Penelitian ini bertujuan menganalisis karakteristik penggunaan habitat oleh lutung dahi putih (Presbytis frontata). Pengambilan data karakteristik penggunaan habitat dilakukan dengan cara observasi lapangan dan mengumpulkan sumber informasi warga setempat tentang satwa ini. Penelitian ini merupakan pendekatan pemahaman penggunaan habitat lutung dahi putih (Presbytis frontata) pada kawasan terfragmentasi. Hasil pengamatan karakteristik habitat, satwa ada pada hutan karet rakyat yang tidak memiliki jarak tanam antar pohon. Di lokasi pengamatan juga terdapat berbagai macam tanaman buah-buahan yang dibiarkan hidup liar, sehingga lokasi tersebut lebih tepatnya dapat dikatakan sebagai kebun campuran (Dukuh). Pengamatan tentang penggunaan habitat lutung dahi putih (Presbytis frontata) merupakan salah satu rangkaian yang merepresentasikan proses untuk menentukan strategi pengelolaan yang berkelanjutan pada satu kawasan.
{"title":"TIPE DAN KONDISI HABITAT LUTUNG DAHI PUTIH (Presbytis frontata) PADA KAWASAN TERFRAGMENTASI DI KECAMATAN KELUMPANG TENGAH KABUPATEN KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN","authors":"Anisah Fitri Nasution, Abdi Fithria, Kissinger Kissinger","doi":"10.20527/jht.v11i4.18190","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/jht.v11i4.18190","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan menganalisis karakteristik penggunaan habitat oleh lutung dahi putih (Presbytis frontata). Pengambilan data karakteristik penggunaan habitat dilakukan dengan cara observasi lapangan dan mengumpulkan sumber informasi warga setempat tentang satwa ini. Penelitian ini merupakan pendekatan pemahaman penggunaan habitat lutung dahi putih (Presbytis frontata) pada kawasan terfragmentasi. Hasil pengamatan karakteristik habitat, satwa ada pada hutan karet rakyat yang tidak memiliki jarak tanam antar pohon. Di lokasi pengamatan juga terdapat berbagai macam tanaman buah-buahan yang dibiarkan hidup liar, sehingga lokasi tersebut lebih tepatnya dapat dikatakan sebagai kebun campuran (Dukuh). Pengamatan tentang penggunaan habitat lutung dahi putih (Presbytis frontata) merupakan salah satu rangkaian yang merepresentasikan proses untuk menentukan strategi pengelolaan yang berkelanjutan pada satu kawasan.","PeriodicalId":17696,"journal":{"name":"Jurnal Hutan Tropis","volume":"85 3","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139163669","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-22DOI: 10.20527/jht.v11i4.18202
Mantika Lestari, Y. Fitriana, Kuswandono Kuswandono, Indra Gumay Febryano
Pola Kemitraan merupakan salah satu solusi untuk menangani konflik yang muncul antara pengelola taman nasional dengan masyarakat disekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kegiatan kemitraan antara Taman Nasional Way Kambas (TNWK) dengan Kelompok Tani Hutan (KTH) Wana Bhakti dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Pusat Informasi Lingkungan Indonesia (PILI) di Desa Rantau Jaya Udik II. Pengumpulan data dengan cara wawancara mendalam, observasi lapangan, dan studi dokumentasi.Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara kualitatif untuk membandingkan kegiatan kemitraan pemulihan ekosistem yang dilakukan oleh KTH Wana Bhakti dan LSM PILI. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan sistem kegiatan, pendonoran, pelaksana yang terlibat, maupun sarana prasarana yang ada. Bentuk kegiatanyang dilakukan KTH Wana Bhakti adalah penanaman tanaman endemik untuk pakan lebah yang meliputi kegiatan penyediaan bibit, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, serta penjagaan. Kegiatan utama usaha kelompok tani hutan yaitu budidaya lebah madu yang dapat dijadikan sebagai salah satu exit strategy sehingga masyarakat masih memiliki aktivitas di luar kawasan, pengelolaannya dapat dikembangkan menjadi sebuah jasa wisata alam berupa usaha kelompok budidaya lebah madu, sedangkan LSM PILItidak melaksanakan skema PKS kemitraan konservasi-pemulihan ekosistem.Bentuk kerjasama ini berupa pemulihan ekosistem dengan kegiatan yang hampir sama berupa penanaman tanaman di Zona Rehabilitasi untuk pemulihan di kawasan TNWK. Saran yang dapat diberikan mengingat LSM PILI di Dusun 1 tidak melakukan hal serupa selanjutnya diharapkan bisa ikut serta dalam pengelolaan dan pelestarian kawasan konservasi melalui PKS kemitraan konservasi-pemulihan ekosistem atau mekanisme lainnya sehingga masyarakat bisa difasilitasi dalam pengembangan kemitraan konservasi guna meningkatkan pendapatan masyarakat.KEMITRAAN DALAM KEGIATAN PEMULIHAN EKOSISTEM DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS:STUDI KASUS KERJASAMA DENGAN KELOMPOK TANI HUTAN WANA BHAKTI DAN LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT PILI DI DESA RANTAU JAYA UDIK II
