首页 > 最新文献

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan最新文献

英文 中文
Implementasi Permenkes Nomor 812 Tahun 2010 tentang Tata Laksana Penyelenggaraan Pelayanan Hemodialisis di Indonesia 2010年,印尼血液透析服务安排812号决议实施
Pub Date : 2021-04-20 DOI: 10.22435/jpppk.v0i0.4325
Desi Fitria Neti, Ayurisya Dominata
Abstrak Implementasi Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI No. 812 tahun 2010 tentang penyelenggaraan pelayanan dialisis pada fasilitas pelayanan kesehatan (yankes) di Indonesia menimbulkan masalah bagi penderita gagal ginjal kronis. Kajian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data melalui tinjauan pustaka pada sejumlah artikel, laporan penelitian, dan jurnal serta diskusi/konsultasi melalui daring. Data yang diperoleh dianalisis dengan teori Miles & Hubermans. Kajian dilakukan dari bulan Desember 2020 s.d. Maret 2021. Hasil menunjukkan bahwa implementasi Permenkes No. 812/2010 tentang penyelenggaraan pelayanan dialisis pada fasilitas yankes (fasyankes) belum optimal. Ketersediaan sarana dan prasarana, sumber daya manusia (SDM), alat, mesin, cairan dialisat, dan obat belum terbagi merata di seluruh Indonesia. Banyak pasien belum mendapatkan pelayanan hemodialisis (HD) 2 kali seminggu. Jumlah pasien dialisis terus meningkat, sekitar 20 ribu pasien belum mendapatkan akses pengobatan, pemilihan jenis terapi HD dan continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD) yang dilaksanakan sesuai rekomendasi dokter. Pasien belum mendapat dosis obat dan waktu HD yang cukup karena berbagai kendala. RS/Klinik belum melakukan kunjungan rumah dalam rangka edukasi dan pemantauan, pasien dialisis berpotensi mengalami komplikasi/infeksi/kematian (drop out). Monev belum berjalan optimal, pembiayaan HD lebih mahal dari CAPD membebani keuangan negara, pelatihan dialisis masih minim di RS/Klinik. Kebijakan pelayanan dialisis saat ini belum terpadu. Belum ada pencerahan rohani dan kewajiban pencabutan/pemotongan alat dialisis bagi pasien muslim ketika sudah meninggal di rumah. Kajian ini merekomendasikan perlu melakukan perubahan Permenkes No. 812 tahun 2010 pasal 15 ayat 1 dan 2, seiring dengan upaya yang bisa dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit dalam memperkuat sistem kesehatan dan mutu pelayanan bagi pasien dialisis. Kata kunci: Kebijakan Kesehatan, Pelayanan Dialisis, Penyakit Gagal Ginjal Abstract Implementation of Permenkes No. 812 of 2010 concerning the implementation of dialysis services in health facilities in Indonesia causing problems for people with cordic kidney failure. This study uses qualitative descriptive methods, data collection techniques through literature reviews in a number of articles, research reports, and journals and discussions / consultations through online. The data was obtained in the analysis with miles hubermans theory. Conducted from December 2020 to March 2021. The results concluded that the implementation of Permenkes No. 812/2010 on The Implementation of Dialysis Services in Health Care Facilities has not been optimal. The availability of facilities and infrastructure, human resources, tools, machinery, dialysis fluids, and drugs has not been evenly divided throughout Indonesia. Many patients do not get hemodialysis therapy (HD) services twice a week. Dialysis patie
2010年第812日《卫生条例》的摘要,印尼卫生保健机构(yankes)设立透析服务,给慢性肾衰竭患者带来了问题。该研究采用一种定性的描述性方法,一种通过文献回顾、研究报告、期刊和在线讨论/咨询的数据收集技术。收集的数据是通过迈尔斯和胡伯曼理论分析的。这项研究始于2020年12月2021年3月。结果表明,2010年第812/ 12条关于在yankes (fasyankes)设施进行透析服务的建议并不是最理想的。资源和基础设施、人力资源、工具、机器、流动液体和药物的可用性在印尼各地没有得到平等的分配。许多患者每周至少接受两次血液透析治疗。透析病人的数量继续增加,大约有2万名患者没有获得治疗方法、高清和持续淀粉样治疗(CAPD)的选择。由于各种障碍,病人没有得到足够的药物剂量和高清时间。医院/诊所不进行教育和监测,透析患者可能出现并发症/感染/死亡(退学)。莫耶夫还没有找到最佳的解决方案,HD的融资比CAPD更昂贵,负担国家财政,医院/诊所的透析训练更少。透析服务政策目前还不是综合的。穆斯林患者在家中去世时,精神上的启迪和切断透析工具的义务仍然存在。本研究建议,2010年第812条第15条和第2条,以及卫生部、卫生和医院为加强透析患者的卫生系统和服务质量所作的努力,将需要改变812条条目。关键词:卫生政策、透析服务、肾衰竭衰竭实施《2010年护理第812号》。这项研究的目的是通过阅读报告、研究报告、日记和通过在线讨论的意见来审查技术。这些数据是由迈尔斯·胡伯曼理论进行的分析分析出来的。2020年至2021年3月。2010年第812/ 11条关于医疗保健服务的推荐并没有被证明是最佳的。事实和基础设施、人力资源、工具、机械、透析、河流和毒品的可行性并没有被证明是印尼的罪魁祸首。许多病人接受血液透析治疗并不是一周两次的服务。免疫病人继续增加,大约20名患者没有接受治疗,血液透析治疗HD和持续淀粉样蛋白的选择性实现应经医生推荐。病人没有收到足够的毒品剂量和不同剂量的强迫症。临终关怀/诊所没有在教育和监督的框架内办理家庭服务,透析病人有可能体验到值得思考/死亡的过程。Monev并没有进行最佳运行,HD finance比CAPD消耗乡村资金更贵,他的透支培训在医院/诊所仍然是最低水平。当前透析政策尚未整合。在穆斯林家庭死亡时,没有对穆斯林病人进行精神上的改造和限制。这个研究是权威的要求政策解决方案,需要改变2010年第812条第15条第1和第2段。以及由卫生、收容所和卫生服务部门提供的混凝土服务。Keywords:卫生政策,透析服务,ki肾福利。
{"title":"Implementasi Permenkes Nomor 812 Tahun 2010 tentang Tata Laksana Penyelenggaraan Pelayanan Hemodialisis di Indonesia","authors":"Desi Fitria Neti, Ayurisya Dominata","doi":"10.22435/jpppk.v0i0.4325","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/jpppk.v0i0.4325","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Implementasi Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI No. 812 tahun 2010 tentang penyelenggaraan pelayanan dialisis pada fasilitas pelayanan kesehatan (yankes) di Indonesia menimbulkan masalah bagi penderita gagal ginjal kronis. Kajian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data melalui tinjauan pustaka pada sejumlah artikel, laporan penelitian, dan jurnal serta diskusi/konsultasi melalui daring. Data yang diperoleh dianalisis dengan teori Miles & Hubermans. Kajian dilakukan dari bulan Desember 2020 s.d. Maret 2021. Hasil menunjukkan bahwa implementasi Permenkes No. 812/2010 tentang penyelenggaraan pelayanan dialisis pada fasilitas yankes (fasyankes) belum optimal. Ketersediaan sarana dan prasarana, sumber daya manusia (SDM), alat, mesin, cairan dialisat, dan obat belum terbagi merata di seluruh Indonesia. Banyak pasien belum mendapatkan pelayanan hemodialisis (HD) 2 kali seminggu. Jumlah pasien dialisis terus meningkat, sekitar 20 ribu pasien belum mendapatkan akses pengobatan, pemilihan jenis terapi HD dan continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD) yang dilaksanakan sesuai rekomendasi dokter. Pasien belum mendapat dosis obat dan waktu HD yang cukup karena berbagai kendala. RS/Klinik belum melakukan kunjungan rumah dalam rangka edukasi dan pemantauan, pasien dialisis berpotensi mengalami komplikasi/infeksi/kematian (drop out). Monev belum berjalan optimal, pembiayaan HD lebih mahal dari CAPD membebani keuangan negara, pelatihan dialisis masih minim di RS/Klinik. Kebijakan pelayanan dialisis saat ini belum terpadu. Belum ada pencerahan rohani dan kewajiban pencabutan/pemotongan alat dialisis bagi pasien muslim ketika sudah meninggal di rumah. Kajian ini merekomendasikan perlu melakukan perubahan Permenkes No. 812 tahun 2010 pasal 15 ayat 1 dan 2, seiring dengan upaya yang bisa dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit dalam memperkuat sistem kesehatan dan mutu pelayanan bagi pasien dialisis. \u0000Kata kunci: Kebijakan Kesehatan, Pelayanan Dialisis, Penyakit Gagal Ginjal \u0000Abstract \u0000Implementation of Permenkes No. 812 of 2010 concerning the implementation of dialysis services in health facilities in Indonesia causing problems for people with cordic kidney failure. This study uses qualitative descriptive methods, data collection techniques through literature reviews in a number of articles, research reports, and journals and discussions / consultations through online. The data was obtained in the analysis with miles hubermans theory. Conducted from December 2020 to March 2021. The results concluded that the implementation of Permenkes No. 812/2010 on The Implementation of Dialysis Services in Health Care Facilities has not been optimal. The availability of facilities and infrastructure, human resources, tools, machinery, dialysis fluids, and drugs has not been evenly divided throughout Indonesia. Many patients do not get hemodialysis therapy (HD) services twice a week. Dialysis patie","PeriodicalId":170797,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","volume":"64 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114612925","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Factors that Influence Mother’s Behavior in Fulfilling Toddler Nutrition at the Age of 12-36 Months 12-36月龄幼儿营养母亲行为的影响因素
Pub Date : 2021-04-20 DOI: 10.22435/jpppk.v5i1.5461
R. Maulina, M. Qomaruddin, Ardhiles Wahyu Kurniawan
Abstract Improper feeding practices are the initial cause of the occurrence of nutritional problems in infants and toddlers, if this condition occurs over time, long enough, and continuously it will have an impact on the child’s growth. This study aims to the factors that influence the mother's behavior in fulfilling toddler nutrition. The design of this research is a cross-sectional approach. The sample number in this study was 238 mothers of respondents who have children aged 1-3 years. The research location is in the work area of the Tajinan Health Center. Malang Regency, East Java. The independent variables in this study were perceived susceptibility, perceived severity, perceived usefulness, perceived barrier, cues to action, and self-efficacy. The dependent variable of the study is the behavior of mothers in providing nutrition. Samples were taken using random cluster sampling. Data was collected using a questionnaire. The data were analyzed by using the chi-square test with a significance level of <0.05. The results showed that perceived vulnerability (p = 0.297), perceived seriousness (p = 0.201), perceived benefits (p = 0.197), cues to act (p = 0.068) and self-efficacy (p = 0.205) there was no relationship between behavior mother. Only perceived barriers (p=0.028) had a relationship with the mother’s behavior. Health workers at the public health center can provide audio-visual interventions to improve the behavior of mothers in providing the nutritional needs of their children. Keywords: mother’s behavior, nutritional toddlers, theory of health belief model Abstrak Praktik pemberian makan yang tidak benar merupakan penyebab awal terjadinya masalah nutrisi pada bayi dan baduta yang apabila kondisi ini terjadi dalam waktu yang cukup lama dan terus menerus maka akan berdampak pada pertumbuhan anak. Tujuan penelitian ini adalah faktor yang mempengaruhi Ibu dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak usia balita. Desain penelitian ini adalah cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 238 ibu responden yang memiliki anak usia 1-3 tahun. Lokasi penelitian di wilayah kerja Puskesmas Tajinan. Kabupaten Malang, Jawa Timur. Variabel independen dalam penelitian ini kerentanan yang dirasakan, keparahan yang dirasakan, manfaat yang dirasakan, persepsi penghalang, isyarat untuk bertindak dan efikasi diri. Variabel dependen penelitian adalah perilaku ibu dalam memberikan nutrisi. Sampel diambil dengan cara Cluster random sampling. Pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner terstruktur dengan kuesioner. Analisa data dengan uji chi square, level signifikan P value < 0,05. Hasil menunjukkan bahwa variabel-variabel : kerentanan yang dirasakan (p=0,297), keparahan yang dirasakan (p=0,201), manfaat yang dirasakan (p=0,197), isyarat untuk bertindak (p=0,068) dan efikasi diri (p=0,205) tidak ada hubungan antara perilaku ibu. Hanya hambatan yang dirasakan (p=0,028) berhubungan dengan perilaku ibu. Petugas kesehatan di Puskesmas harus me
