Perilaku makan anak adalah suatu tingkah laku, yang dapat dilihat dan diamati, yang dilakukan oleh anak dalam rangka memenuhi kebutuhan makan yang merupakan kebutuhan dasar yang bersifat fisiologis, merupakan reaksi terhadap stimulus yang berasal dari dalam dirinya dan juga dari luar dirinya. Pada anak usia sekolah dasar kelas rendah (umur 7-10 tahun), anak sudah dapat menentukan makanan yang disukai karena mereka sudah mengenal lingkungan, sedangkan pada anak usia sekolah dasar (umur >10-13 tahun) tahun sudah harus dibagi dalam jenis kelaminnya mengingat kebutuhan mereka yang berbeda. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis perbedaan perilaku makan anak usia sekolah dasar kelas rendah (7-9 tahun) dan kelas tinggi (10-12 tahun) di SD Cikancung 04 Desa Mandalasari Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung. Penelitian ini merupakan penelitian korelasi dengan teknik pengambilan data total sampling. Sampel penelitian berjumlah 170 orang meliputi anak kelas 1 sampai 6, pengumpulan data untuk mengukur perilaku makan dilakukan dengan menggunakan kuesioner baku Child Eating Behaviour Questionnaire (CEBQ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan perilaku makan pada anak usia sekolah dasar kelas rendah (7-9 tahun) dengan kelas tinggi (10-12 tahun)
{"title":"Perbedaan Perilaku Makan Pada Anak Usia Sekolah Dasar (Kelas Rendah Dan Kelas Tinggi; Mana Yang Lebih Baik?)","authors":"Maya Indriati, Novi Audina","doi":"10.38037/JSM.V15I1.170","DOIUrl":"https://doi.org/10.38037/JSM.V15I1.170","url":null,"abstract":"Perilaku makan anak adalah suatu tingkah laku, yang dapat dilihat dan diamati, yang dilakukan oleh anak dalam rangka memenuhi kebutuhan makan yang merupakan kebutuhan dasar yang bersifat fisiologis, merupakan reaksi terhadap stimulus yang berasal dari dalam dirinya dan juga dari luar dirinya. Pada anak usia sekolah dasar kelas rendah (umur 7-10 tahun), anak sudah dapat menentukan makanan yang disukai karena mereka sudah mengenal lingkungan, sedangkan pada anak usia sekolah dasar (umur >10-13 tahun) tahun sudah harus dibagi dalam jenis kelaminnya mengingat kebutuhan mereka yang berbeda. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis perbedaan perilaku makan anak usia sekolah dasar kelas rendah (7-9 tahun) dan kelas tinggi (10-12 tahun) di SD Cikancung 04 Desa Mandalasari Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung. Penelitian ini merupakan penelitian korelasi dengan teknik pengambilan data total sampling. Sampel penelitian berjumlah 170 orang meliputi anak kelas 1 sampai 6, pengumpulan data untuk mengukur perilaku makan dilakukan dengan menggunakan kuesioner baku Child Eating Behaviour Questionnaire (CEBQ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan perilaku makan pada anak usia sekolah dasar kelas rendah (7-9 tahun) dengan kelas tinggi (10-12 tahun)","PeriodicalId":17702,"journal":{"name":"Jurnal Sehat Masada","volume":"13 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87840197","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa, dimulai pada saat kematangan seksual yaitu antara usia 10-12 tahun sampai 20 tahun, menjelang dewasa muda, anak jalanan merupakan anak yang melewatkan atau memanfaatkan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan sehari-hari dijalanan termasuk dilingkungan pasar, pertokoan dan pusat-pusat keramaian lainnya (Kementerian Sosial, 2016). Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku remaja jalanan terhadap kesehatan reproduksi di Yayasan Pembina Asuhan Bunda (YPAB) Kota Batam tahun 2019. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan survei analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai September 2019 di YPAB tahun 2019. Populasi dalam penelitian ini adalah 101 responden dengan jumlah sampel 101 responden, menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan instrumen kuisioner dan diisi oleh responden. Data dalam bentuk tabel dan tekstual analis mengunakan Chi-square. Hasil uji statistik diperoleh 28 responden (56,6%) berpengetahuan kurang, sikap negatif sebanyak 27 orang (54,0%), pengaruh teman sebaya sebanyak 34 orang ( 68,0%) dan pengaruh akses media sosial sebanyak 31 orang (62,0%). Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap teman sebaya dan akses media sosial dengan perilaku remaja jalanan terhadap kesehatan reproduksi di YPAB Kota Batam tahun 2019.
