The purpose of this study is to determine effect of antiinflammation of Thitonia diversifolia (TD) extracts in histopathology liver and pancretic tissue on alloxan-induced in Wistar rat. Thirty two male Wistar rats (Rattus norvegicus) with a body weight (bw)150-200 g in 3 month of age, were allocated into four groups, with eight animals per group. The control group received normal saline (P0), positive control group received CMC Na 0.01% (P1), the treatment group were received 100 mg/kg bw of the TD extracts (P2) and received 100 mg/kg bw of the metformin (P3) respectively for 7 days. Bloods serum collected for measuring of blood glucose (BG). cholesterol and insulin (INS) concentrations. The levels of insulin (INS) concentrations were analysed by Avidin-Horseradish Peroxidase (HRP) Sandwich-ELISA. All animal were sacrified for tissue staining with haematoxylin eosin. Thitonia diversifolia extract significantly decreased the level of blood glucoseand choelsterol concentrations compared to the postive control group (p<0.05). The level of INS could be detected by its level significantly increased in TD treatment group (p<0.05). Histopathological showed that induction of alloxan could effect severe multifocal degeneration, vacuolisation, cell inflammation, acute langerhan cells injury with destruction cells. Immunohistochemical staining labeled with IL-1β monoclonal antibodies (Mab) showed lowering expression of IL-1β reveal as brownish color aggregates on the langerhans cells in the TD treatment group. This study was concluded that TD extract is inhibited hepatic tissue injuries and decreased destruction in langerhan cells by decreasing IL-1β expression on alloxan-induced rats.
{"title":"Study of Thitonia Diversifolia Extract in Histomorphology of Pancreas and Interleukin-1beta expression on Aloxan Induced Wistar Rats","authors":"R. Solfaine, L. Muniroh, I. S. Hamid","doi":"10.22146/jsv.69584","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jsv.69584","url":null,"abstract":"The purpose of this study is to determine effect of antiinflammation of Thitonia diversifolia (TD) extracts in histopathology liver and pancretic tissue on alloxan-induced in Wistar rat. Thirty two male Wistar rats (Rattus norvegicus) with a body weight (bw)150-200 g in 3 month of age, were allocated into four groups, with eight animals per group. The control group received normal saline (P0), positive control group received CMC Na 0.01% (P1), the treatment group were received 100 mg/kg bw of the TD extracts (P2) and received 100 mg/kg bw of the metformin (P3) respectively for 7 days. Bloods serum collected for measuring of blood glucose (BG). cholesterol and insulin (INS) concentrations. The levels of insulin (INS) concentrations were analysed by Avidin-Horseradish Peroxidase (HRP) Sandwich-ELISA. All animal were sacrified for tissue staining with haematoxylin eosin. Thitonia diversifolia extract significantly decreased the level of blood glucoseand choelsterol concentrations compared to the postive control group (p<0.05). The level of INS could be detected by its level significantly increased in TD treatment group (p<0.05). Histopathological showed that induction of alloxan could effect severe multifocal degeneration, vacuolisation, cell inflammation, acute langerhan cells injury with destruction cells. Immunohistochemical staining labeled with IL-1β monoclonal antibodies (Mab) showed lowering expression of IL-1β reveal as brownish color aggregates on the langerhans cells in the TD treatment group. This study was concluded that TD extract is inhibited hepatic tissue injuries and decreased destruction in langerhan cells by decreasing IL-1β expression on alloxan-induced rats.","PeriodicalId":17708,"journal":{"name":"Jurnal Sain Veteriner","volume":"34 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77295123","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Waktu ovulasi dan ANGKA KEBUNTINGAN PADA SAPI PERAH YANG MENGALAMI KAWIN BERULANG SETELAH PEMBERIAN GnRH, VITAMIN ADE DAN INFUSI IODIUM POVIDON Intisari Angka kebuntingan pada sapi perah yang mengalami kawin berulang sangat rendah. Dampak kerugian secara ekonomi bagi peternak sangat nyata disebabkan rendahnya efisiensi reproduksi dan produktivitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu ovulasi dan angka kebuntingan pada sapi perah yang mengalami kawin berulang setelah pemberian GnRH, vitamin ADE dan infusi iodium