AbstractThe national movements in South Kalimantan is the impact of Europe’s political andcultural penetration of the East Indies Government. The powerful impact of penetrationwas education that bring in the modern educated elite. Therefore, the issues that is raisedin this paper, i.e.: (1) How Ethical policy of East Indies government?; (2) How aregovernment policies for education and the emersion of modern elite?; (3) How is the roleof modern elite to emergence of the nationalist movement in South Kalimantan, Indonesia?This study uses historical (Historical Research) by using heuristic step, criticism,interpretation and historiography. The method of this article is historical research thatuses heuristic, critic, interpretation, and historiography. The results show that the ethicalpolitics was motivated by the criticism that the Netherland-Indies government woulddo “returning the favor†towards the Indonesian people with the slogan, “Irrigation,Education and Emigrationâ€. Through a policy in education, schools was built to createlow-level workers with western paradigm. Those who attended these school were theones, upon their returning home, became the pioneers and driving the movements orspreading the seeds of nationality in South Kalimantan. AbstractTumbuhnya pergerakan kebangsaan di Kalimantan Selatan merupakan dampakdari penetrasi politik dan kebudayaan Eropa pada masa Pemerintahan Hindia Belanda.Penetrasi yang sangat kuat pengaruhnya adalah bidang pendidikan yang melahirkanelit modern yang terpelajar. Oleh karena itu permasalahan yang diangkat dalam tulisanini adalah: (1) Bagaimana kebijakan Politik Etis di Hindia Belanda?; (2) Bagaimanakebijakan Pemerintah Hindia Belanda di bidang pendidikan dan munculnya elite modern?;(3) Bagaimana peranan elite modern terhadap munculnya pergerakan kebangsaanIndonesia di Kalimantan Selatan? Penelitian ini menggunakan metode sejarah (HistoricalResearch) dengan menggunakan langkah heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa politik etis didorong oleh kiritik bahwa pemerintahHindia Belanda harus melakukan “balas budi†pada rakyat Indonesia dengan slogan“Irigasi, Edukasi dan Emigrasiâ€. Melalui kebijakan di bidang pendidikan, sekolahdimaksudkan untuk mencetak pegawai rendahan dengan pendidikan Barat. Merekayang telah mengenyam pendidikan adalah kalangan terpelajar atau kaum cendekiawanyang kembali ke kampung halaman dan turut menjadi pelopor atau penggerak organisasipergerakan kebangsaan dan menanamkan benih kebangsaan di Kalimantan Selatan.Â
摘要南加里曼丹的民族运动是欧洲对东印度政府政治文化渗透的影响。渗透的强大影响是教育,它带来了现代受过教育的精英。因此,本文提出的问题是:(1)东印度群岛政府的伦理政策如何?(2)政府的教育政策和现代精英的出现是怎样的?(3)现代精英阶层对印尼南加里曼丹民族主义运动的兴起起了怎样的作用?本研究采用启发式法、批评法、解释法、史学法等史学研究方法。本文采用启发式、批判式、阐释式、史学式的历史研究方法。结果表明,荷兰-印度政府以“ - œIrrigation,教育和移民 -”为口号,对印尼人民进行了“ œreturning优惠”的批评,从而引发了伦理政治。通过一项教育政策,建立了以西方模式培养低水平工人的学校。那些上过这些学校的人,在他们回国后,成为先驱,推动运动或在南加里曼丹传播民族的种子。Â[摘要]加里曼丹共和国的人民政治与人民政治与人民政治与人民政治与人民政治与人民政治与人民政治。现代杨terpelajar。Oleh karena itu permasalahan yang diangkat dalam tulisanini adalah:(1) Bagaimana kebijakan Politik ettis di india Belanda?(3) Bagaimana peranan elite modern terhadap munculnya pergerakan kebangsaanIndonesia di Kalimantan Selatan?Penelitian ini menggunakan metode sejarah(史学研究)邓安menggunakan langkah启发式,批判,解释和史学。eti Hasil penelitian menunjukkan bahwa政治didorong oleh pokalchuk kiritik bahwa pemerintahHindia Belanda harus melakukan一个€œ红晶石budia€篇rakyat印尼dengan slogana€œIrigasi, Edukasi丹Emigrasia€。我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是。在加里曼丹省,我的祖国是美丽的,我的祖国是美丽的,我的祖国是美丽的,我的祖国是美丽的,我的祖国是美丽的
{"title":"DAMPAK POLITIK ETIS TERHADAP PERGERAKAN KEBANGSAAN DI KALIMANTAN SELATAN","authors":"Wajidi Wajidi","doi":"10.24832/JK.V11I2.28","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/JK.V11I2.28","url":null,"abstract":"AbstractThe national movements in South Kalimantan is the impact of Europe’s political andcultural penetration of the East Indies Government. The powerful impact of penetrationwas education that bring in the modern educated elite. Therefore, the issues that is raisedin this paper, i.e.: (1) How Ethical policy of East Indies government?; (2) How aregovernment policies for education and the emersion of modern elite?; (3) How is the roleof modern elite to emergence of the nationalist movement in South Kalimantan, Indonesia?This study uses historical (Historical Research) by using heuristic step, criticism,interpretation and historiography. The method of this article is historical research thatuses heuristic, critic, interpretation, and historiography. The results show that the ethicalpolitics was motivated by the criticism that the Netherland-Indies government woulddo “returning the favor†towards the Indonesian people with the slogan, “Irrigation,Education and Emigrationâ€. Through a policy in education, schools was built to createlow-level workers with western paradigm. Those who attended these school were theones, upon their returning home, became the pioneers and driving the movements orspreading the seeds of nationality in South Kalimantan. AbstractTumbuhnya pergerakan kebangsaan di Kalimantan Selatan merupakan dampakdari penetrasi politik dan kebudayaan Eropa pada masa Pemerintahan Hindia Belanda.Penetrasi yang sangat kuat pengaruhnya adalah bidang pendidikan yang melahirkanelit modern yang terpelajar. Oleh karena itu permasalahan yang diangkat dalam tulisanini adalah: (1) Bagaimana kebijakan Politik Etis di Hindia Belanda?; (2) Bagaimanakebijakan Pemerintah Hindia Belanda di bidang pendidikan dan munculnya elite modern?;(3) Bagaimana peranan elite modern terhadap munculnya pergerakan kebangsaanIndonesia di Kalimantan Selatan? Penelitian ini menggunakan metode sejarah (HistoricalResearch) dengan menggunakan langkah heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa politik etis didorong oleh kiritik bahwa pemerintahHindia Belanda harus melakukan “balas budi†pada rakyat Indonesia dengan slogan“Irigasi, Edukasi dan Emigrasiâ€. Melalui kebijakan di bidang pendidikan, sekolahdimaksudkan untuk mencetak pegawai rendahan dengan pendidikan Barat. Merekayang telah mengenyam pendidikan adalah kalangan terpelajar atau kaum cendekiawanyang kembali ke kampung halaman dan turut menjadi pelopor atau penggerak organisasipergerakan kebangsaan dan menanamkan benih kebangsaan di Kalimantan Selatan. ","PeriodicalId":31479,"journal":{"name":"IBDA Jurnal Kebudayaan Islam","volume":"20 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"79036990","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
AbstractThe object of the research is in Rembang, Central Java. It is related to the conflictof Sapta Darma faith. beliefs is the mistical human admission . Meanings of religionshould be understood as part of the knowledge. This research is motivated by researcher’sdesire to reveal the roots of the problem which lead to the conflict between religions orbeliefs that often occurs in the community. The main issue of this study is focused onhow the actions of the government and religious leaders that have authorities to solve theproblems. The purpose of this study is to find the problem roots that lead to the actualissues of belief in society. This study is included into the field research with the object ofconflict is Sapta Darma belief in Rembang by using descriptive-analytic point of view.the Sources of the data used in the study are interview, documents, and field observations.This research uses an anthropological approach. Based on the research results, the caseof incendiarism in Blando Hamlet, Plawangan Village, Kragan District in Rembang hassocial conflicts that is caused by reliance. the conflict does not necessarily have to endwith the burning, but there are many other solutions that can be used as a unifying one ofthem is by a dialogue. By using a dialogue the conflict can be minimized. AbstrakObjek penelitian ini di Rembang, Jawa Tengah terkait dengan konflik kepercayaanSapta Darma. Kepercayaan merupakan pengakuan manusia terhadap sesuatu yang gaib.Pemaknaan terhadap agama harus dipahami sebagai bagian dari pengetahuan bahwa agamasebagai ilmu. Penelitian ini dilatarbelakangi keinginan peneliti untuk mengungkapkanakar permasalahan yang mengakibatkan adanya konflik antar agama atau kepercayaanyang kerap terjadi di masyarakat. Pokok pembahasan dalam penelitian ini terfokus padabagaimana tindakan pemerintah dan tokoh agama yang berwenang menyikapi persoalanpersoalankepercayaan. Tujuan dari penelitian ini menemukan akar permasalahan yangmengakibatkan adanya isu-isu aktual kepercayaan yang terjadi di masyarakat. Penelitianini termasuk penelitian lapangan dengan objek konflik kepercayaan Sapta Darma diRembang dengan sudut pandang deskriptif-analisis. Sumber data yang digunakan dalampenelitian wawancara, dokumen-dokumen, dan observasi dilapangan. Penelitian inimenggunakan pendekatan antropologis. Berdasarkan hasil penelitian, kasus pembakaranrumah ibadah di Dukuh Blando, Desa Plawangan, Kecamatan Kragan di Rembangtelah terjadi konflik sosial yang diakibatkan aliran kepercayaan. Konflik ini tidak sertamertaharus berakhir dengan pembakaran, akan tetapi masih banyak solusi lain yang bisadijadikan pemersatu salah satunya adalah dialog, sebab dengan berdialog konflik pun bisadiminimalisir.
