Tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada individu, keluarga dan masyarakat adalah perawat. Dalam memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan, perawat hanya diperbolehkan memberikan asuhan keperawatan baik di lembaga pelayanan kesehatan maupun dalam kegiatan praktek mandiri. Banyak perawat melakukan praktik mandiri tetapi dalam praktiknya mereka melakukan terapi diagnostik yang merupakan bidang medis atau dokter. Melihat permasalahan tersebut, maka penulis mencoba untuk menganalisis Tanggung Jawab Hukum Praktik Perawat Mandiri Terhadap Asuhan Keperawatan dalam Upaya Pelayanan Holistik, hal ini dikarenakan masih banyak perawat di Indonesia yang menjalankan praktik mandiri namun melakukan tindakan medis. Pelayanan holistik merupakan salah satu konsep yang mendasari tindakan keperawatan yang meliputi dimensi fisiologis, psikologis, sosiokultural, dan spiritual. Pelayanan holistik merupakan satu kesatuan utuh, jika salah satu diganggu maka akan mempengaruhi yang lain. Adapun rumusan masalah dari skripsi ini adalah: 1. Apa tanggung jawab hukum perawat praktik mandiri terhadap asuhan keperawatan dalam upaya pelayanan holistik, 2. Apa konsekuensi hukum dalam penerapan asuhan keperawatan pada perawat praktik mandiri. Tujuan utama yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis tanggung jawab hukum perawat dalam melaksanakan praktik asuhan keperawatan mandiri dalam upaya pelayanan holistik, untuk mengetahui dan menganalisis akibat hukum dalam penerapan asuhan keperawatan pada perawat praktik mandiri. Metode penelitian dalam penyusunan skripsi ini menggunakan metode penelitian doktrinal, yaitu penelitian yang lebih menitikberatkan pada hukum yang dikonseptualisasikan sebagai suatu peraturan dalam arti peraturan perundang-undangan tertulis. Hasil penelitian menunjukan bahwa perawat cenderung melakukan tindakan medis dalam melaksanakan praktik mandiri adalah faktor ekonomi, faktor perilaku masyarakat, dan kepercayaan masyarakat terhadap program pengobatan gratis. Sedangkan akibat hukum dari pelanggaran yang dilakukan oleh perawat yang melakukan kegiatan praktik mandiri namun melakukan tindakan medis jika melanggar ketentuan hukum maka perawat akan dimintai pertanggungjawaban yang artinya akibat hukum atas tindakan yang dilakukan perawat tersebut. Saran yang dapat penulis sampaikan antara lain bagi perawat harus senantiasa meningkatkan kemampuan kompetensi yang menjadi tanggung jawabnya, dan dalam melaksanakan kegiatan praktik mandiri harus mematuhi dan memahami semua ketentuan dan peraturan yang telah tertuang dalam Undang-Undang Keperawatan secara khusus. bagi Pemerintah Daerah dan Organisasi Profesi (PPNI) agar senantiasa menjalankan fungsi pengawasan dan pembinaan bagi perawat yang melaksanakan kegiatan praktik mandiri.
{"title":"TANGGUNG JAWAB HUKUM PERAWAT PRAKTEK MANDIRI TERHADAP ASUHAN KEPERAWATAN DALAM UPAYA PELAYANAN HOLISTIK (Studi di Puskesmas Margadana Kota Tegal)","authors":"Deddy Utomo, S. Putra, Endang Sutrisno","doi":"10.36308/jik.v12i1.286","DOIUrl":"https://doi.org/10.36308/jik.v12i1.286","url":null,"abstract":"Tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada individu, keluarga dan masyarakat adalah perawat. Dalam memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan, perawat hanya diperbolehkan memberikan asuhan keperawatan baik di lembaga pelayanan kesehatan maupun dalam kegiatan praktek mandiri. Banyak perawat melakukan praktik mandiri tetapi dalam praktiknya mereka melakukan terapi diagnostik yang merupakan bidang medis atau dokter. Melihat permasalahan tersebut, maka penulis mencoba untuk menganalisis Tanggung Jawab Hukum Praktik Perawat Mandiri Terhadap Asuhan Keperawatan dalam Upaya Pelayanan Holistik, hal ini dikarenakan masih banyak perawat di Indonesia yang menjalankan praktik mandiri namun melakukan tindakan medis. Pelayanan holistik merupakan salah satu konsep yang mendasari tindakan keperawatan yang meliputi dimensi fisiologis, psikologis, sosiokultural, dan spiritual. Pelayanan holistik merupakan satu kesatuan utuh, jika salah satu diganggu maka akan mempengaruhi yang lain. Adapun rumusan masalah dari skripsi ini adalah: 1. Apa tanggung jawab hukum perawat praktik mandiri terhadap asuhan keperawatan dalam upaya pelayanan holistik, 2. Apa konsekuensi hukum dalam penerapan asuhan keperawatan pada perawat praktik mandiri. Tujuan utama yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis tanggung jawab hukum perawat dalam melaksanakan praktik asuhan keperawatan mandiri dalam upaya pelayanan holistik, untuk mengetahui dan menganalisis akibat hukum dalam penerapan asuhan keperawatan pada perawat praktik mandiri. Metode penelitian dalam penyusunan skripsi ini menggunakan metode penelitian doktrinal, yaitu penelitian yang lebih menitikberatkan pada hukum yang dikonseptualisasikan sebagai suatu peraturan