Rumah tangga seharusnya adalah tempat berlindung bagi seluruh anggota keluarga. Namun, pada kenyataannya, justru banyak rumah tangga menjadi tempat penderitaan dan penyiksaan karena terjadi tindakan kekerasan. Pengertian KDRT dalam UU No 23/2004 PKDRT “Setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikplogos, dan atau pelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga”. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengertian dari KDRT dan bagaimana Perlindungan Hukum korban KDRT. Metode penelitian yuridis normatif yaitu dengan mengkaji atau menganalisis data skunder yang berupa bahan-bahan hukum sekunder dengan memahami hukum sebagai penelitian kepustakaan, yaitu penelitian terhadap data sekunder. Dampak yang diakibatkan karena KDRT berimbas pada kesehatan dan kebahagiaan individu yang berefek pada kesejahteraan perempuan dalam komunitas. Dampak perempuan yang mengalami kekerasan menunjukan adanya yang serius pada kesehatan perempuan. Segala bentuk tindak kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh suami baik secara fisik maupun psikis dapat berdampak serius bagi kesehatan seorang perempuan.
{"title":"Perlindungan Hukum terhadap Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) dihubungkan dengan Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan","authors":"Sartika Dewi","doi":"10.38037/JSM.V14I2.133","DOIUrl":"https://doi.org/10.38037/JSM.V14I2.133","url":null,"abstract":"Rumah tangga seharusnya adalah tempat berlindung bagi seluruh anggota keluarga. Namun, pada kenyataannya, justru banyak rumah tangga menjadi tempat penderitaan dan penyiksaan karena terjadi tindakan kekerasan. Pengertian KDRT dalam UU No 23/2004 PKDRT “Setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikplogos, dan atau pelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga”. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengertian dari KDRT dan bagaimana Perlindungan Hukum korban KDRT. Metode penelitian yuridis normatif yaitu dengan mengkaji atau menganalisis data skunder yang berupa bahan-bahan hukum sekunder dengan memahami hukum sebagai penelitian kepustakaan, yaitu penelitian terhadap data sekunder. Dampak yang diakibatkan karena KDRT berimbas pada kesehatan dan kebahagiaan individu yang berefek pada kesejahteraan perempuan dalam komunitas. Dampak perempuan yang mengalami kekerasan menunjukan adanya yang serius pada kesehatan perempuan. Segala bentuk tindak kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh suami baik secara fisik maupun psikis dapat berdampak serius bagi kesehatan seorang perempuan.","PeriodicalId":17702,"journal":{"name":"Jurnal Sehat Masada","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-07-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87935360","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Dalam melaksanakan kewajiban mahasiswa perlu mendapatkan haknya sehingga terjadi keseimbangan antara hak dan kewajiban yang telah tertulis dalam Tata Tertib Pergaulan Mahasiswa di Kampus untuk menghindari mahasiswa dalam terlibat masalah selama proses perkualihan. Permasalahan akademik yang dihadapi mahasiswa tidak hanya mencakup tentang pengesahan dan konsultasi FRS, tetapi juga menyangkut permasalahan pribadi mahasiswa dalam menjalankan pembelajaran misalnya penurunan hasil belajar, kesulitan dalam menerima pembelajaran atau masalah seputar motivasi belajar. Oleh karena itu, pihak intsitusi memberikan tugas kepada setiap dosen sebagai pembimbing atau Penasihat Akademik (PA). Seorang PA harus mampu memberikan solusi untuk permasalahan mahasiswa tersebut. Penelitian bertujuan mengetahui peran penasihat akademik (PA) dalam peningkatan prestasi belajar mahasiswi Program Studi Diploma Tiga Kebidanan STIKes Dharma Husada Bandung. Metode penelitian adalah kuantitatif. Subjek penelitian kuantitatif adalah 86 dan kualitatif 42 informan secara simple random sampling. Penelitian dilakukan di STIKes Dharma Husada Bandung pada bulan Maret 2019. Uji analisis menggunakan uji Pearson. Hasil penelitian ada hubungan antara peran pembimbing akademik dengan prestasi belajar mahasiswa (p= 0,000). Simpulan, frekuensi, kualitas bimbingan akademik, dan motivasi belajar mahasiswa baik sesuai panduan bimbingan akademik mahasiswa, upaya dosen pembimbing akademik dalam meningkatkan motivasi, serta hasil yang telah dicapai dari pelaksanaan layanan bimbingan belajar baik.
