Abstrak Bidan sebagai tenaga kesehatan strategis yang berperan dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak dituntut memiliki kompetensi tinggi untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Kompetensi yang tinggi dapat tercapai bila penyelenggara pendidikan profesi bidan memenuhi standar penyelenggaraan pendidikan. Berdasarkan data Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) tahun 2016, nilai rata-rata uji kompetensi DIII kebidanan hanya 41,08. Peserta uji kompetensi yang belum lulus sebanyak 46,5%. Hasil yang masih jauh dari harapan juga ditunjukkan dari rerata try out uji kompetensi tenaga kesehatan tahun 2012 hingga tahun 2015 yang cenderung menurun. Kajian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi identifikasi kompetensi bidan berdasarkan Kepmenkes 369/MENKES/SK/III/2007 tentang standar profesi bidan pada hasil Risdiknakes tahun 2017. Kajian dilakukan menggunakan observasi, wawancara mendalam dan literatur review. Informan adalah bidan di puskesmas dan pakar kebidanan. Hasil kajian menunjukkan bahwa kompetensi bidan di fasilitas pelayanan kesehatan masih belum sesuai standar. Beberapa faktor dalam penyelenggaraan pendidikan kebidanan turut membentuk kompetensi bidan yang dihasilkan. Proses rekrutmen calon peserta didik, kualitas dosen, dan proses penyelenggaraan pendidikan kebidanan secara keseluruhan merupakan komponen yang harus menjadi fokus untuk menghasilkan bidan yang sesuai dengan standar kompetensi seperti tercantum dalam Kepmenkes Nomor 369/MENKES/SK/III/2007. Kata kunci: kompetensi bidan, kajian kebidanan, pendidikan bidan, kurikulum kebidanan Abstract Midwives are strategic health workers who play an important role in maternal and child health services. They are required to have well competencies to run their tasks properly. Well, competencies can be achieved if the midwife's professional education providers meet the standards. Based on the Indonesian Health Workers' Assembly (MTKI) data in 2016, the average value of the DIII midwifery-competency test was only 41.08. Participants who failed the competency test were as much as 46.5%. It is still far from the expectation as the average value of health workers’ competency tests try out between 2012 to 2015 tends to decline. This study aims to identify midwife competencies based on Minister of Health's decree No. 369/MENKES/SK/III/2007 on midwives' profession standards and the results of the 2017 Research on Health Workers’ Education (Risdiknakes). The study was conducted using observation, in-depth interviews, and literature review. Informants are midwives at primary health care and midwifery experts. The results of the study indicate that midwife competencies in health care facilities are still not up to standard. Several factors in the administration of midwifery education also shape the competence of the midwives produced. The process of recruiting prospective students, the quality of lecturers, and the process of conducting midwifery education as a whole are components that must be t
{"title":"Identifikasi Kompetensi Bidan: Data Riset Pendidikan Tenaga Kesehatan Tahun 2017","authors":"Sefrina Werni, Rosita Rosita, Nita Prihartini, Mieska Despitasari","doi":"10.22435/jpppk.v3i3.2458","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/jpppk.v3i3.2458","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Bidan sebagai tenaga kesehatan strategis yang berperan dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak dituntut memiliki kompetensi tinggi untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Kompetensi yang tinggi dapat tercapai bila penyelenggara pendidikan profesi bidan memenuhi standar penyelenggaraan pendidikan. Berdasarkan data Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) tahun 2016, nilai rata-rata uji kompetensi DIII kebidanan hanya 41,08. Peserta uji kompetensi yang belum lulus sebanyak 46,5%. Hasil yang masih jauh dari harapan juga ditunjukkan dari rerata try out uji kompetensi tenaga kesehatan tahun 2012 hingga tahun 2015 yang cenderung menurun. Kajian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi identifikasi kompetensi bidan berdasarkan Kepmenkes 369/MENKES/SK/III/2007 tentang standar profesi bidan pada hasil Risdiknakes tahun 2017. Kajian dilakukan menggunakan observasi, wawancara mendalam dan literatur review. Informan adalah bidan di puskesmas dan pakar kebidanan. Hasil kajian menunjukkan bahwa kompetensi bidan di fasilitas pelayanan kesehatan masih belum sesuai standar. Beberapa faktor dalam penyelenggaraan pendidikan kebidanan turut membentuk kompetensi bidan yang dihasilkan. Proses rekrutmen calon peserta didik, kualitas dosen, dan proses penyelenggaraan pendidikan kebidanan secara keseluruhan merupakan komponen yang harus menjadi fokus untuk menghasilkan bidan yang sesuai dengan standar kompetensi seperti tercantum dalam Kepmenkes Nomor 369/MENKES/SK/III/2007. \u0000Kata kunci: kompetensi bidan, kajian kebidanan, pendidikan bidan, kurikulum kebidanan \u0000Abstract \u0000Midwives are strategic health workers who play an important role in maternal and child health services. They are required to have well competencies to run their tasks properly. Well, competencies can be achieved if the midwife's professional education providers meet the standards. Based on the Indonesian Health Workers' Assembly (MTKI) data in 2016, the average value of the DIII midwifery-competency test was only 41.08. Participants who failed the competency test were as much as 46.5%. It is still far from the expectation as the average value of health workers’ competency tests try out between 2012 to 2015 tends to decline. This study aims to identify midwife competencies based on Minister of Health's decree No. 369/MENKES/SK/III/2007 on midwives' profession standards and the results of the 2017 Research on Health Workers’ Education (Risdiknakes). The study was conducted using observation, in-depth interviews, and literature review. Informants are midwives at primary health care and midwifery experts. The results of the study indicate that midwife competencies in health care facilities are still not up to standard. Several factors in the administration of midwifery education also shape the competence of the midwives produced. The process of recruiting prospective students, the quality of lecturers, and the process of conducting midwifery education as a whole are components that must be t","PeriodicalId":170797,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","volume":"36 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125389705","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak Berdasarkan amanat Undang-Undang RI Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, sejak 1 Januari 2014 Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan mulai berlaku dan ditargetkan mulai 1 Januari 2019 semua warga negara sudah terdaftar menjadi peserta BPJS yang tentu berdampak meningkatnya jumlah pasien di pelayanan kesehatan tingkat 1. Meningkatnya jumlah peserta BPJS mempengaruhi tingkat kepuasan masyarakat salah satunya adalah faktor pengetahuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien tentang BPJS Kesehatan melalui beberapa indikator antara lain dari peserta jaminan kesehatan, anggota keluarga yang ditanggung, hak dan kewajiban peserta, pendaftaran menjadi peserta, perubahan data kepesertaan, iuran, denda keterlambatan, penghentian pelayanan kesehatan, fasilitas bagi peserta, manfaat akomodasi rawat inap, pelayanan kesehatan yang dijamin, alur pelayanan kesehatan, tata cara mendapatkan pelayanan kesehatan, dan pelayanan kesehatan yang tidak dijamin. Penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian dilakukan di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat sebanyak 85 responden dengan teknik pengumpulan data melalui angket. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa tingkat pengetahuan peserta BPJS masih rendah, peserta BPJS memilih rumah sakit yang bekerja sama dengan BPJS sesuai keinginan, keterlambatan iuran 2 bulan masih dapat digunakan untuk mendapat pelayanan kesehatan, dan peserta BPJS kelas III dapat dirawat di kelas I. Disarankan kepada pihak Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk untuk mensosialisasikan tentang rujukan berjenjang dari Faskes 1 ke Faskes berikutnya, dan perlu menginformasikan agar menyelesaikan denda keterlambatan iuran untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, serta manfaat akomodasi rawat inap berlaku pada kenaikan kelas. Kata kunci: pengetahuan, pasien, BPJS Kesehatan Abstract Based on the rules of the Republic of Indonesia Law Number 24 of 2011 concerning the Guarantee Organizing Agency Socially, since January 1, 2014 the Health Insurance Organizing Agency will be effective and targeted to start January 1, 2019 all citizens have been registered as BPJS participants which certainly has an increasing number of patients 1. Increasing BPJS participants influence the level of community satisfaction, one of which is the knowledge factor. Research This aims to determine the level of knowledge of patients about BPJS Health through several indicators include participants from health insurance, family members who are covered, rights and obligations participant, registration as participant, change in membership data, contributions, late fees, termination health services, facilities for participants, benefits of inpatient accommodation, guaranteed health services, health service flow, procedures for obtaining health services, and health services not guaranteed. Research uses quantitative methods with descriptive approaches. The research was conducted in the
