首页 > 最新文献

IBDA Jurnal Kebudayaan Islam最新文献

英文 中文
KULTUS NENEK MOYANG: KESINAMBUNGAN BUDAYA NUSANTARA
Pub Date : 2019-02-13 DOI: 10.24832/jk.v13i2.202
I. M. Sutaba
AbstractArchaeological researches in Indonesia have successfully discovered a number of sites and archaeological artefacts that spread nearly all over Indonesian archipelago. Generally these cultural heritage bear information about the social life of the community. It is very remarkable that although these artefacts have diverse type, but actually they have the same function, especially for worshipping their ancestor’s spirit, i.e. rock-arts found in South Sulawesi; stone seats and ancestor statues that preserved in Bali. Regarding these evidents, there are remarkable problems that should be studied now; it is the origin, the development of ancestor cult and its sustainability as Nusantara culture. By learning the problems, this study aims to study the problems. To achieve this objectives, the method that used for collecting data including field observation with interview and literature study. Furthermore, analysis was carried out by method of typology analysis, contextual analysis, functional analysis, comparative study and ethnoarchaeological approach. The result show that the ancestor cult was originated from prehistoric period, especially from advanced hunting and food gathering and then sustainable until the present day among the Indonesian people. AbstrakPenelitian arkeologi di Indonesia sudah berhasil menemukan sejumlah situs dan artefak arkeologi yang tersebar hampir di seluruh Indonesia. Pada umumnya warisan budaya ini membawa pesan-pesan tentang kehidupan sosial masyarakat. Sangat menarik perhatian, walaupun artefak itu berbeda-beda bentuknya, tetapi sesungguhnya mempunyai fungsi yang sama, yaitu untuk pemujaan nenek moyang antara lain, adalah gambar-gambar cadas yang ditemukan di Sulawesi Selatan; tahta batu dan arca nenek moyang yang terdapat di Bali. Mencermati bukti-bukti ini, timbul permasalahan yang perlu dikaji sekarang, adalah asal-usul, perkembangan kultus nenek moyang sebagai kesinambungan budaya Nusantara. Dengan mempelajari permasalahan, maka penelitian ini bertujuan untuk meneliti asal-usul dan perkembangan kultus nenek moyang dan kesinambungannya sebagai budaya nusantara. Untuk mencapai tujuan ini, dilakukan melalui kajian pustaka, pengumpulan data, penelitian lapangan dan selanjutnya dilakukan analisis dengan metode analisis tipologi, analisis kontekstual, analisis fungsional, studi perbandingan dan pendekatan etnoarkeologi. Hasil penelitian menunjukan bahwa kultus nenek moyang berasal dari jaman prasejarah, yaitu dari masa berburu dan mengumpul makanan tingkat lanjut dan kemudian berkembang berlanjut sampai sekarang di kalangan masyarakat Indonesia. 
印度尼西亚的考古研究已经成功地发现了几乎遍布印度尼西亚群岛的许多遗址和考古文物。一般来说,这些文化遗产承载着社区社会生活的信息。值得注意的是,尽管这些文物种类繁多,但实际上它们具有相同的功能,特别是用于崇拜祖先或祖先的灵魂,即在南苏拉威西发现的岩石艺术;石制座椅和祖先雕像都保存在巴厘岛。针对这些证据,现在有一些值得研究的突出问题;它是祭祖文化的起源、发展及其作为奴山塔拉文化的可持续性。通过了解问题,本研究旨在研究问题。为了实现这一目标,收集数据的方法包括实地观察与访谈和文献研究。在此基础上,采用类型学分析、文脉分析、功能分析、比较研究和民族考古学等方法进行分析。研究结果表明,印度尼西亚人的祖先崇拜起源于史前时期,特别是从先进的狩猎和食物采集开始,并持续到今天。Â摘要印度尼西亚penelitian arkeologist, sudah berhasil menemukan sejumlah situs和artefak arkeologist yang tersebar hampir di seluruh Indonesia。帕达umumnya warisan budaya ini membawa pesan-pesan tantankehidupan社会masyarakat。sunat menarik perhatik, walaupun artefak tu berbeda-beda bentuknya, tetapi sesungguhnya mempunyai fungsi yang sama, yitu untuk pemujaan neneek moyang antara lain, adalah gambar-gambar cadas yang ditemukan di Sulawesi Selatan;那就是batu dan arca neneek moyang yang terdapat di Bali。我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是我的意思。当我在这里的时候,我想说的是,当我在这里的时候,我想说的是,当我在这里的时候,我想说的是,当我在这里的时候,我想说的是,Untuk mencapai tujuan ini, dilakukan melalui kajian pustaka, pengumpulan data, penelitian lapangan dan selanjutnya dilakukan analysis dengan methods, analysis tipologi, analysis kontekual, analysis funcical, studi perbandingan and dan pendekatan etnoarkeologi。Hasil penelitian menunjukan bawa kultus neneek moyang berasal dari jaman prasarakat, yitu dari masa buru dan mengumpul makanan tingkat lanjut dan kemudian berkbang berlanjut sampai sekarang di kalanan masyarakat Indonesia.Â
{"title":"KULTUS NENEK MOYANG: KESINAMBUNGAN BUDAYA NUSANTARA","authors":"I. M. Sutaba","doi":"10.24832/jk.v13i2.202","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/jk.v13i2.202","url":null,"abstract":"AbstractArchaeological researches in Indonesia have successfully discovered a number of sites and archaeological artefacts that spread nearly all over Indonesian archipelago. Generally these cultural heritage bear information about the social life of the community. It is very remarkable that although these artefacts have diverse type, but actually they have the same function, especially for worshipping their ancestor’s spirit, i.e. rock-arts found in South Sulawesi; stone seats and ancestor statues that preserved in Bali. Regarding these evidents, there are remarkable problems that should be studied now; it is the origin, the development of ancestor cult and its sustainability as Nusantara culture. By learning the problems, this study aims to study the problems. To achieve this objectives, the method that used for collecting data including field observation with interview and literature study. Furthermore, analysis was carried out by method of typology analysis, contextual analysis, functional analysis, comparative study and ethnoarchaeological approach. The result show that the ancestor cult was originated from prehistoric period, especially from advanced hunting and food gathering and then sustainable until the present day among the Indonesian people. AbstrakPenelitian arkeologi di Indonesia sudah berhasil menemukan sejumlah situs dan artefak arkeologi yang tersebar hampir di seluruh Indonesia. Pada umumnya warisan budaya ini membawa pesan-pesan tentang kehidupan sosial masyarakat. Sangat menarik perhatian, walaupun artefak itu berbeda-beda bentuknya, tetapi sesungguhnya mempunyai fungsi yang sama, yaitu untuk pemujaan nenek moyang antara lain, adalah gambar-gambar cadas yang ditemukan di Sulawesi Selatan; tahta batu dan arca nenek moyang yang terdapat di Bali. Mencermati bukti-bukti ini, timbul permasalahan yang perlu dikaji sekarang, adalah asal-usul, perkembangan kultus nenek moyang sebagai kesinambungan budaya Nusantara. Dengan mempelajari permasalahan, maka penelitian ini bertujuan untuk meneliti asal-usul dan perkembangan kultus nenek moyang dan kesinambungannya sebagai budaya nusantara. Untuk mencapai tujuan ini, dilakukan melalui kajian pustaka, pengumpulan data, penelitian lapangan dan selanjutnya dilakukan analisis dengan metode analisis tipologi, analisis kontekstual, analisis fungsional, studi perbandingan dan pendekatan etnoarkeologi. Hasil penelitian menunjukan bahwa kultus nenek moyang berasal dari jaman prasejarah, yaitu dari masa berburu dan mengumpul makanan tingkat lanjut dan kemudian berkembang berlanjut sampai sekarang di kalangan masyarakat Indonesia. ","PeriodicalId":31479,"journal":{"name":"IBDA Jurnal Kebudayaan Islam","volume":"20 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78984022","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 3
SEMIOTIKA TARI TJOKRONEGORO SEBAGAI TARIAN KHAS KABUPATEN SIDOARJO, PROVINSI JAWA TIMUR
Pub Date : 2019-02-13 DOI: 10.24832/JK.V13I2.201
Yahya Edo Wicaksono
