Kendal Regency as well. Digital Shoreline Analysis System (DSAS) is utilized for the analysis of the shoreline change through Net Shoreline Movement (NSM), End Point Rate (EPR), and Linear Regression Rate-of-Change (LRR). The result shows that the highest value of the Linear Regression Rate (LRR) for 20 years is 50.09 m/year and the lowest value of LRR is -35.81 m/year. The average EPR and NSM are -0.07 m/years and -1.14 m. From this study, it can be observed that the impact of shoreline change induced by accretion and abrasion are the addition and subtraction of the predetermined area. The impacts can be mitigated by building breakwaters and planting mangroves.
{"title":"Dinamika perubahan garis pantai Kabupaten Kendal tahun 2000-2020","authors":"Bernadetta Indri Dwi Astuti, A. Laksono, D. Muhammad, Intan Nurbaiti, Noverita Nur Hanifah, Oki Silvie Wildiyanti, Ramadhani Nurazizah Junaedi, M. A. Marfai","doi":"10.22146/MGI.62301","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/MGI.62301","url":null,"abstract":"Abstrak Pemantauan garis pantai akibat adanya proses akresi dan abrasi merupakan salah satu upaya untuk menjaga batas wilayah wilayah di Kabupaten Kendal. Lima multitemporal citra Landsat 7 ETM+ dalam periode tahun 20 tahun (2000-2020) digunakan untuk menganalisis perubahan garis pantai di Kabupaten Kendal.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perubahan garis pantai dan menganalisis dampak serta upaya mitigasi dalam menangani perubahan garis pantai di Kabupaten Kendal. Digital Shoreline Analysis System (DSAS) digunakan untuk menganalisis perubahan garis pantai dengan metode Net Shoreline Movement (NSM), End Point Rate (EPR), dan Linear Regression Rate-of-Change (LRR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tertinggi dari Linear Regression Rate-of-Change (LRR) selama periode 20 tahun adalah sebesar 50,9 m/tahun sedangkan nilai terendah sebesar -35,81 meter/tahun. Nilai rata-rata EPR dan NSM selama periode 20 tahun adalah sebesar -0,07 m/tahun dan -1,14 meter. Berdasarkan studi ini, dampak dari perubahan garis pantai yang disebabkan abrasi dan akresi adalah adanya peningkatan dan penurunan luas wilayah. Bentuk mitigasi perubahan garis pantai di Kabupaten Kendal yakni dengan pembangunan breakwater dan penanaman hutan mangrove. Abstract Monitoring shoreline change due to accretion and abrasion processes is one of the efforts to protect the maritime boundary of Kendal Regency. Five multi-temporal Landsat 7 ETM + images spanning 20 years (2000-2020) is used in the tudy for the analysis of shoreline change in Kendal Regency. This study aims to investigate the shoreline change, analyze the impact, and propose mitigation of shoreline change in Kendal Regency as well. Digital Shoreline Analysis System (DSAS) is utilized for the analysis of the shoreline change through Net Shoreline Movement (NSM), End Point Rate (EPR), and Linear Regression Rate-of-Change (LRR). The result shows that the highest value of the Linear Regression Rate (LRR) for 20 years is 50.09 m/year and the lowest value of LRR is -35.81 m/year. The average EPR and NSM are -0.07 m/years and -1.14 m. From this study, it can be observed that the impact of shoreline change induced by accretion and abrasion are the addition and subtraction of the predetermined area. The impacts can be mitigated by building breakwaters and planting mangroves.","PeriodicalId":55710,"journal":{"name":"Majalah Geografi Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47119393","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Teguh Husodo, Yazid Ali, S. Mardiyah, Sya Sya Shanida, Oekan S Abdoellah, I. Wulandari