从2014年1月1日起,2011年1月1日起,“公共卫生保障条例”正式生效并有目标,所有公民已登记成为BPJS参与者,这无疑影响了1级医疗保健患者的增加。BPJS参与者的增加影响着人们的满意度,其中之一就是知识。本研究旨在了解健康知识水平的病人排队通过一些指标的其他参与者的健康保障,家庭成员之间,承担的权利和义务,注册成为参与者,参与者kepesertaan数据变化、会费、罚款延迟终止医疗住院,对参与者来说,好处住宿设施,医疗保健医疗服务流程,保障的条例得到医疗服务,并不能保证医疗保健。研究采用定量方法与描述性方法。这项研究是在雅加达西部的普斯基马斯橙子街道(Puskesmas street of orange Kebon)进行的,共有85名受访者,他们通过航拍技术收集数据。研究结果表明,社会服务参与者的知识水平仍然很低,参与者选择社会服务与社会服务合作的医院按照自己的形象,而延迟2月的会费还可以用来得到健康,服务社会服务参与者三世可以住院我年级。建议对转诊医院一方街道土地橘子的社会化从Faskes 1层到下Faskes,并要求完成获得医疗保健的滞纳金,住院住宿的好处也适用于增加课程。关键词:健康知识、病人排队抽象规则》改编自2011年的印尼共和国法律24号情报机构Socially concerning the保证进步,自从2014年1月1日,《健康保险情报机构会有效和targeted进步到2019年1月1日开始,所有美国公民有被registered排队participants哪种肯定有an increasing病人之1号。BPJS的参与者影响社区满意度,这是知识因素之一。研究病人的aims to个重大知识水平》关于社会服务健康通过好几个indicators include participants从健康保险,家人是谁覆盖,权利和obligations participant摊位旁边的数据,美国registration participant,改变在晚费用捐款,为participants, benefits of termination Health services, facilities inpatient accommodation,保证健康服务,健康服务流,procedures for obtaining Health services),健康服务并不保证。用与描述不符的量量方法进行研究。这项研究是在西雅加达第八区健康中心的柑橘区进行的,通过提问,共有85人接受了收集技术数据的回应。results of The study秀那《社会服务的知识水平(participants还是low,社会服务participants选择hospitals,以至于美国工作和社会服务desired,迟contribution 2月还能成为习惯得到卫生服务,和班III排队participants can be枉在课,我。这是recommended各区土地橙health Center to socialize》关于tiered referrals从Facilities,卫生部卫生1 Facilities to The next需要通知他们完成健康服务的费用,以及对毕业生申请的福利要求。知识,耐心,BPJS健康
{"title":"Karakteristik dan Pengetahuan Pasien tentang BPJS Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk","authors":"N. Rumana","doi":"10.22435/jpppk.v2i3.851","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/jpppk.v2i3.851","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Berdasarkan amanat Undang-Undang RI Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, sejak 1 Januari 2014 Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan mulai berlaku dan ditargetkan mulai 1 Januari 2019 semua warga negara sudah terdaftar menjadi peserta BPJS yang tentu berdampak meningkatnya jumlah pasien di pelayanan kesehatan tingkat 1. Meningkatnya jumlah peserta BPJS mempengaruhi tingkat kepuasan masyarakat salah satunya adalah faktor pengetahuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien tentang BPJS Kesehatan melalui beberapa indikator antara lain dari peserta jaminan kesehatan, anggota keluarga yang ditanggung, hak dan kewajiban peserta, pendaftaran menjadi peserta, perubahan data kepesertaan, iuran, denda keterlambatan, penghentian pelayanan kesehatan, fasilitas bagi peserta, manfaat akomodasi rawat inap, pelayanan kesehatan yang dijamin, alur pelayanan kesehatan, tata cara mendapatkan pelayanan kesehatan, dan pelayanan kesehatan yang tidak dijamin. Penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian dilakukan di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat sebanyak 85 responden dengan teknik pengumpulan data melalui angket. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa tingkat pengetahuan peserta BPJS masih rendah, peserta BPJS memilih rumah sakit yang bekerja sama dengan BPJS sesuai keinginan, keterlambatan iuran 2 bulan masih dapat digunakan untuk mendapat pelayanan kesehatan, dan peserta BPJS kelas III dapat dirawat di kelas I. Disarankan kepada pihak Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk untuk mensosialisasikan tentang rujukan berjenjang dari Faskes 1 ke Faskes berikutnya, dan perlu menginformasikan agar menyelesaikan denda keterlambatan iuran untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, serta manfaat akomodasi rawat inap berlaku pada kenaikan kelas. \u0000Kata kunci: pengetahuan, pasien, BPJS Kesehatan Abstract \u0000Based on the rules of the Republic of Indonesia Law Number 24 of 2011 concerning the Guarantee Organizing Agency Socially, since January 1, 2014 the Health Insurance Organizing Agency will be effective and targeted to start January 1, 2019 all citizens have been registered as BPJS participants which certainly has an increasing number of patients 1. Increasing BPJS participants influence the level of community satisfaction, one of which is the knowledge factor. Research This aims to determine the level of knowledge of patients about BPJS Health through several indicators include participants from health insurance, family members who are covered, rights and obligations participant, registration as participant, change in membership data, contributions, late fees, termination health services, facilities for participants, benefits of inpatient accommodation, guaranteed health services, health service flow, procedures for obtaining health services, and health services not guaranteed. Research uses quantitative methods with descriptive approaches. The research was conducted in the ","PeriodicalId":170797,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","volume":"30 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129773687","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-10-02DOI: 10.22435/jpppk.v3i1.1571
T. A. Jovina, Made Ayu Lely Suratri
Abstrak Masalah status kesehatan gigi dan mulut merupakan masalah kesehatan di Indonesia yang belum mendapat prioritas tinggi. Hasil Riskesdas menunjukkan peningkatan dari 46.7% (2007) menjadi 52.65% (2013). Analisis terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian karies dapat membantu merumuskan kebijakan dan program kesehatan gigi dan mulut. Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui hubungan antara perilaku sikat gigi, merokok, dan diabetes dengan status karies gigi. Analisis Univariat, Bivariat dan Multivariat (regressi) data Riskesdas 2013 dengan jumlah responden 37.077 orang. Indeks DMFT digunakan untuk mengukur tingkat keparahan karies gigi. Kejadian karies gigi yang berat cenderung lebih tinggi pada responden yang pernah merokok dan yang merokok aktif dibandingkan pada mereka yang tidak pernah merokok. Responden yang sering mengkonsumsi makanan manis, mempunyai tingkat keparahan karies gigi yang lebih tinggi dibandingkan responden yang jarang atau tidak pernah mengkonsumsi makanan manis. Responden dengan kadar gula darah >200mg/dl mengalami kejadian karies gigi lebih tinggi. Analisis regressi logistik menunjukan variabel umur merupakan prediktor terkuat kejadian karies. Variabel lainnya yaitu jenis kelamin, pendidikan, perilaku merokok dan konsumsi makanan manis, mempunyai hubungan yang lemah terhadap kejadian karies gigi. Sedangkan variabel lainnya yaitu status kawin, tempat tinggal (desa atau kota), kadar gula darah sewaktu, pendidikan, pekerjaan, perilaku sikat gigi, status ekonomi tidak berhubungan dengan kejadian karies. Kejadian karies gigi dapat dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin, serta diperberat dengan perilaku sering makan makanan yang manis dan merokok. Perlu ditingkatkan perilaku hidup sehat agar masyarakat menjaga kesehatan giginya sejak dini dengan mengurangi makan makanan yang manis dan lengket, juga tidak merokok, serta rutin kontrol ke dokter gigi. Kata kunci: Perilaku Sikat Gigi, Merokok, Diabetes Melitus, Status Karies Gigi Abstract Dental and oral health status is one of health problems in Indonesia that has not being prioritized. Riskesdas data shows an increase in caries prevalence from 46.7% (2007) to 52.65% (2013). Analysis of the factors associated with caries incidence will support to develop e dental and oral health policies and programs. The objective of this analysis is to determine the relationship between toothbrush behavior, smoking, diabetes mellitus and dental caries status. Univariate, Bivariate and Multivariate Analysis was perform using 2013 Riskesdas data with 37,077 respondents. The DMFT index is used to measure the severity of dental caries. The incidence of severe dental caries tends to be higher in respondents who had smoked and who smoked actively than in those who never smoked. Respondents who frequently consume sweet foods, have a higher dental caries severity compared to respondents who rarely or never consume sweet foods. Respondents with random blood sugar levels >200mg/dl h