AbstractThis research reveals the symbol or in the language of science is a semiotic study that is in a work of dance creation Munali Fatah. This dance work is titled Tjokronegoro Dance. Tjokronegoro dance was created at the request of the 13th Sidoarjo Regent. Regent named Soewandi is obsessed to realize a dance form that describes the character or character of the former Sidoarjo Regent namely Tjokronegoro. With the hope of Sidoarjo Regency has a distinctive dance which is a symbol of leadership and heroism of the Tjokronegoro figure. Therefore Soewandi summoned Munali Fatah to be asked to realize his desire to create a work of dance. The chocolate dance is included in the heroic dance. This study uses a qualitative approach, where the data presented is not a number but rather a description. This description contains about the beginning of the process of Tjokronegoro dance creation until the symbol or message contained behind the form of this dance work. In order to get a proven result of the data, the researcher uses various ways either through observation, document study, visual audio documentation study, or direct interview. It is expected that the results of this writing into a repertoire of science, especially in the field of performing arts (dance). Apart from the growing variety of performing arts issues, we must all continue to preserve and preserve traditional dance arts as a local product of local cultural wisdom.  AbstrakPenelitian ini mengungkapkan simbol atau dalam bahasa keilmuan adalah kajian semiotik yang ada dalam sebuah karya tari ciptaan Munali Fatah. Karya tari ini berjudul Tari Tjokronegoro. Tari Tjokronegoro tercipta atas permintaan Soewandi, Bupati Sidoarjo ke-13. yang terobsesi untuk mewujudkan suatu bentuk tarian yang menggambarkan watak atau karakter dari Bupati Sidoarjo terdahulu yakni Tjokronegoro. Dengan harapan Kabupaten Sidoarjo memiliki tarian khas yang merupakan simbol kepemimpinan serta kepahlawanan dari tokoh Tjokronegoro tersebut. Oleh sebab itu Soewandi memanggil Munali Fatah untuk diminta mewujudkan keinginan beliau yaitu menciptakan sebuah karya tari. Tarian Tjokronegoro termasuk dalam tarian heroik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, di mana data yang disajikan bukan berupa angka melainkan berupa deskripsi. Deskripsi ini berisi tentang awal proses penciptaan tari Tjokronegoro hingga simbol atau pesan yang terkandung dibalik bentuk karya tari ini. Agar mendapatkan hasil yang teruji keabsahan datanya maka peneliti menggunakan berbagai macam cara baik melalui observasi, studi dokumen, studi dokumentasi audio visual, maupun wawancara secara langsung. Diharapkan hasil penulisan ini menjadi suatu khasanah ilmu khususnya di bidang seni pertunjukan (seni tari). Terlepas dari berbagai macam problematika seni pertunjukan yang terus berkembang, kita semua harus terus menjaga dan melestarikan seni tari tradisional sebagai produk lokal kearifan budaya setempat. 
摘要本研究揭示了符号或科学中的语言是一种符号学研究,这是一种舞蹈创作作品中的符号学研究。这个舞蹈作品的名字是Tjokronegoro dance。Tjokronegoro舞蹈是应第13任Sidoarjo摄政王的要求而创作的。摄政王Soewandi痴迷于实现一种舞蹈形式,以描述前Sidoarjo摄政王即Tjokronegoro的性格或性格。在Sidoarjo的希望下,摄政有一种独特的舞蹈,它是Tjokronegoro人物的领导和英雄主义的象征。因此,Soewandi召唤Munali Fatah来实现他创作舞蹈作品的愿望。巧克力舞包含在英雄舞中。本研究采用定性方法,其中提出的数据不是一个数字,而是一个描述。这个描述包含了关于Tjokronegoro舞蹈创作过程的开始,直到这个舞蹈作品形式背后包含的符号或信息。为了得到一个经过验证的数据结果,研究者通过观察、文献研究、视听文献研究或直接采访等多种方式进行研究。人们期望将这一写作成果转化为科学剧目,特别是在表演艺术(舞蹈)领域。除了表演艺术的问题越来越多外,我们都必须继续保存和保存传统舞蹈艺术,作为本地文化智慧的本地产物。Â Â摘要:penelitian ini mengungkapkan符号atau dalam bahasa keilmuan adalah kajian semiotik yang ada dalam sebuah karya tari ciptaan Munali Fatah。Karya tari ini berjudul tari Tjokronegoro。Tari Tjokronegoro tercipta atas permintaan Soewandi, Bupati Sidoarjo ke-13。yang terobsesi untuk mewujudkan suatu bentuk to yang menggambarkan watak atakter dari Bupati Sidoarjo terdahulu yakni Tjokronegoro。登根希望之邦Kabupaten Sidoarjo记忆之邦khas yang merupakan的象征是:保持和平,保持和平,保持和平,保持和平。我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是我的意思。泰戈尔:泰戈尔英雄。Penelitian ini menggunakan pendekatan qualititf, di mandata yang disajikan bukan berupa angka melainkan berupa deskripsi。Deskripsi ini berisi tentang awal的翻译是:翻译是:翻译是:翻译是:翻译是:翻译是:翻译是:翻译是:Agar mendapatkan hasil yang teruji keabsahan datanya maka peneliti menggunakan berbagai macam cara baik melalui observasi, study dokumen, study dokumentasi audio - visual, maupun wawancara secara langsung。Diharapkan hasil penulisan ini menjadi suatu khasanah ilmu khususnya di bidang seni pertunjukan (seni tari)。Terlepas dari berbagai macam problematika seni pertunjukan yang terus berkembang, kita semua harus terus menjaga dan melestarikan seni tari传统的sebagai产品当地kearifan budaya setempat.Â
{"title":"SEMIOTIKA TARI TJOKRONEGORO SEBAGAI TARIAN KHAS KABUPATEN SIDOARJO, PROVINSI JAWA TIMUR","authors":"Yahya Edo Wicaksono","doi":"10.24832/JK.V13I2.201","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/JK.V13I2.201","url":null,"abstract":"AbstractThis research reveals the symbol or in the language of science is a semiotic study that is in a work of dance creation Munali Fatah. This dance work is titled Tjokronegoro Dance. Tjokronegoro dance was created at the request of the 13th Sidoarjo Regent. Regent named Soewandi is obsessed to realize a dance form that describes the character or character of the former Sidoarjo Regent namely Tjokronegoro. With the hope of Sidoarjo Regency has a distinctive dance which is a symbol of leadership and heroism of the Tjokronegoro figure. Therefore Soewandi summoned Munali Fatah to be asked to realize his desire to create a work of dance. The chocolate dance is included in the heroic dance. This study uses a qualitative approach, where the data presented is not a number but rather a description. This description contains about the beginning of the process of Tjokronegoro dance creation until the symbol or message contained behind the form of this dance work. In order to get a proven result of the data, the researcher uses various ways either through observation, document study, visual audio documentation study, or direct interview. It is expected that the results of this writing into a repertoire of science, especially in the field of performing arts (dance). Apart from the growing variety of performing arts issues, we must all continue to preserve and preserve traditional dance arts as a local product of local cultural wisdom.  AbstrakPenelitian ini mengungkapkan simbol atau dalam bahasa keilmuan adalah kajian semiotik yang ada dalam sebuah karya tari ciptaan Munali Fatah. Karya tari ini berjudul Tari Tjokronegoro. Tari Tjokronegoro tercipta atas permintaan Soewandi, Bupati Sidoarjo ke-13. yang terobsesi untuk mewujudkan suatu bentuk tarian yang menggambarkan watak atau karakter dari Bupati Sidoarjo terdahulu yakni Tjokronegoro. Dengan harapan Kabupaten Sidoarjo memiliki tarian khas yang merupakan simbol kepemimpinan serta kepahlawanan dari tokoh Tjokronegoro tersebut. Oleh sebab itu Soewandi memanggil Munali Fatah untuk diminta mewujudkan keinginan beliau yaitu menciptakan sebuah karya tari. Tarian Tjokronegoro termasuk dalam tarian heroik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, di mana data yang disajikan bukan berupa angka melainkan berupa deskripsi. Deskripsi ini berisi tentang awal proses penciptaan tari Tjokronegoro hingga simbol atau pesan yang terkandung dibalik bentuk karya tari ini. Agar mendapatkan hasil yang teruji keabsahan datanya maka peneliti menggunakan berbagai macam cara baik melalui observasi, studi dokumen, studi dokumentasi audio visual, maupun wawancara secara langsung. Diharapkan hasil penulisan ini menjadi suatu khasanah ilmu khususnya di bidang seni pertunjukan (seni tari). Terlepas dari berbagai macam problematika seni pertunjukan yang terus berkembang, kita semua harus terus menjaga dan melestarikan seni tari tradisional sebagai produk lokal kearifan budaya setempat. ","PeriodicalId":31479,"journal":{"name":"IBDA Jurnal Kebudayaan Islam","volume":"34 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78423871","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
PENAMAAN MARGA DAN SISTEM SOSIAL PEWARISAN MASYARAKAT SUMATERA SELATAN
Pub Date : 2019-02-13 DOI: 10.24832/jk.v13i2.204
Rahmat Muhidin