合作模式是处理国家公园管理者与周边社区之间冲突的解决方案之一。本研究旨在比较 Way Kambas 国家公园(WKNP)与兰陶贾亚乌迪克二村的林农团体(KTH)Wana Bhakti 和非政府组织(NGO)Pusat Informasi Lingkungan Indonesia(PILI)之间的合作活动。然后对收集到的数据进行定性分析,比较 KTH Wana Bhakti 和非政府组织 PILI 开展的生态系统恢复合作活动。结果显示,双方在活动体系、捐助者、参与的实施者和现有基础设施方面存在差异。KTH Wana Bhakti 开展的活动形式是种植地方植物作为蜜蜂饲料,包括提供种子、整地、种植、维护和看护等活动。林农团体企业的主要活动是蜜蜂养殖,这可以作为一种退出战略,使社区在该地区之外仍有活动,其管理可以蜜蜂养殖团体企业的形式发展成自然旅游服务,而非政府组织 PIL 没有实施 PKS 的保护伙伴关系-生态系统恢复计划。 这种合作形式是生态系统恢复,活动形式几乎相同,都是在恢复区种植植物,以恢复西九龙国家公园地区。考虑到 Hamlet 1 中的 PILI 非政府组织并没有做同样的事情,可以提出的建议是,希望它 们通过保护伙伴关系--生态系统恢复 PKS 或其他机制参与保护区的管理和保护,从而促 进社区发展保护伙伴关系,增加社区收入。路坎巴斯国家公园生态系统恢复活动中的伙伴关系:与兰陶贾亚乌迪克二村的瓦纳巴 克蒂森林农民团体和皮利非政府组织合作的案例研究
{"title":"KEMITRAAN DALAM KEGIATAN PEMULIHAN EKOSISTEM DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS: STUDI KASUS KERJASAMA DENGAN KELOMPOK TANI HUTAN WANA BHAKTI DAN LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT PILI DI DESA RANTAU JAYA UDIK II","authors":"Mantika Lestari, Y. Fitriana, Kuswandono Kuswandono, Indra Gumay Febryano","doi":"10.20527/jht.v11i4.18202","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/jht.v11i4.18202","url":null,"abstract":"Pola Kemitraan merupakan salah satu solusi untuk menangani konflik yang muncul antara pengelola taman nasional dengan masyarakat disekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kegiatan kemitraan antara Taman Nasional Way Kambas (TNWK) dengan Kelompok Tani Hutan (KTH) Wana Bhakti dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Pusat Informasi Lingkungan Indonesia (PILI) di Desa Rantau Jaya Udik II. Pengumpulan data dengan cara wawancara mendalam, observasi lapangan, dan studi dokumentasi.Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara kualitatif untuk membandingkan kegiatan kemitraan pemulihan ekosistem yang dilakukan oleh KTH Wana Bhakti dan LSM PILI. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan sistem kegiatan, pendonoran, pelaksana yang terlibat, maupun sarana prasarana yang ada. Bentuk kegiatanyang dilakukan KTH Wana Bhakti adalah penanaman tanaman endemik untuk pakan lebah yang meliputi kegiatan penyediaan bibit, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, serta penjagaan. Kegiatan utama usaha kelompok tani hutan yaitu budidaya lebah madu yang dapat dijadikan sebagai salah satu exit strategy sehingga masyarakat masih memiliki aktivitas di luar kawasan, pengelolaannya dapat dikembangkan menjadi sebuah jasa wisata alam berupa usaha kelompok budidaya lebah madu, sedangkan LSM PILItidak melaksanakan skema PKS kemitraan konservasi-pemulihan ekosistem.Bentuk kerjasama ini berupa pemulihan ekosistem dengan kegiatan yang hampir sama berupa penanaman tanaman di Zona Rehabilitasi untuk pemulihan di kawasan TNWK. Saran yang dapat diberikan mengingat LSM PILI di Dusun 1 tidak melakukan hal serupa selanjutnya diharapkan bisa ikut serta dalam pengelolaan dan pelestarian kawasan konservasi melalui PKS kemitraan konservasi-pemulihan ekosistem atau mekanisme lainnya sehingga masyarakat bisa difasilitasi dalam pengembangan kemitraan konservasi guna meningkatkan pendapatan masyarakat.KEMITRAAN DALAM KEGIATAN PEMULIHAN EKOSISTEM DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS:STUDI KASUS KERJASAMA DENGAN KELOMPOK TANI HUTAN WANA BHAKTI DAN LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT PILI DI DESA RANTAU JAYA UDIK II","PeriodicalId":17696,"journal":{"name":"Jurnal Hutan Tropis","volume":"24 6","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139165379","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-22DOI: 10.20527/jht.v11i4.18198
Fouad Fauzi, Rizal Yogaswara, R. M. Sukarna, Milad Madiyawati, W. Wahyudi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran makanan Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus wurmbii) di Zona Khusus Laboratorium Alam Hutan Gambut (LAHG) Taman Nasional Sebangau dengan menggunakan Metode Point-Centered Quarter. Jumlah titik pengambilan sampel sebanyak 25 plot yaitu 10 titik pada transek 0 Barat Secret, 5 titik pada transek 0,4, transek 0,8 Barat dan Timur 1,3 dengan jarak tiap titik pengambilan sampel ± 50 meter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pohon makanan orangutan Kalimantan yang ditemukan di LAHG terdiri dari 54 spesies dari 22 famili. Hasil penelitian juga menunjukkan nilai Indeks Morisita sebesar 1,23 yang menunjukkan bahwa pola sebaran pohon pakan orangutan di LAHG termasuk pola sebaran yang mengelompok.