{"title":"Peran Penasihat Akademik (PA) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa Mahasiswi Program Studi Diploma Tiga Kebidanan Stikes Dharma Husada Bandung","authors":"Dian Purnama Sari, Nurlelah Aprilia S. Iskandar","doi":"10.38037/jsm.v14i2.132","DOIUrl":"https://doi.org/10.38037/jsm.v14i2.132","url":null,"abstract":"Dalam melaksanakan kewajiban mahasiswa perlu mendapatkan haknya sehingga terjadi keseimbangan antara hak dan kewajiban yang telah tertulis dalam Tata Tertib Pergaulan Mahasiswa di Kampus untuk menghindari mahasiswa dalam terlibat masalah selama proses perkualihan. Permasalahan akademik yang dihadapi mahasiswa tidak hanya mencakup tentang pengesahan dan konsultasi FRS, tetapi juga menyangkut permasalahan pribadi mahasiswa dalam menjalankan pembelajaran misalnya penurunan hasil belajar, kesulitan dalam menerima pembelajaran atau masalah seputar motivasi belajar. Oleh karena itu, pihak intsitusi memberikan tugas kepada setiap dosen sebagai pembimbing atau Penasihat Akademik (PA). Seorang PA harus mampu memberikan solusi untuk permasalahan mahasiswa tersebut. Penelitian bertujuan mengetahui peran penasihat akademik (PA) dalam peningkatan prestasi belajar mahasiswi Program Studi Diploma Tiga Kebidanan STIKes Dharma Husada Bandung. Metode penelitian adalah kuantitatif. Subjek penelitian kuantitatif adalah 86 dan kualitatif 42 informan secara simple random sampling. Penelitian dilakukan di STIKes Dharma Husada Bandung pada bulan Maret 2019. Uji analisis menggunakan uji Pearson. Hasil penelitian ada hubungan antara peran pembimbing akademik dengan prestasi belajar mahasiswa (p= 0,000). Simpulan, frekuensi, kualitas bimbingan akademik, dan motivasi belajar mahasiswa baik sesuai panduan bimbingan akademik mahasiswa, upaya dosen pembimbing akademik dalam meningkatkan motivasi, serta hasil yang telah dicapai dari pelaksanaan layanan bimbingan belajar baik.","PeriodicalId":17702,"journal":{"name":"Jurnal Sehat Masada","volume":"18 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-07-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"73914049","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sri Hartati Pratiwi, Eka Afrima Sari, Titis Kurniawan
Gagal ginjal terminal yang dialami pasien hemodialisis dapat menimbulkan berbagai perubahan dalam kehidupannya. Persepsi yang positif terhadap penyakit dapat membantu pasien hemodialisis dalam menerima keadaannya dan meningkatkan motivasi untuk menjalankan berbagai tindakan pengobatan. Apabila pasien hemodialisis memiliki persepsi yang negatif terhadap penyakit, maka akan cenderung mudah mengalami berbagai masalah psikologis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi terhadap penyakit pada pasien hemodialisis di Bandung. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang dilakukan kepada pasien hemodialisis di salah satu Rumah Sakit di Bandung. Teknik sample yang digunakan adalah consecutive sampling sebanyak 126 orang. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis dan memiliki tanda-tanda vital yang stabil. Instrumen yang digunakan untuk mengukur persepsi terhadap penyakit adalah kuesioner persepsi penyakit singkat (Brief-IPQ) yang dikembangkan oleh Broadbant, et.al. tahun 2005, dan sudah dilakukan back translate ke dalam bahasa Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien hemodialisis memiliki persepsi terhadap penyakit yang negatif (50,4%). Sebagian besar pasien merasakan berbagai dampak penyakit terhadap kehidupannya dan mengalami perubahan secara emosional semenjak mengalami gagal ginjal terminal. Persepsi terhadap penyakit yang negatif pada pasien hemodialisis dapat mempengaruhi kualitas hidup, angka kesakitan dan capaian pengobatan yang dijalaninya. Oleh karena itu, dibutuhkan dukungan keluarga dan sosial. Petugas kesehatan khususnya perawat diharapkan dapat memberikan edukasi dan konseling pada pasien hemodialisis untuk meningkatkan persepsi pasien terhadap penyakit.
{"title":"Persepsi Terhadap Penyakit pada Pasien Hemodialisis di Bandung","authors":"Sri Hartati Pratiwi, Eka Afrima Sari, Titis Kurniawan","doi":"10.38037/JSM.V14I2.136","DOIUrl":"https://doi.org/10.38037/JSM.V14I2.136","url":null,"abstract":"Gagal ginjal terminal yang dialami pasien hemodialisis dapat menimbulkan berbagai perubahan dalam kehidupannya. Persepsi yang positif terhadap penyakit dapat membantu pasien hemodialisis dalam menerima keadaannya dan meningkatkan motivasi untuk menjalankan berbagai tindakan pengobatan. Apabila pasien hemodialisis memiliki persepsi yang negatif terhadap penyakit, maka akan cenderung mudah mengalami berbagai masalah psikologis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi terhadap penyakit pada pasien hemodialisis di Bandung. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang dilakukan kepada pasien hemodialisis di salah satu Rumah Sakit di Bandung. Teknik sample yang digunakan adalah consecutive sampling sebanyak 126 orang. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis dan memiliki tanda-tanda vital yang stabil. Instrumen yang digunakan untuk mengukur persepsi terhadap penyakit adalah kuesioner persepsi penyakit singkat (Brief-IPQ) yang dikembangkan oleh Broadbant, et.al. tahun 2005, dan sudah dilakukan back translate ke dalam bahasa Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien hemodialisis memiliki persepsi terhadap penyakit yang negatif (50,4%). Sebagian besar pasien merasakan berbagai dampak penyakit terhadap kehidupannya dan mengalami perubahan secara emosional semenjak mengalami gagal ginjal terminal. Persepsi terhadap penyakit yang negatif pada pasien hemodialisis dapat mempengaruhi kualitas hidup, angka kesakitan dan capaian pengobatan yang dijalaninya. Oleh karena itu, dibutuhkan dukungan keluarga dan sosial. Petugas kesehatan khususnya perawat diharapkan dapat memberikan edukasi dan konseling pada pasien hemodialisis untuk meningkatkan persepsi pasien terhadap penyakit.","PeriodicalId":17702,"journal":{"name":"Jurnal Sehat Masada","volume":"70 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-07-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84127067","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kemkes-WHO-HOGSI 2012, data kualitas ANC di Puskesmas mengenai pemeriksaan fisik umum dan obstetrik 59,38%, melakukan konseling sekitar 45%, melakukan pemeriksaan penunjang rutin 19,69%, melakukan pemeriksaan penunjang bila ada indikasi 52,50% dan memberikan suplemen dan imunisasi 73,13%. Hal ini menyangkut kepuasan pasien sehingga menjadi bagian penting dan diperlukan untuk mengukur mutu suatu pelayanan. Informasi kesehatan saat ini dengan mudah didapatkan, semakin banyak masyarakat yang mengetahui tentang kesehatan maka semakin banyak tuntutan yang diinginkan oleh masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan tingkat kepuasan ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Jatinangor. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Analisis yang digunakan univariat dan bivariat dengan jumlah sampel sebanyak 101 orang ibu hamil di Puskesmas Jatinangor 2016. Pengambilan sampel dengan accidental sampling. Pada penelitian ini digunakan kuesioner sebagai cara untuk pengumpulan data penelitian dan menggunakan analisis non-parametrik dengan korelasi rank spearman. Hasil penelitian ini didapatkan responden cenderung puas terhadap pemeriksaan kehamilan sebanyak 50.5%. Setelah diuji dengan statistik analisis bivariat terdapat hubungan tingkat kepuasan ibu hamil dengan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Jatinangor. Karena pada peneitian ini terdapat hubungan signifikan antara nilai skor total dari lima dimensi dengan kepuasan karena nilai sig < 0.05 dan corelation coefficient bernilai 0.867. Simpulan pada penelitian ini yaitu pemeriksaan kehamilan yang berkualitas berhubungan dengan kepuasan ibu hamil. Ini artinya secara keseluruhan kepuasan ibu hamil memiliki hubungan dengan pemeriksaan kehamilan berdasarkan dimensi kenyataan/ wujudannya (tangible), dimensi kehandalan (realibility), dimensi daya tangkap (responsiveness), dimensi jaminan (assurance) dan dimensi perhatian (empathy).
{"title":"Hubungan Tingkat Kepuasan Ibu Hamil Dengan Pemeriksaan Kehamilan Di Puskesmas Jatinangor","authors":"Fardilla Elba, Gita Noor Syifa","doi":"10.38037/JSM.V14I2.130","DOIUrl":"https://doi.org/10.38037/JSM.V14I2.130","url":null,"abstract":"Kemkes-WHO-HOGSI 2012, data kualitas ANC di Puskesmas mengenai pemeriksaan fisik umum dan obstetrik 59,38%, melakukan konseling sekitar 45%, melakukan pemeriksaan penunjang rutin 19,69%, melakukan pemeriksaan penunjang bila ada indikasi 52,50% dan memberikan suplemen dan imunisasi 73,13%. Hal ini menyangkut kepuasan pasien sehingga menjadi bagian penting dan diperlukan untuk mengukur mutu suatu pelayanan. Informasi kesehatan saat ini dengan mudah didapatkan, semakin banyak masyarakat yang mengetahui tentang kesehatan maka semakin banyak tuntutan yang diinginkan oleh masyarakat. \u0000Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan tingkat kepuasan ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Jatinangor. \u0000Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Analisis yang digunakan univariat dan bivariat dengan jumlah sampel sebanyak 101 orang ibu hamil di Puskesmas Jatinangor 2016. Pengambilan sampel dengan accidental sampling. Pada penelitian ini digunakan kuesioner sebagai cara untuk pengumpulan data penelitian dan menggunakan analisis non-parametrik dengan korelasi rank spearman. \u0000Hasil penelitian ini didapatkan responden cenderung puas terhadap pemeriksaan kehamilan sebanyak 50.5%. Setelah diuji dengan statistik analisis bivariat terdapat hubungan tingkat kepuasan ibu hamil dengan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Jatinangor. Karena pada peneitian ini terdapat hubungan signifikan antara nilai skor total dari lima dimensi dengan kepuasan karena nilai sig < 0.05 dan