{"title":"Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Remaja Jalanan terhadap Kesehatan Reproduksi di Yayasan Pembina Asuhan Bunda (YPAB) Kota Batam","authors":"Ulpawati Ulpawati, Susanti Susanti","doi":"10.38037/jsm.v15i1.159","DOIUrl":"https://doi.org/10.38037/jsm.v15i1.159","url":null,"abstract":"Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa, dimulai pada saat kematangan seksual yaitu antara usia 10-12 tahun sampai 20 tahun, menjelang dewasa muda, anak jalanan merupakan anak yang melewatkan atau memanfaatkan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan sehari-hari dijalanan termasuk dilingkungan pasar, pertokoan dan pusat-pusat keramaian lainnya (Kementerian Sosial, 2016). \u0000Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku remaja jalanan terhadap kesehatan reproduksi di Yayasan Pembina Asuhan Bunda (YPAB) Kota Batam tahun 2019. \u0000Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan survei analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai September 2019 di YPAB tahun 2019. Populasi dalam penelitian ini adalah 101 responden dengan jumlah sampel 101 responden, menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan instrumen kuisioner dan diisi oleh responden. Data dalam bentuk tabel dan tekstual analis mengunakan Chi-square. \u0000Hasil uji statistik diperoleh 28 responden (56,6%) berpengetahuan kurang, sikap negatif sebanyak 27 orang (54,0%), pengaruh teman sebaya sebanyak 34 orang ( 68,0%) dan pengaruh akses media sosial sebanyak 31 orang (62,0%). Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap teman sebaya dan akses media sosial dengan perilaku remaja jalanan terhadap kesehatan reproduksi di YPAB Kota Batam tahun 2019.","PeriodicalId":17702,"journal":{"name":"Jurnal Sehat Masada","volume":"15 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84735916","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Secara statistik sekitar 3% anak usia 1-3 tahun di Indonesia tidak bisa mencapai perkembangan motorik halusnyanya tepat waktu. Penelitian bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan perkembangan motorik halus pada anak batita di Posyandu Anggrek Merah RW 08 Cilolohan Kelurahan Kahuripan Kota Tasikmalaya. Jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan penelitian analitik observasional dan pendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian adalah anak batita dengan jumlah 48 anak. Teknik sampling yang digunakan yaitu Total Sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dan format Denver II. Hasil penelitian menunjukkan ibu-ibu dari batita memiliki riwayat pendidikan rendah (SD-SMP) 47,92%, responden batita laki-laki 52,1%, perempuan 47,9%, riwayat tidak ASI Ekslusif 54,2%, status gizi batita normal 91,7%, pola asuh positif 68,8%, batita stimulasi baik maupun stimulasi buruk 50%, dan batita dengan perkembangan motorik halus normal 95,8%. Hasil analisa uji Chi-Square didapatkan faktor yang berhubungan dengan perkembangan motorik halus anak batita yaitu faktor status gizi (p=0.015<0.05). Sedangkan antara faktor pendidikan ibu, jenis kelamin anak, pemberian ASI Ekslusif, pola asuh orang tua dan stimulasi tidak ada hubungan dengan perkembangan motorik halus pada anak batita. Posyandu diharapkan dapat melakukan pendidikan kesehatan terhadap ibu mengenai pentingnya pemantauan perkembangan motorik anak dan meningkatkan pelayanan kesehatan optimal dalam pemulihan status gizi anak batita sehingga perkembangan motorik halus anak dapat berkembang sesuai tahapan usianya.
