K. F. Rinca, Elisabeth Yulia Nugraha, Yohana Maria Febriski Bollyn, Maria Tarsisia Luju, Hendrikus Demon Tukan, Wigbertus Gaut Utama
African Swine Fever (ASF) merupakan penyakit menular dengan tingkat morbiditas dan mortalitas tinggi yang menyerang ternak babi, baik ternak babi domestik maupun babi liar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat mobiditas dan mortalitas African Swine Fever pada Peternakan Rakyat yang tersebar di 12 Kecamatan di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder ternak babi yang sakit dan mati akibat virus ASF. Penentuan status infeksi ASF melalui pemeriksaan sampel melalui metode polymerase chain reaction (PCR) yang dilakukan di Balai Besar Veteriner Denpasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa morbiditas dan mortalitas pada ternak babi yang terinfeksi ASF mengalami peningkatan dari tahun 2020 hingga 2021. Morbiditas atau tingkat kesakitan secara menyeluruh meningkat dari 1,67 % di tahun 2020 menjadi 3,86% di tahun 2021. Penyebab tingginya morbiditas ASF di Kabupaten Mangarai Barat antara lain masyarakat belum memahami penerapan biosekuriti yang ketat, sistem pemeliharaan masih secara tradisonal, populasi babi liar yang tidak teridentifikasi dan personal. Mortalitas atau tingkat kematian secara menyeluruh meningkat dari 1,36 % di tahun 2020 menjadi 3,37% di tahun 2021. Penyebab meningkatnya mortalitas antara kurangnya pengetahuan masyarakat tentang transmisi penyakit, gejala klinis penyakit, sumber infeksi penyakit, dan pencegahan penyakit. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas, peningkatan kasus ASF di Kabupaten Manggarai Barat disebabkan oleh peternak itu sendiri. Oleh karena itu, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan perlu melakukan edukasi dan pemberdayaan kepada peternak di Kabupaten Mangggarai Barat agar lebih memahami ASF sehingga angka morbiditas dan mortalitas menurun.
{"title":"Tingkat Morbiditas dan Mortalitas African Swine Fever pada Peternakan Rakyat di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Indonesia","authors":"K. F. Rinca, Elisabeth Yulia Nugraha, Yohana Maria Febriski Bollyn, Maria Tarsisia Luju, Hendrikus Demon Tukan, Wigbertus Gaut Utama","doi":"10.22146/jsv.75422","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jsv.75422","url":null,"abstract":"African Swine Fever (ASF) merupakan penyakit menular dengan tingkat morbiditas dan mortalitas tinggi yang menyerang ternak babi, baik ternak babi domestik maupun babi liar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat mobiditas dan mortalitas African Swine Fever pada Peternakan Rakyat yang tersebar di 12 Kecamatan di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder ternak babi yang sakit dan mati akibat virus ASF. Penentuan status infeksi ASF melalui pemeriksaan sampel melalui metode polymerase chain reaction (PCR) yang dilakukan di Balai Besar Veteriner Denpasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa morbiditas dan mortalitas pada ternak babi yang terinfeksi ASF mengalami peningkatan dari tahun 2020 hingga 2021. Morbiditas atau tingkat kesakitan secara menyeluruh meningkat dari 1,67 % di tahun 2020 menjadi 3,86% di tahun 2021. Penyebab tingginya morbiditas ASF di Kabupaten Mangarai Barat antara lain masyarakat belum memahami penerapan biosekuriti yang ketat, sistem pemeliharaan masih secara tradisonal, populasi babi liar yang tidak teridentifikasi dan personal. Mortalitas atau tingkat kematian secara menyeluruh meningkat dari 1,36 % di tahun 2020 menjadi 3,37% di tahun 2021. Penyebab meningkatnya mortalitas antara kurangnya pengetahuan masyarakat tentang transmisi penyakit, gejala klinis penyakit, sumber infeksi penyakit, dan pencegahan penyakit. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas, peningkatan kasus ASF di Kabupaten Manggarai Barat disebabkan oleh peternak itu sendiri. Oleh karena itu, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan perlu melakukan edukasi dan pemberdayaan kepada peternak di Kabupaten Mangggarai Barat agar lebih memahami ASF sehingga angka morbiditas dan mortalitas menurun.","PeriodicalId":17708,"journal":{"name":"Jurnal Sain Veteriner","volume":"27 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78819555","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Fauziah Mustika Putri, Agung Janika Sitasiwi, Sri Isdadiyanto, Siti Muflichatun Mardati
Ekstrak daun mimba memiliki aktivitas antioksidan yang memberikan efek terapeutik luas. Penelitian in vivo berbasis bio-nanomaterial banyak digunakan sebagai drug delivery untuk meningkatkan ketersediaan hayati pada obat selama berada di sirkulasi sistemik. Kombinasi antara nanopartikel dan ekstrak daun mimba perlu diketahui kadar keamananya bagi tubuh. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh nanopartikel kitosan ekstrak etanol daun mimba terhadap profil leukosit tikus jantan galur Sprague Dawley jantan yang ditunjukkan dengan jumlah total dan diferensial leukosit. Penelitian ini menggunakan desain RAL dengan 4 ekor tikus jantan dari 4 kelompok perlakuan terdiri dari P0 (akuades), P1 (larutan nanopartikel kitosan), P2 (NEEDM 50%), P3 (NEEDM 100%). Pemberian perlakuan diberikan secara oral selama 28 hari. Semua prosedur penelitian telah disetujui oleh komisi etik KEPK FK UNDIP, Semarang dengan nomor sertifikat 29/EC/H/FK-UNDIP/III/2021. Sintesis nanopartikel kitosan menggunakan metode gelasi ionik dan berhasil mendapatkan ukuran nano sebesar 232,3 nm, 700,1 nm, dan 297,3 nm. Uji fitokimia pada ekstrak etanol daun mimba positif mengandung senyawa fenolik, alkaloid, flavonoid, terpenoid, tanin, dan saponin. Variabel yang diamati yaitu jumlah total dan diferensial leukosit. Data dianalisis dengan Statistical Product and Service Solution (SPSS). Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan secara nyata antar kelompok perlakuan (P>0,05). Jumlah total leukosit, dan jumlah rataan limfosit, monosit, dan neutrofil segmen masih dalam kisaran normal. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa pemberian sediaan nanopartikel kitosan ekstrak etanol daun mimba memberikan efek protektif terhadap sistem imun dan tidak bersifat toksik.
