Abstrak. Indonesia telah menjadi salah satu negara transit pengungsi sejak abad ke-20. Namun, hanya beberapa sarjana yang mempelajari dinamikanya. Kajian ini bertujuan untuk menjelaskan dinamika pengungsi internasional di Indonesia dari tahun 1978 hingga 2022 dengan menggunakan pendekatan geografi sejarah dan desktop research. Studi ini menemukan bahwa pengungsi yang masuk ke Indonesia pada masa Orde Baru dan masa Transisi mayoritas berasal dari Asia Tenggara. Krisis besar yang terjadi pada masa itu antara lain krisis manusia perahu, krisis pengungsi Kamboja, pengusiran warga Timor Timur, dan krisis pengungsi MENA. Pada era reformasi hingga saat ini, jumlah pengungsi dan sebaran negara asal semakin meningkat dengan krisis utama adalah krisis laut Andaman dan krisis Rohingya. Faktor-faktor yang mendasari para pengungsi internasional memilih Indonesia sebagai negara suaka adalah kedekatan geografis, konflik regional, kedekatan sosial, sejarah, dan budaya, serta kebijakan anti pengungsi dari negara penerima. Sementara itu, kebijakan internal terkait pengungsi antar pemerintahan tidak terlalu berpengaruh pada dinamika pengungsi sebab indonesia konstan pada posisinya sebagai non penerima pengungsi. Abstract. Since the twentieth century, Indonesia has been a refugee transit country. However, only a few academics have investigated its dynamics. This study uses historical geography and desktop research methods to explain the dynamics of international refugees in Indonesia from 1978 to 2022. According to this study, most refugees who arrived in Indonesia during the New Order era and the crisis transition period were from Southeast Asia. The boat people crisis, the Cambodian refugee crisis, the East Timorese refugees, and the MENA refugee crisis were all major crises at the time. The number of refugees and the distribution of countries of origin have increased during the reform era, with the main crises being the Andaman Sea and the Syrian refugee crises. Geographic proximity, regional conflicts, social, historical, and cultural proximity, as well as the receiving country's anti-refugee policies, all contribute to international refugees choosing Indonesia as a country of asylum. Meanwhile, internal refugee policies have little impact on the dynamics of refugees because Indonesia continues to be a non-recipient of refugees.
{"title":"Come to be stranded: the dynamics of refugee influx in three Indonesian government regimes","authors":"Bagas Aditya, Agus Joko Pitoyo","doi":"10.22146/mgi.81436","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/mgi.81436","url":null,"abstract":"Abstrak. Indonesia telah menjadi salah satu negara transit pengungsi sejak abad ke-20. Namun, hanya beberapa sarjana yang mempelajari dinamikanya. Kajian ini bertujuan untuk menjelaskan dinamika pengungsi internasional di Indonesia dari tahun 1978 hingga 2022 dengan menggunakan pendekatan geografi sejarah dan desktop research. Studi ini menemukan bahwa pengungsi yang masuk ke Indonesia pada masa Orde Baru dan masa Transisi mayoritas berasal dari Asia Tenggara. Krisis besar yang terjadi pada masa itu antara lain krisis manusia perahu, krisis pengungsi Kamboja, pengusiran warga Timor Timur, dan krisis pengungsi MENA. Pada era reformasi hingga saat ini, jumlah pengungsi dan sebaran negara asal semakin meningkat dengan krisis utama adalah krisis laut Andaman dan krisis Rohingya. Faktor-faktor yang mendasari para pengungsi internasional memilih Indonesia sebagai negara suaka adalah kedekatan geografis, konflik regional, kedekatan sosial, sejarah, dan budaya, serta kebijakan anti pengungsi dari negara penerima. Sementara itu, kebijakan internal terkait pengungsi antar pemerintahan tidak terlalu berpengaruh pada dinamika pengungsi sebab indonesia konstan pada posisinya sebagai non penerima pengungsi. Abstract. Since the twentieth century, Indonesia has been a refugee transit country. However, only a few academics have investigated its dynamics. This study uses historical geography and desktop research methods to explain the dynamics of international refugees in Indonesia from 1978 to 2022. According to this study, most refugees who arrived in Indonesia during the New Order era and the crisis transition period were from Southeast Asia. The boat people crisis, the Cambodian refugee crisis, the East Timorese refugees, and the MENA refugee crisis were all major crises at the time. The number of refugees and the distribution of countries of origin have increased during the reform era, with the main crises being the Andaman Sea and the Syrian refugee crises. Geographic proximity, regional conflicts, social, historical, and cultural proximity, as well as the receiving country's anti-refugee policies, all contribute to international refugees choosing Indonesia as a country of asylum. Meanwhile, internal refugee policies have little impact on the dynamics of refugees because Indonesia continues to be a non-recipient of refugees.","PeriodicalId":55710,"journal":{"name":"Majalah Geografi Indonesia","volume":"44 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135887072","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Novian Andri Akhirianto, Sri Rum Giyarsih, Djati Mardiatno
Abstrak Wilayah pesisir Kabupaten Cilacap memiliki potensi ancaman tsunami yang dapat terjadi setiap saat, sehingga masyarakat yang tinggal di dalamnya dituntut memiliki kesiapsiagaan yang baik. Adanya intervensi program “Desa Tangguh Bencana” (Destana), tidak serta-merta menjamin kesiapsiagaan masyarakat selalu dalam kondisi baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat kesiapsiagaan masyarakat Destana tsunami, menggunakan empat parameter kesiapsiagaan masyarakat (pengetahuan risiko bencana, rencana tanggap darurat, sistem peringatan bencana, dan mobilisasi sumberdaya). Penelitian ini dilakukan dengan metode survei menggunakan kuesioner, terhadap 100 responden rumah tangga yang ada di 8 desa yang sudah ditetapkan menjadi Destana di Kabupaten Cilacap. Analisis data dilakukan dengan analisis indeks untuk mengetahui tingkat kesiapsiagaan masyarakat terhadap ancaman tsunami. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kesiapsiagaan masyarakat Destana tsunami di Kabupaten Cilacap berada pada kategori hampir siap, dengan indeks kesiapsiagaan masyarakat 55. Adanya intervensi program Destana belum mampu menjadikan tingkat kesiapsiagaan masyarakat terhadap ancaman tsunami pada level siap ataupun sangat siap. Hal tersebut disebabkan karena keempat parameter kesiapsiagan belum optimal, dimana mobilisasi sumberdaya menjadi parameter yang paling belum optimal. Dukungan dari berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap ancaman tsunami di Kabupaten Cilacap. Abstract The coastal area of Cilacap Regency has the potential for a tsunami hazard that can occur at any time, so that the community who live in it are required to have good preparedness. The program intervention of Disaster Resilient Village (Destana) does not necessarily guarantee that community preparedness is always in good condition. This research aims to assess the level of preparedness of the tsunami village community, using four parameters of community preparedness (disaster risk knowledge, emergency response plans, disaster warning systems, and resource mobilization). This research was conducted using a survey method using a questionnaire, to 100 household respondents in 8 villages that had been designated as the Destana. Data analysis was carried out using index analysis to determine the level of community preparedness against the threat of a tsunami. The results showed that the community preparedness level of the Destana tsunami was in the almost ready category, with a community preparedness index of 55. The four parameters of preparedness are not optimal, with resource mobilization being the least optimal parameter. Support from various parties is urgently needed to increase community preparedness against the tsunami hazard in Cilacap Regency.
{"title":"Kesiapsiagaan masyarakat desa tangguh bencana terhadap ancaman tsunami di Kabupaten Cilacap","authors":"Novian Andri Akhirianto, Sri Rum Giyarsih, Djati Mardiatno","doi":"10.22146/mgi.82871","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/mgi.82871","url":null,"abstract":"Abstrak Wilayah pesisir Kabupaten Cilacap memiliki potensi ancaman tsunami yang dapat terjadi setiap saat, sehingga masyarakat yang tinggal di dalamnya dituntut memiliki kesiapsiagaan yang baik. Adanya intervensi program “Desa Tangguh Bencana” (Destana), tidak serta-merta menjamin kesiapsiagaan masyarakat selalu dalam kondisi baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat kesiapsiagaan masyarakat Destana tsunami, menggunakan empat parameter kesiapsiagaan masyarakat (pengetahuan risiko bencana, rencana tanggap darurat, sistem peringatan bencana, dan mobilisasi sumberdaya). Penelitian ini dilakukan dengan metode survei menggunakan kuesioner, terhadap 100 responden rumah tangga yang ada di 8 desa yang sudah ditetapkan menjadi Destana di Kabupaten Cilacap. Analisis data dilakukan dengan analisis indeks untuk mengetahui tingkat kesiapsiagaan masyarakat terhadap ancaman tsunami. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kesiapsiagaan masyarakat Destana tsunami di Kabupaten Cilacap berada pada kategori hampir siap, dengan indeks kesiapsiagaan masyarakat 55. Adanya intervensi program Destana belum mampu menjadikan tingkat kesiapsiagaan masyarakat terhadap ancaman tsunami pada level siap ataupun sangat siap. Hal tersebut disebabkan karena keempat parameter kesiapsiagan belum optimal, dimana mobilisasi sumberdaya menjadi parameter yang paling belum optimal. Dukungan dari berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap ancaman tsunami di Kabupaten Cilacap. Abstract The coastal area of Cilacap Regency has the potential for a tsunami hazard that can occur at any time, so that the community who live in it are required to have good preparedness. The program intervention of Disaster Resilient Village (Destana) does not necessarily guarantee that community preparedness is always in good condition. This research aims to assess the level of preparedness of the tsunami village community, using four parameters of community preparedness (disaster risk knowledge, emergency response plans, disaster warning systems, and resource mobilization). This research was conducted using a survey method using a questionnaire, to 100 household respondents in 8 villages that had been designated as the Destana. Data analysis was carried out using index analysis to determine the level of community preparedness against the threat of a tsunami. The results showed that the community preparedness level of the Destana tsunami was in the almost ready category, with a community preparedness index of 55. The four parameters of preparedness are not optimal, with resource mobilization being the least optimal parameter. Support from various parties is urgently needed to increase community preparedness against the tsunami hazard in Cilacap Regency.","PeriodicalId":55710,"journal":{"name":"Majalah Geografi Indonesia","volume":"34 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135887078","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Prima Widayani, Huwaida Nur Salsabila, Agatha Andriantari
Perubahan penutup dan penggunaan lahan di suatu wilayah adalah sebuah keniscayaan, konsisi ini juga terjadi di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada dasarnya penutup penggunaan lahan merupakan bagian dari ekosistem yang bisa dihitung nilai jasa ekosistemnya. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan penutup dan penggunaan lahan dan menganalisi dampak perubahan penututup penggunaan lahan terhadap nilai jasa ekosistem di Kabupaten Sleman pada tahun 1991, 2001, 2013 dan 2022. Data utama yang digunakan adalah Citra Satelit Landsat 5 tahun 1991, Landsat 7 tahun 2001, Landsat 8 tahun 2013 dan Landsat 9 tahun 2022. Klasifikasi multispektral supervised dengan algoritma maksimum likelihood digunakan untuk mendapatkan data penutup dan penggunaan lahan. Berdasarkan hasil klasifikasi penutup dan penggunaan lahan selama kurun waktu 31 tahun, lahan terbangun memiliki nilai landuse dynamic index (K) paling tinggi yaitu 4,5%. Penutup lahan yang paling stabil hanya sedikit mengalami perubahan adalah tubuh air dan lahan pertanian. Perubahan penutup dan penggunaan lahan memiliki dampak terhadap nilai jasa ekosistem dengan nilai elastisitas sebesar 0,4% dari tahun 1991-2022.