摘要研究对象为中爪哇省伦邦市。这与萨帕达玛信仰的冲突有关。信仰是人类神秘的承认。宗教的意义应该被理解为知识的一部分。这项研究的动机是研究人员希望揭示导致社区中经常发生的宗教或信仰之间冲突的问题的根源。本研究的主要问题集中在政府和有权力的宗教领袖如何解决问题。本研究的目的是找出导致社会信仰实际问题的问题根源。本研究采用描述分析的观点,将其纳入以伦邦萨法达摩信仰为冲突对象的实地研究。本研究使用的数据来源为访谈、文献和实地观察。这项研究采用了人类学的方法。从研究结果来看,伦邦县克拉干区普拉旺干村布兰多哈姆雷特纵火案存在由依赖引起的社会冲突。冲突不一定要以焚烧结束,但有许多其他的解决方案可以作为一个统一的解决方案,其中之一就是对话。通过对话,冲突可以最小化。Â摘要:object penelitian ini di Rembang, Jawa Tengah terkait dengan konflik keperkaya, ansapta Darma。kemperayaan merupakan pengakuan manusia terhadap sesuatu yang gaib。Pemaknaan terhadap agama harus dipahami sebagai bagian dari pengetahuan bahwa agamasebagai ilmu。Penelitian ini dilatarbelakangi keinginan peneliti untuk mengungkapkanakar permasalahan yang mengakibatkan adanya konflik antar agama atau keperakayang kerap terjadi di masyarakat。Pokok pembahasan dalam penelitian ini terfokus padabagaimana tindakan peremintah dan tokoh agama yang berwenang menikapi私人,私人,私人,私人。Tujuan dari penelitian ini menemukan akar permasalahan yangmengakibatkan adanya isu-isu aktual kepercayaan yang terjadi di masyarakat。Penelitianini termasuk penelitian lapangan dengan object konflik keperayaan Sapta Darma diRembang dengan sudut pandang deskritifi - analysis。夏季数据阳迪库纳坎dalampenelitian wawancara, dokumen-dokumen, dan observasi an。Penelitian inimenggunakan pendekatan人类学。Berdasarkan hasil penelitian, kasus pembakaranrumah ibadah di Dukuh Blando, Desa Plawangan, Kecamatan Kragan di Rembangtelah terjadi konflik social yang diakibatkan aliran kepercayaan。Konflik ini tidak sertamertaharus berakhir dengan penbakaran, akan tetapi masih banyak solusi lain yang bisadijadian peremersatu salah satunya adalah dialog, sebab dengan berdialog Konflik pun bisdiminimalisir。
{"title":"MENAKAR KEARIFAN AGAMA DENGAN BUDAYA MEASURING RELIGION WISDOM BY CULTURE","authors":"Unggul Sudrajat","doi":"10.24832/jk.v11i2.23","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/jk.v11i2.23","url":null,"abstract":"AbstractThe object of the research is in Rembang, Central Java. It is related to the conflictof Sapta Darma faith. beliefs is the mistical human admission . Meanings of religionshould be understood as part of the knowledge. This research is motivated by researcher’sdesire to reveal the roots of the problem which lead to the conflict between religions orbeliefs that often occurs in the community. The main issue of this study is focused onhow the actions of the government and religious leaders that have authorities to solve theproblems. The purpose of this study is to find the problem roots that lead to the actualissues of belief in society. This study is included into the field research with the object ofconflict is Sapta Darma belief in Rembang by using descriptive-analytic point of view.the Sources of the data used in the study are interview, documents, and field observations.This research uses an anthropological approach. Based on the research results, the caseof incendiarism in Blando Hamlet, Plawangan Village, Kragan District in Rembang hassocial conflicts that is caused by reliance. the conflict does not necessarily have to endwith the burning, but there are many other solutions that can be used as a unifying one ofthem is by a dialogue. By using a dialogue the conflict can be minimized. AbstrakObjek penelitian ini di Rembang, Jawa Tengah terkait dengan konflik kepercayaanSapta Darma. Kepercayaan merupakan pengakuan manusia terhadap sesuatu yang gaib.Pemaknaan terhadap agama harus dipahami sebagai bagian dari pengetahuan bahwa agamasebagai ilmu. Penelitian ini dilatarbelakangi keinginan peneliti untuk mengungkapkanakar permasalahan yang mengakibatkan adanya konflik antar agama atau kepercayaanyang kerap terjadi di masyarakat. Pokok pembahasan dalam penelitian ini terfokus padabagaimana tindakan pemerintah dan tokoh agama yang berwenang menyikapi persoalanpersoalankepercayaan. Tujuan dari penelitian ini menemukan akar permasalahan yangmengakibatkan adanya isu-isu aktual kepercayaan yang terjadi di masyarakat. Penelitianini termasuk penelitian lapangan dengan objek konflik kepercayaan Sapta Darma diRembang dengan sudut pandang deskriptif-analisis. Sumber data yang digunakan dalampenelitian wawancara, dokumen-dokumen, dan observasi dilapangan. Penelitian inimenggunakan pendekatan antropologis. Berdasarkan hasil penelitian, kasus pembakaranrumah ibadah di Dukuh Blando, Desa Plawangan, Kecamatan Kragan di Rembangtelah terjadi konflik sosial yang diakibatkan aliran kepercayaan. Konflik ini tidak sertamertaharus berakhir dengan pembakaran, akan tetapi masih banyak solusi lain yang bisadijadikan pemersatu salah satunya adalah dialog, sebab dengan berdialog konflik pun bisadiminimalisir.","PeriodicalId":31479,"journal":{"name":"IBDA Jurnal Kebudayaan Islam","volume":"28 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84079884","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
AbstractThe objectives of the research for policy of intangible cultural heritage (ICH) are as follow.(1) To understand the processes and problems of implementation of ICH policy in Indonesia; (2)To identify stakeholders involved in ICH policies that have been registered and confirmed; and(3) To ascertain a plan of action programs that carried out by relevant agencies following thedetermination of ICH policy in Indonesia. This study uses qualitative research method, throughinterviews and focus group discussion (FGD) to a number of informants, i.e. government officials,cultural actors, and community members. The implementation of the Minister of Education andCulture regulation that related to “the administrative procedures” of ICH policy has be done asgood as possible by Directorate of Values Internalization and Cultural Diplomacy. However, it isbelieved that the effort is still need to be improved. It seems that this is caused by poor technicalability for filling the form and misunderstanding about ICH, which often confused as havingthe same meaning and value with cultural heritage. Local stakeholders need to have the sameunderstanding about the importance of the regulation of president and of Ministry of Educationand Culture. Therefore, all the regions can carry out this policy together and contribute toeach other in protecting ICH through action programs. Bida’i, Songket, Sambas, and BetangTraditional House in West Kalimantan Province; and Makepung and Tektekan in Bali Provincehave been designated as ICH of Indonesia. However, conservation efforts should not stop at thisdetermination only.Keywords: Intangible Cultural Heritage (ICH), Bida’i. Songket Sambas, Betang traditional house,Makepung and Tektekan AbstrakTujuan penelitian kebijakan Warisan Budaya Takbenda (WBTB) ini, adalah untuk: (1)mengetahui proses dan berbagai masalah dalam implementasi kebijakanWBTB Indonesia;(2) mengidentifikasi pihak-pihak yang terlibat dalam kebijakan WBTB yang telah didaftarkandan ditetapkan; dan (3) mengetahui rencana program aksi yang dilakukan oleh instansi terkaitterhadap penetapan WBTB Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatifdengan wawancara dan Focus Group Discussion (FGD) terhadap sejumlah informan, baik dariaparat pemerintahan, pelaku budaya, maupun warga masyarakat. Hasil penelitian menunjukanbahwa implementasi Permendikbud yang terkait “prosedur administratif” KebijakanWBTB,telah dilakukan dengan maksimal oleh Direktorat INDB, beserta jajarannya. Meskipun demikian,dalam pelaksanaannya dirasakan kurang maksimal. Hal ini tampaknya, disebabkan kemampuanteknis pengisian formulir maupun pemahaman akan arti budaya takbenda seolah-olah samadengan cagar budaya. Perlu pemahaman dari stakeholders di daerah tentang pentingnya Perpresdan Permendikbud WBTB, sehingga kebijakan ini dapat bergerak bersama di daerah dan salingberkontribusi dalam melakukan perlindungan WBTB dalam bentuk program aksi. Bidai, SongketSambas, dan Rumah Betang di Pro