{"title":"Hubungan antara Perilaku Sikat Gigi, Merokok, dan Diabetes Melitus dengan Status Karies Gigi di Indonesia: Analisis Data Riskesdas 2013","authors":"T. A. Jovina, Made Ayu Lely Suratri","doi":"10.22435/jpppk.v3i1.1571","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/jpppk.v3i1.1571","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Masalah status kesehatan gigi dan mulut merupakan masalah kesehatan di Indonesia yang belum mendapat prioritas tinggi. Hasil Riskesdas menunjukkan peningkatan dari 46.7% (2007) menjadi 52.65% (2013). Analisis terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian karies dapat membantu merumuskan kebijakan dan program kesehatan gigi dan mulut. Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui hubungan antara perilaku sikat gigi, merokok, dan diabetes dengan status karies gigi. Analisis Univariat, Bivariat dan Multivariat (regressi) data Riskesdas 2013 dengan jumlah responden 37.077 orang. Indeks DMFT digunakan untuk mengukur tingkat keparahan karies gigi. Kejadian karies gigi yang berat cenderung lebih tinggi pada responden yang pernah merokok dan yang merokok aktif dibandingkan pada mereka yang tidak pernah merokok. Responden yang sering mengkonsumsi makanan manis, mempunyai tingkat keparahan karies gigi yang lebih tinggi dibandingkan responden yang jarang atau tidak pernah mengkonsumsi makanan manis. Responden dengan kadar gula darah >200mg/dl mengalami kejadian karies gigi lebih tinggi. Analisis regressi logistik menunjukan variabel umur merupakan prediktor terkuat kejadian karies. Variabel lainnya yaitu jenis kelamin, pendidikan, perilaku merokok dan konsumsi makanan manis, mempunyai hubungan yang lemah terhadap kejadian karies gigi. Sedangkan variabel lainnya yaitu status kawin, tempat tinggal (desa atau kota), kadar gula darah sewaktu, pendidikan, pekerjaan, perilaku sikat gigi, status ekonomi tidak berhubungan dengan kejadian karies. Kejadian karies gigi dapat dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin, serta diperberat dengan perilaku sering makan makanan yang manis dan merokok. Perlu ditingkatkan perilaku hidup sehat agar masyarakat menjaga kesehatan giginya sejak dini dengan mengurangi makan makanan yang manis dan lengket, juga tidak merokok, serta rutin kontrol ke dokter gigi. \u0000Kata kunci: Perilaku Sikat Gigi, Merokok, Diabetes Melitus, Status Karies Gigi Abstract \u0000Dental and oral health status is one of health problems in Indonesia that has not being prioritized. Riskesdas data shows an increase in caries prevalence from 46.7% (2007) to 52.65% (2013). Analysis of the factors associated with caries incidence will support to develop e dental and oral health policies and programs. The objective of this analysis is to determine the relationship between toothbrush behavior, smoking, diabetes mellitus and dental caries status. Univariate, Bivariate and Multivariate Analysis was perform using 2013 Riskesdas data with 37,077 respondents. The DMFT index is used to measure the severity of dental caries. The incidence of severe dental caries tends to be higher in respondents who had smoked and who smoked actively than in those who never smoked. Respondents who frequently consume sweet foods, have a higher dental caries severity compared to respondents who rarely or never consume sweet foods. Respondents with random blood sugar levels >200mg/dl h","PeriodicalId":170797,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","volume":"115 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"117139020","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak Demontrasi perawatan payudara akan membuat keterampilan ibu hamil semakin meningkat dan demonstrasi akan berpengaruhterhadap keterampilan perawatan payudara pada ibu hamil. Perawatan payudara bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya aliran susu sehingga mempelancar pengeluaran ASI. Target pemberian ASI ekslusif adalah sebesar 80% sedangkan pencapaian di Kota Banda Aceh masih rendah yaitu 55,17%. Dari survei data awal yang dilakukan di Puskesmas Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh didapatkan bahwa jumlah ibu hamil sebanyak 31 orang dari lima desa dan mayoritas tidak bisa melakukan perawatan payudara. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh demonstrasi terhadap keterampilan perawatan payudara pada ibu hamil trimester ketiga diwilayah kerja Puskesmas Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. Penelitian ini bersifat eksperimen semu (quasi experiment) dengan pre-test post-test desain. Dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh, pada tanggal 25 Juni sampai dengan 2 Juli 2018. Jumlah sampel dalam penelitian inisebanyak 31 orang dengan teknik total sampling. Pengumpulan data menggunakan lembaran observasi dan uji statistic menggunakan uji wilcoxon dengan taraf signifikasi α=0,05 (C1=95%). Hasil analisis menunjukkan dari 31 responden sebelum diberikan demonstrasi(pre-test) keterampilan responden mayoritas perlu perbaikan sebanyak 28 orang (90,3%) dan responden yang mampu sebanyak 3 orang (9,7%), sedangkan setelah diberikan demonstrasi (post-test) keterampilan responden mayoritas mampu sebanyak 16 orang (51,6%), mahir sebanyak 9 orang (29,1%) dan perlu perbaikan sebanyak 6 orang (19,3 %). Setelah dilakukan uji statistik, didapat nilai p-value 0,000. Kata Kunci : Demonstrasi, Perawatan Payudara, Keterampilan Abstract Demonstration of breast care will make the skills of pregnant women is increasing and the demonstration will affect the skill of breast care in pregnant women. Breast care aims to improve blood circulation and prevent blockage of milk flow so that it smoothes out breast milk. The target of the exclusive breastfeeding is 80% while the achievement in Banda Aceh is still low (55.17%).From the initial survey data conducted at the Community Health Center of Jeulingke, Syiah Kuala Banda Aceh, and the number of pregnant women is 31 people from five villages and the majority cannot breast care. This article aims to know the effect of demonstration on breast care skill in third trimester pregnant woman in work area at Community Health Center (Puskesmas) of Jeulingke, Syiah Kuala Banda Aceh. This research has aQuasi Experiment with pre-test post-test design. This research was Conducted in the work area at Puskesmas Jeulingke, District Syiah Kuala Banda Aceh, from 25 June to 2 July 2018. The samples in this research there were 31 people with total sampling technique. And the Data collection is used observation sheet and statistic by wilcoxon testwith a