{"title":"Profil Leukosit Tikus Jantan (Rattus novergicus L.) Galur Sprague Dawley Setelah Paparan Nanopartikel Kitosan Ekstrak Etanol Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss.)","authors":"Fauziah Mustika Putri, Agung Janika Sitasiwi, Sri Isdadiyanto, Siti Muflichatun Mardati","doi":"10.22146/jsv.75946","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jsv.75946","url":null,"abstract":"Ekstrak daun mimba memiliki aktivitas antioksidan yang memberikan efek terapeutik luas. Penelitian in vivo berbasis bio-nanomaterial banyak digunakan sebagai drug delivery untuk meningkatkan ketersediaan hayati pada obat selama berada di sirkulasi sistemik. Kombinasi antara nanopartikel dan ekstrak daun mimba perlu diketahui kadar keamananya bagi tubuh. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh nanopartikel kitosan ekstrak etanol daun mimba terhadap profil leukosit tikus jantan galur Sprague Dawley jantan yang ditunjukkan dengan jumlah total dan diferensial leukosit. Penelitian ini menggunakan desain RAL dengan 4 ekor tikus jantan dari 4 kelompok perlakuan terdiri dari P0 (akuades), P1 (larutan nanopartikel kitosan), P2 (NEEDM 50%), P3 (NEEDM 100%). Pemberian perlakuan diberikan secara oral selama 28 hari. Semua prosedur penelitian telah disetujui oleh komisi etik KEPK FK UNDIP, Semarang dengan nomor sertifikat 29/EC/H/FK-UNDIP/III/2021. Sintesis nanopartikel kitosan menggunakan metode gelasi ionik dan berhasil mendapatkan ukuran nano sebesar 232,3 nm, 700,1 nm, dan 297,3 nm. Uji fitokimia pada ekstrak etanol daun mimba positif mengandung senyawa fenolik, alkaloid, flavonoid, terpenoid, tanin, dan saponin. Variabel yang diamati yaitu jumlah total dan diferensial leukosit. Data dianalisis dengan Statistical Product and Service Solution (SPSS). Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan secara nyata antar kelompok perlakuan (P>0,05). Jumlah total leukosit, dan jumlah rataan limfosit, monosit, dan neutrofil segmen masih dalam kisaran normal. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa pemberian sediaan nanopartikel kitosan ekstrak etanol daun mimba memberikan efek protektif terhadap sistem imun dan tidak bersifat toksik.","PeriodicalId":17708,"journal":{"name":"Jurnal Sain Veteriner","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"89190937","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Nabilah Putroe Agung, Dwi Priyowidodo, Ida Tjahajati, L. Gunawan
Dogs are one of the pet animals that have a loyal nature and are widely cared for in the community. It is not uncommon for dogs to often play in parks or outdoor environments that are surrounded by grass to play with their owners. The grass is a breeding ground for ticks, which can be vectors of disease carriers for dogs. Babesiosis is a disease caused by Babesia sp. and is transmitted by tick vectors. In this paper, we will discuss the clinical condition, diagnosis, and treatment of one dog with babesiosis at the Lilipoet clinic, Yogyakarta. A Shih-Tzu dog has clinical symptoms of fever with a temperature of 39.9oC, decreased appetite, and has a history of yellow vomiting, and found one tick. Blood was collected for microscopic examination of blood smears, blood hematologic, and molecular examination. Hematologic examination of the blood showed the value of thrombocytopenia with a value of 32 x 103/µL. Molecular examination with Polymerase Chain Reaction (PCR) showed positive results of Babesia sp. with visible DNA bands at 490bp. Treatment was carried out by giving one dose of antiprotozoal diminazen aceturate 3.5 mg/kg BW and doxycycline 10mg/kg BW once a day for 14 days.
{"title":"Diagnosis dan Pengobatan Babesiosis pada Anjing Shih-Tzu di Klinik Lilipoet, Yogyakarta, Indonesia","authors":"Nabilah Putroe Agung, Dwi Priyowidodo, Ida Tjahajati, L. Gunawan","doi":"10.22146/jsv.74202","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jsv.74202","url":null,"abstract":"Dogs are one of the pet animals that have a loyal nature and are widely cared for in the community. It is not uncommon for dogs to often play in parks or outdoor environments that are surrounded by grass to play with their owners. The grass is a breeding ground for ticks, which can be vectors of disease carriers for dogs. Babesiosis is a disease caused by Babesia sp. and is transmitted by tick vectors. In this paper, we will discuss the clinical condition, diagnosis, and treatment of one dog with babesiosis at the Lilipoet clinic, Yogyakarta. A Shih-Tzu dog has clinical symptoms of fever with a temperature of 39.9oC, decreased appetite, and has a history of yellow vomiting, and found one tick. Blood was collected for microscopic examination of blood smears, blood hematologic, and molecular examination. Hematologic examination of the blood showed the value of thrombocytopenia with a value of 32 x 103/µL. Molecular examination with Polymerase Chain Reaction (PCR) showed positive results of Babesia sp. with visible DNA bands at 490bp. Treatment was carried out by giving one dose of antiprotozoal diminazen aceturate 3.5 mg/kg BW and doxycycline 10mg/kg BW once a day for 14 days.","PeriodicalId":17708,"journal":{"name":"Jurnal Sain Veteriner","volume":"14 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82859696","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Anastasia Sylvianka Dwi Jayanti, A. J. Sitasiwi, S. Isdadiyanto
Diabetes mellitus (DM) is a chronic condition which caused by insulin secretion disorder, insulin resistance or both. High number of diabetics per year has led many researchers to conduct research to find the most safe and effective medicine for DM treatment. Flavonoid are known to act as inhibitors of α-amylase as a parameter of pancreatic damage and help lower blood glucose levels. One source of flavonoids is purslane. The aim of this study was to examine the effect of purslane ethanol extract on glucose and α-amylase levels in rat. Twenty rats Rattus novergicus L. strain Wistar are divided into 5 groups; control, positive control, and three test groups, each was given purslane ethanol extract of 100 mg/kgBW, 200 mg/kgBW, and 300 mg/kgBW. Blood glucose and body weight were measured before alloxan induction, after induction, as well as day- 7, 14, 21, and 28; while feed and drink consumption were measured everyday starting with the administration of purslane ethanol extract. The α-amylase test was carried out on the 28th day using enzymatic UV determination of degradation product of maltose and glucose method. The analysis result showed that rats blood glucose and α-amylase decreased in each group with purslane extract. The antioxidant content of flavonoids in purslane ethanol extract has been shown to have anti-diabetic effects by repairing pancreatic function.