povidon. Sebanyak 24 ekor sapi perah FH betina pernah beranak, mempunyai korpus luteum, tidak bunting, umur 3-6 tahun, mengalami kawin berulang, secara klinis sehat dan siklus reproduksi normal digunakan dalam penelitian ini. Sapi dibagi 4 kelompok terdiri dari 6 ekor per kelompok perlakuan. Kelompok P1 sebagai kontrol, kelompok P2 diberi GnRH dosis 250 µg per ekor (Gonadorelin, FertagylTM, Intervet, International B.V., Boxmer, Holland), kelompok P3 diberi vitamin ADE dengan dosis 5 ml dan infusi iodium povidon 1% secara intra uterus. Kelompok P4 diberi vitamin ADE, infusi iodium povidon 1% intra uterus, dan GnRH. Singkonisasi estrus menggunakan Prostaglandin F2α dengan tujuan menyeragamkan waktu timbulnya estrus. Semua sapi estrus dikawinkan secara insiminasi buatan (IB). Pemeriksaan waktu ovulasi secara perrektal kurang dari 12 jam, 12 sampai 24 jam dan lebih dari 24 jam setelah estrus berakhir dan angka kebuntingan menggunakan ultrasonography (USG) pada 30-45 hari dan palpasi rektal pada 60-90 hari setelah inseminasi. Analisa hasil menggunakan deskripsi dan Kruskal-Wallis test. Hasil penelitian menunjukkan waktu ovulasi kurang dari 12 jam, 12 sampai 24 jam dan lebih dari 24 jam masing -masing P1 ( 16.7%, 66,7%, dan 16,7 %), P2 ( 66,7%, 33,3%), P3 (33,3%, 66,7%), P4 (83,3%, 16,7%). Angka kebuntingan pada kelompok kontrol dan perlakuan masing-masing sebesar P1 (kontrol) 16,67%, P2 (diberi GnRH saat IB) 66,67%, P3 (diberi vitamin ADE dan Infusi iodium povidon 1%) 50% dan P4 (diberi vitamin ADE, Infusi iodium povidon 1%, dan GnRH) 100%. Ketepatan waktu ovulasi dan tingkat kebuntingan yang tertinggi dihasilkan oleh kelompok I yang berbeda secara signifikan (P<0,05) dengan kelompok kontrol. Disimpulkan pemberian GnRH, vitamin ADE dan infusi iodium povidon pada sapi perah yang mengalami kawin berulang mampu mempercepat waktu ovulasi dan meningkatkan angka kebuntingan. Kata kunci : GnRH, iodium povidon, kawin berulang, kebuntingan, sapi perah
{"title":"WAKTU OVULASI DAN ANGKA KEBUNTINGAN PADA SAPI PERAH YANG MENGALAMI KAWIN BERULANG SETELAH PEMBERIAN GnRH, VITAMIN ADE DAN INFUSI IODIUM POVIDON","authors":"Yuliati Wahyu Setyorini, Surya Agus Prihatno","doi":"10.22146/jsv.73480","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jsv.73480","url":null,"abstract":"Waktu ovulasi dan ANGKA KEBUNTINGAN PADA SAPI PERAH YANG MENGALAMI KAWIN BERULANG SETELAH PEMBERIAN GnRH, VITAMIN ADE DAN INFUSI IODIUM POVIDON Intisari Angka kebuntingan pada sapi perah yang mengalami kawin berulang sangat rendah. Dampak kerugian secara ekonomi bagi peternak sangat nyata disebabkan rendahnya efisiensi reproduksi dan produktivitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu ovulasi dan angka kebuntingan pada sapi perah yang mengalami kawin berulang setelah pemberian GnRH, vitamin ADE dan infusi iodium povidon. Sebanyak 24 ekor sapi perah FH betina pernah beranak, mempunyai korpus luteum, tidak bunting, umur 3-6 tahun, mengalami kawin berulang, secara klinis sehat dan siklus reproduksi normal digunakan dalam penelitian ini. Sapi dibagi 4 kelompok terdiri dari 6 ekor per kelompok perlakuan. Kelompok P1 sebagai kontrol, kelompok P2 diberi GnRH dosis 250 µg per ekor (Gonadorelin, FertagylTM, Intervet, International B.V., Boxmer, Holland), kelompok P3 diberi vitamin ADE dengan dosis 5 ml dan infusi iodium povidon 1% secara intra uterus. Kelompok P4 diberi vitamin ADE, infusi iodium povidon 1% intra uterus, dan GnRH. Singkonisasi estrus menggunakan Prostaglandin F2α dengan tujuan menyeragamkan waktu timbulnya estrus. Semua sapi estrus dikawinkan secara insiminasi buatan (IB). Pemeriksaan waktu ovulasi secara perrektal kurang dari 12 jam, 12 sampai 24 jam dan lebih dari 24 jam setelah estrus berakhir dan angka kebuntingan menggunakan ultrasonography (USG) pada 30-45 hari dan palpasi rektal pada 60-90 hari setelah inseminasi. Analisa hasil menggunakan deskripsi dan Kruskal-Wallis test. Hasil penelitian menunjukkan waktu ovulasi kurang dari 12 jam, 12 sampai 24 jam dan lebih dari 24 jam masing -masing P1 ( 16.7%, 66,7%, dan 16,7 %), P2 ( 66,7%, 33,3%), P3 (33,3%, 66,7%), P4 (83,3%, 16,7%). Angka kebuntingan pada kelompok kontrol dan perlakuan masing-masing sebesar P1 (kontrol) 16,67%, P2 (diberi GnRH saat IB) 66,67%, P3 (diberi vitamin ADE dan Infusi iodium povidon 1%) 50% dan P4 (diberi vitamin ADE, Infusi iodium povidon 1%, dan GnRH) 100%. Ketepatan waktu ovulasi dan tingkat kebuntingan yang