Abstrak Nusantara Sehat (NS) adalah salah satu program yang mendukung fokus kebijakan Kementerian Kesehatan periode 2015–2019 terkait pelayanan kesehatan (yankes) primer, termasuk mendukung program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Diharapkan melalui program NS, dapat terjadi peningkatan akses dan kualitas yankes di Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK). Program NS dilakukan dengan penempatan tenaga kesehatan (nakes) berbasis tim yang terdiri dari beberapa jenis nakes pada tahun 2015 yang terbagi ke dalam dua periode. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran karakteristik dan motivasi tenaga Nusantara Sehat periode 1 dan 2 sebagai salah satu komponen pemberi layanan di DTPK. Penelitian dengan studi kuantitatif yang didesain potong lintang. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang dijawab oleh 690 responden NS. Data dianalisis dengan deskriptif. Jenis nakes dengan proporsi di atas 15% adalah tenaga kesehatan lingkungan, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi dan perawat. Tenaga dokter menempati proporsi terkecil. Sebagian besar berpendidikan terakhir diploma III. Kurang dari 30% yang berjenis kelamin laki-laki. Responden terbanyak berusia 20-24 tahun. Berdasarkan perhitungan skor motivasi Alderfer, tidak ada satupun responden yang masuk ke dalam kategori motivasi rendah. Hampir 92% responden memiliki motivasi tinggi dan berbeda bermakna untuk variabel usia dengan p-value = 0,036 (p<0,05). Walaupun responden berasal dari berbagai periode keberangkatan, jenis tenaga, tingkat pendidikan terakhir, jenis kelamin dan kemiripan wilayah geografis, tidak ada perbedaan skor motivasi antar kelompok. Peningkatan penyebaran informasi pendaftaran sehingga lebih luas dapat dilakukan dengan memperpanjang tenggat waktu terjangkau oleh seluruh masyarakat Indonesia dan menumbuhkan minat untuk mendaftar menjadi tenaga Nusantara Sehat. Kata kunci: motivasi nakes, DTPK, nusantara sehat Abstract Nusantara Sehat (NS) is one of the programs that supports the Ministry of Health’s policy focus for the 2015-2019 period regarding primary health care, including supporting the National Health Insurance (JKN) program. It is expected that through the NS program, there will be an increase in access and quality of services in remote areas, borders and islands (DTPK). The NS program is conducted by placing team-based health workers consisting of several types of health workers in 2015 divided into two periods.This study aims to describe characteristics and motivation of Nusantara Sehat batch 1 and 2 as one of service provider component in Indonesia’s remote areas (DTPK). Data was obtained by filling out a quantitative questionnaire by 690 respondents. 555 respondents were filling out a questionnaire. The study used cross sectional design and the data is processed descriptively. Environmental health workers, midwives, public health personnel, nutritionist and nurses were types of personnel with more than 15% proportions. Doctors occupy the small
{"title":"Gambaran Karakteristik dan Motivasi Tim Nusantara Sehat: Hasil Monitoring dan Evaluasi Periode 1 dan 2","authors":"Mieska Despitasari, Nita Prihartini, Harimat Hendarwan","doi":"10.22435/jpppk.v2i3.639","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/jpppk.v2i3.639","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Nusantara Sehat (NS) adalah salah satu program yang mendukung fokus kebijakan Kementerian Kesehatan periode 2015–2019 terkait pelayanan kesehatan (yankes) primer, termasuk mendukung program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Diharapkan melalui program NS, dapat terjadi peningkatan akses dan kualitas yankes di Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK). Program NS dilakukan dengan penempatan tenaga kesehatan (nakes) berbasis tim yang terdiri dari beberapa jenis nakes pada tahun 2015 yang terbagi ke dalam dua periode. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran karakteristik dan motivasi tenaga Nusantara Sehat periode 1 dan 2 sebagai salah satu komponen pemberi layanan di DTPK. Penelitian dengan studi kuantitatif yang didesain potong lintang. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang dijawab oleh 690 responden NS. Data dianalisis dengan deskriptif. Jenis nakes dengan proporsi di atas 15% adalah tenaga kesehatan lingkungan, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi dan perawat. Tenaga dokter menempati proporsi terkecil. Sebagian besar berpendidikan terakhir diploma III. Kurang dari 30% yang berjenis kelamin laki-laki. Responden terbanyak berusia 20-24 tahun. Berdasarkan perhitungan skor motivasi Alderfer, tidak ada satupun responden yang masuk ke dalam kategori motivasi rendah. Hampir 92% responden memiliki motivasi tinggi dan berbeda bermakna untuk variabel usia dengan p-value = 0,036 (p<0,05). Walaupun responden berasal dari berbagai periode keberangkatan, jenis tenaga, tingkat pendidikan terakhir, jenis kelamin dan kemiripan wilayah geografis, tidak ada perbedaan skor motivasi antar kelompok. Peningkatan penyebaran informasi pendaftaran sehingga lebih luas dapat dilakukan dengan memperpanjang tenggat waktu terjangkau oleh seluruh masyarakat Indonesia dan menumbuhkan minat untuk mendaftar menjadi tenaga Nusantara Sehat. \u0000Kata kunci: motivasi nakes, DTPK, nusantara sehat \u0000Abstract \u0000Nusantara Sehat (NS) is one of the programs that supports the Ministry of Health’s policy focus for the 2015-2019 period regarding primary health care, including supporting the National Health Insurance (JKN) program. It is expected that through the NS program, there will be an increase in access and quality of services in remote areas, borders and islands (DTPK). The NS program is conducted by placing team-based health workers consisting of several types of health workers in 2015 divided into two periods.This study aims to describe characteristics and motivation of Nusantara Sehat batch 1 and 2 as one of service provider component in Indonesia’s remote areas (DTPK). Data was obtained by filling out a quantitative questionnaire by 690 respondents. 555 respondents were filling out a questionnaire. The study used cross sectional design and the data is processed descriptively. Environmental health workers, midwives, public health personnel, nutritionist and nurses were types of personnel with more than 15% proportions. Doctors occupy the small","PeriodicalId":170797,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-01-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129983389","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak Imunisasi adalah suatu intervensi kesehatan yang hemat biaya dan efektif untuk mencegah penderitaan akibat penyakit, kelumpuhan dan kematian. Dukungan pendanaan diharapkan mampu meningkatkan cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL).Tulisan ini merupakan hasil analisis data Riset Pembiayaan Kesehatan (RPK) di Era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Tahun 2015. Metode District Health Account (DHA) digunakan untuk menghitung pendanaan program imunisasi dasar di kabupaten/kota pada tahun 2013-2014 menurut sumber dan alokasi anggaran. Hasil analisis menunjukkan anggaran imunisasi dasar di 71 kabupaten/kota berkisar 0,10%–2,3% dari APBD Kesehatan Tahun 2013, dengan disparitas yang cukup lebar. Sumber utama pendanaan program imunisasi di kabupaten/kota adalah PAD, DAU, dekonsentrasi (Dekon) dan BOK atau masih tergantung dari dana transfer pusat. Pendanaan imunisasi nasional pada tahun 2014 meningkat secara bermakna mencapai sekitar 2,6 kali lipat dari tahun 2013. Pendanaan program imunisasi sekitar 90% didanai dari APBN, sisanya dari donor (terbesar dari GAVI). Komponen terbesar alokasi secara nasional adalah untuk pengadaan vaksin, pengenalan vaksin baru dan investasi. Sementara alokasi di kabupaten/kota (dana pendamping) sebagian besar dimanfaatkan untuk kegiatan pelayanan dan kurang dari 8% untuk surveilans dan pelatihan. Daerah dengan kapasitas fiskal tinggi tidak berarti memiliki anggaran imunisasi yang besar atau cakupan IDL yang tinggi. Direkomendasikan untuk mempertahankan kebijakan pendanaan imunisasi yang berbiaya tinggi (vaksin, kulkas vaksin, cold room) bersifat sentralistik dari APBN, sedangkan provinsi dan kabupaten/kota menyediakan anggaran untuk pelatihan, distribusi, vaksin carier beserta bahan habis pakai dan injection kit. Perlu crash program khusus dengan tambahan dana pendamping (operasional) dari APBN bagi kabupaten/kota yang tidak pernah berhasil mencapai IDL 80%. Perlu dikembangkan alternatif sumber pembiayaan untuk pendanaan imunisasi di kabupaten/kota, misalnya melalui dana kapitasi dan sektor swasta. Puskesmas harus memperbaiki dan meningkatkan kemampuan perencanaan dan belanja anggaran imunisasi yang efektif. Kata kunci: imunisasi, pembiayaan, District Health Account Abstract Immunization is an effective and efficient health intervention to prevent severe illness, disability and child deaths. Funding support is important in order to achieve targeted universal child immunization (UCI) at high coverage. An Analysis of 2015’s National Survey on Health Financing in the Implementation of National Health Insurance (JKN) was conducted by using District Health Account method to figure out the sources and budget allocation on routine immunization programs in 71 districts / cities in 2013-2014. The results shows that the routine Immunization budget varies from 0.10% to 2.3% of the 2013 APBD (district budget), with a wide disparity. The main sources of funding for immunization programs in districts/cities are PAD, DAU, Dekon and B