据统计,印度尼西亚约有3%的1-3岁儿童无法及时完成halusny运动发育。这项研究旨在分析波尚杜红兰(Posyandu red RW RW 08 Cilolohan)“塔斯克马来亚”市巴塔塔基亚儿童的精细运动发育相关因素。一种定量描述性研究与分析分析研究和跨部门方法方法。研究人口为48名儿童的蝙蝠女。采用的采样技术是总抽样。研究工具使用问卷调查和丹佛ll格式。研究表明,batita的母亲有低学历,男性受访者52.1%,女性47.9%,非专利母乳喂养史54.2%,正常营养状况91.7%来自chi square的测试分析发现,与batita儿童的精细运动发育有关的营养状况因素(p= 015<0.05)。然而,母亲教育、孩子的性别、独家母乳喂养、父母教养和刺激与巴塔孩子的精细运动发展没有关系。Posyandu被期望对母亲进行健康教育,教她监控儿童运动发展的重要性,并提高巴士塔儿童营养状况恢复的最佳健康服务,这样孩子的精细运动发展就能随着年龄的增长而发展。
{"title":"Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Bawah Tiga Tahun (Batita/Toddler) di Posyandu Anggrek Merah RW 08 Cilolohan Kelurahan Kahuripan Kota Tasikmalaya","authors":"Fitri Meilani, A. Musthofa","doi":"10.38037/JSM.V15I1.168","DOIUrl":"https://doi.org/10.38037/JSM.V15I1.168","url":null,"abstract":"Secara statistik sekitar 3% anak usia 1-3 tahun di Indonesia tidak bisa mencapai perkembangan motorik halusnyanya tepat waktu. Penelitian bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan perkembangan motorik halus pada anak batita di Posyandu Anggrek Merah RW 08 Cilolohan Kelurahan Kahuripan Kota Tasikmalaya. Jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan penelitian analitik observasional dan pendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian adalah anak batita dengan jumlah 48 anak. Teknik sampling yang digunakan yaitu Total Sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dan format Denver II. Hasil penelitian menunjukkan ibu-ibu dari batita memiliki riwayat pendidikan rendah (SD-SMP) 47,92%, responden batita laki-laki 52,1%, perempuan 47,9%, riwayat tidak ASI Ekslusif 54,2%, status gizi batita normal 91,7%, pola asuh positif 68,8%, batita stimulasi baik maupun stimulasi buruk 50%, dan batita dengan perkembangan motorik halus normal 95,8%. Hasil analisa uji Chi-Square didapatkan faktor yang berhubungan dengan perkembangan motorik halus anak batita yaitu faktor status gizi (p=0.015<0.05). Sedangkan antara faktor pendidikan ibu, jenis kelamin anak, pemberian ASI Ekslusif, pola asuh orang tua dan stimulasi tidak ada hubungan dengan perkembangan motorik halus pada anak batita. Posyandu diharapkan dapat melakukan pendidikan kesehatan terhadap ibu mengenai pentingnya pemantauan perkembangan motorik anak dan meningkatkan pelayanan kesehatan optimal dalam pemulihan status gizi anak batita sehingga perkembangan motorik halus anak dapat berkembang sesuai tahapan usianya.","PeriodicalId":17702,"journal":{"name":"Jurnal Sehat Masada","volume":"56 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"76798412","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Nur Hajri Rabbani, Desi Utami Helisarah, Suparni Suparni, M. Pamungkas
Faktor risiko paling signifikan untuk presbiopia adalah usia. Namun, ketika gejala presbiopia terjadi lebih awal dari biasanya, itu disebut dengan presbiopia dini. Presbiopi dini adalah berkurangnya kemampuan akomodasi penglihatan jarak dekat mata yang lebih cepat dari perkiraan. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui apa saja faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya presbiopia dini. Melakukan kajian literatur untuk mengetahui distribusi usia kejadian presbiopia dini dan mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan presbiopia dini. Penelitian ini dilakukan dengan metode study literature yaitu cara yang dipakai untuk menghimpun data-data atau sumber-sumber yang berhubungan dengan topik yang diangkat dalam suatu penelitian. Berdasarkan hasil kajian literatur dari beberapa jurnal dan hasil penelitian menunjukan bahwa kisaran usia penderita presbiopia dini berada pada jarak usia 36-39 tahun. Adapun faktor risiko yang mempengaruhi kejadian presbiopia dini yaitu : jenis kelamin (gender), penggunaan gadget dan aktivitas melihat dekat, kebiasaan merokok dan penggunaan tembakau, dan kelainan refraksi. Diharapkan kajian literatur ini dapat digunakan sebagai prediksi awal dalam penatalaksanaan pemeriksaan mata dasar dilihat dari aktivitas kesehariannya dan pola hidupnya dan juga diharapkan kajian literatur dapat ini menjadi acuan bagi refraksionis optisien dalam menangani pasien yang memiliki keluhan melihat dekat agar tidak ragu dalam memberikan koreksi addisi kepada pasien dengan usia <40 tahun. Diharapkan kajian literatur ini dapat digunakan sebagai prediksi awal dalam penatalaksanaan pemeriksaan mata dasar dilihat dari aktivitas kesehariannya dan pola hidupnya.