tertinggi dihasilkan oleh kelompok I yang berbeda secara signifikan (P<0,05) dengan kelompok kontrol. Disimpulkan pemberian GnRH, vitamin ADE dan infusi iodium povidon pada sapi perah yang mengalami kawin berulang mampu mempercepat waktu ovulasi dan meningkatkan angka kebuntingan. Kata kunci : GnRH, iodium povidon, kawin berulang, kebuntingan, sapi perah ","PeriodicalId":17708,"journal":{"name":"Jurnal Sain Veteriner","volume":"5 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80901848","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Mastitis is Mastitis is an inflammation of the udder. Mastitis is mainly caused by pathogenic bacteria both bacterial and yeast. The purpose of this review is to describe the ecology and epidemiology of mastitis prevalent in West Java and to propose control options that may be suitable for the West Java situation. The review was conducted using published papers about mastitis in West Java and government documentation. We determined that the major classification mastitis in West Java are clinical mastitis and subclinical mastitis. We also determined that the major pathogens agent of mastitis both clinical and subclinical mastitis are bacteriology and mycology agent. Education of farmers is an important part of any control program. The ecology and epidemiology of mastitis in West Java are still largely not understood. Future studies should be aimed at the evaluation of the proposed methods of disease control, an understanding of the impact of mastitis infection on dairy production in West Java and the role of the movement of dairy cattle products into and among regions in West Java.
{"title":"Mastitis di Jawa Barat, Indonesia: Etiologi dan Opsi Pencegahan","authors":"Sarasati Windria, A. Cahyadi, Hesti Lina Wiraswati, Juliet Ramadhanti, Okta Wismandanu, Hasna Aldisa Madani, Savira Azhari Larasati","doi":"10.22146/jsv.41946","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jsv.41946","url":null,"abstract":"Mastitis is Mastitis is an inflammation of the udder. Mastitis is mainly caused by pathogenic bacteria both bacterial and yeast. The purpose of this review is to describe the ecology and epidemiology of mastitis prevalent in West Java and to propose control options that may be suitable for the West Java situation. The review was conducted using published papers about mastitis in West Java and government documentation. We determined that the major classification mastitis in West Java are clinical mastitis and subclinical mastitis. We also determined that the major pathogens agent of mastitis both clinical and subclinical mastitis are bacteriology and mycology agent. Education of farmers is an important part of any control program. The ecology and epidemiology of mastitis in West Java are still largely not understood. Future studies should be aimed at the evaluation of the proposed methods of disease control, an understanding of the impact of mastitis infection on dairy production in West Java and the role of the movement of dairy cattle products into and among regions in West Java.","PeriodicalId":17708,"journal":{"name":"Jurnal Sain Veteriner","volume":"24 2 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90093625","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Dedi Fazriansyah Putra, Nurul Fajar, Cut Dahlia Iskandar
The study aimed to investigate the histopathology status of the hepatopancreas of mangrove crabs (Scylla serrata) in the Alue Naga estuary area, Banda Aceh, Indonesia. The research was conducted in September and October 2020. The purposive sampling method was used where the determination of the location was based on water conditions and anthropogenic activities near the estuary. The mangrove crabs (Scylla serrata) sampling location was implemented within three sampling sites in the Krueng Cut estuary, Gampong Alue Naga, Syiah Kuala District, Banda Aceh. Histopathological analysis was carried out in the histology laboratory, Syiah Kuala University. The results showed that there were changes in the hepatopancreas in the form of irregular lumen star shape, the formation of vacuoles and basophilic hypertrophy. These hepatopancreas changes were assumed due to water pollution generated by anthropogenic activities from local settlements and household industries. Therefore, it is suggested to conduct further research regarding water quality parameters and heavy metal concentration within this sampling area.