{"title":"Pengaruh Demonstrasi Terhadap Keterampilan Perawatan Payudara Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga Di Wilayah Kerja Puskesmas Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh","authors":"Ulfa Farrah Lisa, M. Putri","doi":"10.22435/jpppk.v3i1.868","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/jpppk.v3i1.868","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Demontrasi perawatan payudara akan membuat keterampilan ibu hamil semakin meningkat dan demonstrasi akan berpengaruhterhadap keterampilan perawatan payudara pada ibu hamil. Perawatan payudara bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya aliran susu sehingga mempelancar pengeluaran ASI. Target pemberian ASI ekslusif adalah sebesar 80% sedangkan pencapaian di Kota Banda Aceh masih rendah yaitu 55,17%. Dari survei data awal yang dilakukan di Puskesmas Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh didapatkan bahwa jumlah ibu hamil sebanyak 31 orang dari lima desa dan mayoritas tidak bisa melakukan perawatan payudara. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh demonstrasi terhadap keterampilan perawatan payudara pada ibu hamil trimester ketiga diwilayah kerja Puskesmas Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. Penelitian ini bersifat eksperimen semu (quasi experiment) dengan pre-test post-test desain. Dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh, pada tanggal 25 Juni sampai dengan 2 Juli 2018. Jumlah sampel dalam penelitian inisebanyak 31 orang dengan teknik total sampling. Pengumpulan data menggunakan lembaran observasi dan uji statistic menggunakan uji wilcoxon dengan taraf signifikasi α=0,05 (C1=95%). Hasil analisis menunjukkan dari 31 responden sebelum diberikan demonstrasi(pre-test) keterampilan responden mayoritas perlu perbaikan sebanyak 28 orang (90,3%) dan responden yang mampu sebanyak 3 orang (9,7%), sedangkan setelah diberikan demonstrasi (post-test) keterampilan responden mayoritas mampu sebanyak 16 orang (51,6%), mahir sebanyak 9 orang (29,1%) dan perlu perbaikan sebanyak 6 orang (19,3 %). Setelah dilakukan uji statistik, didapat nilai p-value 0,000. \u0000Kata Kunci : Demonstrasi, Perawatan Payudara, Keterampilan \u0000Abstract \u0000Demonstration of breast care will make the skills of pregnant women is increasing and the demonstration will affect the skill of breast care in pregnant women. Breast care aims to improve blood circulation and prevent blockage of milk flow so that it smoothes out breast milk. The target of the exclusive breastfeeding is 80% while the achievement in Banda Aceh is still low (55.17%).From the initial survey data conducted at the Community Health Center of Jeulingke, Syiah Kuala Banda Aceh, and the number of pregnant women is 31 people from five villages and the majority cannot breast care. This article aims to know the effect of demonstration on breast care skill in third trimester pregnant woman in work area at Community Health Center (Puskesmas) of Jeulingke, Syiah Kuala Banda Aceh. This research has aQuasi Experiment with pre-test post-test design. This research was Conducted in the work area at Puskesmas Jeulingke, District Syiah Kuala Banda Aceh, from 25 June to 2 July 2018. The samples in this research there were 31 people with total sampling technique. And the Data collection is used observation sheet and statistic by wilcoxon testwith a ","PeriodicalId":170797,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","volume":"89 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126222127","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-10-02DOI: 10.22435/jpppk.v3i1.1883
Sugiharti Sugiharti, Mujiati Mujiati, S. Masitoh, E. Laelasari
Abstrak Program Indonesia Sehat merupakan program utama Pembangunan Kesehatan yang direncanakan pencapaiannya melalui Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) menjadi salah satu cara puskesmas untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga. Untuk mendukung pelaksanaan pendekatan keluarga tersebut perlu adanya penguatan puskesmas sebagai salah satu ujung tombaknya. Penguatan tersebut antara lain dilakukan melalui pemenuhan sumber daya puskesmas, yakni sumber daya manusia (SDM), prasarana dan sarana/alat. Tujuan dari analisis ini adalah mengetahui ketersediaan SDM dan prasarana-sarana puskesmas dalam menjalankan PIS-PK. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa tenaga pendukung kegiatan pengumpulan data PIS-PK di puskesmas seluruh Indonesia yang mengikuti pelatihan PIS-PK paling banyak adalah tenaga bidan (29,8%), sedangkan petugas yang paling banyak melakukan pengumpulan data keluarga sehat adalah petugas puskesmas (94,5%). Prasarana yang mendukung kegiatan PIS-PK di puskesmas menunjukkan bahwa hampir semua puskesmas dalam melakukan pendataan menggunakan formulir Prokesga sebanyak 97,8 persen. Keberadaan sinyal telepon selular di puskesmas sebanyak 85,5 persen dan keberadaan sinyal internet sebanyak 73,2 persen. Baru separuh puskesmas memiliki Pinkesga sebanyak 58,5 persen, stetoskop dan alat ukur tekanan darah air raksa, hampir semua puskesmas memiliki alat tersebut. Alat ukur tekanan darah digital hanya 71,4 persen. Kata kunci: PIS-PK, Keluarga Sehat, Puskesmas Abstract The Healthy Indonesia Program (Program Indonesia Sehat) is the main health development program planned to achieve through the Ministry of Health's Strategic Plan for 2015-2019. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) is one of the ways the primary health care (PHC) can increase the reach of targets and bring closer / increase access to health services in their working areas by visiting families. To support the implementation of the family approach it is necessary to strengthen the PHC’s as one of the spearheads. Such reinforcement, among others, is done through the fulfillment of PHC’s resources, including human resources, infrastructure and tools. The purpose of this study is to find out about the readiness of Human Resources and Infrastructure Facilities of PHC in running PIS-PK. The results of this study indicate that for workers who support the PIS-PK data collection activities in health centers throughout Indonesia, the highest number of midwives is 29.8 percent who attend the PIS-PK training and the most 94.5 percent. Whereas for infrastructure that supports PIS-PK activities at the PHC, it shows that almost all PHC in carrying out the data collection used the Prokesga form as much as 97.8 percent. The presence of mobile cellular signals in PHC is 85.5 percent and the presence of internet s
{"title":"Gambaran Ketersediaan Sumber Daya Manusia dan Prasarana Puskesmas dalam Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK): Analisis Data Risnakes 2017","authors":"Sugiharti Sugiharti, Mujiati Mujiati, S. Masitoh, E. Laelasari","doi":"10.22435/jpppk.v3i1.1883","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/jpppk.v3i1.1883","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Program Indonesia Sehat merupakan program utama Pembangunan Kesehatan yang direncanakan pencapaiannya melalui Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) menjadi salah satu cara puskesmas untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga. Untuk mendukung pelaksanaan pendekatan keluarga tersebut perlu adanya penguatan puskesmas sebagai salah satu ujung tombaknya. Penguatan tersebut antara lain dilakukan melalui pemenuhan sumber daya puskesmas, yakni sumber daya manusia (SDM), prasarana dan sarana/alat. Tujuan dari analisis ini adalah mengetahui ketersediaan SDM dan prasarana-sarana puskesmas dalam menjalankan PIS-PK. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa tenaga pendukung kegiatan pengumpulan data PIS-PK di puskesmas seluruh Indonesia yang mengikuti pelatihan PIS-PK paling banyak adalah tenaga bidan (29,8%), sedangkan petugas yang paling banyak melakukan pengumpulan data keluarga sehat adalah petugas puskesmas (94,5%). Prasarana yang mendukung kegiatan PIS-PK di puskesmas menunjukkan bahwa hampir semua puskesmas dalam melakukan pendataan menggunakan formulir Prokesga sebanyak 97,8 persen. Keberadaan sinyal telepon selular di puskesmas sebanyak 85,5 persen dan keberadaan sinyal internet sebanyak 73,2 persen. Baru separuh puskesmas memiliki Pinkesga sebanyak 58,5 persen, stetoskop dan alat ukur tekanan darah air raksa, hampir semua puskesmas memiliki alat tersebut. Alat ukur tekanan darah digital hanya 71,4 persen. \u0000Kata kunci: PIS-PK, Keluarga Sehat, Puskesmas \u0000Abstract \u0000The Healthy Indonesia Program (Program Indonesia Sehat) is the main health development program planned to achieve through the Ministry of Health's Strategic Plan for 2015-2019. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) is one of the ways the primary health care (PHC) can increase the reach of targets and bring closer / increase access to health services in their working areas by visiting families. To support the implementation of the family approach it is necessary to strengthen the PHC’s as one of the spearheads. Such reinforcement, among others, is done through the fulfillment of PHC’s resources, including human resources, infrastructure and tools. The purpose of this study is to find out about the readiness of Human Resources and Infrastructure Facilities of PHC in running PIS-PK. The results of this study indicate that for workers who support the PIS-PK data collection activities in health centers throughout Indonesia, the highest number of midwives is 29.8 percent who attend the PIS-PK training and the most 94.5 percent. Whereas for infrastructure that supports PIS-PK activities at the PHC, it shows that almost all PHC in carrying out the data collection used the Prokesga form as much as 97.8 percent. The presence of mobile cellular signals in PHC is 85.5 percent and the presence of internet s","PeriodicalId":170797,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","volume":"25 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123074731","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-10-02DOI: 10.22435/jpppk.v3i1.1695