dalam arti peraturan perundang-undangan tertulis. Hasil penelitian menunjukan bahwa perawat cenderung melakukan tindakan medis dalam melaksanakan praktik mandiri adalah faktor ekonomi, faktor perilaku masyarakat, dan kepercayaan masyarakat terhadap program pengobatan gratis. Sedangkan akibat hukum dari pelanggaran yang dilakukan oleh perawat yang melakukan kegiatan praktik mandiri namun melakukan tindakan medis jika melanggar ketentuan hukum maka perawat akan dimintai pertanggungjawaban yang artinya akibat hukum atas tindakan yang dilakukan perawat tersebut. Saran yang dapat penulis sampaikan antara lain bagi perawat harus senantiasa meningkatkan kemampuan kompetensi yang menjadi tanggung jawabnya, dan dalam melaksanakan kegiatan praktik mandiri harus mematuhi dan memahami semua ketentuan dan peraturan yang telah tertuang dalam Undang-Undang Keperawatan secara khusus. bagi Pemerintah Daerah dan Organisasi Profesi (PPNI) agar senantiasa menjalankan fungsi pengawasan dan pembinaan bagi perawat yang melaksanakan kegiatan praktik mandiri.","PeriodicalId":246520,"journal":{"name":"Bhamada: Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan (E-Journal)","volume":"33 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131121218","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sungai merupakan perairan terbuka mengalir yang mendapat masukan dari semua buangan berbagai kegiatan manusia di daerah permukiman, pertanian, dan industri di daerah sekitarnya yang akan mengakibatkan terjadinya perubahan faktor fisika, kimia dan biologi didalam perairan. Pencemaran lingkungan baik air, tanah dan udara oleh logam berat menyebabkan berbagai kerugian pada kehidupan organisme. Tujuan penelitian untuk mengetahui kadar logam berat pada sungai Gung, Sibelis dan Kemiri di wilayah Tegal. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan percobaan deskriptif. Logam yang diamati Cd dan Cu. Sampel air sungai diperoleh dari 3 tempat yaitu sungai Gung (Kelurahan Dukuhmalang), sungai Kemiri (Kelurahan Sidapurna) dan Sungai Sibelis (Kelurahan Keturen). Pengamatan dilakukan secara kuantitatif menggunakan Spektrofotometer serapan atom Shimadzu 6300 AA dan didestruksi terlebih dahulu dengan HNO3 pekat. Hasil penelitian menunjukkan angka kadar Cd dan Cu di tiga sungai tidak melebihi angka baku mutu air yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 sehingga dapat disimpulkan bahwa sungai Gung, Sibelis dan Kemiri di wilayah Tegal aman dari bahan pencemar logam berat karena tidak mengandung Cd dan Cu.
{"title":"ANALISIS KANDUNGAN Cd DAN Cu PADA SUNGAI GUNG, SIBELIS DAN KEMIRI DI WILAYAH TEGAL","authors":"Oktariani Pramiastuti, Desi Sri Rejeki","doi":"10.36308/jik.v12i1.254","DOIUrl":"https://doi.org/10.36308/jik.v12i1.254","url":null,"abstract":"Sungai merupakan perairan terbuka mengalir yang mendapat masukan dari semua buangan berbagai kegiatan manusia di daerah permukiman, pertanian, dan industri di daerah sekitarnya yang akan mengakibatkan terjadinya perubahan faktor fisika, kimia dan biologi didalam perairan. Pencemaran lingkungan baik air, tanah dan udara oleh logam berat menyebabkan berbagai kerugian pada kehidupan organisme. Tujuan penelitian untuk mengetahui kadar logam berat pada sungai Gung, Sibelis dan Kemiri di wilayah Tegal. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan percobaan deskriptif. Logam yang diamati Cd dan Cu. Sampel air sungai diperoleh dari 3 tempat yaitu sungai Gung (Kelurahan Dukuhmalang), sungai Kemiri (Kelurahan Sidapurna) dan Sungai Sibelis (Kelurahan Keturen). Pengamatan dilakukan secara kuantitatif menggunakan Spektrofotometer serapan atom Shimadzu 6300 AA dan didestruksi terlebih dahulu dengan HNO3 pekat. Hasil penelitian menunjukkan angka kadar Cd dan Cu di tiga sungai tidak melebihi angka baku mutu air yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 sehingga dapat disimpulkan bahwa sungai Gung, Sibelis dan Kemiri di wilayah Tegal aman dari bahan pencemar logam berat karena tidak mengandung Cd dan Cu.","PeriodicalId":246520,"journal":{"name":"Bhamada: Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan (E-Journal)","volume":"2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126989148","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kemajuan zaman yang pesat diringi pula dengan meningkatnya berbagai penyakit. Salah satunya penyakit infeksi. Penyebab utama penyakit infeksi yaitu bakteri. Staphylococus aureus, Streptococus mutan dan Eschericia coli merupakan bakteri yang sering menginfeksi manusia. Ketiga bakteri ini dilaporkan telah banyak mengalami resistensi terhadap antibiotik. Oleh karena itu diperlukan usaha guna mencari alternatif antibiotik dari bahan alam seperti kulit buah. Kulit buah pisang kepok memilki kandungan senyawa seperti saponin yang bersifat sebagai antibakteri. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pada konsentrasi berapa ekstrak kulit buah pisang kepok paling efektif menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococus aureus, Streptococus mutan dan Eschericia coli. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Program Studi DIII Farmasi Politeknik Harapan Bersama. Ekstrak kulit buah pisang kepok dibuat menggunakan metode soxhletasi. Ekstrak kulit buah selanjutnya dibuat 3 konsentrasi yaitu 5%, 15% dan 25%. Pengujian antibakteri dilakukan dengan menggunakan metode difusi sumuran dengan tiga kali replikasi. Rata-rata luas daerah hambat terhadap bakteri S.aureus pada konsentrasi ekstrak kulit pisang kepok 5% sebesar 0 mm2, 15% sebesar 23 mm2 ± 14 dan 25% sebesar 79 ± 9,5 mm2. Luas Daerah hambat terhadap bakteri S. mutan pada konsentrasi ekstrak kulit pisang kepok 5% sebesar 0 mm2, 15% sebesar 0 mm2 dan konsentrasi 25% sebesar 3 ± 3,3 mm2. Luas daerah hambat terhadap bakteri E coli pada konsentrasi ekstrak kulit pisang kepok 5% sebesar 320±66 mm2, 15% sebesar 514 mm2 ± 31 dan 25% sebesar 670 ± 43 mm2. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada konsentrasi 25% ekstrak kulit pisang kepok paling efektif menghambat bakteri S. aureus, S. mutan dan E coli. Luas daerah hambat paling baik ditunjukkan pada penghambatan terhadap bakteri E. coli
{"title":"UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP BAKTERI (Staphylococus Aureus, Streptococus Mutan dan Eschericia Coli)","authors":"Inur Tivani, Meliyana Perwitasari","doi":"10.36308/jik.v12i1.263","DOIUrl":"https://doi.org/10.36308/jik.v12i1.263","url":null,"abstract":"Kemajuan zaman yang pesat diringi pula dengan meningkatnya berbagai penyakit. Salah satunya penyakit infeksi. Penyebab utama penyakit infeksi yaitu bakteri. Staphylococus aureus, Streptococus mutan dan Eschericia coli merupakan bakteri yang sering menginfeksi manusia. Ketiga bakteri ini dilaporkan telah banyak mengalami resistensi terhadap antibiotik. Oleh karena itu diperlukan usaha guna mencari alternatif antibiotik dari bahan alam seperti kulit buah. Kulit buah pisang kepok memilki kandungan senyawa seperti saponin yang bersifat sebagai antibakteri. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pada konsentrasi berapa ekstrak kulit buah pisang kepok paling efektif menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococus aureus, Streptococus mutan dan Eschericia coli. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Program Studi DIII Farmasi Politeknik Harapan Bersama. Ekstrak kulit buah pisang kepok dibuat menggunakan metode soxhletasi. Ekstrak kulit buah selanjutnya dibuat 3 konsentrasi yaitu 5%, 15% dan 25%. Pengujian antibakteri dilakukan dengan menggunakan metode difusi sumuran dengan tiga kali replikasi. Rata-rata luas daerah hambat terhadap bakteri S.aureus pada konsentrasi ekstrak kulit pisang kepok 5% sebesar 0 mm2, 15% sebesar 23 mm2 ± 14 dan 25% sebesar 79 ± 9,5 mm2. Luas Daerah hambat terhadap bakteri S. mutan pada konsentrasi ekstrak kulit pisang kepok 5% sebesar 0 mm2, 15% sebesar 0 mm2 dan konsentrasi 25% sebesar 3 ± 3,3 mm2. Luas daerah hambat terhadap bakteri E coli pada konsentrasi ekstrak kulit pisang kepok 5% sebesar 320±66 mm2, 15% sebesar 514 mm2 ± 31 dan 25% sebesar 670 ± 43 mm2. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada konsentrasi 25% ekstrak kulit pisang kepok paling efektif menghambat bakteri S. aureus, S. mutan dan E coli. Luas daerah hambat paling baik ditunjukkan pada penghambatan terhadap bakteri E. coli \u0000 \u0000 ","PeriodicalId":246520,"journal":{"name":"Bhamada: Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan (E-Journal)","volume":"109 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115637575","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Y. Widodo, Anisa Oktiawati, Dhani Indah Puspita Sari
Bullying verbal merupakan perilaku negatif yang mengakibatkan seseorang dalam keadaan tidak nyaman yang biasanya terjadi secara berulang – ulang. Angka kejadian bullying verbal disekolah sekitar 47%, salah satu faktor yang mempengaruhi tingkah laku anak terhadap perilaku bullying verbal adalah bergaul dengan teman – teman sebayanya yang menyimpang sehingga mendapat pengakuan dari kelompok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor teman sebaya dengan perilaku bullying verbal pada anak di SDN Panggung 4 Kota Tegal. Desain penelitian ini menggunakan desain korelasi dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling dengan jumlah 77 responden. Hasil analisis menggunakan uji Spearman Rank di dapatkan p Value 0,002 < 0,05 dengan korelasi kuat (0,674) arah korelasi positif, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan teman sebaya dengan perilaku bullying verbal pada anak. Anak disarankan untuk saling peduli dengan sesama teman dengan cara tidak menyakiti atau mengejek teman yang lain dan menjauhi bentuk bullying verbal.