{"title":"PERSEBARAN POHON PAKAN ORANGUTAN KALIMANTAN (Pongo pygmaeus wurmbii) DI ZONA KHUSUS LABORATORIUM ALAM HUTAN GAMBUT (LAHG) TAMAN NASIONAL SEBANGAU KALIMANTAN TENGAH","authors":"Fouad Fauzi, Rizal Yogaswara, R. M. Sukarna, Milad Madiyawati, W. Wahyudi","doi":"10.20527/jht.v11i4.18198","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/jht.v11i4.18198","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran makanan Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus wurmbii) di Zona Khusus Laboratorium Alam Hutan Gambut (LAHG) Taman Nasional Sebangau dengan menggunakan Metode Point-Centered Quarter. Jumlah titik pengambilan sampel sebanyak 25 plot yaitu 10 titik pada transek 0 Barat Secret, 5 titik pada transek 0,4, transek 0,8 Barat dan Timur 1,3 dengan jarak tiap titik pengambilan sampel ± 50 meter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pohon makanan orangutan Kalimantan yang ditemukan di LAHG terdiri dari 54 spesies dari 22 famili. Hasil penelitian juga menunjukkan nilai Indeks Morisita sebesar 1,23 yang menunjukkan bahwa pola sebaran pohon pakan orangutan di LAHG termasuk pola sebaran yang mengelompok.","PeriodicalId":17696,"journal":{"name":"Jurnal Hutan Tropis","volume":"49 9","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139164677","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-22DOI: 10.20527/jht.v11i4.18205
Fawwaz Akbar, Arief Darmawan, Y. Fitriana, I. G. Febryano, Kuswandono Kuswandono, Nazaruddin Nazaruddin, Elisabeth Devi Krisnamurniati
Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan satwa yang dilindungi karena populasinya terus menurun sehingga dikategorikan sebagai spesies dengan status kritis oleh IUCN. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis parameter kesesuaian habitat gajah sumatera di Taman Nasional Way Kambas berdasarkan para ahli atau pemangku kepentingan dan memodelkannya dengan pendekatan Analytical Hierarchy Process (AHP). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2022 sampai dengan Januari 2023 di Kawasan Taman Nasional Way Kambas, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung. Data kuisioner didapatkan dari hasil wawancara para ahli yang diolah menggunakan software expert choice kemunian diinput ke dalam attribute table melalui ArcGIS untuk dikalkulasikan menjadi nilai akhir kesesuaian habitat gajah sumatera. Model kemudian divalidasi menggunakan data GPS Collar. Hasil penelitian menunjukkan parameter lingkungan yang paling berpengaruh adalah jarak dari sungai (nilai 0,319) dan jenis tutupan lahan (nilai 0,213). Nilai akhir menunjukkan bahwa kelas kesesuaian habitat gajah di TNWK adalah sangat sesuai (0,280-0,389), sesuai (0,170-0,280), dan tidak sesuai (0,061-0,170). Berdasarkan hasil validasi, didapatkan 65,3% tagging gajah berada pada kategori sangat sesuai, 33,2% tagging gajah berada pada kategori sesuai, dan 1,5% titik tagging gajah berada pada kategori tidak sesuai.
{"title":"PEMODELAN KESESUAIAN HABITAT GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus) DENGAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS","authors":"Fawwaz Akbar, Arief Darmawan, Y. Fitriana, I. G. Febryano, Kuswandono Kuswandono, Nazaruddin Nazaruddin, Elisabeth Devi Krisnamurniati","doi":"10.20527/jht.v11i4.18205","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/jht.v11i4.18205","url":null,"abstract":"Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan satwa yang dilindungi karena populasinya terus menurun sehingga dikategorikan sebagai spesies dengan status kritis oleh IUCN. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis parameter kesesuaian habitat gajah sumatera di Taman Nasional Way Kambas berdasarkan para ahli atau pemangku kepentingan dan memodelkannya dengan pendekatan Analytical Hierarchy Process (AHP). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2022 sampai dengan Januari 2023 di Kawasan Taman Nasional Way Kambas, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung. Data kuisioner didapatkan dari hasil wawancara para ahli yang diolah menggunakan software expert choice kemunian diinput ke dalam attribute table melalui ArcGIS untuk dikalkulasikan menjadi nilai akhir kesesuaian habitat gajah sumatera. Model kemudian divalidasi menggunakan data GPS Collar. Hasil penelitian menunjukkan parameter lingkungan yang paling berpengaruh adalah jarak dari sungai (nilai 0,319) dan jenis tutupan lahan (nilai 0,213). Nilai akhir menunjukkan bahwa kelas kesesuaian habitat gajah di TNWK adalah sangat sesuai (0,280-0,389), sesuai (0,170-0,280), dan tidak sesuai (0,061-0,170). Berdasarkan hasil validasi, didapatkan 65,3% tagging gajah berada pada kategori sangat sesuai, 33,2% tagging gajah berada pada kategori sesuai, dan 1,5% titik tagging gajah berada pada kategori tidak sesuai.","PeriodicalId":17696,"journal":{"name":"Jurnal Hutan Tropis","volume":"225 S731","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139165538","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-22DOI: 10.20527/jht.v11i4.18201
Liya Regita, Z. Abidin, Wiwin Tyas Istikowati
Pemanfaatan Hasil Hutan bukan kayu (HHBK) yang memiliki nilai ekonomi tinggi salah satunya sarang burung walet. Burung walet (Collocalia fuciphaga) merupakan spesies dari burung walet yang banyak di budidayakan di Indonesia. Nilai ekonomis yang dimiliki sarang walet ini adalah alasan utama mengapa usaha sarang walet banyak diminati oleh masyarakat. Usaha sarang burung walet berperan meningkatkan taraf ekonomi, bangunan sarang walet dengan ukuran yang beragam di Desa Batampang dan pengembangan usaha tersebut memiliki potensi yang sangat baik karena didukung oleh kondisi fisik lingkungan Desa Batampang yang terletak di pinggiran sungai sub DAS Barito. Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis hubungan ukuran bangunan, pendapatan, dan BEP (break event pont) di Desa Batampang Kabupaten Barito Selatan Kalimantan Tengah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yang pertama metode observasi yaitu dengan mengamati langsung objek penelitian sehinggga dapat diperoleh dari gambaran yang nyata dari keadaan sarang burung walet. Kedua, wawancara atau interview langsung dengan pemilik sarang walet di Desa Batampang, Kecamatan Dusun Hilir Kabupaten Barito Slatan, Kalimantan Tengah. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu tinggi dan luas bangunan mempengaruhi hasil produksi sarang burung walet. Rata-rata pendapatan bersih petani sarang burung walet di Desa Batampang Kecamatan Dusun Hilir Kabupaten Barito Selatan Kalimantan Tengah berukuran kecil, sedang, dan besar secara berurutan sebesar Rp.3.362.236,-/bulan (Rp.40.346.832,-/tahun),Rp.5.428.202,-/bulan (Rp.65.138.424,-/tahun), dan Rp.6.885.752,-/bulan (Rp.82.629.024,/tahun).Bangunan sarang burung walet berukuran sedang memiliki massa waktu panen paling sedikit untuk memperoleh laba atau keuntungan sehingga berada pada BEP (break event point).