Abstrak DAS Citarum mengalami perubahan struktur lingkungan yang tinggi yang berakibat pada penurunan kualitas lingkungan, sehingga diperlukan gambaran mendetail mengenai kondisi perubahan lahan vegetasi di DAS Citarum. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui proses perubahan luasan lahan vegetasi di DAS Citarum, Bandung, Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan data penginderaan jauh dengan pendekatan kuantitatif. Pemetaan perubahan penutupan vegetasi di DAS Citarum menggunakan data citra Landsat multitemporal dengan perangkat lunak QGIS. Pada pelaksanaan penelitian ini, beberapa tahapan yang dilakukan, diantaranya pengolahan awal citra satelit (pre-processing), pengolahan citra digital (image processing), verifikasi data citra (NDVI), dan analisis perubahan penutupan lahan. Hasil studi menunjukkan bahwa terjadi penurunan luasan lahan vegetasi seluas 35% pada tahun 1989 – 2019 dengan rata-rata penyusutan luas lahan sebesar 0.64% setiap tahunnya dan penyusutan terbesar pada tahun 2006. Penyusutan lahan cenderung terjadi pada wilayah yang berbatasan dengan Kota Bandung, yang diperkirakan sebagai bagian dari pengembangan wilayah kota kedaerah sekitarnya dan hasil menunjukkan wilayah yang mengalami penyusutan terbesar merupakan kecamatan dengan luas wilayah relatif kecil dibandingkan dengan wilayah kecamatan lainnya seperti Cipatat (74%) dan Batujajar (83%). Meski demikian, selama periode tahun 1989 – 2019, beberapa kecamatan menunjukkan peningkatan luas lahan bervegetasi seperti Kecamatan Bojongsoang, Slawi, dan Tanjungsari. Kata kunci: Citra Satelit, Landsat, Penyusutan Lahan. Abstract The Citarum watershed undergoes a significant change in environmental structure, which results in a decrease in environmental quality, so a detailed description of the conditions of land change in vegetation in the Citarum watershed is needed. The main objective of this study: the process of changing the area of vegetation in the Citarum watershed, Bandung, West Java. This study uses remote sensing data with a quantitative approach. Mapping of land cover changes in the Citarum watershed uses multitemporal Landsat imagery with QGIS software. Several steps were carried out, including pre-processing, image processing, NDVI, and land cover change analysis. The study results show a decrease in the area of vegetation area of 35% in 1989 - 2019, with an average shrinkage of the land area of 0.64% annually and the most extensive shrinkage in 2006. Land shrinkage tends to occur in areas bordering Bandung City, which is estimated as part of the city's development to the surrounding area. The most extensive shrinkage areas are the districts with relatively small areas compared to other sub-districts such as Cipatat (74%) and Batujajar (83%). However, during the period 1989 - 2019, several sub-districts showed an increase in vegetated land areas, such as Bojongsoang, Slawi, and Tanjungsari Districts.
{"title":"Perubahan lahan vegetasi berbasis citra satelit di DAS Citarum, Bandung, Jawa Barat","authors":"Teguh Husodo, Yazid Ali, S. Mardiyah, Sya Sya Shanida, Oekan S Abdoellah, I. Wulandari","doi":"10.22146/MGI.61217","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/MGI.61217","url":null,"abstract":"Abstrak DAS Citarum mengalami perubahan struktur lingkungan yang tinggi yang berakibat pada penurunan kualitas lingkungan, sehingga diperlukan gambaran mendetail mengenai kondisi perubahan lahan vegetasi di DAS Citarum. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui proses perubahan luasan lahan vegetasi di DAS Citarum, Bandung, Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan data penginderaan jauh dengan pendekatan kuantitatif. Pemetaan perubahan penutupan vegetasi di DAS Citarum menggunakan data citra Landsat multitemporal dengan perangkat lunak QGIS. Pada pelaksanaan penelitian ini, beberapa tahapan yang dilakukan, diantaranya pengolahan awal citra satelit (pre-processing), pengolahan citra digital (image processing), verifikasi data citra (NDVI), dan analisis perubahan penutupan lahan. Hasil studi menunjukkan bahwa terjadi penurunan luasan lahan vegetasi seluas 35% pada tahun 1989 – 2019 dengan rata-rata penyusutan luas lahan sebesar 0.64% setiap tahunnya dan penyusutan terbesar pada tahun 2006. Penyusutan lahan cenderung terjadi pada wilayah yang berbatasan dengan Kota Bandung, yang diperkirakan sebagai bagian dari pengembangan wilayah kota kedaerah sekitarnya dan hasil menunjukkan wilayah yang mengalami penyusutan terbesar merupakan kecamatan dengan luas wilayah relatif kecil dibandingkan dengan wilayah kecamatan lainnya seperti Cipatat (74%) dan Batujajar (83%). Meski demikian, selama periode tahun 1989 – 2019, beberapa kecamatan menunjukkan