摘要非物质文化遗产政策研究的目的如下:(1)了解印尼非物质文化遗产政策的实施过程和存在的问题;(2)识别已登记和确认的非物质物质政策所涉及的利益相关者;(3)确定相关机构在印度尼西亚确定非物质文化遗产政策后实施的行动计划。本研究采用定性研究方法,通过访谈和焦点小组讨论(FGD)对一些线人,即政府官员,文化行动者和社区成员。教育和文化部长关于非物质文化遗产政策“行政程序”的规定已由价值观内部化和文化外交理事会尽可能好地执行。然而,相信这方面的努力仍有待改进。这似乎是由于填表的技术性较差以及对非物质文化遗产的误解造成的,往往将非物质文化遗产与文化遗产混淆为具有相同的意义和价值。对于总统和教育文化部的规制的重要性,地方利益相关者也应该有同样的认识。因此,所有地区都可以共同执行这一政策,并通过行动计划相互促进保护非物质文化遗产。西加里曼丹省的Bida 'i, Songket, Sambas和BetangTraditional House;巴厘岛的马基蓬和特克特干被指定为印度尼西亚的非物质文化遗产。然而,保护工作不应仅止于此。关键词:非物质文化遗产,毕达哥伊摘要:tujuan penelitian kebijakan Warisan Budaya Takbenda (WBTB) ini, adalah untuk:(1)mengetahui proses dan berbagai masalah dalam implementasi kebijakanWBTB Indonesia;(2) mengidentifikasi pihai yang terlibat dalam kebijakanWBTB yang telah didaftarkandan ditetapkan;dan (3) mengetahui rencana程序aksi yang dilakukan oleh instanterkaitterhadap penapan WBTB印度尼西亚。Penelitian ini menggunakan方法Penelitian质量评定,dengan wawankara和焦点小组讨论(FGD) terhadap sejumlah informan, baik dariaparat peremintahan, pelaku budaya, maupun warga masyarakat。Hasil penelitian menunjukanbahwa实施Permendikbud yang terkait“检察官行政”KebijakanWBTB,telah dilakukan dengan maksimal oleh局长,beserta jajarannya。Meskipun demikian,dalam pelaksanaannya dirasakan kurang maksimal。这句话的意思是:“我的天,我的天,我的天,我的天。”Perlu pemahaman dari利害关系者di daerah tententeningnya Perpresdan permendikbudwbtb, seingga kebijakan ini dapat bergerak bersama di daerah dansalingberkontribusi dalam melakukan perlindungan WBTB dalam bentuk计划aksi。Bidai, SongketSambas, dan Rumah Betang diProvinsi Kalimantan Barat, serta Makepung dan Tektekan diProvinsi Bali sudah ditetapkan sebagai WBTB印度尼西亚。Upaya pelestarian seyogyanya tidakberhenti pada penetapan WBTB tersebut。Kata kunci: Warisan Budaya Takbenda (WBTB), Bidai (Bidai), Songket Sambas, Betang,Makepung和Tektekan
{"title":"IMPLEMENTASI KEBIJAKAN WARISAN BUDAYA TAKBENDA (WBTB) INDONESIA","authors":"Damardjati Kun Marjanto","doi":"10.24832/JK.V11I1.18","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/JK.V11I1.18","url":null,"abstract":"AbstractThe objectives of the research for policy of intangible cultural heritage (ICH) are as follow.(1) To understand the processes and problems of implementation of ICH policy in Indonesia; (2)To identify stakeholders involved in ICH policies that have been registered and confirmed; and(3) To ascertain a plan of action programs that carried out by relevant agencies following thedetermination of ICH policy in Indonesia. This study uses qualitative research method, throughinterviews and focus group discussion (FGD) to a number of informants, i.e. government officials,cultural actors, and community members. The implementation of the Minister of Education andCulture regulation that related to “the administrative procedures” of ICH policy has be done asgood as possible by Directorate of Values Internalization and Cultural Diplomacy. However, it isbelieved that the effort is still need to be improved. It seems that this is caused by poor technicalability for filling the form and misunderstanding about ICH, which often confused as havingthe same meaning and value with cultural heritage. Local stakeholders need to have the sameunderstanding about the importance of the regulation of president and of Ministry of Educationand Culture. Therefore, all the regions can carry out this policy together and contribute toeach other in protecting ICH through action programs. Bida’i, Songket, Sambas, and BetangTraditional House in West Kalimantan Province; and Makepung and Tektekan in Bali Provincehave been designated as ICH of Indonesia. However, conservation efforts should not stop at thisdetermination only.Keywords: Intangible Cultural Heritage (ICH), Bida’i. Songket Sambas, Betang traditional house,Makepung and Tektekan AbstrakTujuan penelitian kebijakan Warisan Budaya Takbenda (WBTB) ini, adalah untuk: (1)mengetahui proses dan berbagai masalah dalam implementasi kebijakanWBTB Indonesia;(2) mengidentifikasi pihak-pihak yang terlibat dalam kebijakan WBTB yang telah didaftarkandan ditetapkan; dan (3) mengetahui rencana program aksi yang dilakukan oleh instansi terkaitterhadap penetapan WBTB Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatifdengan wawancara dan Focus Group Discussion (FGD) terhadap sejumlah informan, baik dariaparat pemerintahan, pelaku budaya, maupun warga masyarakat. Hasil penelitian menunjukanbahwa implementasi Permendikbud yang terkait “prosedur administratif” KebijakanWBTB,telah dilakukan dengan maksimal oleh Direktorat INDB, beserta jajarannya. Meskipun demikian,dalam pelaksanaannya dirasakan kurang maksimal. Hal ini tampaknya, disebabkan kemampuanteknis pengisian formulir maupun pemahaman akan arti budaya takbenda seolah-olah samadengan cagar budaya. Perlu pemahaman dari stakeholders di daerah tentang pentingnya Perpresdan Permendikbud WBTB, sehingga kebijakan ini dapat bergerak bersama di daerah dan salingberkontribusi dalam melakukan perlindungan WBTB dalam bentuk program aksi. Bidai, SongketSambas, dan Rumah Betang di Pro","PeriodicalId":31479,"journal":{"name":"IBDA Jurnal Kebudayaan Islam","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88367099","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
AbstractDutch control over the archipelago was very strong, especially in the nineteenth century.The Netherlands Government policy set cultuurstelsel was binding for the indigeneous peopleof the archipelago. Besides, using this policy, the Netherlands provoked the natives to consumeopium by smoothen the way of the opium suppliers from China. The consumption reached itspeak when mass opium consumption occurred in 1830-1870 coinciding with the practice ofcultuurstelsel policy by the Dutch. This paper attempts to reflect the influence and linkagesbetween cultuurstelsel and opium. The data used is qualitative data which obtained by collectingwritten sources and some reports from Netherlands papers. This data was sorted and verifiedbefore having an interpretation and analysis that poured through the process of historiography.The results of this paper indicate that during cultuurstelsel period, the natives became the objectof oppression of the Dutch government in an inhumane way. The natives were forced to work andcultivate their own land yet the Dutch was the one who enjoyed the results. In order to make thenatives to be stronger and work tenaciously, they were given opium as a “drug†to boost theirendurance performace so that they could work optimally and reap a lot of production to be sentto Europe by the Dutch. AbstrakPenguasaan Belanda terhadap Nusantara sangat kuat, terutama di abad ke-19 M. Kebijakanpemerintah Belanda menetapkan cultuurstelsel sebagai pilihan adalah hal yang mengikat bagipribumi Nusantara. Di samping itu pula, dengan kebijakan tersebut, Belanda memengaruhikelompok pribumi untuk mengonsumsi opium dengan cara memudahkan para pemasok opiumdari Tiongkok dan puncaknya ketika terjadi konsumsi opium massal pada tahun 1830-1870 yangbertepatan dengan kebijakan Cultuurstelsel oleh Belanda. Tulisan ini berusaha menggambarkanpengaruh dan keterkaitan antara Cultuurstelsel dan opium. Data yang digunakan adalah datakualitatif yang diperoleh dari mengumpulkan sumber tertulis, dan beberapa laporan Belanda,kemudian dipilah dan diverifikasi sebelum adanya interpretasi dan analisa yang dituangkanmelalui proses historiografi. Hasil dari tulisan ini menunjukkan bahwa di masa Cultuurstelselkaum pribumi menjadi objek penindasan pemerintah Belanda dengan cara yang tidak manusiawi.Kaum pribumi dipaksa untuk bekerja, kerja Rodi, mengolah lahan mereka sendiri, namunpemerintah Belandalah yang menikmati hasilnya. Agar kaum pribumi kuat dan ulet bekerja,mereka diberi opium sebagai “obat†penambah stamina agar dapat bekerja maksimal dan menuaiproduksi yang banyak untuk dikirim ke Eropa.