{"title":"HUBUNGAN UKURAN BANGUNAN TERHADAP HASIL PRODUKSI SARANG BURUNG WALET (Collocalia Fuciphaga) DI DESA BATAMPANG KABUPATEN BARITO SELATAN KALIMANTAN TENGAH","authors":"Liya Regita, Z. Abidin, Wiwin Tyas Istikowati","doi":"10.20527/jht.v11i4.18201","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/jht.v11i4.18201","url":null,"abstract":"Pemanfaatan Hasil Hutan bukan kayu (HHBK) yang memiliki nilai ekonomi tinggi salah satunya sarang burung walet. Burung walet (Collocalia fuciphaga) merupakan spesies dari burung walet yang banyak di budidayakan di Indonesia. Nilai ekonomis yang dimiliki sarang walet ini adalah alasan utama mengapa usaha sarang walet banyak diminati oleh masyarakat. Usaha sarang burung walet berperan meningkatkan taraf ekonomi, bangunan sarang walet dengan ukuran yang beragam di Desa Batampang dan pengembangan usaha tersebut memiliki potensi yang sangat baik karena didukung oleh kondisi fisik lingkungan Desa Batampang yang terletak di pinggiran sungai sub DAS Barito. Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis hubungan ukuran bangunan, pendapatan, dan BEP (break event pont) di Desa Batampang Kabupaten Barito Selatan Kalimantan Tengah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yang pertama metode observasi yaitu dengan mengamati langsung objek penelitian sehinggga dapat diperoleh dari gambaran yang nyata dari keadaan sarang burung walet. Kedua, wawancara atau interview langsung dengan pemilik sarang walet di Desa Batampang, Kecamatan Dusun Hilir Kabupaten Barito Slatan, Kalimantan Tengah. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu tinggi dan luas bangunan mempengaruhi hasil produksi sarang burung walet. Rata-rata pendapatan bersih petani sarang burung walet di Desa Batampang Kecamatan Dusun Hilir Kabupaten Barito Selatan Kalimantan Tengah berukuran kecil, sedang, dan besar secara berurutan sebesar Rp.3.362.236,-/bulan (Rp.40.346.832,-/tahun),Rp.5.428.202,-/bulan (Rp.65.138.424,-/tahun), dan Rp.6.885.752,-/bulan (Rp.82.629.024,/tahun).Bangunan sarang burung walet berukuran sedang memiliki massa waktu panen paling sedikit untuk memperoleh laba atau keuntungan sehingga berada pada BEP (break event point).","PeriodicalId":17696,"journal":{"name":"Jurnal Hutan Tropis","volume":"93 5","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139163999","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Masyarakat lokal diketahui memiliki pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan yang berhubungan dengan pengelolaan sumber daya alam yang diperoleh secara turun temurun, termasuk masyarakat Jawa di lereng Gunung Slamet. Tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan cara pengelolaan lanskap berdasarkan kearifan masyarakat dan menganalisis struktur komunitas di setiap satuan lanskap. Penelitian dilakukan di Desa (1) Ragatunjung, (2) Cipetung, dan (2) Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Brebes, Jawa Tengah. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara semi terstruktur, dan analisis vegetasi. Wawancara semi terstruktur dilakukan kepada 8 informan kunci dan 83 responsden yang ditentukan secara purposive sampling dan snowball sampling terkait pengelolaan satuan lanskap yang selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Pengelolaan satuan lanskap menerapkan sistem agroforestri untuk lahan kering dan terasering untuk lahan basah serta menerapkan pola penanaman tumpang sari. Pola pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat terbukti memiliki nilai konservasi yaitu, sistem agroforestri, sistem terasering, pembuatan teras bangku, pembuatan bedengan, dan pemanfaatan sisa tanaman sebagai mulsa.