{"title":"Faktor Risiko Kejadian Presbiopia Dini","authors":"Nur Hajri Rabbani, Desi Utami Helisarah, Suparni Suparni, M. Pamungkas","doi":"10.38037/JSM.V15I1.172","DOIUrl":"https://doi.org/10.38037/JSM.V15I1.172","url":null,"abstract":"Faktor risiko paling signifikan untuk presbiopia adalah usia. Namun, ketika gejala presbiopia terjadi lebih awal dari biasanya, itu disebut dengan presbiopia dini. Presbiopi dini adalah berkurangnya kemampuan akomodasi penglihatan jarak dekat mata yang lebih cepat dari perkiraan. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui apa saja faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya presbiopia dini. Melakukan kajian literatur untuk mengetahui distribusi usia kejadian presbiopia dini dan mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan presbiopia dini. Penelitian ini dilakukan dengan metode study literature yaitu cara yang dipakai untuk menghimpun data-data atau sumber-sumber yang berhubungan dengan topik yang diangkat dalam suatu penelitian. Berdasarkan hasil kajian literatur dari beberapa jurnal dan hasil penelitian menunjukan bahwa kisaran usia penderita presbiopia dini berada pada jarak usia 36-39 tahun. Adapun faktor risiko yang mempengaruhi kejadian presbiopia dini yaitu : jenis kelamin (gender), penggunaan gadget dan aktivitas melihat dekat, kebiasaan merokok dan penggunaan tembakau, dan kelainan refraksi. Diharapkan kajian literatur ini dapat digunakan sebagai prediksi awal dalam penatalaksanaan pemeriksaan mata dasar dilihat dari aktivitas kesehariannya dan pola hidupnya dan juga diharapkan kajian literatur dapat ini menjadi acuan bagi refraksionis optisien dalam menangani pasien yang memiliki keluhan melihat dekat agar tidak ragu dalam memberikan koreksi addisi kepada pasien dengan usia <40 tahun. Diharapkan kajian literatur ini dapat digunakan sebagai prediksi awal dalam penatalaksanaan pemeriksaan mata dasar dilihat dari aktivitas kesehariannya dan pola hidupnya.","PeriodicalId":17702,"journal":{"name":"Jurnal Sehat Masada","volume":"16 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86240305","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Pada kelompok yang dikategorikan lansia akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process. Perubahan fisik yang terjadi pada lanjut usia salah satunya pada sistem perkemihan yaitu penurunan tonus otot vagina dan otot pintu saluran kemih. Kajian Literatur ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keggel exercise terhadap inkontinensia urine pada lansia. Metode berupa analisis deskriptif dengan metode analisis data menggunakan Literature review. Semua jurnal temuan tersebut membahas tentang pengaruh keggel exercise terhadap inkontinensia urin pada lansia. Hasil kajian literature review dari 20 jurnal menunjukan bahwa hanya satu jurnal yang memaparkan bahwa kegel exercise ini tidak memiliki perubahan yang signifikan pada lansia dengan inkontinensia urine. Sedangkan 19 jurnal lainnya mengatakan hal sebaliknya. keggel exercise ini terbukti dapat memperkuat otot – otot panggul atau pelvis sehingga dapat melatih dan memperkuat sfingter eksternal pada kandung kemih. Kesimpulannya adalah terdapat pengaruh inkontinensia urine sebelum dan sesudah dilakukan latihan keggel exercise pada lansia. Latihan keggel dapat mengurangi inkontinensia urine. Saran untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan desain penelitian yang berbeda untuk membandingkan subjek penelitian pada variabel keggel exercise terhadap inkontinensia urine pada lansia.
{"title":"Pengaruh Kegel Exercise Terhadap Inkontinensia Urine Pada Lansia","authors":"Usan Daryaman","doi":"10.38037/JSM.V15I1.177","DOIUrl":"https://doi.org/10.38037/JSM.V15I1.177","url":null,"abstract":"Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Pada kelompok yang dikategorikan lansia akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process. Perubahan fisik yang terjadi pada lanjut usia salah satunya pada sistem perkemihan yaitu penurunan tonus otot vagina dan otot pintu saluran kemih. Kajian Literatur ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keggel exercise terhadap inkontinensia urine pada lansia. Metode berupa analisis deskriptif dengan metode analisis data menggunakan Literature review. Semua jurnal temuan tersebut membahas tentang pengaruh keggel exercise terhadap inkontinensia urin pada lansia. Hasil kajian literature review dari 20 jurnal menunjukan bahwa hanya satu