corelation coefficient bernilai 0.867. \u0000Simpulan pada penelitian ini yaitu pemeriksaan kehamilan yang berkualitas berhubungan dengan kepuasan ibu hamil. Ini artinya secara keseluruhan kepuasan ibu hamil memiliki hubungan dengan pemeriksaan kehamilan berdasarkan dimensi kenyataan/ wujudannya (tangible), dimensi kehandalan (realibility), dimensi daya tangkap (responsiveness), dimensi jaminan (assurance) dan dimensi perhatian (empathy).","PeriodicalId":17702,"journal":{"name":"Jurnal Sehat Masada","volume":"112 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-07-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"76796875","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tuti Surtimanah, Irfan Nafis Sjamsuddin, Metha Dwi Tamara
Latar Belakang: Tahun 2018 data global menunjukkan 24,2% kasus baru kanker payudara wanita dengan 15% kematian, sedangkan di Indonesia ada 58.256 kasus baru kanker payudara dengan 22.692 kematian. Kanker payudara pada usia muda memiliki gambaran klinis dan biologis unik, lebih agresif dengan prognosis tidak menguntungkan, sehingga pemeriksaan payudara pada usia muda sangat penting. Mahasiswa STIKes adalah golongan usia muda sekaligus calon tenaga kesehatan perlu memberi contoh pemeriksaan payudara, bagaimana praktek pemeriksaan payudara yang dilakukan selama ini belum diketahui. Tujuan: Mengetahui faktor determinan serta praktek pemeriksaan payudara pada mahasiswa. Metode: Disain penelitian cross sectional, pengumpulan data melalui pengisian kuesioner pemeriksaan payudara, literasi kanker payudara serta karakteristik individu mahasiswa. Data dianalisis secara univariat, bivariat, dan multivariat. Hasil: Sebanyak 55,6% siswa memiliki tingkat literasi kanker payudara kategori tinggi tentang kanker payudara. Literasi dan gender determinan praktik pemeriksaan payudara sendiri, literasi dan riwayat kanker keluarga determinan praktik pemeriksaan payudara klinis, usia determinan praktik USG payudara. Analisis jalur menunjukkan pengaruh langsung literasi terhadap pemeriksaan payudara pada tingkat sedang. Hasil penelitian diharapkan bermanfaat dalam menyusun pesan meningkatkan literasi kanker payudara sebagai determinan yang bisa diupayakan berubah.
{"title":"Determinan Pemeriksaan Payudara pada Mahasiswa STIKes Dharma Husada Bandung","authors":"Tuti Surtimanah, Irfan Nafis Sjamsuddin, Metha Dwi Tamara","doi":"10.38037/JSM.V14I2.134","DOIUrl":"https://doi.org/10.38037/JSM.V14I2.134","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Tahun 2018 data global menunjukkan 24,2% kasus baru kanker payudara wanita dengan 15% kematian, sedangkan di Indonesia ada 58.256 kasus baru kanker payudara dengan 22.692 kematian. Kanker payudara pada usia muda memiliki gambaran klinis dan biologis unik, lebih agresif dengan prognosis tidak menguntungkan, sehingga pemeriksaan payudara pada usia muda sangat penting. Mahasiswa STIKes adalah golongan usia muda sekaligus calon tenaga kesehatan perlu memberi contoh pemeriksaan payudara, bagaimana praktek pemeriksaan payudara yang dilakukan selama ini belum diketahui. \u0000Tujuan: Mengetahui faktor determinan serta praktek pemeriksaan payudara pada mahasiswa. \u0000Metode: Disain penelitian cross sectional, pengumpulan data melalui pengisian kuesioner pemeriksaan payudara, literasi kanker payudara serta karakteristik individu mahasiswa. Data dianalisis secara univariat, bivariat, dan multivariat. \u0000Hasil: Sebanyak 55,6% siswa memiliki tingkat literasi kanker payudara kategori tinggi tentang kanker payudara. Literasi dan gender determinan praktik pemeriksaan payudara sendiri, literasi dan riwayat kanker keluarga determinan praktik pemeriksaan payudara klinis, usia determinan praktik USG payudara. Analisis jalur menunjukkan pengaruh langsung literasi terhadap pemeriksaan payudara pada tingkat sedang. Hasil penelitian diharapkan bermanfaat dalam menyusun pesan meningkatkan literasi kanker payudara sebagai determinan yang bisa diupayakan berubah.","PeriodicalId":17702,"journal":{"name":"Jurnal Sehat Masada","volume":"16 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-07-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"74886331","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Setiap makanan selalu mengalami proses penyediaan bahan mentah, pengolahan, penyimpanan dan distribusinya sampai di meja makan yang berisiko terjadinya keracunan, baik keracunan karena pangan itu sendiri beracun atau adanya bahan racun yang mencemari makanan. Keracunan pangan sering dikaitkan dengan pengelolaan atau penyimpanan makanan yang tidak atau kurang higienis. Faktor perilaku merupakan hal yang berperan penting dalam berbagai kasus. selain itu faktor lingkungan dengan kondisi sanitasi yang tidak memadai atau kurang memenuhi syarat kesehatan juga berpengaruh dengan berbagai kejadian keracunan pangan. Tujuan penyeldikan epidemiologi ini adalah untuk memperoleh gambaran dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian KLB Keracunan pangan di Kampung Cijoho RW 01 Desa Sirnamekar Kecamatan Tegalbuled Kabupaten Sukabumi. Desain studi ini menggunakan deskriptif Cohort Historical dengan waktu pengumpulan data dimulai pada Jumat 15 Nopember 2019 hingga 19 Nopember 2019. Populasi penelitian adalah seluruh kasus keracunan makanan di Wilayah Kampung Cijoho RW 01 Desa Sirnamekar Kecamatan Tegalbuled Kabupaten Sukabumi. sedangkan sampel terdiri dari kasus yang memenuhi kriteria kasus dan kontrol yang memenuhi kriteria control yaitu orang yang memakan makanan syukuran namun tidak menjadi sakit. Hasil penyelidikan epidemiologi didapatkan bahwa Attack rate KLB keracunan pangan terbesar pada jenis kelamin perempuan (0.041%) dan kelompok umur 15->60 tahun (0.029%). Case Fatality Rate pada KLB Keracunan Pangan sebesar 0.027. Gejala terbanyak pada kejadian KLB keracunan pangan ini adalah gejala mual 77.9% (60 orang) dan diare 67.5% (52 orang). Kurva epidemik pada kejadian KLB ini berbentuk common source dengan rentang masa inkubasi 30 menit sampai dengan 79.5 jam, dengan mean inkubasi 12,51 jam. Berdasarkan masa inkubasi diperoleh informasi bahwa agent penyebab penyakit yang memungkinkan adalah bakteri E.colli. Berdasarkan jenis makanan yang dimakan, dicurigai bahwa makanan yang berisiko menyebabkan keracunan adalah bihun, dengan selisih attack rate sebesar 0.12. Hasil pemeriksaan rapid test pada alat masak didapatkan hasil positif mengandung residu glukosa dan residu protein. Rekomendasi antara lain diperlukan adanya penguatan Program sanitasi lingkungan, Peningkatan kembali sosialisasi dari perangkat daerah yang menangani kesehatan lingkungan serta meningkatkan kembali pola partisipasi masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat.
{"title":"Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa (KLB) Keracunan Pangan di Kampung Cijoho RW 01 Desa Sirnamekar Kabupaten Sukabumi Tahun 2019","authors":"Yeni Suryamah","doi":"10.38037/JSM.V14I2.135","DOIUrl":"https://doi.org/10.38037/JSM.V14I2.135","url":null,"abstract":"Setiap makanan selalu mengalami proses penyediaan bahan mentah, pengolahan, penyimpanan dan distribusinya sampai di meja makan yang berisiko terjadinya keracunan, baik keracunan karena pangan itu sendiri beracun atau adanya bahan racun yang mencemari makanan. Keracunan pangan sering dikaitkan dengan pengelolaan atau penyimpanan makanan yang tidak atau kurang higienis. Faktor perilaku merupakan hal yang berperan penting dalam berbagai kasus. selain itu faktor lingkungan dengan kondisi sanitasi yang tidak memadai atau kurang memenuhi syarat kesehatan juga berpengaruh dengan berbagai kejadian keracunan pangan. Tujuan penyeldikan epidemiologi ini adalah untuk memperoleh gambaran dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian KLB Keracunan pangan di Kampung Cijoho RW 01 Desa Sirnamekar Kecamatan Tegalbuled Kabupaten Sukabumi. Desain studi ini menggunakan deskriptif Cohort Historical dengan waktu pengumpulan data dimulai pada Jumat 15 Nopember 2019 hingga 19 Nopember 2019. Populasi penelitian adalah seluruh kasus keracunan makanan di Wilayah Kampung Cijoho RW 01 Desa Sirnamekar Kecamatan Tegalbuled Kabupaten Sukabumi. sedangkan sampel terdiri dari kasus yang memenuhi kriteria kasus dan kontrol yang memenuhi kriteria control yaitu orang yang memakan makanan syukuran namun tidak menjadi sakit. Hasil penyelidikan epidemiologi didapatkan bahwa Attack rate KLB keracunan pangan terbesar pada jenis kelamin perempuan (0.041%) dan kelompok umur 15->60 tahun (0.029%). Case Fatality Rate pada KLB Keracunan Pangan sebesar 0.027. Gejala terbanyak pada kejadian KLB keracunan pangan ini adalah gejala mual 77.9% (60 orang) dan diare 67.5% (52 orang). Kurva epidemik pada kejadian KLB ini berbentuk common source dengan rentang masa inkubasi 30 menit sampai dengan 79.5 jam, dengan mean inkubasi 12,51 jam. Berdasarkan masa inkubasi diperoleh informasi bahwa agent penyebab penyakit yang memungkinkan adalah bakteri E.colli. Berdasarkan jenis makanan yang dimakan, dicurigai bahwa makanan yang berisiko menyebabkan keracunan adalah bihun, dengan selisih attack rate sebesar 0.12. Hasil pemeriksaan rapid test pada alat masak didapatkan hasil positif mengandung residu glukosa dan residu protein. Rekomendasi antara lain diperlukan adanya penguatan Program sanitasi lingkungan, Peningkatan kembali sosialisasi dari perangkat daerah yang menangani kesehatan lingkungan serta meningkatkan kembali pola partisipasi masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat.","PeriodicalId":17702,"journal":{"name":"Jurnal Sehat Masada","volume":"196 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-07-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78090477","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penggunaan lensa kontak dapat menyebabkan mata kering, hal itu disebabkan oleh iritasi mekanik terhadap kelenjar meibomian. Kelenjar meibomian menghasilkan lapisan lemak yang