{"title":"Pendanaan Program Imunisasi Dasar di 71 Kabupaten/Kota di Indonesia Tahun 2013-2014","authors":"Anni Yulianti, Endang Indriasih","doi":"10.22435/jpppk.v2i2.128","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/jpppk.v2i2.128","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Imunisasi adalah suatu intervensi kesehatan yang hemat biaya dan efektif untuk mencegah penderitaan akibat penyakit, kelumpuhan dan kematian. Dukungan pendanaan diharapkan mampu meningkatkan cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL).Tulisan ini merupakan hasil analisis data Riset Pembiayaan Kesehatan (RPK) di Era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Tahun 2015. Metode District Health Account (DHA) digunakan untuk menghitung pendanaan program imunisasi dasar di kabupaten/kota pada tahun 2013-2014 menurut sumber dan alokasi anggaran. Hasil analisis menunjukkan anggaran imunisasi dasar di 71 kabupaten/kota berkisar 0,10%–2,3% dari APBD Kesehatan Tahun 2013, dengan disparitas yang cukup lebar. Sumber utama pendanaan program imunisasi di kabupaten/kota adalah PAD, DAU, dekonsentrasi (Dekon) dan BOK atau masih tergantung dari dana transfer pusat. Pendanaan imunisasi nasional pada tahun 2014 meningkat secara bermakna mencapai sekitar 2,6 kali lipat dari tahun 2013. Pendanaan program imunisasi sekitar 90% didanai dari APBN, sisanya dari donor (terbesar dari GAVI). Komponen terbesar alokasi secara nasional adalah untuk pengadaan vaksin, pengenalan vaksin baru dan investasi. Sementara alokasi di kabupaten/kota (dana pendamping) sebagian besar dimanfaatkan untuk kegiatan pelayanan dan kurang dari 8% untuk surveilans dan pelatihan. Daerah dengan kapasitas fiskal tinggi tidak berarti memiliki anggaran imunisasi yang besar atau cakupan IDL yang tinggi. Direkomendasikan untuk mempertahankan kebijakan pendanaan imunisasi yang berbiaya tinggi (vaksin, kulkas vaksin, cold room) bersifat sentralistik dari APBN, sedangkan provinsi dan kabupaten/kota menyediakan anggaran untuk pelatihan, distribusi, vaksin carier beserta bahan habis pakai dan injection kit. Perlu crash program khusus dengan tambahan dana pendamping (operasional) dari APBN bagi kabupaten/kota yang tidak pernah berhasil mencapai IDL 80%. Perlu dikembangkan alternatif sumber pembiayaan untuk pendanaan imunisasi di kabupaten/kota, misalnya melalui dana kapitasi dan sektor swasta. Puskesmas harus memperbaiki dan meningkatkan kemampuan perencanaan dan belanja anggaran imunisasi yang efektif. \u0000Kata kunci: imunisasi, pembiayaan, District Health Account \u0000Abstract \u0000Immunization is an effective and efficient health intervention to prevent severe illness, disability and child deaths. Funding support is important in order to achieve targeted universal child immunization (UCI) at high coverage. An Analysis of 2015’s National Survey on Health Financing in the Implementation of National Health Insurance (JKN) was conducted by using District Health Account method to figure out the sources and budget allocation on routine immunization programs in 71 districts / cities in 2013-2014. The results shows that the routine Immunization budget varies from 0.10% to 2.3% of the 2013 APBD (district budget), with a wide disparity. The main sources of funding for immunization programs in districts/cities are PAD, DAU, Dekon and B","PeriodicalId":170797,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","volume":"58 29 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124619397","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-10-09DOI: 10.22435/jpppk.v1i2.8103
Sukmayati Alegantina
Abstrak Nikotin merupakan senyawa utama yang terdapat dalam tembakau, dimana nikotin termasuk salah satu zat berbahaya yang ada dalam rokok. Nikotin diabsorpsi dengan cepat dari paru-paru ke dalam darah. Bahaya dari nikotin yang terberat antara lain dapat merangsang pembentukan kanker. Selain itu nikotin mempunyai aktifitas yang menguntungkan yaitu sebagai antimikroba. Adanya himbauan dari Kementerian Pertanian dalam buku Pestisida Nabati, diharapkan pada suatu saat nanti Indonesia mampu berswasembada pestisida (Pesticides Self Sufficiency) sehingga tidak bergantung lagi kepada negara-negara besar penghasil pestisida kimia sintetis. Penelitian dilakukan dengan pengujian pendahuluan secara eksperimen laboratorium yang dilakukan tahun 2016 untuk menentukan kadar nikotin secara GC MS dan karakteristik ekstrak yang nantinya sebagai acuan untuk menentukan mutu ekstrak daun tembakau. Karakteristik ekstrak yang diuji adalah kadar air, berat jenis, cemaran mikroba yaitu angka kapang khamir (AKK), angka lempeng total (ALT) dan most probable number (MPN) Coliform. Hasil pengujian ekstrak daun tembakau diperoleh kadar nikotin: 3,14%, kadar air: 42,41%, berat jenis (BJ): 1,19 g/ml, AKK: 9,0x101, ALT: 8,0x101 dan MPN Coliform: < 2. Ekstrak daun tembakau yang diuji memenuhi persyaratan cemaran mikroba terhadap AKK, ALT, dan MPN Coliform Kata kunci: nikotin, karakteristik, ekstrak, daun tembakau Abstract Nicotine is the main compound in tobacco, where it is one of dangerous substances in cigarettes. It is absorbed fast from lungs to blood. Another danger of nicotine is it can stimulate the forming of cancer cells. However, nicotine has beneficial activity by acting as an antimicrobial. An urge from Ministry of Agriculture in Pestisida Nabati book, expects that Indonesia can be self-supporting in producing pesticide so Indonesia can no longer dependent with big countries that produce synthetic chemical pesticides. Therefore, a preliminary experimental laboratory testing conducted in 2016 to determine nicotine content by GC MS and extract characteristics which later as a reference to determine the quality extract. Characteristics of extract test are water content, specific gravity, microbial contamination, yeast figures, total plate number and MPN Coliform. From the tobacco leaf extract testing, nicotine content obtained was: 3.14%, moisture content: 42.41%, specific gravity: 1.19 g/ml, total mold and yeast count: 9.0x101, total plate count: 8.0x101 and MPN Coliform: <2. Tobacco leaf extract meets the requirements for microbial contamination of yeast figures, total plate number, and MPN Coliform. Keywords: nicotine, characteristics, extract, tobacco leaf