不当的喂养方式是婴幼儿营养问题发生的最初原因,如果这种情况长期、长时间、持续地发生,就会对儿童的生长发育产生影响。本研究旨在探讨影响幼儿营养母亲行为的因素。本研究的设计是一个横断面的方法。本研究的样本数为238名有1-3岁孩子的母亲。研究地点在塔济南卫生中心的工作区域。东爪哇的玛琅摄政。本研究的自变量为感知易感性、感知严重性、感知有用性、感知障碍、行为提示和自我效能。该研究的因变量是母亲在提供营养方面的行为。样本采用随机整群抽样。通过问卷调查收集数据。资料分析采用卡方检验,显著性水平<0.05。结果显示,感知脆弱性(p = 0.297)、感知严谨性(p = 0.201)、感知利益(p = 0.197)、行为提示(p = 0.068)和自我效能感(p = 0.205)与行为母亲之间没有关系。只有感知障碍与母亲的行为有关系(p=0.028)。公共卫生中心的卫生工作者可以提供视听干预措施,以改善母亲在满足子女营养需求方面的行为。关键词:母亲行为,营养幼儿,健康信念理论模型摘要:Praktik pemberian makan yang tidak benar merupakan penyebab awal terjadinya masalah nutrisi pada bayi dan baduta yang apabila kondisi ini terjadi dalam waktu yang cukup lama danterus menerus maka akan berdampak padpertumbuhan anak。图juan penelitian ini adalah因子为yang mempengaruhi Ibu dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anakusia balita。Desain penelitian ini adalah横截面。Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 238,但yang memoriliki anakusia 1-3 tahun回应。Lokasi penelitian di wilayah kerja Puskesmas ta济南。Kabupaten Malang,爪哇帖木儿。变量independent dalam penelitian ini kerentanan yang diasakan, keparahan yang diasakan, manfaat yang diasakan, persepsi penghalang, isyarat untuk bertindak dan efikasi diri。变量依赖于植物的生长发育和生长发育。样本:双甘菊,聚类随机抽样。彭普兰数据,孟古那坎仪器,结构,登坎仪器。分析数据登根无卡方,P值< 0.05,水平显著。Hasil menunjukkan bahwa变量-变量:kerentanan yang diasakan (p=0,297), keparahan yang diasakan (p=0,201), manfaat yang diasakan (p=0,197), isyarat untuk bertindak (p=0,068)和efikasi diri (p=0,205) tidak ada hubungan antara peraku ibu。Hanya hambatan yang diasakan (p= 0.028) berhubungan dengan peraku。Petugas kesehatan di Puskesmas harus成员,kan干预,secara,视听,untuk, meningkatkan, perakaku, Ibu dalam, pemenuhan, kebutuhan, nutrisi, bagi anaknya。Kata kunci:危险、健康、健康信念模型
{"title":"Factors that Influence Mother’s Behavior in Fulfilling Toddler Nutrition at the Age of 12-36 Months","authors":"R. Maulina, M. Qomaruddin, Ardhiles Wahyu Kurniawan","doi":"10.22435/jpppk.v5i1.5461","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/jpppk.v5i1.5461","url":null,"abstract":"Abstract \u0000Improper feeding practices are the initial cause of the occurrence of nutritional problems in infants and toddlers, if this condition occurs over time, long enough, and continuously it will have an impact on the child’s growth. This study aims to the factors that influence the mother's behavior in fulfilling toddler nutrition. The design of this research is a cross-sectional approach. The sample number in this study was 238 mothers of respondents who have children aged 1-3 years. The research location is in the work area of the Tajinan Health Center. Malang Regency, East Java. The independent variables in this study were perceived susceptibility, perceived severity, perceived usefulness, perceived barrier, cues to action, and self-efficacy. The dependent variable of the study is the behavior of mothers in providing nutrition. Samples were taken using random cluster sampling. Data was collected using a questionnaire. The data were analyzed by using the chi-square test with a significance level of <0.05. The results showed that perceived vulnerability (p = 0.297), perceived seriousness (p = 0.201), perceived benefits (p = 0.197), cues to act (p = 0.068) and self-efficacy (p = 0.205) there was no relationship between behavior mother. Only perceived barriers (p=0.028) had a relationship with the mother’s behavior. Health workers at the public health center can provide audio-visual interventions to improve the behavior of mothers in providing the nutritional needs of their children. \u0000Keywords: mother’s behavior, nutritional toddlers, theory of health belief model \u0000Abstrak \u0000Praktik pemberian makan yang tidak benar merupakan penyebab awal terjadinya masalah nutrisi pada bayi dan baduta yang apabila kondisi ini terjadi dalam waktu yang cukup lama dan terus menerus maka akan berdampak pada pertumbuhan anak. Tujuan penelitian ini adalah faktor yang mempengaruhi Ibu dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak usia balita. Desain penelitian ini adalah cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 238 ibu responden yang memiliki anak usia 1-3 tahun. Lokasi penelitian di wilayah kerja Puskesmas Tajinan. Kabupaten Malang, Jawa Timur. Variabel independen dalam penelitian ini kerentanan yang dirasakan, keparahan yang dirasakan, manfaat yang dirasakan, persepsi penghalang, isyarat untuk bertindak dan efikasi diri. Variabel dependen penelitian adalah perilaku ibu dalam memberikan nutrisi. Sampel diambil dengan cara Cluster random sampling. Pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner terstruktur dengan kuesioner. Analisa data dengan uji chi square, level signifikan P value < 0,05. Hasil menunjukkan bahwa variabel-variabel : kerentanan yang dirasakan (p=0,297), keparahan yang dirasakan (p=0,201), manfaat yang dirasakan (p=0,197), isyarat untuk bertindak (p=0,068) dan efikasi diri (p=0,205) tidak ada hubungan antara perilaku ibu. Hanya hambatan yang dirasakan (p=0,028) berhubungan dengan perilaku ibu. Petugas kesehatan di Puskesmas harus me","PeriodicalId":170797,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","volume":"33 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130430935","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Incentive Distribution of Specialist Doctors in Government General Hospital 政府综合医院专科医生的激励分配
Pub Date : 2020-08-19 DOI: 10.22435/JPPPK.V4I2.3310
A. Susyanty, H. Hendarwan, Amir Su'udi
Abstract Maintaining and fulfilling the needs of specialist doctors in government public hospitals is still a challenge. Government general hospitals have not been able to meet the minimum standard for specialist doctors. The distribution of personnel and the incentives received by specialist doctors varies between regions. This study aims to provide recommendations related to policies to meet the needs of specialist doctors at government general hospitals. This cross-sectional research study was conducted in May - December 2017 in 19 hospitals in 18 districts/cities. A total of 134 specialist doctors and dental specialists were respondents in this study. The fulfillment of non-financial incentives for specialist doctors, 28.4% lived in official homes, 41.8% received official vehicles and 73.1% were facilitated to attend seminars/education and training. Fulfillment of financial incentives shows that 73.1% of their income is sufficient for the family’s needs for 1 month and 63.5% can save. Further east, the incentives received by specialist doctors are greater. The combined capacity of central and local budgets can be optimized to provide adequate and equitable incentives to retain specialist doctors in government hospitals, especially in less desirable areas and with limited budgets. Keywords: adequacy, disparity, incentive Abstrak Keberadaan dan kecukupan dokter spesialis di rumah sakit umum pemerintah masih menjadi kendala. Masih banyak rumah sakit yang belum memenuhi standar minimal dokter spesialis di rumah sakit dan masih adanya disparitas distribusi tenaga dan insentif dokter spesialis di tiap daerah. Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan rekomendasi kebijakan terkait pemenuhan kebutuhan dokter spesialis dari aspek penyediaan insentif bagi dokter. Penelitian ini dilakukan secara cross-sectional dan dilaksanakan pada bulan Mei - Desember 2017 di 19 RS di 18 kabupaten / kota. Sebanyak 134 dokter spesialis dan dokter gigi spesialis yang menjadi responden penelitian ini. Sebanyak 28,4% tinggal di rumah layanan yang disediakan, 73,1% dari pendapatannya mencukupi kebutuhan keluarga selama 1 bulan, 63,5% dapat menabung, 41,8% dapat kendaraan, 73,1% telah difasilitasi untuk mengikuti seminar / pendidikan dan pelatihan. Semakin ke timur, insentif yang diterima dokter spesialis semakin besar. Kombinasi kemampuan anggaran pusat dan daerah dapat dioptimalkan untuk memberikan insentif yang memadai dan merata untuk mempertahankan dokter spesialis di rumah sakit pemerintah, terutama di daerah yang tidak diminati dan dengan kendala anggaran. Kata kunci: kecukupan, disparitas, insentif
维持和满足政府公立医院专科医生的需求仍然是一个挑战。政府的综合医院无法达到专科医生的最低标准。专科医生的人员分布和获得的奖励因地区而异。本研究旨在提供相关政策建议,以满足政府综合医院专科医生的需求。本横断面研究于2017年5月至12月在18个区/市的19家医院进行。在这项研究中,共有134名专科医生和牙科专家接受调查。对专科医生实施非经济奖励,28.4%的专科医生住在公家,41.8%的专科医生乘坐公务车,73.1%的专科医生获安排参加研讨会/教育及培训。财政激励的实现情况显示,73.1%的收入足以满足家庭一个月的需要,63.5%可以储蓄。再往东,专科医生得到的奖励更大。可以优化中央和地方预算的综合能力,提供充分和公平的奖励,以留住政府医院的专科医生,特别是在不太理想的地区和预算有限的地区。关键词:充分性、差距、激励。摘要:中国特色教育,中国特色教育,中国特色教育,中国特色教育。Masih banyak rumah sakit yang belum memuhi标准最小值dokter special is rumah sakit dan Masih adanya差异分布,tenaga danunentif dokter special is ditiap daerah。Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan rekomendasi kebijakan terkait pemenuhan kebutuhan dokter special is dari speak penyediaan inentif bagi dokter。Penelitian ini dilakukan secara横断面dan dilaksanakan padbulan Mei - 2017年12月di 19 RS di 18 kabupaten / kota。Sebanyak 134 dokter specialis和dokter gigi specialis yang menjadi回应penelitian ini。Sebanyak 28,4% tinggal di rumah layanan yang disediakan, 73,1% dari pendapatannya mencukupi kebutuhan keluarga selama 1 bulan, 63,5% dapat menabung, 41,8% dapat kendaraan, 73,1% telah difasilitasi untuk mengikuti seminar / pendidikan dan pelatihan。Semakin是一种木制品,而不是一种特殊的木制品。康比纳斯·凯普曼·anggaran·丹丹·丹丹·丹丹·丹丹·丹丹·丹丹·丹丹·丹丹·丹丹·丹丹·丹丹·丹丹·丹丹·丹丹·丹丹·丹丹·丹丹·丹丹·丹丹·丹丹·丹丹·丹丹·丹丹·丹丹·丹丹·丹丹·丹丹。Kata kunci: kecukupan, disparitas, inentif