berfungsi menghambat penguapan lapisan air mata. Gangguan fungsi kelenjar meibomian menyebabkan lapisan air mata cepat menguap. Lensa kontak juga menurunkan sensitivitas permukaan mata sehingga refleks produksi lapisan air mata menurun. Peningkatan penguapan disertai penurunan produksi lapisan air mata menyebabkan sebagian besar pengguna lensa kontak mengalami mata kering. Tujuan Penelitian ini yaitu Untuk mengetahui Perbedaan Kualitas Air Mata Antara Pengguna Dan Non Pengguna Lensa Kontak. Metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan desain case control dengan teknik observasional. Penelitian ini menggunakan tes schirmer dan lembar observasional. Hasil penelitian yang di dapat bahwa dari 20 orang pengguna aktif lensa kontak sebanyak 14 (70,0%) orang mengalami mata kering dan dari 20 orang non pengguna lensa kontak sebanyak 3 (15,0%) orang mengalami mata kering. Secara statistik Uji-T Independen r = 0.00 < 0.005 terdapat perbedaan antara kuantitas air mata pengguna dan non pengguna lensa kontak. Disarankan agar memperhatikan penggunaan lensa kontak pada lama pemakaian, masa pemakaian serta lubrikan pada lensa kontak agar tidak menimbulkan komplikasi pemakaian lensa kontak dan mata kering.
使用隐形眼镜会导致眼睛干燥,这可能是由代谢腺的机械刺激引起的。meibomian腺产生一层脂肪,阻止眼泪蒸发。炎症性腺功能障碍导致泪腺迅速蒸发。隐形眼镜还降低了眼睛表面的灵敏度,从而降低了眼泪层的产生反射。蒸发的增加加上眼泪层的产生下降,导致大多数隐形眼镜使用者的眼睛干燥。本研究的目的是找出不戴隐形眼镜的人和非戴眼镜的人之间眼泪质量的不同。采用的研究方法是通过观察技术使用案例控制设计。这项研究使用schirmer测试和观察表。研究结果从20人就能说的活跃用户隐形眼镜共有14(70,0%)人体验到20人的眼睛干燥和非隐形眼镜用户多达3(15,0%人经历干燥的眼睛)。据统计独立Uji-T r = 0.00 < 0.005有区别数量用户和非用户隐形眼镜的眼泪。建议注意使用隐形眼镜的佩戴,很长一段时间内使用和lubrikan的隐形眼镜,以免引起并发症,佩戴隐形眼镜,眼睛干燥。
{"title":"Perbandingan Kualitas Air Mata Antara Pengguna Dan Non Pengguna Lensa Kontak","authors":"Arief Witjaksono, Rani Khairunnisa","doi":"10.38037/JSM.V14I2.146","DOIUrl":"https://doi.org/10.38037/JSM.V14I2.146","url":null,"abstract":"Penggunaan lensa kontak dapat menyebabkan mata kering, hal itu disebabkan oleh iritasi mekanik terhadap kelenjar meibomian. Kelenjar meibomian menghasilkan lapisan lemak yang berfungsi menghambat penguapan lapisan air mata. Gangguan fungsi kelenjar meibomian menyebabkan lapisan air mata cepat menguap. Lensa kontak juga menurunkan sensitivitas permukaan mata sehingga refleks produksi lapisan air mata menurun. Peningkatan penguapan disertai penurunan produksi lapisan air mata menyebabkan sebagian besar pengguna lensa kontak mengalami mata kering. Tujuan Penelitian ini yaitu Untuk mengetahui Perbedaan Kualitas Air Mata Antara Pengguna Dan Non Pengguna Lensa Kontak. Metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan desain case control dengan teknik observasional. Penelitian ini menggunakan tes schirmer dan lembar observasional. Hasil penelitian yang di dapat bahwa dari 20 orang pengguna aktif lensa kontak sebanyak 14 (70,0%) orang mengalami mata kering dan dari 20 orang non pengguna lensa kontak sebanyak 3 (15,0%) orang mengalami mata kering. Secara statistik Uji-T Independen r = 0.00 < 0.005 terdapat perbedaan antara kuantitas air mata pengguna dan non pengguna lensa kontak. Disarankan agar memperhatikan penggunaan lensa kontak pada lama pemakaian, masa pemakaian serta lubrikan pada lensa kontak agar tidak menimbulkan komplikasi pemakaian lensa kontak dan mata kering.","PeriodicalId":17702,"journal":{"name":"Jurnal Sehat Masada","volume":"87 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-07-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83437678","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan : Diabetic Foot Ulcer (DFU) merupakan komplikasi jangka panjang yang umum ditemukan pada pasien Diabetes Mellitus (DM). Penurunan kualitas kesehatan, proses penyembuhan yang lambat, ancaman amputasi, serta ancaman kematian berdampak terhadap keadaan psikologis yang buruk bagi penderita DFU. Keadaan emosi yang mungkin timbul pada pasien dengan penyakit kronis seperti DFU adalah perasaan chronic sorrow dan Quality Of Life yang kurang baik. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat keadaan chronic sorrow dan quality of life pada pasien dengan DFU serta secara spesifik melihat hubungan antara chronic sorrow dengan quality of life pasien dengan DFU Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain analytic correlative dan rancangan penelitian menggunakan pendekatan cross sectional study. Tujuan penelitian ialah untuk menganalisis hubungan antara chronic sorrow dan kualitas hidup pada pasien dengan DFU. Sampel penelitian adalag 46 Responden. Hasil dan kesimpulan: hasil penelitian menunjukan dari 46 responden 29 (63,04 %) mengalami keadaan chronic sorrow dan diantara 46 responden 27 (58,7 %) mengalami keadaan kualitas hidup yang kurang baik. Responden yang mengalami chronic sorrow memiliki kualitas hidup yang kurang baik sebesar 78,13 % dan kualitas hidup yang baik sebesar 21,87 % dengan p= 0,000 lebih kecil dari α= 0,05, yang dapat diartikan bahwa terdapat hubungan bermakna antara keadaan chronic sorrow dan quality of life.