 AbstractDesignation and using of clan in South Sumatra can be traced by recognizing subethnic in Uluan and iliran, South Sumatra. This study aims to describe naming of name’s clan traditional title in South Sumatra people in ethnolinguistic study. The object of this research is naming of clan and ethnic title in its use of South Sumatra society. The problems in this research are: (1) What are names of the clan and the name of the title in the South Sumatra community?, and (2) How to use names of clans and titles do of present South Sumatra society? This research uses descriptive method. Based on the study in the field, the result of the study concludes that the inhabitants of South Sumatra originated from three mountainous centers, namely, Ranau Lake, Basemah Highlands, and Rejang areas. The three mountain centers are better known as Seminung, Mount Dempo, and Mount Kaba. The spread of these three tribal clans is the source of ethnic groups in South Sumatra. They occupy a certain location and the boundaries we later know in the name of the hamlet and cluster into the shape of the umbul, gutters or jungle. Umbul, talang, and sosokan are the forerunners of Marga that we know now. AbstrakPenyebutan dan penggunaan marga di Sumatera Selatan  dapat ditelusuri dengan mengenali sukubangsa di uluan dan iliran, Sumatera Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penamaan marga dan gelar adat pada orang Sumatera Selatan dalam kajian etnolinguistik. Objek penelitian adalah penamaan marga dan gelar adat berdasarkan pada penggunaannya di masyarakat. Permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Apa saja nama-nama marga dan nama gelar pada masyarakat Sumatera Selatan? dan (2) Bagaimana penggunaan nama marga dan nama gelar pada masyarakat Sumatera Selatan sekarang ini? Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Berdasarkan kajian di lapangan diperoleh hasil bahwa penduduk uluan Sumatera Selatan bermula dari tiga pusat pegunungan, yakni sekitar Danau Ranau, Dataran Tinggi Basemah, dan daerah Rejang. Ketiga pusat pegunungan itu lebih dikenal dengan nama Seminung, Gunung Dempo, dan Gunung Kaba. Penyebaran ketiga rumpun suku bangsa inilah yang merupakan sumber dari kelompok-kelompok etnis di Uluan Sumatera Selatan. Mereka menempati lokasi tertentu dan batas-batasnya di kemudian hari kita kenal dengan nama dusun dan mengelompok ke dalam bentuk umbul, talang, atau sosokan. Umbul, talang, dan sosokan inilah cikal-bakal dari marga yang kita kenal sekarang.
Â【摘要】南苏门答腊宗族的名称和使用,可以通过认识南苏门答腊乌兰和伊兰的次民族来追溯。本研究旨在从民族语言学的角度来描述南苏门答腊人对姓氏的宗族传统称谓的命名。本研究的对象是南苏门答腊社会中宗族和民族称谓的命名。本研究存在的问题有:(1)南苏门答腊社区的氏族名称和头衔名称是什么?(2)现今南苏门答腊社会的氏族名称和头衔如何使用?本研究采用描述性研究方法。在实地研究的基础上,得出南苏门答腊岛居民起源于Ranau湖、Basemah高地和Rejang地区三个山区中心的结论。这三座山的中心被称为寺明山、登浦山和卡巴山。这三个部族的传播是南苏门答腊少数民族的来源。它们占据了一定的位置和边界,我们后来以村庄的名义知道,并聚集成灌木、阴沟或丛林的形状。Umbul, talang和sosokan是我们现在所知道的Marga的前身。Â[摘要]苏门答腊的penyebutan dan penggunaan marga di sumat腊Selatan dapat ditelusuri denengan mengenali sukubangsa di uluan dan iliran,苏门答腊。Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penamaan marga dangelar adada orororsumata Selatan dalan kajian etolingutik。Objek penelitian adalah penamaan marga dangelar adat berdasarkan pongunaannya di masyarakat。(1) Apa saja nama-nama marga dan nama gelar pada masyarakat Sumatera Selatan?丹(2)Bagaimana penggunaan nama marga dana gelar pada masyarakat sumata Selatan sekarang ini?Penelitian ini mongunakan方法描述。Berdasarkan kajian di lapangan diperoleh hasil penduduk uluan Sumatera Selatan bermulan dari tiga pusat pegunungan, yakni sekitar Danau Ranau, Dataran Tinggi Basemah, dan daerah Rejang。Ketiga pusat pegunungan itu lebih dikenal dengan nama semung, Gunung Dempo, dan Gunung Kaba。Penyebaran ketiga rumpun suku bangsa inilah yang merupakan sumber dari kelompok-kelompok etnis di Uluan sumata Selatan。我的名字是我的名字是我的名字是我的名字是我的名字是我的名字是我的名字是我的名字是我的名字是我的名字是我的名字是我的名字。Umbul, talang, dan sosokan inilah cikal-bakal dari marga yang kita kenal sekarang。
{"title":"PENAMAAN MARGA DAN SISTEM SOSIAL PEWARISAN MASYARAKAT SUMATERA SELATAN","authors":"Rahmat Muhidin","doi":"10.24832/jk.v13i2.204","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/jk.v13i2.204","url":null,"abstract":" AbstractDesignation and using of clan in South Sumatra can be traced by recognizing subethnic in Uluan and iliran, South Sumatra. This study aims to describe naming of name’s clan traditional title in South Sumatra people in ethnolinguistic study. The object of this research is naming of clan and ethnic title in its use of South Sumatra society. The problems in this research are: (1) What are names of the clan and the name of the title in the South Sumatra community?, and (2) How to use names of clans and titles do of present South Sumatra society? This research uses descriptive method. Based on the study in the field, the result of the study concludes that the inhabitants of South Sumatra originated from three mountainous centers, namely, Ranau Lake, Basemah Highlands, and Rejang areas. The three mountain centers are better known as Seminung, Mount Dempo, and Mount Kaba. The spread of these three tribal clans is the source of ethnic groups in South Sumatra. They occupy a certain location and the boundaries we later know in the name of the hamlet and cluster into the shape of the umbul, gutters or jungle. Umbul, talang, and sosokan are the forerunners of Marga that we know now. AbstrakPenyebutan dan penggunaan marga di Sumatera Selatan  dapat ditelusuri dengan mengenali sukubangsa di uluan dan iliran, Sumatera Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penamaan marga dan gelar adat pada orang Sumatera Selatan dalam kajian etnolinguistik. Objek penelitian adalah penamaan marga dan gelar adat berdasarkan pada penggunaannya di masyarakat. Permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Apa saja nama-nama marga dan nama gelar pada masyarakat Sumatera Selatan? dan (2) Bagaimana penggunaan nama marga dan nama gelar pada masyarakat Sumatera Selatan sekarang ini? Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Berdasarkan kajian di lapangan diperoleh hasil bahwa penduduk uluan Sumatera Selatan bermula dari tiga pusat pegunungan, yakni sekitar Danau Ranau, Dataran Tinggi Basemah, dan daerah Rejang. Ketiga pusat pegunungan itu lebih dikenal dengan nama Seminung, Gunung Dempo, dan Gunung Kaba. Penyebaran ketiga rumpun suku bangsa inilah yang merupakan sumber dari kelompok-kelompok etnis di Uluan Sumatera Selatan. Mereka menempati lokasi tertentu dan batas-batasnya di kemudian hari kita kenal dengan nama dusun dan mengelompok ke dalam bentuk umbul, talang, atau sosokan. Umbul, talang, dan sosokan inilah cikal-bakal dari marga yang kita kenal sekarang.","PeriodicalId":31479,"journal":{"name":"IBDA Jurnal Kebudayaan Islam","volume":"35 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88337920","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 2
POTENSI EKOWISATA BERBASIS BUDAYA MASYARAKAT DI DESA SANARU, KABUPATEN LOMBOK UTARA 北龙目岛摄政SANARU村的社区生态旅游潜力
Pub Date : 2019-02-13 DOI: 10.24832/jk.v13i2.199
B. H. S. Purwana
AbstractRinjani Mountain has been determined by government of West Nusa Tenggara as the Rinjani geopark and tourism destination using ecotourism of community based tourism. Throughecotourism of caommunity based tourism, the tourism, activities will involve participation of community and can provide economic benefits to the community. This article aims to answer the questions of what kinds of tourism potency to develop in supporting ecotourism development in Senaru village? What kind of policy of ecotourism has been implemented in tourism involving traditional society in Senaru village? The aim of this article is to know development of tourism potential and involvement of indigenous people in Senaru Village. The method that used in the study was literature study, observation, and interview to government official, tourism organizer, and prominent figures among society in Bayansubdistrict. The result shows that the managing of tourism in Rinjanu Mountain did not involve people surrounding in Senaru village. Thousands of tourists from abroad and domestic came and stayed in hotels, villas, and home stays in Senary village, but sociallyand economically it did not benefit to traditional society in Senaru village. Keywords: ecotourism, natural preservation, local culture preservation.AbstrakGunung Rinjani oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat ditetapkan sebagai Geopark Rinjani sekaligus destinasi wisata dengan konsep ekowisata berbasis masyarakat (communitybased tourism). Dengan konsep ini kegiatan kepariwisataan akan melibatkan peran serta masyarakat dan dapat memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat. Artikel ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan, apa saja potensi wisata yang dapat dikembangkan untuk menunjang pengembangan ekowisata di Desa Senaru? Apakah kebijakan ekowisata sudah diimplementasikan dalam pengelolaan pariwisata yang melibatkan masyarakat adat Desa Senaru? Tujuannya mengetahui pengembangan potensi wisata dan pelibatan masyarakat adat di Desa Senaru. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah studi literatur, pengamatan, dan wawancara terhadap aparat pemerintah, pelaku wisata, dan sejumlah tokoh masyarakat di Kecamatan Bayan. Temuan dari studi ini adalah pengelolaan pariwisata di Gunung Rinjani tidak melibatkan masyarakat adat di Desa Senaru. Ribuan wisatawan manca negara dan wisatawan Nusantara datang silih berganti menginap di hotel, villa dan penginapan di Desa Senaru namun secara sosial dan ekonomi tidak memberikan manfaat bagi masyarakat adat Desa Senaru.
摘要:林贾尼山被西努沙登加拉省政府确定为林贾尼地质公园和社区旅游生态旅游目的地。通过社区旅游的生态旅游,旅游活动将吸引社区的参与,并为社区提供经济效益。本文旨在回答在支持Senaru村生态旅游发展中应开发何种旅游潜力的问题。Senaru村在涉及传统社会的旅游中实施了怎样的生态旅游政策?本文的目的是了解Senaru村旅游潜力的发展和土著人民的参与。本研究采用文献研究法、观察法、访谈法对巴彦街道政府官员、旅游组织者、社会知名人士进行访谈。结果表明:林加奴山的旅游管理没有涉及到Senaru村周围的人。成千上万的国内外游客来到Senaru村,住在酒店、别墅和民宿中,但从社会和经济上看,这并没有给Senaru村的传统社会带来好处。关键词:生态旅游,自然保护,地方文化保护。摘要/ abstract摘要:林贾尼地质公园(Rinjani oleh peremerintah省Nusa Tenggara Barat ditetapkan sebagai地质公园)。邓坎康斯坦尼是kegiatan, kepariwisatan, akan melibatkan, peran serta masyarakat和dapat成员,manfaat经济bagi masyarakat。中国日报网讯:中国日报网讯:中国日报网讯:中国日报网讯:中国日报网讯:中国日报网讯:中国日报网讯:我想我的女儿是谁?我想我的女儿是谁?图朱尼亚·孟格塔惠·彭彭邦和潜在的希望,丹·佩利巴坦·马萨拉卡特和迪·德萨·塞纳鲁。Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah studi literature, pengamatan, dan wawancara terhadap aparat peremerintah, pelaku wisata, dan sejumlah tokoh masyarakat di Kecamatan Bayan。这是我的第一次学习,我的第一次学习,我的第一次学习,我的第一次学习。丽江酒店,丽江酒店,丽江酒店,丽江酒店,丽江酒店,丽江酒店,丽江酒店,丽江酒店,丽江酒店,丽江酒店,丽江酒店,丽江酒店,丽江酒店,丽江酒店,丽江酒店,丽江酒店,丽江酒店,丽江酒店,丽江酒店,丽江酒店
{"title":"POTENSI EKOWISATA BERBASIS BUDAYA MASYARAKAT DI DESA SANARU, KABUPATEN LOMBOK UTARA","authors":"B. H. S. Purwana","doi":"10.24832/jk.v13i2.199","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/jk.v13i2.199","url":null,"abstract":"AbstractRinjani Mountain has been determined by government of West Nusa Tenggara as the Rinjani geopark and tourism destination using ecotourism of community based tourism. Throughecotourism of caommunity based tourism, the tourism, activities will involve participation of community and can provide economic benefits to the community. This article aims to answer the questions of what kinds of tourism potency to develop in supporting ecotourism development in Senaru village? What kind of policy of ecotourism has been implemented in tourism involving traditional society in Senaru village? The aim of this article is to know development of tourism potential and involvement of indigenous people in Senaru Village. The method that used in the study was literature study, observation, and interview to government official, tourism organizer, and prominent figures among society in Bayansubdistrict. The result shows that the managing of tourism in Rinjanu Mountain did not involve people surrounding in Senaru village. Thousands of tourists from abroad and domestic came and stayed in hotels, villas, and home stays in Senary village, but sociallyand economically it did not benefit to traditional society in Senaru village. Keywords: ecotourism, natural preservation, local culture preservation.AbstrakGunung Rinjani oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat ditetapkan sebagai Geopark Rinjani sekaligus destinasi wisata dengan konsep ekowisata berbasis masyarakat (communitybased tourism). Dengan konsep ini kegiatan kepariwisataan akan melibatkan peran serta masyarakat dan dapat memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat. Artikel ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan, apa saja potensi wisata yang dapat dikembangkan untuk menunjang pengembangan ekowisata di Desa Senaru? Apakah kebijakan ekowisata sudah diimplementasikan dalam pengelolaan pariwisata yang melibatkan masyarakat adat Desa Senaru? Tujuannya mengetahui pengembangan potensi wisata dan pelibatan masyarakat adat di Desa Senaru. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah studi literatur, pengamatan, dan wawancara terhadap aparat pemerintah, pelaku wisata, dan sejumlah tokoh masyarakat di Kecamatan Bayan. Temuan dari studi ini adalah pengelolaan pariwisata di Gunung Rinjani tidak melibatkan masyarakat adat di Desa Senaru. Ribuan wisatawan manca negara dan wisatawan Nusantara datang silih berganti menginap di hotel, villa dan penginapan di Desa Senaru namun secara sosial dan ekonomi tidak memberikan manfaat bagi masyarakat adat Desa Senaru.","PeriodicalId":31479,"journal":{"name":"IBDA Jurnal Kebudayaan Islam","volume":"144 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75699312","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
REVITALISASI LEMBAGA ADAT PENGELOLAAN SUMBERDAYA LAUT UNTUK MEMBANGUN KEMBALI BUDAYA BAHARI 海洋资源管理机构恢复活力,重建海洋文化
Pub Date : 2018-11-16 DOI: 10.24832/JK.V12I1.167
Ratna Indrawasih
AbstractNowadays, the existence of local knowledge is facing the challenge and the threat of relegation, even towards extinction. It’s like local knowledge related to marine resource management in Central Maluku and Buton laden with maritime culture. This article discusses what is happening with the local knowledge in Buton, particularly in the Village Wasuemba, District Wabula, related to the management of marine resources, why the need for revitalization of customary institutions. The data used in the writing of this article is part of the research results Establishment of Marine Protected Areas (MPAs) On Coremap program Waterway The Mastered Indigenous Peoples: A Case Study in the village of Wasuemba, Buton, Southeast Sulawesi. Research was done with a qualitative approach. The results showed that the local wisdom in the management of natural resources (marine) under threat of extinction caused by the weakening of the role of traditional institutions. Therefore, need to revitalize traditional institutions in order to reaffirm indigenous marine resource management, thereby building back marine culture are endangered. AbstrakSaat ini eksistensi kearifan lokal sedang menghadapi tantangan dan ancaman degradasi, bahkan menuju kepunahan. Hal itu seperti kearifan lokal terkait dengan pengelolaan sumberdaya laut yang ada di Maluku Tengah dan Buton yang sarat dengan budaya bahari. Artikel ini mendiskusikan apa yang terjadi dengan kearifan lokal yang ada di Kabupaten Buton, khususnya di Desa Wasuemba, Kecamatan Wabula, terkait dengan pengelolaan sumberdaya laut, serta mengapa perlunya revitalisasi lembaga adatnya. Data yang digunakan dalam penulisan artikel ini merupakan bagian dari hasil penelitian Pembentukan Daerah Perlindungan Laut (DPL) pada program Coremap di Perairan Yang Dikuasai Adat: Studi Kasus di Desa Wasuemba, Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif, dengan teknik wawancara mendalam terhadap beberapa orang key informan dan observasi..Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis secara melalui proses reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kearifan lokal dalam pengelolaan sumberdaya alam (laut) mengalami ancaman kepunahan yang disebabkan oleh melemahnya peranan lembaga adat. Oleh karena itu. perlu dilakukan revitalisasi lembaga adat agar dapat menguatkan lagi kearifan lokal pengelolaan sumberdaya laut, sehingga terbangun kembali budaya bahari yang terancam punah tersebut.