{"title":"Pengelolaan Satuan Lanskap Berbasis Kearifan Lokal Masyarakat Lereng Gunung Slamet (MLGS) di Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah","authors":"Nabela Fikriyya, Marina Silalahi, Rizmoon Nurul Zukarnaen, Nisyawati Nisyawati, Hendra Helmanto, Adinda Kurnia Putri","doi":"10.20527/jht.v11i3.17629","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/jht.v11i3.17629","url":null,"abstract":"Masyarakat lokal diketahui memiliki pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan yang berhubungan dengan pengelolaan sumber daya alam yang diperoleh secara turun temurun, termasuk masyarakat Jawa di lereng Gunung Slamet. Tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan cara pengelolaan lanskap berdasarkan kearifan masyarakat dan menganalisis struktur komunitas di setiap satuan lanskap. Penelitian dilakukan di Desa (1) Ragatunjung, (2) Cipetung, dan (2) Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Brebes, Jawa Tengah. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara semi terstruktur, dan analisis vegetasi. Wawancara semi terstruktur dilakukan kepada 8 informan kunci dan 83 responsden yang ditentukan secara purposive sampling dan snowball sampling terkait pengelolaan satuan lanskap yang selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Pengelolaan satuan lanskap menerapkan sistem agroforestri untuk lahan kering dan terasering untuk lahan basah serta menerapkan pola penanaman tumpang sari. Pola pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat terbukti memiliki nilai konservasi yaitu, sistem agroforestri, sistem terasering, pembuatan teras bangku, pembuatan bedengan, dan pemanfaatan sisa tanaman sebagai mulsa.","PeriodicalId":17696,"journal":{"name":"Jurnal Hutan Tropis","volume":"22 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135251791","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-10-08DOI: 10.20527/jht.v11i3.17633
Syahrial Fahmi, Lili Somantri, Riki Ridwana
Kecamatan Belinyu merupakan kecamatan penghasil timah terbesar di Kabupaten Bangka. Hal ini kemudian menjadikan pertambangan di Kecamatan Belinyu tumbuh tanpa terkendali dan pengawasan terhadap lingkungan tidak terlihat sehingga dampak lingkungan dari penambangan timah mengakibatkan perubahan alih fungsi lahan hutan yang sangat berdampak terhadap munculnya lahan kritis. Bahkan menurut BPS Bangka Belitung tahun 2016 kerusakan hutan secara keseluruhan di Bangka Belitung yang diakibatkan dari aktivitas penambangan timah sebesar 90 ribu hektar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan kerapatan kanopi hutan di Kecamatan Belinyu berdasarkan metode penginderaan jauh yaitu forest canopy density pada citra Sentinel-2A dengan analisis multiwaktu pada tahun 2016 dan 2022. Tujuan penelitian berikutnya adalah menganalisis hasil akurasi kerapatan kanopi hutan dari data citra sentinel 2A menggunakan Forest Canopy Density. Perubahan kanopi hutan selama tahun 2016 dan 2022 menunjukan perubahan kerapatan kanopi hutan yang paling luas pada kelas kerapatan rendah 1-10% menurun dari 14768.1 Ha menjadi 1561.54 Ha yaitu, sebesar 13206.56 Ha. Sedangkan berdasarkan pengolahan FCD untuk hasil analisis kerapatan kanopi hutan di Kecamatan Belinyu menggunakan Sentinel-2A tahun 2022 memiliki akurasi 86%.
{"title":"PEMANFAATAN CITRA SENTINEL-2A MULTI TEMPORAL UNTUK MONITORING PERUBAHAN KANOPI HUTAN KECAMATAN BELINYU KABUPATEN BANGKA MENGGUNAKAN ANALISIS FOREST CANOPY DENSITY","authors":"Syahrial Fahmi, Lili Somantri, Riki Ridwana","doi":"10.20527/jht.v11i3.17633","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/jht.v11i3.17633","url":null,"abstract":"Kecamatan Belinyu merupakan kecamatan penghasil timah terbesar di Kabupaten Bangka. Hal ini kemudian menjadikan pertambangan di Kecamatan Belinyu tumbuh tanpa terkendali dan pengawasan terhadap lingkungan tidak terlihat sehingga dampak lingkungan dari penambangan timah mengakibatkan perubahan alih fungsi lahan hutan yang sangat berdampak terhadap munculnya lahan kritis. Bahkan menurut BPS Bangka Belitung tahun 2016 kerusakan hutan secara keseluruhan di Bangka Belitung yang diakibatkan dari aktivitas penambangan timah sebesar 90 ribu hektar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan kerapatan kanopi hutan di Kecamatan Belinyu berdasarkan metode penginderaan jauh yaitu forest canopy density pada citra Sentinel-2A dengan analisis multiwaktu pada tahun 2016 dan 2022. Tujuan penelitian berikutnya adalah menganalisis hasil akurasi kerapatan kanopi hutan dari data citra sentinel 2A menggunakan Forest Canopy Density. Perubahan kanopi hutan selama tahun 2016 dan 2022 menunjukan perubahan kerapatan kanopi hutan yang paling luas pada kelas kerapatan rendah 1-10% menurun dari 14768.1 Ha menjadi 1561.54 Ha yaitu, sebesar 13206.56 Ha. Sedangkan berdasarkan pengolahan FCD untuk hasil analisis kerapatan kanopi hutan di Kecamatan Belinyu menggunakan Sentinel-2A tahun 2022 memiliki akurasi 86%.","PeriodicalId":17696,"journal":{"name":"Jurnal Hutan Tropis","volume":"61 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135251793","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-10-08DOI: 10.20527/jht.v11i3.17632