{"title":"Chronic Sorrow Dan Quality Of Life Pada Pasien Dengan Diabetic Foot Ulcer (DFU)","authors":"Putri Puspitasari","doi":"10.38037/JSM.V14I2.149","DOIUrl":"https://doi.org/10.38037/JSM.V14I2.149","url":null,"abstract":"Pendahuluan : Diabetic Foot Ulcer (DFU) merupakan komplikasi jangka panjang yang umum ditemukan pada pasien Diabetes Mellitus (DM). Penurunan kualitas kesehatan, proses penyembuhan yang lambat, ancaman amputasi, serta ancaman kematian berdampak terhadap keadaan psikologis yang buruk bagi penderita DFU. Keadaan emosi yang mungkin timbul pada pasien dengan penyakit kronis seperti DFU adalah perasaan chronic sorrow dan Quality Of Life yang kurang baik. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat keadaan chronic sorrow dan quality of life pada pasien dengan DFU serta secara spesifik melihat hubungan antara chronic sorrow dengan quality of life pasien dengan DFU \u0000Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain analytic correlative dan rancangan penelitian menggunakan pendekatan cross sectional study. Tujuan penelitian ialah untuk menganalisis hubungan antara chronic sorrow dan kualitas hidup pada pasien dengan DFU. Sampel penelitian adalag 46 Responden. \u0000Hasil dan kesimpulan: hasil penelitian menunjukan dari 46 responden 29 (63,04 %) mengalami keadaan chronic sorrow dan diantara 46 responden 27 (58,7 %) mengalami keadaan kualitas hidup yang kurang baik. Responden yang mengalami chronic sorrow memiliki kualitas hidup yang kurang baik sebesar 78,13 % dan kualitas hidup yang baik sebesar 21,87 % dengan p= 0,000 lebih kecil dari α= 0,05, yang dapat diartikan bahwa terdapat hubungan bermakna antara keadaan chronic sorrow dan quality of life.","PeriodicalId":17702,"journal":{"name":"Jurnal Sehat Masada","volume":"18 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-07-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"72981945","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kelelahan mata ( asthenopia ) merupakan gangguan fungsi penglihatan. penyebab dan gejalanya sangat majemuk yang melibatkan faktor fisik , fisiologis, psikologis, faktor sosial. Ruang kelas yang ergonomis merupakan hal penting dalam menciptakan proses belajar mengajar. Faktor yang mempengaruhi aspek ergonomis dari layar proyektor, meliputi sudut pandang (visual angle) dan kecerahan. Tujuan penelitian ini untuk Deskripsi Keluhan Kelelahan Mata Mahasiswa/i Terhadap Tata Letak Proyektor, Pencaayaan di Ruang Kelas STIKes Dharma Husada Bandung Tahun 2019. Metode Penelitian ini bersifat deskriptif, menggunakan data primer, melalui instrumen kuesioner, Jumlah sample 100. Data terkumpul dianalisis secara univariat. Hasil penelitian di 7 ruang kelas STIKes Dharma Husada Bandung, pencahayaannya belum memenuhi standar(144 lux). Pengukuran letak proyektor sudut horizontal dan vertikal masih di bawah standar. Keluhan Kelelahan mata yang terjadi di STIKes Dharma Husada Bandung tertinggi diantaranya bahu terasa nyeri sebanyak 84 responden (84 %) dan paling sedikit keluhan pusing disertai mual sebanyak 28 responden (28%). Pencahayaan ruang kelas sesuai standar serta tata letak proyektor sesuai dengan sudut vertikal dan horiontal sehingga dapat mengurangi keluhan kelelahan mata mashasiswa/i STIKes Dharma Husada Bandung.