{"title":"Dampak Perubahan Penutup dan Penggunaan Lahan Terhadap Nilai Jasa Ekosistem di Kabupaten Sleman","authors":"Prima Widayani, Huwaida Nur Salsabila, Agatha Andriantari","doi":"10.22146/mgi.78192","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/mgi.78192","url":null,"abstract":"Perubahan penutup dan penggunaan lahan di suatu wilayah adalah sebuah keniscayaan, konsisi ini juga terjadi di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada dasarnya penutup penggunaan lahan merupakan bagian dari ekosistem yang bisa dihitung nilai jasa ekosistemnya. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan penutup dan penggunaan lahan dan menganalisi dampak perubahan penututup penggunaan lahan terhadap nilai jasa ekosistem di Kabupaten Sleman pada tahun 1991, 2001, 2013 dan 2022. Data utama yang digunakan adalah Citra Satelit Landsat 5 tahun 1991, Landsat 7 tahun 2001, Landsat 8 tahun 2013 dan Landsat 9 tahun 2022. Klasifikasi multispektral supervised dengan algoritma maksimum likelihood digunakan untuk mendapatkan data penutup dan penggunaan lahan. Berdasarkan hasil klasifikasi penutup dan penggunaan lahan selama kurun waktu 31 tahun, lahan terbangun memiliki nilai landuse dynamic index (K) paling tinggi yaitu 4,5%. Penutup lahan yang paling stabil hanya sedikit mengalami perubahan adalah tubuh air dan lahan pertanian. Perubahan penutup dan penggunaan lahan memiliki dampak terhadap nilai jasa ekosistem dengan nilai elastisitas sebesar 0,4% dari tahun 1991-2022.","PeriodicalId":55710,"journal":{"name":"Majalah Geografi Indonesia","volume":"26 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135887079","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Konversi lahan menjadi permukiman di Kapanewon Depok terjadi secara intensif sehingga memicu terjadinya penurunan kualitas lingkungan permukiman. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis dampak perubahan penggunaan lahan terhadap kualitas lingkungan permukiman. Parameter kualitas lingkungan permukiman dan penggunaan lahan didapatkan melalui interpretasi citra Quickbird. Uji ketelitian hasil interpretasi menggunakan metode confusion matrix. Penilaian kualitas lingkungan permukiman menggunakan metode scoring. Uji t-test digunakan untuk melihat dampak dari perubahan penggunaan lahan terhadap kualitas lingkungan permukiman. Hasil menunjukkan perubahan penggunaan lahan sawah dan semak belukar menjadi permukiman sangat tinggi selama periode 2010 - 2020 .Kualitas lingkungan permukiman pada tahun 2020 di dominasi kelas buruk dengan pola mengelompok. Permukiman yang berada di sepanjang sungai dengan tumpukan sampah menjadi lingkungan permukiman paling buruk. Lingkungan permukiman kelas buruk meningkat lebih dari 500% selama periode ini. Urbanisasi dan kawasan pendidikan menjadi pemicu konversi lahan menjadi area permukiman yang berdampak pada menurunnya kualitas lingkungan permukiman.
{"title":"Analisis dampak perubahan penggunaan lahan terhadap kualitas lingkungan permukiman di Kapanewon Depok","authors":"Amalia Rahmawati, Nursida Arif","doi":"10.22146/mgi.78240","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/mgi.78240","url":null,"abstract":"Konversi lahan menjadi permukiman di Kapanewon Depok terjadi secara intensif sehingga memicu terjadinya penurunan kualitas lingkungan permukiman. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis dampak perubahan penggunaan lahan terhadap kualitas lingkungan permukiman. Parameter kualitas lingkungan permukiman dan penggunaan lahan didapatkan melalui interpretasi citra Quickbird. Uji ketelitian hasil interpretasi menggunakan metode confusion matrix. Penilaian kualitas lingkungan permukiman menggunakan metode scoring. Uji t-test digunakan untuk melihat dampak dari perubahan penggunaan lahan terhadap kualitas lingkungan permukiman. Hasil menunjukkan perubahan penggunaan lahan sawah dan semak belukar menjadi permukiman sangat tinggi selama periode 2010 - 2020 .Kualitas lingkungan permukiman pada tahun 2020 di dominasi kelas buruk dengan pola mengelompok. Permukiman yang berada di sepanjang sungai dengan tumpukan sampah menjadi lingkungan permukiman paling buruk. Lingkungan permukiman kelas buruk meningkat lebih dari 500% selama periode ini. Urbanisasi dan kawasan pendidikan menjadi pemicu konversi lahan menjadi area permukiman yang berdampak pada menurunnya kualitas lingkungan permukiman.","PeriodicalId":55710,"journal":{"name":"Majalah Geografi Indonesia","volume":"8 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135887073","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Munawaroh Munawaroh, Pramaditya Wicaksono, AW Rudiastuti