{"title":"Penetapan Kadar Nikotin dan Karakteristik Ekstrak Daun Tembakau (Nicotiana tabacum L.)","authors":"Sukmayati Alegantina","doi":"10.22435/jpppk.v1i2.8103","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/jpppk.v1i2.8103","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Nikotin merupakan senyawa utama yang terdapat dalam tembakau, dimana nikotin termasuk salah satu zat berbahaya yang ada dalam rokok. Nikotin diabsorpsi dengan cepat dari paru-paru ke dalam darah. Bahaya dari nikotin yang terberat antara lain dapat merangsang pembentukan kanker. Selain itu nikotin mempunyai aktifitas yang menguntungkan yaitu sebagai antimikroba. Adanya himbauan dari Kementerian Pertanian dalam buku Pestisida Nabati, diharapkan pada suatu saat nanti Indonesia mampu berswasembada pestisida (Pesticides Self Sufficiency) sehingga tidak bergantung lagi kepada negara-negara besar penghasil pestisida kimia sintetis. Penelitian dilakukan dengan pengujian pendahuluan secara eksperimen laboratorium yang dilakukan tahun 2016 untuk menentukan kadar nikotin secara GC MS dan karakteristik ekstrak yang nantinya sebagai acuan untuk menentukan mutu ekstrak daun tembakau. Karakteristik ekstrak yang diuji adalah kadar air, berat jenis, cemaran mikroba yaitu angka kapang khamir (AKK), angka lempeng total (ALT) dan most probable number (MPN) Coliform. Hasil pengujian ekstrak daun tembakau diperoleh kadar nikotin: 3,14%, kadar air: 42,41%, berat jenis (BJ): 1,19 g/ml, AKK: 9,0x101, ALT: 8,0x101 dan MPN Coliform: < 2. Ekstrak daun tembakau yang diuji memenuhi persyaratan cemaran mikroba terhadap AKK, ALT, dan MPN Coliform \u0000Kata kunci: nikotin, karakteristik, ekstrak, daun tembakau \u0000Abstract \u0000Nicotine is the main compound in tobacco, where it is one of dangerous substances in cigarettes. It is absorbed fast from lungs to blood. Another danger of nicotine is it can stimulate the forming of cancer cells. However, nicotine has beneficial activity by acting as an antimicrobial. An urge from Ministry of Agriculture in Pestisida Nabati book, expects that Indonesia can be self-supporting in producing pesticide so Indonesia can no longer dependent with big countries that produce synthetic chemical pesticides. Therefore, a preliminary experimental laboratory testing conducted in 2016 to determine nicotine content by GC MS and extract characteristics which later as a reference to determine the quality extract. Characteristics of extract test are water content, specific gravity, microbial contamination, yeast figures, total plate number and MPN Coliform. From the tobacco leaf extract testing, nicotine content obtained was: 3.14%, moisture content: 42.41%, specific gravity: 1.19 g/ml, total mold and yeast count: 9.0x101, total plate count: 8.0x101 and MPN Coliform: <2. Tobacco leaf extract meets the requirements for microbial contamination of yeast figures, total plate number, and MPN Coliform. \u0000Keywords: nicotine, characteristics, extract, tobacco leaf","PeriodicalId":170797,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","volume":"3 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123045828","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-10-09DOI: 10.22435/JPPPK.V1I2.8101
R. Handayani, S. Siahaan, M. J. Herman
Abstract Antimicrobial Resistance (AMR) is a serious issue because it may reduce treatment effectiveness, increase infection transmission and health care costs. This article aims to identify the problems and the implementation of the AMR control program in hospital. Method :Data were collected by reviewing study results in journals and proceedings, books/literature on AMR at universities and hospitals in Jakarta and Bandung, regulation on the distribution and use of antimicrobials at NADFC, control policy on AMR of MoH RI, as well as data of nosocomial infections from National Survey on Health Facility (Rifaskes 2011). We also conducted consensus decision making which discusses strategic plan and policy for controlling AMR as well as how to optimize or strengthen the strategy with participants involving type A hospital AMR Control Committee as keynote speakers and Directorate of Referral Health Services, Directorate of Health Service Facility, Directorate of Pharmacy Services, Private and Public Hospital Directors in DKI Jakarta, Hospital Accreditation Commission (KARS), others researchers and academicians as stake holders.In Indonesia AMR control program has been started in some hospitals, but there are still many obstacles either from the management, facilities or infrastructures and practitioners. The policies related to AMR control in Indonesia are stated in Law No. 36 of 2009, Law No. 44 of 2009 and the Ministry of Health Decree No. 8 of 2015. There is also a guideline of the Ministry of Health for Infection Control Program in hospital. These policies should be implemented and used as a tool to increase the commitment of the hospital management. Compliance with the guidelines should be strictly implemented, besides the rational prescription of antimicrobials, completing facilities and infrastructures for controlling AMR and the establishment of surveillance of antibiotic use. Keywords: resistance, antimicrobials, hospital Abstrak Resistensi antimikroba (AMR) merupakan masalah serius karena dapat menurunkan efektivitas pengobatan, meningkatkan penularan infeksi dan biaya kesehatan. Tujuan kajian adalah mengidentifikasi masalah dan penerapan program pengendalian AMR di rumah sakit. Hasil dari berbagai penelitian di rumah sakit menunjukkan adanya AMR terhadap beberapa antibiotik. Metode: data berasal dari penelitian dalam jurnal dan prosiding, buku tentang AMR di universitas dan rumah sakit di Jakarta dan Bandung, peraturan tentang AMR di badan POM, kebijakan pengendalian AMR di Kemenkes serta data infeksi nosokomial dari Rifaskes 2011. Kesepakatan keputusan disusun melalui diskusi rencana strategis dan kebijakan pengendalian AMR dan penguatan strategi dengan partisipan ARCP dari rumah sakit tipe A sebagai narasumber dan Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan, Direktur Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Direktur Pelayanan Farmasi, direktur rumah sakit pemerintah dan swasta di DKI, Komisi akreditasi rumah sakit, peneliti dan akademisi sebagai pema
摘要抗菌素耐药性(AMR)是一个严重的问题,因为它可能降低治疗效果,增加感染传播和卫生保健费用。本文旨在找出医院AMR控制方案存在的问题及实施方法。方法:通过审查雅加达和万隆大学和医院关于抗微生物药物耐药性的期刊和论文集、书籍/文献的研究结果、抗微生物药物中心的分配和使用规定、卫生部抗微生物药物耐药性的控制政策以及全国卫生设施调查(Rifaskes 2011)的医院感染数据来收集数据。我们还进行了协商一致的决策,讨论了控制抗微生物药物耐药性的战略计划和政策,以及如何优化或加强这一战略,与会者包括:A类医院抗微生物药物耐药性控制委员会作为主旨发言人、转诊保健服务理事会、卫生服务设施理事会、药房服务理事会、雅加达DKI的私立和公立医院院长、医院认证委员会(KARS)、其他研究人员和学者作为利益相关者。在印度尼西亚,一些医院已经启动了抗微生物药物耐药性控制方案,但在管理、设施或基础设施和从业人员方面仍然存在许多障碍。印度尼西亚2009年第36号法律、2009年第44号法律和2015年卫生部第8号法令规定了与抗微生物药物耐药性控制有关的政策。卫生部还制定了医院感染控制方案的指导方针。这些政策应该得到实施,并作为一种工具来增加医院管理层的承诺。应严格遵守指南,合理使用抗菌素,完善控制抗生素耐药性的设施和基础设施,建立抗生素使用监测机制。【关键词】耐药性;抗菌药物;医院【摘要】抗微生物药耐药(AMR);图juan kajian adalah mengidentififikasi masalah dan penerapan程序pengendalian AMR di rumah sakit。这是一种抗菌素抗生素。方法:数据分析方法,数据分析方法,雅加达医科大学AMR研究方法,雅加达医科大学AMR研究方法,雅加达医科大学AMR研究方法,雅加达医科大学AMR研究方法,雅加达医科大学AMR研究方法,北京医科大学AMR研究方法,2011。Kesepakatan keputusan disusun melalui danpenguan strategy dankebijakan pengendalian AMR danpenguan strategy dengan partipartian ARCP dari rumah sakit tipepebagai narasumnumber danrektur Pelayanan Kesehatan Rujukan, Direktur Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Direktur Pelayanan Farmasi, Direktur rumah sakit peremerintah dan swasta di DKI, Komisi akreditasi rumah sakit, peneliti danakademisi sebagai pemangku kepentingan。i Indonesia pengendalian AMR sudah dilakukan Di beberapa rumah sakit, tetapi masih banyak kendala baik dari sisi management, sarana, prasarana dan praktisi。pengen大连耐药抗生素di Indonesia diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan diantaranya UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan, UU No.44 tahun 2009 tentang rumah sakit, dan Permenkes RI No. 8 tahun 2015。Ada juga pedoman pengenahan danpengendalian因其在中国的发展而受到影响,中国的发展和发展受到影响,中国的发展和发展受到影响。Kepatuhan papadoman计划彭根大连AMR harus ditekankan, selain peresepan anti - roba yang理性,pengenuhan sarana dan prasarana untuk pengenuhan danpembentukan监测彭根大连抗生素。Kata kunci:抵抗,抗黑,抗黑
{"title":"Antimicrobial Resistance and Its Control Policy Implementation in Hospital in Indonesia","authors":"R. Handayani, S. Siahaan, M. J. Herman","doi":"10.22435/JPPPK.V1I2.8101","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/JPPPK.V1I2.8101","url":null,"abstract":"Abstract \u0000Antimicrobial Resistance (AMR) is a serious issue because it may reduce treatment effectiveness, increase infection transmission and health care costs. This article aims to identify the problems and the implementation of the AMR control program in hospital. Method :Data were collected by reviewing study results in journals and proceedings, books/literature on AMR at universities and hospitals in Jakarta and Bandung, regulation on the distribution and use of antimicrobials at NADFC, control policy on AMR of MoH RI, as well as data of nosocomial infections from National Survey on Health Facility (Rifaskes 2011). We also conducted consensus decision making which discusses strategic plan and policy for controlling AMR as well as how to optimize or strengthen the strategy with participants involving type A hospital AMR Control Committee as keynote speakers and Directorate of Referral Health Services, Directorate of Health Service Facility, Directorate of Pharmacy Services, Private and Public Hospital Directors in DKI Jakarta, Hospital Accreditation Commission (KARS), others researchers and academicians as stake holders.In Indonesia AMR control program has been started in some hospitals, but there are still many obstacles either from the