摘要当前,本土知识的存在正面临着降级甚至灭绝的挑战和威胁。这就像中马鲁古和巴顿的海洋资源管理相关的当地知识一样,充满了海洋文化。本文讨论了在布顿,特别是在瓦布拉区Wasuemba村,与海洋资源管理有关的当地知识正在发生的事情,以及为什么需要振兴传统机构。本文写作中使用的数据是Coremap项目“建立海洋保护区(MPAs)”研究成果的一部分,该项目名为“水路掌握的土著人民:以苏拉威西岛东南部布顿Wasuemba村为例”。研究是用定性方法进行的。研究结果表明,地方智慧在自然资源(海洋)管理中受到灭绝威胁是传统制度作用弱化造成的。因此,需要振兴传统机构,以重申土著海洋资源的管理,从而重建濒临灭绝的海洋文化。Â摘要/ abstract摘要/ abstract摘要/ abstract摘要/ abstract当地的terkkat dengan pengelolaan和sumberdaya laut yang ada di Maluku Tengah dan Buton yang sarat dengan budaya bahari。Artikel ini mendiskusikan apa yang terjadi dengan kearifan local yang ada di Kabupaten Buton, khususnya di Desa Wasuemba, Kecamatan Wabula, terkait dengan pengelolaan sumberdaya laut, serta mengapa perlunya reviisasi lembaga adatnya。数据yang digunakan dalam penulisan artikel ini merupakan bagian dari hasil penelitian Pembentukan Daerah Perlindungan Laut (DPL) padada程序Coremap di Perairan yang Dikuasai Adat: Studi Kasus di Desa Wasuemba, Kabupaten Buton, Sulawesi tengarara省。Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif, dengan teknik wawancara mendalam terhadap beberapa猩猩关键informan丹observasi . .数据杨telah diperoleh kemudian dianalisis secara melalui散文reduksi数据,penyajian数据,丹penarikan kesimpulan。Hasil penelitian menunjukkan bahwa kearifan当地dalam pengelolaan sumberdaya alam (laut) mengalami, anaman kepunahan yang disebabkan oleh melemahnya peranan lembaga adat。Oleh karena itu。我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是我的意思。
{"title":"REVITALISASI LEMBAGA ADAT PENGELOLAAN SUMBERDAYA LAUT UNTUK MEMBANGUN KEMBALI BUDAYA BAHARI","authors":"Ratna Indrawasih","doi":"10.24832/JK.V12I1.167","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/JK.V12I1.167","url":null,"abstract":"AbstractNowadays, the existence of local knowledge is facing the challenge and the threat of relegation, even towards extinction. It’s like local knowledge related to marine resource management in Central Maluku and Buton laden with maritime culture. This article discusses what is happening with the local knowledge in Buton, particularly in the Village Wasuemba, District Wabula, related to the management of marine resources, why the need for revitalization of customary institutions. The data used in the writing of this article is part of the research results Establishment of Marine Protected Areas (MPAs) On Coremap program Waterway The Mastered Indigenous Peoples: A Case Study in the village of Wasuemba, Buton, Southeast Sulawesi. Research was done with a qualitative approach. The results showed that the local wisdom in the management of natural resources (marine) under threat of extinction caused by the weakening of the role of traditional institutions. Therefore, need to revitalize traditional institutions in order to reaffirm indigenous marine resource management, thereby building back marine culture are endangered. AbstrakSaat ini eksistensi kearifan lokal sedang menghadapi tantangan dan ancaman degradasi, bahkan menuju kepunahan. Hal itu seperti kearifan lokal terkait dengan pengelolaan sumberdaya laut yang ada di Maluku Tengah dan Buton yang sarat dengan budaya bahari. Artikel ini mendiskusikan apa yang terjadi dengan kearifan lokal yang ada di Kabupaten Buton, khususnya di Desa Wasuemba, Kecamatan Wabula, terkait dengan pengelolaan sumberdaya laut, serta mengapa perlunya revitalisasi lembaga adatnya. Data yang digunakan dalam penulisan artikel ini merupakan bagian dari hasil penelitian Pembentukan Daerah Perlindungan Laut (DPL) pada program Coremap di Perairan Yang Dikuasai Adat: Studi Kasus di Desa Wasuemba, Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif, dengan teknik wawancara mendalam terhadap beberapa orang key informan dan observasi..Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis secara melalui proses reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kearifan lokal dalam pengelolaan sumberdaya alam (laut) mengalami ancaman kepunahan yang disebabkan oleh melemahnya peranan lembaga adat. Oleh karena itu. perlu dilakukan revitalisasi lembaga adat agar dapat menguatkan lagi kearifan lokal pengelolaan sumberdaya laut, sehingga terbangun kembali budaya bahari yang terancam punah tersebut.","PeriodicalId":31479,"journal":{"name":"IBDA Jurnal Kebudayaan Islam","volume":"29 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90176463","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
DARI WṚTRA KE WṚTA: PERUBAHAN NAMA SEEKOR NĀGA DAN PERANAN LAUT
Pub Date : 2018-11-16 DOI: 10.24832/JK.V12I1.168
Zakariya Pamuji Aminullah, Mohammad Taufiqul Hakim
AbstractThe topic of this research is chosen to discover how the name of god Indra’s enemy in Sanskrit tradition, Wṛtra. The name of Wṛtra when transformed into Old Javanese tradition, change to be Wṛta. Both Wṛtra and Wṛta refer to the same figure, but each has the opposite meaning. Thus, this alteration name case, from Wṛtra to Wṛta cannot be seen as only apabhrāṣṭa ‘corrupted as a dialect’. Factors of these changes cannot be separated from the aspect of geography and the Javanese brahmin who adapted it, so the hermeneutics that focused on myth, narative, and telos changes that need to be applied. The method of this research use a hermeneutic approaches, compares narrative of The Wṛtrawadha Sanskrit version with The Java Kuna version, analyzing aspects of changes in the texts, and doing interpretation. This research result’s can be interpretated that there is a different condition between Javanese and Indian brahmin at that time regarding to the natural ecology. Due to the condition of Java that is surrounded by ocean, the name of Wṛta becomes more representative to describe the situationAbstrakTopik dari artikel ini dipilih dengan tujuan untuk menelusuri masalah perubahan nama musuh Dewa Indra di dalam tradisi Sanskerta, Wṛtra, yang ketika ditransformasi ke dalam tradisi Jawa Kuna, menjadi Wṛta. Baik Wṛtra maupun Wṛta mengacu kepada seorang tokoh yang sama, tetapi mempunyai arti yang saling berlawanan. Maka dari itu, perubahan nama dari Wṛtra ke Wṛta tidak dapat dipandang hanya sebagai apabhrāṣṭa ‘korup menjadi sebuah dialek’. Perubahan tersebut tidak dapat dipisahkan dari peran geografis dan brahmana Jawa yang mengadaptasinya, sehingga perlu diaplikasikan hermeneutika yang fokus pada mite, naratif, dan perubahan telos. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan hermeneutik, yakni membandingkan naratif Wṛtrawadha versi Sansekerta dengan versi Jawa Kuna, menganalisis aspek-aspek perubahan di dalamnya, dan melakukan interpretasi. Berdasarkan hasil interpretasi dapat disimpulkan bahwa brahmana Jawa memiliki perbedaan dengan brahmana India terkait dengan pemahaman ekologi alam. Ini karena alam Jawa dikelilingi oleh samudra, sehingga akan lebih representatif jika nama Wṛta digunakan untuk mendeskripsikan situasi tersebut.