Abstrak Peta batimetri perairan dangkal dapat membantu pengelolaan, pemantauan, dan perlindungan bagi ekosistem di dalamnya. Namun, ketersediaan peta batimetri di wilayah perairan dangkal di Indonesia masih terbatas. Untuk itu, diperlukan sebuah metode pemetaan cepat estimasi batimetri di perairan dangkal di Indonesia. Penelitian ini mencoba mengaplikasikan metode otomatisasi pemetaan batimetri perairan dangkal di Tanjung Kelayang menggunakan band biru dan hijau dari mosaik clean-coastal-water citra Sentinel-2, klorofil-a dari aqua-MODIS pada platform Google Earth Engine (GEE). Tujuan dari penelitian ini adalah menguji keandalan metode pemetaan cepat batimetri dengan menggunakan data mosaik citra satelit Sentinel-2, klorofil-a dan algoritma band-ratio pada platform GEE di wilayah penelitian. Hasil penelitian menunjukkan model SDB (Satellite Derived Bathymetry) memiliki R2 sebesar 0,62, mean absolute erorr (MAE) sebesar 1,77 meter dan RMSE sebesar 2,02 meter dengan estimasi nilai kedalaman optimum 5 meter dan maksimum 10 mter. Dengan demikian, model SDB yang dihasilkan dapat diandalkan sebagai alternatif untuk pemetaan cepat batimetri di perairan dangkal, meskipun harus berkompromi dengan akurasi peta batimetri yang dihasilkan. Abstract Bathymetric maps of shallow waters can aid in managing, monitoring, and protecting ecosystems within them. However, the availability of bathymetric maps for shallow water regions in Indonesia still needs to be improved. Therefore, a method of rapid mapping for bathymetry in shallow waters in Indonesia is needed. This study attempts to apply an automated method for mapping shallow water bathymetry in Tanjung Kelayang using the blue and green bands of the clean-coastal-water mosaic of Sentinel-2 images, chlorophyll-a data from aqua-MODIS, and the Google Earth Engine (GEE) platform. This research aims to test the reliability of the rapid bathymetry mapping method using Sentinel-2 image mosaics, chlorophyll-a data, and band-ratio algorithms on the GEE platform in the study area. The results of the study show that the Satellite Derived Bathymetry (SDB) model has an R2 value of 0,62, a mean absolute error (MAE) of 1,77 meters, and a root mean square error (RMSE) of 2,02 meters, with an estimated optimal depth value of 5 meters and a maximum depth value of 10 meters. Thus, the generated SDB model can be considered a reliable alternative for rapid bathymetry mapping in shallow waters, although it may compromise the accuracy of the resulting bathymetric maps.
浅水的抽象地图可以帮助管理、监控和保护其生态系统。然而,印尼浅水区的利比亚地图仍然有限。为此,需要一种快速测绘印尼浅水区评估评估的方法。这项研究试图将丹戎克帕杨浅水水质测绘法应用于谷歌地球引擎(GEE)平台上的blue和green马赛克图像哨兵2、aqui - wave的氯氮a进行应用。本研究的目的是利用研究区域GEE平台上的gyj -2、氯仿-a和band-ratio算法测试应用程序“快速测绘法”的可靠性。研究结果显示,SDB模型的R2为0.62,平均为1.77米,RMSE为2.02米,最佳深度估计为5米,最大为10米。因此,生成的SDB模型可以可靠地替代浅水区的快速巴蒂测量,尽管它必须与由此产生的巴蒂测量地图的准确性相矛盾。我们知道我们的系统是安全的。在印度尼西亚的低水位地区,基地组织的高层建筑仍然需要腐烂。例如,在印尼的浅水中,一种快速发展的牛奶混合物是必要的。这项研究表明,这些研究应用了丹戎克拉帕火山中自体水基的方法,使用蓝色和绿色的前哨水岩层,采用蓝色和绿色的前哨水岩层,采用aqui -谦虚的叶绿体数据,以及谷歌地球引擎(GEE)平台。这项研究旨在测试研究区域内的gi -2图像、氯仿数据和带平算法。《卫星results of The study秀那Derived Bathymetry (SDB)有一个模型R2 0,62之价值,a的意思是“绝对错误(MAE) root of 1.77米,and a)广场的误差(RMSE)均值2.02米,5米的深度价值的最佳an estimated和a最大10米的深度价值。因此,生成的SDB模型可能会被认为是一种可替代的可再生水材料,尽管它可能比较了再生壁垒面积的计算。
{"title":"Pemetaan cepat batimetri perairan dangkal menggunakan citra Sentinel-2 dan Google Earth Engine di Perairan Tanjung Kelayang – Pulau Belitung","authors":"Munawaroh Munawaroh, Pramaditya Wicaksono, AW Rudiastuti","doi":"10.22146/mgi.80414","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/mgi.80414","url":null,"abstract":"Abstrak Peta batimetri perairan dangkal dapat membantu pengelolaan, pemantauan, dan perlindungan bagi ekosistem di dalamnya. Namun, ketersediaan peta batimetri di wilayah perairan dangkal di Indonesia masih terbatas. Untuk itu, diperlukan sebuah metode pemetaan cepat estimasi batimetri di perairan dangkal di Indonesia. Penelitian ini mencoba mengaplikasikan metode otomatisasi pemetaan batimetri perairan dangkal di Tanjung Kelayang menggunakan band biru dan hijau dari mosaik clean-coastal-water citra Sentinel-2, klorofil-a dari aqua-MODIS pada platform Google Earth Engine (GEE). Tujuan dari penelitian ini adalah menguji keandalan metode pemetaan cepat batimetri dengan menggunakan data mosaik citra satelit Sentinel-2, klorofil-a dan