{"title":"HUBUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU BULLYING VERBAL PADA ANAK DI SD PANGGUNG 4 KOTA TEGAL","authors":"Y. Widodo, Anisa Oktiawati, Dhani Indah Puspita Sari","doi":"10.36308/jik.v12i1.252","DOIUrl":"https://doi.org/10.36308/jik.v12i1.252","url":null,"abstract":"Bullying verbal merupakan perilaku negatif yang mengakibatkan seseorang dalam keadaan tidak nyaman yang biasanya terjadi secara berulang – ulang. Angka kejadian bullying verbal disekolah sekitar 47%, salah satu faktor yang mempengaruhi tingkah laku anak terhadap perilaku bullying verbal adalah bergaul dengan teman – teman sebayanya yang menyimpang sehingga mendapat pengakuan dari kelompok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor teman sebaya dengan perilaku bullying verbal pada anak di SDN Panggung 4 Kota Tegal. Desain penelitian ini menggunakan desain korelasi dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling dengan jumlah 77 responden. Hasil analisis menggunakan uji Spearman Rank di dapatkan p Value 0,002 < 0,05 dengan korelasi kuat (0,674) arah korelasi positif, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan teman sebaya dengan perilaku bullying verbal pada anak. Anak disarankan untuk saling peduli dengan sesama teman dengan cara tidak menyakiti atau mengejek teman yang lain dan menjauhi bentuk bullying verbal.","PeriodicalId":246520,"journal":{"name":"Bhamada: Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan (E-Journal)","volume":"72 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129077300","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Usaha Kecil dan mikro (UMK) menjadi penyerap tenaga kerja terbanyak di Indonesia. UMK berkontribusi dalam mengurangi beban negara terkait pengangguran. Kontribusi yang besar terhadap perekonomian negara tidak berbanding lurus dengan eksistensi UMK. Salah satu kendala yang medasar pada sektor UMK minimnya pengetahuan dan kesadaran terhadap aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Bagi usaha mikro, kecil, dan menengah, biaya untuk kompensasi terhadap satu kecelakaan saja dapat menjadi bencana keuangan bagi usaha tersebut. Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit kerja serta untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya K3 adalah dengan menerapkan manajemen Risiko Keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja. sebagai langkah awal dalam penerapan manajemen risiko dengan melakukan identifikasi bahaya K3 di tempat kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi bahaya yang terdapat di tempat kerja pengrajin alat musik drumband, treze musik. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan analisa deskriptif. Hasil penelitian menunjukan ada beberapa potensi bahaya pada setiap aktifitas kerja dalam pembuatan alat musik drumband. Potensi bahaya tersebut dapat ditemukan pada pekerja dengan berbagai tindakannya, lingkungan kerja, dan material serta peralatan yang digunakan dalam melakukan pekerjaan.