糖尿病(DM)是由胰岛素分泌紊乱、胰岛素抵抗或两者兼而有之引起的慢性疾病。每年大量的糖尿病患者导致许多研究人员进行研究,以寻找最安全有效的药物治疗糖尿病。已知类黄酮可作为α-淀粉酶的抑制剂,作为胰腺损伤的参数,并有助于降低血糖水平。黄酮类化合物的来源之一是马齿苋。研究马齿苋乙醇提取物对大鼠葡萄糖和α-淀粉酶水平的影响。选取褐家鼠(Rattus novergicus L.) Wistar株20只,分为5组;对照组、阳性对照组和3个试验组,分别给予马齿苋乙醇提取物100 mg/kgBW、200 mg/kgBW和300 mg/kgBW。测定四氧嘧啶诱导前、诱导后及第7、14、21、28天的血糖和体重;从马齿苋乙醇提取物开始,每天测量饲料和饮料消耗。第28天进行α-淀粉酶试验,采用酶紫外法测定麦芽糖和葡萄糖的降解产物。分析结果显示,马齿苋提取物各组大鼠血糖和α-淀粉酶均降低。马齿苋乙醇提取物中黄酮类化合物的抗氧化成分已被证明具有修复胰腺功能的抗糖尿病作用。
{"title":"Effect of Purslane (Portulaca oleracea L.) Ethanol Extract in Alloxan-induced Hyperglycemic Rats (Rattus novergicus L.) Blood Glucose Levels","authors":"Anastasia Sylvianka Dwi Jayanti, A. J. Sitasiwi, S. Isdadiyanto","doi":"10.22146/jsv.61937","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jsv.61937","url":null,"abstract":"Diabetes mellitus (DM) is a chronic condition which caused by insulin secretion disorder, insulin resistance or both. High number of diabetics per year has led many researchers to conduct research to find the most safe and effective medicine for DM treatment. Flavonoid are known to act as inhibitors of α-amylase as a parameter of pancreatic damage and help lower blood glucose levels. One source of flavonoids is purslane. The aim of this study was to examine the effect of purslane ethanol extract on glucose and α-amylase levels in rat. Twenty rats Rattus novergicus L. strain Wistar are divided into 5 groups; control, positive control, and three test groups, each was given purslane ethanol extract of 100 mg/kgBW, 200 mg/kgBW, and 300 mg/kgBW. Blood glucose and body weight were measured before alloxan induction, after induction, as well as day- 7, 14, 21, and 28; while feed and drink consumption were measured everyday starting with the administration of purslane ethanol extract. The α-amylase test was carried out on the 28th day using enzymatic UV determination of degradation product of maltose and glucose method. The analysis result showed that rats blood glucose and α-amylase decreased in each group with purslane extract. The antioxidant content of flavonoids in purslane ethanol extract has been shown to have anti-diabetic effects by repairing pancreatic function.","PeriodicalId":17708,"journal":{"name":"Jurnal Sain Veteriner","volume":"44 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"85537178","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Andriyanto Andriyanto, Leliana Nugrahaning Widi, Rindy Fazni Nengsih, H. Putra, Mawar Subangkit, Elpita Tarigan, Yusa Irarang, A. Mustika, Lina Noviyanti Sutardi, W. Manalu
Taoge memiliki berbagai manfaat farmakologis yang berpotensi besar untuk meningkatkan kesehatan. Penelitian ini dilakukan untuk mengeksplorasi keamanan dari konsumsi maserasi taoge melalui pengamatan terhadap profil hematologi dan biokimia darah. Sebanyak 15 ekor tikus betina galur Sprague Dawley berumur 8 minggu, memiliki bobot badan 220-230 g, dan belum pernah bunting dikelompokkan secara acak ke dalam 3 kelompok perlakuan (n=5 tikus), yaitu kelompok kontrol (diberi air mineral); kelompok maserasi taoge 1%; dan kelompok maserasi taoge 5%. Pemberian maserasi dilakukan melalui air minum dan dilaksanakan selama 20 hari. Hasil menunjukkan bahwa secara umum perlakuan maserasi taoge tidak memberikan pengaruh nyata (P>0.05) terhadap profil hematologi dan biokimia darah tikus percobaan. Terdapat peningkatan signifikan (P>0.05) pada kadar hemoglobin pada kelompok maserasi taoge 1% dibandingkan dengan kontrol yang lebih tinggi dari nilai normal. Hal yang serupa juga terjadi pada nilai neutrofil yang lebih tinggi dari nilai normal namun tidak berbeda nyata dengan kontrol (p>0.05). Selain keduanya, semua parameter menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kelompok kontrol dan berada pada rentang nilai normal.. Hal ini mengindikasikan bahwa pemberian maserasi tauge tidak memberikan efek negatif dan toksik pada dosis 1 dan 5% terhadap profil darah serta fungsi organ hati dan ginjal.