management, facilities or infrastructures and practitioners. The policies related to AMR control in Indonesia are stated in Law No. 36 of 2009, Law No. 44 of 2009 and the Ministry of Health Decree No. 8 of 2015. There is also a guideline of the Ministry of Health for Infection Control Program in hospital. These policies should be implemented and used as a tool to increase the commitment of the hospital management. Compliance with the guidelines should be strictly implemented, besides the rational prescription of antimicrobials, completing facilities and infrastructures for controlling AMR and the establishment of surveillance of antibiotic use. \u0000Keywords: resistance, antimicrobials, hospital \u0000Abstrak \u0000Resistensi antimikroba (AMR) merupakan masalah serius karena dapat menurunkan efektivitas pengobatan, meningkatkan penularan infeksi dan biaya kesehatan. Tujuan kajian adalah mengidentifikasi masalah dan penerapan program pengendalian AMR di rumah sakit. Hasil dari berbagai penelitian di rumah sakit menunjukkan adanya AMR terhadap beberapa antibiotik. Metode: data berasal dari penelitian dalam jurnal dan prosiding, buku tentang AMR di universitas dan rumah sakit di Jakarta dan Bandung, peraturan tentang AMR di badan POM, kebijakan pengendalian AMR di Kemenkes serta data infeksi nosokomial dari Rifaskes 2011. Kesepakatan keputusan disusun melalui diskusi rencana strategis dan kebijakan pengendalian AMR dan penguatan strategi dengan partisipan ARCP dari rumah sakit tipe A sebagai narasumber dan Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan, Direktur Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Direktur Pelayanan Farmasi, direktur rumah sakit pemerintah dan swasta di DKI, Komisi akreditasi rumah sakit, peneliti dan akademisi sebagai pema","PeriodicalId":170797,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","volume":"1 4","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"120807571","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak Kualitas pendidikan tenaga kesehatan yang belum merata salah satu masalah sumber daya manusia kesehatan di Indonesia. Bidan adalah tenaga kesehatan yang menempuh pendidikan kebidanan di institusi DIII kebidanan. Institusi kebidanan dituntut mampu menghasilkan bidan yang berkualitas dan kompeten sebagai pemberi layanan kesehatan ibu dan anak. Global Alliance Vaccines and Immunization (GAVI) sebagai organisasi internasional mendorong dilakukannya penelitian pendidikan DIII kebidanan di Indonesia. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan gambaran penyelenggaraan pendidikan DIII kebidanan melalui pendekatan sistem input, proses, dan output. Penelitian menggunakan desain potong lintang dengan pendekatan kuantitatif yang dilaksanakan di 18 institusi pendidikan DIII kebidanan di 5 provinsi, yaitu Jawa Barat, Banten, Sulawesi Selatan, Papua Barat, dan Papua pada tahun 2013. Analisis menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menggambarkan adanya perbedaan baik pada input, proses, maupun output antar institusi pendidikan menurut wilayah maupun kepemilikan institusi. Terdapat perbedaan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa menurut wilayah dan provinsi (p<0,05). Terdapat perbedaan pengetahuan mahasiswa di institusi pendidikan DIII kebidanan berdasarkan kepemilikan institusi. Tidak terdapat perbedaan keterampilan mahasiswa di institusi pendidikan DIII kebidanan milik pemerintah dan swasta (p=0,062). Perlu peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan DIII kebidanan agar menghasilkan lulusan yang kompeten berbasis wilayah dan kepemilikan institusi pendidikan DIII kebidanan. Kata kunci: pendidikan vokasi, kebidanan, GAVI Abstract The unequality in health workers education quality is one of human resources for health’s problems in Indonesia. Ones who want to become a midwife should attend midwifery education. Diploma III (vocational) midwifery education institution as an education provider of midwifery must produce qualified and competent midwives that will perform their function as maternal and child health (MCH) care provider. The Global Alliance Vaccines and Immunization (GAVI) as an international organization that focuses on the MCH programs in Indonesia, encourages research aiming to describe implementation of Diploma III midwifery education through a system approach (input, process and output). This is a cross-sectional study with quantitative approach that was held in 18 Diploma III midwifery education institution which were spread in 5 provinces: West Java, Banten, South Sulawesi, West Papua and Papua in 2013. The analysis used were chi-square test. The results described differences either on input, process, and output among educational institutions by region and institutional ownership. There was a difference of students’ knowledge and skill by region and province (p <0,05). There was also a difference of the students’ knowledge in midwifery education institution based on institutional ownership. There were no differences in student skil
卫生保健教育质量不平等是印尼公共卫生资源问题之一。助产士是妇产科机构的一名保健工作者。助产士被要求能够提供合格的、合格的助产士作为妇产科保健提供者。作为一个国际组织,全球联盟Vaccines and immunation (GAVI)推动了印度尼西亚的妇产科教育研究。这项研究的目的是通过输入系统、过程和输出来了解妇产科教育的状况。2013年,在西爪哇岛、班腾、南苏拉威西、西巴布亚和巴布亚五个省18个妇产科教育机构进行的一项以定量方式进行的研究。使用chi square进行分析。研究结果表明,根据利害关系和制度所有权,教育机构之间的输入、处理和输出存在差异。学生在各分区和各省的知识和技能上存在差异(p< 0.05)。基于机构所有权的妇科教育机构的学生知识存在差异。政府和私人迪尔教育机构的学生技能没有差异(p= 062)。为了培养以地区为基础的专业毕业生和助产士教育机构的所有权,我们需要提高助产士教育的质量。关键词:vokasi教育、产科、GAVI剥夺了健康工作人员教育质量的不平等是印度尼西亚问题的人类资源之一。想成为助产士教育的人。《产前教育机构》必须产生作为母亲和儿童医疗提供者的职能和竞争的产前证书。全球联盟Vaccines and immunizes (GAVI)是印度尼西亚MCH项目的国际组织,专门研究通过系统类似的确认文凭III midwifery education的实施。2013年,这是一个交叉的部门研究,目标是18个文凭III midwifery education机构,分布在5个省:西爪哇,班腾,南苏拉威西,西巴布亚和巴布亚。分析曾经是chi square测试。关于区域和机构权力机构教育机构的输入、处理和输出的不同意见。区域和省的知识和技能有很大的不同(p < 0.05)。在中途教育机构的机构权力机构上,学生知识也有很大的不同。在学生之间,公共教育机构和私人教育机构没有什么不同(p = 062)。要强调DIII中世纪教育的质量,就必须基于该地区和权力阶层的竞争。初级教育,中维,加维
{"title":"Evaluasi Penyelenggaraan Pendidikan DIII Kebidanan di 5 Provinsi Wilayah Binaan GAVI","authors":"Rosita Rosita, Harimat Hendarwan, Mieska Despitasari","doi":"10.22435/JPPPK.V1I2.8102","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/JPPPK.V1I2.8102","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Kualitas pendidikan tenaga kesehatan yang belum merata salah satu masalah sumber daya manusia kesehatan di Indonesia. Bidan adalah tenaga kesehatan yang menempuh pendidikan kebidanan di institusi DIII kebidanan. Institusi kebidanan dituntut mampu menghasilkan bidan yang berkualitas dan kompeten sebagai pemberi layanan kesehatan ibu dan anak. Global Alliance Vaccines and Immunization (GAVI) sebagai organisasi internasional mendorong dilakukannya penelitian pendidikan DIII kebidanan di Indonesia. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan gambaran penyelenggaraan pendidikan DIII kebidanan melalui pendekatan sistem input, proses, dan output. Penelitian menggunakan desain potong lintang dengan pendekatan kuantitatif yang dilaksanakan di 18 institusi pendidikan DIII kebidanan di 5 provinsi, yaitu Jawa Barat, Banten, Sulawesi Selatan, Papua Barat, dan Papua pada tahun 2013. Analisis menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menggambarkan adanya perbedaan baik pada input, proses, maupun output antar institusi pendidikan menurut wilayah maupun kepemilikan institusi. Terdapat perbedaan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa menurut wilayah dan provinsi (p<0,05). Terdapat perbedaan pengetahuan mahasiswa di institusi pendidikan DIII kebidanan berdasarkan kepemilikan institusi. Tidak terdapat perbedaan keterampilan mahasiswa di institusi pendidikan DIII kebidanan milik pemerintah dan swasta (p=0,062). Perlu peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan DIII kebidanan agar menghasilkan lulusan yang kompeten berbasis wilayah dan kepemilikan institusi pendidikan DIII kebidanan. \u0000Kata kunci: pendidikan vokasi, kebidanan, GAVI \u0000Abstract \u0000The unequality in health workers education quality is one of human resources for health’s problems in Indonesia. Ones who want to become a midwife should attend midwifery education. Diploma III (vocational) midwifery education institution as an education provider of midwifery must produce qualified and competent midwives that will perform their function as maternal and child health (MCH) care provider. The Global Alliance Vaccines and Immunization (GAVI) as an international organization that focuses on the MCH programs in Indonesia, encourages research aiming to describe implementation of Diploma III midwifery education through a system approach (input, process and output). This is a cross-sectional study with quantitative approach that was held in 18 Diploma III midwifery education institution which were spread in 5 provinces: West Java, Banten, South Sulawesi, West Papua and Papua in 2013. The analysis used were chi-square test. The results described differences either on input, process, and output among educational institutions by region and institutional ownership. There was a difference of students’ knowledge and skill by region and province (p <0,05). There was also a difference of the students’ knowledge in midwifery education institution based on institutional ownership. There were no differences in student skil","PeriodicalId":170797,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","volume":"18 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130388672","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-10-09DOI: 10.22435/JPPPK.V1I2.8104