{"title":"Incentive Distribution of Specialist Doctors in Government General Hospital","authors":"A. Susyanty, H. Hendarwan, Amir Su'udi","doi":"10.22435/JPPPK.V4I2.3310","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/JPPPK.V4I2.3310","url":null,"abstract":"Abstract \u0000Maintaining and fulfilling the needs of specialist doctors in government public hospitals is still a challenge. Government general hospitals have not been able to meet the minimum standard for specialist doctors. The distribution of personnel and the incentives received by specialist doctors varies between regions. This study aims to provide recommendations related to policies to meet the needs of specialist doctors at government general hospitals. This cross-sectional research study was conducted in May - December 2017 in 19 hospitals in 18 districts/cities. A total of 134 specialist doctors and dental specialists were respondents in this study. The fulfillment of non-financial incentives for specialist doctors, 28.4% lived in official homes, 41.8% received official vehicles and 73.1% were facilitated to attend seminars/education and training. Fulfillment of financial incentives shows that 73.1% of their income is sufficient for the family’s needs for 1 month and 63.5% can save. Further east, the incentives received by specialist doctors are greater. The combined capacity of central and local budgets can be optimized to provide adequate and equitable incentives to retain specialist doctors in government hospitals, especially in less desirable areas and with limited budgets. \u0000Keywords: adequacy, disparity, incentive \u0000Abstrak \u0000Keberadaan dan kecukupan dokter spesialis di rumah sakit umum pemerintah masih menjadi kendala. Masih banyak rumah sakit yang belum memenuhi standar minimal dokter spesialis di rumah sakit dan masih adanya disparitas distribusi tenaga dan insentif dokter spesialis di tiap daerah. Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan rekomendasi kebijakan terkait pemenuhan kebutuhan dokter spesialis dari aspek penyediaan insentif bagi dokter. Penelitian ini dilakukan secara cross-sectional dan dilaksanakan pada bulan Mei - Desember 2017 di 19 RS di 18 kabupaten / kota. Sebanyak 134 dokter spesialis dan dokter gigi spesialis yang menjadi responden penelitian ini. Sebanyak 28,4% tinggal di rumah layanan yang disediakan, 73,1% dari pendapatannya mencukupi kebutuhan keluarga selama 1 bulan, 63,5% dapat menabung, 41,8% dapat kendaraan, 73,1% telah difasilitasi untuk mengikuti seminar / pendidikan dan pelatihan. Semakin ke timur, insentif yang diterima dokter spesialis semakin besar. Kombinasi kemampuan anggaran pusat dan daerah dapat dioptimalkan untuk memberikan insentif yang memadai dan merata untuk mempertahankan dokter spesialis di rumah sakit pemerintah, terutama di daerah yang tidak diminati dan dengan kendala anggaran. \u0000Kata kunci: kecukupan, disparitas, insentif","PeriodicalId":170797,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","volume":"26 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131346641","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Metode Estimasi Hemoglobin pada Situasi Sumberdaya Terbatas: Kajian Pustaka 血红蛋白在资源情况下的估计方法是有限的:对库
Pub Date : 2020-08-19 DOI: 10.22435/jpppk.v4i2.2961
Mukhlissul Faatih, Frans Dany, Ratih Rinendyaputri, Kambang Sariadji, I. Susanti, Ulyatun Nikmah
Abstrak Ada beberapa teknik untuk mengestimasi Hemoglobin (Hb) yang telah tersedia secara komersial. Sebagian besar metode ini tidak cocok untuk kondisi di negara berkembang dengan keterbatasan sumber daya, terutama karena harga pembelian peralatan yang tinggi atau biaya operasional yang tinggi. Kajian ini dilakukan untuk meninjau metode estimasi Hb yang dapat dilakukan pada situasi seumberdaya terbatas dari perspektif negara berkembang. Kajian pustaka dilakukan melalui database PubMed untuk studi-studi yang membandingkan berbagai teknik estimasi Hb. Kajian ini mendapatkan 13 artikel yang dimasukkan dalam kajian ini. Mengestimasi Hb pada kondisi yang sumberdayanya terbatas diperlukan metode yang ekonomis, praktis, cepat, valid, dan handal. Cyanmethemoglobin langsung telah menjadi gold-standard untuk estimasi hemoglobin, tetapi metode lain seperti Haemoglobin Color Scale (HCS), teknik Sahli, teknik Lovibond-Drabkin, teknik Tallqvist, metode tembaga-sulfat, HemoCue®, dan Automated Haematology Analyzer (AHA) juga tersedia. Setiap metode memiliki prinsip kerja yang berbeda dan kelebihan serta kekurangannya masing-masing. HemoCue® adalah metode terbaik untuk skrining awal anemia karena dapat diandalkan, mudah dibawa, tidak memerlukan catu daya dan mudah digunakan dikondisi sumber daya yang kurang tanpa perlu melatih petugas kesehatan. HCS adalah metode potensial lain yang dapat digunakan dalam situasi kekurangan sumber daya. Namun, metode tersebut harus diselidiki lebih lanjut melalui studi yang lebih besar sebelum diimplementasikan. Kata kunci: Metode estimasi hemoglobin Abstract There are several techniques for estimating Hemoglobin (Hb) that are commercially available. Most of these methods are not suitable for conditions in developing countries with limited resources, mainly due to equipment prices or high operational costs. This study was conducted to review the methods of estimating Hb which can be carried out in limited resource situations from the perspective of developing countries. A literature review was carried out through the PubMed database for studies comparing various Hb estimation techniques. Results of the literature review, 13 articles were included in this review. Hb estimation in limited resources situations required methods that are not expensive, practical, quick, valid, and reliable. Direct cyanmethemoglobin has become the gold standard for estimating hemoglobin, but other methods such as Hemoglobin Color Scale (HCS), Sahli technique, Lovibond-Drabkin technique, Tallqvist technique, copper-sulfate method, HemoCue®, and Automated Hematology Analyzer (AHA) are also available. Each method has a different working principle and its advantages and disadvantages. HemoCue® is the choice method for initial screening of anemia because it is reliable, portable, does not require a power supply and is easy to use in poor resource conditions without requiring health worker’s training. HCS is another potential method that can be used in l
抽象地说,有几种方法可以将血红蛋白(Hb)测定成商业用途。在发展中国家,这些方法大多不适用于资源有限的情况,特别是由于购买高成本的设备或高运营成本。这项研究是为了从发展中国家的角度来审查可能在有限凝血情况下对Hb的估计方法。库研究通过公共数据库进行研究,该数据库比较了Hb估计的各种技术。本研究获得了13篇文章。将Hb限制在资源有限的条件下,需要一种经济、实用、快速、有效和可靠的方法。Cyanmethemoglobin直接成了gold-standard血红蛋白来估算,但其他方法,如血红蛋白颜色规模(HCS) Sahli、Lovibond-Drabkin技术、工程技术Tallqvist tembaga-sulfat的方法,HemoCue®,自动Haematology分析仪(啊哈)也可以。每种方法都有不同的工作原理、优点和缺点。HemoCue®是早期筛查的最佳方法可靠,携带方便,不需要引起的贫血和容易使用dikondisi电源不足的资源,不用训练卫生工作者。HCS是另一种潜在的用于资源短缺的方法。然而,在实施之前,应该进行进一步的研究。关键词:血红蛋白抽象血红蛋白(Hb)测量血红蛋白(Hb)的方法是有限的。其中大多数方法都不适合有限资源、负责设备等开发。这项研究的目的是审查发展中国家有限资源的估计方法。研究相关品种Hb评估技术的公共数据库上出现了一项文献审查。文献审查的结果,其中13篇文章包括在这次审查中。Hb估计有限资源的情况,要求的方法并不贵,实际的,快速的,有效的,可靠的。直接cyanmethemoglobin已成为《gold standard for estimating血红蛋白,血红蛋白,但其他方法如此美国颜色规模(HCS) Sahli技巧、Lovibond-Drabkin技巧Tallqvist copper-sulfate方法技巧,HemoCue®,也和自动Hematology分析仪(啊哈)是"可以。每一种方法都有不同的原则和优势和缺点。HemoCue®是最初的选择方法筛选贫血,因为它是可靠的,便携式,确实不是require a电源和是易到用在《可怜的资源条件没有requiring卫生工作者的培训。HCS是另一种可能用于有限资源情况的方法。但是,这些方法在实现之前必须通过更大的研究进行进一步的调查。Keywords:血红蛋白估计方法
{"title":"Metode Estimasi Hemoglobin pada Situasi Sumberdaya Terbatas: Kajian Pustaka","authors":"Mukhlissul Faatih, Frans Dany, Ratih Rinendyaputri, Kambang Sariadji, I. Susanti, Ulyatun Nikmah","doi":"10.22435/jpppk.v4i2.2961","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/jpppk.v4i2.2961","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Ada beberapa teknik untuk mengestimasi Hemoglobin (Hb) yang telah tersedia secara komersial. Sebagian besar metode ini tidak cocok untuk kondisi di negara berkembang dengan keterbatasan sumber daya, terutama karena harga pembelian peralatan yang tinggi atau biaya operasional yang tinggi. Kajian ini dilakukan untuk meninjau metode estimasi Hb yang dapat dilakukan pada situasi seumberdaya terbatas dari perspektif negara berkembang. Kajian pustaka dilakukan melalui database PubMed untuk studi-studi yang membandingkan berbagai teknik estimasi Hb. Kajian ini mendapatkan 13 artikel yang dimasukkan dalam kajian ini. Mengestimasi Hb pada kondisi yang sumberdayanya terbatas diperlukan metode yang ekonomis, praktis, cepat, valid, dan handal. Cyanmethemoglobin langsung telah menjadi gold-standard untuk estimasi hemoglobin, tetapi metode lain seperti Haemoglobin Color Scale (HCS), teknik Sahli, teknik Lovibond-Drabkin, teknik Tallqvist, metode tembaga-sulfat, HemoCue®, dan Automated Haematology Analyzer (AHA) juga tersedia. Setiap metode memiliki prinsip kerja yang berbeda dan kelebihan serta kekurangannya masing-masing. HemoCue® adalah metode terbaik untuk skrining awal anemia karena dapat diandalkan, mudah dibawa, tidak memerlukan catu daya dan mudah digunakan dikondisi sumber daya yang kurang tanpa perlu melatih petugas kesehatan. HCS adalah metode potensial lain yang dapat digunakan dalam situasi kekurangan sumber daya. Namun, metode tersebut harus diselidiki lebih lanjut melalui studi yang lebih besar sebelum diimplementasikan. \u0000Kata kunci: Metode estimasi hemoglobin \u0000Abstract \u0000There are several techniques for estimating Hemoglobin (Hb) that are commercially