{"title":"Efek Pemberian Maserasi Taoge (Vigna radiata) terhadap Profil Hematologi dan Biokimia Darah Tikus Betina","authors":"Andriyanto Andriyanto, Leliana Nugrahaning Widi, Rindy Fazni Nengsih, H. Putra, Mawar Subangkit, Elpita Tarigan, Yusa Irarang, A. Mustika, Lina Noviyanti Sutardi, W. Manalu","doi":"10.22146/jsv.73351","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jsv.73351","url":null,"abstract":"Taoge memiliki berbagai manfaat farmakologis yang berpotensi besar untuk meningkatkan kesehatan. Penelitian ini dilakukan untuk mengeksplorasi keamanan dari konsumsi maserasi taoge melalui pengamatan terhadap profil hematologi dan biokimia darah. Sebanyak 15 ekor tikus betina galur Sprague Dawley berumur 8 minggu, memiliki bobot badan 220-230 g, dan belum pernah bunting dikelompokkan secara acak ke dalam 3 kelompok perlakuan (n=5 tikus), yaitu kelompok kontrol (diberi air mineral); kelompok maserasi taoge 1%; dan kelompok maserasi taoge 5%. Pemberian maserasi dilakukan melalui air minum dan dilaksanakan selama 20 hari. Hasil menunjukkan bahwa secara umum perlakuan maserasi taoge tidak memberikan pengaruh nyata (P>0.05) terhadap profil hematologi dan biokimia darah tikus percobaan. Terdapat peningkatan signifikan (P>0.05) pada kadar hemoglobin pada kelompok maserasi taoge 1% dibandingkan dengan kontrol yang lebih tinggi dari nilai normal. Hal yang serupa juga terjadi pada nilai neutrofil yang lebih tinggi dari nilai normal namun tidak berbeda nyata dengan kontrol (p>0.05). Selain keduanya, semua parameter menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kelompok kontrol dan berada pada rentang nilai normal.. Hal ini mengindikasikan bahwa pemberian maserasi tauge tidak memberikan efek negatif dan toksik pada dosis 1 dan 5% terhadap profil darah serta fungsi organ hati dan ginjal.","PeriodicalId":17708,"journal":{"name":"Jurnal Sain Veteriner","volume":"23 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"85032081","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ridi Arif, E. Retnani, Fadjar Satrija, Rizky Diyu Purnama
Infeksi Haemonchus contortus atau haemonchosis umumnya terjadi pada ruminansia kecil seperti domba. Haemonchus contortus adalah spesies yang paling patogenik pada ruminansia kecil dan berhabitat di abomasum. Hewan yang terinfeksi Haemonchus contortus secara berangsur-angsur akan mengalami anemia karena aktivitas cacing yang menghisap darah. Selain menimbulkan anemia, domba akan mengalami penurunan bobot badan akibat penurunan daya cerna. Infeksi tersebut dapat berjalan secara akut maupun kronis dan dalam kondisi tertentu dapat juga mengakibatkan kematian pada hewan. Oleh karena itu dibutuhkan perangkat yang efektif dan efisien untuk mengindentifikasi keberadaan telur cacing Haemonchus contortus sebagai alat deteksi cepat telur cacing. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat perangkat cerdas berbasis Algoritma YOLOv3 yang mampu mendeteksi dan mengidentifikasi telur cacing Haemonchus contortus secara cepat. Penelitian ini menggunakan Algoritma You Only Look Once (YOLO) versi 3 yang merupakan algoritma yang dikembangkan untuk membantu mendeteksi objek secara realtime. Algoritma YOLO dijalankan dalam framework aplikasi anaconda dengan menggunakan pycharm dan aplikasi OPENCV. Identifikasi telur Haemonchus contortus secara otomatis berhasil dilakukan dengan proses tagging pada dataset dan membuat file weight training bagi YOLO. Hasil uji coba menggunakan mikroskop cahaya dan smartphone menunjukan bahwa bahwa Algoritma YOLO mampu mengidentifikasi telur Haemonchus contortus dengan nilai confidence lebih dari 90%. Penggunaan perangkat Dino-Lite yang terhubung pada mikroskop cahaya menunjukan algoritma YOLO tidak dapat berjalan karena adanya enkripsi pada perangkat tersebut. Otomatisasi pendeteksian telur Haemonchus contortus dapat dilakukan dengan memanfaatkan Algoritma YOLOv3 yang dibantu dengan hardware berupa laptop dan smartphone android serta memiliki kemampuan identifikasi dengan tingkat akurasi yang tinggi.