Siti Maimunah, Remario Remario, Hendriansyah Hendriansyah, Amrin F, Amin AM, A Fatchurrohman, Jay H. Samek, Bambang Supriyanto
PT Bumitama Gunajaya Agro berkomitmen untuk mendukung masyarakat melalui Krisnawati, H., W. C. Adinugroho, and R. Imanuddin. "Monograph allometric models for estimating tree biomass at various forest ecosystem types in Indonesia." Research and Development Center for Conservation and Rehabilitation, Forestry Research and Development Agency, Ministry of Forestry, Bogor (2012).pendekatan kemitraan pengelolaan perhutanan sosial di Hutan Sukses Manyam Sejahtera(SMS). Hal ini dilakukan agar pengelola mengetahui potensi spesies, nilai manfaatnya, potensi sumber pendapatan alternatif dari hasil hutan bukan kayu dan jasa lingkungan. Melalui kegiatan ini diharapkan akan terjadi transfer pengetahuan dengan harapan pengelola memiliki kompetensi dalam mengidentifikasi dan mengelola keanekaragaman hayati. Metodologi penelitian menggunakan metode untuk menilai keanekaragaman hayati yang dibuat oleh USAID LESTARI pada tahun 2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 62 petak dalam 1.032ha dengan intensitas pengambilan sampel 0,221% diketahui bahwa nilai rata-rata pemanfaatan hutan bagi masyarakat adalah 25,58065 dimana nilai tersebut dikategorikan bahwa hutan SMS merupakan hutan yang sehat (21-30). Kondisi hutan sebagian ditebangi secara ilegal oleh masyarakat untuk pertanian, yang masih berhutan hanya di daerah dengan kondisi topografi yang terjal, dengan kondisi hutan yang baik. Satwa liar yang ditemui sangat beragam, yaitu Haruwei. Haruwei (Merak Kalimantan), ayam hutan, beruang madu, rangkong, trenggiling, landak, babi hutan, bidawang dan ikan jejulong. Pertemuan dalam bentuk jejak kaki, pendengaran, penglihatan, sarang dan kotoran. HKm SMS menyediakan 45 spesies Flora dan fauna yang secara langsung bermanfaat bagi masyarakat dan 7 flora dan habitat unik yang bermanfaat secara budaya dan kearifan lokal. Kandungan karbon daerah ini 60.310,67 ton karbon dengan 131 spesies pohon dengan indeks Menhenick 4,01; Indeks Margalef 18,64; Indeks Shannon 4,27; Indeks Simpson 0,98 dan kemerataan 0,88. Potensi tersebut dapat dikembangkan untuk kegiatan di HKm SMS yang dapat dilakukan bersama dengan PT BGA dalam hal konservasi hutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
PT Bumitama Gunajaya Agro承诺通过Krisnawati、H、W. C. ahhgroho和R. lmanuddin来支持社区。“在印度尼西亚的形形色色森林生态系统中测量生物群谱的独白模型。”森林研究与发展中心,森林研究与发展机构,茂物部(2012)。森林社会森林管理伙伴关系的方法成功繁荣(短信)。这样做是为了让经理们了解物种的潜力、好处、替代林木产品和环境服务的潜在收入。通过这项活动,预计将进行知识的转移,希望管理人员有能力识别和管理生物多样性。研究方法采用了一种方法来评估美国国际开发署可持续发展公司在2018年创造的生物多样性。研究表明,在1032ha样本强度为0.221%的62块土地中,社区森林使用率为2558065块,该值将短信森林列为健康森林(21-30)。森林条件在一定程度上被社会非法砍伐,只在地势陡峭、森林条件良好的地区存在森林。Haruwei是世界上最丰富的野生动物之一。哈罗威(加里曼丹孔雀)、野鸡、蜜熊、犀鸟、穿山甲、豪猪、野猪肉和河豚。以脚印、听觉、视觉、巢穴和粪便的形式相遇。HKm短信为45种直接造福社会的动植物提供了7种本土文化和智慧独特的独特栖息地。该地区的碳含量为60.310.67吨,有131种树木,其中有Menhenick 4.01索引;野生动物指数18.64;香农指数4.27;辛普森0。98和圆。88。这一潜力可以开发为HKm短信的活动,这些活动可以与PT BGA一起在保护森林和改善社区福利方面进行。
{"title":"KEANEKARAGAMAN HAYATI, KEMANFAATAN HUTAN DAN SIMPANAN KARBON HKM SUKSES MANYAM SEJAHTERA DI LAMANDAU KALIMANTAN TENGAH","authors":"Siti Maimunah, Remario Remario, Hendriansyah Hendriansyah, Amrin F, Amin AM, A Fatchurrohman, Jay H. Samek, Bambang Supriyanto","doi":"10.20527/jht.v11i3.17632","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/jht.v11i3.17632","url":null,"abstract":"PT Bumitama Gunajaya Agro berkomitmen untuk mendukung masyarakat melalui Krisnawati, H., W. C. Adinugroho, and R. Imanuddin. \"Monograph allometric models for estimating tree biomass at various forest ecosystem types in Indonesia.