本研究旨在调查印度尼西亚班达亚齐(Banda Aceh) value Naga河口地区红树林蟹(Scylla serrata)肝胰腺的组织病理学状况。该研究于2020年9月和10月进行。采用目的采样法,根据河口附近的水情和人为活动确定地点。红树林蟹(Scylla serrata)采样地点在班达亚齐省Syiah Kuala District Gampong value Naga的Krueng Cut河口的三个采样点内实施。组织病理学分析在马来西亚吉隆坡大学组织学实验室进行。结果显示,肝胰脏呈不规则管腔星形,空泡形成,嗜碱性肥厚。这些肝胰脏的变化被认为是由于当地住区和家庭工业的人为活动造成的水污染。因此,建议对该采样区内的水质参数和重金属浓度进行进一步研究。
{"title":"Gambaran Histopatologi Hepatopankreas Kepiting Bakau (Scylla serrata) di Kawasan Estuari Alue Naga, Banda Aceh Indonesia","authors":"Dedi Fazriansyah Putra, Nurul Fajar, Cut Dahlia Iskandar","doi":"10.22146/jsv.62805","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jsv.62805","url":null,"abstract":"The study aimed to investigate the histopathology status of the hepatopancreas of mangrove crabs (Scylla serrata) in the Alue Naga estuary area, Banda Aceh, Indonesia. The research was conducted in September and October 2020. The purposive sampling method was used where the determination of the location was based on water conditions and anthropogenic activities near the estuary. The mangrove crabs (Scylla serrata) sampling location was implemented within three sampling sites in the Krueng Cut estuary, Gampong Alue Naga, Syiah Kuala District, Banda Aceh. Histopathological analysis was carried out in the histology laboratory, Syiah Kuala University. The results showed that there were changes in the hepatopancreas in the form of irregular lumen star shape, the formation of vacuoles and basophilic hypertrophy. These hepatopancreas changes were assumed due to water pollution generated by anthropogenic activities from local settlements and household industries. Therefore, it is suggested to conduct further research regarding water quality parameters and heavy metal concentration within this sampling area.","PeriodicalId":17708,"journal":{"name":"Jurnal Sain Veteriner","volume":"9 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"85705725","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
E. Sulistiawati, D. Sajuthi, Olivia Kristal, R. Widayanti
Urolithiasis is defined as the formation of urolith or crystal in the urinary tract caused by supersaturation of urine. This study was conducted at PDHB drh Cucu Kartini S, dkk, Jakarta clinic. The data were taken from urinalysis test results of 23 dogs which suffered crystaluria and urolith stone examination of 11 dogs which suffered urolith stone post cystotomy. Most affected breeds were Shihtzu, Pug, Mini Pom, Corgi, Miniature Schnauzer, Golden Retriever. Crystaluria most detected in male dogs, while urolith stone most affected in female dogs. Dogs from 6 months to 12.5 years with a median of 5 years were affected. The urinalysis showed that dogs with crystaluria had alkaline urine (mean 8.3), 100% proteinuria, 86.9% hematuria, 41.4% pyuria. Diets is the most contributing factor in case of struvite urolithiasis, which is low water content; high in protein, magnesium, phosphorus, carbohydrates and calcium. Therapeutic diets that low in protein, phosphorus, magnesium and sufficient carbohydrates and diets with greater than 70% moisture can be an option for treatment and prevention of recurrent of struvite urolithiasis
尿石症的定义是由于尿液过饱和导致尿路中形成尿石或结晶。这项研究是在雅加达诊所的PDHB dr . Cucu Kartini S进行的。数据取自23只狗的结晶尿和11只狗膀胱切除术后尿石结石的尿石检查结果。受影响最大的品种是雪纳瑞犬、哈巴狗、迷你蓬犬、柯基犬、迷你雪纳瑞、金毛猎犬。结晶性尿症多见于公犬,而尿石结石多见于母犬。狗的年龄从6个月到12.5岁,中位年龄为5岁。尿液分析显示,结晶性尿狗碱性尿(平均8.3),100%蛋白尿,86.9%血尿,41.4%脓尿。饮食是鸟粪石性尿石症的最主要因素,即低含水量;富含蛋白质、镁、磷、碳水化合物和钙。低蛋白质、低磷、低镁、低碳水化合物的治疗性饮食和水分大于70%的饮食可作为治疗和预防鸟粪石性尿石症复发的选择
{"title":"Study of Struvite Crystals and Dietary at Risk for the Formation of Struvite Urolithiasis in Dogs in Small Animal Practices","authors":"E. Sulistiawati, D. Sajuthi, Olivia Kristal, R. Widayanti","doi":"10.22146/jsv.66464","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jsv.66464","url":null,"abstract":"Urolithiasis is defined as the formation of urolith or crystal in the urinary tract caused by supersaturation of urine. This study was conducted at PDHB drh Cucu Kartini S, dkk, Jakarta clinic. The data were taken from urinalysis test results of 23 dogs which suffered crystaluria and urolith stone examination of 11 dogs which suffered urolith stone post cystotomy. Most affected breeds were Shihtzu, Pug, Mini Pom, Corgi, Miniature Schnauzer, Golden Retriever. Crystaluria most detected in male dogs, while urolith stone most affected in female dogs. Dogs from 6 months to 12.5 years with a median of 5 years were affected. The urinalysis showed that dogs with crystaluria had alkaline urine (mean 