peningkatan luas lahan bervegetasi seperti Kecamatan Bojongsoang, Slawi, dan Tanjungsari. Kata kunci: Citra Satelit, Landsat, Penyusutan Lahan. Abstract The Citarum watershed undergoes a significant change in environmental structure, which results in a decrease in environmental quality, so a detailed description of the conditions of land change in vegetation in the Citarum watershed is needed. The main objective of this study: the process of changing the area of vegetation in the Citarum watershed, Bandung, West Java. This study uses remote sensing data with a quantitative approach. Mapping of land cover changes in the Citarum watershed uses multitemporal Landsat imagery with QGIS software. Several steps were carried out, including pre-processing, image processing, NDVI, and land cover change analysis. The study results show a decrease in the area of vegetation area of 35% in 1989 - 2019, with an average shrinkage of the land area of 0.64% annually and the most extensive shrinkage in 2006. Land shrinkage tends to occur in areas bordering Bandung City, which is estimated as part of the city's development to the surrounding area. The most extensive shrinkage areas are the districts with relatively small areas compared to other sub-districts such as Cipatat (74%) and Batujajar (83%). However, during the period 1989 - 2019, several sub-districts showed an increase in vegetated land areas, such as Bojongsoang, Slawi, and Tanjungsari Districts. ","PeriodicalId":55710,"journal":{"name":"Majalah Geografi Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48041680","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak. Perkembangan kawasan permukiman kumuh di Kota Malang disebabkan oleh faktor urbanisasi dan penduduk asli yang penghasilan rendah sehingga berakibat pada rendahnya daya beli terhadap rumah layak huni dan berlokasi di zona permukiman ideal. Kedua golongan masyarakat ini mendorong untuk memilih lokasi bermukim di wilayah yang tidak seharusnya dijadikan kawasan permukiman sehingga menyebakan kemunculan kawasan permukiman kumuh baru. Tujuan penelitian ini adalah; 1) mengetahui pola spasial permukiman kumuh pusat kota dan wilayah pinggiran; 2) mengetahui hubungan kondisi sosial ekonomi masyarakat terhadap permukiman kumuh pusat kota dan wilayah pinggiran. Wilayah kajian permukiman kumuh pusat Kota Malang berada di Kelurahan Kauman, sedangkan wilayah pinggiran berada di Kelurahan Tlogomas. Kedua wilayah tersebut berdasarkan SK Walikota Malang termasuk dalam kawasan permukiman kumuh yang terdapat di Kota Malang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Alat analisis yang digunakan yakni Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan metode overlay untuk mengetahui pola spasial permukiman kumuh. Untuk mengetahui keputusan keluarga bermukim di permukiman kumuh digunakan uji regresi logistik ordinal. Hasil penelitian menunjukkan kawasan permukiman kumuh pusat kota memiliki pola linier sepanjang Sungai Kasin. Kawasan permukiman kumuh wilayah pinggiran memiliki pola linier dan memusat. Hasil analisis regresi logistik ordinal menunjukkan keputusan keluarga bermukim di permukiman kumuh secara signifikan dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi yang meliputi tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, dan kebutuhan ekonomi untuk permukiman kumah pusat Kota Malang. Keputusan keluarga untuk bermukim di permukiman kumuh wilayah pinggiran dipengaruhi oleh kebutuhan ekonomi, pendapatan, jumlah anggota keluarga, dan jenis pekerjaan. Abstract. The emergent growing of slums in Malang City has been caused by urbanization and the locals with low income making it hard for them to afford proper housing located in ideal residential zones. These two groups of societies have triggered the choice to reside in the improper areas, and thus new slums emerge. This current study aimed at: 1) describing the spatial pattern of the slums in the down town and suburb area; and 2) investigating the correlation between socio-economic conditions of the societies and the slums in the down towan and suburb area. The slum in down town Malang City was Kauman Sub-district; while the slum in the suburb area was Tlogomas Sub-district. Both locations have been pronounced as the slums within the Decree Statement of the Mayor of Malang. This study was conducted by means of quantitative approach. Geographic Information System (GIS) was employed as the analysis. Overlay method was used to detect the spatial patterns of the slums and ordinal logistic regression was performed to investigate the correlation between socio-economic conditions of the societies and the slums. It has been revea