{"title":"Pendeteksian secara Otomatis Telur Cacing Haemonchus contortus menggunakan Algoritma YOLOv3","authors":"Ridi Arif, E. Retnani, Fadjar Satrija, Rizky Diyu Purnama","doi":"10.22146/jsv.71945","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jsv.71945","url":null,"abstract":"Infeksi Haemonchus contortus atau haemonchosis umumnya terjadi pada ruminansia kecil seperti domba. Haemonchus contortus adalah spesies yang paling patogenik pada ruminansia kecil dan berhabitat di abomasum. Hewan yang terinfeksi Haemonchus contortus secara berangsur-angsur akan mengalami anemia karena aktivitas cacing yang menghisap darah. Selain menimbulkan anemia, domba akan mengalami penurunan bobot badan akibat penurunan daya cerna. Infeksi tersebut dapat berjalan secara akut maupun kronis dan dalam kondisi tertentu dapat juga mengakibatkan kematian pada hewan. Oleh karena itu dibutuhkan perangkat yang efektif dan efisien untuk mengindentifikasi keberadaan telur cacing Haemonchus contortus sebagai alat deteksi cepat telur cacing. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat perangkat cerdas berbasis Algoritma YOLOv3 yang mampu mendeteksi dan mengidentifikasi telur cacing Haemonchus contortus secara cepat. Penelitian ini menggunakan Algoritma You Only Look Once (YOLO) versi 3 yang merupakan algoritma yang dikembangkan untuk membantu mendeteksi objek secara realtime. Algoritma YOLO dijalankan dalam framework aplikasi anaconda dengan menggunakan pycharm dan aplikasi OPENCV. Identifikasi telur Haemonchus contortus secara otomatis berhasil dilakukan dengan proses tagging pada dataset dan membuat file weight training bagi YOLO. Hasil uji coba menggunakan mikroskop cahaya dan smartphone menunjukan bahwa bahwa Algoritma YOLO mampu mengidentifikasi telur Haemonchus contortus dengan nilai confidence lebih dari 90%. Penggunaan perangkat Dino-Lite yang terhubung pada mikroskop cahaya menunjukan algoritma YOLO tidak dapat berjalan karena adanya enkripsi pada perangkat tersebut. Otomatisasi pendeteksian telur Haemonchus contortus dapat dilakukan dengan memanfaatkan Algoritma YOLOv3 yang dibantu dengan hardware berupa laptop dan smartphone android serta memiliki kemampuan identifikasi dengan tingkat akurasi yang tinggi. ","PeriodicalId":17708,"journal":{"name":"Jurnal Sain Veteriner","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83041862","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Erwin ., Rusli ., A. ., T. Karmil, Muhammad Fauzih Asjikin, Afif Yuda Kusuma
The Mixed Shih-Tzu dog, 3 years old and 4.3 kg body weight, had clinical signs of unable to stand, both rear limbs suffer from diplegic lameness so that they are only able to rely on both forelimbs. The owner said that her dog is traumatized by a four-wheeled vehicle. The results of blood profile before surgery showed physiological, only an increase in leukocyte cells 18.83 x103/µL. The radiographic examination with a ventral-dorsal position shows oblique fractures in the pelvic dexter and dislocation of the pelvic sacroiliac sinister bone. The method of handling used was open reduction internal fixation (ORIF) using a 2.0 veterinary cuttable plate (VCP) bone plate with a 2.0 mm cortical self-tapping screw for pelvic fractures and 2.7 mm cortical non-self-tapping for sacroiliac dislocations. The dog walked and showed a good progress in one week after ORIF, based on clinical and post-operative radiographic examinations, sacroiliac fracture-dislocation fixation using VCP with 2.0 mm self-tapping screw cortical for pelvic fracture and 2.7 mm non self-tapping for sacroiliac dislocation provides excellent stabilization and no visible complications.
{"title":"Fixation of Sacroiliac Fraktur-Luxation Using Plate 2.0 with screw 2.0 mm cortical self-tapping and 2.7 mm cortical non self-tapping","authors":"Erwin ., Rusli ., A. ., T. Karmil, Muhammad Fauzih Asjikin, Afif Yuda Kusuma","doi":"10.22146/jsv.53112","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jsv.53112","url":null,"abstract":"The Mixed Shih-Tzu dog, 3 years old and 4.3 kg body weight, had clinical signs of unable to stand, both rear limbs suffer from diplegic lameness so that they are only able to rely on both forelimbs. The owner said that her dog is traumatized by a four-wheeled vehicle. The results of blood profile before surgery showed physiological, only an increase in leukocyte cells 18.83 x103/µL. The radiographic examination with a ventral-dorsal position shows oblique fractures in the pelvic dexter and dislocation of the pelvic sacroiliac sinister bone. The method of handling used was open reduction internal fixation (ORIF) using a 2.0 veterinary cuttable plate (VCP) bone plate with a 2.0 mm cortical self-tapping screw for pelvic fractures and 2.7 mm cortical non-self-tapping for sacroiliac dislocations. The dog walked and showed a good progress in one week after ORIF, based on clinical and post-operative radiographic examinations, sacroiliac fracture-dislocation fixation using VCP with 2.0 mm self-tapping screw cortical for pelvic fracture and 2.7 mm non self-tapping for sacroiliac dislocation provides excellent stabilization and no visible complications.","PeriodicalId":17708,"journal":{"name":"Jurnal Sain Veteriner","volume":"29 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75417524","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
M. C. C. Malelak, A. Wahyuni, A. Wijayanti, V. C. Prakasita
Growth Promoter Antibiotics are used to prevent disease and promote growth and production in poultry. Repeated admnistration of feed can have a microorganic resistance effect, accumulation of antibiotic residues in animal and environmental products and imbalance of normal microflora in the intestine. The antibacterial and carbohydrate content of some natural ingredients can be potential as a replacement candidate for AGP. This study aims to determine the role of a combination of wild ginger, honey, and probiotics (Bacillus subtilis and Lactobacillus acidophilus) as AGP candiate in Vitro. The antibacterial activity of the combination of wild ginger and honey against pathogens (E. coli) and their use against probiotics was tested by disk diffusion method, while the calculation of optical density values to determine the minimum inhibitory concentration and minimum bactericidal concentration was carried out on E. coli. The ability of inhibition of probiotics against pathogens is also done by the disk diffusion method. The disk diffusion test results showed the best combination was extract of 25% wild ginger aquades + 100% Lombok honey with inhibition zone diameter (8,53 ±, 03). Optical density values indicate this combination is able to inhibit and kill E. coli (DO 0,00 ±, 002) and support B. subtilis (DO 0,18 ±, 002) and L. acidophilus (DO 0.25 ±, 005) significantly better than positive control. MIC value of wild ginger aquades extract and honey combination against E. coli is wild ginger aquades extract 3.13% + Lombok honey 25%, while MBC value is wild ginger aquades extract 6,25% + Lombok honey 25%. The combination of B. subtilis and L. acidophilus showed the largest inhibitory zone diameter against E. coli (7,30 ±, 02 mm) compared to individual colonies. The combination of wild ginger and honey, in addition to inhibiting also able to kill pathogens and support the growth of probiotics, so this formula can be used as one of the replacement candidates for AGP.
