Shafa Widad Safina, Adithya Thafari Nugraha, Afifah Nuraini, Farrade Dizna Taradipa, Irza Nadila Alifia Setiadi, Lisa Rindika, Maulidia Savira Chairani, Muhammad Yuda Aditya, Nadya Anindya Dhafita, R. P. Pratama, Tri Bekti Utami, Alia Fajarwati, Suryo Sakti Hadiwijoyo
Abstrak Stunting merupakan salah satu fokus pembangunan di Kota Salatiga sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan insan yang sehat dan cerdas menuju Salatiga yang bersih dan sehat. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengidentifikasi kondisi stunting, menjelaskan faktor penyebab stunting, serta menganalisis strategi dan implementasi penanggulangan kasus stunting di Kota Salatiga melalui studi literatur, observasi lapangan, indepth interview dengan stakeholders, serta pengisian angket oleh keluarga terdampak stunting. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif serta dilakukan triangulasi menggunakan data-data sekunder yang telah dikumpulkan. Hasil kajian menunjukkan bahwa stunting disebabkan oleh berbagai faktor, seperti faktor kesehatan, faktor sosial budaya, dan faktor ekonomi yang tidak terlalu dominan. Isu stunting yang disebabkan oleh faktor dari berbagai dimensi sebisa mungkin diselesaikan dengan koordinasi berbagai pihak terkait, seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APP-KB), Kantor Urusan Agama, Puskesmas, dan tentu saja dengan dukungan masyarakat. Abstract Stunting is a development focus in Salatiga City to achieve healthy and intelligent human for the clean and health of Salatiga.. Aim of this study is to identify the condition of stunting, explain the cause, and analyze the strategy and implementation in Salatiga city by using literature review, observation, in-depth interviews with all stakeholders and also filling a questionnaire for the family who have stunting kids. Data processing was carried out using descriptive qualitative and quantitative analysis and its triangulated by secondary data that had been collected. Results found that stunting is caused by many factors like health conditions, culture and society, and economy but not dominant. Therefore, stunting is caused by many factors should be done by coordination and teamwork of all stakeholders: Development Planning Agency at Sub-National Level, Department of Women's Empowerment, Child Protection, Population Control, and Family Planning (DP3APP-KB), Department of Religious Affairs, public health center, and the most is support by citizens.
{"title":"Kasus Stunting sebagai Salah Satu Tantangan Pembangunan Berkelanjutan di Kota Salatiga","authors":"Shafa Widad Safina, Adithya Thafari Nugraha, Afifah Nuraini, Farrade Dizna Taradipa, Irza Nadila Alifia Setiadi, Lisa Rindika, Maulidia Savira Chairani, Muhammad Yuda Aditya, Nadya Anindya Dhafita, R. P. Pratama, Tri Bekti Utami, Alia Fajarwati, Suryo Sakti Hadiwijoyo","doi":"10.22146/mgi.77795","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/mgi.77795","url":null,"abstract":"Abstrak Stunting merupakan salah satu fokus pembangunan di Kota Salatiga sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan insan yang sehat dan cerdas menuju Salatiga yang bersih dan sehat. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengidentifikasi kondisi stunting, menjelaskan faktor penyebab stunting, serta menganalisis strategi dan implementasi penanggulangan kasus stunting di Kota Salatiga melalui studi literatur, observasi lapangan, indepth interview dengan stakeholders, serta pengisian angket oleh keluarga terdampak stunting. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif serta dilakukan triangulasi menggunakan data-data sekunder yang telah dikumpulkan. Hasil kajian menunjukkan bahwa stunting disebabkan oleh berbagai faktor, seperti faktor kesehatan, faktor sosial budaya, dan faktor ekonomi yang tidak terlalu dominan. Isu stunting yang disebabkan oleh faktor dari berbagai dimensi sebisa mungkin diselesaikan dengan koordinasi berbagai pihak terkait, seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APP-KB), Kantor Urusan Agama, Puskesmas, dan tentu saja dengan dukungan masyarakat. Abstract Stunting is a development focus in Salatiga City to achieve healthy and intelligent human for the clean and health of Salatiga.. Aim of this study is to identify the condition of stunting, explain the cause, and analyze the strategy and implementation in Salatiga city by using literature review, observation, in-depth interviews with all stakeholders and also filling a questionnaire for the family who have stunting kids. Data processing was carried out using descriptive qualitative and quantitative analysis and its triangulated by secondary data that had been collected. Results found that stunting is caused by many factors like health conditions, culture and society, and economy but not dominant. Therefore, stunting is caused by many factors should be done by coordination and teamwork of all stakeholders: Development Planning Agency at Sub-National Level, Department of Women's Empowerment, Child Protection, Population Control, and Family Planning (DP3APP-KB), Department of Religious Affairs, public health center, and the most is support by citizens.","PeriodicalId":55710,"journal":{"name":"Majalah Geografi Indonesia","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42833111","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Zainul Hidayah, Herlambang Aulia Rachman, A. R. As-syakur
Abstrak. Pemetaan dan pemantauan kondisi hutan mangrove diperlukan untuk rehabilitasi dan konservasi lingkungan. Mangrove Health Index (MHI) menggunakan analisis citra satelit merupakan pendekatan baru yang bisa digunakan untuk mengetahui kualitas lingkungan ekosistem hutan mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui struktur komunitas hutan mangrove dan melakukan analisis spasial-temporal MHI di kawasan pesisir Surabaya dan Sidoarjo menggunakan citra satelit. Data yang digunakan untuk analisis struktur komunitas mangrove pada penelitian ini adalah hasil pengamatan lapang di 10 transek. Untuk analisis MHI menggunakan citra Sentinel 2 perekaman tahun 2015, 2018, 2021. Hasil analisis menunjukkan bahwa spesies mangrove yang paling dominan di lokasi penelitian adalah Avicennia marina. Analisis citra satelit mendeteksi pertambahan luas mangrove yang signifikan dari tahun 2015 hingga 2021 yaitu lebih dari 500 Ha. Berdasarkan analisis MHI, terjadi perubahan positif dari kondisi hutan mangrove dominansi buruk (MHI<33%) pada tahun 2015 menjadi sedang (33,4% 66,68%). Pertambahan luas hutan mangrove diiringi dengan perbaikan kondisi ekosistem dengan indikator meningkatnya MHI.Abstract. Mapping and monitoring the condition of mangrove forests is needed for environmental rehabilitation and conservation. Mangrove Health Index (MHI) using satellite image analysis is a new approach that can be used to determine the environmental quality of mangrove forest ecosystems. This study aims to determine the structure of the mangrove forest community and conduct a spatial and temporal MHI analysis in the coastal areas of Surabaya and Sidoarjo. The data used in this study were the results of field observations on 10 transects. MHI analysis using Sentinel 2 imagery recorded in 2015, 2018, 2021. The results of the analysis show that the most dominant mangrove species in the research location is Avicennia marina. Analysis of satellite imagery detects a significant increase in mangrove area from 2015 to 2021, which is more than 500 Ha. Based on the MHI analysis, there was a positive change from poor dominant mangrove forest conditions (MHI <33%) in 2015 to moderate (33.4% < MHI < 66.67%) to good (MHI > 66.68%). The increase in the area of mangrove forests is accompanied by improvements in ecosystem conditions with indicators of increasing MHI.