available. Most of these methods are not suitable for conditions in developing countries with limited resources, mainly due to equipment prices or high operational costs. This study was conducted to review the methods of estimating Hb which can be carried out in limited resource situations from the perspective of developing countries. A literature review was carried out through the PubMed database for studies comparing various Hb estimation techniques. Results of the literature review, 13 articles were included in this review. Hb estimation in limited resources situations required methods that are not expensive, practical, quick, valid, and reliable. Direct cyanmethemoglobin has become the gold standard for estimating hemoglobin, but other methods such as Hemoglobin Color Scale (HCS), Sahli technique, Lovibond-Drabkin technique, Tallqvist technique, copper-sulfate method, HemoCue®, and Automated Hematology Analyzer (AHA) are also available. Each method has a different working principle and its advantages and disadvantages. HemoCue® is the choice method for initial screening of anemia because it is reliable, portable, does not require a power supply and is easy to use in poor resource conditions without requiring health worker’s training. HCS is another potential method that can be used in l","PeriodicalId":170797,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130296130","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Gambaran Penyakit Reproduksi Wanita pada Pasien Rawat Inap yang Menggunakan BPJS Kesehatan di Salah Satu Rumah Sakit Kelas A di Jakarta 在雅加达一家A级医院使用BPJS的住院病人的生殖疾病图片
Pub Date : 2020-08-19 DOI: 10.22435/jpppk.v4i2.4505
Cicih Opitasari
Abstrak Penyakit reproduksi menjadi beban berat dan memiliki dampak besar terhadap kesehatan dan kualitas hidup wanita. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penyakit kelompok reproduksi wanita pada pasien Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan yang dirawat inap di rumah sakit. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain potong lintang di salah satu rumah sakit (RS) pemerintah di Jakarta. Data penelitian menggunakan seluruh data klaim rawat inap pasien BPJS Kesehatan periode Januari−Desember 2017 yang di dapatkan dari aplikasi E-Klaim INA-CBGs. Semua pasien wanita yang dirawat inap dan tergolong ke dalam kelompok penyakit reproduksi wanita berdasarkan casemix main groups dianalisis secara deskriptif. Total pasien pada kelompok ini sebanyak 1220, sedangkan jumlah kunjungan adalah 1528 kunjungan. Sebanyak 308 kunjungan merupakan kasus readmisi (tingkat readmisi 20,2%). Usia pasien terbanyak pada kelompok umur 35–44 tahun, rata-rata 39 tahun. Sebagian besar dirawat di kelas 3 dan memiliki tingkat keparahan level 1 dengan lama perawatan rata-rata 5,5 hari. Pasien dengan indikasi rawat ICU sebesar 6,6% dan hampir semua pasien dipulangkan atas persetujuan dokter. Diagnosis utama dan sekunder terbanyak masing-masing adalah observasi suspek neoplasma maligna dan anemia. Rerata klaim INA-CBGs pada penyakit reproduksi wanita masih lebih rendah dari tarif RS, kecuali pada gangguan post partum berat dan antepartum berat. Kata kunci : penyakit reproduksi wanita, rawat inap, BPJS Kesehatan, INA-CBGs Abstract Reproductive morbidity becomes a major burden and has a large impact on women’s health and their quality of life. This paper aims to address the diseases of a female reproductive group in hospitalized BPJS Kesehatan patients. This study was conducted using a cross-sectional design in one government hospital in Jakarta. The study used all hospital claim data for BPJS Kesehatan patients from January to December 2017 that was taken from the E-Claim INA-CBGs application. All-female patients who were hospitalized and classified as female reproductive disease groups based on case-mix main groups were analyzed descriptively. The total number of patients in this group was 1220, while the number of visits was 1528 visits. A total of 308 visits were readmission cases (readmission rate of 20.2%). Most of the patients were aged 35-44 years with an average was 39 years. The majority of the patients were treated in the third class and had severity level 1, the mean length of stay was 5.5 days. The patients who had ICU indication were 6.6% and almost all patients were discharged with the physician’s approval. The most common primary and secondary diagnoses were observations of suspected malignant neoplasms and anemia respectively. The mean of INA-CBG claims in female reproductive diseases was still lower than hospital rates, except in severe postpartum and antepartum disorders. Keywords: female reproductive diseases, hospitalized, BPJ
抽象的生殖疾病是一个沉重的负担,对妇女的健康和生活质量产生了深远的影响。这篇文章的目的是了解住院的社会保障机构(BPJS)患者中女性生殖群体疾病的描述。这项研究是利用雅加达一家政府医院的纬度设计进行的。用整个研究数据索赔住院病人排队−1时期健康的2017年12月从E-Klaim应用INA-CBGs。所有因casemix主groups分析而被归类为妇女生殖疾病的女性患者。这一组的患者总数为1220人,而探视次数为1528人。共308次探视是复核率(202%)。患者最多35 - 44岁,平均39岁。大多数人在三等舱接受治疗,平均护理时间为5.5天。患者的重症监护室症状为6.6%,几乎所有病人都在医生的批准下出院。每一种疾病的主要和次要诊断都是马里尼亚和贫血的新血浆嫌疑人的观察结果。女性生殖疾病的比率仍然低于RS的平均水平,除了严重的产前和严重的先行性疾病。关键词:女性生殖疾病、住院住院、BPJS健康、性生殖疾病、性cbgs等都是对女性健康和生活品质的巨大影响。这篇论文的题目是《女性生殖群体的疾病》。这项研究采用了雅加达一家政府医院的跨部门设计。研究从2017年1月到12月,来自e -索赔INA-CBGs应用的所有医院索赔数据都被用于。所有的女性病人都接受了诊断,并分类为基于case-mix的女性生殖疾病组,标题是分析的描述。这个小组的总患者人数是1220,而visits的总数是1528。总共有308个折中率。大多数病人35-44岁,平均年龄为39年。病人在第三级接受治疗,有好几级,平均停留5天。病人的重症监护室年龄是6.6%,几乎所有的病人都受到医生的同意的影响。最常见的优先和可持续性诊断是观察恶性肿瘤和贫血反应。女性生殖疾病的非处方药的平均需求仍然比拉特斯医院低,除了严重的产后和先行性疾病。女童生育疾病,住院治疗,健康BPJS
{"title":"Gambaran Penyakit Reproduksi Wanita pada Pasien Rawat Inap yang Menggunakan BPJS Kesehatan di Salah Satu Rumah Sakit Kelas A di Jakarta","authors":"Cicih Opitasari","doi":"10.22435/jpppk.v4i2.4505","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/jpppk.v4i2.4505","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Penyakit reproduksi menjadi beban berat dan memiliki dampak besar terhadap kesehatan dan kualitas hidup wanita. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penyakit kelompok reproduksi wanita pada pasien Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan yang dirawat inap di rumah sakit. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain potong lintang di salah satu rumah sakit (RS) pemerintah di Jakarta. Data penelitian menggunakan seluruh data klaim rawat inap pasien BPJS Kesehatan periode Januari−Desember 2017 yang di dapatkan dari aplikasi E-Klaim INA-CBGs. Semua pasien wanita yang dirawat inap dan tergolong ke dalam kelompok penyakit reproduksi wanita berdasarkan casemix main groups dianalisis secara deskriptif. Total pasien pada kelompok ini sebanyak 1220, sedangkan jumlah kunjungan adalah 1528 kunjungan. Sebanyak 308 kunjungan merupakan kasus readmisi (tingkat readmisi 20,2%). Usia pasien terbanyak pada kelompok umur 35–44 tahun, rata-rata 39 tahun. Sebagian besar dirawat di kelas 3 dan memiliki tingkat keparahan level 1 dengan lama perawatan rata-rata 5,5 hari. Pasien dengan indikasi rawat ICU sebesar 6,6% dan hampir semua pasien dipulangkan atas persetujuan dokter. Diagnosis utama dan sekunder terbanyak masing-masing adalah observasi suspek neoplasma maligna dan anemia. Rerata klaim INA-CBGs pada penyakit reproduksi wanita masih lebih rendah dari tarif RS, kecuali pada gangguan post partum berat dan antepartum berat. \u0000Kata kunci : penyakit reproduksi wanita, rawat inap, BPJS Kesehatan, INA-CBGs \u0000Abstract \u0000Reproductive morbidity becomes a major burden and has a large impact on women’s health and their quality of life. This paper aims to address the diseases of a female reproductive group in hospitalized BPJS Kesehatan patients. This study was conducted using a cross-sectional design in one government hospital in Jakarta. The study used all hospital claim data for BPJS Kesehatan patients from January to December 2017 that was taken from the E-Claim INA-CBGs application. All-female patients who were hospitalized and classified as female reproductive disease groups based on case-mix main groups were analyzed descriptively. The total number of patients in this group was 1220, while the number of visits was 1528 visits. A total of 308 visits were readmission cases (readmission rate of 20.2%). Most of the patients were aged 35-44 years with an average was 39 years. The majority of the patients were treated in the third class and had severity level 1, the mean length of stay was 5.5 days. The patients who had ICU indication were 6.6% and almost all patients were discharged with the physician’s approval. The most common primary and secondary diagnoses were observations of suspected malignant neoplasms and anemia respectively. The mean of INA-CBG claims in female reproductive diseases was still lower than hospital rates, except in severe postpartum and antepartum disorders. \u0000Keywords: female reproductive diseases, hospitalized, BPJ","PeriodicalId":170797,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","volume":"167 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114370528","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Jaminan Kualitas Peralatan di Puskesmas 影响医疗机构设备质量保证的因素
Pub Date : 2020-08-19 DOI: 10.22435/JPPPK.V4I2.3674
Widianto Pancaharjono, Danny Fajar Mogsa, A. Hasugian, Hadjar Siswantoro, Armadji Kamaludi Syarif, Agus Dwi Harso, Sri Idaiani, T. A. Jovina