algoritma band-ratio pada platform GEE di wilayah penelitian. Hasil penelitian menunjukkan model SDB (Satellite Derived Bathymetry) memiliki R2 sebesar 0,62, mean absolute erorr (MAE) sebesar 1,77 meter dan RMSE sebesar 2,02 meter dengan estimasi nilai kedalaman optimum 5 meter dan maksimum 10 mter. Dengan demikian, model SDB yang dihasilkan dapat diandalkan sebagai alternatif untuk pemetaan cepat batimetri di perairan dangkal, meskipun harus berkompromi dengan akurasi peta batimetri yang dihasilkan. Abstract Bathymetric maps of shallow waters can aid in managing, monitoring, and protecting ecosystems within them. However, the availability of bathymetric maps for shallow water regions in Indonesia still needs to be improved. Therefore, a method of rapid mapping for bathymetry in shallow waters in Indonesia is needed. This study attempts to apply an automated method for mapping shallow water bathymetry in Tanjung Kelayang using the blue and green bands of the clean-coastal-water mosaic of Sentinel-2 images, chlorophyll-a data from aqua-MODIS, and the Google Earth Engine (GEE) platform. This research aims to test the reliability of the rapid bathymetry mapping method using Sentinel-2 image mosaics, chlorophyll-a data, and band-ratio algorithms on the GEE platform in the study area. The results of the study show that the Satellite Derived Bathymetry (SDB) model has an R2 value of 0,62, a mean absolute error (MAE) of 1,77 meters, and a root mean square error (RMSE) of 2,02 meters, with an estimated optimal depth value of 5 meters and a maximum depth value of 10 meters. Thus, the generated SDB model can be considered a reliable alternative for rapid bathymetry mapping in shallow waters, although it may compromise the accuracy of the resulting bathymetric maps.","PeriodicalId":55710,"journal":{"name":"Majalah Geografi Indonesia","volume":"13 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135887076","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Alia Fajarwati, Sukamdi Sukamdi, Dyah Rahmawati Hizbaron, Umi Listyaningsih, Pinta Rachmadani
Abstrak Pemenuhan kebutuhan air masyarakat Dusun Gunung Butak yang termasuk dalam kawasan Karst Gunungsewu merupakan tantangan, terlebih untuk Perempuan Kepala Keluarga (Pekka). Tujuan penelitian : 1) mengidentifikasi sumber air bersih di Dusun Gunung Butak untuk memenuhi kebutuhan selama setahun, 2) menganalisa upaya pemenuhan kebutuhan air oleh Pekka menggunakan perspektif Time Geography. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Indepth interview dengan Pekka dan key persons dengan alat penelitian kalender musim dan panduan/protokol wawancara dilakukan untuk menggali informasi. Pemetaan juga dilakukan dengan menggunakan software GIS. Data divalidasi dengan strategi validasi dalam penelitian kualitatif dan dianalisa menggunakan metode analisa fenomenologis terstruktur. Pada tujuan 2 digunakan analisa dari perspektif Time Geography dan analisa spasial. Hasil penelitian menunjukkan terjadi perubahan sumber air yang digunakan di dusun ini. Berdasarkan analisa Time Geography, adanya pipa PDAM di dusun ini menghemat waktu, memperpendek jalur individu, dan mengurangi kendala mobilitas Pekka dalam memenuhi kebutuhan air terutama saat kemarau. Abstract Meeting the water needs of the community in Gunung Butak Hamlet which is located in the Gunungsewu Karst area is a challenge, especially for Women Headed Household (WHH). The aims of the study are : 1) to identify sources of clean water in Gunung Butak Hamlet to meet one year's needs, and 2) to analyze the fulfillment efforts of water needs by WHH using Time Geography perspective. This research is a qualitative research with a phenomenological approach. Indepth interviews with WHH and key persons using seasonal calendar research tools and interview guidelines/protocols were conducted to gather information. Mapping was also done using GIS software. The data was validated using a validation strategy in qualitative research and analyzed using a structured phenomenological analysis method. Analysis from the perspective of Time Geography and spatial analysis was implemented in the second aim of this research. The results showed that there was a change in the source of water used in this hamlet. Based on Time Geography analysis, the presence of PDAM pipes in this hamlet saves time, shortens Pekka's individual paths and reducing their mobility constraint in fulfilling water needs, especially during the dry season.