荷兰对该群岛的控制非常强大,特别是在19世纪。荷兰政府制定的文化政策对群岛上的土著人民具有约束力。此外,荷兰还利用这一政策,为中国的鸦片供应铺平了道路,从而刺激当地人吸食鸦片。鸦片消费在1830-1870年达到顶峰,当时正值荷兰实行文化贸易政策。本文试图反映鸦片与鸦片文化之间的影响和联系。使用的数据是定性数据,通过收集书面资料和荷兰报纸的一些报告获得。这些资料经过整理和验证,然后通过史学的过程进行解释和分析。本文的研究结果表明,在文化殖民时期,土著人成为荷兰政府非人道压迫的对象。当地人被迫在自己的土地上劳作和耕种,而荷兰人却享受着这样的结果。为了让他们更强壮,更顽强地工作,他们被给予鸦片作为 - œdrugâ -”,以提高他们的耐力表现,使他们能够最佳地工作,收获大量的产品,由荷兰人运往欧洲。Â摘要:企鹅与Belanda terhadap Nusantara sangat kuat, terutama di abad ke . 19 M. Kebijakanpemerintah Belanda menetapkan cultustelsel sebagai pilihan adalah hal yang mengikat bagipribumi Nusantara。在这里,我要讲的是:在这里,我要讲的是:在这里,我要讲的是:在这里,我要讲的是:在这里,我要讲的是:在这里,我要讲的是:在这里,我要讲的是:在这里,我要讲的是:tuisan ini berusaha menggambarkanpengaruh dan keterkaitan antara Cultuurstelsel dan opium。数据杨didiunakan adalah datakualitf yang diperoleh dari mengumpulkan sumber tertulis, dan beberapa laporan Belanda,kemudian dipilah dan diverfikasi sebelum adanya interpretasi dan anali yang dituangkanmelalui处理史学。哈西尔达里·杜里桑尼·梅努朱克坎·巴瓦迪·马萨文化,我的祖国,我的祖国,我的祖国,我的祖国,我的祖国。kam pribumi dipaksa untuk bekerja, kerja Rodi, mengolah lahan mereka sendiri, namunpemerintah Belandalah yang menikmati hasilnya。琼脂kaum pribumi kuat dan ulet bekerja,mereka diberi opium sebagai - œobatâ -”penambah stamina琼脂dapat bekerja maksimal dan menuaiproduksi yang banyak untuk dikirim ke Eropa。
{"title":"PERJUANGAN DAN OPIUM: MENGEPUL ASAP DARI SEBATANG BAMBU, KEHIDUPAN PETANI DI HINDIA BELANDA DI MASA CULTUURSTELSEL","authors":"Muhammad Nur Ichsan A.","doi":"10.24832/jk.v11i1.19","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/jk.v11i1.19","url":null,"abstract":"AbstractDutch control over the archipelago was very strong, especially in the nineteenth century.The Netherlands Government policy set cultuurstelsel was binding for the indigeneous peopleof the archipelago. Besides, using this policy, the Netherlands provoked the natives to consumeopium by smoothen the way of the opium suppliers from China. The consumption reached itspeak when mass opium consumption occurred in 1830-1870 coinciding with the practice ofcultuurstelsel policy by the Dutch. This paper attempts to reflect the influence and linkagesbetween cultuurstelsel and opium. The data used is qualitative data which obtained by collectingwritten sources and some reports from Netherlands papers. This data was sorted and verifiedbefore having an interpretation and analysis that poured through the process of historiography.The results of this paper indicate that during cultuurstelsel period, the natives became the objectof oppression of the Dutch government in an inhumane way. The natives were forced to work andcultivate their own land yet the Dutch was the one who enjoyed the results. In order to make thenatives to be stronger and work tenaciously, they were given opium as a “drug†to boost theirendurance performace so that they could work optimally and reap a lot of production to be sentto Europe by the Dutch. AbstrakPenguasaan Belanda terhadap Nusantara sangat kuat, terutama di abad ke-19 M. Kebijakanpemerintah Belanda menetapkan cultuurstelsel sebagai pilihan adalah hal yang mengikat bagipribumi Nusantara. Di samping itu pula, dengan kebijakan tersebut, Belanda memengaruhikelompok pribumi untuk mengonsumsi opium dengan cara memudahkan para pemasok opiumdari Tiongkok dan puncaknya ketika terjadi konsumsi opium massal pada tahun 1830-1870 yangbertepatan dengan kebijakan Cultuurstelsel oleh Belanda. Tulisan ini berusaha menggambarkanpengaruh dan keterkaitan antara Cultuurstelsel dan opium. Data yang digunakan adalah datakualitatif yang diperoleh dari mengumpulkan sumber tertulis, dan beberapa laporan Belanda,kemudian dipilah dan diverifikasi sebelum adanya interpretasi dan analisa yang dituangkanmelalui proses historiografi. Hasil dari tulisan ini menunjukkan bahwa di masa Cultuurstelselkaum pribumi menjadi objek penindasan pemerintah Belanda dengan cara yang tidak manusiawi.Kaum pribumi dipaksa untuk bekerja, kerja Rodi, mengolah lahan mereka sendiri, namunpemerintah Belandalah yang menikmati hasilnya. Agar kaum pribumi kuat dan ulet bekerja,mereka diberi opium sebagai “obat†penambah stamina agar dapat bekerja maksimal dan menuaiproduksi yang banyak untuk dikirim ke Eropa.","PeriodicalId":31479,"journal":{"name":"IBDA Jurnal Kebudayaan Islam","volume":"11 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77331227","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
AbstractMangupa is the final stage of Angkola-Mandailing cultural wedding ceremony. The texts ofMangupa are chosen to be explored in this research because the texts are tied with the cultureand contain a lot of cultural expressions. In addition, Mangupa is not only delivered in theform of prose, but also rhythmic poetry. This research is intended to study the poetry within theprocess of Mangupa through semiotics structuralism analysis. Semiotics is the study of sign. Thepurpose of this semiotics structuralism research is to examine literature work as system of sign.Moreover, the sign implies the aesthetic communication devices. The research was conductedby heuristic and hermeneutic reading analysis techniques. Heuristic technique is a reading whichbases on linguistic structuralism or semiotically means bases on convention system of the firstlevel of semiotics. Meanwhile, hermeneutic is a reiterated reading or one that bases on the secondlevel of semiotics. The findings shows that icon consists of 19 words and expressions, index has8 words and expressions, while symbol has 7 expressions and sentences referred to the texts ofMangupa. AbstrakMangupa merupakan upacara terakhir dalam pernikahan Angkola Mandailing. Teks mangupadipilih sebagai teks yang dikupas dalam kajian ini karena teks ini terikat dengan budaya danmemiliki banyak ungkapan budaya. Selain itu, Mangupa bukan hanya disampaikan dalamteks prosa, tetapi juga teks puisi yang berirama. Penelitian ini akan mengkaji pantun dalamprosesi mangupa melalui analisis strukturalisme semiotik. Semiotik adalah kajian tanda. Kajianstruktural semiotik bertujuan akan mengungkap karya sastra sebagai sistem tanda. Tanda tersebutmerupakan sarana komunikasi yang bersifat estetis. Penelitian ini menggunakan teknik analisispembacaan heuristik dan hermeneutik. Pembacaan heuristik adalah pembacaan berdasarkanstruktur kebahasaan atau secara semiotik adalah berdasarkan konvensi sistem semiotik tingkatpertama dan pembacaan hermeneutik adalah pembacaan yang dilakukan secara berulang-ulang(retroaktif) atau berdasarkan sistem semiotik tingkat kedua. Temuan penelitian ini menunjukkanbahwa ikon terdapat sembilan belas kata dan ungkapan, indeks sebanyak delapan kata danungkapan, sedangkan simbol terdapat sebanyak tujuh ungkapan dan kalimat yang mengacu padateks ini.Kata kunci: strukturalisme semiotik, teks Mangupa, upacara adat pernikahan, Angkola-Mandailing