{"title":"Combination of Wild ginger, Honey, and Probiotics as Growth Prometer Candidates : An in Vitro Study","authors":"M. C. C. Malelak, A. Wahyuni, A. Wijayanti, V. C. Prakasita","doi":"10.22146/jsv.53256","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jsv.53256","url":null,"abstract":"Growth Promoter Antibiotics are used to prevent disease and promote growth and production in poultry. Repeated admnistration of feed can have a microorganic resistance effect, accumulation of antibiotic residues in animal and environmental products and imbalance of normal microflora in the intestine. The antibacterial and carbohydrate content of some natural ingredients can be potential as a replacement candidate for AGP. This study aims to determine the role of a combination of wild ginger, honey, and probiotics (Bacillus subtilis and Lactobacillus acidophilus) as AGP candiate in Vitro. The antibacterial activity of the combination of wild ginger and honey against pathogens (E. coli) and their use against probiotics was tested by disk diffusion method, while the calculation of optical density values to determine the minimum inhibitory concentration and minimum bactericidal concentration was carried out on E. coli. The ability of inhibition of probiotics against pathogens is also done by the disk diffusion method. The disk diffusion test results showed the best combination was extract of 25% wild ginger aquades + 100% Lombok honey with inhibition zone diameter (8,53 ±, 03). Optical density values indicate this combination is able to inhibit and kill E. coli (DO 0,00 ±, 002) and support B. subtilis (DO 0,18 ±, 002) and L. acidophilus (DO 0.25 ±, 005) significantly better than positive control. MIC value of wild ginger aquades extract and honey combination against E. coli is wild ginger aquades extract 3.13% + Lombok honey 25%, while MBC value is wild ginger aquades extract 6,25% + Lombok honey 25%. The combination of B. subtilis and L. acidophilus showed the largest inhibitory zone diameter against E. coli (7,30 ±, 02 mm) compared to individual colonies. The combination of wild ginger and honey, in addition to inhibiting also able to kill pathogens and support the growth of probiotics, so this formula can be used as one of the replacement candidates for AGP. ","PeriodicalId":17708,"journal":{"name":"Jurnal Sain Veteriner","volume":"64 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"76283484","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
S. Wahyuni, E. -, M. Ak, Fakhrurrazi ., M. Jalaluddin, T. Z. Helmi
Abstract The crop is the part of the chicken's digestive tract that is more likely to break during processing. This research aimed to isolate Salmonella sp. from crop in local chickens and broiler from the Peunayong Chicken Market in Banda Aceh. Samples were swab contents of crop from 15 crops of local chickens and 15 crops of broiler. This research is a Cross sectional study with Carter method, starts with a swab of crop contents and then is inserted into the Selenite Cystine Broth (SCB) media, if the color of the media becomes orange, then followed by streaking bacteria on Salmonella Shigella Agar (SSA) media. Then observed the morphology that grew on SSA media including size, shape, surface, elevation, edges, aspects and colony color, followed by Gram stain to observe bacterial morphology microscopically. The research data were analyzed descriptively, displayed in figures and tables. The results of the isolation showed that 7 from 15 samples (46%) of local chicken cropping and 15 from 15 samples (100%) of broiler were positive for Salmonella sp. Therefore, it can be concluded that Salmonella sp. can be isolated from local chicken and broiler, Salmonella sp. prevalence is higher in broiler than in local chicken.Keywords : Eviserasi; Food borne disease; Gram negatif; Zoonotic disease Abstrak Tembolok merupakan bagian saluran pencernaan ayam yang lebih mungkin pecah selama pemrosesan. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi Salmonella sp. pada tembolok ayam buras dan ayam ras yang berasal dari Pasar Ayam Peunayong Kota Banda Aceh. Sampel berupa swab isi tembolok dari 15 tembolok ayam buras dan 15 tembolok ayam ras. Penelitian ini merupakan Cross sectional dengan metode Carter dimulai dari swab isi tembolok kemudian dimasukkan kedalam media Selenite Cystine Broth (SCB), apabila warna media menjadi orange dilanjutkan dengan penanaman bakteri pada media Salmonella Shigella Agar (SSA). Kemudian diamati morfologi yang tumbuh pada media SSA meliputi ukuran, bentuk, permukaan, elevasi, tepi, aspek dan warna koloni, dilanjutkan dengan pewarnaan Gram untuk mengamati morfologi bakteri secara mikroskopis. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif, ditampilkan dalam bentuk gambar dan tabel. Hasil isolasi didapatkan bahwa pada 7 dari 15 (46%) sampel tembolok ayam buras dan 15 dari 15 sampel (100%) sampel tembolok ayam ras positif terdapat Salmonella sp. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa Salmonella sp. dapat disolasi dari tembolok ayam buras dan ayam ras, prevalensi Salmonella sp. lebih tinggi pada ayam ras dibandingkan ayam buras.Kata kunci : Eviserasi; Food borne Disease; Gram negative; Zoonotic disease