摘要本研究选择的主题是探索神的名字如何在梵文传统中的敌人,¹›tra。w¹›tra名称转化为古爪哇传统时,改为w¹›ta。w¹›tra和w¹›ta都指的是同一个数字,但它们都有相反的含义。因此,这种从w¹›tra到w¹›ta的名称变化不能仅仅被看作是apabhrÄ´¹£¹- '作为一种方言 ' '被破坏了' '。这些变化的因素不能与地理因素和爪哇婆罗门的适应因素分开,所以专注于神话、叙事和目的的解释学需要加以应用。本研究采用解释学方法,比较了《The w 1¹trawadha》梵文版本与《Java库纳》版本的叙述,分析了文本变化的各个方面,并进行了解释。这一研究结果可以解释为当时爪哇婆罗门与印度婆罗门在自然生态方面存在着不同的状况。由于爪哇被海洋包围的条件,w¹›ta这个名字更具有代表性,更能描述这种情况。摘要:topik dari artikel ini dipilih dengan tujuan untuk menelusuri masalah perubahan nama musuh Dewa Indra di dalam tradisi Sanskerta, w¹›tra, yang ketika ditransformasi ke dalam tradisi Jawa Kuna, menjadi w¹›ta。Baik w¹›tra maupun w¹›ta mengacu kepada seorang tokoh yang sama, tetapi mempunyai arti yang saling berlawanan。Maka dari itu, perubahan nama dari w¹›tra ke w¹›ta tidak dapat dipandang hanya sebagai apabhrÄ´´¹£¹-a korup menjadi sebuah dialek -™。Perubahan tersebut tidak dapat dipisahkan dari peran geografis dan brahmana Jawa yang mengadaptasinya, sehinga perlu diapplikasikan hermeneutika yang fokus padmi, naratis, dan Perubahan telos。[1]中文翻译:中文翻译:中文翻译:中文翻译:中文翻译:中文翻译:中文翻译:中文翻译:中文翻译:中文翻译:中文翻译:中文翻译:中文翻译:中文翻译:中文翻译:中文翻译:Berdasarkan hasil interpretasi dapat dispulpulkan bahwa brahmana Jawa memiliki perbedaan dengan brahmana India terkait dengan pemahaman ekologi alam。Ini karena alam Jawa dikelilingi oleh samudra, sehinga akan lebih代表jika nama w 1 / 8,即digunakan untuk mendeskripsikan情境。
{"title":"DARI WṚTRA KE WṚTA: PERUBAHAN NAMA SEEKOR NÄ€GA DAN PERANAN LAUT","authors":"Zakariya Pamuji Aminullah, Mohammad Taufiqul Hakim","doi":"10.24832/JK.V12I1.168","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/JK.V12I1.168","url":null,"abstract":"AbstractThe topic of this research is chosen to discover how the name of god Indra’s enemy in Sanskrit tradition, Wá¹›tra. The name of Wá¹›tra when transformed into Old Javanese tradition, change to be Wá¹›ta. Both Wá¹›tra and Wá¹›ta refer to the same figure, but each has the opposite meaning. Thus, this alteration name case, from Wá¹›tra to Wá¹›ta cannot be seen as only apabhrāṣṭa ‘corrupted as a dialect’. Factors of these changes cannot be separated from the aspect of geography and the Javanese brahmin who adapted it, so the hermeneutics that focused on myth, narative, and telos changes that need to be applied. The method of this research use a hermeneutic approaches, compares narrative of The Wá¹›trawadha Sanskrit version with The Java Kuna version, analyzing aspects of changes in the texts, and doing interpretation. This research result’s can be interpretated that there is a different condition between Javanese and Indian brahmin at that time regarding to the natural ecology. Due to the condition of Java that is surrounded by ocean, the name of Wá¹›ta becomes more representative to describe the situationAbstrakTopik dari artikel ini dipilih dengan tujuan untuk menelusuri masalah perubahan nama musuh Dewa Indra di dalam tradisi Sanskerta, Wá¹›tra, yang ketika ditransformasi ke dalam tradisi Jawa Kuna, menjadi Wá¹›ta. Baik Wá¹›tra maupun Wá¹›ta mengacu kepada seorang tokoh yang sama, tetapi mempunyai arti yang saling berlawanan. Maka dari itu, perubahan nama dari Wá¹›tra ke Wá¹›ta tidak dapat dipandang hanya sebagai apabhrāṣṭa ‘korup menjadi sebuah dialek’. Perubahan tersebut tidak dapat dipisahkan dari peran geografis dan brahmana Jawa yang mengadaptasinya, sehingga perlu diaplikasikan hermeneutika yang fokus pada mite, naratif, dan perubahan telos. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan hermeneutik, yakni membandingkan naratif Wá¹›trawadha versi Sansekerta dengan versi Jawa Kuna, menganalisis aspek-aspek perubahan di dalamnya, dan melakukan interpretasi. Berdasarkan hasil interpretasi dapat disimpulkan bahwa brahmana Jawa memiliki perbedaan dengan brahmana India terkait dengan pemahaman ekologi alam. Ini karena alam Jawa dikelilingi oleh samudra, sehingga akan lebih representatif jika nama Wá¹›ta digunakan untuk mendeskripsikan situasi tersebut.","PeriodicalId":31479,"journal":{"name":"IBDA Jurnal Kebudayaan Islam","volume":"31 5 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83390340","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
RANAH INFORMAL, PATRON-KLIEN, DAN KEKUASAAN DI KALANGAN JAWARA BANTEN 非正式的领域,客户端和BANTEN的冠军之间的权力
Pub Date : 2018-11-16 DOI: 10.24832/JK.V12I1.162
H. Hendrik
AbstractThis article explains the roles of jawara Banten in the informal sphere, patron-client relationships that they have, and the correlation of those factors with the sustainability of jawara’s power in Banten. The question is, how is jawara obtain, maintain and expand their power? The aim of this article is to explain the correlation among the three, especially to expose how the former two contribute to the later. The uniqueness of this article compared to other studies on jawara Banten is that the informants of the study are small jawara or jawara kampung, not big jawara often disscussed in many studies. The data for this article were resulted from a field research conducted with qualitative method, especially life-history method, in a region in Serang Regency, Banten. The findings of the research show that the sustainability of jawara’s power is backed up by the important roles they play in Banten society and their patron-client relationships with many parties, either jawara or non-jawara. AbstrakTulisan ini menjelaskan tentang peranan para jawara dalam ranah informal di Banten, hubungan patron-klien yang mereka miliki, dan kaitannya dengan kelanggengan kekuasaan mereka di Banten. Pertanyaannya adalah bagaimanakah para jawara mendapatkan, mempertahankan, dan memperbesar kekuasaan mereka? Tujuan dari tulisan ini adalah menjelaskan keterkaitan antara hal-hal tersebut di atas, terutama memaparkan tentang bagaimana peranan sosial para jawara dan hubungan patron-klien yang mereka jalani berkontribusi terhadap kelanggengan kekuasaan mereka. Kekhasan tulisan ini dibandingkan dengan tulisan lain tentang jawara adalah bahwa informan dalam penelitiannya merupakan para jawara kecil atau jawara kampung, bukan jawara besar yang sudah banyak dibicarakan dalam berbagai tulisan. Data untuk tulisan ini dihasilkan dari sebuah penelitian lapangan dengan metode kualitatif, khususnya metode life history, yang dilakukan di sebuah daerah di Kabupaten Serang, Banten. Temuan penelitian menunjukkan bahwa kelanggengan kekuasaan para jawara ditopang oleh peranan penting mereka dalam kehidupan masyarakat Banten dan hubungan patron-klien yang merekamiliki dengan berbagai pihak, baik jawara maupun bukan jawara.