【摘要】曼古巴是安满文化婚礼的最后阶段。之所以选择满古巴文本作为研究对象,是因为满古巴文本与文化紧密相连,包含了大量的文化表现形式。此外,曼古巴不仅以散文的形式呈现,而且还以韵律诗的形式呈现。本研究旨在通过符号学结构主义分析来研究满古巴创作过程中的诗歌。符号学是对符号的研究。符号学结构主义研究的目的是将文学作品作为符号系统来考察。此外,符号暗含着审美传播手段。本研究采用启发式和解释性阅读分析方法。启发式阅读是一种基于语言结构主义或基于符号学第一层次约定体系的符号学方法的阅读。同时,解释学是一种基于符号学第二层次的重读。结果表明:图标由19个词语组成,索引由8个词语组成,符号由7个词语和句子组成。摘要:mangupa merupakan upacara terakhir dalam pernikahan Angkola Mandailing。我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是。Selain itu, Mangupa bukan hanya disampaikan dalamteks prosa, tetapi juga teks puisi yang berirama。结构主义符号学分析。Semiotik adalah kajian tanda。喀罕构造符号bertujuan akan mengungkap karya sastra sebagai系统tanda。Tanda tersebutmerupakan sarana komunikasi yang bersifat estetis。Penelitian, monmongunakan,技术分析,启发式和解释学。Pembacaan heuristik adalah Pembacaan berdasarkan strucktur kebahasan atau secara semiotik adalah berdasarkan konvensi system semiotik tingkatpertama dan Pembacaan hermeneutik adalah Pembacaan yang dilakukan secara berulang-ulang(retroaktif) atau berdasarkan system semiotik tingkat kedua。Temuan penelitian ini menunjukkanbahwa ikon terdapat sembilan belas kata danungkapan, indeks sebanyak delapan kata danungkapan, sedangkan符号terdapat sebanyak tujuh ungkapan kalimat yang mengacu padateks ini。Kata kunci:结构主义符号,teks Mangupa, upacara adat pernikahan, Angkola-Mandailing
{"title":"EKSPLORASI STRUKTURALISME SEMIOTIK TEKS MANGUPA PADA UPACARA ADAT PERNIKAHAN ANGKOLAMANDAILING","authors":"Dian Syahfitri","doi":"10.24832/jk.v11i1.15","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/jk.v11i1.15","url":null,"abstract":"AbstractMangupa is the final stage of Angkola-Mandailing cultural wedding ceremony. The texts ofMangupa are chosen to be explored in this research because the texts are tied with the cultureand contain a lot of cultural expressions. In addition, Mangupa is not only delivered in theform of prose, but also rhythmic poetry. This research is intended to study the poetry within theprocess of Mangupa through semiotics structuralism analysis. Semiotics is the study of sign. Thepurpose of this semiotics structuralism research is to examine literature work as system of sign.Moreover, the sign implies the aesthetic communication devices. The research was conductedby heuristic and hermeneutic reading analysis techniques. Heuristic technique is a reading whichbases on linguistic structuralism or semiotically means bases on convention system of the firstlevel of semiotics. Meanwhile, hermeneutic is a reiterated reading or one that bases on the secondlevel of semiotics. The findings shows that icon consists of 19 words and expressions, index has8 words and expressions, while symbol has 7 expressions and sentences referred to the texts ofMangupa. AbstrakMangupa merupakan upacara terakhir dalam pernikahan Angkola Mandailing. Teks mangupadipilih sebagai teks yang dikupas dalam kajian ini karena teks ini terikat dengan budaya danmemiliki banyak ungkapan budaya. Selain itu, Mangupa bukan hanya disampaikan dalamteks prosa, tetapi juga teks puisi yang berirama. Penelitian ini akan mengkaji pantun dalamprosesi mangupa melalui analisis strukturalisme semiotik. Semiotik adalah kajian tanda. Kajianstruktural semiotik bertujuan akan mengungkap karya sastra sebagai sistem tanda. Tanda tersebutmerupakan sarana komunikasi yang bersifat estetis. Penelitian ini menggunakan teknik analisispembacaan heuristik dan hermeneutik. Pembacaan heuristik adalah pembacaan berdasarkanstruktur kebahasaan atau secara semiotik adalah berdasarkan konvensi sistem semiotik tingkatpertama dan pembacaan hermeneutik adalah pembacaan yang dilakukan secara berulang-ulang(retroaktif) atau berdasarkan sistem semiotik tingkat kedua. Temuan penelitian ini menunjukkanbahwa ikon terdapat sembilan belas kata dan ungkapan, indeks sebanyak delapan kata danungkapan, sedangkan simbol terdapat sebanyak tujuh ungkapan dan kalimat yang mengacu padateks ini.Kata kunci: strukturalisme semiotik, teks Mangupa, upacara adat pernikahan, Angkola-Mandailing","PeriodicalId":31479,"journal":{"name":"IBDA Jurnal Kebudayaan Islam","volume":"83 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84251732","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
AbstractThis article talks about the emergence of Bataviaasche Planten en Dierentuin (BatavianBotanical and Zoological Garden) in 1864 as the first zoological park in Batavia aswell as in East Dutch Indies. It becomes the first Dutch East Indies ex-situ conservation(conservation of plants and/ or animals which was done outside their natural habitat),that was spearheaded by a handful of elite Batavia. The science development in the 19thcentury and political ideology of the Dutch Colonial were the backgrounds of the changingperspective of Batavian well-educated elites towards nature environment and its sourcesincluding animals. Data sources which are the annual reports of the zoo organisation,photographs, travel notes, will disclose the motive and aim as well to necessarily attestthe power of social construction, namely race and social class, as the main driver of theemerging conservation notions and the importance of knowledge on animals for Bataviancitizens from the 19th to early 20th century. The presence of an artificial habitat of plantsand animals in the capital of colonial land, after all, was a microcosm that representedthe change of people’s attitude, which is from traditional to modern, as comprehended byBatavian elites in managing animals. AbstrakArtikel ini membahas kemunculan Bataviaasche Planten en Dierentuin (Kebun Botanidan Binatang Batavia) pada 1864 sebagai kebun binatang pertama di Batavia maupundi Hindia Belanda. Kebun binatang tersebut menjadi konservasi ex-situ (konservasitumbuhan dan/ atau satwa yang dilakukan di luar habitat alaminya) pertama di HindiaBelanda dan dipelopori oleh segelintir elite Batavia. Perkembangan ilmu pengetahuanpada abad ke-19 serta ideologi politik pemerintah kolonial melatarbelakangi perubahancara pandang elite terpelajar Batavia terhadap lingkungan alam beserta isinya, termasuksatwa. Sumber data artikel ini berupa laporan-laporan tahunan pengelola kebun binatang,foto-foto, catatan-catatan perjalanan, yang akan memperlihatkan motivasi dan tujuan parapenggagasnya serta dengan sendirinya menunjukkan kekuatan konstruksi sosial beruparas dan kelas sosial sebagai penggerak utama atas lahirnya gagasan-gagasan mengenaikonservasi dan pentingnya pengetahuan mengenai satwa bagi masyarakat Batavia sejakabad ke-19 hingga awal abad ke-20. Kehadiran sebuah habitat buatan bagi tumbuhandan satwa bernama kebun binatang di ibu kota koloni, bagaimanapun merupakan sebuahmikrokosmos yang merepresentasikan perubahan sikap, yang oleh elite Batavia dipahamisebagai transisi dari sikap masyarakat tradisional ke masyarakat modern dalam mengatursatwa.