{"title":"IDENTIFIKASI BAHAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA USAHA MIKRO PEMBUATAN ALAT MUSIK DRUMBAND","authors":"T. Pramono, A. Subekti, Dwi Atmoko","doi":"10.36308/jik.v12i1.244","DOIUrl":"https://doi.org/10.36308/jik.v12i1.244","url":null,"abstract":"Usaha Kecil dan mikro (UMK) menjadi penyerap tenaga kerja terbanyak di Indonesia. UMK berkontribusi dalam mengurangi beban negara terkait pengangguran. Kontribusi yang besar terhadap perekonomian negara tidak berbanding lurus dengan eksistensi UMK. Salah satu kendala yang medasar pada sektor UMK minimnya pengetahuan dan kesadaran terhadap aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Bagi usaha mikro, kecil, dan menengah, biaya untuk kompensasi terhadap satu kecelakaan saja dapat menjadi bencana keuangan bagi usaha tersebut. Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit kerja serta untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya K3 adalah dengan menerapkan manajemen Risiko Keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja. sebagai langkah awal dalam penerapan manajemen risiko dengan melakukan identifikasi bahaya K3 di tempat kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi bahaya yang terdapat di tempat kerja pengrajin alat musik drumband, treze musik. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan analisa deskriptif. Hasil penelitian menunjukan ada beberapa potensi bahaya pada setiap aktifitas kerja dalam pembuatan alat musik drumband. Potensi bahaya tersebut dapat ditemukan pada pekerja dengan berbagai tindakannya, lingkungan kerja, dan material serta peralatan yang digunakan dalam melakukan pekerjaan. \u0000 ","PeriodicalId":246520,"journal":{"name":"Bhamada: Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan (E-Journal)","volume":"39 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128794423","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Merujuk hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementrian Kesehatan tahun 2018 menunjukkan 17,7% balita masih mengalami masalah gizi dan balita stunting sebesar 37,2%. Stunting memiliki dampak besar terhadap tumbuh kembang anak dan juga perekonomian. Bayi yang diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan memiliki manfaat bagi daya tahan tubuh, pertumbuhan dan perkembangan bayi. Prevalensi balita stunting di Puskesmas Sempor II pada tahun 2019 sebesar 21,08% dan bayi lahir stunting sebesar 26,09%. Sedangkan angka pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Sempor II pada tahun 2019 di bawah target yaitu 41,7%. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan status gizi pada bayi usia 7 bulan dengan riwayat lahir stunting. Penelitian ini adalah survei analitik menggunakan desain case control dan pendekatan retrospektif. Populasi pada penelitian ini adalah bayi usia 7 bulan dengan riwayat lahir stunting di Puskesmas Sempor II sebanyak 35 bayi. Sampel didapatkan dengan cara teknik total sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, dianalisa dengan uji rank spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 9 responden yang mengalami stunting, 88,9% tidak mendapatkan ASI eksklusif. Sedangkan dari 26 responden yang tidak stunting, 76,9% mendapatkan ASI eksklusif. Dari uji rank spearman didapatkan p value 0,000 sehingga ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan status gizi pada bayi usia 7 bulan dengan riwayat lahir stunting. Koefisien korelasi yang dihasilkan -0,645 yang berarti hubungan tersebut kuat dan arah hubungan berlawanan dimana tingginya angka pemberian ASI eksklusif diikuti dengan turunnya angka stunting. Diharapkan tenaga kesehatan khususnya bidan memberi perhatian khusus serta berinovasi dalam memberikan promosi kesehatan sehingga masyarakat khususnya ibu menyusui mau memberikan ASI eksklusif sehingga dapat mencegah terjadinya stunting.
{"title":"HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DENGAN STATUS GIZI PADA BAYI USIA 7 BULAN DENGAN RIWAYAT LAHIR STUNTING","authors":"Herlina Tri Damailia, Esti Rettiningsih","doi":"10.36308/jik.v12i1.285","DOIUrl":"https://doi.org/10.36308/jik.v12i1.285","url":null,"abstract":"Merujuk hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementrian Kesehatan tahun 2018 menunjukkan 17,7% balita masih mengalami masalah gizi dan balita stunting sebesar 37,2%. Stunting memiliki dampak besar terhadap tumbuh kembang anak dan juga perekonomian. Bayi yang diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan memiliki manfaat bagi daya tahan tubuh, pertumbuhan dan perkembangan bayi. Prevalensi balita stunting di Puskesmas Sempor II pada tahun 2019 sebesar 21,08% dan bayi lahir stunting sebesar 26,09%. Sedangkan angka pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Sempor II pada tahun 2019 di bawah target yaitu 41,7%. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan status gizi pada bayi usia 7 bulan dengan riwayat lahir stunting. Penelitian ini adalah survei analitik menggunakan desain case control dan pendekatan retrospektif. Populasi pada penelitian ini adalah bayi usia 7 bulan dengan riwayat lahir stunting di Puskesmas Sempor II sebanyak 35 bayi. Sampel didapatkan dengan cara teknik total sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, dianalisa dengan uji rank spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 9 responden yang mengalami stunting, 88,9% tidak mendapatkan ASI eksklusif. Sedangkan dari 26 responden yang tidak stunting, 76,9% mendapatkan ASI eksklusif. Dari uji rank spearman didapatkan p value 0,000 sehingga ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan status gizi pada bayi usia 7 bulan dengan riwayat lahir stunting. Koefisien korelasi yang dihasilkan -0,645 yang berarti hubungan tersebut kuat dan arah hubungan berlawanan dimana tingginya angka pemberian ASI eksklusif diikuti dengan turunnya angka stunting. Diharapkan tenaga kesehatan khususnya bidan memberi perhatian khusus serta berinovasi dalam memberikan promosi kesehatan sehingga masyarakat khususnya ibu menyusui mau memberikan ASI eksklusif sehingga dapat mencegah terjadinya stunting.","PeriodicalId":246520,"journal":{"name":"Bhamada: Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan (E-Journal)","volume":"32 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132327996","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Lansia (lanjut usia) merupakan bagian dari proses kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Organisasi Kesehatan Dunia menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia pertengahan (45 -59 tahun), lanjut usia (60 -74 tahun), lanjut usia tua (75 – 90 tahun) dan usia sangat tua (diatas 90 tahun). Keberadaan lansia yang semakin meningkat menimbulkan berbagai polemik dewasa ini, salah satunya adalah depresi. Depresi merupakan masalah kesehatan yang paling banyak terjadi pada lansia. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh karakteristik lansia dan dukungan keluarga terhadap tingkat depresi lansia. Desain penelitian menggunakan metode Deskriptif Analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian adalah seluruh lansia yang ada di wilayah Puskesmas Tirto Pekalongan sebanyak 165 lansia. Pengambilan sampel menggunakan Simple Random Sampling. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh karakteristik lansia (umur p=0,005, status perkawinan p=0,015, pekerjaan p=0,000) dan dukungan keluarga (p=0,030) terhadap kejadian depresi lansia. Variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian depresi lansia yaitu pekerjaan dengan OR sebesar 11,556. Keluarga mempunyai tugas memberikan dukungan agar lansia dapat beraktifitas secara teratur dan tidak berlebihan. Lansia yang masih mempunyai kegiatan/ pekerjaan cenderung lebih bahagia karena mempunyai penghasilan sendiri dan dapat bersosialisasi dengan orang lain sehingga tidak merasa kesepian.Disarankan kepada keluarga yang mempunyai lansia untuk lebih memberikan perhatian dan memberi kesempatan lansia untuk tetap bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya agar lansia terhindar dari depresi.
{"title":"PENGARUH KARAKTERISTIK LANSIA DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA","authors":"Sri Hidayati, Ahmad Baequny","doi":"10.36308/jik.v12i1.284","DOIUrl":"https://doi.org/10.36308/jik.v12i1.284","url":null,"abstract":"Lansia (lanjut usia) merupakan bagian dari proses kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Organisasi Kesehatan Dunia menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia pertengahan (45 -59 tahun), lanjut usia (60 -74 tahun), lanjut usia tua (75 – 90 tahun) dan usia sangat tua (diatas 90 tahun). Keberadaan lansia yang semakin meningkat menimbulkan berbagai polemik dewasa ini, salah satunya adalah depresi. Depresi merupakan masalah kesehatan yang paling banyak terjadi pada lansia. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh karakteristik lansia dan dukungan keluarga terhadap tingkat depresi lansia. Desain penelitian menggunakan metode Deskriptif Analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian adalah seluruh lansia yang ada di wilayah Puskesmas Tirto Pekalongan sebanyak 165 lansia. Pengambilan sampel menggunakan Simple Random Sampling. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh karakteristik lansia (umur p=0,005, status perkawinan p=0,015, pekerjaan p=0,000) dan dukungan keluarga (p=0,030) terhadap kejadian depresi lansia. Variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian depresi lansia yaitu pekerjaan dengan OR sebesar 11,556. Keluarga mempunyai tugas memberikan dukungan agar lansia dapat beraktifitas secara teratur dan tidak berlebihan. Lansia yang masih mempunyai kegiatan/ pekerjaan cenderung lebih bahagia karena mempunyai penghasilan sendiri dan dapat bersosialisasi dengan orang lain sehingga tidak merasa kesepian.Disarankan kepada keluarga yang mempunyai lansia untuk lebih memberikan perhatian dan memberi kesempatan lansia untuk tetap bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya agar lansia terhindar dari depresi.","PeriodicalId":246520,"journal":{"name":"Bhamada: Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan (E-Journal)","volume":"14 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121116609","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
