Pub Date : 2019-09-06DOI: 10.22435/jpppk.v3i2.2119
Riska Putri Meiyana, Cornelia Dede Yoshima Nekada, Adi Sucipto
Abstrak Terapi komplementer merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi masalah kesehatan. Hidroterapi dan relaksasi Benson merupakan terapi komplementer yang efektif terhadap tekanan darah dan nadi, namun masih jarang masyarakat yang memanfaatkannya. Diketahui ada pengaruh kombinasi hidroterapi dan relaksasi Benson (disebut hidroson) terhadap tekanan darah dan nadi. Metode penelitian pra-eksperimen, pre- and post- design dengan teknik purposive sampel pada 32 responden usia 26-65 tahun. Penelitian dilakukan dari tanggal 1-18 Maret 2019 di RT 19 dan 20, Sungapan V Desa Wahyuharjo, Kecamatan Lendah, Kabupaten Kulon Progo dengan tiap responden diberikan intervensi selama 3 hari berturut-turut. Instrumen yang digunakan adalah sphygmomanometer digital untuk mengukur tekanan darah dan nadi 5 menit sebelum dan sesudah pemberian terapi. Tekanan darah dianalisis dengan wilcoxon test dan paired t-test untuk nadi. Hasil analisis menunjukkan tekanan darah sistolik sebelum terapi sebesar 118,25 mmHg dan setelah terapi sebesar 111,00 mmHg, sehingga disimpulkan terjadi penurunan sebesar 7,25 mmHg dengan ρ Value 0,0001. Tekanan darah diastolik sebelum terapi sebesar 81,25 mmHg dan setelah terapi sebesar 78,75 mmHg, sehingga disimpulkan terjadi penurunan sebesar 2,50 mmHg dengan ρ value 0,002. Nadi sebelum terapi sebesar 82,30 x/menit dan setelah terapi sebesar 80,64 x/menit, sehingga disimpulkan terjadi penurunan sebesar 1,66 x/menit dengan ρ value 0,003. Ada pengaruh yang signifikan terhadap pemberian kombinasi hidroterapi dan relaksasi Benson (hidroson) terhadap penurunan tekanan darah dan nadi di RT 19 dan 20, Sungapan V. Kata kunci: hidroterapi, Relaksasi Benson, tekanan darah, nadi Abstract Complementary therapy is one alternative to solving health problems. Hydrotherapy and Benson's relaxation are effective complementary therapies for blood pressure and pulse, but still few patients utilize it. There is a known effect of hydrotherapy and Benson relaxation combination (called hydrosol) on blood pressure and pulse. The study method was pre-experimental with pre and post design with a purposive sampling technique on 32 respondents aged 26-65 years. The study was conducted from 1-18 March 2019 in neighborhood 19 and 20, Sungapan V, Wahyuharjo Village, Lendah District, Kulon Progo. Regency Each respondent was given intervention with hydrosol therapy for 3 consecutive days. The instrument used was a digital sphygmomanometer to measure blood pressure and pulse 5 minutes before and after the administration of therapy. Blood pressure was analyzed by the Wilcoxon test while pulsing by paired t-test. The analysis showed that systolic blood pressure before therapy was 118.25 mmHg and after therapy became 111,00 mmHg, so there was a decrease of 7,25 mmHg with a p-value of 0,0001. The diastolic blood pressure before treatment was 81,25 mmHg and after therapy became 78,75 mmHg, so there was a decrease of 2,50 mmHg with a p-value of 0,002 mm. The pulse before the
摘要补充疗法是治疗健康问题的替代方案之一。本森的水疗法和放松疗法是一种有效的补充疗法,对血压和脉搏是有效的,但仍然很少有人使用它。众所周知,本森的血压和脉搏会受到水疗法和放松的影响。pra-eksperimen, pre -和post)设计研究方法与技术purposive 32 26-65岁受访者的样本。从2019年3月18日。在完成研究RT 19和20县还Sungapan V Wahyuharjo村,街道巷子里,库伦的描述性文本每连续三天的受访者给予干预。是数字sphygmomanometer用来测量血压的仪器静脉和肘正中静脉给予治疗前后5分钟。血压是由wilcoxon测试和脉冲测试进行分析的。之前分析的结果显示血压收缩压治疗大118.25 mmHg和治疗后大111.00 mmHg,所以推断发生7,25降价和ρ价值0,0001 mmHg。血压治疗之前,舒张压大81.25 mmHg和治疗后大78.75 mmHg,所以推断发生2.5降价和ρ价值0,002 mmHg。脉搏82.30大小的x -分钟治疗前和治疗后80.64 x -万分钟,所以推断发生1,66降价和ρ价值0.003 x /分钟。放松的水疗有显著的影响,对礼物的组合和Benson (hidroson)对降低血压和脉搏在RT 19和20,Sungapan V。关键词:水疗,本森放松、血压脉搏抽象Complementary疗法是一个另类,解决health problems》。Hydrotherapy和本森的relaxation是有效complementary therapies for血压力和脉冲,但仍不清楚几个病人utilize它。有知道效应hydrotherapy本森relaxation著作百科全书》,《(血压力上的叫hydrosol)和脉冲。研究方法是pre-experimental pre和post)和a purposive抽样设计技巧在respondents老26-65 32年。18区的The study was conducted。2019年三月在邻里19和20美元,还Sungapan V Wahyuharjo村,巷子里,库伦描述性文本区。每丽晶respondent和hydrosol赐予干预疗法属于consecutive 3天。所拘束的数码工具以前是个sphygmomanometer血压力和脉冲管理局》5分钟之前和之后的疗法。顺便说一下血压力是analyzed Wilcoxon测试而pulsing由paired t-test。分析之前那里那个收缩压血压力疗法是118篇。之后的25 mmHg和疗法成了111.00 mmHg,所以这是a decrease of 7,25 mmHg with a p-value 0,0001之。舒张压血压力治疗之前是81.25 mmHg和疗法之后成了78.75 mmHg,所以这是a decrease of mmHg和2.5 a p-value of 0,002毫米。脉冲疗法之前是82.30 x / min和疗法之后成了80.64 x / min的,所以这是a decrease 1,66 x / min和ρ-value 0.003。有浓厚的效应给《a hydrotherapy本森relaxation著作百科全书》(hydrosol) on reducing血压力脉冲》32 subjects in邻里19和20,Sungapan V .安装:hydrotherapy,本森relaxation血压力脉冲
{"title":"Pengaruh Hidroterapi dan Relaksasi Benson (Hidroson) terhadap Penurunan Tekanan Darah dan Nadi","authors":"Riska Putri Meiyana, Cornelia Dede Yoshima Nekada, Adi Sucipto","doi":"10.22435/jpppk.v3i2.2119","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/jpppk.v3i2.2119","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Terapi komplementer merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi masalah kesehatan. Hidroterapi dan relaksasi Benson merupakan terapi komplementer yang efektif terhadap tekanan darah dan nadi, namun masih jarang masyarakat yang memanfaatkannya. Diketahui ada pengaruh kombinasi hidroterapi dan relaksasi Benson (disebut hidroson) terhadap tekanan darah dan nadi. Metode penelitian pra-eksperimen, pre- and post- design dengan teknik purposive sampel pada 32 responden usia 26-65 tahun. Penelitian dilakukan dari tanggal 1-18 Maret 2019 di RT 19 dan 20, Sungapan V Desa Wahyuharjo, Kecamatan Lendah, Kabupaten Kulon Progo dengan tiap responden diberikan intervensi selama 3 hari berturut-turut. Instrumen yang digunakan adalah sphygmomanometer digital untuk mengukur tekanan darah dan nadi 5 menit sebelum dan sesudah pemberian terapi. Tekanan darah dianalisis dengan wilcoxon test dan paired t-test untuk nadi. Hasil analisis menunjukkan tekanan darah sistolik sebelum terapi sebesar 118,25 mmHg dan setelah terapi sebesar 111,00 mmHg, sehingga disimpulkan terjadi penurunan sebesar 7,25 mmHg dengan ρ Value 0,0001. Tekanan darah diastolik sebelum terapi sebesar 81,25 mmHg dan setelah terapi sebesar 78,75 mmHg, sehingga disimpulkan terjadi penurunan sebesar 2,50 mmHg dengan ρ value 0,002. Nadi sebelum terapi sebesar 82,30 x/menit dan setelah terapi sebesar 80,64 x/menit, sehingga disimpulkan terjadi penurunan sebesar 1,66 x/menit dengan ρ value 0,003. Ada pengaruh yang signifikan terhadap pemberian kombinasi hidroterapi dan relaksasi Benson (hidroson) terhadap penurunan tekanan darah dan nadi di RT 19 dan 20, Sungapan V. \u0000Kata kunci: hidroterapi, Relaksasi Benson, tekanan darah, nadi \u0000Abstract \u0000Complementary therapy is one alternative to solving health problems. Hydrotherapy and Benson's relaxation are effective complementary therapies for blood pressure and pulse, but still few patients utilize it. There is a known effect of hydrotherapy and Benson relaxation combination (called hydrosol) on blood pressure and pulse. The study method was pre-experimental with pre and post design with a purposive sampling technique on 32 respondents aged 26-65 years. The study was conducted from 1-18 March 2019 in neighborhood 19 and 20, Sungapan V, Wahyuharjo Village, Lendah District, Kulon Progo. Regency Each respondent was given intervention with hydrosol therapy for 3 consecutive days. The instrument used was a digital sphygmomanometer to measure blood pressure and pulse 5 minutes before and after the administration of therapy. Blood pressure was analyzed by the Wilcoxon test while pulsing by paired t-test. The analysis showed that systolic blood pressure before therapy was 118.25 mmHg and after therapy became 111,00 mmHg, so there was a decrease of 7,25 mmHg with a p-value of 0,0001. The diastolic blood pressure before treatment was 81,25 mmHg and after therapy became 78,75 mmHg, so there was a decrease of 2,50 mmHg with a p-value of 0,002 mm. The pulse before the","PeriodicalId":170797,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","volume":"32 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127661497","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-09-06DOI: 10.22435/jpppk.v3i2.1958
Abdullah Syafei, Sobar Darmaja