作物是鸡的消化道的一部分,在加工过程中更容易破裂。本研究旨在从班达亚齐省Peunayong鸡市场的当地鸡和肉鸡的作物中分离沙门氏菌。样本为15种地方鸡和15种肉鸡的作物拭子含量。本研究是采用Carter方法进行的横断面研究,首先用棉签提取作物内容物,然后将其插入亚硒酸盐胱氨酸肉汤(SCB)培养基中,如果培养基的颜色变为橙色,然后在志贺菌琼脂(SSA)培养基上进行细菌条纹。然后观察在SSA培养基上生长的细菌形态,包括大小、形状、表面、仰角、边缘、侧面和菌落颜色,再进行革兰氏染色,显微镜下观察细菌形态。对研究数据进行描述性分析,以图表形式显示。分离结果显示,15份地方鸡中有7份(46%)和15份肉鸡中有15份(100%)检出沙门菌。由此可见,沙门菌可以从地方鸡和肉鸡中分离到,肉鸡中沙门菌的流行率高于地方鸡。关键词:紫苔;食源性疾病;克负数;人畜共患疾病【摘要】【摘要】Tembolok merupakan bagian saluran pencernaan ayam yang lebih mungkin pecah selama pemrosesan。在哥打班达亚齐省,Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi沙门氏菌sp. pagada tembolok buras danayam ras yang berasal dari Pasar ayam Peunayong。样本抽取是15个tembollokayam buras和15个tembollokayam ras。横切面登革方法Carter dimulai dari棉签,tembolok kemudian dimasukkan kedalam培养基亚硒酸胱氨酸肉汤(SCB), apabila warna培养基menjadi orange dilanjutkan dengan bakteri paada培养基志贺氏菌琼脂(SSA)。Kemudian diamati morfologi yang tumbuh pada media SSA meliputi ukuran, bentuk, permukaan, elevasi, tepi, ask dan warna koloni, dilanjutkan dengan pewarnaan Gram untuk mengamati morfologi bakteri secara microskopis。数据包括:数据分析、数据分析、数据分析、数据分析、数据分析和数据分析。Hasil isolasi didapatkan bahwa pada 7 dari 15 (46%) sample tembolok ayam buras 15 (100%) sample tembolok ayam ras阳性terdapat Salmonella sp. Oleh sebab itu, dapat dispulkan bahwa Salmonella sp. dapat dispulkan bahwa Salmonella sp. dapat disolasi dari tembolok ayam buras dan ayam ras,流行沙门氏菌sp. lebih tinggi paada ayam ras dibandingkan ayam buras。Kata kunci: Eviserasi;食源性疾病;革兰氏阴性;人畜共患疾病
{"title":"ISOLASI SALMONELLA SP. DAN PREVALENSINYA PADA TEMBOLOK (INGLUVIENS) AYAM BURAS DAN AYAM RAS DI PASAR AYAM PEUNAYONG KOTA BANDA ACEH (Isolation of Salmonella sp. and Prevalence from Crops (Ingluviens) in Local Chicken and Broiler in Poultry Market Peunayong Banda Aceh)","authors":"S. Wahyuni, E. -, M. Ak, Fakhrurrazi ., M. Jalaluddin, T. Z. Helmi","doi":"10.22146/jsv.64584","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jsv.64584","url":null,"abstract":"Abstract The crop is the part of the chicken's digestive tract that is more likely to break during processing. This research aimed to isolate Salmonella sp. from crop in local chickens and broiler from the Peunayong Chicken Market in Banda Aceh. Samples were swab contents of crop from 15 crops of local chickens and 15 crops of broiler. This research is a Cross sectional study with Carter method, starts with a swab of crop contents and then is inserted into the Selenite Cystine Broth (SCB) media, if the color of the media becomes orange, then followed by streaking bacteria on Salmonella Shigella Agar (SSA) media. Then observed the morphology that grew on SSA media including size, shape, surface, elevation, edges, aspects and colony color, followed by Gram stain to observe bacterial morphology microscopically. The research data were analyzed descriptively, displayed in figures and tables. The results of the isolation showed that 7 from 15 samples (46%) of local chicken cropping and 15 from 15 samples (100%) of broiler were positive for Salmonella sp. Therefore, it can be concluded that Salmonella sp. can be isolated from local chicken and broiler, Salmonella sp. prevalence is higher in broiler than in local chicken.Keywords : Eviserasi; Food borne disease; Gram negatif; Zoonotic disease Abstrak Tembolok merupakan bagian saluran pencernaan ayam yang lebih mungkin pecah selama pemrosesan. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi Salmonella sp. pada tembolok ayam buras dan ayam ras yang berasal dari Pasar Ayam Peunayong Kota Banda Aceh. Sampel berupa swab isi tembolok dari 15 tembolok ayam buras dan 15 tembolok ayam ras. Penelitian ini merupakan Cross sectional dengan metode Carter dimulai dari swab isi tembolok kemudian dimasukkan kedalam media Selenite Cystine Broth (SCB), apabila warna media menjadi orange dilanjutkan dengan penanaman bakteri pada media Salmonella Shigella Agar (SSA). Kemudian diamati morfologi yang tumbuh pada media SSA meliputi ukuran, bentuk, permukaan, elevasi, tepi, aspek dan warna koloni, dilanjutkan dengan pewarnaan Gram untuk mengamati morfologi bakteri secara mikroskopis. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif, ditampilkan dalam bentuk gambar dan tabel. Hasil isolasi didapatkan bahwa pada 7 dari 15 (46%) sampel tembolok ayam buras dan 15 dari 15 sampel (100%) sampel tembolok ayam ras positif terdapat Salmonella sp. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa Salmonella sp. dapat disolasi dari tembolok ayam buras dan ayam ras, prevalensi Salmonella sp. lebih tinggi pada ayam ras dibandingkan ayam buras.Kata kunci : Eviserasi; Food borne Disease; Gram negative; Zoonotic disease","PeriodicalId":17708,"journal":{"name":"Jurnal Sain Veteriner","volume":"268 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77490940","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penyakit Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif dengan gangguan motorik seperti bradikinesia, rigiditas, dan tremor yang dapat mempengaruhi keseimbangan tubuh. Hal ini terjadi karena penurunan kadar dopamin yang dapat dipicu oleh adanya stres oksidatif. Kunyit (Curcuma longa) mengandung kurkumin yang mempunyai aktivitas antioksidatif dan neuroprotektif yang potensial sehingga dapat mencegah gangguan neurodegeneratif karena stres oksidatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas ekstrak rimpang kunyit pada mencit model Parkinson yang diinduksi haloperidol. Ekstraksi rimpang kunyit dilakukan secara maserasi dengan pelarut