{"title":"Pemetaan kondisi hutan mangrove di kawasan pesisir Selat Madura dengan pendekatan Mangrove Health Index memanfaatkan citra satelit Sentinel-2","authors":"Zainul Hidayah, Herlambang Aulia Rachman, A. R. As-syakur","doi":"10.22146/mgi.78136","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/mgi.78136","url":null,"abstract":"Abstrak. Pemetaan dan pemantauan kondisi hutan mangrove diperlukan untuk rehabilitasi dan konservasi lingkungan. Mangrove Health Index (MHI) menggunakan analisis citra satelit merupakan pendekatan baru yang bisa digunakan untuk mengetahui kualitas lingkungan ekosistem hutan mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui struktur komunitas hutan mangrove dan melakukan analisis spasial-temporal MHI di kawasan pesisir Surabaya dan Sidoarjo menggunakan citra satelit. Data yang digunakan untuk analisis struktur komunitas mangrove pada penelitian ini adalah hasil pengamatan lapang di 10 transek. Untuk analisis MHI menggunakan citra Sentinel 2 perekaman tahun 2015, 2018, 2021. Hasil analisis menunjukkan bahwa spesies mangrove yang paling dominan di lokasi penelitian adalah Avicennia marina. Analisis citra satelit mendeteksi pertambahan luas mangrove yang signifikan dari tahun 2015 hingga 2021 yaitu lebih dari 500 Ha. Berdasarkan analisis MHI, terjadi perubahan positif dari kondisi hutan mangrove dominansi buruk (MHI<33%) pada tahun 2015 menjadi sedang (33,4% 66,68%). Pertambahan luas hutan mangrove diiringi dengan perbaikan kondisi ekosistem dengan indikator meningkatnya MHI.Abstract. Mapping and monitoring the condition of mangrove forests is needed for environmental rehabilitation and conservation. Mangrove Health Index (MHI) using satellite image analysis is a new approach that can be used to determine the environmental quality of mangrove forest ecosystems. This study aims to determine the structure of the mangrove forest community and conduct a spatial and temporal MHI analysis in the coastal areas of Surabaya and Sidoarjo. The data used in this study were the results of field observations on 10 transects. MHI analysis using Sentinel 2 imagery recorded in 2015, 2018, 2021. The results of the analysis show that the most dominant mangrove species in the research location is Avicennia marina. Analysis of satellite imagery detects a significant increase in mangrove area from 2015 to 2021, which is more than 500 Ha. Based on the MHI analysis, there was a positive change from poor dominant mangrove forest conditions (MHI <33%) in 2015 to moderate (33.4% < MHI < 66.67%) to good (MHI > 66.68%). The increase in the area of mangrove forests is accompanied by improvements in ecosystem conditions with indicators of increasing MHI. ","PeriodicalId":55710,"journal":{"name":"Majalah Geografi Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46032390","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Konsep pembangunan berkelanjutan (PB) telah berkembang dan digunakan sebagai tujuan pembangunan, termasuk di Indonesia. Konsep yang terdiri dari dimensi lingkungan, sosial, ekonomi, dan kelembagaan ini diadopsi oleh Indeks Desa Membangun yang terdiri dari dimensi lingkungan, sosial dan ekonomi. Namun, IDM merupakan bagian dari dualisme pengukuran status desa. Oleh karena itu diperlukan seperangkat variabel baru untuk pemutakhiran IDM. Pulau Jawa dipilih sebagai lokasi penelitian karena desakan isu PB. Data IDM dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) tahun 2019 dan 2020 digunakan sebagai data utama. Analisis faktor metode probabilistik dan nonprobabilistik digunakan untuk menjawab tujuan mengeksplorasi faktor-faktor yang membentuk konsep keberlanjutan berdasarkan variabel TPB pada tingkat kabupaten/kota. Analisis korelasi rank spearman dan analisis spasial bersama-sama menjawab tujuan menilai konsistensi hasil pewilayahan antara IDM dan TPB. Hasilnya perangkat variabel baru sekurang-kurangnya menambahkan tiga variabel dari TPB yang mewakili dimensi sosial dan ekonomi, karena berkorelasi signifikan dengan nilai IDM, dan dengan menggunakan perangkat baru analisis spasial menunjukkan hasil yang lebih merata.