摘要本文介绍了1864年在巴达维亚和东荷属印度建立的第一座动物园of Bataviaasche Planten en Dierentuin (BatavianBotanical and Zoological Garden)。它成为第一个荷属东印度群岛的迁地保护(在自然栖息地之外进行的植物和/或动物的保护),这是由少数巴达维亚精英带头的。19世纪的科学发展和荷兰殖民地的政治意识形态是巴达维亚受过良好教育的精英对自然环境及其来源(包括动物)的看法不断变化的背景。数据来源是动物园组织的年度报告,照片,旅行记录,将揭示动机和目标,以及必须证明社会建设的力量,即种族和社会阶级,作为新兴保护观念的主要驱动力,以及19世纪至20世纪初巴达维亚公民对动物知识的重要性。在殖民地的首都出现一个人工的动植物栖息地,毕竟是巴达维亚精英们在管理动物方面所理解的人们态度从传统到现代转变的一个缩影。Â摘要:artikel ini membahas kemunculan Bataviaasche Planten en Dierentuin (Kebun Botanidan Binatang Batavia) pada 1864 sebagai Kebun Binatang pertama di Batavia maupundi Hindia Belanda。Kebun binatang tersebut menjadi konservasi迁地(konservasitumbuhan dan/ atau satwa yang dilakukan di luar生境alaminya) pertama di HindiaBelanda dan dipelopori oleh segelintir elite Batavia。Perkembangan ilmu pengetahuanpada abad ke-19 serta意识形态政治peremintah殖民化melatarbelakangi perubahancara pandang精英terpelajar Batavia terhadap lingkungan alam beserta isinya, termasuksatwa。夏季数据文章ini berupa laporan-laporan tahunan pengelola kebun binatang,foto-foto, catatan-catatan perjalanan, yang akan memperlihatkan motivasi dan tujuan parapenggagasnya serta dengan sendirinya menunjukkan kekuatan konstruksi social beruparas dan kelas social sebagai penggerak utama atas lahirnya gagasan mengenaikonservasi dan pentingnya pengetahuan mengenai satwa bagi masyarakat Batavia sejakabad ke-19 ingga awal abad ke-20。Kehadiran sebuah habitat buatan bagi tumbuhandan satwa bernaman kebun binatang di ibu kota koloni, bagaimanapun merupakan sebuahmikrokosmos yang代表asikan perubahan sikap, yang oleh精英Batavia dipahamisebagai transisi dari sikap masyarakat传统的masyarakat现代的dalam mengatursatwa。
{"title":"BATAVIAASCHE PLANTEN EN DIERENTUIN: KEMUNCULAN GAGASAN KONSERVASI SATWA MELALUI KEBUN BINATANG OLEH ELITE BATAVIA 1864 -1942","authors":"Fitri R. Irmalasari","doi":"10.24832/JK.V11I2.24","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/JK.V11I2.24","url":null,"abstract":"AbstractThis article talks about the emergence of Bataviaasche Planten en Dierentuin (BatavianBotanical and Zoological Garden) in 1864 as the first zoological park in Batavia aswell as in East Dutch Indies. It becomes the first Dutch East Indies ex-situ conservation(conservation of plants and/ or animals which was done outside their natural habitat),that was spearheaded by a handful of elite Batavia. The science development in the 19thcentury and political ideology of the Dutch Colonial were the backgrounds of the changingperspective of Batavian well-educated elites towards nature environment and its sourcesincluding animals. Data sources which are the annual reports of the zoo organisation,photographs, travel notes, will disclose the motive and aim as well to necessarily attestthe power of social construction, namely race and social class, as the main driver of theemerging conservation notions and the importance of knowledge on animals for Bataviancitizens from the 19th to early 20th century. The presence of an artificial habitat of plantsand animals in the capital of colonial land, after all, was a microcosm that representedthe change of people’s attitude, which is from traditional to modern, as comprehended byBatavian elites in managing animals. AbstrakArtikel ini membahas kemunculan Bataviaasche Planten en Dierentuin (Kebun Botanidan Binatang Batavia) pada 1864 sebagai kebun binatang pertama di Batavia maupundi Hindia Belanda. Kebun binatang tersebut menjadi konservasi ex-situ (konservasitumbuhan dan/ atau satwa yang dilakukan di luar habitat alaminya) pertama di HindiaBelanda dan dipelopori oleh segelintir elite Batavia. Perkembangan ilmu pengetahuanpada abad ke-19 serta ideologi politik pemerintah kolonial melatarbelakangi perubahancara pandang elite terpelajar Batavia terhadap lingkungan alam beserta isinya, termasuksatwa. Sumber data artikel ini berupa laporan-laporan tahunan pengelola kebun binatang,foto-foto, catatan-catatan perjalanan, yang akan memperlihatkan motivasi dan tujuan parapenggagasnya serta dengan sendirinya menunjukkan kekuatan konstruksi sosial beruparas dan kelas sosial sebagai penggerak utama atas lahirnya gagasan-gagasan mengenaikonservasi dan pentingnya pengetahuan mengenai satwa bagi masyarakat Batavia sejakabad ke-19 hingga awal abad ke-20. Kehadiran sebuah habitat buatan bagi tumbuhandan satwa bernama kebun binatang di ibu kota koloni, bagaimanapun merupakan sebuahmikrokosmos yang merepresentasikan perubahan sikap, yang oleh elite Batavia dipahamisebagai transisi dari sikap masyarakat tradisional ke masyarakat modern dalam mengatursatwa.","PeriodicalId":31479,"journal":{"name":"IBDA Jurnal Kebudayaan Islam","volume":"18 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84789877","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
AbstractNational Examination in Indonesia is considered as a determinant for students’graduation. In recent years, several high schools in Sikka district held a ritual everytime before national exam. This paper discusses the ritual practices of the NationalExamination, especially at a high school in the mountains of Central Sikka. The purposeof this article is to answer whether national ritual practice exam is a new phenomena orrooted in the traditions of ancestors worshiping at Adat Community of Krowe in Sikka.For this purpose data have been collected through literature study, observation, andinterviews on Krowe people. Based on the collected data, the main argument of this paperis that the National Examination ritual practice is a form of transformation in ancestorworshipping ritual rooted in the Krowenese tradition. In this discussion, transformationrefers to the change in surface level but on a deeper level unchanged. Thus, although thenational exam ritual is an new expression of Krowenese belief, but at a deeper level is amanifestation of their tradition of ancestors worshiping. AbstrakUjian Nasional di Indonesia dianggap sebagai penentu kelulusan siswa, sehinggadilakukan berbagai usaha untuk menjamin kelulusan mereka. Pada beberapa tahunterakhir, beberapa sekolah menengah di Kabupaten Sikka mengadakan ritual setiapkali akan menghadapi ujian nasional. Tulisan ini membincangkan praktik ritual UjianNasional (UN), khususnya di sebuah sekolah menengah atas di pegunungan SikkaTengah. Tujuan tulisan ini adalah menjawab apakah praktik ritual ujian nasional tersebutmerupakan fenomena baru atau berakar pada tradisi penghormatan kepada leluhur padaKomunitas Krowe di Sikka. Untuk tujuan tersebut, data telah dikumpulkan baik melaluistudi literatur, observasi, maupun wawancara dengan Orang-orang Krowe. Berdasarkandata yang terkumpul tersebut, argumentasi utama tulisan ini adalah bahwa praktik ujiannasional merupakan bentuk transformasi ritual penghormatan leluhur yang telah berakarpada tradisi Komunitas Krowe. Dalam diskusi ini, transformasi merujuk pada terjadinyaperubahan pada tataran permukaan tetapi pada tataran yang lebih dalam tidak mengalamiperubahan. Dengan demikian, walaupun ritual ujian nasional merupakan ekspresi barukepercayaan orang Krowe, namun pada tataran yang lebih dalam merupakan wujud daritradisi mereka atas penghormatan kepada leluhur.