Abstrak Diperkirakan 40–70% alat-alat medis di negara-negara miskin dan berkembang mengalami kerusakan, tidak dapat digunakan atau tidak digunakan sesuai tujuannya dan akan memengaruhi kualitas pelayanan kesehatan. Beberapa penelitian menunjukkan masih kurangnya kualitas peralatan di Puskesmas. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai faktor-faktor yang memengaruhi jaminan kualitas alat-alat medis dan nonmedis yang ada di Puskesmas. Penelitian ini merupakan analisis lanjut dari penelitian “Pengembangan Indeks Mutu Pelayanan Kesehatan Puskesmas” pada tahun 2017. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan 200 puskesmas terpilih sebagai sampel penelitian. Analisis univariat dilakukan untuk menilai karakteristik responden. Analisis bivariat dilakukan menggunakan uji Chi-square untuk menilai faktor-faktor yang berhubungan dengan jaminan kualitas terhadap peralatan di tempat pelayanan. Variabel yang dianalisis yaitu dilakukan monitoring terhadap pemeliharaan peralatan medis dan nonmedis (p209); ada tempat penyimpanan/gudang sarana dan peralatan yang memenuhi persyaratan (p255); dilakukan kalibrasi atau validasi instrumen/alat ukur tepat waktu dan oleh pihak yang kompeten sesuai prosedur (p820); terdapat bukti dokumentasi dilakukannya kalibrasi atau validasi, dan masih berlaku (p821); ditetapkan kebijakan dan prosedur untuk memisahkan alat yang bersih dan alat yang kotor, alat yang memerlukan sterilisasi, alat yang membutuhkan perawatan lebih lanjut (tidak siap pakai), serta alat-alat yang membutuhkan persyaratan khusus untuk peletakannya (p868) terbukti mempunyai hubungan secara bermakna dan variabel “dilakukan kalibrasi atau validasi instrumen/alat ukur tepat waktu dan oleh pihak yang kompeten sesuai prosedur” berpeluang sebesar 27,681 kali mempunyai jaminan kualitas yang baik terhadap peralatan di tempat pelayanan dibandingkan dengan Puskesmas yang tidak melakukannya. Kata Kunci : Alat kesehatan, sterilisasi, kalibrasi Abstract An estimated 40–70% of medical equipment in poor and developing countries are damaged, unusable or unused under its purpose and will affect the quality of health services. Several studies have shown that there is still a lack of equipment quality in Puskesmas. The purpose of this study is to assess the factors that affect the quality assurance of medical and non-medical devices in Puskesmas. This study is an in-depth analysis of the “The Development of Puskesmas Health Service Quality Index” in 2017. A cross-sectional design is used with 200 Puskesmas as the research sample. Univariate analysis and Chi-square test were conducted to assess the characteristics of the respondents and the factors associated with quality assurance of equipment at the service center. The analyzed variables are monitoring of medical and non-medical equipment maintenance (p209); storage area/warehouse that meets the requirements (p255); instruments / measuring instruments calibration or validation is carried out on time by competent
据估计,贫困和发展中国家的40 - 70%医疗设备正在受到损害,不能或不愿使用,并将影响医疗保健的质量。一些研究表明,Puskesmas的设备质量仍然很差。本研究的目的是评估影响医疗器械和非医学设备质量的因素。该研究是2017年“Puskesmas医疗质量指数发展”研究的进一步分析。本研究采用一种有200个肚脐的切割设计作为研究样本。进行univariat分析,以评估受访者的特征。双变量分析是使用Chi-square来评估与现场设备质量保证相关的因素。分析的变量是监测医疗和非医疗设备的维护(p209);有符合要求的设施/仓库和设备(p255);经及时校准或仪器/仪表验证,并由经程序合格的人员进行(p820);有文件证明做校准或验证,仍然有效(p821);制定政策和程序来区分清洁工具和不卫生工具,需要消毒的工具,需要进一步治疗的工具,以及需要特殊要求的临近的工具(p868)证明有有意义地和变量之间的关系”做校准或验证仪器/仪表及时和适当的称职的一方“偶然27.681倍有质量保证程序对设备的好地方的医院相比,不做服务。关键字:卫生、消毒、估计为40 - 70%的贫民和发展中国家的医疗设备已被破坏,负担不起或无法使用的目的,将影响卫生服务的质量。几个研究人员已经证明,在Puskesmas仍然有许多设备。《factors这个研究的目的是要评估这种影响《医学与品质保障部non-medical设备公司在诊所。这个研究是一个深入分析”的《the Development of诊所健康服务质量指数”在2017年。在研究样本中,一个跨部门的设计使用了200个儿童诊所。Univariate分析和Chi-square测试是对评估conducted respondents characteristics》和《factors (associated with品质保障部设备at the service)的中心。《analyzed variables英亩of medical and non-medical监测设备维修费(p209);存储区域/仓库那遇见requirements杂志》(p255);-仪器与测量仪器calibration或validation carried out on time)是由competent各方弥足procedures (p820);#仍然有效documentary calibration的证据或validation (p821);那里是建立政策procedures要用清洁和肮脏的工具,工具requiring sterilization,治疗和特殊requirements for离它的配置(p868) proved to be浓厚。-仪器与测量仪器calibration或validation carried out on time)是由competent各方弥足procedures有a chance of a玩得好品质保障部of 27.681时报《服务广场compared to诊所设备那不是做如此。安装:健康、sterilization calibration带给您
{"title":"Faktor-Faktor yang Memengaruhi Jaminan Kualitas Peralatan di Puskesmas","authors":"Widianto Pancaharjono, Danny Fajar Mogsa, A. Hasugian, Hadjar Siswantoro, Armadji Kamaludi Syarif, Agus Dwi Harso, Sri Idaiani, T. A. Jovina","doi":"10.22435/JPPPK.V4I2.3674","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/JPPPK.V4I2.3674","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Diperkirakan 40–70% alat-alat medis di negara-negara miskin dan berkembang mengalami kerusakan, tidak dapat digunakan atau tidak digunakan sesuai tujuannya dan akan memengaruhi kualitas pelayanan kesehatan. Beberapa penelitian menunjukkan masih kurangnya kualitas peralatan di Puskesmas. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai faktor-faktor yang memengaruhi jaminan kualitas alat-alat medis dan nonmedis yang ada di Puskesmas. Penelitian ini merupakan analisis lanjut dari penelitian “Pengembangan Indeks Mutu Pelayanan Kesehatan Puskesmas” pada tahun 2017. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan 200 puskesmas terpilih sebagai sampel penelitian. Analisis univariat dilakukan untuk menilai karakteristik responden. Analisis bivariat dilakukan menggunakan uji Chi-square untuk menilai faktor-faktor yang berhubungan dengan jaminan kualitas terhadap peralatan di tempat pelayanan. Variabel yang dianalisis yaitu dilakukan monitoring terhadap pemeliharaan peralatan medis dan nonmedis (p209); ada tempat penyimpanan/gudang sarana dan peralatan yang memenuhi persyaratan (p255); dilakukan kalibrasi atau validasi instrumen/alat ukur tepat waktu dan oleh pihak yang kompeten sesuai prosedur (p820); terdapat bukti dokumentasi dilakukannya kalibrasi atau validasi, dan masih berlaku (p821); ditetapkan kebijakan dan prosedur untuk memisahkan alat yang bersih dan alat yang kotor, alat yang memerlukan sterilisasi, alat yang membutuhkan perawatan lebih lanjut (tidak siap pakai), serta alat-alat yang membutuhkan persyaratan khusus untuk peletakannya (p868) terbukti mempunyai hubungan secara bermakna dan variabel “dilakukan kalibrasi atau validasi instrumen/alat ukur tepat waktu dan oleh pihak yang kompeten sesuai prosedur” berpeluang sebesar 27,681 kali mempunyai jaminan kualitas yang baik terhadap peralatan di tempat pelayanan dibandingkan dengan Puskesmas yang tidak melakukannya. \u0000Kata Kunci : Alat kesehatan, sterilisasi, kalibrasi \u0000Abstract \u0000An estimated 40–70% of medical equipment in poor and developing countries are damaged, unusable or unused under its purpose and will affect the quality of health services. Several studies have shown that there is still a lack of equipment quality in Puskesmas. The purpose of this study is to assess the factors that affect the quality assurance of medical and non-medical devices in Puskesmas. This study is an in-depth analysis of the “The Development of Puskesmas Health Service Quality Index” in 2017. A cross-sectional design is used with 200 Puskesmas as the research sample. Univariate analysis and Chi-square test were conducted to assess the characteristics of the respondents and the factors associated with quality assurance of equipment at the service center. The analyzed variables are monitoring of medical and non-medical equipment maintenance (p209); storage area/warehouse that meets the requirements (p255); instruments / measuring instruments calibration or validation is carried out on time by competent","PeriodicalId":170797,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","volume":"131 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126867628","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 3
Kebijakan Perlindungan Tenaga Kesehatan dalam Menghadapi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) di Indonesia 印度尼西亚的Coronavirus (COVID-19)面临的卫生保健政策
Pub Date : 2020-08-19 DOI: 10.22435/JPPPK.V4I2.3274
Christa Gumanti Manik, Sri Mardikani Nugraha, Maya Ryandita
Abstrak Tenaga kesehatan (nakes) dalam penanganan pandemi Coronavirus Disease (COVID-19) menghadapi berbagai isu, seperti kekurangan Alat Pelindung Diri (APD), kelelahan fisik, tekanan psikososial karena stigmatisasi dan diskriminasi. Mengingat pentingnya peran nakes dalam sistem kesehatan, khususnya terkait penanganan COVID-19, penulisan ini bertujuan untuk menganalisis kebijakan perlindungan nakes pada saat pandemi COVID-19, dengan menelaah regulasi, jurnal terkait, media (elektronik) nasional dan internasional, serta data nakes yang menangani, terinfeksi, dan meninggal karena COVID-19. Segitiga kebijakan Waltz dan Gilson digunakan dalam menganalisis kebijakan. Kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah pusat antara lain terkait dengan relaksasi kebijakan dalam memenuhi ketersediaan APD, insentif, penyediaan transportasi dan penginapan, telemedicine, kewajiban penggunaan masker, dan layanan psikososial berupa buku pedoman dan konseling online. Permasalahan yang ada terkait kebijakan tersebut seperti pengawasan kualitas APD donasi masih berada di level rumah sakit, insentif finansial untuk nakes hanya sampai tiga bulan, telemedicine menuai pro dan kontra dalam penegakan diagnosis penyakit, dan layanan psikososial berupa konseling online dan buku pedoman masih bersifat umum. Pemerintah perlu mengawasi ketersediaan APD yang berkualitas. Diperlukan insentif finansial yang berkelanjutan sampai wabah berakhir dan insentif non-finansial seperti memberlakukan paid sick leave, mengatur jumlah jam kerja yang tepat, serta menyediakan layanan psikososial yang ditujukan khusus untuk nakes dan meningkatkan penyebaran informasi layanan psikososial tersebut. Diperlukan pelatihan berkelanjutan dalam merespon wabah dan kerjasama multisektoral dalam pengembangan layanan kesehatan berbasis teknologi. Pemerintah perlu menghimpun data nasional nakes yang terinfeksi maupun meninggal. Pemakaian masker dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) harus menjadi budaya dikalangan masyarakat. Kata kunci : Kebijakan, Tenaga Kesehatan (Nakes), Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) Abstract Health workers battling Coronavirus Disease (COVID-19) outbreak face various issues, such as lack of Personal Protective Equipment (PPE), physical fatigue, and psychosocial pressures. Considering the health workers’ significant role in the health system, this paper aims to analyse Indonesian government’s policies related to the protection of health workers during the COVID-19 outbreak, by examining regulations, related journals, national and international (electronic) media, and related data on health workers contracting the disease. Waltz and Gilson’s policy triangle was used for the policies analysis. Government’s policies related to the protection of health workers involve easing policies to meet PPE demands, providing financial incentives, providing online psychosocial services, transportation, and hotel, using telemedicine, and wearing masks in public spaces. Issues related to the po