Abstrak Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis akibat gangguan produksi dan/atau resistensi insulin yang menyebabkan tingginya kadar glukosa darah, yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan dengan risiko kesakitan dan kematian tinggi. Manajemen perawatan diri merupakan salah satu faktor yang menentukan status kesehatan dan kualitas hidup pasien DM tipe 2. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung serta besaran pengaruh dari dukungan sosial, edukasi pasien, nutrition literacy dan efikasi diri terhadap manajemen perawatan diri pasien DM tipe 2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang menggunakan metode potong-lintang. Sampel yang digunakan sebanyak 75 pasien DM di Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan. Metode analisis yang digunakan adalah Structural Equation Model (SEM) mengunakan SmartPLS 2.0 dan SPSS 20. Temuan penelitian menunjukkan bahwa manajemen perawatan diri pasien DM tipe 2 dipengaruhi oleh faktor dukungan sosial sebesar 24,9%, faktor edukasi pasien sebesar 13,3%, faktor literasi gizi sebesar 7,9%, dan faktor efikasi diri sebesar 8,2%. Model struktural penelitian ini menjelaskan variabel manajemen perawatan diri sebesar 54,7%. Pihak puskesmas, khususnya penanggung jawab program penyakit tidak menular (PTM), lebih meningkatkan keterlibatan keluarga dalam kegiatan edukasi terkait perawatan diri pasien DM, agar kualitas perilaku manajemen perawatan diri menjadi lebih baik. Kata kunci: diabetes melitus, edukasi pasien, literasi gizi, efikasi diri, manajemen perawatan diri Abstract Diabetes mellitus (DM) is a chronic disease caused by disturbances of insulin production and or insulin resistance which causes high blood glucose levels that may lead to health problems with a high risk of illness and death. Self-care management is one of the factors that determine the health status and quality of life of type 2 diabetes mellitus patients. The purpose of this study was to investigate the direct and indirect effects and magnitude of the effect of social support, patient education, nutrition literacy and self-efficacy to self-care management for type 2 DM patients. This study used a quantitative approach with a cross-sectional design. The participants were 75 DM patients in Ciputat Subdistrict, South Tangerang. Statistical analysis was conducted with Structural Equation Model (SEM) using SmartPLS 2.0 and SPSS 20. The research findings showed that self-care management of DM type 2 patients is influenced by social support factors (24.9%), patient education factor (13,3%), nutrition literacy factor (7.9%), and self-efficacy factor (8.2%). The structural model of this study described self-care management variables of 54.7%. The public health center, especially the non-communicable diseases (NCD) programs, should further increase the involvement of the family in educational activities related to DM patients self-care to improve the quality of self-care management.
糖尿病(DM)是一种由生产和/或胰岛素抵抗引起的慢性疾病,导致高血糖,这可能会导致健康问题,有患病和死亡的风险。个人护理管理是决定DM型患者健康和生活质量的因素之一。本研究的目的是确定社会支持、病人教育、营养读写和自我管理对DM型患者的自我护理管理的直接和间接影响。本研究采用的方法是采用近似纬度法的定量方法。在Tangerang south Ciputat省使用了75名DM患者的样本。使用的分析方法是一个巧妙的均值模型(SEM)和SPSS 20。研究结果表明,2型DM患者的自我护理管理受到249%社会支持因素、13.3%患者的教育、7.9%的营养素养因素和8.2%的自我整合因子的影响。本研究的结构模型解释了54.7%的自我照顾管理变量。puskesmas,特别是非传染性疾病项目负责人(PTM),增加了家庭参与与DM患者自我护理相关的教育活动,从而提高了自我护理管理行为的质量。关键词:糖尿病患者,营养素养教育,自我efikasi护理管理、抽象mellitus糖尿病(DM)是一个慢性疾病之枪舌战disturbances制作和胰岛素或胰岛素抵抗哪种敢死队梅高血glucose水平那线索to health problems with a high疾病和死亡的风险。自我管理是确定2型糖尿病健康和质量的因素之一。这项研究的目的是研究社会支持效果、患者教育、营养读写和自我管理的影响。研究用的是多分段设计的量。参与者在南唐郎的Ciputat次区域有75个DM patients。统计分析是通过智能设计2.0和SPSS 20进行的Structural Equation (SEM)分析的。研究结果表明,DM型2患者的自我管理受到社会支持因素(24.9%)、患者教育因素(13.3%)、营养知识因素因素(7.9%)和内省因素(8.2%)的影响。这个研究的结构模型描述了54.7%的自我治疗管理变量。公共卫生中心,特别是非通信机构的项目,应该进一步增加家庭在教育活动相关方面的参与,以增强增强自我照顾管理的品质。Keywords:糖尿病、病人教育、营养读写、自我批评和自我管理
{"title":"Determinan Manajemen Perawatan Diri Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan","authors":"Abdullah Syafei, Sobar Darmaja","doi":"10.22435/jpppk.v3i2.1958","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/jpppk.v3i2.1958","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis akibat gangguan produksi dan/atau resistensi insulin yang menyebabkan tingginya kadar glukosa darah, yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan dengan risiko kesakitan dan kematian tinggi. Manajemen perawatan diri merupakan salah satu faktor yang menentukan status kesehatan dan kualitas hidup pasien DM tipe 2. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung serta besaran pengaruh dari dukungan sosial, edukasi pasien, nutrition literacy dan efikasi diri terhadap manajemen perawatan diri pasien DM tipe 2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang menggunakan metode potong-lintang. Sampel yang digunakan sebanyak 75 pasien DM di Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan. Metode analisis yang digunakan adalah Structural Equation Model (SEM) mengunakan SmartPLS 2.0 dan SPSS 20. Temuan penelitian menunjukkan bahwa manajemen perawatan diri pasien DM tipe 2 dipengaruhi oleh faktor dukungan sosial sebesar 24,9%, faktor edukasi pasien sebesar 13,3%, faktor literasi gizi sebesar 7,9%, dan faktor efikasi diri sebesar 8,2%. Model struktural penelitian ini menjelaskan variabel manajemen perawatan diri sebesar 54,7%. Pihak puskesmas, khususnya penanggung jawab program penyakit tidak menular (PTM), lebih meningkatkan keterlibatan keluarga dalam kegiatan edukasi terkait perawatan diri pasien DM, agar kualitas perilaku manajemen perawatan diri menjadi lebih baik. \u0000Kata kunci: diabetes melitus, edukasi pasien, literasi gizi, efikasi diri, manajemen perawatan diri \u0000Abstract \u0000Diabetes mellitus (DM) is a chronic disease caused by disturbances of insulin production and or insulin resistance which causes high blood glucose levels that may lead to health problems with a high risk of illness and death. Self-care management is one of the factors that determine the health status and quality of life of type 2 diabetes mellitus patients. The purpose of this study was to investigate the direct and indirect effects and magnitude of the effect of social support, patient education, nutrition literacy and self-efficacy to self-care management for type 2 DM patients. This study used a quantitative approach with a cross-sectional design. The participants were 75 DM patients in Ciputat Subdistrict, South Tangerang. Statistical analysis was conducted with Structural Equation Model (SEM) using SmartPLS 2.0 and SPSS 20. The research findings showed that self-care management of DM type 2 patients is influenced by social support factors (24.9%), patient education factor (13,3%), nutrition literacy factor (7.9%), and self-efficacy factor (8.2%). The structural model of this study described self-care management variables of 54.7%. The public health center, especially the non-communicable diseases (NCD) programs, should further increase the involvement of the family in educational activities related to DM patients self-care to improve the quality of self-care management. ","PeriodicalId":170797,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","volume":"30 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127082158","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-09-06DOI: 10.22435/jpppk.v3i2.2431
Harun Al Azies
Abstrak Jawa Timur merupakan salah satu provinsi dengan tingkat kematian bayi yang tinggi. Analisis pengaruh fasilitas kesehatan terhadap kejadian kematian bayi di Jawa Timur dapat membantu merumuskan kebijakan dan program kesehatan ibu dan anak. Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui hubungan antara ketersediaan posyandu, klinik Keluarga Berencana (KB), Pos Pelayanan Keluarga Berencana Desa (PPKBD), rumah sakit bersalin, puskesmas pembantu, dan apotek dengan kejadian kematian bayi. Terdapat kemungkinan bahwa wilayah sekitar daerah dengan kematian bayi yang tinggi akan memiliki beban kematian bayi yang tinggi pula. Oleh karena itu diperlukan suatu metode pemodelan statistik dengan memperhitungkan aspek lokasi yaitu metode Geographically Weighted Regression (GWR). Analisis dan pembahasan menggunakan metode GWR mendapatkan bahwa faktor ketersediaan Posyandu Strata Pratama dan Madya serta Puskesmas Pembantu memengaruhi kejadian kematian bayi di wilayah Pacitan, Ponorogo, Pasuruan, Kediri (kota), Malang (kota), Pasuruan (kota), Banyuwangi, dan Probolinggo. Sementara itu, di wilayah Kabupaten Bondowoso, Bangkalan, Batu (Kota), Blitar, Sidoarjo, dan Sumenep kejadian kematian bayi dipengaruhi oleh faktor ketersediaan Posyandu Strata Pratama dan Madya. Faktor ketersediaan Posyandu Strata Purnama dan Mandiri memengaruhi kejadian kematian bayi di wilayah Lamongan, Madiun (Kota), Kediri, dan Malang sedangkan di wilayah Kabupaten Lumajang, Jombang, Magetan, Bojonegoro, dan Jember dipengaruhi oleh ketersediaan Posyandu Strata Purnama, dan Kabupaten Gresik oleh ketersediaan Posyandu Strata Pratama. Ketersediaan fasilitas kesehatan penunjang yang terjamin, adanya kesadaran ibu untuk menjaga kesehatan diri dan asupan nutrisi untuk bayi, serta rutin mengecek kesehatan merupakan upaya untuk menekan tingkat kematian bayi di Jawa Timur. Kata kunci: fasilitas kesehatan, Geographically Weighted Regression, kematian bayi, spasial analisis Abstract East Java is one of the provinces with high infant mortality rates. Analysis of the influence of health facilities on infant mortality in East Java can help to formulate maternal and child health policies and programs. The purpose of this analysis is to determine the relationship between the availability of Integrated Healthcare Center (Posyandu), family planning clinics, village family planning services (PPKBD), maternity hospitals, supporting health centers, and pharmacies with the incidence of infant mortality. There is a possibility that the surrounding area of an area with high infant mortality will have the same burden. Therefore we need a statistical modeling method that takes into account the location aspects, such as the Geographically Weighted Regression (GWR) method. Analysis and discussion using GWR analysis showed that the availability of Posyandu Strata Pratama and Madya, as well as the supporting health centers, affected infant mortality incidence in Pacitan, Ponorogo, Pasuruan, Kediri (city), Malang
东爪哇的一个省婴儿死亡率很高。分析东爪哇婴儿死亡事件的卫生设施对其影响,可以帮助制定产妇和儿童卫生政策和方案。这一分析的目的是确定posyandu、计划生育诊所(KB)、计划生育服务机构(PPKBD)、产科医院、医疗中心、辅助诊所和婴儿死亡事件的药房之间的联系。有可能高婴儿死亡率周围地区也会有高婴儿死亡率。因此,它需要一种统计方法,通过考虑地点方面的因素,即GWR测试法。使用GWR方法进行的分析和讨论发现,主要的、Ponorogo、mems和副Puskesmas的可用性因素影响了Pacitan、Ponorogo、mrtan、Kediri(城镇)、Kediri(城镇)、胡斯昆(镇)、Banyuwangi和Probolinggo地区的婴儿死亡事件。与此同时,在Bondowoso、Bangkalan、Batu(城镇)、Blitar、Sidoarjo和Sumenep地区,婴儿的死亡率受到了主要和副层级Posyandu紧张因素的影响。满月和自力更生的盛行因素影响了兰库区、马迪昂(城市)、Kediri和马孔摄政地区的婴儿死亡事件,而Lumajang、Jombang、Magetan、Bojonegoro和Jember地区的婴儿死亡事件,以及主要的Posyandu Strata Posyandu。确保安全的保健设施的可用性,母亲保护婴儿健康和营养的意识,以及定期的健康检查是为了抑制东爪哇婴儿死亡率的措施。关键词:健康设施,地理抑制回归,婴儿死亡,空间分析东爪哇是高发病率死亡率的区域之一。分析东爪哇婴儿死亡率的影响因素可以帮助制定亲子关系政策和程序。这项分析的目的是确定健康健康中心、家庭计划诊所、村庄计划服务、医院、支持健康中心和与婴儿死亡率相关。有可能,高发病率的地区也会有同样的负担。在我们需要一个统计方法模型,将其应用到位置aspects帐户中,这就形成了一种地质可变的不利方法。GWR分析表明,Posyandu的主要和副组织,如支持健康中心、Ponorogo、menature、Kediri、hordiri、穿孔机、Banyuwangi和Probolinggo等都有可能出现。在Bondowoso Regency, Bangkalan, rock, Blitar, Sidoarjo和Sumenep,它受到了主要的Posyandu和副学区的影响。波西安杜山脉和自给自足影响了兰、马迪昂、凯内和马朗地区因死亡率的限制。波尚都·斯特拉塔月出的影响影响了卢马邦、马邦、马吉坦、博琼戈罗和吉伯地区的死亡人数。母亲为了婴儿而采取的个人健康和营养的考虑,以及定期的健康检查可以减少爪哇东部的儿童死亡率。Keywords:健康传真,地理抑制抑制后悔,感染死亡率,空间分析
{"title":"Analisis Pengaruh Fasilitas Kesehatan terhadap Kematian Bayi di Jawa Timur Menggunakan Pendekatan Geographically Weighted Regression","authors":"Harun Al Azies","doi":"10.22435/jpppk.v3i2.2431","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/jpppk.v3i2.2431","url":null,"abstract":"Abstrak Jawa Timur merupakan salah satu provinsi dengan tingkat kematian bayi yang tinggi. Analisis pengaruh fasilitas kesehatan terhadap kejadian kematian bayi di Jawa Timur dapat membantu merumuskan kebijakan dan program kesehatan ibu dan anak. Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui hubungan antara ketersediaan posyandu, klinik Keluarga Berencana (KB), Pos Pelayanan Keluarga Berencana Desa (PPKBD), rumah sakit bersalin, puskesmas pembantu, dan apotek dengan kejadian kematian bayi. Terdapat kemungkinan bahwa wilayah sekitar daerah dengan kematian bayi yang tinggi akan memiliki beban kematian bayi yang tinggi pula. Oleh karena itu diperlukan suatu metode pemodelan statistik dengan memperhitungkan aspek lokasi yaitu metode Geographically Weighted Regression (GWR). Analisis dan pembahasan menggunakan metode GWR mendapatkan bahwa faktor ketersediaan Posyandu Strata Pratama dan Madya serta Puskesmas Pembantu memengaruhi kejadian kematian bayi di wilayah Pacitan, Ponorogo, Pasuruan, Kediri (kota), Malang (kota), Pasuruan (kota), Banyuwangi, dan Probolinggo. Sementara itu, di wilayah Kabupaten Bondowoso, Bangkalan, Batu (Kota), Blitar, Sidoarjo, dan Sumenep kejadian kematian bayi dipengaruhi oleh faktor ketersediaan Posyandu Strata Pratama dan Madya. Faktor ketersediaan Posyandu Strata Purnama dan Mandiri memengaruhi kejadian kematian bayi di wilayah Lamongan, Madiun (Kota), Kediri, dan Malang sedangkan di wilayah Kabupaten Lumajang, Jombang, Magetan, Bojonegoro, dan Jember dipengaruhi oleh ketersediaan Posyandu Strata Purnama, dan Kabupaten Gresik oleh ketersediaan Posyandu Strata Pratama. Ketersediaan fasilitas kesehatan penunjang yang terjamin, adanya kesadaran ibu untuk menjaga kesehatan diri dan asupan nutrisi untuk bayi, serta rutin mengecek kesehatan merupakan upaya untuk menekan tingkat kematian bayi di Jawa Timur. Kata kunci: fasilitas kesehatan, Geographically Weighted Regression, kematian bayi, spasial analisis Abstract East Java is one of the provinces with high infant mortality rates. Analysis of the influence of health facilities on infant mortality in East Java can help to formulate maternal and child health policies and programs. The purpose of this analysis is to determine the relationship between the availability of Integrated Healthcare Center (Posyandu), family planning clinics, village family planning services (PPKBD), maternity hospitals, supporting health centers, and pharmacies with the incidence of infant mortality. There is a possibility that the surrounding area of an area with high infant mortality will have the same burden. Therefore we need a statistical modeling method that takes into account the location aspects, such as the Geographically Weighted Regression (GWR) method. Analysis and discussion using GWR analysis showed that the availability of Posyandu Strata Pratama and Madya, as well as the supporting health centers, affected infant mortality incidence in Pacitan, Ponorogo, Pasuruan, Kediri (city), Malang","PeriodicalId":170797,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","volume":"70 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116955613","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-09-06DOI: 10.22435/jpppk.v3i2.2005
Risqa Novita
Abstrak Rabies di Indonesia telah berada sejak abad 18, namun hingga saat ini Indonesia belum bebas dari rabies. Hanya 8 provinsi di Indonesia yang bebas dari rabies yaitu DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Papua, dan Papua Barat, padahal Indonesia ditargetkan bebas rabies pada tahun 2030. Rabies tidak dapat diobati karena disebabkan oleh virus Lyssa, hanya dapat dicegah melalui pendekatan One Health yaitu kesehatan manusia, kesehatan hewan, satwa liar dan kesehatan lingkungan. Upaya pencegahan itu adalah dengan pemberian vaksinasi rabies ke Hewan Pembawa Rabies (HPR) dan pemberian Post Exposure Prophylaxys (PEP) pada manusia yang tergigit oleh HPR. Pemberian PEP hanya dapat dilakukan di Rabies center atau fasilitas pelayanan kesehatan primer yang ditunjuk oleh pemerintah. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui peranan fasilitas pelayanan kesehatan untuk mengendalikan rabies yang sudah tersebar di 26 provinsi. Metode berupa review literatur yang dicari menggunakan kata kunci Pelayanan Kesehatan Primer, Post Exposure Prophylaxis dan Rabies di Indonesia. Hasil yang didapatkan adalah peran fasilitas pelayanan kesehatan dalam mengendalikan rabies pada manusia sangat penting, dalam hal tatalaksana pertama kali terhadap korban penyediaan Vaksin Anti Rabies (VAR) dan promosi kesehatan. Rabies dapat dicegah dengan perilaku hidup sehat, sehingga peran fasilitas pelayanan kesehatan yang ditunjuk sebagai Rabies center dapat mengoptimalkan promosi kesehatan melalui pemberian leaflet, edukasi rabies di sekolah-sekolah dasar, pemasangan spanduk rabies dan pemutaran video rabies di puskesmas atau rumah sakit di ruang tunggu pasien sehingga pasien dapat melihat dan mengetahui mengenai rabies dan pencegahannya. Kata kunci: pelayanan kesehatan, post exposure prophylaxis, dan rabies center Abstract Rabies has been in Indonesia since the 18th century, but until now Indonesia has not been free from rabies yet. Only 8 provinces in Indonesia are free from rabies, namely DKI Jakarta, Central of Java, East of Java, Jogyakarta, Bangka Belitung, The Riau Islands, Papua, and West Papua. Rabies could not be treated because it caused by the virus (named Lyssavirus), which only prevented by the approach of one health in human health, animal health and wildlife animals, and environmental health. Lyssa could be prevented by a rabies vaccine program to rabid animals and post-exposure prophylaxis (PPE) in humans who bitten by rabid animals. The provision of the PPE can only be done in Rabies center or primary health service facilities designated by the government. This writing aims to know the role of health service facilities in primary or public health centers to tackle rabies which has been spread in 26 provinces. A method of review literature that sought to use the keywords was Health services in primary, Post-exposure prophylaxis, and Rabies in Indonesia. Results were the role of health service facilities in