etanol 96%. Sebanyak 60 ekor mencit dibagi menjadi 6 kelompok, masing-masing mendapat perlakukan sebagai berikut : Kelompok normal diberi CMC-Na per oral (p.o) dan NaCl fisiologis intraperitoneal (i.p), kelompok haloperidol diberi CMC -Na (p.o) dan larutan haloperidol i.p (1 mg/kg BB), kelompok levodopa diberi levodopa (p.o) dan larutan haloperidol i.p, Kelompok ekstrak 100 diberi ekstrak kunyit dosis 100 mg/kg BB dan larutan haloperidol i.p , Kelompok ekstrak 200 diberi ekstrak kunyit dosis 200 mg/kg BB dan larutan haloperidol i.p, Kelompok ekstrak 400 diberi ekstrak kunyit dosis 400 mg/kg BB dan larutan haloperidol i.p. Pemberian CMC-Na, levodopa dan ekstrak kunyit diberikan selama 21 hari. Lima belas menit setelah pemberian perlakuan hari terakhir, semua hewan uji kecuali kelompok 1 diinjeksi haloperidol dosis 1 mg/kg BB secara i.p. Kemudian dilakukan uji batang, uji roda berputar, uji refleks geotaksis, uji refleks menghindari jurang dan uji kemampuan penciuman pada menit ke 5, 60, 120 dan 180. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji anova satu jalur dilanjutkan dengan uji post hoc LSD. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pemberian haloperidol dapat meningkatkan waktu katalepsi, meningkatkan jumlah jatuh dan mempercepat waktu jatuh pertama kali, menurunkan refleks geotaksis, meningkatkan waktu refleks menghindari jurang serta menurunkan kemampuan indera penciuman. Sedangkan pemberian ekstrak kunyit dosis 200 dan 400 mg/kgBB dapat menurunkan waktu katalepsi, menurunkan jumlah jatuh dan memperlama waktu jatuh pertama kali, menurunkan refleks geotaksis, menurunkan lama waktu pada uji refleks menghindari jurang serta meningkatkan kemampuan indera penciuman jika dibandingkan dengan Haloperidol (P<0.05). Pemberian ekstrak 200 dan 400 mg/kg tidak berbeda bermakna (P>0,05) dengan pemberian levodopa. Berdasarkan hasil dapat disimpulkan bahwa ekstrak rimpang kunyit dosis 200 dan 400 mg/kgBB memiliki aktivitas untuk mencegah terjadinya Parkinson pada mencit yang diberi haloperidol.
{"title":"Aktivitas Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma longa L) pada Mencit Parkinson yang Diinduksi Haloperidol","authors":"Sapto Yuliani, Moch. Saiful Bachri, Vivi Sofia, Wahyu Widyaningsih, Dandy Annas Muttaqien, Galuh Rista Putri, Nadia Selvia, Sofina Rahmadita, Intan Dwi Rahmita","doi":"10.22146/jsv.71871","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jsv.71871","url":null,"abstract":"Penyakit Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif dengan gangguan motorik seperti bradikinesia, rigiditas, dan tremor yang dapat mempengaruhi keseimbangan tubuh. Hal ini terjadi karena penurunan kadar dopamin yang dapat dipicu oleh adanya stres oksidatif. Kunyit (Curcuma longa) mengandung kurkumin yang mempunyai aktivitas antioksidatif dan neuroprotektif yang potensial sehingga dapat mencegah gangguan neurodegeneratif karena stres oksidatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas ekstrak rimpang kunyit pada mencit model Parkinson yang diinduksi haloperidol. Ekstraksi rimpang kunyit dilakukan secara maserasi dengan pelarut etanol 96%. Sebanyak 60 ekor mencit dibagi menjadi 6 kelompok, masing-masing mendapat perlakukan sebagai berikut : Kelompok normal diberi CMC-Na per oral (p.o) dan NaCl fisiologis intraperitoneal (i.p), kelompok haloperidol diberi CMC -Na (p.o) dan larutan haloperidol i.p (1 mg/kg BB), kelompok levodopa diberi levodopa (p.o) dan larutan haloperidol i.p, Kelompok ekstrak 100 diberi ekstrak kunyit dosis 100 mg/kg BB dan larutan haloperidol i.p , Kelompok ekstrak 200 diberi ekstrak kunyit dosis 200 mg/kg BB dan larutan haloperidol i.p, Kelompok ekstrak 400 diberi ekstrak kunyit dosis 400 mg/kg BB dan larutan haloperidol i.p. Pemberian CMC-Na, levodopa dan ekstrak kunyit diberikan selama 21 hari. Lima belas menit setelah pemberian perlakuan hari terakhir, semua hewan uji kecuali kelompok 1 diinjeksi haloperidol dosis 1 mg/kg BB secara i.p. Kemudian dilakukan uji batang, uji roda berputar, uji refleks geotaksis, uji refleks menghindari jurang dan uji kemampuan penciuman pada menit ke 5, 60, 120 dan 180. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji anova satu jalur dilanjutkan dengan uji post hoc LSD. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pemberian haloperidol dapat meningkatkan waktu katalepsi, meningkatkan jumlah jatuh dan mempercepat waktu jatuh pertama kali, menurunkan refleks geotaksis, meningkatkan waktu refleks menghindari jurang serta menurunkan kemampuan indera penciuman. Sedangkan pemberian ekstrak kunyit dosis 200 dan 400 mg/kgBB dapat menurunkan waktu katalepsi, menurunkan jumlah jatuh dan memperlama waktu jatuh pertama kali, menurunkan refleks geotaksis, menurunkan lama waktu pada uji refleks menghindari jurang serta meningkatkan kemampuan indera penciuman jika dibandingkan dengan Haloperidol (P<0.05). Pemberian ekstrak 200 dan 400 mg/kg tidak berbeda bermakna (P>0,05) dengan pemberian levodopa. Berdasarkan hasil dapat disimpulkan bahwa ekstrak rimpang kunyit dosis 200 dan 400 mg/kgBB memiliki aktivitas untuk mencegah terjadinya Parkinson pada mencit yang diberi haloperidol.","PeriodicalId":17708,"journal":{"name":"Jurnal Sain Veteriner","volume":"125 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78467006","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}