Amir Su’udi, Harimat Hendarwan
Abstrak Pemerintah Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan menerapkan pelayanan kesehatan gratis di Puskesmas melalui program Jaminan Tabalong Sehat (JTS) sejak tahun 2008. Peserta JTS adalah seluruh penduduk Tabalong yang tidak memiliki asuransi atau jaminan kesehatan. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan wawancara mendalam. Sampel uji sebanyak 253 rumah tangga sasaran program JTS, diambil dari 405 sampel rumah tangga yang dipilih secara sistematik, dari klaster 15 desa/kelurahan di tiga wilayah puskesmas terpilih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan gratis di puskesmas belum optimal. Sebanyak 52% rumah tangga pernah memanfaatkan pelayanan kesehatan puskesmas dalam setahun terakhir. Faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas adalah pengetahuan, kemauan untuk membayar/WTP, adanya penyakit tertentu, waktu tempuh, kemudahan dan biaya transportasi. Rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskemas yang sudah digratiskan disebabkan karena kurang optimalnya kegiatan puskesmas, kurangnya sosialisasi ke masyarakat dan sasaran masyarakat yang disubsidi kurang tepat. Kata kunci: Pemanfaatan pelayanan kesehatan, Puskesmas, Subsidi, Tabalong Abstract Government of Tabalong District have been giving free health care subsidies at public health centre (PHC) through Tabalong Health Security (Jaminan Tabalong Sehat /JTS) program since 2008. Targetting of JTS program are all of Tabalong citizens that have not covered by health insurance or other health security programs. The objective of this research was to know the factors that related with utilization of health services at PHC in Tabalong District. Approach of this research were cross sectional design and deep interview. Sampels were 253 targetting household taken form 405 household that selected by systematic random from 15 villages cluster at three selected PHC areas. The result showed that utilization of free health services subsidies were not optimize yet. Just 52% of household utilized health services at PHC in the last year. The factors that related with health services utilization at PHC are knowledge, willingness to pay (WTP), diseases avalaibility, travelling time, easiness and cost of transportation. The low rates utilization of free health care were also caused by un-optimize of PHC’s activities, lack of promotion the JTS programs, not matching of subsidies targetting. Keywords: Health services utilization, public health centre, subsidy, Tabalong
{"title":"Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Sasaran Program Jaminan Tabalong Sehat di Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan","authors":"Amir Su’udi, Harimat Hendarwan","doi":"10.22435/JPPPK.V1I2.8104","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/JPPPK.V1I2.8104","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Pemerintah Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan menerapkan pelayanan kesehatan gratis di Puskesmas melalui program Jaminan Tabalong Sehat (JTS) sejak tahun 2008. Peserta JTS adalah seluruh penduduk Tabalong yang tidak memiliki asuransi atau jaminan kesehatan. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan wawancara mendalam. Sampel uji sebanyak 253 rumah tangga sasaran program JTS, diambil dari 405 sampel rumah tangga yang dipilih secara sistematik, dari klaster 15 desa/kelurahan di tiga wilayah puskesmas terpilih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan gratis di puskesmas belum optimal. Sebanyak 52% rumah tangga pernah memanfaatkan pelayanan kesehatan puskesmas dalam setahun terakhir. Faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas adalah pengetahuan, kemauan untuk membayar/WTP, adanya penyakit tertentu, waktu tempuh, kemudahan dan biaya transportasi. Rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskemas yang sudah digratiskan disebabkan karena kurang optimalnya kegiatan puskesmas, kurangnya sosialisasi ke masyarakat dan sasaran masyarakat yang disubsidi kurang tepat. \u0000Kata kunci: Pemanfaatan pelayanan kesehatan, Puskesmas, Subsidi, Tabalong \u0000Abstract \u0000Government of Tabalong District have been giving free health care subsidies at public health centre (PHC) through Tabalong Health Security (Jaminan Tabalong Sehat /JTS) program since 2008. Targetting of JTS program are all of Tabalong citizens that have not covered by health insurance or other health security programs. The objective of this research was to know the factors that related with utilization of health services at PHC in Tabalong District. Approach of this research were cross sectional design and deep interview. Sampels were 253 targetting household taken form 405 household that selected by systematic random from 15 villages cluster at three selected PHC areas. The result showed that utilization of free health services subsidies were not optimize yet. Just 52% of household utilized health services at PHC in the last year. The factors that related with health services utilization at PHC are knowledge, willingness to pay (WTP), diseases avalaibility, travelling time, easiness and cost of transportation. The low rates utilization of free health care were also caused by un-optimize of PHC’s activities, lack of promotion the JTS programs, not matching of subsidies targetting. \u0000Keywords: Health services utilization, public health centre, subsidy, Tabalong","PeriodicalId":170797,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","volume":"16 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114612758","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-10-09DOI: 10.22435/JPPPK.V1I2.8105
Desi Fitrianeti, Lukman Waris, Anni Yulianti
Abstrak Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dilaksanakan atas hak setiap warga negara memperoleh layanan kesehatan, baik yang bertempat tinggal di perkotaan maupun di perdesaan termasuk di daerah terpencil perbatasan kepulauan. Pelaksana program JKN dilaksanakan oleh unit pelayanan kesehatan mulai dari pelayanan kesehatan di puskesmas sampai dengan pelayanan kesehatan rujukan di rumah sakit dengan pembayaran yang dilakukan oleh Badan Pelaksana Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS) kepada unit pelaksana pelayanan kesehatan dengan mekanisme transfer berdasarkan sistem dana kapitasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pelaksanaan penganggaran dan penerimaan dana kapitasi tenaga kesehatan program jaminan kesehatan nasional di daerah terpencil Puskesmas Mapaddegat Kabupaten Kepulauan Mentawai dengan mengunakan metode kualitatif. Pengumpulan informasi melalui observasi wawancara mendalam terhadap informan dan informan kunci dan Dokumentasi. Penelitian dilaksanakan bulan januari s/d juni 2017. Hasil penelitian menggambarkan bahwa pelaksanaan penganggaran dan penerima dana kapitasi tenaga kesehatan pada tahun 2014-2015 belum berjalan sesuai ketentuan pembayaran, tahun 2016 masih ditemukan permasalahan pembayaran norma kapitasi oleh BPJS Kesehatan sudah normatif namun belum sesuai dengan jumlah peserta yang terdaftar. Tahun 2017 penerimaan dana kapitasi sudah berjalan lebih baik dibuktikan dengan telah teradministrasi dan terdokumentasi semua bentuk pemanfaatan dan realisasi belanja pencairan dana kapitasi untuk seluruh petugas di puskesmas dan jaringannya. Kata kunci: Tenaga kesehatan, penganggaran, penerimaan dana kapitasi dan program JKN. Abstract The National Health Insurance Program (JKN) is implemented on the right of every citizen to receive health services in both urban and rural areas, including in remote border areas of the island. Implementing the JKN program is implemented by health care unit starting from health service at puskesmas to referral health service in hospital with payment made by BPJS to health service implementation unit with transfer mechanism based on capitation fund system. This study aims to describe and analyze the implementation of budgeting and receiving capitation funds health workers national health insurance program in remote areas Mapaddegat Puskesmas Mentawai Islands by using qualitative methods. Information gathering through in-depth interview observation of key informants and informants and Documentation. The study was conducted from January to June 2017. The results of this study illustrate that the implementation of budgeting and recipients of capitation funds of health personnel in 2014-2015 has not run according to payment terms, in 2016 still found the problem of payment of capitation norms by BPJS Health has been normative but not in accordance with number of registered participants according to the provisions. In 2017, the capitation of the capitation funds has been better impl