印尼的狂犬病早在18世纪就存在了,但到目前为止印尼还没有没有狂犬病。印度尼西亚只有8个没有狂犬病的省份是雅加达、爪哇岛中部、爪哇东部、日惹、邦邦里通、廖内群岛、巴布亚和西巴布亚,而印度尼西亚在2030年是未患狂犬病的目标。狂犬病是由Lyssa病毒引起的,只能通过一种人类健康、动物健康、野生动物和环境健康的方法来预防。预防措施是将狂犬病疫苗接种给患狂犬病的动物(HPR),以及对被HPR咬伤的人类进行后探针预防措施。PEP只能在狂犬病中心或政府指定的初级医疗机构进行治疗。这篇文章的目的是了解卫生保健机构在控制26个省的狂犬病方面的作用。该方法包括使用印尼卫生保健、产前预防和狂犬病等关键字进行文献审查。其结果是,卫生保健机构在控制人类狂犬病方面所起的作用是至关重要的,这是第一次对接种抗狂犬病疫苗和促进健康的受害者采取行动。狂犬病是可以预防和健康的生活行为,所以被任命为狂犬病中心的医疗保健设施的角色可以优化健康促进学校教育通过传单的恩赐,狂犬病患有狂犬病和视频回放的安装基础,横幅狂犬病在诊所或医院的候诊室里病人就可以看到和了解患有狂犬病和经脉。关键词:卫生保健、发布预防措施和狂犬病中心狂犬病自18世纪以来一直在印尼,但直到现在印尼还没有免于狂犬病。印尼只有8个省没有狂犬病,namely DKI雅加达,Java的中部,Java的东部,Jogyakarta, kalbelitung, Riau Islands,巴布亚和西巴布亚。狂犬病不会因为它是由病毒引起的,它只会受到人类健康、动物健康和野生动物以及环境健康等一种健康的威胁。Lyssa可能会被狂躁的动物狂躁和后暴露的人类所预防。PPE的发行只能在官方指定的狂犬病中心或初级卫生服务机构内完成。这篇文章的目的是了解过去26个省中传播的狂犬病的初级或公共卫生中心的健康状况。关键字的复读方法是在印度尼西亚的初级、后暴露预防和狂犬病方面的健康服务。这些分析表明,在人类中,控制狂犬病的健康角色是非常重要的,在管理瓦尔的过程和促进健康服务的过程中。狂犬病可以健康无法一起生活的模式,所以那health service) facilities之角色,这是appointed为了狂犬病中心可以optimize《provision of leaflets institutes of health)通过景观,在初级教育,设置banners狂犬病》》和狂犬病在视频放映《等待房间卫生中心或医院病人所以《病人可以看到和知道什么它prevents狂犬病。关键词:健康服务,后暴露预防和狂犬病中心
{"title":"Peran Fasilitas Pelayanan Kesehatan dalam Menghadapi Tantangan Rabies di Indonesia","authors":"Risqa Novita","doi":"10.22435/jpppk.v3i2.2005","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/jpppk.v3i2.2005","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Rabies di Indonesia telah berada sejak abad 18, namun hingga saat ini Indonesia belum bebas dari rabies. Hanya 8 provinsi di Indonesia yang bebas dari rabies yaitu DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Papua, dan Papua Barat, padahal Indonesia ditargetkan bebas rabies pada tahun 2030. Rabies tidak dapat diobati karena disebabkan oleh virus Lyssa, hanya dapat dicegah melalui pendekatan One Health yaitu kesehatan manusia, kesehatan hewan, satwa liar dan kesehatan lingkungan. Upaya pencegahan itu adalah dengan pemberian vaksinasi rabies ke Hewan Pembawa Rabies (HPR) dan pemberian Post Exposure Prophylaxys (PEP) pada manusia yang tergigit oleh HPR. Pemberian PEP hanya dapat dilakukan di Rabies center atau fasilitas pelayanan kesehatan primer yang ditunjuk oleh pemerintah. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui peranan fasilitas pelayanan kesehatan untuk mengendalikan rabies yang sudah tersebar di 26 provinsi. Metode berupa review literatur yang dicari menggunakan kata kunci Pelayanan Kesehatan Primer, Post Exposure Prophylaxis dan Rabies di Indonesia. Hasil yang didapatkan adalah peran fasilitas pelayanan kesehatan dalam mengendalikan rabies pada manusia sangat penting, dalam hal tatalaksana pertama kali terhadap korban penyediaan Vaksin Anti Rabies (VAR) dan promosi kesehatan. Rabies dapat dicegah dengan perilaku hidup sehat, sehingga peran fasilitas pelayanan kesehatan yang ditunjuk sebagai Rabies center dapat mengoptimalkan promosi kesehatan melalui pemberian leaflet, edukasi rabies di sekolah-sekolah dasar, pemasangan spanduk rabies dan pemutaran video rabies di puskesmas atau rumah sakit di ruang tunggu pasien sehingga pasien dapat melihat dan mengetahui mengenai rabies dan pencegahannya. \u0000Kata kunci: pelayanan kesehatan, post exposure prophylaxis, dan rabies center \u0000Abstract \u0000Rabies has been in Indonesia since the 18th century, but until now Indonesia has not been free from rabies yet. Only 8 provinces in Indonesia are free from rabies, namely DKI Jakarta, Central of Java, East of Java, Jogyakarta, Bangka Belitung, The Riau Islands, Papua, and West Papua. Rabies could not be treated because it caused by the virus (named Lyssavirus), which only prevented by the approach of one health in human health, animal health and wildlife animals, and environmental health. Lyssa could be prevented by a rabies vaccine program to rabid animals and post-exposure prophylaxis (PPE) in humans who bitten by rabid animals. The provision of the PPE can only be done in Rabies center or primary health service facilities designated by the government. This writing aims to know the role of health service facilities in primary or public health centers to tackle rabies which has been spread in 26 provinces. A method of review literature that sought to use the keywords was Health services in primary, Post-exposure prophylaxis, and Rabies in Indonesia. Results were the role of health service facilities in ","PeriodicalId":170797,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","volume":"19 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116104770","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak Kanker serviks merupakan peringkat enam penyebab utama kematian wanita dan peringkat dua kematian pada wanita berusia 15-44 tahun. Di Asia deteksi dini penyakit kanker serviks dilakukan melalui pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA) di Puskesmas Cibinong Tahun 2019. Rancangan penelitian menggunakan desain cross-sectional pada 44 responden pasien KIA di Puskesmas Cibinong. Pengumpulan data di lakukan pada bulan April 2019 dengan menggunakan kuesioner dengan variabel umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, dukungan keluarga dan dukungan petugas kesehatan yang telah di uji validitas dan reliabilitas. Analisis data menggunakan uji chi square dan kendall’s tau b. Hasil menunjukkan bahwa umur (p-value 0,008) dan dukungan petugas kesehatan (p-value 0,015) berhubungan bermakna dengan pemeriksaan IVA dan faktor yang tidak berhubungan dengan pemeriksaan IVA ialah pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan dukungan keluarga. Hal tersebut menunjukkan perlunya peningkatan program promosi kesehatan, sosialisasi dan konseling kepada para ibu yang berkunjung ke Puskesmas Cibinong. Kata kunci: wanita, kanker serviks, Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) Abstract Cases of cervical cancer, as ranked 6th leading cause of female death and rank 2nd death in women aged 15-44 years. In Asia cervical cancer early screening or detection programs is through Visual Inspection with Acetic Acid (VIA). The study aims to analyze factors related to the examination of Visual Inspection with Acetic Acid (VIA) in Cibinong Health Center’s in 2019. This is a cross-sectional study with a sample of 44 respondents patient KIA in Cibinong Health Center’s. Data collection was taken through filling a set of questionnaires in April 2019 which have been tested for validity and reliability. Analysis performed by chi-square and Kendall’s tau b. The analysis shows age (p-value 0,008) and health practitioner’s support (p-value 0,015) are significantly related to examination of VIA and factor is not related to examination of VIA is education, job, knowledge and family support. It evidence to improve health promotion programs socialization and counseling for mothers who visit the Cibinong Health Center. Keywords: women, cervical cancer, Visual Inspection Acetic Acid (VIA)
非宫颈癌是妇女死亡的主要原因之一,是15-44岁女性死亡的第二名。在亚洲,通过对醋酸的视觉检查,及早发现宫颈癌。本研究旨在分析有关2019年Puskesmas Cibinong醋酸视觉检查(IVA)的因素。研究对象是在Puskesmas Cibinong的起亚患者身上进行的跨分段设计。数据收集是在2019年4月通过年龄、教育、就业、知识、家庭支持和卫生工作者的调查问卷进行的。使用chi square测试和肯德尔tau b.结果表明,年龄(p值0.008)和卫生保健(p值0.015)与IVA审查有关,而与IVA审查无关的因素是教育、就业、知识和家庭支持。这表明,对访问Puskesmas Cibinong的母亲们来说,改善健康、社交和咨询计划的必要性。关键词:妇女,宫颈癌,醋酸视觉检查,美国在妇女15-44年因女性死亡而导致的6岁致命性死亡而导致的第二死亡。在亚洲cervical癌症中,早期扫描或节目通过视觉检查与Acetic Acid(通过)。2019年,位于Cibinong Health Center的Acetic Acid与视觉检查相关研究。这是一个跨部门的研究,有44例住院病人的样本在Cibinong Health Center。2019年4月,数据收集是通过一系列问题进行的,这些问题已被验证为有效性和可靠性。分析由chi square和肯德尔所作的报告这证明了促进健康促进计划社交活动,并为访问Cibinong健康中心的母亲提供咨询。妇女,癌症,视觉检查Acetic Acid(通过)