jurnal yang memaparkan bahwa kegel exercise ini tidak memiliki perubahan yang signifikan pada lansia dengan inkontinensia urine. Sedangkan 19 jurnal lainnya mengatakan hal sebaliknya. keggel exercise ini terbukti dapat memperkuat otot – otot panggul atau pelvis sehingga dapat melatih dan memperkuat sfingter eksternal pada kandung kemih. Kesimpulannya adalah terdapat pengaruh inkontinensia urine sebelum dan sesudah dilakukan latihan keggel exercise pada lansia. Latihan keggel dapat mengurangi inkontinensia urine. Saran untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan desain penelitian yang berbeda untuk membandingkan subjek penelitian pada variabel keggel exercise terhadap inkontinensia urine pada lansia.","PeriodicalId":17702,"journal":{"name":"Jurnal Sehat Masada","volume":"80 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"79770956","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Lanjut usia yang mengalami gangguan demensia akan menemui berbagai masalah dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Semakin berat gangguan demensia yang dialami lansia, semakin sulit lansia dapat melakukan aktivitas secara mandiri. Lansia yang berada di PSTW Nazareth sebanyak 17 orang mengalami demensia dan mengalami gangguan fungsi kognitif dan perilaku. Tujuan dari Penelitian ini adalah mengetahui profil aktivitas sehari-hari lansia yang mengalami demensia di PSTW Nazareth Kota Bandung. Jenis Penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Populasi adalah seluruh lansia yang terdiagnosa demensia di Panti Nazareth Kota Bandung. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling dengan jumlah sampel adalah 17 orang. Kuesioner yang dipakai adalah Barthel Indeks Modifikasi sudah baku serta valid. Analisa Data menggunakan distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan dari 17 responden lansia, sebanyak 4 lansia (23,5%) berada pada kategori mandiri, 11 orang (64,7%) dengan kategori ketergantungan ringan dan 2 orang (11,8%) dengan kategori ketergantungan sedang. Saran bagi panti Nazareth Memberikan kegiatan yang lebih bervariasi lagi selain senam yang dilakukan secara rutin misal jenis senamnya latihan senam otak, relaksasi progresif,dll, memberikan kegiatan yang produktif seperti membuat handycraft yang sesuai dengan kemampuan lansia, memfasilitasi untuk bertukar informasi tentang kesehatan lansia dengan membaca informasi-informasi di grup whatsap serta tetap mendampingi lansia selama melakukan aktivitas sehari-hari
{"title":"Profil Aktivitas Sehari-Hari Lansia Demensia di Panti Sosial Tresna Wredha Nazareth Kota Bandung","authors":"Erlina Fazriana, Maria Roslinda Dua Luju","doi":"10.38037/JSM.V15I1.171","DOIUrl":"https://doi.org/10.38037/JSM.V15I1.171","url":null,"abstract":"Lanjut usia yang mengalami gangguan demensia akan menemui berbagai masalah dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Semakin berat gangguan demensia yang dialami lansia, semakin sulit lansia dapat melakukan aktivitas secara mandiri. Lansia yang berada di PSTW Nazareth sebanyak 17 orang mengalami demensia dan mengalami gangguan fungsi kognitif dan perilaku. Tujuan dari Penelitian ini adalah mengetahui profil aktivitas sehari-hari lansia yang mengalami demensia di PSTW Nazareth Kota Bandung. Jenis Penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Populasi adalah seluruh lansia yang terdiagnosa demensia di Panti Nazareth Kota Bandung. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling dengan jumlah sampel adalah 17 orang. Kuesioner yang dipakai adalah Barthel Indeks Modifikasi sudah baku serta valid. Analisa Data menggunakan distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan dari 17 responden lansia, sebanyak 4 lansia (23,5%) berada pada kategori mandiri, 11 orang (64,7%) dengan kategori ketergantungan ringan dan 2 orang (11,8%) dengan kategori ketergantungan sedang. Saran bagi panti Nazareth Memberikan kegiatan yang lebih bervariasi lagi selain senam yang dilakukan secara rutin misal jenis senamnya latihan senam otak, relaksasi progresif,dll, memberikan kegiatan yang produktif seperti membuat handycraft yang sesuai dengan kemampuan lansia, memfasilitasi untuk bertukar informasi tentang kesehatan lansia dengan membaca informasi-informasi di grup whatsap serta tetap mendampingi lansia selama melakukan aktivitas sehari-hari","PeriodicalId":17702,"journal":{"name":"Jurnal Sehat Masada","volume":"34 