{"title":"Perspektif Time Geography terhadap Upaya Pemenuhan Kebutuhan Air Perempuan Kepala Keluarga Dusun Gunung Butak, Gunungkidul","authors":"Alia Fajarwati, Sukamdi Sukamdi, Dyah Rahmawati Hizbaron, Umi Listyaningsih, Pinta Rachmadani","doi":"10.22146/mgi.79090","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/mgi.79090","url":null,"abstract":"Abstrak Pemenuhan kebutuhan air masyarakat Dusun Gunung Butak yang termasuk dalam kawasan Karst Gunungsewu merupakan tantangan, terlebih untuk Perempuan Kepala Keluarga (Pekka). Tujuan penelitian : 1) mengidentifikasi sumber air bersih di Dusun Gunung Butak untuk memenuhi kebutuhan selama setahun, 2) menganalisa upaya pemenuhan kebutuhan air oleh Pekka menggunakan perspektif Time Geography. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Indepth interview dengan Pekka dan key persons dengan alat penelitian kalender musim dan panduan/protokol wawancara dilakukan untuk menggali informasi. Pemetaan juga dilakukan dengan menggunakan software GIS. Data divalidasi dengan strategi validasi dalam penelitian kualitatif dan dianalisa menggunakan metode analisa fenomenologis terstruktur. Pada tujuan 2 digunakan analisa dari perspektif Time Geography dan analisa spasial. Hasil penelitian menunjukkan terjadi perubahan sumber air yang digunakan di dusun ini. Berdasarkan analisa Time Geography, adanya pipa PDAM di dusun ini menghemat waktu, memperpendek jalur individu, dan mengurangi kendala mobilitas Pekka dalam memenuhi kebutuhan air terutama saat kemarau. Abstract Meeting the water needs of the community in Gunung Butak Hamlet which is located in the Gunungsewu Karst area is a challenge, especially for Women Headed Household (WHH). The aims of the study are : 1) to identify sources of clean water in Gunung Butak Hamlet to meet one year's needs, and 2) to analyze the fulfillment efforts of water needs by WHH using Time Geography perspective. This research is a qualitative research with a phenomenological approach. Indepth interviews with WHH and key persons using seasonal calendar research tools and interview guidelines/protocols were conducted to gather information. Mapping was also done using GIS software. The data was validated using a validation strategy in qualitative research and analyzed using a structured phenomenological analysis method. Analysis from the perspective of Time Geography and spatial analysis was implemented in the second aim of this research. The results showed that there was a change in the source of water used in this hamlet. Based on Time Geography analysis, the presence of PDAM pipes in this hamlet saves time, shortens Pekka's individual paths and reducing their mobility constraint in fulfilling water needs, especially during the dry season.","PeriodicalId":55710,"journal":{"name":"Majalah Geografi Indonesia","volume":"16 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135887071","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak. Artikel ini bertujuan mengidentifikasi beberapa faktor yang diperkirakan menentukan kesenjangan kemiskinan desa-kota di Indonesia. Data antar-provinsi tahun 2000-2020 dianalisis dengan teknik regresi data panel. Kesenjangan kemiskinan desa-kota (variabel dependen) diukur dengan dua cara, yakni selisih dan rasio angka kemiskinan desa-kota. Variabel-variabel independen yang dianalisis adalah produk domestik regional bruto per kapita, produktivitas sektor pertanian, transformasi perdesaan, indeks kapasitas fiskal, dan rata-rata jumlah tahun bersekolah penduduk perdesaan. Kedua model itu memberikan hasil estimasi tanda parameter yang konsisten searah. Variabel independen yang secara signifikan berbanding terbalik dengan kedua variabel dependen adalah produktivitas sektor pertanian dan rata-rata jumlah tahun bersekolah penduduk perdesaan, sedangkan yang berbanding lurus adalah PDRB/Kapita dan indeks kapasitas fiskal. Dengan kata lain, dua variabel independen yang pertama itu mengurangi angka kemiskinan perdesaan sedemikian efektif sehingga mampu memperkecil kesenjangan kemiskinan desa-kota. Kebijakan pertumbuhan ekonomi dan kebijakan fiskal daerah terbukti mengurangi kemiskinan di kota lebih efektif daripada di desa, akibatnya justru berdampak memperlebar kesenjangan tersebut. Temuan lain menunjukkan bahwa transformasi perdesaan yang diukur dengan kesempatan kerja non-pertanian di perdesaan tidak cukup efektif mengurangi angka kemiskinan di pedesaan, sehingga tidak berdampak signifikan pada kesenjangan kemiskinan desa-kota. Abstract. This article analyzes some factors which might have determined rural-urban poverty gap in Indonesia. Provincial data for the years of 2000-2020 are analyzed by using panel data regression techniques. The gap between rural-urban poverty rates (dependent variable) is measured by two methods, i.e. rural-urban poverty difference and ratio. Gross regional product per capita, agriculture sector productivity, rural transformation, fiscal capacity index, and rural mean years of schooling are regressed on each of the gap measures. The two models give consistently equivalent signs of the estimated parameters. The independent variables that negatively and significantly affect the dependent variables are productivity of agriculture sector and rural mean years of schooling, whereas those that are positive and significant areGDP/Capita and fiscal capacity index. In other words, the first two independent variables decrease the rural poverty rates so effectively that they can reduce the rural-urban poverty gap. Economic growth policy and regional fiscal policy decrease poverty more effectively in urban than they do in rural areas, and hence they widen the poverty gap. Another finding shows that rural transformation that is measured by non-agriculture employment in rural areas is not so effective to reduce rural poverty, that it does not significantly effect on the poverty gap.