{"title":"Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di Puskesmas Cibinong Tahun 2019","authors":"Reffi Jordania Pebrina, Margaretha Kusmiyanti, Fulgensius Surianto","doi":"10.22435/jpppk.v3i2.2153","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/jpppk.v3i2.2153","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Kanker serviks merupakan peringkat enam penyebab utama kematian wanita dan peringkat dua kematian pada wanita berusia 15-44 tahun. Di Asia deteksi dini penyakit kanker serviks dilakukan melalui pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA) di Puskesmas Cibinong Tahun 2019. Rancangan penelitian menggunakan desain cross-sectional pada 44 responden pasien KIA di Puskesmas Cibinong. Pengumpulan data di lakukan pada bulan April 2019 dengan menggunakan kuesioner dengan variabel umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, dukungan keluarga dan dukungan petugas kesehatan yang telah di uji validitas dan reliabilitas. Analisis data menggunakan uji chi square dan kendall’s tau b. Hasil menunjukkan bahwa umur (p-value 0,008) dan dukungan petugas kesehatan (p-value 0,015) berhubungan bermakna dengan pemeriksaan IVA dan faktor yang tidak berhubungan dengan pemeriksaan IVA ialah pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan dukungan keluarga. Hal tersebut menunjukkan perlunya peningkatan program promosi kesehatan, sosialisasi dan konseling kepada para ibu yang berkunjung ke Puskesmas Cibinong. \u0000Kata kunci: wanita, kanker serviks, Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) \u0000Abstract \u0000Cases of cervical cancer, as ranked 6th leading cause of female death and rank 2nd death in women aged 15-44 years. In Asia cervical cancer early screening or detection programs is through Visual Inspection with Acetic Acid (VIA). The study aims to analyze factors related to the examination of Visual Inspection with Acetic Acid (VIA) in Cibinong Health Center’s in 2019. This is a cross-sectional study with a sample of 44 respondents patient KIA in Cibinong Health Center’s. Data collection was taken through filling a set of questionnaires in April 2019 which have been tested for validity and reliability. Analysis performed by chi-square and Kendall’s tau b. The analysis shows age (p-value 0,008) and health practitioner’s support (p-value 0,015) are significantly related to examination of VIA and factor is not related to examination of VIA is education, job, knowledge and family support. It evidence to improve health promotion programs socialization and counseling for mothers who visit the Cibinong Health Center. \u0000Keywords: women, cervical cancer, Visual Inspection Acetic Acid (VIA)","PeriodicalId":170797,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","volume":"13 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123885040","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak Indonesia merupakan negara kedua di dunia dengan insidensi Tuberkulosis (TB) terbanyak setelah India, sehingga Indonesia termasuk high-burden country dalam penyakit TB. Angka keberhasilan pengobatan TB di Indonesia baru mencapai 84% pada tahun 2016 sehingga perlu ditingkatkan. Inovasi yang banyak dikembangkan untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam pengobatan TB adalah metode pengingat dengan menggunakan media elektronik, salah satunya melalui SMS mengingat pengguna aktif telepon genggam di Indonesia cukup banyak, yaitu mencapai 70,2 juta untuk smartphone pada tahun 2017 dan terus meningkat. Tujuannya untuk mengetahui pengaruh sistem pengingat melalui pesan singkat (text-messaging reminder system) dalam kepatuhan pasien terhadap pengobatan TB. Pencarian literatur dilakukan pada beberapa pangkalan data jurnal ilmiah kedokteran besar seperti Pubmed, Cochrane, EBSCOhost, dan Science Direct. Artikel disaring sesuai desain yang dibutuhkan untuk tinjauan intervensi, kriteria inklusi, dan kriteria eksklusi. Telaah kritis menggunakan metode intervensi sesuai Oxford Center for Evidence Based Medicine 2011. Telaah kritis dilakukan pada dua artikel terpilih dengan metode RCT dan telaah sistematis. Pada studi RCT terhadap 2207 pasien di Pakistan, diperoleh penggunaan sistem pengingat SMS tidak berpengaruh terhadap kepatuhan pengobatan TB. Pada telaah sistematis yang meninjau empat artikel, diperoleh kesimpulan bahwa sistem SMS mampu meningkatkan kepatuhan pengobatan TB. Namun, signifikansinya masih diragukan karena studi yang diinklusi merupakan studi dengan tingkatan bukti rendah berdasarkan kategori GRADE. Pengaruh metode pengingat berupa SMS terhadap kepatuhan pengobatan TB masih inkonklusif. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan populasi besar serta desain penelitian yang sesuai (RCT). Kata kunci: Tuberkulosis, SMS, Sistem Pengingat, Kepatuhan, Pengobatan Abstract Indonesia ranked second in the world for its Tuberculosis (TB) incidence. Therefore, Indonesia is included in the list of high burden countries for TB. TB treatment success rate in Indonesia for 2016 is 84%, but this number still needs to be increased. Many innovations using electronic devices such as handphones are developed to increase patient’s adherence to TB treatment. One of the easiest applicable methods is through SMS. Indonesia is also a developing country with developing technology usage, with 70.2 million active smartphone users in 2017. To determine whether a text messaging reminder system can increase adherence in patients with Tuberculosis treatment. Literature searching was conducted in large medical journal databases such as Pubmed, Cochrane, EBSCOhost, and Science Direct. The articles are selected by considering the study designs that correlate with the intervention appraisal method, inclusions, and exclusions criteria. Intervention type appraisal was conducted using the guideline of the Oxford Center for Evidence-Based Medicine 2011. Appraisals were made for t
{"title":"Pengaruh Sistem Pengingat Melalui Pengiriman Pesan Singkat (Text-Messaging Reminder System) untuk Meningkatkan Kepatuhan Pasien dalam Pengobatan Tuberkulosis: Tinjauan Kasus Berbasis Bukti","authors":"Skolastika Mitzy Benedicta, Pradana Soewondo, Dhanasari Vidiawati Sanyoto","doi":"10.22435/jpppk.v3i2.2331","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/jpppk.v3i2.2331","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Indonesia merupakan negara kedua di dunia dengan insidensi Tuberkulosis (TB) terbanyak setelah India, sehingga Indonesia termasuk high-burden country dalam penyakit TB. Angka keberhasilan pengobatan TB di Indonesia baru mencapai 84% pada tahun 2016 sehingga perlu ditingkatkan. Inovasi yang banyak dikembangkan untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam pengobatan TB adalah metode pengingat dengan menggunakan media elektronik, salah satunya melalui SMS mengingat pengguna aktif telepon genggam di Indonesia cukup banyak, yaitu mencapai 70,2 juta untuk smartphone pada tahun 2017 dan terus meningkat. Tujuannya untuk mengetahui pengaruh sistem pengingat melalui pesan singkat (text-messaging reminder system) dalam kepatuhan pasien terhadap pengobatan TB. Pencarian literatur dilakukan pada beberapa pangkalan data jurnal ilmiah kedokteran besar seperti Pubmed, Cochrane, EBSCOhost, dan Science Direct. Artikel disaring sesuai desain yang dibutuhkan untuk tinjauan intervensi, kriteria inklusi, dan kriteria eksklusi. Telaah kritis menggunakan metode intervensi sesuai Oxford Center for Evidence Based Medicine 2011. Telaah kritis dilakukan pada dua artikel terpilih dengan metode RCT dan telaah sistematis. Pada studi RCT terhadap 2207 pasien di Pakistan, diperoleh penggunaan sistem pengingat SMS tidak berpengaruh terhadap kepatuhan pengobatan TB. Pada telaah sistematis yang meninjau empat artikel, diperoleh kesimpulan bahwa sistem SMS mampu meningkatkan kepatuhan pengobatan TB. Namun, signifikansinya masih diragukan karena studi yang diinklusi merupakan studi dengan tingkatan bukti rendah berdasarkan kategori GRADE. Pengaruh metode pengingat berupa SMS terhadap kepatuhan pengobatan TB masih inkonklusif. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan populasi besar serta desain penelitian yang sesuai (RCT). \u0000Kata kunci: Tuberkulosis, SMS, Sistem Pengingat, Kepatuhan, Pengobatan Abstract \u0000Indonesia ranked second in the world for its Tuberculosis (TB) incidence. Therefore, Indonesia is included in the list of high burden countries for TB. TB treatment success rate in Indonesia for 2016 is 84%, but this number still needs to be increased. Many innovations using electronic devices such as handphones are developed to increase patient’s adherence to TB treatment. One of the easiest applicable methods is through SMS. Indonesia is also a developing country with developing technology usage, with 70.2 million active smartphone users in 2017. To determine whether a text messaging reminder system can increase adherence in patients with Tuberculosis treatment. Literature searching was conducted in large medical journal databases such as Pubmed, Cochrane, EBSCOhost, and Science Direct. The articles are selected by considering the study designs that correlate with the intervention appraisal method, inclusions, and exclusions criteria. Intervention type appraisal was conducted using the guideline of the Oxford Center for Evidence-Based Medicine 2011. Appraisals were made for t","PeriodicalId":170797,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","volume":"26 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128361569","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-09-06DOI: 10.22435/jpppk.v3i2.2655