摘要本文阐述了贾瓦拉·万丹在非正式领域的角色、他们之间的主从关系,以及这些因素与贾瓦拉·万丹权力的可持续性之间的关系。问题是,贾瓦拉是如何获得、维持和扩大他们的权力的?本文的目的是解释三者之间的相关性,特别是揭示前两者对后者的贡献。与其他关于贾瓦拉万丹的研究相比,这篇文章的独特之处在于,研究的告密者是小贾瓦拉或贾瓦拉甘榜,而不是许多研究中经常讨论的大贾瓦拉。本文的数据来自于在万丹市雪朗县的一个地区用定性方法,特别是生活史方法进行的实地调查。研究结果表明,贾瓦人权力的可持续性得到了他们在万丹社会中扮演的重要角色以及他们与许多政党(无论是贾瓦人还是非贾瓦人)的庇护关系的支持。Â摘要:tulisan ini menjelaskan tentang peranan para jawara dalam ranah informal di Banten, hubungan patron-klien yang mereka miliki, dan kaitannya dengan kelanggengan kekuasaan mereka di Banten。Pertanyaannya adalah bagaimanakah para jawara mendapatkan, member, member,是什么意思?Tujuan dari tulisan ini adalah menjelaskan keterkaitan antara hal-hal tersebut di数据,terutama memaparkan tentang bagaimana peranan社会para jawara dan hubungan赞助人-klien yang mereka jalani berkontribusi terhadap kelanggengan kekuasaan mereka。我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是。数据untuk tulisan ini dihasilkan dari sebuah penelitian lapangan dengan方法定性,khususnya方法生活史,yang dilakukan di sebuah daerah di Kabupaten Serang,万丹。我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿
{"title":"RANAH INFORMAL, PATRON-KLIEN, DAN KEKUASAAN DI KALANGAN JAWARA BANTEN","authors":"H. Hendrik","doi":"10.24832/JK.V12I1.162","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/JK.V12I1.162","url":null,"abstract":"AbstractThis article explains the roles of jawara Banten in the informal sphere, patron-client relationships that they have, and the correlation of those factors with the sustainability of jawara’s power in Banten. The question is, how is jawara obtain, maintain and expand their power? The aim of this article is to explain the correlation among the three, especially to expose how the former two contribute to the later. The uniqueness of this article compared to other studies on jawara Banten is that the informants of the study are small jawara or jawara kampung, not big jawara often disscussed in many studies. The data for this article were resulted from a field research conducted with qualitative method, especially life-history method, in a region in Serang Regency, Banten. The findings of the research show that the sustainability of jawara’s power is backed up by the important roles they play in Banten society and their patron-client relationships with many parties, either jawara or non-jawara. AbstrakTulisan ini menjelaskan tentang peranan para jawara dalam ranah informal di Banten, hubungan patron-klien yang mereka miliki, dan kaitannya dengan kelanggengan kekuasaan mereka di Banten. Pertanyaannya adalah bagaimanakah para jawara mendapatkan, mempertahankan, dan memperbesar kekuasaan mereka? Tujuan dari tulisan ini adalah menjelaskan keterkaitan antara hal-hal tersebut di atas, terutama memaparkan tentang bagaimana peranan sosial para jawara dan hubungan patron-klien yang mereka jalani berkontribusi terhadap kelanggengan kekuasaan mereka. Kekhasan tulisan ini dibandingkan dengan tulisan lain tentang jawara adalah bahwa informan dalam penelitiannya merupakan para jawara kecil atau jawara kampung, bukan jawara besar yang sudah banyak dibicarakan dalam berbagai tulisan. Data untuk tulisan ini dihasilkan dari sebuah penelitian lapangan dengan metode kualitatif, khususnya metode life history, yang dilakukan di sebuah daerah di Kabupaten Serang, Banten. Temuan penelitian menunjukkan bahwa kelanggengan kekuasaan para jawara ditopang oleh peranan penting mereka dalam kehidupan masyarakat Banten dan hubungan patron-klien yang merekamiliki dengan berbagai pihak, baik jawara maupun bukan jawara.","PeriodicalId":31479,"journal":{"name":"IBDA Jurnal Kebudayaan Islam","volume":"2 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"74845299","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
ADAPTASI BUDAYA DAN BENTURAN PERUNDANGAN-UNDANGAN: STUDI KASUS KOMUNITAS SAMIN DI KUDUS 文化适应与邀请冲突:SAMIN社区案例研究
Pub Date : 2018-11-16 DOI: 10.24832/JK.V12I1.166
M. Rosyid
AbstractThis research was conducted to Samin community in Kudus Regency, Central Java Province. Data was obtainabled through interviews and observations to Wong Samin in Kudus, particularly at Lerakrejo Village, Kaliyoso sub-village, and Karangrowo Village, in Undaan district. This article is descriptive qualitative research. The purpose of this research is to know how adaption efforts that based on culture in Samin community, Kudus, when they are stigmatized by their surrounding communities, and modification of their teachings as a respon of dynamically. As a strategy for maintenance their identity, Wong Samin make notes in a book, which records of their identity and teachings in a simple way in an attempt to straighten out the negative stigma. The book also illustrates compliance teaching to the local government regulations, such as formal school, pay taxes, active in election, and registration of marriages. Wong Samin also assimilate with non-Samin and accommodate non-Samin culture in their environment. Their efforts bring in a positively respon from surrounding community. As an evidence, a part of them is inducted as a chairman of neighborhood association (RT), surrounding association (RW), and farmer groups. However, the main problem that must be faced of Samin community in Kudus is their paddy field as their source economy often failed. So, they are to be urban workers in many cities. The impacts are, homeschooling and pirukunan (gemeinschaft) not repeated agen, because their elders and adult generation to be migrants and returning home uncertainly. Their routine social activities with non-Samin community in their residents are not maximal also.AbstrakRiset ini dilakukan pada komunitas Samin di Kabupaten Kudus, Provinsi Jawa Tengah. Data diperoleh dengan wawancara dan observasi dengan wong Samin Kudus, khususnya di Desa Larekrejo dan Dusun Kaliyoso, Desa Karangrowo, Kecamatan Undaan. Analisis riset ini deskriptif kualitatif. Tujuan riset ini adalah untuk mengetahui bagaimana upaya adaptasi berbasis budaya yang dilakukan komunitas Samin di Kudus tatkala distigma lingkungannya dan mengalami pergeseran atas ajarannya akibat dinamika masa kini yang diresponnya. Strategi dalam mempertahankan jati dirinya, wong Samin membuat catatan yang dibukukan berupa jati diri dan ajarannya dalam bentuk sederhana sebagai upaya meluruskan stigma. Di dalamnya juga menggambarkan ketaatannya pada peraturan pemerintah seperti sekolah formal, membayar pajak, aktif dalam pemilu, selain pencatatan perkawinan, membaur dengan warga non-Samin, dan mengakomodasi budaya non-Samin di lingkungannya. Upaya tersebut membuahkan hasil yakni direspon positif lingkungannya dengan bukti dipercaya sebagai Ketua RT, RW, dan kelompok tani. Akan tetapi, problem utama yang dihadapi komunitas Samin di Kudus adalah sumber perekonomiannya sebagai petani padi yang mengalami kegagalan sehingga menjadi pekerja urban di kota. Imbasnya, homeschooling dan pertemuan pirukunan tak lagi berlangsun