{"title":"Pola Spasial dan Keputusan Keluarga Bermukim di Permukiman Kumuh Pusat Kota dan Wilayah Pinggiran Kota Malang, Jawa Timur","authors":"Irvan Ardiansyah, Satti Wagistina","doi":"10.22146/MGI.62192","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/MGI.62192","url":null,"abstract":"Abstrak. Perkembangan kawasan permukiman kumuh di Kota Malang disebabkan oleh faktor urbanisasi dan penduduk asli yang penghasilan rendah sehingga berakibat pada rendahnya daya beli terhadap rumah layak huni dan berlokasi di zona permukiman ideal. Kedua golongan masyarakat ini mendorong untuk memilih lokasi bermukim di wilayah yang tidak seharusnya dijadikan kawasan permukiman sehingga menyebakan kemunculan kawasan permukiman kumuh baru. Tujuan penelitian ini adalah; 1) mengetahui pola spasial permukiman kumuh pusat kota dan wilayah pinggiran; 2) mengetahui hubungan kondisi sosial ekonomi masyarakat terhadap permukiman kumuh pusat kota dan wilayah pinggiran. Wilayah kajian permukiman kumuh pusat Kota Malang berada di Kelurahan Kauman, sedangkan wilayah pinggiran berada di Kelurahan Tlogomas. Kedua wilayah tersebut berdasarkan SK Walikota Malang termasuk dalam kawasan permukiman kumuh yang terdapat di Kota Malang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Alat analisis yang digunakan yakni Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan metode overlay untuk mengetahui pola spasial permukiman kumuh. Untuk mengetahui keputusan keluarga bermukim di permukiman kumuh digunakan uji regresi logistik ordinal. Hasil penelitian menunjukkan kawasan permukiman kumuh pusat kota memiliki pola linier sepanjang Sungai Kasin. Kawasan permukiman kumuh wilayah pinggiran memiliki pola linier dan memusat. Hasil analisis regresi logistik ordinal menunjukkan keputusan keluarga bermukim di permukiman kumuh secara signifikan dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi yang meliputi tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, dan kebutuhan ekonomi untuk permukiman kumah pusat Kota Malang. Keputusan keluarga untuk bermukim di permukiman kumuh wilayah pinggiran dipengaruhi oleh kebutuhan ekonomi, pendapatan, jumlah anggota keluarga, dan jenis pekerjaan. Abstract. The emergent growing of slums in Malang City has been caused by urbanization and the locals with low income making it hard for them to afford proper housing located in ideal residential zones. These two groups of societies have triggered the choice to reside in the improper areas, and thus new slums emerge. This current study aimed at: 1) describing the spatial pattern of the slums in the down town and suburb area; and 2) investigating the correlation between socio-economic conditions of the societies and the slums in the down towan and suburb area. The slum in down town Malang City was Kauman Sub-district; while the slum in the suburb area was Tlogomas Sub-district. Both locations have been pronounced as the slums within the Decree Statement of the Mayor of Malang. This study was conducted by means of quantitative approach. Geographic Information System (GIS) was employed as the analysis. Overlay method was used to detect the spatial patterns of the slums and ordinal logistic regression was performed to investigate the correlation between socio-economic conditions of the societies and the slums. It has been revea","PeriodicalId":55710,"journal":{"name":"Majalah Geografi Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49570257","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pulau Bali dan sekitarnya berada dekat dengan zona subduksi sehingga rawan terhadap bencana gempa bumi. Struktur utama yang menyebabkan gempa bumi di Bali umumnya berada di zona subduksi di bagian selatan dan di zona sesar naik