16% balita Indonesia mengalami gangguan perkembangan, baik perkembangan motoric halus dan kasar, sosial kemandirian, kecerdasan kurang dan keterlambatan. Prevalensi Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) adalah 8%. Faktor penyebab pemicu hiperaktivitas adalah karena konsumsi makanan yang mengandung zat aditif makanan. MSG telah dikonsumsi secara luas di seluruh dunia sebagai penambah rasa makanan dalam bentuk L-glutamic acid, karena penambahan MSG akan membuat rasa makanan menjadi lebih lezat. Kemajuan teknologi informasi membawa dampak terhadap perubahan gaya hidup masyarakat, termasuk perubahan pola konsumsi makanan yang lebih banyak mengkonsumsi jenis makanan cepat saji, makanan kemasan dan awetan yang belakangan ini semakin banyak dijual di pasar tradisional dan swalayan. Tujuan penelitian ini adalah Mengidentifikasi pengaruh antara life style dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif pada Anak Prasekolah. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Analisis yang digunakan dengan menggunakan chi-square. Hasil penelitian tersebut adalah ada pengaruh life style dengan GPPH. Keyword: Life style, MSG, GPPH
{"title":"PENGARUH LIFE STYLE (POLA KONSUMSI MAKANAN MENGANDUNG MSG) TERHADAP GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN HIPERAKTIF PADA ANAK PRASEKOLAH","authors":"Adevia Maulidya Chikmah, Juhrotun Nisa","doi":"10.36308/jik.v11i2.184","DOIUrl":"https://doi.org/10.36308/jik.v11i2.184","url":null,"abstract":"16% balita Indonesia mengalami gangguan perkembangan, baik perkembangan motoric halus dan kasar, sosial kemandirian, kecerdasan kurang dan keterlambatan. Prevalensi Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) adalah 8%. Faktor penyebab pemicu hiperaktivitas adalah karena konsumsi makanan yang mengandung zat aditif makanan. MSG telah dikonsumsi secara luas di seluruh dunia sebagai penambah rasa makanan dalam bentuk L-glutamic acid, karena penambahan MSG akan membuat rasa makanan menjadi lebih lezat. Kemajuan teknologi informasi membawa dampak terhadap perubahan gaya hidup masyarakat, termasuk perubahan pola konsumsi makanan yang lebih banyak mengkonsumsi jenis makanan cepat saji, makanan kemasan dan awetan yang belakangan ini semakin banyak dijual di pasar tradisional dan swalayan. Tujuan penelitian ini adalah Mengidentifikasi pengaruh antara life style dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif pada Anak Prasekolah. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Analisis yang digunakan dengan menggunakan chi-square. Hasil penelitian tersebut adalah ada pengaruh life style dengan GPPH. \u0000Keyword: Life style, MSG, GPPH","PeriodicalId":246520,"journal":{"name":"Bhamada: Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan (E-Journal)","volume":"47 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-11-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114770191","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Baby Massage merupakan suatu alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas tidur pada bayi. Dari hasil survey awal penelitian melakukan wawancara kepada 10 ibu bayi. Hasil wawancara didapatkan 10(100%) ibu mengatakan bayinya dilakukan pemijatan rutin. Dan dari hasil wawancara mengenai masalah tidur pada bayi didapatkan hasil 7(70%) ibu mengatakan bahwa bayinya yang di pijat tidurnya nyenyak tetapi sering terbangun dari tidurnya, dan 3(30%) ibu yang bayinya dilakukan pemijatan mengatakan bayi tidurnya pulas tetapi tidak sering terbangun setelah dilakukan pemijatan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan Baby Massage dengan kualitas tidur bayi usia 3-6 bulan di Riu Moms Kids And Baby SPA Sukoharjo Pati. Jenis penelitian ini adalah survey analitik dan metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cross sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu Total Sampling, sejumlah 30 responden. Instrument yang digunakan untuk mengambil data yaitu kuisioner dan analisa data yang digunakan adalah Uji Statistik Kendal Tau. Hasil observasi didapatkan nilai p sebesar 0,004 < 0,005 yang menunjukan ada hubungan antara Baby Massage dengan kualitas tidur bayi usia 3-6 bulan di Riu Moms Kids And Baby SPA Sukoharjo Pati. Kesimpulan observasi yang berarti ada Hubungan Baby Massage Dengan Kualitas Tidur Bayi Usia 3-6 bulan di Riu Moms Kids And Baby SPA Sukoharjo Pati.
{"title":"HUBUNGAN BABY MASSAGE DENGAN KUALITAS TIDUR BAYI USIA 3-6 BULAN DI RIU MOM KIDS AND BABY SPA DI SUKOHARJO PATI","authors":"Nopri Padma Nudesti, Diah Ayu Sulastri","doi":"10.36308/jik.v11i2.242","DOIUrl":"https://doi.org/10.36308/jik.v11i2.242","url":null,"abstract":"Baby Massage merupakan suatu alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas tidur pada bayi. Dari hasil survey awal penelitian melakukan wawancara kepada 10 ibu bayi. Hasil wawancara didapatkan 10(100%) ibu mengatakan bayinya dilakukan pemijatan rutin. Dan dari hasil wawancara mengenai masalah tidur pada bayi didapatkan hasil 7(70%) ibu mengatakan bahwa bayinya yang di pijat tidurnya nyenyak tetapi sering terbangun dari tidurnya, dan 3(30%) ibu yang bayinya dilakukan pemijatan mengatakan bayi tidurnya pulas tetapi tidak sering terbangun setelah dilakukan pemijatan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan Baby Massage dengan kualitas tidur bayi usia 3-6 bulan di Riu Moms Kids And Baby SPA Sukoharjo Pati. Jenis penelitian ini adalah survey analitik dan metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cross sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu Total Sampling, sejumlah 30 responden. Instrument yang digunakan untuk mengambil data yaitu kuisioner dan analisa data yang digunakan adalah Uji Statistik Kendal