8.3), 100% proteinuria, 86.9% hematuria, 41.4% pyuria. Diets is the most contributing factor in case of struvite urolithiasis, which is low water content; high in protein, magnesium, phosphorus, carbohydrates and calcium. Therapeutic diets that low in protein, phosphorus, magnesium and sufficient carbohydrates and diets with greater than 70% moisture can be an option for treatment and prevention of recurrent of struvite urolithiasis","PeriodicalId":17708,"journal":{"name":"Jurnal Sain Veteriner","volume":"7 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80210809","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Shabrina Riztia Kusumastuti, Joko Prastowo, Raden Wisnu Nurcahyo
Stomoxys spp. merupakan salah satu vektor penting penularan penyakit yang disebabkan oleh berbagai virus, bakteri dan heminth. Infestasi Stomoxys calcitrans pada sapi perah dapat meningkatkan kortisol, menyebabkan gangguan makan, kegelisahan, hingga berkurangnya bobot badan dan produksi susu. Perangkap Vavoua dan Nzi dapat digunakan sebagai perangkap Stomoxys spp. yang mengalami fluktuasi populasi sepanjang tahun pada musim tertentu dan dipengaruhi oleh iklim, suhu, kelembaban, intensitas cahaya serta adanya zat atraktan. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan efikasi dan efektivitas perangkap Vavoua dan Nzi terhadap dinamika populasi dan keragaman spesies Stomoxys spp. yang terperangkap. Pengamatan dan pengambilan sampel dilakukan selama 12 jam (06.00-18.00) dengan menggunakan perangkap Vavoua dan Nzi yang dipasang berjarak 50 meter setiap perangkapnya, 3-5 meter dari kandang pada peternakan sapi perah di Pangalengan Kabupaten Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga spesies yang dapat teridentifikasi selama Maret-November yaitu Stomoxys calcitrans (97,41%), Stomoxys sitiens (1,98%) dan Stomoxys indicus (0,60%). Puncak populasi Stomoxys spp. terjadi pada bulan September saat memasuki awal musim hujan dan puncak aktivitas harian Stomoxys spp. pada pukul 14.00-15.00 yang berhubungan dengan aktivitas di peternakan. Hasil uji normalitas data menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dan uji homogenitas data memiliki nilai signifikansi p>0,05 sehingga dapat disimpulkan data berdistribusi dan bervariasi normal. Pada hasil uji t, didapatkan nilai signifikansi pada masing-masing parameter uji p<0,05 (0,005 dan 0,01), sehingga ada perbedaan penggunaan perangkap Vavoua dan Nzi terhadap jumlah lalat yang terperangkap.
{"title":"Perbandingan Perangkap Vavoua dan Nzi terhadap Keragaman dan Dinamika Populasi Stomoxys spp. pada Peternakan Sapi Perah di Pangalengan, Kabupaten Bandung","authors":"Shabrina Riztia Kusumastuti, Joko Prastowo, Raden Wisnu Nurcahyo","doi":"10.22146/jsv.67400","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jsv.67400","url":null,"abstract":"Stomoxys spp. merupakan salah satu vektor penting penularan penyakit yang disebabkan oleh berbagai virus, bakteri dan heminth. Infestasi Stomoxys calcitrans pada sapi perah dapat meningkatkan kortisol, menyebabkan gangguan makan, kegelisahan, hingga berkurangnya bobot badan dan produksi susu. Perangkap Vavoua dan Nzi dapat digunakan sebagai perangkap Stomoxys spp. yang mengalami fluktuasi populasi sepanjang tahun pada musim tertentu dan dipengaruhi oleh iklim, suhu, kelembaban, intensitas cahaya serta adanya zat atraktan. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan efikasi dan efektivitas perangkap Vavoua dan Nzi terhadap dinamika populasi dan keragaman spesies Stomoxys spp. yang terperangkap. Pengamatan dan pengambilan sampel dilakukan selama 12 jam (06.00-18.00) dengan menggunakan perangkap Vavoua dan Nzi yang dipasang berjarak 50 meter setiap perangkapnya, 3-5 meter dari kandang pada peternakan sapi perah di Pangalengan Kabupaten Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga spesies yang dapat teridentifikasi selama Maret-November yaitu Stomoxys calcitrans (97,41%), Stomoxys sitiens (1,98%) dan Stomoxys indicus (0,60%). Puncak populasi Stomoxys spp. terjadi pada bulan September saat memasuki awal musim hujan dan puncak aktivitas harian Stomoxys spp. pada pukul 14.00-15.00 yang berhubungan dengan aktivitas di peternakan. Hasil uji normalitas data menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dan uji homogenitas data memiliki nilai signifikansi p>0,05 sehingga dapat disimpulkan data berdistribusi dan bervariasi normal. Pada hasil uji t, didapatkan nilai signifikansi pada masing-masing parameter uji p<0,05 (0,005 dan 0,01), sehingga ada perbedaan penggunaan perangkap Vavoua dan Nzi terhadap jumlah lalat yang terperangkap.","PeriodicalId":17708,"journal":{"name":"Jurnal Sain Veteriner","volume":"36 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"73195217","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Mandala Phivi Whelma Alfons, Agung Budiyanto, Erif Maha Nugraha Setyawan