belakang busur di utara yang dikenal dengan sesar naik Flores. Selain potensi gempa dari kedua zona sesar ini, gempa yang berasal dari zona sesar di darat juga bisa menimbulkan bahaya yang signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemetaan sesar aktif di darat dengan menggunakan kombinasi antara metode penginderaan jauh dengan survey lapangan. Data yang digunakan sebagai peta dasar adalah data digital elevation (DEM) model DEMNAS beresolusi 8 m serta data DEM beresolusi 0.5 m yang dihasilkan melalui proses fotogrametri dari foto udara. Analisis kelurusan menunjukkan adanya pola berarah baratlaut-tenggara dan timulaut-baratdaya. Validasi di lapangan menunjukkan bahwa kelurusan ini berasosiasi dengan keberadaan sesar-sesar geser, sesar oblique dan sesar turun. Sesar-sesar ini memotong batuan berumur Kuarter hingga endapan masa kini. Selain itu, data sebaran seismisitas menunjukkan adanya zona kegempaan dangkal yang berada pada area di sekitar kelurusan yang dipetakan. Kedua indikator ini menunjukkan bahwa sesar-sesar yang teridentifikasi dalam penelitian ini bisa dikategorikan sebagai sesar aktif. Hasil dari penelitian ini memberikan pemahaman baru mengenai geometri sesar aktif yang ada di Pulau Bali dan potensi kegempaan di masa yang akan datang yang memberikan kontribusi terhadap upaya mitigasi bencana gempa bumi di Pulau Bali. Bali and its surrounding region are located within proximity of the Sunda-Banda subduction zone making it prone to earthquake hazards. The structures that caused earthquakes in Bali are mainly from the front subduction faults and from the back-arc thrust fault known as the Flores Fault. In addition, earthquakes are frequently occur in the inland fault system. This study aims to map the inland active faults in Bali using a combination of remotely-based and field-mapping methods. We use the 8-m resolution digital elevation model (DEM) of DEMNAS and the 0.5 m resolution DEM from photogrammetry processing of aerial photo as our base maps. Our lineament analysis identifies northwest-southeast and northeast-southwest lineaments. Our field observation confirms these lineaments to be associated with strike-slip, oblique and normal faults. These faults dissect Quarternary to recent rock units. In addition, seismicity data indicate the occurrence of shallow earthquakes in the vicinity of these structures. All of these indicate that these structures are active. Results from this study provide a new understanding of the inland active fault geometry in Bali, useful in the seismic hazard analysis and may contribute to the earthquake mitigation efforts in Bali.
{"title":"Identifikasi Sesar Aktif di Pulau Bali dengan Menggunakan Data Pemetaan Geologi Permukaan dan Morfologi Tektonik","authors":"Hurien Helmi, G. I. Marliyani, Siti Nur'aini","doi":"10.22146/MGI.61928","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/MGI.61928","url":null,"abstract":"Pulau Bali dan sekitarnya berada dekat dengan zona subduksi sehingga rawan terhadap bencana gempa bumi. Struktur utama yang menyebabkan gempa bumi di Bali umumnya berada di zona subduksi di bagian selatan dan di zona sesar naik belakang busur di utara yang dikenal dengan sesar naik Flores. Selain potensi gempa dari kedua zona sesar ini, gempa yang berasal dari zona sesar di darat juga bisa menimbulkan bahaya yang signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemetaan sesar aktif di darat dengan menggunakan kombinasi antara metode penginderaan jauh dengan survey lapangan. Data yang digunakan sebagai peta dasar adalah data digital elevation (DEM) model DEMNAS beresolusi 8 m serta data DEM beresolusi 0.5 m yang dihasilkan melalui proses fotogrametri dari foto udara. Analisis kelurusan menunjukkan adanya pola berarah baratlaut-tenggara dan timulaut-baratdaya. Validasi di lapangan menunjukkan bahwa kelurusan ini berasosiasi dengan keberadaan sesar-sesar geser, sesar oblique dan sesar turun. Sesar-sesar ini memotong batuan berumur Kuarter hingga endapan masa kini. Selain itu, data sebaran seismisitas menunjukkan adanya zona kegempaan dangkal yang berada pada area di sekitar kelurusan yang dipetakan. Kedua indikator ini menunjukkan bahwa sesar-sesar