{"title":"Eksplorasi Variabel Pembangunan Berkelanjutan untuk Indeks Desa Membangun Pulau Jawa.","authors":"K. I. D. Fajar, R. Rijanta, A. Kurniawan","doi":"10.22146/mgi.73056","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/mgi.73056","url":null,"abstract":"Konsep pembangunan berkelanjutan (PB) telah berkembang dan digunakan sebagai tujuan pembangunan, termasuk di Indonesia. Konsep yang terdiri dari dimensi lingkungan, sosial, ekonomi, dan kelembagaan ini diadopsi oleh Indeks Desa Membangun yang terdiri dari dimensi lingkungan, sosial dan ekonomi. Namun, IDM merupakan bagian dari dualisme pengukuran status desa. Oleh karena itu diperlukan seperangkat variabel baru untuk pemutakhiran IDM. Pulau Jawa dipilih sebagai lokasi penelitian karena desakan isu PB. Data IDM dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) tahun 2019 dan 2020 digunakan sebagai data utama. Analisis faktor metode probabilistik dan nonprobabilistik digunakan untuk menjawab tujuan mengeksplorasi faktor-faktor yang membentuk konsep keberlanjutan berdasarkan variabel TPB pada tingkat kabupaten/kota. Analisis korelasi rank spearman dan analisis spasial bersama-sama menjawab tujuan menilai konsistensi hasil pewilayahan antara IDM dan TPB. Hasilnya perangkat variabel baru sekurang-kurangnya menambahkan tiga variabel dari TPB yang mewakili dimensi sosial dan ekonomi, karena berkorelasi signifikan dengan nilai IDM, dan dengan menggunakan perangkat baru analisis spasial menunjukkan hasil yang lebih merata. ","PeriodicalId":55710,"journal":{"name":"Majalah Geografi Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49660036","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Hanna Fauziah, M. Susilowati, Guswandi Guswandi, Hayuning Anggrahita
Abstrak Jalan Cipete Raya merupakan jalan yang menjadi pusat kegiatan usaha khususnya di bidang kuliner. Terdapat jumlah restoran yang banyak dan beragam yang dikategorikan berdasarkan jenis makanannya menjadi restoran Indonesia, restoran Asia, dan restoran Barat. Masing-masing jenis restoran memiliki pengaturan spasial yang unik yang tercermin dalam karakteristik tempat. Keragaman pengaturan spasial restoran tersebut akan menarik konsumen dengan karakteristik yang juga berbeda dan mendorong adanya pemaknaan tempat terhadap masing-masing jenis restoran. Berdasarkan hal tersebut tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pemaknaan tempat pada restoran, yang memiliki pengaturan spasial dengan keunikan tertentu yang tercermin dalam karakteristik tempat, oleh konsumen yang memiliki karakteristik konsumen yang berbeda-beda. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan pendekatan geografi humanistik. Wawancara mendalam dilakukan dengan informan yang berjumlah 23 orang dan didapatkan dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan karakteristik tempat dan karakteristik konsumen pada setiap jenis restoran yang mengakibatkan perbedaan pemaknaan tempat restoran. Restoran di Jalan Cipete Raya memiliki pemaknaan tempat secara fungsional, sosial budaya, emosional, dan romantisme daerah. Abstract Jalan Cipete Raya is a street that is the center of business activities, especially in the culinary field. Many varied restaurants are categorized based on food: Indonesian restaurants, Asian restaurants, and Western restaurants. Each type of restaurant has a unique spatial setting which is reflected in the place characteristic. The diversity of the restaurant’s spatial setting will attract consumers with different characteristics and create a place meaning for each restaurant. Based on the background mentioned previously, this study aimed to examine the restaurant’s place meaning, which has a unique spatial setting reflected in the place characteristics by consumers with different consumer characteristics. This research is qualitative with a humanistic geography approach. In-depth interviews were conducted with 23 informants and obtained by purposive sampling technique. The results showed differences in spatial setting and the consumers’ characteristics in each restaurant, resulting in different restaurant's place meanings. The restaurant on Jalan Cipete Raya has a place meaning including functional, socio-cultural, emotional, and hometown romance meaning.
{"title":"Pemaknaan tempat bagi konsumen pada restoran di Jalan Cipete Raya, Jakarta Selatan","authors":"Hanna Fauziah, M. Susilowati, Guswandi Guswandi, Hayuning Anggrahita","doi":"10.22146/mgi.73243","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/mgi.73243","url":null,"abstract":"Abstrak Jalan Cipete Raya merupakan jalan yang menjadi pusat kegiatan usaha khususnya di bidang kuliner. Terdapat jumlah restoran yang banyak dan beragam yang dikategorikan berdasarkan jenis makanannya menjadi restoran Indonesia, restoran Asia, dan restoran Barat. Masing-masing jenis restoran memiliki pengaturan spasial yang unik yang tercermin dalam karakteristik tempat. Keragaman pengaturan spasial restoran tersebut akan menarik konsumen dengan karakteristik yang juga berbeda dan mendorong adanya pemaknaan tempat terhadap masing-masing jenis restoran. Berdasarkan hal tersebut tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pemaknaan tempat pada restoran, yang memiliki pengaturan spasial dengan keunikan tertentu yang tercermin dalam karakteristik tempat, oleh konsumen yang memiliki karakteristik konsumen yang berbeda-beda. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan pendekatan geografi humanistik. Wawancara mendalam dilakukan dengan informan yang berjumlah 23 orang dan didapatkan dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan karakteristik tempat dan karakteristik konsumen pada setiap jenis restoran yang mengakibatkan perbedaan pemaknaan tempat restoran. Restoran di Jalan Cipete Raya memiliki pemaknaan tempat secara fungsional, sosial budaya, emosional, dan romantisme daerah. Abstract Jalan Cipete Raya is a street that is the center of business activities, especially in the culinary field. Many varied restaurants are categorized based on food: Indonesian restaurants, Asian restaurants, and Western restaurants. Each type of restaurant has a unique spatial setting which is reflected in the place characteristic. The diversity of the restaurant’s spatial setting will attract consumers with different characteristics and create a place meaning for each restaurant. Based on the background mentioned previously, this study aimed to examine the restaurant’s place meaning, which has a unique spatial setting reflected in the place characteristics by consumers with different consumer characteristics. This research is qualitative with a humanistic geography approach. In-depth interviews were conducted with 23 informants and obtained by purposive sampling technique. The results showed differences in spatial setting and the consumers’ characteristics in each restaurant, resulting in different restaurant's place meanings. The restaurant on Jalan Cipete Raya has a place meaning including functional, socio-cultural, emotional, and hometown romance meaning.","PeriodicalId":55710,"journal":{"name":"Majalah Geografi Indonesia","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41535251","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Firrean Suprapto, Bambang Juanda, Ernan Rustiadi, K. Munibah
Abstrak Penelitian ini bertujuan menganalisis kerawanan banjir dan kesiapsiagaan kelembangaan dalam penanganan bencana banjir di 24 Desa/Kelurahan Kota Batu. Lokasi dipilih karena merupakan Kota Pariwisata dengan basis sektor pertanian yang berpotensi rawan terhadap banjir.Kerawanan banjir dianalisis melalui parameter kemiringan lereng, geomorfologi, curah hujan, jenis tanah, penutup lahan danbuffersungai.Metode yang digunakan dalam analisis kerawanan banjir adalahSpatial Multi Criteria Evaluation(SMCE).Matrix of Alliances and Conflicts,Tactics, Objectives and Recommendation(MACTOR) untuk analisis keberlanjutan dengan prespektif aktor-faktor. Pengolahan SMCE menghasilkan perbedaan zonasi tingkat kerawanan desa setiap tahun dengan kerawanan tinggi dan sedang di sebagian Kecamatan Bumiaji, Batu dan Junrejo.Hasil analisis MACTOR menunjukkan upaya yang dilakukan oleh sebelas OPD mendukung pelaksanaan dan memberikan pengaruh tinggi dalam strategi dan penanganan kebencanaan Kota Batu, baik pra bencana, saat bencana, maupun pasca bencana banjir dengan Dinas Pariwisata dan Dinas Pertanian sebagaikey driverdalam pelaksanaan strategi kebencanaan banjir di Kota Batu.Abstract This study aims to analyse flood susceptibility and institutional preparedness in handling flood disasters in 24 villages/sub-districts of Batu City, East Java. Location was chosen in this research because it is a Tourism City with an agricultural as the base sector. It has the potential to flood vulnerability. Flood susceptibility was analyzed through slope parameters, geomorphology, rainfall, soil type, land cover and buffer zone. Spatial Multi Criteria Evaluation (SMCE). Matrix of Alliances and Conflicts, Tactics, Objectives and Recommendations (MACTOR) are used as a method to analyze the sustainability with actors-factors perspective. SMCE resulted zone differences of village vulnerability levels in each year which have high and moderate vulnerability in some areas of Bumiaji, Batu and Junrejo District. MACTOR analysis showed that the efforts carried out by eleven OPD support the implementation of flood disaster and has huge impact on the disaster management strategy, in pre, during, and afer the flood disaster with the Tourism Office and the Agriculture Office as key drivers in the implementation of the flood disaster strategy in Batu City.