Organ reproduksi sapi postpartus menjalani serangkaian proses fisiologis dan anatomis, untuk kembali ke kondisi normal tidak bunting. Recovery organ reproduksi dapat dibuktikan dengan perkembangan folikel, ovarium dan estradiol. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi kadar estradiol dalam darah berdasarkan dinamika perkembangan folikel dan ovarium pada sapi potong tropis postpartus. Riset ini menggunakan 16 ekor sapi potong jenis Peranakan Ongole (PO) (n=8) dan Crossbreed (CB) (n=8), multipara, partus normal, sehat, umur 3-10tahun dan SKT 2.5-3.5.Pengukuran folikel dan ovarium menggunakan ultrasonografi (USG) dan pengambilan darah melalui vena jugularissecara periodikdimulai pada minggu ke-1, 5, 9, 13, 17.Hasil penelitian menunjukkan diameter folikel terendah pada minggu ke-5 (PO=3.5±0.2 mm dan CB=3.2±0.2 mm) dan tertinggi di minggu ke-17 (PO=5.3±0.7 mm dan CB=5.1±0.5 mm). Hasil pengukuran rata-rata diameter ovarium sapi PO dan CB berkisar 20.0±1.0-24.2±1.6 mm. Analisis estradiol menggunakan metode Enzym-linked immunosorbent assay. Hasil analisis estradiol dari minggu ke-5 sampai 17 berkisar 30.3±2.9-49.5±8.8 pg/ml. Diameter folikel, ovarium dan kadar estradiol diklasifikasikan menjadi 3 grup. Grup satu dengan ukuran diameter folikel ≤ 2.0 mm dan ovarium ≤ 20.0 mm menghasilkan rata-rata kadar estradiol sebesar 22.8±1.7 pg/ml. Grup dua diklasifikasikan ukuran diameter folikel 3.0-5.0 mm dan ovarium 21.0-25.0 mm, menghasilkan rata-rata estradiol 38.9±2.0 pg/ml. Grup tiga diklasifikasikan ukuran diameter folikel 6.0-9.0 mm dan ovarium 26.0-30.0 mm menghasilkan rata-rata estradiol sebanyak 61.1±6.0 pg/ml. Kesimpulan penelitian ini adalah perkembangan folikel dan kadar estrogen merupakan faktor yang mempengaruhi kembalinya estrus postpartus. Perkembangan folikel yang belum sempurna mengakibatkan produksi estradiol tidak optimal sehingga belum mampu menginisiasi estrus
{"title":"Kajian Profil Hormon Estradiol Berdasarkan Perkembangan Folikel dan Ovarium Sapi Tropis Postpartus","authors":"Mandala Phivi Whelma Alfons, Agung Budiyanto, Erif Maha Nugraha Setyawan","doi":"10.22146/jsv.65205","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jsv.65205","url":null,"abstract":"Organ reproduksi sapi postpartus menjalani serangkaian proses fisiologis dan anatomis, untuk kembali ke kondisi normal tidak bunting. Recovery organ reproduksi dapat dibuktikan dengan perkembangan folikel, ovarium dan estradiol. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi kadar estradiol dalam darah berdasarkan dinamika perkembangan folikel dan ovarium pada sapi potong tropis postpartus. Riset ini menggunakan 16 ekor sapi potong jenis Peranakan Ongole (PO) (n=8) dan Crossbreed (CB) (n=8), multipara, partus normal, sehat, umur 3-10tahun dan SKT 2.5-3.5.Pengukuran folikel dan ovarium menggunakan ultrasonografi (USG) dan pengambilan darah melalui vena jugularissecara periodikdimulai pada minggu ke-1, 5, 9, 13, 17.Hasil penelitian menunjukkan diameter folikel terendah pada minggu ke-5 (PO=3.5±0.2 mm dan CB=3.2±0.2 mm) dan tertinggi di minggu ke-17 (PO=5.3±0.7 mm dan CB=5.1±0.5 mm). Hasil pengukuran rata-rata diameter ovarium sapi PO dan CB berkisar 20.0±1.0-24.2±1.6 mm. Analisis estradiol menggunakan metode Enzym-linked immunosorbent assay. Hasil analisis estradiol dari minggu ke-5 sampai 17 berkisar 30.3±2.9-49.5±8.8 pg/ml. Diameter folikel, ovarium dan kadar estradiol diklasifikasikan menjadi 3 grup. Grup satu dengan ukuran diameter folikel ≤ 2.0 mm dan ovarium ≤ 20.0 mm menghasilkan rata-rata kadar estradiol sebesar 22.8±1.7 pg/ml. Grup dua diklasifikasikan ukuran diameter folikel 3.0-5.0 mm dan ovarium 21.0-25.0 mm, menghasilkan rata-rata estradiol 38.9±2.0 pg/ml. Grup tiga diklasifikasikan ukuran diameter folikel 6.0-9.0 mm dan ovarium 26.0-30.0 mm menghasilkan rata-rata estradiol sebanyak 61.1±6.0 pg/ml. Kesimpulan penelitian ini adalah perkembangan folikel dan kadar estrogen merupakan faktor yang mempengaruhi kembalinya estrus postpartus. Perkembangan folikel yang belum sempurna mengakibatkan produksi estradiol tidak optimal sehingga belum mampu