目前正在实施的抽象国家卫生安全计划(JKN)是指以城市和乡村为基础的所有公民获得医疗保健的权利。JKN项目的执行人员是由健康服务部门执行的,从临床医疗保健部门到医院转介医疗中心,由社会健康保障机构(BPJS)支付给医疗服务机构,该机构根据毛细血管系统的转移机制。该研究旨在描述和分析偏远地区Puskesmas Mapaddegat群岛中的国家健康保障项目的预算实施和接受。通过对关键信息提供者、关键信息提供者和文档的深入采访观察来收集信息。研究于2017年6月举行。研究表明,2014-2015年毛细管拨款和毛细管拨款的受益者尚未按照付款条件进行,2016年,卫生BPJS规范的毛细值支付仍然存在问题,但尚未与注册参与者的数量相匹配。2017年,随着管理和记录了对所有医疗机构和组织人员的各种使用方式和支出的实现,毛细金资金的发放得到了更好的证明。关键词:卫生保健、预算、毛细血管资金流入和JKN项目。国民健康保险计划(JKN)的实施完全取决于所有公民在城市和农村地区获得健康服务,包括偏远地区的地区。JKN项目的实施是由健康护理单位启动的,由健康服务机构在puskesmas推荐医院的健康服务,由BPJS为健康服务提供的支付单位,该单位基于capitation fund系统的转让机制。这一研究旨在描述和分析预算和吸收资金支出资金工人的资金支出计划的实施,使用适当的方法进行精神病学项目。信息聚集在国务院接受关键信息、信息和文件观察。这项研究是由2017年6月1日起编写的。《results of this study illustrate那implementation of capitation基金的预算和recipients of health personnel在2014 - 2015已经不是本垒打弥足. payment条款问题》,在2016年还找到. payment of capitation诺米是由社会服务health)已被normative但不是registered in accordance with当家》participants弥足The provisions。2017年,负责任的资金的行政和授权基金在其puskesmas和其网络上向所有官员提供资金的专业化和现实主义。重点词:健康男子气概、政策、预算、接受委托资金和健康保险计划。
{"title":"Penganggaran dan Penerimaan Dana Kapitasi Program JKN di Daerah Terpencil Kabupaten Kepulauan Mentawai","authors":"Desi Fitrianeti, Lukman Waris, Anni Yulianti","doi":"10.22435/JPPPK.V1I2.8105","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/JPPPK.V1I2.8105","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dilaksanakan atas hak setiap warga negara memperoleh layanan kesehatan, baik yang bertempat tinggal di perkotaan maupun di perdesaan termasuk di daerah terpencil perbatasan kepulauan. Pelaksana program JKN dilaksanakan oleh unit pelayanan kesehatan mulai dari pelayanan kesehatan di puskesmas sampai dengan pelayanan kesehatan rujukan di rumah sakit dengan pembayaran yang dilakukan oleh Badan Pelaksana Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS) kepada unit pelaksana pelayanan kesehatan dengan mekanisme transfer berdasarkan sistem dana kapitasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pelaksanaan penganggaran dan penerimaan dana kapitasi tenaga kesehatan program jaminan kesehatan nasional di daerah terpencil Puskesmas Mapaddegat Kabupaten Kepulauan Mentawai dengan mengunakan metode kualitatif. Pengumpulan informasi melalui observasi wawancara mendalam terhadap informan dan informan kunci dan Dokumentasi. Penelitian dilaksanakan bulan januari s/d juni 2017. Hasil penelitian menggambarkan bahwa pelaksanaan penganggaran dan penerima dana kapitasi tenaga kesehatan pada tahun 2014-2015 belum berjalan sesuai ketentuan pembayaran, tahun 2016 masih ditemukan permasalahan pembayaran norma kapitasi oleh BPJS Kesehatan sudah normatif namun belum sesuai dengan jumlah peserta yang terdaftar. Tahun 2017 penerimaan dana kapitasi sudah berjalan lebih baik dibuktikan dengan telah teradministrasi dan terdokumentasi semua bentuk pemanfaatan dan realisasi belanja pencairan dana kapitasi untuk seluruh petugas di puskesmas dan jaringannya. \u0000Kata kunci: Tenaga kesehatan, penganggaran, penerimaan dana kapitasi dan program JKN. \u0000Abstract \u0000The National Health Insurance Program (JKN) is implemented on the right of every citizen to receive health services in both urban and rural areas, including in remote border areas of the island. Implementing the JKN program is implemented by health care unit starting from health service at puskesmas to referral health service in hospital with payment made by BPJS to health service implementation unit with transfer mechanism based on capitation fund system. This study aims to describe and analyze the implementation of budgeting and receiving capitation funds health workers national health insurance program in remote areas Mapaddegat Puskesmas Mentawai Islands by using qualitative methods. Information gathering through in-depth interview observation of key informants and informants and Documentation. The study was conducted from January to June 2017. The results of this study illustrate that the implementation of budgeting and recipients of capitation funds of health personnel in 2014-2015 has not run according to payment terms, in 2016 still found the problem of payment of capitation norms by BPJS Health has been normative but not in accordance with number of registered participants according to the provisions. In 2017, the capitation of the capitation funds has been better impl","PeriodicalId":170797,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","volume":"21 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128258485","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak Angka kematian neonatal dan angka kematian balita di Indonesia masih tinggi. Kasus kegawatdaruratan merupakan penyebab tingginya angka kematian tersebut. Rumah sakit Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) 24 jam merupakan rumah sakit rujukan dengan visi mempercepat penurunan angka kematian neonatus dan angka kematian balita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pelayanan neonatal emergensi pada rumah sakit PONEK 24 jam di Indonesia. Penelitian didesain dengan pendekatan mix method yaitu pembauran antara studi kuantitatif dan kualitatif. Studi kuantitatif adalah cross sectional dan studi kualitatif adalah Rapid Assesment Procedure yang dilakukan pada tahun 2014. Penelitian dilakukan di rumah sakit di Indonesia dengan kriteria rumah sakit PONEK 24 jam, telah menerima sosialisasi tentang PONEK, dipilih secara random di 7 provinsi di Indonesia masing-masing 2 rumah sakit tiap provinsi. Berdasarkan kriteria tersebut sebanyak 14 rumah sakit diobservasi dalam penelitian ini. Data kuantitatif yang dikumpulkan meliputi pelayanan klinis, manajemen, sarana dan prasarana, ketenagaan dan pendanaan. Data dikumpulkan dengan cara observasi, telaah dokumen dan wawancara. Data kualitatif yang dikumpulkan meliputi proses, hambatan, dan keberhasilan PONEK dengan cara indepth interview dengan informan kunci direktur rumah sakit, ketua komite medik dan dokter spesialis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar rumah sakit telah melaksanakan pelayanan neonatal emergensi 24 jam, KMC dan aksesibilitas darah yang memadai. Pelayanan neonatal emergensi telah didukung dengan jenis tenaga profesional, komitmen direktur rumah sakit yang tinggi, MoU dengan IDI, kerjasama dengan NGO serta ruangan, sarana dan prasarana yang memadai. Keberhasilan rumah sakit PONEK 24 jam didukung oleh kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan layanan rumahsakit. Namun di beberapa rumah sakit kurangnya tenaga terlatih, jumlah tenaga, tidak ada tim, sarana dan prasarana serta ruangan menjadi alasan rumah sakit tidak melaksanakan PONEK. Kesimpulan: beberapa rumah sakit telah melaksanakan pelayanan neonatal emergensi komprehensif 24 jam, namun masih perlu mendapat perhatian dalam hal pelatihan dan jumlah tenaga, biaya, sarana dan prasarana serta ruangan yang memadai. Kata kunci: neonatal, emergensi, rumah sakit, rujukan Abstract Neonatal under-five mortality rate in Indonesia was still high, while the emergency cases were the most of its causes. Emergency neonatal care (EmNC) hospital was a referral provider to accelerate decline in neonatal and under-five mortality. This research aimed to observe the implementation of emergency neonatal services at referal hospitals in Indonesia. This study was a cross sectional study with quantitative and qualitative design. The study was conducted in all of referal hospital in Indonesia with criterian socialized emergency neonatal care. Based on these criteria as many as 14 hospitals in 7 provinces were