yang teridentifikasi dalam penelitian ini bisa dikategorikan sebagai sesar aktif. Hasil dari penelitian ini memberikan pemahaman baru mengenai geometri sesar aktif yang ada di Pulau Bali dan potensi kegempaan di masa yang akan datang yang memberikan kontribusi terhadap upaya mitigasi bencana gempa bumi di Pulau Bali. Bali and its surrounding region are located within proximity of the Sunda-Banda subduction zone making it prone to earthquake hazards. The structures that caused earthquakes in Bali are mainly from the front subduction faults and from the back-arc thrust fault known as the Flores Fault. In addition, earthquakes are frequently occur in the inland fault system. This study aims to map the inland active faults in Bali using a combination of remotely-based and field-mapping methods. We use the 8-m resolution digital elevation model (DEM) of DEMNAS and the 0.5 m resolution DEM from photogrammetry processing of aerial photo as our base maps. Our lineament analysis identifies northwest-southeast and northeast-southwest lineaments. Our field observation confirms these lineaments to be associated with strike-slip, oblique and normal faults. These faults dissect Quarternary to recent rock units. In addition, seismicity data indicate the occurrence of shallow earthquakes in the vicinity of these structures. All of these indicate that these structures are active. Results from this study provide a new understanding of the inland active fault geometry in Bali, useful in the seismic hazard analysis and may contribute to the earthquake mitigation efforts in Bali. ","PeriodicalId":55710,"journal":{"name":"Majalah Geografi Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47346248","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Dimas Aryo Wibowo, Puguh Dwi Raharjo, Eko Puswanto, Sueno Winduhutomo, Mohammad Al Afif, Sugeng Purwo Saputro
Identifikasi pencemaran airtanah pada limbah cair penyamakan kulit dapat dilakukan dengan metode geolistrik karena limbah cair industri penyamakan kulit mengandung unsur logam berat krom yang berpengaruh terhadap nilai Daya Hantar Listrik (DHL) dan nilai tahanan jenis airtanah. Penelitian ini dilakukan di sebagian Desa Sitimulyo, Piyungan, Bantul. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah 1) memetakan pencemaran airtanah oleh limbah cair industri penyamakan kulit berdasarkan persebaran nilai DHL dan 2) mengidentifikasi pencemaran airtanah oleh limbah cair di sekitar kawasan industri penyamakan kulit berdasarkan nilai tahanan jenis. Metode penelitian ini menggunakan pengukuran tinggi muka airtanah dan DHL sebanyak 36 titik sumur, pendugaan geolistrik metode Electrical Resistivity Tomography (ERT) sebanyak 3 lintasan dengan kedalaman sebesar 11,8 m-15,9m serta uji kandungan krom pada air limbah cair dan airtanah sebanyak 10 sampel air. Uji kandungan krom pada air limbah cair dan airtanah digunakan sebagai validasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi pencemaran airtanah bebas di sekitar kawasan industri penyamakan kulit dan disekitar saluran drainase yang tidak kedap air. Hal ini dikarenakan nilai DHL airtanah sebesar >900 µmhos/cm, nilai tahanan jenis airtanah <10 Ωmeter, dan kandungan krom pada sampe air >0,05mg/L. Pencemaran airtana di titik geolistrik 1 (G1) teridentifikasi pada kedalaman 5 meter dengan nilai tahanan jenis antara 3,30-9,16 Ωmeter. Hal ini dikonfirmasi dengan nilai DHL pada sumur terdekat G1 memiliki nilai DHL sebesar 1613 µmhos/cm. Pada titik geolistrik 2 (G2), pencemaran airtanah teridentifikasi pada kedalaman 7 meter dengan nilai tahanan jenis 3,05-7,81 Ωmeter. Nilai DHL sumur terdekat dengan titik G2 adalah sebesar 1516 µmhos/cm. Selanjutnya di titik geolistrik 3 (G3), pencemaran airtanah teridentifikasi pada kedalaman 3,73 meter dengan nilai tahanan jenis 1,33-8,61 Ωmeter dengan nilai DHL sumur terdekat 1144 µmhos/cm. Identification of groundwater contamination in leather tanning liquid waste can be carried out by using the geoelectric method because the tannery industrial liquid waste contains heavy metal elements chromium which affect the value of electrical conductivity (DHL) and the value of groundwater resistivity. This research was