Tau. Hasil observasi didapatkan nilai p sebesar 0,004 < 0,005 yang menunjukan ada hubungan antara Baby Massage dengan kualitas tidur bayi usia 3-6 bulan di Riu Moms Kids And Baby SPA Sukoharjo Pati. Kesimpulan observasi yang berarti ada Hubungan Baby Massage Dengan Kualitas Tidur Bayi Usia 3-6 bulan di Riu Moms Kids And Baby SPA Sukoharjo Pati.","PeriodicalId":246520,"journal":{"name":"Bhamada: Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan (E-Journal)","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-10-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115317084","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan : Skizofrenia merupakan suatu ganguan neurobiologikal pada bagian otak yang persisten, serius dengan munculnya gejala psikotik berupa delusi, halusinasi, gangguan mood dan pikiran yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi kepribadian, pikiran, ingatan dan persepsi serta dapat menimbulkan kerusakan pada fungsi utama kehidupan baik secara individu, keluarga maupun komunitas. Gejala yang muncul pada penderita pasien skizofrenia akibat dari pengobatan antipsikotik selama dalam perawatan di rumah sakit ataupun pengobatan rawat jalan mengalami masalah seksual salah satunya masalah perilaku seksual dimana perilaku seksual adalah semua bentuk perilaku yang terjadi karena didorong oleh hasrat seksual baik lawan jenis maupun sesama jenis yang dimulai dari perasaan tertarik sampai pada tingkah laku bermesraan, bercumbu, berkencan sampai bersenggama. Tujuan penelitian: Untuk mendapatkan gambaran mengenai perilaku seksual pada pasien skizofrenia di Poli Psikiatrik. Metode penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian kualitataif dengan pendekatan fenomenologi. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara secara mendalam terhadap beberapa partisipan dan observasi menggunakan panduan wawancara. Peneliti menggunakan alat bantu seperti alat perekam (voice Recorder), catatan lapangan dan alat tulis agar hasil wawancara dapat disimpan dengan baik. Hasil penelitian; Hasil wawancara peneliti dengan partisipan didapatkan beberapa tema yang diperoleh melalui pengkatagorian ungkapan partisipan berjumlah tiga tema. Tema berupa upaya penyaluran hasrat, pendorong dan penekan penyaluran seksual, dan keputusan dalam penyaluran kebutuhan seksual. Kesimpulan: Hasil penelitian ini partisipan mengungkapan adanya masalah seksual akibat penolakan pasangan terhadap kebutuhan seksual, tidak adanya pelampiasan terhadap penyaluran seksual dan tidak tersalurnya kebutuhan seksual. Informasi ini dapat dijadikan acuan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan edukasi tentang masalah perilaku seksual pada pasien skizofrenia.
{"title":"PENGALAMAN PERILAKU SEKSUAL PADA PASIEN SKIZOFRENIA STUDI: FENOMENOLOGI","authors":"Nurwijaya Fitri, Shanti Wardaningsih","doi":"10.36308/jik.v11i2.239","DOIUrl":"https://doi.org/10.36308/jik.v11i2.239","url":null,"abstract":"Pendahuluan : Skizofrenia merupakan suatu ganguan neurobiologikal pada bagian otak yang persisten, serius dengan munculnya gejala psikotik berupa delusi, halusinasi, gangguan mood dan pikiran yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi kepribadian, pikiran, ingatan dan persepsi serta dapat menimbulkan kerusakan pada fungsi utama kehidupan baik secara individu, keluarga maupun komunitas. Gejala yang muncul pada penderita pasien skizofrenia akibat dari pengobatan antipsikotik selama dalam perawatan di rumah sakit ataupun pengobatan rawat jalan mengalami masalah seksual salah satunya masalah perilaku seksual dimana perilaku seksual adalah semua bentuk perilaku yang terjadi karena didorong oleh hasrat seksual baik lawan jenis maupun sesama jenis yang dimulai dari perasaan tertarik sampai pada tingkah laku bermesraan, bercumbu, berkencan sampai bersenggama. Tujuan penelitian: Untuk mendapatkan gambaran mengenai perilaku seksual pada pasien skizofrenia di Poli Psikiatrik. Metode penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian kualitataif dengan pendekatan fenomenologi. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara secara mendalam terhadap beberapa partisipan dan observasi menggunakan panduan wawancara. Peneliti menggunakan alat bantu seperti alat perekam (voice Recorder), catatan lapangan dan alat tulis agar hasil wawancara dapat disimpan dengan baik. Hasil penelitian; Hasil wawancara peneliti dengan partisipan didapatkan beberapa tema yang diperoleh melalui pengkatagorian ungkapan partisipan berjumlah tiga tema. Tema berupa upaya penyaluran hasrat, pendorong dan penekan penyaluran seksual, dan keputusan dalam penyaluran kebutuhan seksual. Kesimpulan: Hasil penelitian ini partisipan mengungkapan adanya masalah seksual akibat penolakan pasangan terhadap kebutuhan seksual, tidak adanya pelampiasan terhadap penyaluran seksual dan tidak tersalurnya kebutuhan seksual. Informasi ini dapat dijadikan acuan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan edukasi tentang masalah perilaku seksual pada pasien skizofrenia.","PeriodicalId":246520,"journal":{"name":"Bhamada: Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan (E-Journal)","volume":"32 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-10-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125338722","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}