{"title":"Determinan kesenjangan kemiskinan desa-kota di Indonesia","authors":"Dominicus Savio Priyarsono, Miryam BLSK Wijaya, Ely Elprida Sigiro","doi":"10.22146/mgi.80932","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/mgi.80932","url":null,"abstract":"Abstrak. Artikel ini bertujuan mengidentifikasi beberapa faktor yang diperkirakan menentukan kesenjangan kemiskinan desa-kota di Indonesia. Data antar-provinsi tahun 2000-2020 dianalisis dengan teknik regresi data panel. Kesenjangan kemiskinan desa-kota (variabel dependen) diukur dengan dua cara, yakni selisih dan rasio angka kemiskinan desa-kota. Variabel-variabel independen yang dianalisis adalah produk domestik regional bruto per kapita, produktivitas sektor pertanian, transformasi perdesaan, indeks kapasitas fiskal, dan rata-rata jumlah tahun bersekolah penduduk perdesaan. Kedua model itu memberikan hasil estimasi tanda parameter yang konsisten searah. Variabel independen yang secara signifikan berbanding terbalik dengan kedua variabel dependen adalah produktivitas sektor pertanian dan rata-rata jumlah tahun bersekolah penduduk perdesaan, sedangkan yang berbanding lurus adalah PDRB/Kapita dan indeks kapasitas fiskal. Dengan kata lain, dua variabel independen yang pertama itu mengurangi angka kemiskinan perdesaan sedemikian efektif sehingga mampu memperkecil kesenjangan kemiskinan desa-kota. Kebijakan pertumbuhan ekonomi dan kebijakan fiskal daerah terbukti mengurangi kemiskinan di kota lebih efektif daripada di desa, akibatnya justru berdampak memperlebar kesenjangan tersebut. Temuan lain menunjukkan bahwa transformasi perdesaan yang diukur dengan kesempatan kerja non-pertanian di perdesaan tidak cukup efektif mengurangi angka kemiskinan di pedesaan, sehingga tidak berdampak signifikan pada kesenjangan kemiskinan desa-kota. Abstract. This article analyzes some factors which might have determined rural-urban poverty gap in Indonesia. Provincial data for the years of 2000-2020 are analyzed by using panel data regression techniques. The gap between rural-urban poverty rates (dependent variable) is measured by two methods, i.e. rural-urban poverty difference and ratio. Gross regional product per capita, agriculture sector productivity, rural transformation, fiscal capacity index, and rural mean years of schooling are regressed on each of the gap measures. The two models give consistently equivalent signs of the estimated parameters. The independent variables that negatively and significantly affect the dependent variables are productivity of agriculture sector and rural mean years of schooling, whereas those that are positive and significant areGDP/Capita and fiscal capacity index. In other words, the first two independent variables decrease the rural poverty rates so effectively that they can reduce the rural-urban poverty gap. Economic growth policy and regional fiscal policy decrease poverty more effectively in urban than they do in rural areas, and hence they widen the poverty gap. Another finding shows that rural transformation that is measured by non-agriculture employment in rural areas is not so effective to reduce rural poverty, that it does not significantly effect on the poverty gap.","PeriodicalId":55710,"journal":{"name":"Majalah Geografi Indonesia","volume":"101 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135887074","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kepulauan Paracel merupakan kumpulan fitur maritim di Laut Cina Selatan yang sampai saat ini masih disengketakan antara Negara Cina dan Negara Vietnam. Sengketa yang terjadi bukan hanya sebatas masalah kedaulatan atas kepemilikan fitur-fitur maritim, tetapi juga hak berdaulat atas zona maritimnya. Penelitian ini menyajikan dua opsi terkait simulasi delimitasi batas maritim antara Negara Cina dan Negara Vietnam. Opsi yang pertama, yaitu berdasarkan klaim yang diajukan oleh Negara Cina dengan mengacu pada Pasal 46 – 47 UNCLOS 1982. Opsi yang kedua, yaitu berdasarkan klaim yang diajukan oleh Negara Vietnam atas dasar prinsip tindakan pendudukan dengan mengacu pada putusan kasus Pulau Sipadan – Ligitan dan Pulau Palmas. Menurut UNCLOS 1982, salah satu cara yang dilakukan untuk mencapai solusi yang adil dalam delimitasi batas maritim adalah dengan menerapkan prinsip garis tengah atau sama jarak pada area yang tumpang tindih. Hasil dari penelitian ini berdampak pada penambahan dan pengurangan luas ZEE kedua negara.
{"title":"Kajian kedaulatan atas Kepulauan Paracel dan dampaknya terhadap delimitasi batas maritim antara Cina dan Vietnam di Laut Cina Selatan","authors":"Chika Laksita Dewi, I Made Andi Arsana","doi":"10.22146/mgi.78262","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/mgi.78262","url":null,"abstract":"Kepulauan Paracel merupakan kumpulan fitur maritim di Laut Cina Selatan yang sampai saat ini masih disengketakan antara Negara Cina dan Negara Vietnam. Sengketa yang terjadi bukan hanya sebatas masalah kedaulatan atas kepemilikan fitur-fitur maritim, tetapi juga hak berdaulat atas zona maritimnya. Penelitian ini menyajikan dua opsi terkait simulasi delimitasi batas maritim antara Negara Cina dan Negara Vietnam. Opsi yang pertama, yaitu berdasarkan klaim yang diajukan oleh Negara Cina dengan mengacu pada Pasal 46 – 47 UNCLOS 1982. Opsi yang kedua, yaitu berdasarkan klaim yang diajukan oleh Negara Vietnam atas dasar prinsip tindakan pendudukan dengan mengacu pada putusan kasus Pulau Sipadan – Ligitan dan Pulau Palmas. Menurut UNCLOS 1982, salah satu cara yang dilakukan untuk mencapai solusi yang adil dalam delimitasi batas maritim adalah dengan menerapkan prinsip garis tengah atau sama jarak pada area yang tumpang tindih. Hasil dari penelitian ini berdampak pada penambahan dan pengurangan luas ZEE kedua negara.","PeriodicalId":55710,"journal":{"name":"Majalah Geografi Indonesia","volume":"13 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135887077","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak: Diversifikasi pangan merupakan salah satu bentuk upaya manusia untuk menganekaragamkan ketersedian pangan. Namun, pada kenyataan tidak semua manusia mampu melakukan diversifikasi pangan, sehingga terjadilah diferensiasi pola konsumsi pangan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji diversifikasi pangan dan diferensiasi pola konsumsi pangan lokal pada rumahtangga tani, serta faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini dilakukan di Desa Bleberan Playen dengan mengambil sejumlah sampel rumahtangga tani secara random sampling. Pengumpulan data perimer dilakukan melalui wawancara dengan kepala rumahtangga tani meggunakan kusioner. Data dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan tabel frekuensi dan secara kuantitatif dengan uji statistic regresi liner berganda. Hasil penelitian menemukan, diversifikasi produksi bahan pangan maupun diversifikasi olahan bahan pangan yang dihasilkan rumahtangga tani sangat beragam dan tidak terlepas dari pengaruh faktor demografi, social, budaya maupun ekonomi. Penelitian ini juga menemukan, adanya diferensiasi pola konsumsi pangan pada rumahtangga tani, baik dlihat dari jenis, fekreuensi maupun jumlah bahan pangan yang dikonsumsi rumahtangga dalam periode waktu tertentu. Diferensiasi pola konsumsi pangan juga tidak terlepas dari pengaruh faktor social-budaya maupun ekonomi.