menginisiasi estrus","PeriodicalId":17708,"journal":{"name":"Jurnal Sain Veteriner","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87507337","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Resistensi antibiotik merupakan isu yang genting dijadikan topik penelitian beberapa tahun belakangan ini, dimana salah satu penyebab terjadinya resistensi antibiotik adalah penggunaan antibiotik secara terus menerus dengan dosis yang tidak tepat. Salah satu alternatif yang memiliki peluang untuk melawan bakteri resisten adalah dengan menggunakan bakteriosin. Bakteriosin merupakan senyawa protein yang secara biologis aktif, memiliki berat molekul kecil dan memiliki sifat antibakteri yang umumnya bersifat bakterisidal. Penelitian ini dilakukan dengan metode kajian pustaka dari literatur yang sesuai dengan topik penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bakteriosin banyak dihasilkan oleh bakteri asam laktat, salah satunya dari genus Lactobacillus, seperti L. paracasei, L. plantarum, L. coryniformis, dan L. crustorum, yang memiliki karakteristik menguntungkan seperti stabil terhadap pH dan suhu dan mampu bekerja pada spektrum luas dengan menghambat pertumbuhan bakteri Gram-positif dan Gram-negatif yang resistan terhadap antibiotik, dan pada umumnya memiliki mekanisme antibakteri melalui pembentukan pori-pori yang akan mempengaruhi permeabilitas membran sel dan pada akhirnya menyebabkan kematian sel
抗生素耐药性是近几年研究的一个关键问题,抗生素耐药性的长期使用是抗生素剂量过低的原因之一。对抗耐药细菌的另一种选择是使用杆菌素。杆菌素是一种活跃的蛋白质化合物,其分子密度较小,具有抗菌特性,通常具有细菌性。本研究采用与研究主题一致的文献研究方法进行研究。研究结果表明,bakteriosin很多细菌产生乳酸,Lactobacillus属的其中一个,就像L . L . plantarum paracasei, L . coryniformis,我crustorum有利可图的特点的,比如对pH、温度和能够工作的稳定和抑制细菌的生长Gram-positif广谱Gram-negatif对抗生素耐药的,它通常有抗菌的机制,通过气孔的形成,这些气孔会影响细胞膜的渗透性,最终导致细胞死亡
{"title":"KAJIAN PUSTAKA: AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI BAKTERIOSIN Lactobacillus spp. TERHADAP BAKTERI RESISTAN","authors":"Allysa Shavira, Adi Imam Cahyadi, S. Windria","doi":"10.22146/jsv.67927","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jsv.67927","url":null,"abstract":"Resistensi antibiotik merupakan isu yang genting dijadikan topik penelitian beberapa tahun belakangan ini, dimana salah satu penyebab terjadinya resistensi antibiotik adalah penggunaan antibiotik secara terus menerus dengan dosis yang tidak tepat. Salah satu alternatif yang memiliki peluang untuk melawan bakteri resisten adalah dengan menggunakan bakteriosin. Bakteriosin merupakan senyawa protein yang secara biologis aktif, memiliki berat molekul kecil dan memiliki sifat antibakteri yang umumnya bersifat bakterisidal. Penelitian ini dilakukan dengan metode kajian pustaka dari literatur yang sesuai dengan topik penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bakteriosin banyak dihasilkan oleh bakteri asam laktat, salah satunya dari genus Lactobacillus, seperti L. paracasei, L. plantarum, L. coryniformis, dan L. crustorum, yang memiliki karakteristik menguntungkan seperti stabil terhadap pH dan suhu dan mampu bekerja pada spektrum luas dengan menghambat pertumbuhan bakteri Gram-positif dan Gram-negatif yang resistan terhadap antibiotik, dan pada umumnya memiliki mekanisme antibakteri melalui pembentukan pori-pori yang akan mempengaruhi permeabilitas membran sel dan pada akhirnya menyebabkan kematian sel","PeriodicalId":17708,"journal":{"name":"Jurnal Sain Veteriner","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86001071","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ascaridia galli worm was chicken parasite that inflicted significant economic loss for breeders. Expensive commercial anthelmintic drug and drug resistance were the reasons why herbal anthelmintic study became strategic. The study aimed at finding out the effect of the application of turmeric (Curcuma domestica) extract in vivo on the number of eggs per gram (EPG) in feces. It used 30 free ranging chickens that were classified into 2 groups of 5 chickens with 3 repetitions. Group I served as control (Aquadestilata) and group II was treated using turmeric extract at the concentration of 2%, 3 times a week. Observation was conducted on days 1, 7, 14, 21, and 28. The results were then analyzed using Anova and advanced LSD test. The results of in vivo test showed that the application of the turmeric significantly decreased the number of the EPG as compared to negative control. The application of the turmeric had anthelmintic potential and significant effect on the decrease in the number of the EPG.