卫生保健专业人员(nees)在Coronavirus大流行(COVID-19)的治疗中面临许多问题,如缺乏自我保护(APD)、身体疲劳、歧视和歧视的精神社会压力等。鉴于nakes在卫生系统中的作用,特别是在COVID-19的处理方面的重要性,本文的目的是分析COVID-19大流行期间的nakes保护政策,研究国家和国际媒体,以及处理、感染和死亡的nakes数据。华尔兹和吉尔森的三角形政策被用于分析政策。中央政府制定的政策包括在满足APD的可用性、激励、交通和住宿提供、遥定性、口罩使用义务以及在线心理社会服务方面的宽松政策。与此相关的政策问题,如APD捐款的质量控制仍在医院的层面,nakes的经济激励只有三个月,遥测正在获得支持和反对诊断,以及在线咨询和手册的心理社会服务。政府需要监督APD的可行性。它需要持续的金融激励,直到疫情结束,像实施病假、管理适当的工作时间、为nakes提供专门为nakes提供的心理社会服务以及促进心理社会服务信息的传播等非金融激励。这需要持续的培训,以应对疫情,并在以技术为基础的卫生保健发展方面共同努力。政府需要收集全国感染和死亡的病例数据。戴上口罩和清洁、健康的生活方式必须成为社区的一种文化。关键词:政策、卫生保健、Coronavirus Disease 2019 (covid考虑到卫生系统中对健康工作人员有严重影响的原因,这篇分析印尼政府政策与健康工作人员的保护有关华尔兹和吉尔森的政策三角形用于警察分析。政府的政策与保护健康工作人员的政策有关,这些政策包括满足个人需求、提供金融保障、提供在线精神社会服务、运输和酒店、使用电话记录和公共空间的蒙面。警方对提供PPE的高质量监控有何影响?这是三个月来唯一健康工作者的资金奖励,而这种对策的使用仍然是不可避免的。我们建议政府应该监控PPE的高质量、预算工作时间对健康工作人员、至少在打击非金融机构的情况下,以及对病假和精神社会服务的具体需求。多部门合作开发基于技术的健康服务和不断培训的健康工作的外部需求。政府需要收集和公布卫生工作人员感染和死亡国家的数据。这也是重要的,继续促进在社会中使用马术和良好的卫生实践。重点词:政策、卫生工作人员、冠状动脉病毒2019 (COVID-19)
{"title":"Kebijakan Perlindungan Tenaga Kesehatan dalam Menghadapi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) di Indonesia","authors":"Christa Gumanti Manik, Sri Mardikani Nugraha, Maya Ryandita","doi":"10.22435/JPPPK.V4I2.3274","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/JPPPK.V4I2.3274","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Tenaga kesehatan (nakes) dalam penanganan pandemi Coronavirus Disease (COVID-19) menghadapi berbagai isu, seperti kekurangan Alat Pelindung Diri (APD), kelelahan fisik, tekanan psikososial karena stigmatisasi dan diskriminasi. Mengingat pentingnya peran nakes dalam sistem kesehatan, khususnya terkait penanganan COVID-19, penulisan ini bertujuan untuk menganalisis kebijakan perlindungan nakes pada saat pandemi COVID-19, dengan menelaah regulasi, jurnal terkait, media (elektronik) nasional dan internasional, serta data nakes yang menangani, terinfeksi, dan meninggal karena COVID-19. Segitiga kebijakan Waltz dan Gilson digunakan dalam menganalisis kebijakan. Kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah pusat antara lain terkait dengan relaksasi kebijakan dalam memenuhi ketersediaan APD, insentif, penyediaan transportasi dan penginapan, telemedicine, kewajiban penggunaan masker, dan layanan psikososial berupa buku pedoman dan konseling online. Permasalahan yang ada terkait kebijakan tersebut seperti pengawasan kualitas APD donasi masih berada di level rumah sakit, insentif finansial untuk nakes hanya sampai tiga bulan, telemedicine menuai pro dan kontra dalam penegakan diagnosis penyakit, dan layanan psikososial berupa konseling online dan buku pedoman masih bersifat umum. Pemerintah perlu mengawasi ketersediaan APD yang berkualitas. Diperlukan insentif finansial yang berkelanjutan sampai wabah berakhir dan insentif non-finansial seperti memberlakukan paid sick leave, mengatur jumlah jam kerja yang tepat, serta menyediakan layanan psikososial yang ditujukan khusus untuk nakes dan meningkatkan penyebaran informasi layanan psikososial tersebut. Diperlukan pelatihan berkelanjutan dalam merespon wabah dan kerjasama multisektoral dalam pengembangan layanan kesehatan berbasis teknologi. Pemerintah perlu menghimpun data nasional nakes yang terinfeksi maupun meninggal. Pemakaian masker dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) harus menjadi budaya dikalangan masyarakat. \u0000Kata kunci : Kebijakan, Tenaga Kesehatan (Nakes), Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) \u0000Abstract \u0000Health workers battling Coronavirus Disease (COVID-19) outbreak face various issues, such as lack of Personal Protective Equipment (PPE), physical fatigue, and psychosocial pressures. Considering the health workers’ significant role in the health system, this paper aims to analyse Indonesian government’s policies related to the protection of health workers during the COVID-19 outbreak, by examining regulations, related journals, national and international (electronic) media, and related data on health workers contracting the disease. Waltz and Gilson’s policy triangle was used for the policies analysis. Government’s policies related to the protection of health workers involve easing policies to meet PPE demands, providing financial incentives, providing online psychosocial services, transportation, and hotel, using telemedicine, and wearing masks in public spaces. Issues related to the po","PeriodicalId":170797,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","volume":"81 4","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114037737","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 3
Gambaran Kualitas Hidup Pasien dengan Keluhan Dispepsia yang Diberi Perawatan dengan Jamu (Data Registri Jamu 2014-2018) 草药治疗患者的生活质量概述(草药登记册2014-2018)
Pub Date : 2020-08-19 DOI: 10.22435/jpppk.v4i2.3769
T. Lestari, Nita Prihartini, Delima Delima
Abstrak Registri jamu merupakan sistem pencatatan pelayanan kesehatan menggunakan jamu atau herbal berbasis web yang dikembangkan oleh Balitbangkes. Artikel ini bertujuan mengetahui gambaran kualitas hidup pasien dengan keluhan dispepsia yang diberi jamu oleh dokter praktik jamu. Desain penelitian Registri Jamu yaitu potong lintang. Data dikumpulkan dari data rekam medik 186 pasien dispepsia yang berobat pada 64 dokter yang termasuk dalam jejaring dokter praktik jamu di 10 provinsi di Indonesia tahun 2014—2018. Data diekstrak dari sistem pencatatan Registri Jamu dan dianalisis secara deskriptif. Kualitas hidup dinilai menggunakan instrumen kualitas hidup 4 dimensi (8 pertanyaan) dan skala Nepean khusus dispepsia. Hasil analisis menunjukkan sebagian besar pasien dispepsia yang berobat pada dokter praktik jamu adalah perempuan, usia 45—64 tahun, pendidikan tamat perguruan tinggi, pekerjaan wiraswasta, berobat pada fasyankes klinik, berada di provinsi Jawa Tengah. Enam gejala umum dispepsia terbanyak yaitu: tidak nafsu makan, lemah/letih, sulit tidur, nyeri ulu hati, demam, dan pucat. Kualitas hidup pasien dengan keluhan dispepsia yang diberi perawatan dengan jamu oleh dokter praktik jamu cenderung rmeningkat seiring dengan bertambahnya frekuensi waktu kunjungan. Kata kunci: dispepsia, registri jamu, kualitas hidup Abstract Jamu Registry is a web-based health service recording system developed by Balitbangkes. This article aims to describe the quality of life of patients with dyspepsia treated with jamu by doctors. Research on Jamu Registry was a cross-sectional study. Data was collected from medical record of 186 dyspepsia patients treated by 64 doctors prescribing herbal medicine in their services in 10 provinces in Indonesia from 2014—2018. This data was extracted from the Jamu Registry recording system and analyzed descriptively. The quality of life was assessed using 4 dimensions (8 items) quality of life questionnaire and Nepean scale for dyspepsia. The results showed dyspepsia patients in this study were mostly female, aged 45—64 years, highly educated, worked as an entrepreneur, sought treatment at clinical health facility, located in Central Java province. The six common symptoms of dyspepsia recorded were: lack of appetite, weakness / fatigue, sleep disorders, heartburn, fever and pallor. The quality of life of patients with dyspepsia who were given jamu by the herbal medicine practitioner tended to increase along with the frequency of visit. Keywords: dyspepsia, herbal medicine registry, quality of life
草药登记处是一种使用Balitbangkes开发的基于web的草药或草药的医疗记录系统。本文旨在探讨草药医生给病人开药方投诉的生活质量概述。草药登记处的研究设计叫做经纬度。2014年至2018年,在印度尼西亚10个省的草药医学网站上,共有186名dispepsia患者接受治疗。从草药登记处提取数据并进行描述性分析。生活质量是使用四维生命质量仪器(问题8)和特殊的Nepean量级进行评估的。分析表明,大多数接受草药医生治疗的精神分裂症患者是45 - 64岁的女性、大学毕业教育、创业工作、爪哇中部fasyankes诊所的治疗师。最常见的六种症状是食欲不振、虚弱/疲倦、失眠、胃灼热、发烧和苍白。由执业医生治疗的患有恶疾的病人的生活质量往往会随着探视时间的增加而增加。关键词:dispepsia, registri, Abstract草药生活质量登记处是Balitbangkes建立的网络卫生保健系统。这篇文章描述了病人与医生用草药治疗疾病的生活质量。草药登记处的研究是一个跨部门的研究。2014年至2018年,64位医生在印尼10个省份为他们服务,收集了186种不同的临床记录。这是来自草药记录系统的数据,并对其描述进行分析。生命的质量是通过四层测量来评估的。最近的研究表明,在这个研究中出现了严重的女性障碍,年龄只有45 - 64年,受过高等教育,在企业精神中工作,在临床健康设施中态度温和,严重存在于爪哇省。《六种不同症状记录》中的常见症状是:食欲不振、虚弱/虚弱、睡眠不足、胃灼热、发烧和疼痛。病人生活的品质和疾病是由一种初等草药喂养的。长生不老药、草药养料、生命的品质