{"title":"Deskripsi Tata Letak Proyektor Dan Pencahayaan Di Ruang Kelas Serta Keluhan Kelelahan Mata Mahasiswa/i","authors":"Anggit Nugroho, faisal Syahrian","doi":"10.38037/JSM.V14I2.148","DOIUrl":"https://doi.org/10.38037/JSM.V14I2.148","url":null,"abstract":"Kelelahan mata ( asthenopia ) merupakan gangguan fungsi penglihatan. penyebab dan gejalanya sangat majemuk yang melibatkan faktor fisik , fisiologis, psikologis, faktor sosial. Ruang kelas yang ergonomis merupakan hal penting dalam menciptakan proses belajar mengajar. Faktor yang mempengaruhi aspek ergonomis dari layar proyektor, meliputi sudut pandang (visual angle) dan kecerahan. Tujuan penelitian ini untuk Deskripsi Keluhan Kelelahan Mata Mahasiswa/i Terhadap Tata Letak Proyektor, Pencaayaan di Ruang Kelas STIKes Dharma Husada Bandung Tahun 2019. Metode Penelitian ini bersifat deskriptif, menggunakan data primer, melalui instrumen kuesioner, Jumlah sample 100. Data terkumpul dianalisis secara univariat. Hasil penelitian di 7 ruang kelas STIKes Dharma Husada Bandung, pencahayaannya belum memenuhi standar(144 lux). Pengukuran letak proyektor sudut horizontal dan vertikal masih di bawah standar. Keluhan Kelelahan mata yang terjadi di STIKes Dharma Husada Bandung tertinggi diantaranya bahu terasa nyeri sebanyak 84 responden (84 %) dan paling sedikit keluhan pusing disertai mual sebanyak 28 responden (28%). Pencahayaan ruang kelas sesuai standar serta tata letak proyektor sesuai dengan sudut vertikal dan horiontal sehingga dapat mengurangi keluhan kelelahan mata mashasiswa/i STIKes Dharma Husada Bandung.","PeriodicalId":17702,"journal":{"name":"Jurnal Sehat Masada","volume":"14 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-07-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87446354","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tajam penglihatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu usia, penerangan, silau, ukuran pupil, masa kerja, dan lama kerja. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan refraksi pada tiap tingkatan pencahayaan di ruang laboraturium refraksi optisi STIKes Dharma Husada Bandung Tahun 2019. Rancangan penelitian adalah deskriptif, dengan melakukan pengukuran visus dasar dan visus koreksi pada tingkat pencahayaan optimal (300 lux), rendah (150 lux), dan tinggi (750 lux). Sampel penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling, mahasiswa reguler Diploma III Refraksi Optisi STIKes Dharma Husada Bandung tingkat 1 dan 2 yang berjumlah 35 orang. Pengolahan data dilakukan secara otomatis, kemudian dianalisis secara univariat untuk melihat distribusi frekuensi variabel yang diteliti. Dari hasil penelitian didapatkan perbandingan perbedaan visus dasar pada tingkat pencahayaan optimal, rendah dan tinggi adalah sebanyak 27%. Perbandingan perbedaan visus koreksi pada tingkat pencahayaan optimal, rendah dan tinggi adalah sebanyak 25%. Penulis menyarankan pencahayaan di laboraturium harus dilakukan pembaharuan karena pencahayaan yang ada masih jauh dari standar untuk melakukan pemeriksaan refraksi.
{"title":"Perbandingan antara Visus Hasil Pemeriksaan Refraksi pada Tingkat Pencahayaan Optimal, Rendah, dan Tinggi di Ruang Laboratorium Refraksi Optisi STIKes Dharma Husada Bandung","authors":"S. Suparni, Benita Erma Indriyani","doi":"10.38037/JSM.V14I2.150","DOIUrl":"https://doi.org/10.38037/JSM.V14I2.150","url":null,"abstract":"Tajam penglihatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu usia, penerangan, silau, ukuran pupil, masa kerja, dan lama kerja. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan refraksi pada tiap tingkatan pencahayaan di ruang laboraturium refraksi optisi STIKes Dharma Husada Bandung Tahun 2019. \u0000Rancangan penelitian adalah deskriptif, dengan melakukan pengukuran visus dasar dan visus koreksi pada tingkat pencahayaan optimal (300 lux), rendah (150 lux), dan tinggi (750 lux). Sampel penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling, mahasiswa reguler Diploma III Refraksi Optisi STIKes Dharma Husada Bandung tingkat 1 dan 2 yang berjumlah 35 orang. Pengolahan data dilakukan secara otomatis, kemudian dianalisis secara univariat untuk melihat distribusi frekuensi variabel yang diteliti. \u0000Dari hasil penelitian didapatkan perbandingan perbedaan visus dasar pada tingkat pencahayaan optimal, rendah dan tinggi adalah sebanyak 27%. Perbandingan perbedaan visus koreksi pada tingkat pencahayaan optimal, rendah dan tinggi adalah sebanyak 25%. \u0000Penulis menyarankan pencahayaan di laboraturium harus dilakukan pembaharuan karena pencahayaan yang ada masih jauh dari standar untuk melakukan pemeriksaan refraksi.","PeriodicalId":17702,"journal":{"name":"Jurnal Sehat Masada","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-07-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"76213530","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}