I. Tarigan, Anni Yulianti
Abstrak Merokok merupakan salah satu faktor risiko terhadap penyakit yang membahayakan, seperti jantung, stroke, kanker, dan lain sebagainya. Perilaku masyarakat khususnya perokok aktif yang merokok di sembarangan tempat masih cukup memprihatinkan. Perokok membebankan risiko merokok bukan hanya pada diri sendiri tetapi juga kepada orang lain yang ada di sekitarnya. Analisis dilakukan dengan menggunakan data GATS (Global Adult Tobacco Survey) 2011, dimana desain penelitian adalah cross sectional. Pemilihan sampel menggunakan teknik sampling proportional probabilitas to size (PPS). Hasil dari analisis antara lain: masyarakat yang terpapar rokok di dalam rumah lebih banyak pada kelompok laki-laki dibandingkan perempuan, yang terbanyak pada kelompok umur 45-64 tahun dengan pendidikan tidak tamat SD, tempat tinggal di pedesaan, dan pekerjaan wiraswasta. Kebijakan keluarga yang mengizinkan merokok dalam rumah sebesar 46,9%, dan seseorang yang merokok dalam rumah setiap hari mencapai 62,5%. Masyarakat yang terpapar rokok di ruang kerja sebesar 51,4%, dan kantor yang mengizinkan merokok dalam ruang kerja sebesar 38,4% dan yang tidak ada kebijakan sebesar 19,8%. Terpapar rokok di kantor pemerintahan 66,4%, di universitas 55,3%, di sekolah atau fasilitas pendidikan lainnya 40,3%, di fasilitas keagamaan 17,9%, di fasilitas kesehatan 18,4%, di bar atau klub 91,8%, dan transportasi umum 70,8%. Hasil ini dapat menjadi data dasar untuk mengembangkan intervensi program pengendalian tembakau yang efektif, termasuk menyediakan layanan berhenti merokok, terutama di fasilitas kesehatan. Pemerintah pusat dan daerah perlu meningkatkan sosialisasi tentang bahaya merokok di tempat-tempat umum dan dampaknya terhadap masyarakat khususnya yang bukan perokok; yaitu dengan membuat peraturan yang jelas dan tegas tentang pelarangan merokok di tempat-tempat umum dan memberikan sangsi yang tegas terhadap yang melanggar peraturan tersebut. Upaya layanan berhenti merokok dapat dilaksanakan dengan meningkatkan kegiatan promosi oleh tenaga kesehatan, sosialisasi ‘Quitline’ Kementerian Kesehatan, skrining CO2, bantuan konseling dan mengembangkan metode terapi berhenti merokok bagi para perokok aktif di berbagai fasilitas kesehatan yang tersedia. Kata kunci: rokok, perokok pasif, pengendalian tembakau Abstract Smoking is one of the risk factors for severe diseases, such as heart disease, stroke, cancer, and so on. The behavior of active smokers who smoke arbitrarily at many public places is still quite alarming. Smokers impose the risk of smoking not only on themselves but also to others around them. The analysis was performed using GATS (Global Adult Tobacco Survey) 2011 data, where the research design was cross-sectional. The sample selection uses a proportional probability to size (PPS) sampling technique. The results of the analysis show people who are exposed to cigarettes in the house are mostly males than females with the characteristics were at age groups 45-64 years old, e
吸烟是有害疾病的一个危险因素,如心脏、中风、癌症等。人们的行为,尤其是在如此随意的地方吸烟的活跃吸烟者,仍然令人担忧。吸烟者不仅会对自己吸烟,而且会对周围的人吸烟。这是根据2011年的全球烟草调查数据进行的分析,该研究的设计是横向的。选择样本采用比例比例的PPS抽样技术。分析的结果包括:在家庭中接触香烟的男性群体比女性多,45-64岁的男性群体中受教育程度最高,农村社区和个体企业家工作水平最高。允许在家吸烟的家庭政策为46.9%,每天在家吸烟的人占62.5%。接触香烟的人有51.4%的工作空间,允许吸烟的办公室有38.4%,这是不允许吸烟的政策,这是19.8%。66.4%的政府部门、55.3%的大学、40.3%的学校或其他教育设施、17.9%的宗教设施、18.4%的健康设施、酒吧或俱乐部、91.8%的公共交通状况、70.8%的公共交通状况。这一结果可能是开发有效的烟草控制计划干预措施的基本数据,包括提供戒烟服务,特别是在卫生设施。中央政府和地区需要加强公共场所吸烟危害的社会化,以及对非吸烟者社会的影响;通过对禁止在公共场所吸烟提出明确和严格的规定,并对违反这些规定的人提出严厉的反对意见。戒烟服务的努力可以增加促销活动执行的力量所筛选健康、卫生部“Quitline社会化二氧化碳,咨询和发展援助吸烟者的戒烟治疗方法活跃在卫生设施可用。关键词:香烟、被动吸烟者、烟瘾控制是严重疾病的风险因素之一,比如心脏疾病、中风、溃疡等等。有源吸烟者谁抽arbitrarily之社会行为在许多公共地方还是弄得alarming。吸烟者impose吸烟不仅在自己的风险,但也会对其他人在他们身边。《分析》是用GATS performed(2011年全球成人烟草调查)数据,研究设计是cross-sectional哪里。《样品selection利用a proportional抽样probability to大小(PPS)技巧。results》分析秀people who are暴露到全场基本上是香烟里,不想比females with The characteristics是at age集团45-64岁,教育水平是不completed小学学校,住在农村地区和self-employee。阿尔洛在家里吸烟的警察是46.9%,他们每天在家里吸烟的人占62.5%。在工作空间中被发现吸烟的人是51.4%,而在工作空间中吸烟的人是38.4%,没有任何免费吸烟区域的人是19.8%。香烟的曝光是66.4%在政府办公室,55.3%在大学,40.3%在宗教教育方面,18.4%在健康方面,11.8%在bars或俱乐部,73.8%在公共运输方面。这些推荐可能是开发有效烟草控制程序、包括吸烟提供服务在内的开发证据的参考或基证。中央和地方政府需要增加对公共场所吸烟风险及其对公共卫生影响的认识,特别是对不吸烟的公共场所规定的对违反这些规定的人的惩罚。《efforts停止吸烟景观服务可以被increasing implemented活动由卫生部门之工人,socialization Quitline’institutes of health)、CO2筛选、咨询中心和developing为有源吸烟者在吸烟cessation疗法的方法existing健康facilities。安装曝光:香烟,无源吸烟者,烟草控制
{"title":"Gambaran Kesadaran Masyarakat terhadap Kawasan Tanpa Rokok di Indonesia","authors":"I. Tarigan, Anni Yulianti","doi":"10.22435/jpppk.v3i2.2655","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/jpppk.v3i2.2655","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Merokok merupakan salah satu faktor risiko terhadap penyakit yang membahayakan, seperti jantung, stroke, kanker, dan lain sebagainya. Perilaku masyarakat khususnya perokok aktif yang merokok di sembarangan tempat masih cukup memprihatinkan. Perokok membebankan risiko merokok bukan hanya pada diri sendiri tetapi juga kepada orang lain yang ada di sekitarnya. Analisis dilakukan dengan menggunakan data GATS (Global Adult Tobacco Survey) 2011, dimana desain penelitian adalah cross sectional. Pemilihan sampel menggunakan teknik sampling proportional probabilitas to size (PPS). Hasil dari analisis antara lain: masyarakat yang terpapar rokok di dalam rumah lebih banyak pada kelompok laki-laki dibandingkan perempuan, yang terbanyak pada kelompok umur 45-64 tahun dengan pendidikan tidak tamat SD, tempat tinggal di pedesaan, dan pekerjaan wiraswasta. Kebijakan keluarga yang mengizinkan merokok dalam rumah sebesar 46,9%, dan seseorang yang merokok dalam rumah setiap hari mencapai 62,5%. Masyarakat yang terpapar rokok di ruang kerja sebesar 51,4%, dan kantor yang mengizinkan merokok dalam ruang kerja sebesar 38,4% dan yang tidak ada kebijakan sebesar 19,8%. Terpapar rokok di kantor pemerintahan 66,4%, di universitas 55,3%, di sekolah atau fasilitas pendidikan lainnya 40,3%, di fasilitas keagamaan 17,9%, di fasilitas kesehatan 18,4%, di bar atau klub 91,8%, dan transportasi umum 70,8%. Hasil ini dapat menjadi data dasar untuk mengembangkan intervensi program pengendalian tembakau yang efektif, termasuk menyediakan layanan berhenti merokok, terutama di fasilitas kesehatan. Pemerintah pusat dan daerah perlu meningkatkan sosialisasi tentang bahaya merokok di tempat-tempat umum dan dampaknya terhadap masyarakat khususnya yang bukan perokok; yaitu dengan membuat peraturan yang jelas dan tegas tentang pelarangan merokok di tempat-tempat umum dan memberikan sangsi yang tegas terhadap yang melanggar peraturan tersebut. Upaya layanan berhenti merokok dapat dilaksanakan dengan meningkatkan kegiatan promosi oleh tenaga kesehatan, sosialisasi ‘Quitline’ Kementerian Kesehatan, skrining CO2, bantuan konseling dan mengembangkan metode terapi berhenti merokok bagi para perokok aktif di berbagai fasilitas kesehatan yang tersedia. \u0000Kata kunci: rokok, perokok pasif, pengendalian tembakau Abstract \u0000Smoking is one of the risk factors for severe diseases, such as heart disease, stroke, cancer, and so on. The behavior of active smokers who smoke arbitrarily at many public places is still quite alarming. Smokers impose the risk of smoking not only on themselves but also to others around them. The analysis was performed using GATS (Global Adult Tobacco Survey) 2011 data, where the research design was cross-sectional. The sample selection uses a proportional probability to size (PPS) sampling technique. The results of the analysis show people who are exposed to cigarettes in the house are mostly males than females with the characteristics were at age groups 45-64 years old, e","PeriodicalId":170797,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131207740","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-09-06DOI: 10.22435/jpppk.v3i2.1943