\" Research and Development Center for Conservation and Rehabilitation, Forestry Research and Development Agency, Ministry of Forestry, Bogor (2012).pendekatan kemitraan pengelolaan perhutanan sosial di Hutan Sukses Manyam Sejahtera(SMS). Hal ini dilakukan agar pengelola mengetahui potensi spesies, nilai manfaatnya, potensi sumber pendapatan alternatif dari hasil hutan bukan kayu dan jasa lingkungan. Melalui kegiatan ini diharapkan akan terjadi transfer pengetahuan dengan harapan pengelola memiliki kompetensi dalam mengidentifikasi dan mengelola keanekaragaman hayati. Metodologi penelitian menggunakan metode untuk menilai keanekaragaman hayati yang dibuat oleh USAID LESTARI pada tahun 2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 62 petak dalam 1.032ha dengan intensitas pengambilan sampel 0,221% diketahui bahwa nilai rata-rata pemanfaatan hutan bagi masyarakat adalah 25,58065 dimana nilai tersebut dikategorikan bahwa hutan SMS merupakan hutan yang sehat (21-30). Kondisi hutan sebagian ditebangi secara ilegal oleh masyarakat untuk pertanian, yang masih berhutan hanya di daerah dengan kondisi topografi yang terjal, dengan kondisi hutan yang baik. Satwa liar yang ditemui sangat beragam, yaitu Haruwei. Haruwei (Merak Kalimantan), ayam hutan, beruang madu, rangkong, trenggiling, landak, babi hutan, bidawang dan ikan jejulong. Pertemuan dalam bentuk jejak kaki, pendengaran, penglihatan, sarang dan kotoran. HKm SMS menyediakan 45 spesies Flora dan fauna yang secara langsung bermanfaat bagi masyarakat dan 7 flora dan habitat unik yang bermanfaat secara budaya dan kearifan lokal. Kandungan karbon daerah ini 60.310,67 ton karbon dengan 131 spesies pohon dengan indeks Menhenick 4,01; Indeks Margalef 18,64; Indeks Shannon 4,27; Indeks Simpson 0,98 dan kemerataan 0,88. Potensi tersebut dapat dikembangkan untuk kegiatan di HKm SMS yang dapat dilakukan bersama dengan PT BGA dalam hal konservasi hutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.","PeriodicalId":17696,"journal":{"name":"Jurnal Hutan Tropis","volume":"29 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135250806","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-10-08DOI: 10.20527/jht.v11i3.17628
Musa Katanyane Musa Katanyane, Henderina Lelloltery, Billy.B. Seipala
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuai kesesuaian kawasan pantai untuk pengembangan ekowisata di Pulau Nusalaut. Metode yang digunakan adalah metode survei, dengan pengambilan data primer dan sekunder melalui teknik observasi. Pengambilan data primer meliputi data lingkungan perairan, lingkungan fisik pantai, luas areal yang digunakan untuk kegiatan wisata pantai dan waktu yang digunakan oleh wisatawan di kawasan pantai. Analisis data menggunakan indeks kesesuaian pantai. Kawasan yang berpasir sirimata dengan panjang 1,8 km. Kawasan berpasir putih dengan lebar 15 - 20 meter memberikan ruang bagi berbagai kegiatan wisata, ditunjang oleh pemandangan alam laut yang indah, serta kecerahan perairan yang tinggi (90 %), kecepatan arus yang rendah (0,16 m/det) menyebabkan pantai ini dapat menjadi destinasi wisata yang menjanjikan. Hasil analisis indeks kesesuaian ekowisata pantai menunjukan bahwa kawasan pantai sirimata negeri Titawae “Sangat Sesuai” untuk kegiatan wisata dengan nilai IKW = 95, 23 %
本研究旨在确定滨水岛生态旅游发展沿海地区的适配性。采用的方法是一种调查方法,通过观察技术提取初级和次要数据。主要数据检索包括水环境、海滩物理环境、用于海滩旅游的面积和沿海时间。使用海滩一致性索引进行数据分析。西里尔沙地长1.8公里(6英里)。15 - 20英尺宽的白色沙滩地区旅游活动提供空间,靠自然风景美丽的大海,以及亮度高的水域(90%),低电流的速度(m - det 0,16)使这个海滩成为有前途的旅游目的地。对沿海生态旅游兼容性指数的分析表明,提塔瓦的西里马塔瓦地区“非常适合”具有IKW价值的旅游活动= 99,23%
{"title":"KAJIAN EKOWISATA BERBASIS KESESUAIAN KAWASAN PANTAI SIRIMATA NEGERI TITAWAE KABUPATEN MALUKU TENGAH","authors":"Musa Katanyane Musa Katanyane, Henderina Lelloltery, Billy.B. Seipala","doi":"10.20527/jht.v11i3.17628","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/jht.v11i3.17628","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuai kesesuaian kawasan pantai untuk pengembangan ekowisata di Pulau Nusalaut. Metode yang digunakan adalah metode survei, dengan pengambilan data primer dan sekunder melalui teknik observasi. Pengambilan data primer meliputi data lingkungan perairan, lingkungan fisik pantai, luas areal yang digunakan untuk kegiatan wisata pantai dan waktu yang digunakan oleh wisatawan di kawasan pantai. Analisis data menggunakan indeks kesesuaian pantai. Kawasan yang berpasir sirimata dengan panjang 1,8 km. Kawasan berpasir putih dengan lebar 15 - 20 meter memberikan ruang bagi berbagai kegiatan wisata, ditunjang oleh pemandangan alam laut yang indah, serta kecerahan perairan yang tinggi (90 %), kecepatan arus yang rendah (0,16 m/det) menyebabkan pantai ini dapat menjadi destinasi wisata yang menjanjikan. Hasil analisis indeks kesesuaian ekowisata pantai menunjukan bahwa kawasan pantai sirimata negeri Titawae “Sangat Sesuai” untuk kegiatan wisata dengan nilai IKW = 95, 23 %","PeriodicalId":17696,"journal":{"name":"Jurnal Hutan Tropis","volume":"46 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135251790","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