印尼新生儿死亡率和幼儿死亡率的抽象数字仍然很高。紧急情况是这些高死亡率的原因。全日制妇产科和新生儿紧急服务机构(PONEK)是一家综合医院,其愿景是加速新生儿死亡率和幼儿死亡率的下降。本研究旨在了解印尼PONEK医院24小时新生儿紧急服务的实施情况。该研究是基于定量研究和定性研究的混合方法设计的。定量研究是分段的,定性研究是2014年进行的快速评估程序。该研究是在印度尼西亚的一家医院进行的,标准是24小时的PONEK医院,接受关于PONEK的社会化。在这项研究中观察到14家医院。收集的定量数据包括临床服务、管理、设施和基础设施、冷静和资金。通过观察、研究文件和采访来收集数据。收集的定性数据包括过程、障碍和PONEK在不确定的采访中与医院关键线人、医疗委员会主席和专家专家意见一致的过程、障碍和成功。研究结果表明,大多数医院已经实施了24小时紧急新生儿服务、KMC和适当的血液可及性。这种紧急的新生儿服务得到了专业人员的支持,医院高级主任的承诺,IDI的MoU,与非政府组织和空间、设施和基础设施的合作。蓬尼克医院24小时的成功得到了公众利用医院服务的意识的支持。但在一些医院,培训不足、人手不足、没有团队、设施和房间是医院不举行圆顶活动的原因。结论:一些医院已经实施了全天24小时的紧急紧急服务,但仍需要在培训、人力、成本、设施和适当空间方面得到关注。关键词:印度尼西亚的新生儿、紧急情况、医院、五岁以下的指标仍然很高,而紧急情况的发展是其主要原因。紧急转诊医院新生儿护理(EmNC)是个提供者到加速衰落在新生儿和under-five不朽。这对天文the implementation of research aimed at新生儿紧急服务转介hospitals在印尼。这个研究是一个横向的量化和对应性设计研究。这项研究是由印度尼西亚所有医院的推荐医院进行的,该医院是由社会新生护理协会决定的。基于这些露天看台,在7个省14家酒店观察到这项研究。量化数据收集包括临床服务、管理、设施和基础设施、人力和资金。数据由天文台收集,文档回顾和采访。这些资格包括索引对directors、医学委员会成员和专家的调查。最近的广告提供了24小时的紧急服务、KMC和采血限制。医院院长、妇产科主任、国际医学主任、国际医学主任、医学硕士、医学硕士。最近的紧急援助由公众意识支持公用事业医院。医生技能、房间、浓缩的供应和紧急护理功能在several监视医院是不可能负担得起的。一些医院已经部署了紧急救援物资,但仍然需要儿童福利、预算、用品和设备的编号。新生儿,紧急状态,医院,转诊系统
{"title":"Implementasi Pelayanan Neonatal Emergensi Komprehensif di Rumah Sakit PONEK di Indonesia","authors":"Harimat Hendarwan, Lukman Waris, Tri Siswati","doi":"10.22435/jpppk.v1i2.502","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/jpppk.v1i2.502","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Angka kematian neonatal dan angka kematian balita di Indonesia masih tinggi. Kasus kegawatdaruratan merupakan penyebab tingginya angka kematian tersebut. Rumah sakit Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) 24 jam merupakan rumah sakit rujukan dengan visi mempercepat penurunan angka kematian neonatus dan angka kematian balita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pelayanan neonatal emergensi pada rumah sakit PONEK 24 jam di Indonesia. Penelitian didesain dengan pendekatan mix method yaitu pembauran antara studi kuantitatif dan kualitatif. Studi kuantitatif adalah cross sectional dan studi kualitatif adalah Rapid Assesment Procedure yang dilakukan pada tahun 2014. Penelitian dilakukan di rumah sakit di Indonesia dengan kriteria rumah sakit PONEK 24 jam, telah menerima sosialisasi tentang PONEK, dipilih secara random di 7 provinsi di Indonesia masing-masing 2 rumah sakit tiap provinsi. Berdasarkan kriteria tersebut sebanyak 14 rumah sakit diobservasi dalam penelitian ini. Data kuantitatif yang dikumpulkan meliputi pelayanan klinis, manajemen, sarana dan prasarana, ketenagaan dan pendanaan. Data dikumpulkan dengan cara observasi, telaah dokumen dan wawancara. Data kualitatif yang dikumpulkan meliputi proses, hambatan, dan keberhasilan PONEK dengan cara indepth interview dengan informan kunci direktur rumah sakit, ketua komite medik dan dokter spesialis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar rumah sakit telah melaksanakan pelayanan neonatal emergensi 24 jam, KMC dan aksesibilitas darah yang memadai. Pelayanan neonatal emergensi telah didukung dengan jenis tenaga profesional, komitmen direktur rumah sakit yang tinggi, MoU dengan IDI, kerjasama dengan NGO serta ruangan, sarana dan prasarana yang memadai. Keberhasilan rumah sakit PONEK 24 jam didukung oleh kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan layanan rumahsakit. Namun di beberapa rumah sakit kurangnya tenaga terlatih, jumlah tenaga, tidak ada tim, sarana dan prasarana serta ruangan menjadi alasan rumah sakit tidak melaksanakan PONEK. Kesimpulan: beberapa rumah sakit telah melaksanakan pelayanan neonatal emergensi komprehensif 24 jam, namun masih perlu mendapat perhatian dalam hal pelatihan dan jumlah tenaga, biaya, sarana dan prasarana serta ruangan yang memadai. \u0000Kata kunci: neonatal, emergensi, rumah sakit, rujukan \u0000Abstract \u0000Neonatal under-five mortality rate in Indonesia was still high, while the emergency cases were the most of its causes. Emergency neonatal care (EmNC) hospital was a referral provider to accelerate decline in neonatal and under-five mortality. This research aimed to observe the implementation of emergency neonatal services at referal hospitals in Indonesia. This study was a cross sectional study with quantitative and qualitative design. The study was conducted in all of referal hospital in Indonesia with criterian socialized emergency neonatal care. Based on these criteria as many as 14 hospitals in 7 provinces were ","PeriodicalId":170797,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114797047","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak Kualitas perawat ditentukan oleh kompetensi hard skills dan soft skills. Caring sebagai bagian dari soft skills adalah esensi mendasar pada profesi perawat. Penilaian pasien mengenai soft skills caring perawat adalah indikator dari kualitas pelayanan keperawatan. Tujuan penelitian untuk mengembangkan model pelatihan soft skills caring dan mengidentifikasi model tersebut terhadap kualitas keperawatan dan kepuasan pasien. Desain pra-eksperimental dengan pretest-posttest tanpa kontrol dengan melibatkan 53 perawat dan 53 pasien pada dua rumah sakit swasta di Kota Bandung. Instrumen penelitian diadaptasi dari Caring Nurse Patient Interactions Scale (CNPI) dan kepuasan pasien diadaptasi dari patient satisfaction with nursing care. Intervensi terdiri dari pemberian materi selama 3 hari, post pelatihan 2, 4 dan 6 minggu. Analisis data dilakukan untuk melihat perubahan penilaian soft skills caring perawat serta kepuasan pasien sebelum dan sesudah intervensi-pelatihan menggunakan uji paired t-test. Analisis General Linier Model Repeated Measure (GLM-RM) dipergunakan untuk analisis follow-up 4 dan 6 minggu. Hasil penelitian menunjukkan model pelatihan soft skills caring terbukti efektif meningkatkan penilaian perawat dan kepuasan pasien, serta dapat dimanfaatkan bagi perawat di rumah sakit. Kata kunci: soft skills caring, perawat, kualitas pelayanan keperawatan Abstract The quality of nursing care was determined by they hard and soft skills competence. Soft skill of caring was the basic competence of nurses, it was affecting patient satisfaction. This study aimed to: a) develop the model of training soft skills caring, b)identify the training model for increasing the quality of nursing care and patient satisfaction. The study was pretest-posttest pre-experimental design without control. The sampples including 53 nurses and 53 patients at two private hospitals in Bandung, West Java Province, Indonesia. The instrument was adapted from Caring Nurse Patient Interactions Scale (CNPI) while patient satisfaction assesment was adapted from patient satisfaction with nursing care. The interventions was soft skills training for 3 days, while the soft skill were assesed at in 2, 4 and 6 weeks post intervention. The pre and 2 weeks post intervention were analysed using paired t-test, while the 4 and 6 weeks follow-up soft skill post itervention was analyzed by GLM-RM. The results show that soft skill training are effective for improving nurse’s competence and increasing patient satisfaction. Futher training can be implemented to increase quality of nursing care and patients satisfaction. Keywords: soft skills, training, quality of nursing, patient satisfaction