Munifah Abdat, Dewi Ismail
Abstrak Masa kehamilan merupakan masa perubahan fisiologis dan fisik tubuh termasuk rongga mulut, sementara pengetahuan ibu hamil terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut masih relatif rendah. Perubahan rongga mulut pada ibu hamil antara lain meningkatnya resiko karies gigi, gingivitis dan penyakit periodontal, masih kurang diperhatikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut serta karies dentis pada ibu hamil di Posyandu. Pengambilan subyek penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yaitu ibu hamil tanpa adanya riwayat penyakit sistemik dan berada di posyandu wilayah Baiturrahman kota Banda Aceh ketika dilakukan pengumpulan data. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pembagian kuisioner disertai pemeriksaan kondisi gigi menggunakan indeks DMF-T pada subyek penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya kesehatan gigi dan mulut masih kurang, hasil pemeriksaan DMF-T menunjukkan skor 6,9 (kategori sangat tinggi) dengan ditemukan karies gigi (decay) pada seluruh ibu hamil. Sejumlah 65% subyek penelitian mengaku tidak mendapat edukasi dari dokter kandungannya tentang kesehatan rongga mulut dan hubungannya dengan kehamilan. Berdasarkan uji korelasi menggunakan Pearson test disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan negatif (p=0,001) antara tingkat pengetahuan dan status karies pada ibu hamil, makin rendah pengetahuan ibu hamil maka makin tinggi status karies pada ibu hamil. Kata kunci: ibu hamil, pengetahuan, karies dentis Abstract Pregnancy is a period of physiological and physical changes in the body including oral cavity, while knowledge of pregnant women about maintaining dental and oral health is still relatively low. Changes in the oral cavity in pregnant women include increases risk of dental caries, gingivitis and periodontal diseases that are less noticed. Purpose of study was to determine level of knowledge about oral health and dental caries of pregnant women at integrated Service Post. Subject of research was taken by purposive sampling technique that met the inclusion and exclusion criteria, namely pregnant women without a history of systemic disease and was in the posyandu in the Baiturrahman area of Banda Aceh city when data collection was carried out. Data collection techniques were carried out by distributing questionnaires along with examination of dental conditions using index DMF-T in the subjects. Results of this study indicate level of knowledge of pregnant women about the importance of dental and oral health is still lacking, results of DMF-T examination which is 6.9 (very high category) found dental caries (decay) in all subjects. 65% of subjects said that they did not get education from their obstetricians about the health of the oral cavity and its relationship to pregnancy. Based on the correlation test using Pearson test concluded there was a signi
{"title":"Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Karies Dentis pada Ibu Hamil di Posyandu Baiturrahman Kota Banda Aceh","authors":"Munifah Abdat, Dewi Ismail","doi":"10.22435/jpppk.v3i1.1695","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/jpppk.v3i1.1695","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Masa kehamilan merupakan masa perubahan fisiologis dan fisik tubuh termasuk rongga mulut, sementara pengetahuan ibu hamil terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut masih relatif rendah. Perubahan rongga mulut pada ibu hamil antara lain meningkatnya resiko karies gigi, gingivitis dan penyakit periodontal, masih kurang diperhatikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut serta karies dentis pada ibu hamil di Posyandu. Pengambilan subyek penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yaitu ibu hamil tanpa adanya riwayat penyakit sistemik dan berada di posyandu wilayah Baiturrahman kota Banda Aceh ketika dilakukan pengumpulan data. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pembagian kuisioner disertai pemeriksaan kondisi gigi menggunakan indeks DMF-T pada subyek penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya kesehatan gigi dan mulut masih kurang, hasil pemeriksaan DMF-T menunjukkan skor 6,9 (kategori sangat tinggi) dengan ditemukan karies gigi (decay) pada seluruh ibu hamil. Sejumlah 65% subyek penelitian mengaku tidak mendapat edukasi dari dokter kandungannya tentang kesehatan rongga mulut dan hubungannya dengan kehamilan. Berdasarkan uji korelasi menggunakan Pearson test disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan negatif (p=0,001) antara tingkat pengetahuan dan status karies pada ibu hamil, makin rendah pengetahuan ibu hamil maka makin tinggi status karies pada ibu hamil. \u0000Kata kunci: ibu hamil, pengetahuan, karies dentis \u0000Abstract \u0000Pregnancy is a period of physiological and physical changes in the body including oral cavity, while knowledge of pregnant women about maintaining dental and oral health is still relatively low. Changes in the oral cavity in pregnant women include increases risk of dental caries, gingivitis and periodontal diseases that are less noticed. Purpose of study was to determine level of knowledge about oral health and dental caries of pregnant women at integrated Service Post. Subject of research was taken by purposive sampling technique that met the inclusion and exclusion criteria, namely pregnant women without a history of systemic disease and was in the posyandu in the Baiturrahman area of Banda Aceh city when data collection was carried out. Data collection techniques were carried out by distributing questionnaires along with examination of dental conditions using index DMF-T in the subjects. Results of this study indicate level of knowledge of pregnant women about the importance of dental and oral health is still lacking, results of DMF-T examination which is 6.9 (very high category) found dental caries (decay) in all subjects. 65% of subjects said that they did not get education from their obstetricians about the health of the oral cavity and its relationship to pregnancy. Based on the correlation test using Pearson test concluded there was a signi","PeriodicalId":170797,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129735919","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-10-02DOI: 10.22435/jpppk.v3i1.1228
Muliana Lestari
Abstrak Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan kesempatan bayi yang dilahirkan dalam 24 bulan terakhir dapat menyusu secara alami dengan meletakkannya di perut ibunya selama satu jam setelah kelahiran. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi, mempertahankan suhu bayi tetap hangat, merangsang kontraksi otot rahim sehingga mengurangi risiko perdarahan sesudah melahirkan dan memperbesar peluang ibu untuk memantapkan dan melanjutkan kegiatan menyusui selama masa bayi (6 bulan-2 tahun). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan dan faktor terkait IMD di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Cilegon. Jenis penelitian bersifat deskriptif dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Wawancara mendalam dilakukan terhadap 14 informan dan metode observasi pelaksanaan persalinan spontan di ruang bersalin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan IMD di RSUD Kota Cilegon ditinjau dari struktur, proses dan output terlaksana cukup baik pada persalinan spontan dan belum terlaksana pada persalinan post-sectio caesaria. Penyebab pelaksanaan IMD belum optimal karena prosedur operasional baku IMD yang dimiliki rumah sakit belum diterapkan pada semua jenis metode persalinan. IMD hanya dilaksanakan pada proses persalinan pervaginam. Selain itu, pelatihan tenaga kesehatan belum diberikan secara menyeluruh. Saran yang dapat dilakukan adalah perbaikan prosedur operasional baku IMD dan inhouse training di rumah sakit tentang IMD. Kata kunci: Inisiasi Menyusu Dini (IMD), ibu postpartum, rumah sakit Abstract Early initiation of breastfeeding (EIB) is opportunity of babies born in the past 24 months to be able to suckle naturally by placing the baby in the mother's stomach within an hour of birth. This activity aims to improve the affection of mothers and babies, keep the temperature of the baby warm, stimulate uterine muscle contraction, thereby reducing the risk of postpartum bleeding and increase the chances of the mother to establish and continue breastfeeding during infancy (6 months-2 years). The purpose of this study was to find out the implementation of EIB at the Cilegon Hospital and their factors related. This type of research is descriptive by using qualitative research methods. In-depth interviews were carried out on 14 informants and methods of observing the implementation of spontaneous labor in the delivery room. The results showed that the implementation of EIB at the Hospital of Cilegon in terms of structure, process and output was carried out quite well at spontaneous labor and had not been carried out in the post sectio caesaria delivery. The causes of the implementation of EIB have not been optimal because the Standard Operational Procedures (SOP) for EIB owned by hospitals have not been for all types of labor methods, EIB is carried out only in the vaginal delivery process. In addition, the training of health workers has not been given as a whole. Suggestions that can be made is to improve the SOP
{"title":"Faktor Terkait Inisiasi Menyusu Dini pada Ibu Postpartum di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon","authors":"Muliana Lestari","doi":"10.22435/jpppk.v3i1.1228","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/jpppk.v3i1.1228","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan kesempatan bayi yang dilahirkan dalam 24 bulan terakhir dapat menyusu secara alami dengan meletakkannya di perut ibunya selama satu jam setelah kelahiran. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi, mempertahankan suhu bayi tetap hangat, merangsang kontraksi otot rahim sehingga mengurangi risiko perdarahan sesudah melahirkan dan memperbesar peluang ibu untuk memantapkan dan melanjutkan kegiatan menyusui selama masa bayi (6 bulan-2 tahun). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan dan faktor terkait IMD di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Cilegon. Jenis penelitian bersifat deskriptif dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Wawancara mendalam dilakukan terhadap 14 informan dan metode observasi pelaksanaan persalinan spontan di ruang bersalin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan IMD di RSUD Kota Cilegon ditinjau dari struktur, proses dan output terlaksana cukup baik pada persalinan spontan dan belum terlaksana pada persalinan post-sectio caesaria. Penyebab pelaksanaan IMD belum optimal karena prosedur operasional baku IMD yang dimiliki rumah sakit belum diterapkan pada semua jenis metode persalinan. IMD hanya dilaksanakan pada proses persalinan pervaginam. Selain itu, pelatihan tenaga kesehatan belum diberikan secara menyeluruh. Saran yang dapat dilakukan adalah perbaikan prosedur operasional baku IMD dan inhouse training di rumah sakit tentang IMD. \u0000Kata kunci: Inisiasi Menyusu Dini (IMD), ibu postpartum, rumah sakit \u0000Abstract \u0000Early initiation of breastfeeding (EIB) is opportunity of babies born in the past 24 months to be able to suckle naturally by placing the baby in the mother's stomach within an hour of birth. This activity aims to improve the affection of mothers and babies, keep the temperature of the baby warm, stimulate uterine muscle contraction, thereby reducing the risk of postpartum bleeding and increase the chances of the mother to establish and continue breastfeeding during infancy (6 months-2 years). The purpose of this study was to find out the implementation of EIB at the Cilegon Hospital and their factors related. This type of research is descriptive by using qualitative research methods. In-depth interviews were carried out on 14 informants and methods of observing the implementation of spontaneous labor in the delivery room. The results showed that the implementation of EIB at the Hospital of Cilegon in terms of structure, process and output was carried out quite well at spontaneous labor and had not been carried out in the post sectio caesaria delivery. The causes of the implementation of EIB have not been optimal because the Standard Operational Procedures (SOP) for EIB owned by hospitals have not been for all types of labor methods, EIB is carried out only in the vaginal delivery process. In addition, the training of health workers has not been given as a whole. Suggestions that can be made is to improve the SOP ","PeriodicalId":170797,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","volume":"27 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"117172734","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak Penelitian tentang akses lanjut usia (lansia) terhadap pelayanan kesehatan telah banyak dilakukan dengan menggunakan metode yang sama maupun berbeda. Diperlukan suatu hasil gabungan analisis penelitian dan dapat dijadikan inferensi pada parameter yang dapat diinterpretasi. Dalam kajian ini dilakukan meta-analisis akses kesehatan publik bagi lansia di wilayah perkotaan yang tersedia pada tingkat fasilitas kesehatan tingkat pertama. Diidentifikasi kata kunci dari topik yang ada pada kepustakaan melalui pembacaaan abstrak secara berulang kali. Dilakukan pencatatan hasil inferensi, kemudian dipilah sub-topik yang dipikirkan penting dan berhubungan. Ringkasan kepustakaan dibuat sesuai dengan urutan dan relevansi topik masing-masing variabel, yang disesuaikan dengan sub-topik terkait. Akses pelayanan kesehatan terhadap lansia sangat tergantung pada ketersediaan sumber daya kesehatan, peralatan yang memadai dan program yang sesuai. Lansia kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan disebabkan oleh jarak fasilitas kesehatan yang cukup jauh dari tempat tinggalnya dan tidak ada yang mengantarnya. Masih ada lanjut usia yang tidak pernah memanfaatkan pelayanan kesehatan dasar gratis. Sebagian kecil lansia mengakses informasi promosi kesehatan melalui media sosial. Fasilitas umum yang sangat dibutuhkan oleh kelompok lansia namun masih kurang terkait ketersediaan tenaga, alat medis, obat, laboratorium dan kondisi fisik serta dana operasional puskesmas. Perlindungan terhadap sosial bagi lansia juga dilakukan oleh organisasi masyarakat dan keagamaan (misal kerjasama gereja dan kelurahan) dan bantuan program Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan. Kebijakan pemerintah dan sumber daya di fasilitas kesehatan mempengaruhi akses pelayanan kesehatan terhadap lansia. Perlindungan sosial dan pemberdayaan ekonomi beperan dalam peningkatan kualitas hidup lansia. Komunikasi, Informasi dan Edukasi Kemitraan Pemerintah dan swasta, termasuk LSM perlu dilakukan terus menerus. Dukungan dan bimbingan oleh Pemerintah Daerah melalui berbagai kegiatan promosi dan proteksi kesehatan pemenuhan akses pelayanan kesehatan bagi lansia melalui kerjasama lintas program dengan sektor terkait perlu tingkatkan. Kata kunci: Lansia, Akses Pelayanan Kesehatan Abstract Researches on the access of the elderly to health services have been carried out by using the same or different methods. Therefore, a combined result of research analysis is needed and can be used as an inference and it can be interpreted. The objectives are to study through a meta-analysis of public health service for elderly through assess the available at the puskesmas level; to identify where the information and knowledge of health obtained by elderly; the decision making of elderly when they are suffering from illness, and the availability of health services for elderly at puskesmas, and the social empowerment and economic support. In the literatures and documents the keywords were identified and inferenced th