{"title":"Kajian kerawanan dan kesiapsiagaan kelembagaan dalam penanganan banjir di Kota Batu, Jawa Timur","authors":"Firrean Suprapto, Bambang Juanda, Ernan Rustiadi, K. Munibah","doi":"10.22146/mgi.74421","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/mgi.74421","url":null,"abstract":"Abstrak Penelitian ini bertujuan menganalisis kerawanan banjir dan kesiapsiagaan kelembangaan dalam penanganan bencana banjir di 24 Desa/Kelurahan Kota Batu. Lokasi dipilih karena merupakan Kota Pariwisata dengan basis sektor pertanian yang berpotensi rawan terhadap banjir.Kerawanan banjir dianalisis melalui parameter kemiringan lereng, geomorfologi, curah hujan, jenis tanah, penutup lahan danbuffersungai.Metode yang digunakan dalam analisis kerawanan banjir adalahSpatial Multi Criteria Evaluation(SMCE).Matrix of Alliances and Conflicts,Tactics, Objectives and Recommendation(MACTOR) untuk analisis keberlanjutan dengan prespektif aktor-faktor. Pengolahan SMCE menghasilkan perbedaan zonasi tingkat kerawanan desa setiap tahun dengan kerawanan tinggi dan sedang di sebagian Kecamatan Bumiaji, Batu dan Junrejo.Hasil analisis MACTOR menunjukkan upaya yang dilakukan oleh sebelas OPD mendukung pelaksanaan dan memberikan pengaruh tinggi dalam strategi dan penanganan kebencanaan Kota Batu, baik pra bencana, saat bencana, maupun pasca bencana banjir dengan Dinas Pariwisata dan Dinas Pertanian sebagaikey driverdalam pelaksanaan strategi kebencanaan banjir di Kota Batu.Abstract This study aims to analyse flood susceptibility and institutional preparedness in handling flood disasters in 24 villages/sub-districts of Batu City, East Java. Location was chosen in this research because it is a Tourism City with an agricultural as the base sector. It has the potential to flood vulnerability. Flood susceptibility was analyzed through slope parameters, geomorphology, rainfall, soil type, land cover and buffer zone. Spatial Multi Criteria Evaluation (SMCE). Matrix of Alliances and Conflicts, Tactics, Objectives and Recommendations (MACTOR) are used as a method to analyze the sustainability with actors-factors perspective. SMCE resulted zone differences of village vulnerability levels in each year which have high and moderate vulnerability in some areas of Bumiaji, Batu and Junrejo District. MACTOR analysis showed that the efforts carried out by eleven OPD support the implementation of flood disaster and has huge impact on the disaster management strategy, in pre, during, and afer the flood disaster with the Tourism Office and the Agriculture Office as key drivers in the implementation of the flood disaster strategy in Batu City.","PeriodicalId":55710,"journal":{"name":"Majalah Geografi Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47652475","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Shabrina Agustin Ghassani, D. S. Priyarsono, W. Rindayanti, Annisa Utami Seminar
Abstrak. Salah satu agenda besar dalam strategi pembangunan wilayah perdesaan adalah mengimplementasikan program dana desa. Namun, masih ditemukan kendala yang menghambat keberhasilan program dana desa yang sebabkan oleh lemahnya kapasitas kelembagaan desa. Sehingga, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor penghambat ditinjau berdasarkan perspektif kelembagaan yang menghambat proses pengelolaan dana desa dalam pembangunan wilayah perdesaan. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus yang menggunakan metode analisis isi dan analisis tematik dengan pendekatan kualitatif untuk menggali proses pengelolaan dana desa dalam menunjang pembangunan wilayah perdesaan yang dilakukan di Kabupaten Bogor. Berdasarkan hasil analisis, belum optimalnya alokasi pemanfaatan dana desa dalam perencanaan pembangunan dipengaruhi oleh unsur kognitif-kultural masyarakat. Secara normatif, kepala desa memiliki keprofesionalitasan yang rendah. Lemahnya pengawasan kepada kepala desa menyebabkan rendahnya profesionalisme kepala desa dalam melaksanakan pertanggungjawaban kepada masyarakat. Hal ini menyebabkan rendahnya rasa memiliki masyarakat terhadap program dana desa, sehingga pelaksanaan pembangunan desa melalui program dana desa dinilai belum sampai pada tahap menjadikan masyarakat desa sebagai subyek pembangunan. Abstract. The big agenda in the rural area development strategy is implementing the village fund program. However, there are still obstacles that hinder the success of the village fund program which is caused by the weak capacity of village institutions. Thus, this study aims to to analyze the inhibiting factors from an institutional perspective that hinder the management of village funds in developing rural areas. This is case study research that use content and thematic analysis with a qualitative approach to explore the process of managing village fund in Bogor Regency. Found that, the non-ideal allocation of village fund utilization in development planning was influenced by the cognitive-cultural element. Weak supervision of the village head causes the low professionalism of the village head in carrying out accountability. This led to low sense of belonging from community towards the village fund program. The implementation of rural area development through the village fund program is considered not have reached the stage of making rural communities the subject of development.