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"73515314","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jumlah perokok di Indonesia cenderung bertambah yaitu 31,5% dari penduduk Indonesia tahun 2001, bahkan lebih dari 50 % dengan sampel di suatu daerah, dan semakin dini segi usia memulai merokok. Menurut kemenkes, 2020 Perokok lebih mungkin terjangkit COVID-19 dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui Perilaku Merokok di Masa Pandemi COVID-19. Jenis penelitian yang dilakukan adalah Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif Deskriptif. populasi yang digunakan sebagai penelitian adalah semua perokok yang mengisi google form yang dibagikan dengan jumlah sampel sebanyak 112 orang. Hasil penelitian menunjukan terdapat 44 responden (39,3%) merokok di rumah, sebanyak 15 responden (13,4%) merokok di tempat kerja dan sebanyak 53 responden (47,3%) menyatakan merokok ditempat lainnnya. terdapat 52 responden (46,4%) menghabiskan rokok < 6 batang setiap hari, dan sebanyak 60 responden (53,6%) menghabiskan ≥6 batang rokok setiap hari nya. terdapat 51 responden (45,5%) menyatakan meningkat konsumsi rokok setiap hari, sebanyak 40 responden (35,7%) menyatakan tetap, dan sebanyak 21 responden (18,8%) menyatakan tetap. terdapat 38 responden (33,9%) menyatakan alasan tetap merokok karena cemas, panic dan stres, sebanyak 45 responden (40,2%) menyatakan kurang aktivitas, sebanyak 20 responden (17,9%) menyatakan kebiasaan dan sebanyak 9 responden (8,0%) menyatakan lainnya. Disarankan dapat berkontribusi dalam penyebaran informasi dan edukasi kesehatan tentang bahaya merokok, serta mendorong penelitian yang terkait hubungan merokok dengan kejadian COVID-19
{"title":"Perilaku Merokok di Masa Covid-19","authors":"Ejeb Ruhyat","doi":"10.38037/JSM.V15I1.178","DOIUrl":"https://doi.org/10.38037/JSM.V15I1.178","url":null,"abstract":"Jumlah perokok di Indonesia cenderung bertambah yaitu 31,5% dari penduduk Indonesia tahun 2001, bahkan lebih dari 50 % dengan sampel di suatu daerah, dan semakin dini segi usia memulai merokok. Menurut kemenkes, 2020 Perokok lebih mungkin terjangkit COVID-19 dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui Perilaku Merokok di Masa Pandemi COVID-19. Jenis penelitian yang dilakukan adalah Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif Deskriptif. populasi yang digunakan sebagai penelitian adalah semua perokok yang mengisi google form yang dibagikan dengan jumlah sampel sebanyak 112 orang. \u0000Hasil penelitian menunjukan terdapat 44 responden (39,3%) merokok di rumah, sebanyak 15 responden (13,4%) merokok di tempat kerja dan sebanyak 53 responden (47,3%) menyatakan merokok ditempat lainnnya. terdapat 52 responden (46,4%) menghabiskan rokok < 6 batang setiap hari, dan sebanyak 60 responden (53,6%) menghabiskan ≥6 batang rokok setiap hari nya. terdapat 51 responden (45,5%) menyatakan meningkat konsumsi rokok setiap hari, sebanyak 40 responden (35,7%) menyatakan tetap, dan sebanyak 21 responden (18,8%) menyatakan tetap. terdapat 38 responden (33,9%) menyatakan alasan tetap merokok karena cemas, panic dan stres, sebanyak 45 responden (40,2%) menyatakan kurang aktivitas, sebanyak 20 responden (17,9%) menyatakan kebiasaan dan sebanyak 9 responden (8,0%) menyatakan lainnya. Disarankan dapat berkontribusi dalam penyebaran informasi dan edukasi kesehatan tentang bahaya merokok, serta mendorong penelitian yang terkait hubungan merokok dengan kejadian COVID-19","PeriodicalId":17702,"journal":{"name":"Jurnal Sehat Masada","volume":"271 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75543823","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pemeriksaan refraksi didentifikasikan sebagai pengukuran terhadap gangguan refraksi. Pemeriksaan refraksi dibagi menjadi 2 yaitu pemeriksaan refraksi objektif dan subjektif. Pemeriksaan refraksi subjektif merupakan pemeriksaan yang bergantung pada kerjasama pasien dalam menilai perbaikan refraksi selama pemeriksaan. Pemeriksaan refraksi subjektif jarak jauh pada umumnya menggunakan snellen chart dengan jarak 6 meter. Pada kunjungan penulis, ditemukan tempat pemeriksaan yang kurang dari 4 meter menggunakan snellen chart. Sehingga dalam penelitian ini penulis bertujuan untuk membandingkan hasil refraksi subjektif pada 6 meter dan 4 meter dengan metode yang digunakan adalah cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan antara hasil refraksi subjektif pada jarak 6 meter dan 4 meter sebanyak 97 mata dari 104 mata yang diteliti.