{"title":"DIVERSIFIKASI PANGAN DAN DIFERENSIASI POLA KONSUMSI PANGAN LOKAL RUMAHTANGGA TANI DI DESA BLEBERAN KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNGKIDUL","authors":"Sudrajat Sudrajat","doi":"10.22146/mgi.78188","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/mgi.78188","url":null,"abstract":"Abstrak: Diversifikasi pangan merupakan salah satu bentuk upaya manusia untuk menganekaragamkan ketersedian pangan. Namun, pada kenyataan tidak semua manusia mampu melakukan diversifikasi pangan, sehingga terjadilah diferensiasi pola konsumsi pangan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji diversifikasi pangan dan diferensiasi pola konsumsi pangan lokal pada rumahtangga tani, serta faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini dilakukan di Desa Bleberan Playen dengan mengambil sejumlah sampel rumahtangga tani secara random sampling. Pengumpulan data perimer dilakukan melalui wawancara dengan kepala rumahtangga tani meggunakan kusioner. Data dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan tabel frekuensi dan secara kuantitatif dengan uji statistic regresi liner berganda. Hasil penelitian menemukan, diversifikasi produksi bahan pangan maupun diversifikasi olahan bahan pangan yang dihasilkan rumahtangga tani sangat beragam dan tidak terlepas dari pengaruh faktor demografi, social, budaya maupun ekonomi. Penelitian ini juga menemukan, adanya diferensiasi pola konsumsi pangan pada rumahtangga tani, baik dlihat dari jenis, fekreuensi maupun jumlah bahan pangan yang dikonsumsi rumahtangga dalam periode waktu tertentu. Diferensiasi pola konsumsi pangan juga tidak terlepas dari pengaruh faktor social-budaya maupun ekonomi.","PeriodicalId":55710,"journal":{"name":"Majalah Geografi Indonesia","volume":"54 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135887286","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Di Desa Sumberarum, Kecamatan Tempuran, Magelang, Jawa Tengah terdapat kemunculan mata air panas. Penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik fisika-kimia dan kandungan kimiawi air tanah dengan maksud untuk menentukan model konseptual sistem akuifer di daerah penelitian berdasarkan hidrokimia. Observasi hidrogeologi dan pengambilan sampel air tanah dilakukan secara periodik per-bulan selama 6 bulan. Karakteristik fisika-kimia air panas menunjukkan nilai pH 6.7-7, nilai suhu 33.7-35.7°C, nilai TDS 1650-2000mg/l dan nilai DHL 3300-4000µS/cm. Sedangkan, sumur gali memiliki nilai pH 4.6-6, nilai suhu 27.1-29°C, nilai TDS 90-295mg/l dan nilai DHL 180-590µS/cm. Tipe air tanah pada area penelitian terbagi menjadi 3 yaitu Tipe Na-Cl, Tipe Ca-HCO3 dan Tipe Ca-HCO3-Cl. Secara umum, kandungan hidrokimia pada mata air panas relatif konstan dibanding sumur gali. Berdasarkan hasil diatas, diketahui sistem akuifer pada area penelitian terbagi menjadi sistem akuifer dangkal (sumur gali) dan sistem akuifer dalam (mata air panas) yang diperkirakan berada pada kedalaman kurang lebih 200m dari permukaan tanah.
{"title":"Karakteristik Hidrokimia dan Model Konseptual Sistem Akuifer di Desa Sumberarum, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah","authors":"Doni Prakasa Eka Putra","doi":"10.22146/mgi.78681","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/mgi.78681","url":null,"abstract":"Di Desa Sumberarum, Kecamatan Tempuran, Magelang, Jawa Tengah terdapat kemunculan mata air panas. Penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik fisika-kimia dan kandungan kimiawi air tanah dengan maksud untuk menentukan model konseptual sistem akuifer di daerah penelitian berdasarkan hidrokimia. Observasi hidrogeologi dan pengambilan sampel air tanah dilakukan secara periodik per-bulan selama 6 bulan. Karakteristik fisika-kimia air panas menunjukkan nilai pH 6.7-7, nilai suhu 33.7-35.7°C, nilai TDS 1650-2000mg/l dan nilai DHL 3300-4000µS/cm. Sedangkan, sumur gali memiliki nilai pH 4.6-6, nilai suhu 27.1-29°C, nilai TDS 90-295mg/l dan nilai DHL 180-590µS/cm. Tipe air tanah pada area penelitian terbagi menjadi 3 yaitu Tipe Na-Cl, Tipe Ca-HCO3 dan Tipe Ca-HCO3-Cl. Secara umum, kandungan hidrokimia pada mata air panas relatif konstan dibanding sumur gali. Berdasarkan hasil diatas, diketahui sistem akuifer pada area penelitian terbagi menjadi sistem akuifer dangkal (sumur gali) dan sistem akuifer dalam (mata air panas) yang diperkirakan berada pada kedalaman kurang lebih 200m dari permukaan tanah.","PeriodicalId":55710,"journal":{"name":"Majalah Geografi Indonesia","volume":"67 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135887075","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}