{"title":"Analisis pembangunan wilayah melalui program dana desa di Kabupaten Bogor: pendekatan teori kelembagaan","authors":"Shabrina Agustin Ghassani, D. S. Priyarsono, W. Rindayanti, Annisa Utami Seminar","doi":"10.22146/mgi.75432","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/mgi.75432","url":null,"abstract":"Abstrak. Salah satu agenda besar dalam strategi pembangunan wilayah perdesaan adalah mengimplementasikan program dana desa. Namun, masih ditemukan kendala yang menghambat keberhasilan program dana desa yang sebabkan oleh lemahnya kapasitas kelembagaan desa. Sehingga, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor penghambat ditinjau berdasarkan perspektif kelembagaan yang menghambat proses pengelolaan dana desa dalam pembangunan wilayah perdesaan. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus yang menggunakan metode analisis isi dan analisis tematik dengan pendekatan kualitatif untuk menggali proses pengelolaan dana desa dalam menunjang pembangunan wilayah perdesaan yang dilakukan di Kabupaten Bogor. Berdasarkan hasil analisis, belum optimalnya alokasi pemanfaatan dana desa dalam perencanaan pembangunan dipengaruhi oleh unsur kognitif-kultural masyarakat. Secara normatif, kepala desa memiliki keprofesionalitasan yang rendah. Lemahnya pengawasan kepada kepala desa menyebabkan rendahnya profesionalisme kepala desa dalam melaksanakan pertanggungjawaban kepada masyarakat. Hal ini menyebabkan rendahnya rasa memiliki masyarakat terhadap program dana desa, sehingga pelaksanaan pembangunan desa melalui program dana desa dinilai belum sampai pada tahap menjadikan masyarakat desa sebagai subyek pembangunan. Abstract. The big agenda in the rural area development strategy is implementing the village fund program. However, there are still obstacles that hinder the success of the village fund program which is caused by the weak capacity of village institutions. Thus, this study aims to to analyze the inhibiting factors from an institutional perspective that hinder the management of village funds in developing rural areas. This is case study research that use content and thematic analysis with a qualitative approach to explore the process of managing village fund in Bogor Regency. Found that, the non-ideal allocation of village fund utilization in development planning was influenced by the cognitive-cultural element. Weak supervision of the village head causes the low professionalism of the village head in carrying out accountability. This led to low sense of belonging from community towards the village fund program. The implementation of rural area development through the village fund program is considered not have reached the stage of making rural communities the subject of development.","PeriodicalId":55710,"journal":{"name":"Majalah Geografi Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-09-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44512765","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak. Pemantauan luasan dan kerapatan mangrove dapat berguna untuk keberlanjutan pemanfaatan ekosistem mangrove. Salah satu ekosistem mangrove yang telah dimanfaatkan berada di Kecamatan Cilamaya Wetan berupa peresmian objek wisata Pusat Bahari Tangkolak (PBT). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan juga menentukan luasan serta kerapatan ekosistem mangrove. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) menggunakan data perekaman citra satelit PlanetScope sensor Dove-R dengan cara dijitasi on screen, observasi, dan diskusi di lapangan. Analisis yang digunakan spasial, kuantitatif dan deskriptif untuk menjelaskan luasan dan kerapatan mangrove. Luas mangrove tahun 2017-2019 berturut-turut sebesar 77,40 Ha, 81,24 Ha, dan 50,91 Ha dengan dominasi kerapatan klasifikasi lebat setiap tahunnya. Penurunan luasan dan kerapatan mangrove terjadi karena adanya kegiatan wisata dan perubahan fungsi lahan ekosistem mangrove menjadi tambak ikan, udang, garam, dan penebangan pohon dalam pemenuhan kebutuhan rumahtangga.Abstract. Monitoring the area and density of mangroves can be useful for the sustainable use of mangrove ecosystems. One of the mangrove ecosystems that have been utilized is in the District of Cilamaya Wetan in the form of the inauguration of the Tangkolak Marine Center (PBT) tourist attraction. The purpose of this study was to determine and also determine the extent and density of the mangrove ecosystem. The method used in this research is NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) using PlanetScope sensor Dove-R satellite image recording data by digitizing on screen, observation, and discussion in the field. The analysis used was spatial, quantitative and descriptive to explain the extent and density of mangroves. The area of mangroves in 2017-2019 was 77.40 Ha, 81.24 Ha, and 50.91 Ha, respectively, with the dominance of the dense category of density every year. The decrease in the area and density of mangroves occurs due to tourism activities and changes in the function of mangrove ecosystem land into fish, shrimp, salt ponds, and tree cutting to fulfill household needs.
抽象。对红树林生态系统的持续利用可能是有用的。红树林生态系统的一部分,是在坦科拉克海旅游中心(PBT)的落成典礼上使用的。本研究的目的是了解和确定红树林生态系统的广度和密度。本研究采用的方法是NDVI(非标准园艺指数),利用数据记录卫星图像分析用空间、定量和描述性的方法来解释锰的宽度和密度。2011 -2019年的mangrove面积为77.40 Ha, 81.24 Ha, 50.91 Ha,每年主导大量的分类。红树林的大量减少和密度是由于旅游活动和红树林生态系统的土地功能发生了变化,变成了鱼类、虾、盐和木材砍伐,以满足家庭的需要。监测红树林的区域和皮毛可能对红树林生态系统的可持续利用有用。在坦科拉克海洋中心(PBT)旅游中心的就职典礼上,有一种被用作武器的红树林系统。这项研究的目的是确定和确定红树林生态系统的存在和存在。这项研究使用的方法是NDVI,使用PlanetScope传感器Dove-R卫星图像记录场内的数据。过去的分析是空间、空间和描述猎物的存在和密度。2011年至2019年的mangroves区域是77.40 Ha, 88.24 Ha, 50.91 Ha,尊敬的是,每年对牙痛的控制。猎物迁徙地区的退化,牙齿和牙齿的变化,包括鱼、虾、盐浮渣和树木切割成满足家庭需求的需求。