Maria Angela, S. R. Sianturi, Sudibyo Supardi
Abstrak HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang memiliki angka kejadian tinggi di dunia. Hal ini disebabkan masih rendahnya pengetahuan, informasi dan kesadaran masyarakat tentang penyakit HIV/AIDS, masih adanya stigma sosial dan diskriminasi, keterbatasan tenaga konselor atau psikolog, dan keterbatasan sosialisasi di daerah terpencil. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku pencegahan HIV/AIDS pada siswa/siswi SMPN 251 Jakarta. Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif potong lintang. Sampel penelitian mencakup semua siswa-siswi kelas VIII berjumlah 139 sampel dengan teknik total sampling. Hasil penelitian menunjukkan persentase terbesar siswa-siswi memiliki pengetahuan HIV/AIDS yang baik (95,3%), sikap positif (95%) dan perilaku pencegahan baik (95%). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan perilaku pencegahan HIV/AIDS, tetapi terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dan perilaku pencegahan HIV/AIDS pada siswa/siswi SMPN 251 Jakarta. Kata kunci: HIV/AIDS, pengetahuan, sikap dan perilaku pencegahan, siswa SMP Abstract HIV/AIDS is a communicable disease that has a high incidence in the world. This is due to the low level of knowledge, information and public awareness about HIV/ AIDS, social stigma and discrimination, limited counselors or psychologists, and limited socialization in remote areas. The purpose of this study was to determine the relationship between knowledge, attitudes, and behaviors of HIV/AIDS prevention among students of SMPN 251 (State Junior High School) Jakarta. This study used a cross-sectional quantitative design. The study sample included all students of class VIII totaling 139 samples with a total sampling technique. The results showed the largest percentage of students had good knowledge of HIV/AIDS (95.3%), positive attitude (95%) and good prevention behavior (95%). There was no significant relationship between HIV/AIDS prevention knowledge and behavior, but there was a significant relationship between HIV/AIDS prevention attitudes and behavior in students of SMPN 251 Jakarta. Keywords: knowledge, attitudes, prevention behavior, HIV/ AIDS, junior high school
{"title":"Hubungan antara Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pencegahan HIV/AIDS pada Siswa SMPN 251 Jakarta","authors":"Maria Angela, S. R. Sianturi, Sudibyo Supardi","doi":"10.22435/jpppk.v3i2.1943","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/jpppk.v3i2.1943","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang memiliki angka kejadian tinggi di dunia. Hal ini disebabkan masih rendahnya pengetahuan, informasi dan kesadaran masyarakat tentang penyakit HIV/AIDS, masih adanya stigma sosial dan diskriminasi, keterbatasan tenaga konselor atau psikolog, dan keterbatasan sosialisasi di daerah terpencil. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku pencegahan HIV/AIDS pada siswa/siswi SMPN 251 Jakarta. Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif potong lintang. Sampel penelitian mencakup semua siswa-siswi kelas VIII berjumlah 139 sampel dengan teknik total sampling. Hasil penelitian menunjukkan persentase terbesar siswa-siswi memiliki pengetahuan HIV/AIDS yang baik (95,3%), sikap positif (95%) dan perilaku pencegahan baik (95%). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan perilaku pencegahan HIV/AIDS, tetapi terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dan perilaku pencegahan HIV/AIDS pada siswa/siswi SMPN 251 Jakarta. \u0000Kata kunci: HIV/AIDS, pengetahuan, sikap dan perilaku pencegahan, siswa SMP \u0000Abstract \u0000HIV/AIDS is a communicable disease that has a high incidence in the world. This is due to the low level of knowledge, information and public awareness about HIV/ AIDS, social stigma and discrimination, limited counselors or psychologists, and limited socialization in remote areas. The purpose of this study was to determine the relationship between knowledge, attitudes, and behaviors of HIV/AIDS prevention among students of SMPN 251 (State Junior High School) Jakarta. This study used a cross-sectional quantitative design. The study sample included all students of class VIII totaling 139 samples with a total sampling technique. The results showed the largest percentage of students had good knowledge of HIV/AIDS (95.3%), positive attitude (95%) and good prevention behavior (95%). There was no significant relationship between HIV/AIDS prevention knowledge and behavior, but there was a significant relationship between HIV/AIDS prevention attitudes and behavior in students of SMPN 251 Jakarta. \u0000Keywords: knowledge, attitudes, prevention behavior, HIV/ AIDS, junior high school","PeriodicalId":170797,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","volume":"52 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116710529","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-01-10DOI: 10.22435/jpppk.v2i3.1075
Simanjuntak Mayro, Eko Nugroho, Oswald L Simatupang
Abstrak Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperoleh setelah pasien membandingkan dengan apa yang diharapkannya, sehingga kepuasan pasien bergantung pada kualitas pelayanan yang diterimanya. Untuk menilai kualitas pelayanan terdapat 5 dimensi yang dapat diukur, yaitu keandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), empati (empathy), dan keberwujudan (tangible). Makin baik kualitas pelayanan yang diberikan, maka akan semakin tinggi tingkat kepuasan pasien. Tujuannya untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan di laboratorium patologi anatomi RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Penelitian deskriptif dilakukan dengan teknik purposive sampling pada pasien yang datang ke Laboratorium Patologi Anatomi RSUD Abdul Wahab Sjahranie, Samarinda, yang memenuhi kriteria. Data yang peroleh berasal dari data primer dengan menggunakan kuesioner yang dikerjakan secara terbimbing. Terdapat kesenjangan (gap) harapan sebesar -0,6 untuk dimensi keandalan, -0,2 untuk dimensi daya tanggap, -0,2 untuk dimensi jaminan, -0,1 dimensi empati, dan -0,9 untuk dimensi keberwujudan. Tingkat kepuasan pasien adalah 96% responden puas dan 4% responden tidak puas. Kata kunci: kepuasan pasien, pelayanan kesehatan, keandalan, daya tanggap, jaminan Abstract Patient satisfaction is a level of patient's feelings rising from the performance of health services that are obtained after the patient compares it with what he expected, so that patient satisfaction depends on the quality of service received. To assess service quality there are 5 dimensions that can be measured, namely reliability, responsiveness, assurance, empathy, and tangible. The better quality of service provided, the higher the level of patient satisfaction. To determine the level of patient satisfaction with services in the anatomical pathology laboratory of the Abdul Wahab Sjahranie Hospital, Samarinda. Descriptive study was conducted by purposive sampling technique carried out on 50 patients who came to the Anatomical Pathology Laboratory of Abdul Wahab Sjahranie Hospital, in Samarinda that met the criteria. The data obtained comes from primary data using a questionnaire that is done in a guided manner. There was an expectation gap of -0.6 for reliability dimensions, -0.2 for responsiveness dimensions, -0,2 for assurance dimensions, -0.1 empathy dimensions and -0,9 for tangible dimensions. The level of patient satisfaction was 96% of respondents were satisfied and 4% of respondents were dissatisfied. Keywords: patient satisfaction, health services, reliability, responsiveness, assurance