{"title":"Akses Pelayanan Kesehatan yang Tersedia pada Penduduk Lanjut Usia Wilayah Perkotaan di Indonesia","authors":"R. Massie","doi":"10.22435/jpppk.v3i1.130","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/jpppk.v3i1.130","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Penelitian tentang akses lanjut usia (lansia) terhadap pelayanan kesehatan telah banyak dilakukan dengan menggunakan metode yang sama maupun berbeda. Diperlukan suatu hasil gabungan analisis penelitian dan dapat dijadikan inferensi pada parameter yang dapat diinterpretasi. Dalam kajian ini dilakukan meta-analisis akses kesehatan publik bagi lansia di wilayah perkotaan yang tersedia pada tingkat fasilitas kesehatan tingkat pertama. Diidentifikasi kata kunci dari topik yang ada pada kepustakaan melalui pembacaaan abstrak secara berulang kali. Dilakukan pencatatan hasil inferensi, kemudian dipilah sub-topik yang dipikirkan penting dan berhubungan. Ringkasan kepustakaan dibuat sesuai dengan urutan dan relevansi topik masing-masing variabel, yang disesuaikan dengan sub-topik terkait. Akses pelayanan kesehatan terhadap lansia sangat tergantung pada ketersediaan sumber daya kesehatan, peralatan yang memadai dan program yang sesuai. Lansia kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan disebabkan oleh jarak fasilitas kesehatan yang cukup jauh dari tempat tinggalnya dan tidak ada yang mengantarnya. Masih ada lanjut usia yang tidak pernah memanfaatkan pelayanan kesehatan dasar gratis. Sebagian kecil lansia mengakses informasi promosi kesehatan melalui media sosial. Fasilitas umum yang sangat dibutuhkan oleh kelompok lansia namun masih kurang terkait ketersediaan tenaga, alat medis, obat, laboratorium dan kondisi fisik serta dana operasional puskesmas. Perlindungan terhadap sosial bagi lansia juga dilakukan oleh organisasi masyarakat dan keagamaan (misal kerjasama gereja dan kelurahan) dan bantuan program Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan. Kebijakan pemerintah dan sumber daya di fasilitas kesehatan mempengaruhi akses pelayanan kesehatan terhadap lansia. Perlindungan sosial dan pemberdayaan ekonomi beperan dalam peningkatan kualitas hidup lansia. Komunikasi, Informasi dan Edukasi Kemitraan Pemerintah dan swasta, termasuk LSM perlu dilakukan terus menerus. Dukungan dan bimbingan oleh Pemerintah Daerah melalui berbagai kegiatan promosi dan proteksi kesehatan pemenuhan akses pelayanan kesehatan bagi lansia melalui kerjasama lintas program dengan sektor terkait perlu tingkatkan. \u0000Kata kunci: Lansia, Akses Pelayanan Kesehatan Abstract \u0000Researches on the access of the elderly to health services have been carried out by using the same or different methods. Therefore, a combined result of research analysis is needed and can be used as an inference and it can be interpreted. The objectives are to study through a meta-analysis of public health service for elderly through assess the available at the puskesmas level; to identify where the information and knowledge of health obtained by elderly; the decision making of elderly when they are suffering from illness, and the availability of health services for elderly at puskesmas, and the social empowerment and economic support. In the literatures and documents the keywords were identified and inferenced th","PeriodicalId":170797,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","volume":"30 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123086829","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-09-26DOI: 10.22435/jpppk.v3i1.1882
Sri Idaiani, I. Yunita, Dwi Hapsari Tjandrarini, Lely Indrawati, Ika Darmayanti, Nunik Kusumawardani, Rofingatul Mubasyiroh
Abstrak Psikosis adalah gangguan jiwa yang memiliki prevalensi kecil dibandingkan gangguan jiwa lainnya tetapi mempunyai beban penyakit yang cukup tinggi. Tujuan analisis ini adalah untuk memperoleh prevalensi psikosis pada penduduk Indonesia secara nasional, per provinsi dan melihat sebaran psikosis antara perkotaan, perdesaan berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Analisis ini merupakan analisis lanjut Riskesdas dilaksanakan di 34 provinsi, 514 kabupaten/kota pada bulan Juli 2018. Jumlah blok sensus 29.824 dengan respon rate 99,41%, jumlah rumah tangga dikunjungi dan diwawancara 282.654 dengan respon rate 95,58%. Enumerator bertanya kepada kepala keluarga atau yang mewakilinya mengenai adakah anggota rumah tangga (ART) di rumah tersebut yang pernah atau sedang mengalami gangguan jiwa psikosis dan berapa banyak jumlahnya. Analisis dilakukan dengan perangkat statistik SPSS versi 22 dengan metode complex sample. Berdasarkan Riskesdas 2018, didapatkan estimasi prevalensi orang yang pernah menderita psikosis di Indonesia sebesar 1,8 per 1000 penduduk. Prevalensi antar provinsi berkisar 0.9 sampai 3.5 per 1000 penduduk. Prevalensi psikosis lebih tinggi di perdesaan dibandingkan di perkotaan (p=0,099). Kata kunci: Riskesdas 2018, psikosis, prevalensi Abstract Psychosis is a mental disorder that has a small prevalence compared to other mental disorders but it has a fairly high burden of disease. The purpose of this analysis is to obtain the national, provincial prevalence of psychosis and to compare the prevalence between urban and rural regions in Indonesia based on Basic Health Research (Riskesdas) 2018. This is an advance analysis. Riskesdas was implemented in July 2018 in 34 provinces and 514 regencies/cities. A total of 29,824 census blocks with a response rate of 99.41%, as many as 282.654 households visited and interviewed with a response rate of 95.58%. The enumerator interviewed the head of the family or his representative regarding the existence of household members (ART) in the house who had or were experiencing psychosis and how many of them. The analysis was carried out with SPSS version 22 using the complex sample method. Based on Riskesdas 2018, an estimated prevalence of people who have suffered psychosis in Indonesia is 1.8 per 1000 population. The prevalence between provinces ranges from 0.9 to 3.5 per 1000 population. The prevalence is higher in rural than urban area (p=0.099). Keywords: Riskesdas 2018, psychosis, prevalence
{"title":"Prevalensi Psikosis di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2018","authors":"Sri Idaiani, I. Yunita, Dwi Hapsari Tjandrarini, Lely Indrawati, Ika Darmayanti, Nunik Kusumawardani, Rofingatul Mubasyiroh","doi":"10.22435/jpppk.v3i1.1882","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/jpppk.v3i1.1882","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Psikosis adalah gangguan jiwa yang memiliki prevalensi kecil dibandingkan gangguan jiwa lainnya tetapi mempunyai beban penyakit yang cukup tinggi. Tujuan analisis ini adalah untuk memperoleh prevalensi psikosis pada penduduk Indonesia secara nasional, per provinsi dan melihat sebaran psikosis antara perkotaan, perdesaan berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Analisis ini merupakan analisis lanjut Riskesdas dilaksanakan di 34 provinsi, 514 kabupaten/kota pada bulan Juli 2018. Jumlah blok sensus 29.824 dengan respon rate 99,41%, jumlah rumah tangga dikunjungi dan diwawancara 282.654 dengan respon rate 95,58%. Enumerator bertanya kepada kepala keluarga atau yang mewakilinya mengenai adakah anggota rumah tangga (ART) di rumah tersebut yang pernah atau sedang mengalami gangguan jiwa psikosis dan berapa banyak jumlahnya. Analisis dilakukan dengan perangkat statistik SPSS versi 22 dengan metode complex sample. Berdasarkan Riskesdas 2018, didapatkan estimasi prevalensi orang yang pernah menderita psikosis di Indonesia sebesar 1,8 per 1000 penduduk. Prevalensi antar provinsi berkisar 0.9 sampai 3.5 per 1000 penduduk. Prevalensi psikosis lebih tinggi di perdesaan dibandingkan di perkotaan (p=0,099). \u0000Kata kunci: Riskesdas 2018, psikosis, prevalensi \u0000Abstract \u0000Psychosis is a mental disorder that has a small prevalence compared to other mental disorders but it has a fairly high burden of disease. The purpose of this analysis is to obtain the national, provincial prevalence of psychosis and to compare the prevalence between urban and rural regions in Indonesia based on Basic Health Research (Riskesdas) 2018. This is an advance analysis. Riskesdas was implemented in July 2018 in 34 provinces and 514 regencies/cities. A total of 29,824 census blocks with a response rate of 99.41%, as many as 282.654 households visited and interviewed with a response rate of 95.58%. The enumerator interviewed the head of the family or his representative regarding the existence of household members (ART) in the house who had or were experiencing psychosis and how many of them. The analysis was carried out with SPSS version 22 using the complex sample method. Based on Riskesdas 2018, an estimated prevalence of people who have suffered psychosis in Indonesia is 1.8 per 1000 population. The prevalence between provinces ranges from 0.9 to 3.5 per 1000 population. The prevalence is higher in rural than urban area (p=0.099). \u0000Keywords: Riskesdas 2018, psychosis, prevalence","PeriodicalId":170797,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","volume":"19 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127928865","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-09-26DOI: 10.22435/jpppk.v3i1.1867