{"title":"Luasan dan Kerapatan ekosistem mangrove di Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang","authors":"Angga Kurniawansyah, Masita Dwi Mandini Manessa, Aulia Puji Hartati","doi":"10.22146/mgi.75345","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/mgi.75345","url":null,"abstract":"Abstrak. Pemantauan luasan dan kerapatan mangrove dapat berguna untuk keberlanjutan pemanfaatan ekosistem mangrove. Salah satu ekosistem mangrove yang telah dimanfaatkan berada di Kecamatan Cilamaya Wetan berupa peresmian objek wisata Pusat Bahari Tangkolak (PBT). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan juga menentukan luasan serta kerapatan ekosistem mangrove. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) menggunakan data perekaman citra satelit PlanetScope sensor Dove-R dengan cara dijitasi on screen, observasi, dan diskusi di lapangan. Analisis yang digunakan spasial, kuantitatif dan deskriptif untuk menjelaskan luasan dan kerapatan mangrove. Luas mangrove tahun 2017-2019 berturut-turut sebesar 77,40 Ha, 81,24 Ha, dan 50,91 Ha dengan dominasi kerapatan klasifikasi lebat setiap tahunnya. Penurunan luasan dan kerapatan mangrove terjadi karena adanya kegiatan wisata dan perubahan fungsi lahan ekosistem mangrove menjadi tambak ikan, udang, garam, dan penebangan pohon dalam pemenuhan kebutuhan rumahtangga.Abstract. Monitoring the area and density of mangroves can be useful for the sustainable use of mangrove ecosystems. One of the mangrove ecosystems that have been utilized is in the District of Cilamaya Wetan in the form of the inauguration of the Tangkolak Marine Center (PBT) tourist attraction. The purpose of this study was to determine and also determine the extent and density of the mangrove ecosystem. The method used in this research is NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) using PlanetScope sensor Dove-R satellite image recording data by digitizing on screen, observation, and discussion in the field. The analysis used was spatial, quantitative and descriptive to explain the extent and density of mangroves. The area of mangroves in 2017-2019 was 77.40 Ha, 81.24 Ha, and 50.91 Ha, respectively, with the dominance of the dense category of density every year. The decrease in the area and density of mangroves occurs due to tourism activities and changes in the function of mangrove ecosystem land into fish, shrimp, salt ponds, and tree cutting to fulfill household needs.","PeriodicalId":55710,"journal":{"name":"Majalah Geografi Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-09-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42211721","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak.Tingginya prevalensi stunting dipicu oleh kurangnya kualitas hidup balita di awal pertumbuhannya. Hal ini dapat berpengaruh pada rendahnya kualitas sumberdaya manusia dari banyak generasi penerus bangsa. Kajian stunting secara spasial menggunakan artificial neural network (ANN) bertujuan untuk mengetahui pola spasial dan prediksi tingkat kerawanan di wilayah lain di sekitarnya. Analisis dilakukan berdasarkan kondisi sosial-ekonomi dan budaya dari orang tua balita penderita stunting yang diperoleh dari wawancara, diolah dengan inverse distance weighted (IDW) dan diintegrasikan dengan hasil olah citra satelit Landsat 8 OLI-TIRS, berupa percent building density (PBD), land surface temperature (LST), normalized difference water index (NDWI), soil adjusted vegetation index (SAVI), dan normalized difference built-up index (NDBI). Model ANN dijalankan dengan metode back propagation, variasi jumlah hidden layer sebanyak 3, 5, dan 7, dengan variasi input prediksi mampu menghasilkan variasi distribusi stunting dan tingkat akurasinya. Berdasarkan nilai root mean square error (RMSE), bertambahnya jumlah hidden layer dan variasi input prediksi berkontribusi untuk menghasilkan akurasi hasil prediksi lebih baik, yakni 68%-93%. Secara spasial, keduanya secara langsung menjelaskan juga perubahan distribusi pola spasial kerawanan stunting di keseluruhan wilayah studi. Abstract. Lower toddler's life quality triggers the high prevalence of stunting at the beginning of their growth. This factor can affect many future generations' low quality of human resources. Studying stunting spatially using an artificial neural network (ANN) aims to determine the spatial pattern and predict the level of vulnerability in other surrounding areas. The analysis was carried out based on the socio-economic and cultural conditions of parents of children with stunting obtained from interviews, processed by inverse distance weighted (IDW) and integrated with the results of Landsat 8 OLI-TIRS satellite imagery, in the form of percent building density (PBD), land surface temperature (LST), normalized difference water index (NDWI), soil adjusted vegetation index (SAVI), and normalized difference built-up index (NDBI). The ANN model is run using the back propagation method, with variations in the number of hidden layers as many as 3, 5, and 7, with variations in predictive input capable of producing variations in the stunting distribution and the level of accuracy. Based on the value of the root mean square error (RMSE), the increasing number of hidden layers and variations in input predictions contribute to producing better prediction accuracy, which is 68%-93%. Spatially, both directly explain the changes in the distribution of the spatial pattern of stunting susceptibility in the entire study area.
抽象。发育初期,幼儿的生活质量较差,导致发育不良的高发病率上升。这可能会影响许多代人缺乏人类资源。空间上的特技研究使用人工神经网络(ANN)来确定周围地区的空间模式和不团结预测。根据父母的社会经济和文化条件进行分析幼儿发育迟缓的采访,用患者距离inverse weighted (IDW)和集成OLI-TIRS 8项陆地卫星的卫星图像,结果简直建筑密度(PBD)、土地地面温度(LST), normalized画水指数(NDWI),土地adjusted植被指数(SAVI), normalized影响built-up指数(NDBI)。该模型是用反辐射方法运行的,隐藏层数的变化多达3、5和7,预测输入的变化可以产生特技分布的变化和准确度。根据root均值值(RMSE),隐藏层的增加和预测输入的变化有助于更好地预测结果的准确性,即68%-93%。从空间上讲,这两种方法都直接解释了整个研究区域的空间冲蚀模式的变化。抽象。下toddler的生活质量高的齿轮在它们生长的开始时对特技的高度警惕。这一因素可能影响许多未来的人类资源。利用人工神经网络(ANN)确定空间模式并预测其他周边地区的脆弱程度,研究身体发育。《socio-economic分析是基于carried out on》和儿童发育和文化条件的父母获得来自interviews,距离processed由inverse weighted (IDW)和集成with The results of陆地卫星卫星8 OLI-TIRS imagery,百分之in The form of建筑密度(PBD)、土地地面温度(LST) normalized画水指数(NDWI)、土地adjusted植被指数(SAVI)和normalized影响built-up指数(NDBI)。ANN model是用背面的传播方法运行,隐藏的数字有许多变量,比如3、5和7,在发育部署和准确程度上产生可变的输入波。基于根平均值值值误差的值,隐藏的数字和输入的变量的增加导致了更准确的预测,这是68%到93%。相反,两人都直接解释了空间分布中的变化,即整个研究区域的停职令人窒息。
{"title":"Analisis Geospasial Kasus Stunting menggunakan Artificial Neural Network (ANN) di Kecamatan Gadingrejo, Pringsewu-Lampung","authors":"Mochamad Firman Ghazali, Araneta Aqzela, Christas Gracia, Raudya Santy Febriningtyas, D. Wijayanti","doi":"10.22146/mgi.70474","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/mgi.70474","url":null,"abstract":"Abstrak.Tingginya prevalensi stunting dipicu oleh kurangnya kualitas hidup balita di awal pertumbuhannya. Hal ini dapat berpengaruh pada rendahnya kualitas sumberdaya manusia dari banyak generasi penerus bangsa. Kajian stunting secara spasial menggunakan artificial neural network (ANN) bertujuan untuk mengetahui pola spasial dan prediksi tingkat kerawanan di wilayah lain di sekitarnya. Analisis dilakukan berdasarkan kondisi sosial-ekonomi dan budaya dari orang tua balita penderita stunting yang diperoleh dari wawancara, diolah dengan inverse distance weighted (IDW) dan diintegrasikan dengan hasil olah citra satelit Landsat 8 OLI-TIRS, berupa percent building density (PBD), land surface temperature (LST), normalized difference water index (NDWI), soil adjusted vegetation index (SAVI), dan normalized difference built-up index (NDBI). Model ANN dijalankan dengan metode back propagation, variasi jumlah hidden layer sebanyak 3, 5, dan 7, dengan variasi input prediksi mampu menghasilkan variasi distribusi stunting dan tingkat akurasinya. Berdasarkan nilai root mean square error (RMSE), bertambahnya jumlah hidden layer dan variasi input prediksi berkontribusi untuk menghasilkan akurasi hasil prediksi lebih baik, yakni 68%-93%. Secara spasial, keduanya secara langsung menjelaskan juga perubahan distribusi pola spasial kerawanan stunting di keseluruhan wilayah studi. Abstract. Lower toddler's life quality triggers the high prevalence of stunting at the beginning of their growth. This factor can affect many future generations' low quality of human resources. Studying stunting spatially using an artificial neural network (ANN) aims to determine the spatial pattern and predict the level of vulnerability in other surrounding areas. The analysis was carried out based on the socio-economic and cultural conditions of parents of children with stunting obtained from interviews, processed by inverse distance weighted (IDW) and integrated with the results of Landsat 8 OLI-TIRS satellite imagery, in the form of percent building density (PBD), land surface temperature (LST), normalized difference water index (NDWI), soil adjusted vegetation index (SAVI), and normalized difference built-up index (NDBI). The ANN model is run using the back propagation method, with variations in the number of hidden layers as many as 3, 5, and 7, with variations in predictive input capable of producing variations in the stunting distribution and the level of accuracy. Based on the value of the root mean square error (RMSE), the increasing number of hidden layers and variations in input predictions contribute to producing better prediction accuracy, which is 68%-93%. Spatially, both directly explain the changes in the distribution of the spatial pattern of stunting susceptibility in the entire study area. ","PeriodicalId":55710,"journal":{"name":"Majalah Geografi Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-09-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44987060","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Barandi Sapta Widartono, Suharyadi Suharyadi, T. B. Satoto, Triwibowo Ambar Garjito, D. S. Rejeki
Abstrak. Kebijakan Satu Peta (KSP) atau One Map Policy (OMP) merupakan salah satu program prioritas pemerintah dalam pelaksanaan Nawa Cita. Implementasi KSP diharapkan dapat membantu percepatan pelaksanaan pembangunan nasional di berbagai bidang, yang diantaranya adalah di bidang kesehatan. Salah satu program di bidang kesehatan yang dipandang relevan dengan implementasi KSP adalah program pengendalian malaria. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan mengidentifikasi data KSP yang dapat digunakan untuk memetakan kerawanan malaria. Eksplorasi dan identifikasi data KSP dilakukan dengan menggunakan pendekatan spasial ekologis yaitu habitat nyamuk vektor malaria. Menggunakan metode Spatial Multi Criteria Analysis (SMCA) yang diintegrasikan dengan SIG. Data KSP terpilih yang digunakan adalah pada kelompok tematik batas wilayah serta sumberdaya alam dan lingkungan yaitu diantaranya batas wilayah administrasi, sistem lahan, geologi, dan penutup lahan, ditambah dengan data kerapatan vegetasi yang di ekstraksi dari citra Landsat. Pemetaan dilakukan di daerah reseptif malaria di Perbukitan Menoreh. Peta kerawanan malaria yang dihasilkan dari implementasi KSP secara umum selaras dengan kondisi kejadian malaria yang terjadi sehingga nantinya dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk informasi spasial terpadu. Abstract. One Map Policy (OMP) is a priority government program in the implementation of Nawa Cita. One Map Policy implementation can help national acceleration development in every sector, such as health. One of the programs in the health sector that is relevant to OMP implementation is the malaria control program. The purposes of this research are to explore and identify OMP data that can be used to map the malaria hazard. Exploration and identification of OMP data was carried out using a spatial ecology approach that is the habitat of the malaria vector mosquito. This research uses the spatial multicriteria analysis (SMCA) method which is integrated with a geographic information system (GIS). The selected OMP data are boundary and natural resources and environment thematics groups, such as administrative boundaries, land system, geology, land cover, and vegetation density extracted from Landsat imagery. This mapping is located in an endemic malaria area, Menoreh Hills. The resulting malaria hazard map from OMP implementation is generally in line with the conditions of malaria incidence that occur so that it can be used as a study for spatial integrated information.
抽象。政府执行国家安全政策(KSP)或单一政策政策(OMP)是国家执行国家理想的优先计划之一。KSP的实施预计将有助于加快许多领域的国家发展,其中包括卫生保健领域。与KSP的实施相关的卫生项目之一是疟疾控制项目。本研究的目的是探索和识别疟疾抗药性的数据。KSP数据的勘探和识别是利用疟疾媒介蚊子的空间生态方法进行的。使用一种与SIG所选数据KSP相结合的空间分析方法,将其与领土边界、土地系统、地质学和土地覆盖的地域边界以及从陆地卫星图像中提取的植被密度数据结合起来。在Menoreh山疟疾治疗区绘制。从KSP执行中生成的疟疾不均匀地图一般与疟疾事件的情况相协调,以便以后用于研究综合空间信息。抽象。一个单一的政策是在Nawa Cita的实施中一个优先政府项目。一个单一的政策实现可以帮助国家促进促进发展在每个区域,such as health。卫生区域的一个相关项目是疟疾控制项目。这项研究的目的是探索和确定可能用于绘制疟疾危害的数据。探索和鉴别数据被一种空间生态系统的方法所困扰,这种方法就是疟疾的宿主蚊子。这项研究是空间多批判分析(SMCA)一种与地理信息系统相结合的方法。受保护的可选数据是流动的,自然资源和环境配置是这片土地位于一处地方性疟疾区,Menoreh Hills。从OMP实施的疟疾再现情况通常与疟疾的条件有关,因此它可能被用作空间整合信息的研究。
{"title":"Penerapan Data Spasial Kebijakan Satu Peta untuk Pemodelan Kerawanan Malaria Terintegrasi, Kasus Malaria Perbukitan Menoreh","authors":"Barandi Sapta Widartono, Suharyadi Suharyadi, T. B. Satoto, Triwibowo Ambar Garjito, D. S. Rejeki","doi":"10.22146/mgi.74927","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/mgi.74927","url":null,"abstract":"Abstrak. Kebijakan Satu Peta (KSP) atau One Map Policy (OMP) merupakan salah satu program prioritas pemerintah dalam pelaksanaan Nawa Cita. Implementasi KSP diharapkan dapat membantu percepatan pelaksanaan pembangunan nasional di berbagai bidang, yang diantaranya adalah di bidang kesehatan. Salah satu program di bidang kesehatan yang dipandang relevan dengan implementasi KSP adalah program pengendalian malaria. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan mengidentifikasi data KSP yang dapat digunakan untuk memetakan kerawanan malaria. Eksplorasi dan identifikasi data KSP dilakukan dengan menggunakan pendekatan spasial ekologis yaitu habitat nyamuk vektor malaria. Menggunakan metode Spatial Multi Criteria Analysis (SMCA) yang diintegrasikan dengan SIG. Data KSP terpilih yang digunakan adalah pada kelompok tematik batas wilayah serta sumberdaya alam dan lingkungan yaitu diantaranya batas wilayah administrasi, sistem lahan, geologi, dan penutup lahan, ditambah dengan data kerapatan vegetasi yang di ekstraksi dari citra Landsat. Pemetaan dilakukan di daerah reseptif malaria di Perbukitan Menoreh. Peta kerawanan malaria yang dihasilkan dari implementasi KSP secara umum selaras dengan kondisi kejadian malaria yang terjadi sehingga nantinya dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk informasi spasial terpadu. Abstract. One Map Policy (OMP) is a priority government program in the implementation of Nawa Cita. One Map Policy implementation can help national acceleration development in every sector, such as health. One of the programs in the health sector that is relevant to OMP implementation is the malaria control program. The purposes of this research are to explore and identify OMP data that can be used to map the malaria hazard. Exploration and identification of OMP data was carried out using a spatial ecology approach that is the habitat of the malaria vector mosquito. This research uses the spatial multicriteria analysis (SMCA) method which is integrated with a geographic information system (GIS). The selected OMP data are boundary and natural resources and environment thematics groups, such as administrative boundaries, land system, geology, land cover, and vegetation density extracted from Landsat imagery. This mapping is located in an endemic malaria area, Menoreh Hills. The resulting malaria hazard map from OMP implementation is generally in line with the conditions of malaria incidence that occur so that it can be used as a study for spatial integrated information.","PeriodicalId":55710,"journal":{"name":"Majalah Geografi Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-09-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46005434","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ahmad Rizaldi, A. Darmawan, Hari Kaskoyo, Agus Setiawan
Abstrak. Strategi pengelolaan hutan secara agroforestri dalam skema Perhutanan Sosial (PS) perlu dipantau menggunakan teknologi penginderaan jauh. Teknologi analisis citra penginderaan jauh dan teknologi informasi saat ini telah berkembang ke dalam penggunaan cloud computing dan Big Data seperti platform Google Earth Engine (GEE) yang membuat perolehan data turunan citra satelit seperti tutupan lahan menjadi sangat cepat. Makalah ini bertujuan untuk menganalisis citra satelit multiwaktu menggunakan platform GEE dengan algoritma Random Forest (RF) dan Classification and Regression Trees (CART) dalam konteks pemantauan program perhutanan sosial. Hasil uji penilaian akurasi klasifikasi menunjukkan bahwa algoritma RF memiliki hasil akurasi lebih baik dengan nilai overall accuracy sebesar 94,64% dan kappa accuracy sebesar 92,23% dibandingkan dengan algoritma CART yang mendapatkan nilai overall accuracy sebesar 89,77% dan nilai kappa accuracy sebesar 85,54%. Penggunaan platform google earth engine untuk pemantauan skema PS terbukti berhasil di beberapa daerah dalam penerapan mitigasi peningkatan deforestasi dan degradasi hutan. Abstract. Agroforestry forest management needs to be carried out and monitored using remote sensing technology. The latest development related to remote sensing technology today is using cloud computing and Big Data such as the Google Earth Engine (GEE), which makes the acquisition of derived data from satellite imagery such as land cover very quickly. This paper aims to analyze multi-time satellite imagery using GEE with Random Forest (RF) and Classification and Regression Trees (CART) algorithms. The results show that the RF algorithm has better classification accuracy with an overall accuracy value of 94.64% and kappa accuracy of 92.23% compared to the CART algorithm which gets an overall accuracy value of 89.77% and kappa accuracy value of 85.54%. The use of GEE platform for monitoring PS schemes has proven successful in several areas in implementing mitigation of increased deforestation and forest degradation.
{"title":"Pemanfaatan google earth engine untuk pemantauan lahan agroforestri dalam skema perhutanan sosial","authors":"Ahmad Rizaldi, A. Darmawan, Hari Kaskoyo, Agus Setiawan","doi":"10.22146/mgi.73923","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/mgi.73923","url":null,"abstract":"Abstrak. Strategi pengelolaan hutan secara agroforestri dalam skema Perhutanan Sosial (PS) perlu dipantau menggunakan teknologi penginderaan jauh. Teknologi analisis citra penginderaan jauh dan teknologi informasi saat ini telah berkembang ke dalam penggunaan cloud computing dan Big Data seperti platform Google Earth Engine (GEE) yang membuat perolehan data turunan citra satelit seperti tutupan lahan menjadi sangat cepat. Makalah ini bertujuan untuk menganalisis citra satelit multiwaktu menggunakan platform GEE dengan algoritma Random Forest (RF) dan Classification and Regression Trees (CART) dalam konteks pemantauan program perhutanan sosial. Hasil uji penilaian akurasi klasifikasi menunjukkan bahwa algoritma RF memiliki hasil akurasi lebih baik dengan nilai overall accuracy sebesar 94,64% dan kappa accuracy sebesar 92,23% dibandingkan dengan algoritma CART yang mendapatkan nilai overall accuracy sebesar 89,77% dan nilai kappa accuracy sebesar 85,54%. Penggunaan platform google earth engine untuk pemantauan skema PS terbukti berhasil di beberapa daerah dalam penerapan mitigasi peningkatan deforestasi dan degradasi hutan. Abstract. Agroforestry forest management needs to be carried out and monitored using remote sensing technology. The latest development related to remote sensing technology today is using cloud computing and Big Data such as the Google Earth Engine (GEE), which makes the acquisition of derived data from satellite imagery such as land cover very quickly. This paper aims to analyze multi-time satellite imagery using GEE with Random Forest (RF) and Classification and Regression Trees (CART) algorithms. The results show that the RF algorithm has better classification accuracy with an overall accuracy value of 94.64% and kappa accuracy of 92.23% compared to the CART algorithm which gets an overall accuracy value of 89.77% and kappa accuracy value of 85.54%. The use of GEE platform for monitoring PS schemes has proven successful in several areas in implementing mitigation of increased deforestation and forest degradation. ","PeriodicalId":55710,"journal":{"name":"Majalah Geografi Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-09-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45191619","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}