DAS Semangka merupakan salah satu DAS penting yang ada di WS Semangka, penggunaan lahan di DAS Semangka didominasi oleh pertanian lahan kering campuran dan pertanian lahan kering. Potensi pendayagunaan sumberdaya air DAS Semangka cukup tinggi. Namun, saat ini keberadaan sumberdaya air DAS Semangka juga cenderung mengkhawatirkan, yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti misalnya pencemaran, penggundulan hutan, kegiatan pertanian yang mengabaikan kelestarian ekosistem, berubahnya fungsi lahan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis erosi yang terjadi pada DAS Semangka menggunakan metode USLE berbasis SIG pada wilayah DAS Semangka. Hal ini sangat penting untuk dilakukan agar dapat menjadi bahan pertimbangan untuk pengelolaan DAS Semangka. Metode pelaksanaan penelitian dimulai dengan menentukan batas daerah penelitian di DAS Semangka, menentukan curah hujan tiap wilayah pos hujan dan menentukan nilai erosivitasnya (R) dengan analisis polygon thiessen, selanjutnya melakukan pengolahan data SHP peta erodibilitas tanah (K), Kelerengan (LS) dan penggunaan lahan (CP), lalu penghitungan prediksi erosi dengan rumus USLE dan membuat layout peta hasil pendugaan erosi pada DAS Semangka. Hasil penelitian erosi yang terjadi pada DAS Semangka sebesar 129,69 ton/ha/tahun dengan klasifikasi kelas erosi sangat rendah 23,33%, rendah 20,38%, sedang 19,05%, tinggi 34,85% dan sangat tinggi 2,40%. Upaya penurunan erosi dengan menggunakan Skenario 1 dengan luas tutupan hutan pada DAS Semangka sebesar 30% dari luas DAS yaitu 48.354,10 Ha menurunkan erosi sebesar 51%, Skenario 2 yaitu Kawasan hutan memiliki tutupan lahan berhutan seluas 59.652,19 Ha (42 % dari luas DAS), kondisi ini menurunkan erosi yang terjadi pada DAS Semangka sebesar 59% dan Skenario 3 Kawasan tutupan lahan berhutan melakukan penerapan KTA (Konservasi Tanah dan Air) secara mekanik dengan teras bangku pada lahan pertanian dan sawah dengan kelerangan mulai 25% sampai dengan >45% kondisi ini menurunkan erosi sebesar 72%. Upaya perbaikan DAS dengan melakukan Rehabilitasi Hutan dan Lahan.
{"title":"ESTIMASI TINGKAT BAHAYA EROSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE USLE DAN ARAHAN KONSERVASI PADA DAS SEMANGKA, LAMPUNG","authors":"Tommy Arisandy, Slamet Budi Yuwono, Irwan Sukri Banuwa, Endro Prasetyo Wahono, Dyah Indriana Kusumastuti, Teguh Endaryanto","doi":"10.20527/jht.v11i3.17635","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/jht.v11i3.17635","url":null,"abstract":"DAS Semangka merupakan salah satu DAS penting yang ada di WS Semangka, penggunaan lahan di DAS Semangka didominasi oleh pertanian lahan kering campuran dan pertanian lahan kering. Potensi pendayagunaan sumberdaya air DAS Semangka cukup tinggi. Namun, saat ini keberadaan sumberdaya air DAS Semangka juga cenderung mengkhawatirkan, yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti misalnya pencemaran, penggundulan hutan, kegiatan pertanian yang mengabaikan kelestarian ekosistem, berubahnya fungsi lahan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis erosi yang terjadi pada DAS Semangka menggunakan metode USLE berbasis SIG pada wilayah DAS Semangka. Hal ini sangat penting untuk dilakukan agar dapat menjadi bahan pertimbangan untuk pengelolaan DAS Semangka. Metode pelaksanaan penelitian dimulai dengan menentukan batas daerah penelitian di DAS Semangka, menentukan curah hujan tiap wilayah pos hujan dan menentukan nilai erosivitasnya (R) dengan analisis polygon thiessen, selanjutnya melakukan pengolahan data SHP peta erodibilitas tanah (K), Kelerengan (LS) dan penggunaan lahan (CP), lalu penghitungan prediksi erosi dengan rumus USLE dan membuat layout peta hasil pendugaan erosi pada DAS Semangka. Hasil penelitian erosi yang terjadi pada DAS Semangka sebesar 129,69 ton/ha/tahun dengan klasifikasi kelas erosi sangat rendah 23,33%, rendah 20,38%, sedang 19,05%, tinggi 34,85% dan sangat tinggi 2,40%. Upaya penurunan erosi dengan menggunakan Skenario 1 dengan luas tutupan hutan pada DAS Semangka sebesar 30% dari luas DAS yaitu 48.354,10 Ha menurunkan erosi sebesar 51%, Skenario 2 yaitu Kawasan hutan memiliki tutupan lahan berhutan seluas 59.652,19 Ha (42 % dari luas DAS), kondisi ini menurunkan erosi yang terjadi pada DAS Semangka sebesar 59% dan Skenario 3 Kawasan tutupan lahan berhutan melakukan penerapan KTA (Konservasi Tanah dan Air) secara mekanik dengan teras bangku pada lahan pertanian dan sawah dengan kelerangan mulai 25% sampai dengan >45% kondisi ini menurunkan erosi sebesar 72%. Upaya perbaikan DAS dengan melakukan Rehabilitasi Hutan dan Lahan.","PeriodicalId":17696,"journal":{"name":"Jurnal Hutan Tropis","volume":"56 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135251795","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}