Made Ayu Lely Suratri, T. A. Jovina, Eva Sulistyowati
Abstrak Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) merupakan kegiatan kunjungan rumah yang bertujuan untuk meningkatkan akses keluarga terhadap pelayanan kesehatan yang komprehensif, mendukung tercapainya Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan JKN dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat. Program ini dilaksanakan di seluruh puskesmas di Indonesia secara bertahap sejak tahun 2016. Puskesmas sesuai dengan mandatory dari Permenkes No. 75 tahun 2014 melaksanakan kunjungan rumah dalam rangka meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan akses pelayanan kesehatan. Kegiatan kunjungan dilakukan dengan mengintegrasikan kegiatan UKP dan UKM secara berkesinambungan berdasarkan data pada profil keluarga. Tujuan penelitian untuk memperoleh gambaran pengetahuan dan pelaksanaan kunjungan rumah PIS-PK di beberapa puskesmas di Indonesia. Metode penelitian adalah riset operasional dengan pendekatan Participatory Action Research (PAR), merupakan bagian Riset Implementasi PIS-PK yang dilaksanakan oleh Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun 2018. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2018 di beberapa puskesmas di empat provinsi terpilih yaitu Lampung, Jawa Tengah, NTT, dan Kalimantan Selatan. Populasi penelitian adalah 10 rumah tangga terpilih di wilayah puskesmas yang telah dikunjungi oleh petugas puskesmas. Total rumah tangga yang dijadikan sampel penelitian sebanyak 80 rumah tangga. Wawancara dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner validasi dan Prokesga yang digunakan oleh petugas puskesmas. Hasil validasi data menunjukkan bahwa belum semua puskesmas melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pelaksanaan kunjungan rumah dalam rangka PIS-PK. Petugas yang melakukan kunjungan rumah tidak menanyakan keseluruhan pertanyaan Prokesga dan pengukuran tekanan darah. Senada dengan hal tersebut, hampir sebagian besar responden belum mengetahui atau mendengar tentang PIS-PK. Sebagian besar puskesmas belum melakukan kunjungan ulang bila anggota rumah tangga (ART) tidak ada dirumah. Kata kunci: validasi data, PIS-PK, Puskesmas Abstract The Healthy Indonesia Program with a Family Approach (PIS-PK) is a home visit activity that aims to increase family access to comprehensive health services, support the achievement of Minimum Service Standards (SPM), and JKN in order to realize a healthy Indonesia. The program was implemented in all health centers in Indonesia, gradually starting in 2016. The the Primary of Health Care in accordance with the mandatory of Permenkes No. 75 of 2014 carried out home visits in order to increase the reach of targets and bring access to health services closer. Visiting activities are carried out by integrating UKP and UKM activities on an ongoing basis based on data on family profiles. The purpose of this study was to obtain an overview of the knowledge and implementation of PIS-PK home visits in several health centers in Indonesia. The method of this research is operational research using the Participatory Actio
以家庭方式(PIS-PK)为基础的健康印尼项目是一种家庭访问活动,旨在改善家庭全面医疗服务的机会,支持实现最低服务标准(SPM),并帮助JKN实现健康印尼。该项目自2016年以来逐步在印尼各地的puskesmas实施。2014年第75期《医疗保健》杂志根据其宗旨进行家访,以增加目标范围并使医疗保健更接近。访问活动是根据家庭概况中的数据对UKP和UKM的持续集成进行的。研究的目的是获取印尼一些机构对家访的简要了解和执行情况。研究方法是不参与研究方法(pa)的操作研究,是2018年由pecibang资源和卫生保健部门进行的piss实施研究的一部分。这项研究于2018年在被选的四个省的楠榜、中爪哇省、NTT和南加里曼丹的几个普斯马什进行。研究人口是普斯基马斯地区10个选定的家庭,这些家庭已经被当地的puskesmas警官访问过。共有80个家庭作为研究样本。访谈采用工具作为验证问卷和程序,由puskesmas官员使用。数据验证结果表明,并不是所有的puskesmas都是按照预先安排的方式与公众社会化的。家访人员没有询问整个过程和血压测量问题。与此类似,大多数受访者并不知道或听说过pk。当家庭成员不在家的时候,大多数儿童还没有进行回访。关键词:数据验证,piss - pk, Puskesmas Abstract印尼家庭同意项目的健康行为(pissmas)是一个家庭访问的机会,可以增加家庭访问的途径,支持最低服务标准(SPM)的实现,并根据命令认识到印尼的健康状况。该计划于2016年在印尼所有健康中心实施。2014年第75期的《健康护理的初级健康护理》与《政策》第75条相关联,并建议增加目标的范围,并将获得健康服务的机会。行为的原因是基于家庭资料数据库的集成UKP和UKM活动。这项研究的目的是回顾印尼几个健康中心的前提前提,并实施心理咨询。这项研究的方法是采用近视行动的方法,该方法是picipatory Action Resarch (pa)在2018年由资源与健康服务中心(research and Development Center for Resources and Health Services)提出的。这项研究是在2018年在四省、南榜、中爪哇、NTT和南加里曼丹等几个国家进行的。研究人口是前10所受医疗中心关注的主要地区的住房。研究样本中使用的总房屋数量为80户人家。面试人员使用工具是验证问题和卫生保健人员使用的基本项目的形式。证实的数据表明,并非所有卫生保健的优先事项都向公众提供了关于众议院签证在pk框架内实施的信息。做家庭访问的工作人员没有询问过度的健康问题和血液压力措施。在这种情况下,大多数负责任的人既不知道也不知道pk的名声。如果没有会员的话,大多数公共卫生中心还没有被重新录取。基础:安全数据,pk,基本医疗
{"title":"Pengetahuan Masyarakat dan Pelaksanaan Wawancara Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) di Beberapa Puskesmas di Indonesia","authors":"Made Ayu Lely Suratri, T. A. Jovina, Eva Sulistyowati","doi":"10.22435/jpppk.v3i1.1867","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/jpppk.v3i1.1867","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) merupakan kegiatan kunjungan rumah yang bertujuan untuk meningkatkan akses keluarga terhadap pelayanan kesehatan yang komprehensif, mendukung tercapainya Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan JKN dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat. Program ini dilaksanakan di seluruh puskesmas di Indonesia secara bertahap sejak tahun 2016. Puskesmas sesuai dengan mandatory dari Permenkes No. 75 tahun 2014 melaksanakan kunjungan rumah dalam rangka meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan akses pelayanan kesehatan. Kegiatan kunjungan dilakukan dengan mengintegrasikan kegiatan UKP dan UKM secara berkesinambungan berdasarkan data pada profil keluarga. Tujuan penelitian untuk memperoleh gambaran pengetahuan dan pelaksanaan kunjungan rumah PIS-PK di beberapa puskesmas di Indonesia. Metode penelitian adalah riset operasional dengan pendekatan Participatory Action Research (PAR), merupakan bagian Riset Implementasi PIS-PK yang dilaksanakan oleh Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun 2018. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2018 di beberapa puskesmas di empat provinsi terpilih yaitu Lampung, Jawa Tengah, NTT, dan Kalimantan Selatan. Populasi penelitian adalah 10 rumah tangga terpilih di wilayah puskesmas yang telah dikunjungi oleh petugas puskesmas. Total rumah tangga yang dijadikan sampel penelitian sebanyak 80 rumah tangga. Wawancara dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner validasi dan Prokesga yang digunakan oleh petugas puskesmas. Hasil validasi data menunjukkan bahwa belum semua puskesmas melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pelaksanaan kunjungan rumah dalam rangka PIS-PK. Petugas yang melakukan kunjungan rumah tidak menanyakan keseluruhan pertanyaan Prokesga dan pengukuran tekanan darah. Senada dengan hal tersebut, hampir sebagian besar responden belum mengetahui atau mendengar tentang PIS-PK. Sebagian besar puskesmas belum melakukan kunjungan ulang bila anggota rumah tangga (ART) tidak ada dirumah. \u0000Kata kunci: validasi data, PIS-PK, Puskesmas \u0000Abstract \u0000The Healthy Indonesia Program with a Family Approach (PIS-PK) is a home visit activity that aims to increase family access to comprehensive health services, support the achievement of Minimum Service Standards (SPM), and JKN in order to realize a healthy Indonesia. The program was implemented in all health centers in Indonesia, gradually starting in 2016. The the Primary of Health Care in accordance with the mandatory of Permenkes No. 75 of 2014 carried out home visits in order to increase the reach of targets and bring access to health services closer. Visiting activities are carried out by integrating UKP and UKM activities on an ongoing basis based on data on family profiles. The purpose of this study was to obtain an overview of the knowledge and implementation of PIS-PK home visits in several health centers in Indonesia. The method of this research is operational research using the Participatory Actio","PeriodicalId":170797,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","volume":"52 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122497793","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}