{"title":"Perbandingan Hasil Refraksi Subjektif pada Jarak 6 Meter dan 4 Meter Menggunakan Slide Projector","authors":"A. Nugroho, Avita Farens Ferdinandus","doi":"10.38037/JSM.V15I1.166","DOIUrl":"https://doi.org/10.38037/JSM.V15I1.166","url":null,"abstract":"Pemeriksaan refraksi didentifikasikan sebagai pengukuran terhadap gangguan refraksi. Pemeriksaan refraksi dibagi menjadi 2 yaitu pemeriksaan refraksi objektif dan subjektif. Pemeriksaan refraksi subjektif merupakan pemeriksaan yang bergantung pada kerjasama pasien dalam menilai perbaikan refraksi selama pemeriksaan. Pemeriksaan refraksi subjektif jarak jauh pada umumnya menggunakan snellen chart dengan jarak 6 meter. Pada kunjungan penulis, ditemukan tempat pemeriksaan yang kurang dari 4 meter menggunakan snellen chart. Sehingga dalam penelitian ini penulis bertujuan untuk membandingkan hasil refraksi subjektif pada 6 meter dan 4 meter dengan metode yang digunakan adalah cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan antara hasil refraksi subjektif pada jarak 6 meter dan 4 meter sebanyak 97 mata dari 104 mata yang diteliti.","PeriodicalId":17702,"journal":{"name":"Jurnal Sehat Masada","volume":"10 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83942130","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Anemia menjadi masalah kesehatan masyarakat yang meluas terkait dengan peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas terutama pada ibu hamil. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Karimun pada tahun 2018, terdapat 74,54% ibu hamil yang mendapatkan suplemen Fe 3 di Karimun pada tahun 2017, dengan terutama 88,52% di Meral dan 54,37% di Tebing yang tercatat sebagai angka terendah. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan desain studi cross sectional. Hasil analisis univariat menunjukkan 69,0% responden memiliki tingkat pengetahuan yang kurang baik tentang manfaat tablet Fe 3 bagi ibu hamil, selain itu 67,9% menunjukkan sikap negatif dan 64,3% tidak patuh mengonsumsi suplemen Fe secara rutin. Selanjutnya, analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan responden dengan persetujuan mereka dalam mengkonsumsi tablet penambah zat besi dengan nilai p 0,000 (<0,05). Di sisi lain, juga dipastikan adanya hubungan antara sikap responden dengan kepatuhan mengkonsumsi suplemen penambah zat besi dengan nilai p 0,000 (<0,05). Sebagai saran, diharapkan semua pihak khususnya Puskesmas sebagai puskesmas dapat memberikan dan mendampingi para ibu hamil tentang informasi manfaat suplemen Fe baik untuk ibu hamil maupun bayinya.
{"title":"Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Dengan Kepatuhan Minum Tablet Tambah Darah","authors":"Silvia Mona, Maharawati Maharawati","doi":"10.38037/JSM.V15I1.154","DOIUrl":"https://doi.org/10.38037/JSM.V15I1.154","url":null,"abstract":"Anemia menjadi masalah kesehatan masyarakat yang meluas terkait dengan peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas terutama pada ibu hamil. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Karimun pada tahun 2018, terdapat 74,54% ibu hamil yang mendapatkan suplemen Fe 3 di Karimun pada tahun 2017, dengan terutama 88,52% di Meral dan 54,37% di Tebing yang tercatat sebagai angka terendah. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan desain studi cross sectional. Hasil analisis univariat menunjukkan 69,0% responden memiliki tingkat pengetahuan yang kurang baik tentang manfaat tablet Fe 3 bagi ibu hamil, selain itu 67,9% menunjukkan sikap negatif dan 64,3% tidak patuh mengonsumsi suplemen Fe secara rutin. Selanjutnya, analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan responden dengan persetujuan mereka dalam mengkonsumsi tablet penambah zat besi dengan nilai p 0,000 (<0,05). Di sisi lain, juga dipastikan adanya hubungan antara sikap responden dengan kepatuhan mengkonsumsi suplemen penambah zat besi dengan nilai p 0,000 (<0,05). Sebagai saran, diharapkan semua pihak khususnya Puskesmas sebagai puskesmas dapat memberikan dan mendampingi para ibu hamil tentang informasi manfaat suplemen Fe baik untuk ibu hamil maupun bayinya.","PeriodicalId":17702,"journal":{"name":"Jurnal Sehat Masada","volume":"87 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77212841","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Preeklamsia dan eklamsia diperkirakan menjadi penyebab utama kematian ibu dari 14% ibu yang melahirkan per tahun, yang pada saat yang sama juga dikaitkan dengan tingginya angka kematian ibu dan bayi serta angka morbiditas. Merujuk pada data RSUD Muhammad Sani Karimun bahwa 102 bayi lahir dengan persalinan normal, sedangkan 574 persalinan lainnya melalui operasi caesar dan juga 38 persalinan dengan persalinan vakum. Dari total persalinan yang disebutkan, terdapat 121 kasus preeklamsia dan 10 kasus eklamsia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor potensial pemicu terjadinya preeklamsia selama persalinan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain survey analitik case control. Populasi dalam penelitian ini adalah 218 ibu bersalin di RSUD Muhammad Sani Karimun tanggal Januari sampai Maret 2018 dengan jumlah sampel 60 responden. Hasil penelitian menunjukkan 37 responden (61,7%) berusia <20 tahun atau> 35 tahun mengalami preeklamsia, 56 responden (93,3%) pernah hamil tunggal, 57 responden (95%) tidak mengalami diabetes, dan 31 responden (51 7%). ) adalah ibu paritas dengan preeklamsia kecil. Dari temuan tersebut disimpulkan bahwa umur dan paritas berhubungan dengan kejadian preeklamsia, sedangkan kehamilan kembar dan diabetes tidak berhubungan dengan kejadian preeklamsia. Terakhir, disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk menggunakan metode penelitian lain seperti kualitatif dan menambahkan lebih banyak variabel seperti mola hidatidosa atau jarak kebuntingan dalam penelitian selanjutnya.