{"title":"Gambaran Kualitas Hidup Pasien dengan Keluhan Dispepsia yang Diberi Perawatan dengan Jamu (Data Registri Jamu 2014-2018)","authors":"T. Lestari, Nita Prihartini, Delima Delima","doi":"10.22435/jpppk.v4i2.3769","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/jpppk.v4i2.3769","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Registri jamu merupakan sistem pencatatan pelayanan kesehatan menggunakan jamu atau herbal berbasis web yang dikembangkan oleh Balitbangkes. Artikel ini bertujuan mengetahui gambaran kualitas hidup pasien dengan keluhan dispepsia yang diberi jamu oleh dokter praktik jamu. Desain penelitian Registri Jamu yaitu potong lintang. Data dikumpulkan dari data rekam medik 186 pasien dispepsia yang berobat pada 64 dokter yang termasuk dalam jejaring dokter praktik jamu di 10 provinsi di Indonesia tahun 2014—2018. Data diekstrak dari sistem pencatatan Registri Jamu dan dianalisis secara deskriptif. Kualitas hidup dinilai menggunakan instrumen kualitas hidup 4 dimensi (8 pertanyaan) dan skala Nepean khusus dispepsia. Hasil analisis menunjukkan sebagian besar pasien dispepsia yang berobat pada dokter praktik jamu adalah perempuan, usia 45—64 tahun, pendidikan tamat perguruan tinggi, pekerjaan wiraswasta, berobat pada fasyankes klinik, berada di provinsi Jawa Tengah. Enam gejala umum dispepsia terbanyak yaitu: tidak nafsu makan, lemah/letih, sulit tidur, nyeri ulu hati, demam, dan pucat. Kualitas hidup pasien dengan keluhan dispepsia yang diberi perawatan dengan jamu oleh dokter praktik jamu cenderung rmeningkat seiring dengan bertambahnya frekuensi waktu kunjungan. \u0000Kata kunci: dispepsia, registri jamu, kualitas hidup \u0000Abstract \u0000Jamu Registry is a web-based health service recording system developed by Balitbangkes. This article aims to describe the quality of life of patients with dyspepsia treated with jamu by doctors. Research on Jamu Registry was a cross-sectional study. Data was collected from medical record of 186 dyspepsia patients treated by 64 doctors prescribing herbal medicine in their services in 10 provinces in Indonesia from 2014—2018. This data was extracted from the Jamu Registry recording system and analyzed descriptively. The quality of life was assessed using 4 dimensions (8 items) quality of life questionnaire and Nepean scale for dyspepsia. The results showed dyspepsia patients in this study were mostly female, aged 45—64 years, highly educated, worked as an entrepreneur, sought treatment at clinical health facility, located in Central Java province. The six common symptoms of dyspepsia recorded were: lack of appetite, weakness / fatigue, sleep disorders, heartburn, fever and pallor. The quality of life of patients with dyspepsia who were given jamu by the herbal medicine practitioner tended to increase along with the frequency of visit. \u0000Keywords: dyspepsia, herbal medicine registry, quality of life","PeriodicalId":170797,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","volume":"25 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116143237","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Poor Tuberculosis Treatment Outcomes Associated with Older Age, Previous Treatment, HIV and Drug Resistance at Seven Hospitals in Indonesia 印度尼西亚七家医院结核病治疗效果差与年龄、既往治疗、艾滋病毒和耐药性相关
Pub Date : 2020-08-19 DOI: 10.22435/jpppk.v4i2.3698
Dona Arlinda, R. Indah, A. Yulianto, A. D. Harso, Armaji Kamaludi Syarief, M. Karyana
Abstract Indonesia is a high burden country for tuberculosis (TB), multidrug-resistant (MDR) TB, and TB-HIV. We aimed to determine factors associated with poor TB treatment outcomes. A hospital-based TB Registry at seven referral hospitals in Java and Bali included data from patients aged ≥15 years who were diagnosed with TB from 1 January 2014 - 31 December 2015. The factors were assessed by logistic regression. From 2,051 TB patients, 1,180 (57.5%) were male and median age was 38 years (IQR 27-50 years), 452 (22%) had previous TB treatment history, 1,447 (70.6%) had pulmonary TB, 216 (10.5%) TB-HIV, 296 (14.4%) TB-DM and 248 (12.1%) were resistant to ≥1 anti-TB drug. Treatment outcome was unknown for 135 (6.6%) subjects and 1,137 (55.4%) who were still on treatment. Among the 779 with available outcome, 358 (46%) were treatment success, 248 (31.8%) transferred out, 112 (14.4%) defaulted, 46 (5.9%) died and 15 (1.9%) failed. After controlling other factors, poor TB treatment was associated with age ≥38 years (p=0.003; aOR 1.58; 95% CI 1.2-2.1), previous history of TB treatment (p<0.001; aOR 2.55; 95% CI 1.5-4.2) and resistance to ≥1 anti-TB drug (p<0.001; aOR 11.66; 95% CI 3.8-36.1). Mortality was associated with previous history of TB treatment (p=0.003; aOR 3.87; 95% CI 1.7-9.6), TB-HIV (p=0.001; aOR 10.43; 95% CI 4.2-26.1), and resistance to ≥1 anti-TB drug (p=0.001; aOR 9.48; 95% CI 2.6-34.0). Treatment in TB patients with older age, history of previous TB treatment, HIV, and drug resistance should be closely monitored. Keywords: Indonesia, tuberculosis, treatment outcome Abstrak Indonesia adalah negara dengan beban tinggi untuk tuberkulosis (TB), TB resisten obat (MDR) dan TB-HIV. Analisis ini bertujuan untuk menentukan faktor yang terkait dengan luaran pengobatan TB yang buruk. Registri TB berbasis rumah sakit di tujuh rumah sakit rujukan di Jawa dan Bali mencakup data dari pasien berusia ≥15 tahun yang didiagnosis TB dari 1 Januari 2014 - 31 Desember 2015. Faktor-faktor tersebut dinilai dengan regresi logistik. Dari 2.051 pasien TB, 1.180 (57,5%) laki-laki dan median usia 38 tahun (IQR 27-50 tahun), 452 (22%) memiliki riwayat pengobatan TB sebelumnya, 1.447 (70,6%) memiliki TB paru, 216 (10,5%) TB-HIV, 296 (14,4%) TB-DM dan 248 (12,1%) resisten terhadap ≥1 obat anti-TB. Luaran pengobatan TB tidak diketahui untuk 135 (6,6%) subjek dan 1.137 (55,4%) yang masih dalam pengobatan. Di antara 779 dengan luaran pengobatan diketahui, 358 (46%) pengobatan berhasil, 248 (31,8%) pindah, 112 (14,4%) putus pengobatan, 46 (5,9%) meninggal dan 15 (1,9%) gagal. Setelah dikontrol terhadap faktor lain, luaran pengobatan TB yang buruk dikaitkan dengan usia ≥38 tahun (p = 0,003; aOR 1,58; 95% CI 1,2-2,1), riwayat pengobatan TB sebelumnya (p <0,001; aOR 2,55; 95% CI 1,5-4,2) dan resistansi terhadap ≥1 obat anti-TB (p <0,001; aOR 11,66; 95% CI 3,8-36,1). Kematian dikaitkan dengan riwayat pengobatan TB sebelumnya (p = 0,003; aOR 3,87; 95% CI 1,7-9,6), TB
印度尼西亚是结核病(TB)、耐多药结核病(MDR)和结核-艾滋病毒(TB - hiv)高负担国家。我们的目的是确定与不良结核病治疗结果相关的因素。爪哇和巴厘七家转诊医院的医院结核病登记处纳入了2014年1月1日至2015年12月31日期间诊断为结核病的年龄≥15岁患者的数据。采用logistic回归对各因素进行评价。2051例结核患者中,男性1180例(57.5%),中位年龄38岁(IQR 27 ~ 50岁),有结核治疗史452例(22%),肺结核1447例(70.6%),结核- hiv 216例(10.5%),结核- dm 296例(14.4%),耐药≥1种抗结核药物248例(12.1%)。135名(6.6%)患者的治疗结果未知,1137名(55.4%)患者仍在接受治疗。779例患者中,治疗成功358例(46%),转院248例(31.8%),治疗失败112例(14.4%),死亡46例(5.9%),治疗失败15例(1.9%)。在控制其他因素后,TB治疗不良与年龄≥38岁相关(p=0.003;优势比1.58;95% CI 1.2-2.1),既往结核病治疗史(p<0.001;优势比2.55;95% CI 1.5-4.2)和对≥1种抗结核药物的耐药性(p<0.001;优势比11.66;95% ci 3.8-36.1)。死亡率与既往结核病治疗史相关(p=0.003;优势比3.87;95% CI 1.7-9.6), TB-HIV (p=0.001;优势比10.43;95% CI 4.2-26.1),以及对≥1种抗结核药物的耐药性(p=0.001;优势比9.48;95% ci 2.6-34.0)。应密切监测年龄较大的结核病患者的治疗、既往结核病治疗史、艾滋病毒和耐药性。摘要印度尼西亚adalah negara denengan beban tingki untulosis (TB), TB resistant obat (MDR) and TB- hiv。分析结果显示,中国经济增长的主要原因是中国经济增长的主要原因是中国经济。2014年1月1日至2015年12月31日期间,结核病登记基础rumah sakit di tujuh rumah sakit rujukan di Jawa dan Bali menakup数据dari pasen berusia≥15 tahun yang诊断为结核病。因子-因子相关性分析是一种线性回归逻辑。结核病患者2.051例,laki-laki患者1.180例(57,5%),中位患者38例(IQR 27-50), 452例(22%),447例(70,6%),TB- hiv患者216例(10,5%),TB- dm患者296例(14,4%),耐药者248例(12,1%)。Luaran pengobatan TB tidak diketahui untuk 135 (6.6%) subjek dan 1.137 (55,4%) yang masih dalam pengobatan。diantara 779 (dengan luaran pengobatan diketahui), 358 (46%) pengobatan berhasil, 248 (31.8%) pindah, 112 (14.4%) putus pengobatan, 46 (5.9%) meninggal dan 15 (1.9%) gagal。Setelah dicontrol terhadap factor lain, luaran pengobatan TB yang buruk dikaitkan dengan usia≥38 tahun (p = 0.003;优势1、58;95% CI 1,2,2,1), riwayat pengobatan TB sebelumnya (p < 0.001;优势2、55;95% CI 1,5-4,2),但耐药≥1抗结核(p < 0.001;优势比11,66;95% ci 3,8-36,1)。Kematian dikaitkan dengan riwayat pengobatan TB sebelumya (p = 0,003;优势3,87;95% CI 1,7-9,6), TB-HIV (p = 0,001;aOR 10, 43;95% CI 4,2-26,1),抗结核抗体≥1 (p = 0.001;48 aOR 9日;95% ci(2,6-34,0)。Pengobatan pada pasen TB dendenan usia yang lebih tua, riwayat Pengobatan TB sebelumnya, HIV dan resistant obat harus dipantau secara ketat。Kata kunci:印尼,肺结核,luaran pengobatan
{"title":"Poor Tuberculosis Treatment Outcomes Associated with Older Age, Previous Treatment, HIV and Drug Resistance at Seven Hospitals in Indonesia","authors":"Dona Arlinda, R. Indah, A. Yulianto, A. D. Harso, Armaji Kamaludi Syarief, M. Karyana","doi":"10.22435/jpppk.v4i2.3698","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/jpppk.v4i2.3698","url":null,"abstract":"Abstract Indonesia is a high burden country for tuberculosis (TB), multidrug-resistant (MDR) TB, and TB-HIV. We aimed to determine factors associated with poor TB treatment outcomes. A hospital-based TB Registry at seven referral hospitals in Java and Bali included data from patients aged ≥15 years who were diagnosed with TB from 1 January 2014 - 31 December 2015. The factors were assessed by logistic regression. From 2,051 TB patients, 1,180 (57.5%) were male and median age was 38 years (IQR 27-50 years), 452 (22%) had previous TB treatment history, 1,447 (70.6%) had pulmonary TB, 216 (10.5%) TB-HIV, 296 (14.4%) TB-DM and 248 (12.1%) were resistant to ≥1 anti-TB drug. Treatment outcome was unknown for 135 (6.6%) subjects and 1,137 (55.4%) who were still on treatment. Among the 779 with available outcome, 358 (46%) were treatment success, 248 (31.8%) transferred out, 112 (14.4%) defaulted, 46 (5.9%) died and 15 (1.9%) failed. After controlling other factors, poor TB treatment was associated with age ≥38 years (p=0.003; aOR 1.58; 95% CI 1.2-2.1), previous history of TB treatment (p<0.001; aOR 2.55; 95% CI 1.5-4.2) and resistance to ≥1 anti-TB drug (p<0.001; aOR 11.66; 95% CI 3.8-36.1). Mortality was associated with previous history of TB treatment (p=0.003; aOR 3.87; 95% CI 1.7-9.6), TB-HIV (p=0.001; aOR 10.43; 95% CI 4.2-26.1), and resistance to ≥1 anti-TB drug (p=0.001; aOR 9.48; 95% CI 2.6-34.0). Treatment in TB patients with older age, history of previous TB treatment, HIV, and drug resistance should be closely monitored. Keywords: Indonesia, tuberculosis, treatment outcome Abstrak Indonesia adalah negara dengan beban tinggi untuk tuberkulosis (TB), TB resisten obat (MDR) dan TB-HIV. Analisis ini bertujuan untuk menentukan faktor yang terkait dengan luaran pengobatan TB yang buruk. Registri TB berbasis rumah sakit di tujuh rumah sakit rujukan di Jawa dan Bali mencakup data dari pasien berusia ≥15 tahun yang didiagnosis TB dari 1 Januari 2014 - 31 Desember 2015. Faktor-faktor tersebut dinilai dengan regresi logistik. Dari 2.051 pasien TB, 1.180 (57,5%) laki-laki dan median usia 38 tahun (IQR 27-50 tahun), 452 (22%) memiliki riwayat pengobatan TB sebelumnya, 1.447 (70,6%) memiliki TB paru, 216 (10,5%) TB-HIV, 296 (14,4%) TB-DM dan 248 (12,1%) resisten terhadap ≥1 obat anti-TB. Luaran pengobatan TB tidak diketahui untuk 135 (6,6%) subjek dan 1.137 (55,4%) yang masih dalam pengobatan. Di antara 779 dengan luaran pengobatan diketahui, 358 (46%) pengobatan berhasil, 248 (31,8%) pindah, 112 (14,4%) putus pengobatan, 46 (5,9%) meninggal dan 15 (1,9%) gagal. Setelah dikontrol terhadap faktor lain, luaran pengobatan TB yang buruk dikaitkan dengan usia ≥38 tahun (p = 0,003; aOR 1,58; 95% CI 1,2-2,1), riwayat pengobatan TB sebelumnya (p <0,001; aOR 2,55; 95% CI 1,5-4,2) dan resistansi terhadap ≥1 obat anti-TB (p <0,001; aOR 11,66; 95% CI 3,8-36,1). Kematian dikaitkan dengan riwayat pengobatan TB sebelumnya (p = 0,003; aOR 3,87; 95% CI 1,7-9,6), TB","PeriodicalId":170797,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","volume":"18 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124758101","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Tren Pemilihan Metode Kontrasepsi di Masyarakat di Beberapa Negara Dunia: Tinjauan 世界上一些国家选择避孕方法的趋势:回顾