{"title":"Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien terhadap Pelayanan FNAB di Laboratorium Patologi Anatomi RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2018","authors":"Simanjuntak Mayro, Eko Nugroho, Oswald L Simatupang","doi":"10.22435/jpppk.v2i3.1075","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/jpppk.v2i3.1075","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperoleh setelah pasien membandingkan dengan apa yang diharapkannya, sehingga kepuasan pasien bergantung pada kualitas pelayanan yang diterimanya. Untuk menilai kualitas pelayanan terdapat 5 dimensi yang dapat diukur, yaitu keandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), empati (empathy), dan keberwujudan (tangible). Makin baik kualitas pelayanan yang diberikan, maka akan semakin tinggi tingkat kepuasan pasien. Tujuannya untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan di laboratorium patologi anatomi RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Penelitian deskriptif dilakukan dengan teknik purposive sampling pada pasien yang datang ke Laboratorium Patologi Anatomi RSUD Abdul Wahab Sjahranie, Samarinda, yang memenuhi kriteria. Data yang peroleh berasal dari data primer dengan menggunakan kuesioner yang dikerjakan secara terbimbing. Terdapat kesenjangan (gap) harapan sebesar -0,6 untuk dimensi keandalan, -0,2 untuk dimensi daya tanggap, -0,2 untuk dimensi jaminan, -0,1 dimensi empati, dan -0,9 untuk dimensi keberwujudan. Tingkat kepuasan pasien adalah 96% responden puas dan 4% responden tidak puas. \u0000Kata kunci: kepuasan pasien, pelayanan kesehatan, keandalan, daya tanggap, jaminan Abstract \u0000Patient satisfaction is a level of patient's feelings rising from the performance of health services that are obtained after the patient compares it with what he expected, so that patient satisfaction depends on the quality of service received. To assess service quality there are 5 dimensions that can be measured, namely reliability, responsiveness, assurance, empathy, and tangible. The better quality of service provided, the higher the level of patient satisfaction. To determine the level of patient satisfaction with services in the anatomical pathology laboratory of the Abdul Wahab Sjahranie Hospital, Samarinda. Descriptive study was conducted by purposive sampling technique carried out on 50 patients who came to the Anatomical Pathology Laboratory of Abdul Wahab Sjahranie Hospital, in Samarinda that met the criteria. The data obtained comes from primary data using a questionnaire that is done in a guided manner. There was an expectation gap of -0.6 for reliability dimensions, -0.2 for responsiveness dimensions, -0,2 for assurance dimensions, -0.1 empathy dimensions and -0,9 for tangible dimensions. The level of patient satisfaction was 96% of respondents were satisfied and 4% of respondents were dissatisfied. \u0000Keywords: patient satisfaction, health services, reliability, responsiveness, assurance","PeriodicalId":170797,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","volume":"12 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-01-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121839703","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak Kematian ibu dan anak masih menjadi masalah kesehatan. Risiko mengalami kematian ibu atau bayi bagi ibu melahirkan sangat dipengaruhi di mana seorang ibu hamil memilih penolong persalinan. Studi ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ibu hamil dalam memilih penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Malakopa Kabupaten Kepulauan Mentawai. Metode penelitian kuantitatif dengan desain potong lintang. Data dikumpulkan pada Puskesmas Malakopa Kabupaten Kepulauan Mentawai Provinsi Sumatrera Barat bulan Maret 2017. Teknik pengambilan sampel secara random sampling, data dianalisis dengan menggunakan SPSS. Pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan telaah dokumen. Hasil penelitian Ibu hamil di wilayah Puskesmas Malakopa yang memilih bersalin dengan tenaga kesehatan sebesar 62,9%, persalinan ditolong oleh tenaga non kesehatan sebesar 37,1%. Uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara faktor internal dan eksternal pada kelompok ibu hamil terhadap pemilihan penolong persalinan. Untuk itu disarankan dalam meningkatkan cakupan persalinan nakes di wilayah kerja Puskesmas Malakopa Kabupaten Kepulauan Mentawai diperlukan perhatian kusus bagi tenaga kesehatan terhadap faktor yang mempengaruhi ibu hamil dalam memilih penolong persalinan. Kata kunci: Ibu Hamil, Penolong Persalinan Abstract Maternal and child mortality is still becoming health problem. The risk of having a mother or baby’s death for the mother of childbirth is strongly influenced where a pregnant woman chooses a birth attendant. This study aimed to determine the factors that influence pregnant women in choosing birth attendants in the working area of Malakopa Health Center, Mentawai Islands District. This research is quantitative method with cross- sectional design. Data was collected at Malakopa Health Center, Mentawai Islands District, West Sumatera Province, in March 2017. The sampling technique was random sampling. Data was analyzed using SPSS. Collecting data through observation, interviews, and document review. The results of the study of pregnant women in the Malakopa Health Center area who chose to give birth with health workers were 62.9%, deliveries were assisted by non-health workers by 37.1%. The statistic test showed no significant relationship between internal and external factors in the group of pregnant women on the selection of birth attendants. It is recommended that in increasing coverage of health workers in the working area of the Malakopa Health Center, Mentawai District need special attention for health workers on factors that affect pregnant women in choosing birth attendants. Keywords: Pregnant Women, Birth attendants
{"title":"Faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil Memilih Penolong Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Malakopa Kabupaten Kepulauan Mentawai","authors":"Desi Fitria Neti, Lukman Waris, Aris Yulianto","doi":"10.22435/jpppk.v2i3.126","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/jpppk.v2i3.126","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Kematian ibu dan anak masih menjadi masalah kesehatan. Risiko mengalami kematian ibu atau bayi bagi ibu melahirkan sangat dipengaruhi di mana seorang ibu hamil memilih penolong persalinan. Studi ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ibu hamil dalam memilih penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Malakopa Kabupaten Kepulauan Mentawai. Metode penelitian kuantitatif dengan desain potong lintang. Data dikumpulkan pada Puskesmas Malakopa Kabupaten Kepulauan Mentawai Provinsi Sumatrera Barat bulan Maret 2017. Teknik pengambilan sampel secara random sampling, data dianalisis dengan menggunakan SPSS. Pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan telaah dokumen. Hasil penelitian Ibu hamil di wilayah Puskesmas Malakopa yang memilih bersalin dengan tenaga kesehatan sebesar 62,9%, persalinan ditolong oleh tenaga non kesehatan sebesar 37,1%. Uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara faktor internal dan eksternal pada kelompok ibu hamil terhadap pemilihan penolong persalinan. Untuk itu disarankan dalam meningkatkan cakupan persalinan nakes di wilayah kerja Puskesmas Malakopa Kabupaten Kepulauan Mentawai diperlukan perhatian kusus bagi tenaga kesehatan terhadap faktor yang mempengaruhi ibu hamil dalam memilih penolong persalinan. \u0000Kata kunci: Ibu Hamil, Penolong Persalinan \u0000Abstract \u0000Maternal and child mortality is still becoming health problem. The risk of having a mother or baby’s death for the mother of childbirth is strongly influenced where a pregnant woman chooses a birth attendant. This study aimed to determine the factors that influence pregnant women in choosing birth attendants in the working area of Malakopa Health Center, Mentawai Islands District. This research is quantitative method with cross- sectional design. Data was collected at Malakopa Health Center, Mentawai Islands District, West Sumatera Province, in March 2017. The sampling technique was random sampling. Data was analyzed using SPSS. Collecting data through observation, interviews, and document review. The results of the study of pregnant women in the Malakopa Health Center area who chose to give birth with health workers were 62.9%, deliveries were assisted by non-health workers by 37.1%. The statistic test showed no significant relationship between internal and external factors in the group of pregnant women on the selection of birth attendants. It is recommended that in increasing coverage of health workers in the working area of the Malakopa Health Center, Mentawai District need special attention for health workers on factors that affect pregnant women in choosing birth attendants. \u0000Keywords: Pregnant Women, Birth attendants","PeriodicalId":170797,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-01-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129873306","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}