{"title":"Pelatihan Soft Skills Caring Meningkatkan Kualitas Pelayanan Keperawatan dan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Kota Bandung","authors":"Eny Kusmiran","doi":"10.22435/jpppk.v1i2.440","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/jpppk.v1i2.440","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Kualitas perawat ditentukan oleh kompetensi hard skills dan soft skills. Caring sebagai bagian dari soft skills adalah esensi mendasar pada profesi perawat. Penilaian pasien mengenai soft skills caring perawat adalah indikator dari kualitas pelayanan keperawatan. Tujuan penelitian untuk mengembangkan model pelatihan soft skills caring dan mengidentifikasi model tersebut terhadap kualitas keperawatan dan kepuasan pasien. Desain pra-eksperimental dengan pretest-posttest tanpa kontrol dengan melibatkan 53 perawat dan 53 pasien pada dua rumah sakit swasta di Kota Bandung. Instrumen penelitian diadaptasi dari Caring Nurse Patient Interactions Scale (CNPI) dan kepuasan pasien diadaptasi dari patient satisfaction with nursing care. Intervensi terdiri dari pemberian materi selama 3 hari, post pelatihan 2, 4 dan 6 minggu. Analisis data dilakukan untuk melihat perubahan penilaian soft skills caring perawat serta kepuasan pasien sebelum dan sesudah intervensi-pelatihan menggunakan uji paired t-test. Analisis General Linier Model Repeated Measure (GLM-RM) dipergunakan untuk analisis follow-up 4 dan 6 minggu. Hasil penelitian menunjukkan model pelatihan soft skills caring terbukti efektif meningkatkan penilaian perawat dan kepuasan pasien, serta dapat dimanfaatkan bagi perawat di rumah sakit. \u0000Kata kunci: soft skills caring, perawat, kualitas pelayanan keperawatan \u0000Abstract \u0000The quality of nursing care was determined by they hard and soft skills competence. Soft skill of caring was the basic competence of nurses, it was affecting patient satisfaction. This study aimed to: a) develop the model of training soft skills caring, b)identify the training model for increasing the quality of nursing care and patient satisfaction. The study was pretest-posttest pre-experimental design without control. The sampples including 53 nurses and 53 patients at two private hospitals in Bandung, West Java Province, Indonesia. The instrument was adapted from Caring Nurse Patient Interactions Scale (CNPI) while patient satisfaction assesment was adapted from patient satisfaction with nursing care. The interventions was soft skills training for 3 days, while the soft skill were assesed at in 2, 4 and 6 weeks post intervention. The pre and 2 weeks post intervention were analysed using paired t-test, while the 4 and 6 weeks follow-up soft skill post itervention was analyzed by GLM-RM. The results show that soft skill training are effective for improving nurse’s competence and increasing patient satisfaction. Futher training can be implemented to increase quality of nursing care and patients satisfaction. \u0000Keywords: soft skills, training, quality of nursing, patient satisfaction \u0000 ","PeriodicalId":170797,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","volume":"25 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130781035","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-10-09DOI: 10.22435/JPPPK.V1I2.8100
I. Tarigan, T. Suryanti
Abstrak Pogram Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) salah satunya bertujuan memberikan perlindungan finansial khususnya biaya katastropik terhadap semua peserta. Penerima manfaat JKN berhak mendapatkan berbagai layanan sebagai bagian dari paket manfaat dasar tanpa mengeluarkan biaya pelayanan, dan diharapkan Out of Pocket (OOP) akan lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki asuransi kesehatan. Tujuan penulisan akan membandingkan total pengeluaran untuk kesehatan dari peserta jaminan kesehatan dengan yang tidak memiliki jaminan kesehatan pada awal era JKN. Dalam analisis ini, pengukuran pengeluaran perawatan kesehatan hanya mencakup biaya pengobatan langsung, seperti biaya konsultasi, pemakaian kamar di rumah sakit dan obat-obatan. Analisis dengan menggunakan data Susenas 2014 terdiri dari 274.673 individu dan 71.051 rumah tangga di 33 provinsi di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada awal era JKN ada sedikit perbedaan OOP pada penduduk miskin dibandingkan dengan penduduk dimana proteksi finansial terhadap penduduk miskin untuk pengeluaran kesehatan masih rendah.Kepemilikan jaminan kesehatan memberikan proteksi finansial akibat pengeluaran biaya kesehatan, khususnya pengeluaran biaya katastropik dibandingkan dengan yang tidak memiliki jaminan kesehatan. Kepesertaan penduduk miskin ditargetkan tahun 2019 sudah terpenuhi sehingga target pemerintah tentang Universal Health Coverage (UHC) perlindungan finansial pada penduduk miskin dan hampir miskin semakin tinggi atau OOP semakin mendekati nol. Kata kunci: OOP, Pembiayaan, Asuransi Kesehatan Abstract One of the main objectives of the JKN program is to provide financial protection, especially catastrophic costs to all members. JKN beneficiaries are entitled to various services as part of the basic benefit package without incurring service costs, and it is expected that Out of Pocket (OOP) will be lower than those who do not have health insurance. The purpose of writing will be to compare the total health expenditures of health insurance participants or beneficiaries and those without health insurance. In this analysis, the measurement of health care expenditures only includes direct medical expenses, such as consultation fees, hospital room usage and medication. Using Susenas data 2014 consists of 274,673 individuals and 71,051 households in 33 provinces in Indonesia. At the beginning of the JKN implementation, there was little difference of out of pocket in the poorest population compared to the richest population. This shows that financial protection to the poor for health expenditures are still low. The ownership of health insurance tends to provide financial protection due to health expenditures, especially catastrophic expenses compared to those without health insurance. In the Year of 2019 where the government targeted to Universal Health Coverage (UHC) expected protection financial on the poor and near poor is getting higher or out of pocket or getting closer up t
{"title":"Gambaran Out of Pocket pada Awal Era JKN di Indonesia","authors":"I. Tarigan, T. Suryanti","doi":"10.22435/JPPPK.V1I2.8100","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/JPPPK.V1I2.8100","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Pogram Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) salah satunya bertujuan memberikan perlindungan finansial khususnya biaya katastropik terhadap semua peserta. Penerima manfaat JKN berhak mendapatkan berbagai layanan sebagai bagian dari paket manfaat dasar tanpa mengeluarkan biaya pelayanan, dan diharapkan Out of Pocket (OOP) akan lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki asuransi kesehatan. Tujuan penulisan akan membandingkan total pengeluaran untuk kesehatan dari peserta jaminan kesehatan dengan yang tidak memiliki jaminan kesehatan pada awal era JKN. Dalam analisis ini, pengukuran pengeluaran perawatan kesehatan hanya mencakup biaya pengobatan langsung, seperti biaya konsultasi, pemakaian kamar di rumah sakit dan obat-obatan. Analisis dengan menggunakan data Susenas 2014 terdiri dari 274.673 individu dan 71.051 rumah tangga di 33 provinsi di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada awal era JKN ada sedikit perbedaan OOP pada penduduk miskin dibandingkan dengan penduduk dimana proteksi finansial terhadap penduduk miskin untuk pengeluaran kesehatan masih rendah.Kepemilikan jaminan kesehatan memberikan proteksi finansial akibat pengeluaran biaya kesehatan, khususnya pengeluaran biaya katastropik dibandingkan dengan yang tidak memiliki jaminan kesehatan. Kepesertaan penduduk miskin ditargetkan tahun 2019 sudah terpenuhi sehingga target pemerintah tentang Universal Health Coverage (UHC) perlindungan finansial pada penduduk miskin dan hampir miskin semakin tinggi atau OOP semakin mendekati nol. \u0000Kata kunci: OOP, Pembiayaan, Asuransi Kesehatan \u0000Abstract \u0000One of the main objectives of the JKN program is to provide financial protection, especially catastrophic costs to all members. JKN beneficiaries are entitled to various services as part of the basic benefit package without incurring service costs, and it is expected that Out of Pocket (OOP) will be lower than those who do not have health insurance. The purpose of writing will be to compare the total health expenditures of health insurance participants or beneficiaries and those without health insurance. In this analysis, the measurement of health care expenditures only includes direct medical expenses, such as consultation fees, hospital room usage and medication. Using Susenas data 2014 consists of 274,673 individuals and 71,051 households in 33 provinces in Indonesia. At the beginning of the JKN implementation, there was little difference of out of pocket in the poorest population compared to the richest population. This shows that financial protection to the poor for health expenditures are still low. The ownership of health insurance tends to provide financial protection due to health expenditures, especially catastrophic expenses compared to those without health insurance. In the Year of 2019 where the government targeted to Universal Health Coverage (UHC) expected protection financial on the poor and near poor is getting higher or out of pocket or getting closer up t","PeriodicalId":170797,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","volume":"79 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134619891","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}