conducted in a part of Sitimulyo Village, Piyungan, Bantul. Therefore, the objectives of this study are 1) to map the groundwater pollution by the tannery industrial liquid waste based on the distribution of the value of DHL and 2) to identify groundwater contamination by liquid waste around the tannery industrial area based on the resistivity value. This research method uses groundwater level measurements and DHL as many as 36 well points, geoelectric estimation of the Electrical Resistivity Tomography (ERT) method for 3 passes with a depth of 11.8 m-15.9m and a test of the chromium content in liquid wastewater and groundwater as much as 10 water sample. The chro
{"title":"Identifikasi Pencemaran Airtanah Bebas Menggunakan Geolistrik di Lokasi Sekitar Industri Penyamakan Kulit","authors":"Dimas Aryo Wibowo, Puguh Dwi Raharjo, Eko Puswanto, Sueno Winduhutomo, Mohammad Al Afif, Sugeng Purwo Saputro","doi":"10.22146/MGI.61106","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/MGI.61106","url":null,"abstract":"Identifikasi pencemaran airtanah pada limbah cair penyamakan kulit dapat dilakukan dengan metode geolistrik karena limbah cair industri penyamakan kulit mengandung unsur logam berat krom yang berpengaruh terhadap nilai Daya Hantar Listrik (DHL) dan nilai tahanan jenis airtanah. Penelitian ini dilakukan di sebagian Desa Sitimulyo, Piyungan, Bantul. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah 1) memetakan pencemaran airtanah oleh limbah cair industri penyamakan kulit berdasarkan persebaran nilai DHL dan 2) mengidentifikasi pencemaran airtanah oleh limbah cair di sekitar kawasan industri penyamakan kulit berdasarkan nilai tahanan jenis. Metode penelitian ini menggunakan pengukuran tinggi muka airtanah dan DHL sebanyak 36 titik sumur, pendugaan geolistrik metode Electrical Resistivity Tomography (ERT) sebanyak 3 lintasan dengan kedalaman sebesar 11,8 m-15,9m serta uji kandungan krom pada air limbah cair dan airtanah sebanyak 10 sampel air. Uji kandungan krom pada air limbah cair dan airtanah digunakan sebagai validasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi pencemaran airtanah bebas di sekitar kawasan industri penyamakan kulit dan disekitar saluran drainase yang tidak kedap air. Hal ini dikarenakan nilai DHL airtanah sebesar >900 µmhos/cm, nilai tahanan jenis airtanah <10 Ωmeter, dan kandungan krom pada sampe air >0,05mg/L. Pencemaran airtana di titik geolistrik 1 (G1) teridentifikasi pada kedalaman 5 meter dengan nilai tahanan jenis antara 3,30-9,16 Ωmeter. Hal ini dikonfirmasi dengan nilai DHL pada sumur terdekat G1 memiliki nilai DHL sebesar 1613 µmhos/cm. Pada titik geolistrik 2 (G2), pencemaran airtanah teridentifikasi pada kedalaman 7 meter dengan nilai tahanan jenis 3,05-7,81 Ωmeter. Nilai DHL sumur terdekat dengan titik G2 adalah sebesar 1516 µmhos/cm. Selanjutnya di titik geolistrik 3 (G3), pencemaran airtanah teridentifikasi pada kedalaman 3,73 meter dengan nilai tahanan jenis 1,33-8,61 Ωmeter dengan nilai DHL sumur terdekat 1144 µmhos/cm. Identification of groundwater contamination in leather tanning liquid waste can be carried out by using the geoelectric method because the tannery industrial liquid waste contains heavy metal elements chromium which affect the value of electrical conductivity (DHL) and the value of groundwater resistivity. This research was conducted in a part of Sitimulyo Village, Piyungan, Bantul. Therefore, the objectives of this study are 1) to map the groundwater pollution by the tannery industrial liquid waste based on the distribution of the value of DHL and 2) to identify groundwater contamination by liquid waste around the tannery industrial area based on the resistivity value. This research method uses groundwater level measurements and DHL as many as 36 well points, geoelectric estimation of the Electrical Resistivity Tomography (ERT) method for 3 passes with a depth of 11.8 m-15.9m and a test of the chromium content in liquid wastewater and groundwater as much as 10 water sample. The chro","PeriodicalId":55710,"journal":{"name":"Majalah Geografi Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42805465","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}