摘要印度尼西亚的国家考试被认为是学生毕业的决定因素。近年来,Sikka区的几所高中在每次国家考试前都会举行仪式。本文讨论了国家考试的仪式实践,特别是在西卡中部山区的一所高中。本文的目的是回答国家仪式实践考试是一种新现象,还是植根于锡克省克鲁族阿达特社区的祭祖传统。为此,通过文献研究、观察和对克鲁族人的访谈收集了数据。根据收集到的资料,本文的主要论点是:国考仪式实践是根植于克罗wenese传统的祭祖仪式的一种转化形式。在这个讨论中,转换是指表面的变化,但在更深的层次上不变。因此,虽然国家考试仪式是Krowenese信仰的一种新的表达,但在更深层次上是他们祖先崇拜传统的体现。Â摘要:印度尼西亚国家dianggap sebagai penentu kelulusan siswa, sehinggadilakukan berbagai usaha untuk menjamin kelulusan mereka。这是一种宗教仪式,是一种宗教仪式,是一种宗教仪式,是一种宗教仪式。土立桑尼成员(UN), khususnya di sebuah sekolah menengah atas di pegunungan SikkaTengah。Tujuan tulisan ini adalah menjawab apakah praktik仪式ujian国家tersebutmerupakan现象baru atau berakar pada tradisi penghormatan kepada leluhur padakakumunas Krowe di Sikka。Untuk tujuan tersebut, data telah dikumpulkan baik melalustudi literature, observasi, maupun wawankara dengan orange - orange Krowe。我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,Dalam diskusi ini, transformasi merujuk pada terjadinyperubahan pada tataran permukaan tetapi pada tataran yang lebih Dalam tidak mengalamiperubahan。登根德米克安,walaupun仪式ujian国家merupakan ekresi barukeperayan orang Krowe, namun pada tataran yang lebih dalam merupakan wujud daritradi mereka as penghormatan kepada leluhur。
{"title":"RITUAL UJIAN NASIONAL: TRANSFORMASI PENGHORMATAN LELUHUR PADA KOMUNITAS KROWE DI KABUPATEN SIKKA","authors":"B. Utama","doi":"10.24832/JK.V11I2.25","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/JK.V11I2.25","url":null,"abstract":"AbstractNational Examination in Indonesia is considered as a determinant for students’graduation. In recent years, several high schools in Sikka district held a ritual everytime before national exam. This paper discusses the ritual practices of the NationalExamination, especially at a high school in the mountains of Central Sikka. The purposeof this article is to answer whether national ritual practice exam is a new phenomena orrooted in the traditions of ancestors worshiping at Adat Community of Krowe in Sikka.For this purpose data have been collected through literature study, observation, andinterviews on Krowe people. Based on the collected data, the main argument of this paperis that the National Examination ritual practice is a form of transformation in ancestorworshipping ritual rooted in the Krowenese tradition. In this discussion, transformationrefers to the change in surface level but on a deeper level unchanged. Thus, although thenational exam ritual is an new expression of Krowenese belief, but at a deeper level is amanifestation of their tradition of ancestors worshiping. AbstrakUjian Nasional di Indonesia dianggap sebagai penentu kelulusan siswa, sehinggadilakukan berbagai usaha untuk menjamin kelulusan mereka. Pada beberapa tahunterakhir, beberapa sekolah menengah di Kabupaten Sikka mengadakan ritual setiapkali akan menghadapi ujian nasional. Tulisan ini membincangkan praktik ritual UjianNasional (UN), khususnya di sebuah sekolah menengah atas di pegunungan SikkaTengah. Tujuan tulisan ini adalah menjawab apakah praktik ritual ujian nasional tersebutmerupakan fenomena baru atau berakar pada tradisi penghormatan kepada leluhur padaKomunitas Krowe di Sikka. Untuk tujuan tersebut, data telah dikumpulkan baik melaluistudi literatur, observasi, maupun wawancara dengan Orang-orang Krowe. Berdasarkandata yang terkumpul tersebut, argumentasi utama tulisan ini adalah bahwa praktik ujiannasional merupakan bentuk transformasi ritual penghormatan leluhur yang telah berakarpada tradisi Komunitas Krowe. Dalam diskusi ini, transformasi merujuk pada terjadinyaperubahan pada tataran permukaan tetapi pada tataran yang lebih dalam tidak mengalamiperubahan. Dengan demikian, walaupun ritual ujian nasional merupakan ekspresi barukepercayaan orang Krowe, namun pada tataran yang lebih dalam merupakan wujud daritradisi mereka atas penghormatan kepada leluhur.","PeriodicalId":31479,"journal":{"name":"IBDA Jurnal Kebudayaan Islam","volume":"46 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90836587","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
AbstractBalinese people have been living in Kerta Buana village since 1980, when they joinedtransmigration program. In fact, when they migrated to Kalimantan island, it was notsolely a physical, but also a cultural migration. Thus, they still perform their religiousrituals and customs like they used to in Bali so that the people surrounding Kerta Buanavillage do not need to go to Bali to learn and understand Balinese culture and religiousrituals of Hindu-Bali people. The settlement of Hindu-Bali people in a village will be asocial capital to actualize their culture. Related to the settlement of Hindu-Bali peoplein Kerta Buana village, the problems in this article, i.e.: (1) How social dynamics ofHindu-Bali people does in Kerta Buana village? (2) How kind of relationship have thatis built between Kerta Buana village and Bali island? The results of this research showsthat Hindu-Bali community in Kerta Buana village live in a community. So, it is easy tomanage it. The other thing is Hindu-Bali community in Kerta Buana village still carry outreligious rites and customs even though they live far from the area of origin. In fact, theyfabricated the culture in Bali in accordance with the conditions that exist in Kerta Buanavillage. The other thing, Hindu-Bali community still carry out rites and traditions, eventhough far distance from Bali island. In fact, they created Balinese culture for adaptedwith conditions in Kerta Buana village. AbstrakKeberadaan orang Bali di Desa Kerta Buana sudah sejak 1980, yaitu ketika merekamengikuti program transmigrasi. Pada saat mereka bertransmigrasi ke Pulau Kalimantan,ternyata yang bermigrasi tidak hanya fisik tetapi juga kebudayaan mereka. Dengankebudayaan yang ikut serta dengan mereka, ritual agama dan adat istiadat tetap merekalakukan seperti berada di Bali, sehingga masyarakat di sekitar Desa Kerta Buana tidakharus ke Bali untuk memahami kebudayaan dan ritual-ritual kegamaan orang HinduBali. Bermukimnya orang Hindu-Bali di suatu desa menjadi modal sosial untukmengaktualisasikan kebudayaannya itu. Terkait dengan keberadaan orang Hindu-Bali diDesa Kerta Buana, permasalahan yang diangkat dalam tulisan ini meliputi: (1) Bagaimanadinamika sosial orang Hindu-Bali di Desa Kerta Buana? (2) Bagaimana hubungan yangmereka bangun dengan daerah asal di Pulau Bali? Hasil penelitian menunjukkan bahwamasyarakat Hindu-Bali di Desa Kerta Buana hidup dalam satu komunitas sehingga mudahuntuk menggerakkannya ataupun mengelolanya. Hal lain adalah masyarakat Bali di DesaKerta Buana masih tetap melaksanakan ritual keagamaan dan adat istiadat kendati merekabermukim jauh dari daerah asal. Bahkan mereka merekayasa kebudayaan yang ada diBali sesuai dengan kondisi yang ada di Desa Kerta Buana.
【摘要】巴厘人自1980年加入移民计划以来,一直居住在克尔塔布阿纳村。事实上,当他们迁移到加里曼丹岛时,这不仅仅是一种身体上的迁移,也是一种文化上的迁移。因此,他们仍然执行他们的宗教仪式和习俗,就像他们过去在巴厘岛一样,这样Kerta buanvillage周围的人就不需要去巴厘岛学习和了解巴厘岛文化和印度教巴厘岛人的宗教仪式。印度教巴厘人在村落的定居将成为实现其文化的社会资本。本文围绕印度巴厘人在克尔塔布阿纳村的定居问题,主要研究:(1)印度巴厘人在克尔塔布阿纳村的社会动态如何?(2) Kerta Buana村和巴厘岛之间建立了怎样的关系?本研究结果表明,在Kerta Buana村,印度教-巴厘社区生活在一个社区中。所以,它很容易管理。另一件事是Kerta Buana村的印度教巴厘岛社区仍然保留着宗教仪式和习俗,即使他们住在远离原籍的地方。事实上,他们根据克尔塔布阿纳村的情况编造了巴厘岛的文化。另一方面,印度教-巴厘岛社区仍然进行仪式和传统,即使远离巴厘岛。事实上,他们创造了巴厘岛文化,以适应克尔塔布阿纳村的条件。 abstract keberadaan orang Bali di Desa Kerta Buana sudah sejak 1980, yitu ketika merekamengikuti程序transmigrasi。padat mereka bertransmigrasi ke Pulau Kalimantan,ternyata yang bermigrasi tidak hanya fisik tetapi juga kebudayaan mereka。【翻译】当你想要在巴厘岛学习的时候,你可以在巴厘岛学习,也可以在巴厘岛学习,或者在巴厘岛学习。Bermukimnya orang Hindu-Bali di suatu desa menjadi modal social untukmengaktualisasikan kebudayaannya itu。Terkait dengan keberadaan orang hindi - bali diDesa Kerta Buana, permasalahan yang diangkat dalam tulisan ini meliputi:(1) Bagaimanadinamika social orang hindi - bali diDesa Kerta Buana?(2) Bagaimana hubungan yangmereka bangun dengan daerah asal di Pulau Bali?Hasil penelitian menunjukkan bahwamasyarakat印度教- bali di Desa Kerta Buana hidup dalam satu komunitas seingga mudahuntuk menggerakkannya ataupun mengelolanya。hallain adalah masyarakat Bali di DesaKerta Buana masih tetap melaksanakan ritual keagamaan an adat istitiadat kendati merekabermukim jauh dari daerah asal。Bahkan mereka merekayasa kebudayaan yang ada diBali sesuai dengan kondisi yang ada di Desa Kerta Buana。