Pub Date : 2020-08-19 DOI: 10.22435/jpppk.v4i2.3182
Diena Karfiena Rahma Danti, R. K. Sinuraya
AbstrakSaat ini kontrasepsi seakan menjadi kebutuhan primer. Layaknya Indonesia, negara lain menggunakankontrasepsi guna menstabilkan pertumbuhan penduduk. Perkembangan keilmuan tentu berdampak langsungterhadap perkembangan metode kontrasepsi. Tinjauan artikel ini bertujuan untuk mengetahui tren dan faktorumum yang memengaruhi penggunaan kontrasepsi dalam lima tahun terakhir. Jurnal yang digunakan didapatdari laman situs Pubmed dan ScienceDirect dengan kata kunci “effectiveness of contraception”; “Trend ofContraception” dan “Cost Effectivenesss Analysis of Contraception”. Kriteria jurnal terdiri dari kriteria inklusidan kriteria eksklusi. Kriteria inklusi adalah jurnal berbahasa inggris yang dipublikasi lima tahun terakhir.Sementara kriteria eksklusi adalah jurnal riview dan jurnal yang membahas penggunaan kontrasepsi di suatunegara; populasi dengan penyakit tertentu. Sebanyak 18 jurnal dari 14 negara yang lolos ulasan denganmetode PICO. Mayoritas negara di dunia percaya bahwa long acting reversible contraceptive (LARC)merupakan metode kontrasepsi paling efektif. Tujuh dari empat belas negara menjadikan short acting reversible contraceptive (SARC) sebagai metode paling banyak digunakan. Faktor umum yang memengaruhi pemilihan kontrasepsi diantaranya tempat tinggal, agama, usia, aktivitas seksual, jumlah anak, dan tingkat pendidikan. Tren pemilihan metode kontrasepsi di dunia masih condong kepada SARC walaupun sudah banyak penelitian yang menyatakan LARC jauh lebih efektif dan cost-effective.Kata kunci: Kontrasepsi, LARC, Faktor sosialAbstract Currently, contraception seems to be a primary need. Like Indonesia, other countries use contraception to stabilize population growth. Advances in science have an impact on the development of contraceptivemethods. This review article aims to examine general trends and factors affecting contraceptive use in the pastfive years. The journals used were obtained from the Pubmed and ScienceDirect web pages with the keyword"effectiveness of contraception"; "Trend of Contraception" and "Cost-Effectiveness Analysis of Contraception".Journal criteria consist of inclusion criteria and exclusion criteria. The inclusion criterion is an English languagejournal published in the last five years. Exclusion criteria were review journals; study population with diseases.A total of 18 journals from 14 countries passed the review using the PICO method. The majority of countries inthe world believe that long-acting reversible contraceptive (LARC) is the most effective contraceptive method.Seven of the fourteen countries have made short-acting reversible contraceptive (SARC) the most widely used method. General factors that influence the choice of contraception include a place of residence, religion, age, sexual activity, number of children, and level of education. The trend in choosing contraceptive methods in the world is still leaning towards SARC even though there have been many studies that have claimed that LARCis more effecti
目前的避孕措施措施似乎是主要需要的。和印尼一样,其他国家使用避孕措施来稳定人口增长。科学的发展肯定会直接影响避孕方法的发展。本文的审查旨在确定过去五年影响避孕使用的趋势和普遍因素。使用的日志来自于公共和科学直接的页面,标题为“contraception效果”;“Contraception趋势”和“成本效应分析”。日志标准由加入和排除标准组成。夹杂物标准是过去五年出版的一份英语期刊。虽然外部标准是《观点》杂志和《日记本》,该杂志讨论了suatunegara中避孕措施的使用;特定疾病的人群。来自14个国家的18份日记本通过了PICO方法的审查。世界上大多数国家认为,长期采取可逆转性合同是最有效的避孕方法。14个国家中有7个采用了最广泛的替代方法。影响避孕选择的常见因素包括住所、宗教、年龄、性行为、儿童数量和教育水平。世界上选择避孕方法的趋势仍然倾向于SARC,尽管许多研究表明,LARC更有效,成本更有效。关键字:避孕,LARC,当前的社会因素,冲突似乎是一种原始的需要。和印尼一样,也有其他国家用对比法来稳定人口增长。科学的进步影响了战略的发展。这篇文章对调查将军趋势和事实的文章进行了回顾,结果在过去的五年里证明了这一点。过去的记者是从公共和科学直接网页页面上得知的,标题是“对抗性效果”;Contraception的趋势和“成本效率分析”。《百科全书》和《百科全书》。背景科学是一本英语语言杂志,在过去的五年里出版了。Exclusion crittoko是书评;疾病研究人口。14个国家通过PICO method审查的18篇文章。世界上许多国家相信,长时间反腐败是最有效的替代方法。14个国家的7个已经做出了最古怪的反演。影响因素包括住所、宗教、年龄、性行为、儿童号码和教育水平。选择与结果相反的趋势仍然直译,尽管有很多研究表明,这种方法更有效、更有效。对比,LARC,社会因素
{"title":"Tren Pemilihan Metode Kontrasepsi di Masyarakat di Beberapa Negara Dunia: Tinjauan","authors":"Diena Karfiena Rahma Danti, R. K. Sinuraya","doi":"10.22435/jpppk.v4i2.3182","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/jpppk.v4i2.3182","url":null,"abstract":"AbstrakSaat ini kontrasepsi seakan menjadi kebutuhan primer. Layaknya Indonesia, negara lain menggunakankontrasepsi guna menstabilkan pertumbuhan penduduk. Perkembangan keilmuan tentu berdampak langsungterhadap perkembangan metode kontrasepsi. Tinjauan artikel ini bertujuan untuk mengetahui tren dan faktorumum yang memengaruhi penggunaan kontrasepsi dalam lima tahun terakhir. Jurnal yang digunakan didapatdari laman situs Pubmed dan ScienceDirect dengan kata kunci “effectiveness of contraception”; “Trend ofContraception” dan “Cost Effectivenesss Analysis of Contraception”. Kriteria jurnal terdiri dari kriteria inklusidan kriteria eksklusi. Kriteria inklusi adalah jurnal berbahasa inggris yang dipublikasi lima tahun terakhir.Sementara kriteria eksklusi adalah jurnal riview dan jurnal yang membahas penggunaan kontrasepsi di suatunegara; populasi dengan penyakit tertentu. Sebanyak 18 jurnal dari 14 negara yang lolos ulasan denganmetode PICO. Mayoritas negara di dunia percaya bahwa long acting reversible contraceptive (LARC)merupakan metode kontrasepsi paling efektif. Tujuh dari empat belas negara menjadikan short acting reversible contraceptive (SARC) sebagai metode paling banyak digunakan. Faktor umum yang memengaruhi pemilihan kontrasepsi diantaranya tempat tinggal, agama, usia, aktivitas seksual, jumlah anak, dan tingkat pendidikan. Tren pemilihan metode kontrasepsi di dunia masih condong kepada SARC walaupun sudah banyak penelitian yang menyatakan LARC jauh lebih efektif dan cost-effective.Kata kunci: Kontrasepsi, LARC, Faktor sosialAbstract Currently, contraception seems to be a primary need. Like Indonesia, other countries use contraception to stabilize population growth. Advances in science have an impact on the development of contraceptivemethods. This review article aims to examine general trends and factors affecting contraceptive use in the pastfive years. The journals used were obtained from the Pubmed and ScienceDirect web pages with the keyword\"effectiveness of contraception\"; \"Trend of Contraception\" and \"Cost-Effectiveness Analysis of Contraception\".Journal criteria consist of inclusion criteria and exclusion criteria. The inclusion criterion is an English languagejournal published in the last five years. Exclusion criteria were review journals; study population with diseases.A total of 18 journals from 14 countries passed the review using the PICO method. The majority of countries inthe world believe that long-acting reversible contraceptive (LARC) is the most effective contraceptive method.Seven of the fourteen countries have made short-acting reversible contraceptive (SARC) the most widely used method. General factors that influence the choice of contraception include a place of residence, religion, age, sexual activity, number of children, and level of education. The trend in choosing contraceptive methods in the world is still leaning towards SARC even though there have been many studies that have claimed that LARCis more effecti","PeriodicalId":170797,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","volume":"64 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131491556","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
期刊
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan
全部 Acc. Chem. Res. ACS Applied Bio Materials ACS Appl. Electron. Mater. ACS Appl. Energy Mater. ACS Appl. Mater. Interfaces ACS Appl. Nano Mater. ACS Appl. Polym. Mater. ACS BIOMATER-SCI ENG ACS Catal. ACS Cent. Sci. ACS Chem. Biol. ACS Chemical Health & Safety ACS Chem. Neurosci. ACS Comb. Sci. ACS Earth Space Chem. ACS Energy Lett. ACS Infect. Dis. ACS Macro Lett. ACS Mater. Lett. ACS Med. Chem. Lett. ACS Nano ACS Omega ACS Photonics ACS Sens. ACS Sustainable Chem. Eng. ACS Synth. Biol. Anal. Chem. BIOCHEMISTRY-US Bioconjugate Chem. BIOMACROMOLECULES Chem. Res. Toxicol. Chem. Rev. Chem. Mater. CRYST GROWTH DES ENERG FUEL Environ. Sci. Technol. Environ. Sci. Technol. Lett. Eur. J. Inorg. Chem. IND ENG CHEM RES Inorg. Chem. J. Agric. Food. Chem. J. Chem. Eng. Data J. Chem. Educ. J. Chem. Inf. Model. J. Chem. Theory Comput. J. Med. Chem. J. Nat. Prod. J PROTEOME RES J. Am. Chem. Soc. LANGMUIR MACROMOLECULES Mol. Pharmaceutics Nano Lett. Org. Lett. ORG PROCESS RES DEV ORGANOMETALLICS J. Org. Chem. J. Phys. Chem. J. Phys. Chem. A J. Phys. Chem. B J. Phys. Chem. C J. Phys. Chem. Lett. Analyst Anal. Methods Biomater. Sci. Catal. Sci. Technol. Chem. Commun. Chem. Soc. Rev. CHEM EDUC RES PRACT CRYSTENGCOMM Dalton Trans. Energy Environ. Sci. ENVIRON SCI-NANO ENVIRON SCI-PROC IMP ENVIRON SCI-WAT RES Faraday Discuss. Food Funct. Green Chem. Inorg. Chem. Front. Integr. Biol. J. Anal. At. Spectrom. J. Mater. Chem. A J. Mater. Chem. B J. Mater. Chem. C Lab Chip Mater. Chem. Front. Mater. Horiz. MEDCHEMCOMM Metallomics Mol. Biosyst. Mol. Syst. Des. Eng. Nanoscale Nanoscale Horiz. Nat. Prod. Rep. New J. Chem. Org. Biomol. Chem. Org. Chem. Front. PHOTOCH PHOTOBIO SCI PCCP Polym. Chem.
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1