{"title":"THE ANTHELMINTIC POTENTIAL OF TURMERIC (Curcuma domestica) EXTRACT AGAINST Ascaridia galli WORMS IN CHICKENS In Vivo","authors":"Yudiani Rina Kusuma, Zahid Fahmi Dai, S. Sunardi, Wida Wahidah Mubarokah","doi":"10.22146/jsv.67911","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jsv.67911","url":null,"abstract":"Ascaridia galli worm was chicken parasite that inflicted significant economic loss for breeders. Expensive commercial anthelmintic drug and drug resistance were the reasons why herbal anthelmintic study became strategic. The study aimed at finding out the effect of the application of turmeric (Curcuma domestica) extract in vivo on the number of eggs per gram (EPG) in feces. It used 30 free ranging chickens that were classified into 2 groups of 5 chickens with 3 repetitions. Group I served as control (Aquadestilata) and group II was treated using turmeric extract at the concentration of 2%, 3 times a week. Observation was conducted on days 1, 7, 14, 21, and 28. The results were then analyzed using Anova and advanced LSD test. The results of in vivo test showed that the application of the turmeric significantly decreased the number of the EPG as compared to negative control. The application of the turmeric had anthelmintic potential and significant effect on the decrease in the number of the EPG.","PeriodicalId":17708,"journal":{"name":"Jurnal Sain Veteriner","volume":"33 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88358443","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Rusman Efendi, E. Sudarnika, I. Wibawan, T. Purnawarman
Waktu henti antibiotik merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap residu antibiotik. Residu obat dalam unggas dan produk unggas menjadi perhatian karena membahayakan kesehatan masyarakat seperti berupa reaksi alergi dan hipersensitivitas, gangguan reproduksi, karsinogenisitas, nefropati, gangguan flora normal usus dan resistansi antibiotik. Peternak broiler yang memperhatikan waktu henti antibiotik baru sekitar separuhnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi waktu henti antibiotik pada broiler. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Sampel penelitian diambil sebanyak 103 Rumah Tangga Peternak (RTP) dengan kriteria sampel adalah peternak yang menggunakan antibiotik dalam proses pemeliharaan broilernya. Data diambil menggunakan kuesioner dengan cara wawancara. Analisis data dilakukan menggunakan uji korelasi dan uji t dengan taraf signifikan (α) sebesar 5 %. Hasil penelitian menemukan faktor yang berkorelasi secara signifikan terhadap waktu henti antibiotik adalah umur peternak dengan kekuatan korelasi lemah dan cukup, Lama bekerja dengan kekuatan korelasi yang cukup, dan jumlah kepemilikan broiler dengan kekuatan korelasi yang cukup. Waktu henti antibiotik secara rerata berbeda nyata berdasarkan pada faktor pengambil keputusan dan penggunaan kombinasi antibiotik. Pengambil keputusan yang dilakukan oleh peternak dan yang tidak menggunakan kombinasi antibiotik waktu henti antibiotiknya lebih panjang.
{"title":"Waktu Henti Antibiotik dan Faktor yang mempengaruhinya pada Peternakan Broiler di Bogor","authors":"Rusman Efendi, E. Sudarnika, I. Wibawan, T. Purnawarman","doi":"10.22146/jsv.68609","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jsv.68609","url":null,"abstract":"Waktu henti antibiotik merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap residu antibiotik. Residu obat dalam unggas dan produk unggas menjadi perhatian karena membahayakan kesehatan masyarakat seperti berupa reaksi alergi dan hipersensitivitas, gangguan reproduksi, karsinogenisitas, nefropati, gangguan flora normal usus dan resistansi antibiotik. Peternak broiler yang memperhatikan waktu henti antibiotik baru sekitar separuhnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi waktu henti antibiotik pada broiler. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Sampel penelitian diambil sebanyak 103 Rumah Tangga Peternak (RTP) dengan kriteria sampel adalah peternak yang menggunakan antibiotik dalam proses pemeliharaan broilernya. Data diambil menggunakan kuesioner dengan cara wawancara. Analisis data dilakukan menggunakan uji korelasi dan uji t dengan taraf signifikan (α) sebesar 5 %. Hasil penelitian menemukan faktor yang berkorelasi secara signifikan terhadap waktu henti antibiotik adalah umur peternak dengan kekuatan korelasi lemah dan cukup, Lama bekerja dengan kekuatan korelasi yang cukup, dan jumlah kepemilikan broiler dengan kekuatan korelasi yang cukup. Waktu henti antibiotik secara rerata berbeda nyata berdasarkan pada faktor pengambil keputusan dan penggunaan kombinasi antibiotik. Pengambil keputusan yang dilakukan oleh peternak dan yang tidak menggunakan kombinasi antibiotik waktu henti antibiotiknya lebih panjang.","PeriodicalId":17708,"journal":{"name":"Jurnal Sain Veteriner","volume":"33 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82794603","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}