{"title":"DIASPORA ORANG BALI: DINAMIKA SOSIAL-BUDAYA UMAT HINDU-BALI DI DESA KERTA BUANA","authors":"R. Siburian","doi":"10.24832/jk.v11i2.27","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/jk.v11i2.27","url":null,"abstract":"AbstractBalinese people have been living in Kerta Buana village since 1980, when they joinedtransmigration program. In fact, when they migrated to Kalimantan island, it was notsolely a physical, but also a cultural migration. Thus, they still perform their religiousrituals and customs like they used to in Bali so that the people surrounding Kerta Buanavillage do not need to go to Bali to learn and understand Balinese culture and religiousrituals of Hindu-Bali people. The settlement of Hindu-Bali people in a village will be asocial capital to actualize their culture. Related to the settlement of Hindu-Bali peoplein Kerta Buana village, the problems in this article, i.e.: (1) How social dynamics ofHindu-Bali people does in Kerta Buana village? (2) How kind of relationship have thatis built between Kerta Buana village and Bali island? The results of this research showsthat Hindu-Bali community in Kerta Buana village live in a community. So, it is easy tomanage it. The other thing is Hindu-Bali community in Kerta Buana village still carry outreligious rites and customs even though they live far from the area of origin. In fact, theyfabricated the culture in Bali in accordance with the conditions that exist in Kerta Buanavillage. The other thing, Hindu-Bali community still carry out rites and traditions, eventhough far distance from Bali island. In fact, they created Balinese culture for adaptedwith conditions in Kerta Buana village. AbstrakKeberadaan orang Bali di Desa Kerta Buana sudah sejak 1980, yaitu ketika merekamengikuti program transmigrasi. Pada saat mereka bertransmigrasi ke Pulau Kalimantan,ternyata yang bermigrasi tidak hanya fisik tetapi juga kebudayaan mereka. Dengankebudayaan yang ikut serta dengan mereka, ritual agama dan adat istiadat tetap merekalakukan seperti berada di Bali, sehingga masyarakat di sekitar Desa Kerta Buana tidakharus ke Bali untuk memahami kebudayaan dan ritual-ritual kegamaan orang HinduBali. Bermukimnya orang Hindu-Bali di suatu desa menjadi modal sosial untukmengaktualisasikan kebudayaannya itu. Terkait dengan keberadaan orang Hindu-Bali diDesa Kerta Buana, permasalahan yang diangkat dalam tulisan ini meliputi: (1) Bagaimanadinamika sosial orang Hindu-Bali di Desa Kerta Buana? (2) Bagaimana hubungan yangmereka bangun dengan daerah asal di Pulau Bali? Hasil penelitian menunjukkan bahwamasyarakat Hindu-Bali di Desa Kerta Buana hidup dalam satu komunitas sehingga mudahuntuk menggerakkannya ataupun mengelolanya. Hal lain adalah masyarakat Bali di DesaKerta Buana masih tetap melaksanakan ritual keagamaan dan adat istiadat kendati merekabermukim jauh dari daerah asal. Bahkan mereka merekayasa kebudayaan yang ada diBali sesuai dengan kondisi yang ada di Desa Kerta Buana.","PeriodicalId":31479,"journal":{"name":"IBDA Jurnal Kebudayaan Islam","volume":"4 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78918739","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
AbstractEast Sumatra area was formerly a wilderness, in a short time, has become the mostprofitable plantation area in Sumatra. This development took place due to the success oftobacco cultivation in East Sumatra. The big profit of this tobacco plantation has attractedthe interest of foreign investors to invest in East Sumatra. Besides generated great wealth,tobacco plantation has also brought some impacts on the development of East Sumatra.This study will highlight how the development of tobacco plantations brought wealthto East Sumatra as well as the impacts that occured from the widespread of the newplantings. Using the historical methods, this research aims to explain the economicchanges that occurred in East Sumatra, especially since the rise of the opening of thetobacco plantations by foreign investors. From this study, it appears that the openingof the tobacco plantations has affected to four important changes, which are changes inlifestyle of the traditional elite, the forming of social gap, changes in the demographiccomposition, and the emergence of new towns. AbstrakDaerah Sumatera Timur yang sebelumnya merupakan hutan belantara, dalam waktusingkat telah menjadi wilayah perkebunan paling menguntungkan di Pulau Sumatera.Perkembangan ini terjadi berkat keberhasilan budidaya tembakau di Sumatera Timur.Keuntungan yang besar dari perkebunan tembakau menarik minat para investor asinguntuk menanamkan modalnya di Sumatera Timur. Selain mendatangkan kekayaan yangbesar, perkebunan tembakau telah membawa beberapa dampak bagi perkembanganSumatera Timur. Penelitian ini akan menyoroti bagaimana perkembangan perkebunantembakau hingga mendatangkan kekayaan bagi Sumatera Timur serta dampak apa sajayang ditimbulkan akibat dari maraknya pembukaan perkebunan tersebut. Menggunakanmetode sejarah, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perubahan ekonomi yangterjadi di Sumatera Timur terutama sejak maraknya pembukaan perkebunan-perkebunantembakau oleh para investor asing. Dari penelitian ini terlihat bahwa pembukaanperkebunan tembakau berdampak pada empat perubahan penting, seperti perubahan gayahidup kalangan elite tradisional, terjadinya jurang sosial, perubahan komposisi demografi,dan munculnya kota-kota baru.
苏门答腊岛东部地区原本是一片荒野,在短时间内成为苏门答腊岛最赚钱的种植区。这一发展是由于东苏门答腊烟草种植的成功。这个烟草种植园的巨大利润吸引了外国投资者在东苏门答腊投资的兴趣。烟草种植在创造巨大财富的同时,也给东苏门答腊的发展带来了一定的影响。这项研究将强调烟草种植园的发展如何给东苏门答腊带来财富,以及新种植园的广泛种植所产生的影响。利用历史方法,本研究旨在解释东苏门答腊发生的经济变化,特别是自外国投资者开放烟草种植园以来。从研究结果来看,烟草种植园的开放对传统精英阶层生活方式的改变、社会差距的形成、人口构成的变化和新兴城镇的出现产生了四个重要的影响。Â[摘要]苏门答腊岛,苏门答腊岛,苏门答腊岛,苏门答腊岛。Perkembangan ini terjadi berkat keberhasilan budidaya tembakau di sumatra Timur。keuntunan yang省长说:“我认为这是一个很好的例子。”Selain mendatangkan kekayaan yangbesar, perkebunan tembakau telah membawa beberapa dampak bagi perkembangan sumatra Timur。Penelitian ini akan menyoroti bagaimana perkembangan perkebunantembakau ingga mendatangkan kekayaan bagi苏门答腊岛铁木尔serta dampak apjayang ditimbulkan akibat dari marakya penbukaan perkebuan tersebut。孟古纳卡纳梅托德斯贾拉,penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perubahan ekonomi yangterjadi di sumatr terutama sejak maraknya pembukaan perkebunan-perkebunantembakau oleh para投资者。Dari penelitian ini terlihat bahwa pembukaanperkebunan tembakau berdampak padat perubahan penting, seperti perubahan gayahidup kalangan精英传统,terjadinya jurang社会,perubahan komposisi人口统计,dan munculnya kota-kota baru。
{"title":"PERKEBUNAN TEMBAKAU DAN KAPITALISASI EKONOMI SUMATERA TIMUR","authors":"Allan Akbar","doi":"10.24832/JK.V11I2.26","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/JK.V11I2.26","url":null,"abstract":"AbstractEast Sumatra area was formerly a wilderness, in a short time, has become the mostprofitable plantation area in Sumatra. This development took place due to the success oftobacco cultivation in East Sumatra. The big profit of this tobacco plantation has attractedthe interest of foreign investors to invest in East Sumatra. Besides generated great wealth,tobacco plantation has also brought some impacts on the development of East Sumatra.This study will highlight how the development of tobacco plantations brought wealthto East Sumatra as well as the impacts that occured from the widespread of the newplantings. Using the historical methods, this research aims to explain the economicchanges that occurred in East Sumatra, especially since the rise of the opening of thetobacco plantations by foreign investors. From this study, it appears that the openingof the tobacco plantations has affected to four important changes, which are changes inlifestyle of the traditional elite, the forming of social gap, changes in the demographiccomposition, and the emergence of new towns. AbstrakDaerah Sumatera Timur yang sebelumnya merupakan hutan belantara, dalam waktusingkat telah menjadi wilayah perkebunan paling menguntungkan di Pulau Sumatera.Perkembangan ini terjadi berkat keberhasilan budidaya tembakau di Sumatera Timur.Keuntungan yang besar dari perkebunan tembakau menarik minat para investor asinguntuk menanamkan modalnya di Sumatera Timur. Selain mendatangkan kekayaan yangbesar, perkebunan tembakau telah membawa beberapa dampak bagi perkembanganSumatera Timur. Penelitian ini akan menyoroti bagaimana perkembangan perkebunantembakau hingga mendatangkan kekayaan bagi Sumatera Timur serta dampak apa sajayang ditimbulkan akibat dari maraknya pembukaan perkebunan tersebut. Menggunakanmetode sejarah, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perubahan ekonomi yangterjadi di Sumatera Timur terutama sejak maraknya pembukaan perkebunan-perkebunantembakau oleh para investor asing. Dari penelitian ini terlihat bahwa pembukaanperkebunan tembakau berdampak pada empat perubahan penting, seperti perubahan gayahidup kalangan elite tradisional, terjadinya jurang sosial, perubahan komposisi demografi,dan munculnya kota-kota baru.","PeriodicalId":31479,"journal":{"name":"IBDA Jurnal Kebudayaan Islam","volume":"10 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78928665","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}