子痫前期和子痫前期被认为是每年14%的孕产妇死亡的主要原因,与此同时,孕产妇和婴儿死亡率以及发病率也有关。根据穆罕默德·萨尼·卡里蒙(RSUD Muhammad Sani Karimun)的数据,102名婴儿出生时是正常分娩的,另外574名婴儿是剖腹产的,另外38名是真空分娩的。上述孕产前121例和10例子痫前期病例。本研究的目的是确定产前营养不良的潜在诱因。这是一个定量研究分析分析控制。本研究的人口是2018年1月至3月间穆罕默德萨尼卡里蒙县218名孕妇,样本人数为60人。研究表明,35岁的37名受访者(61.7%)有子痫前期,56名受访者(93.3%)有单孕期,57名受访者(95%)没有糖尿病,31名受访者(57%)有。是患有轻微先天性疾病的帕里塔斯母亲。研究结果表明,年龄和月经周期与子痫前期有关,而双胞胎怀孕和糖尿病与子痫前期无关。最后,建议未来的研究人员使用类似定性的研究方法,在随后的研究中加入更多的变量,如mola hidatisin或概率性距离。
{"title":"Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Preeklampsia Pada Ibu Bersalin di RSUD Muhammad Sani Karimun","authors":"Prasida Yunita","doi":"10.38037/JSM.V15I1.155","DOIUrl":"https://doi.org/10.38037/JSM.V15I1.155","url":null,"abstract":"Preeklamsia dan eklamsia diperkirakan menjadi penyebab utama kematian ibu dari 14% ibu yang melahirkan per tahun, yang pada saat yang sama juga dikaitkan dengan tingginya angka kematian ibu dan bayi serta angka morbiditas. Merujuk pada data RSUD Muhammad Sani Karimun bahwa 102 bayi lahir dengan persalinan normal, sedangkan 574 persalinan lainnya melalui operasi caesar dan juga 38 persalinan dengan persalinan vakum. Dari total persalinan yang disebutkan, terdapat 121 kasus preeklamsia dan 10 kasus eklamsia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor potensial pemicu terjadinya preeklamsia selama persalinan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain survey analitik case control. Populasi dalam penelitian ini adalah 218 ibu bersalin di RSUD Muhammad Sani Karimun tanggal Januari sampai Maret 2018 dengan jumlah sampel 60 responden. Hasil penelitian menunjukkan 37 responden (61,7%) berusia <20 tahun atau> 35 tahun mengalami preeklamsia, 56 responden (93,3%) pernah hamil tunggal, 57 responden (95%) tidak mengalami diabetes, dan 31 responden (51 7%). ) adalah ibu paritas dengan preeklamsia kecil. Dari temuan tersebut disimpulkan bahwa umur dan paritas berhubungan dengan kejadian preeklamsia, sedangkan kehamilan kembar dan diabetes tidak berhubungan dengan kejadian preeklamsia. Terakhir, disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk menggunakan metode penelitian lain seperti kualitatif dan menambahkan lebih banyak variabel seperti mola hidatidosa atau jarak kebuntingan dalam penelitian selanjutnya.","PeriodicalId":17702,"journal":{"name":"Jurnal Sehat Masada","volume":"94 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"74757127","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}