摘要本研究以中爪哇省库杜斯县Samin社区为研究对象。数据是通过对Kudus的Wong Samin的访谈和观察获得的,特别是在Lerakrejo村、Kaliyoso村和Undaan区的Karangrowo村。本文是描述性质的研究。本研究的目的是了解库德斯Samin社区的文化如何适应,当他们被周围社区污名化时,如何修改他们的教学作为一种动态的反应。作为一种维护身份的策略,黄三民在书中做笔记,以简单的方式记录他们的身份和教导,试图理顺负面的污名。该书还介绍了遵守地方政府规定的教育,如正规学校、纳税、积极参加选举、登记结婚等。黄samin也与非Samin同化,并在他们的环境中容纳非Samin文化。他们的努力得到了周围社区的积极响应。作为证据,他们中的一部分人被任命为社区协会(RT)、周边协会(RW)、农民团体的会长。然而,库德斯Samin社区必须面对的主要问题是他们的水田,因为他们的来源经济经常失败。因此,他们将成为许多城市的城市工人。其影响是,家庭教育和“集体教育”不再重复,因为他们的长辈和成年一代是移民,不确定是否会回家。他们与非samin社区居民的日常社会活动也不是最大的。摘要:爪哇登加省的一所大学。数据的不同之处是:dengan wong Samin Kudus, khususnya di Desa Larekrejo, Dusun Kaliyoso, Desa Karangrowo, Kecamatan Undaan。分析桌面文件的质量。图片集:图片集、图片集、图片集、图片集、图片集、图片集、图片集、图片集、图片集、图片集、图片集、图片集、图片集、图片集、图片集、图片集、图片集、图片集。Strategi dalam成员pertahankan jati dirinya, wong Samin成员catatan yang dibukukan berupa jati diri dan ajarannya dalam bentuk sederhana sebagai upaya meluruskan耻辱。Di dalamnya juga menggambarkan ketaatannya pada peraturan pemerintah seperti sekolah formal, member bayar pajak, aktif dalam pemilu, selain pencatatan perkawinan, member dengan warga non-Samin, dan mengakomodasi budaya non-Samin Di lingkungannya。Upaya tersebut membuahkan hasil yakni di责任阳性lingkungannya dengan bukti dipercaya sebagai Ketua RT, RW, dan kelompok tani。Akan tetapi,问题utama yang dihadapi komunitas Samin di Kudus adalah,数,数,数,数,数,数,数,数,数,数,数,数,数,数,数,数,数。Imbasnya,在家上学的dan pertemuan pirukunan,将会是一个很好的学习机会。Rutinitas kegiatan社会kemasyarakatan dengan warga non-Samin di lingkungannya pun tak maksimal.Â
{"title":"ADAPTASI BUDAYA DAN BENTURAN PERUNDANGAN-UNDANGAN: STUDI KASUS KOMUNITAS SAMIN DI KUDUS","authors":"M. Rosyid","doi":"10.24832/JK.V12I1.166","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/JK.V12I1.166","url":null,"abstract":"AbstractThis research was conducted to Samin community in Kudus Regency, Central Java Province. Data was obtainabled through interviews and observations to Wong Samin in Kudus, particularly at Lerakrejo Village, Kaliyoso sub-village, and Karangrowo Village, in Undaan district. This article is descriptive qualitative research. The purpose of this research is to know how adaption efforts that based on culture in Samin community, Kudus, when they are stigmatized by their surrounding communities, and modification of their teachings as a respon of dynamically. As a strategy for maintenance their identity, Wong Samin make notes in a book, which records of their identity and teachings in a simple way in an attempt to straighten out the negative stigma. The book also illustrates compliance teaching to the local government regulations, such as formal school, pay taxes, active in election, and registration of marriages. Wong Samin also assimilate with non-Samin and accommodate non-Samin culture in their environment. Their efforts bring in a positively respon from surrounding community. As an evidence, a part of them is inducted as a chairman of neighborhood association (RT), surrounding association (RW), and farmer groups. However, the main problem that must be faced of Samin community in Kudus is their paddy field as their source economy often failed. So, they are to be urban workers in many cities. The impacts are, homeschooling and pirukunan (gemeinschaft) not repeated agen, because their elders and adult generation to be migrants and returning home uncertainly. Their routine social activities with non-Samin community in their residents are not maximal also.AbstrakRiset ini dilakukan pada komunitas Samin di Kabupaten Kudus, Provinsi Jawa Tengah. Data diperoleh dengan wawancara dan observasi dengan wong Samin Kudus, khususnya di Desa Larekrejo dan Dusun Kaliyoso, Desa Karangrowo, Kecamatan Undaan. Analisis riset ini deskriptif kualitatif. Tujuan riset ini adalah untuk mengetahui bagaimana upaya adaptasi berbasis budaya yang dilakukan komunitas Samin di Kudus tatkala distigma lingkungannya dan mengalami pergeseran atas ajarannya akibat dinamika masa kini yang diresponnya. Strategi dalam mempertahankan jati dirinya, wong Samin membuat catatan yang dibukukan berupa jati diri dan ajarannya dalam bentuk sederhana sebagai upaya meluruskan stigma. Di dalamnya juga menggambarkan ketaatannya pada peraturan pemerintah seperti sekolah formal, membayar pajak, aktif dalam pemilu, selain pencatatan perkawinan, membaur dengan warga non-Samin, dan mengakomodasi budaya non-Samin di lingkungannya. Upaya tersebut membuahkan hasil yakni direspon positif lingkungannya dengan bukti dipercaya sebagai Ketua RT, RW, dan kelompok tani. Akan tetapi, problem utama yang dihadapi komunitas Samin di Kudus adalah sumber perekonomiannya sebagai petani padi yang mengalami kegagalan sehingga menjadi pekerja urban di kota. Imbasnya, homeschooling dan pertemuan pirukunan tak lagi berlangsun","PeriodicalId":31479,"journal":{"name":"IBDA Jurnal Kebudayaan Islam","volume":"12 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"72976746","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP MUSEUM: PERAN MEDIA MASSA TERHADAP PEMBERITAAN MUSEUM DI YOGYAKARTA 公众对博物馆的欣赏:大众媒体对日惹媒体报道的作用
Pub Date : 2018-11-16 DOI: 10.24832/JK.V12I1.164
Irna Trilestari, Ratna Nurhajarini
AbstractReporting about muesum in mass media is still less. So, the existence of museum has not been able to give benefits as an institution that entrusted for preservation of nature and culture heritage. Whereas, museum as a place for fun education, research, and recreational. Another issue that is considered to be a reason of lack of museum involvement for visitors is low public appreciation for museum. The appreciation for museum can be formed through mass media. Therefore, it is important for us to make a research to know the role of mass media for museum reporting. The purpose of this study was to determine quality and quantity of museum reporting in mass media (newspapers, television, and internet). The study was conducted by analyzing mass media reporting about museum in Yogyakarta, in 2008 - 2009. Method that is used in this study, i.e.: content analysis method and focus group discussions (FGD). Content analysis method is a research that is in-depth discussion for contents of information in articles that were printed in a mass media. The results that are obtained in mass media about museum reporting in quantity and quality is still low. The number of museum reporting within a year that are published by mass media is fairly low. AbstrakPemberitaan museum di media massa masih kurang sehingga keberadaan museum belum mampu dirasakan manfaat kehadirannya sebagai lembaga yang melaksanakan tugas pelestarian warisan alam dan budaya yang merupakan sebagai tempat pendidikan, penelitian dan rekreasi yang menyenangkan. Permasalahan lain yang dianggap menjadi penyebab kurang berperannya museum bagi masyarakat adalah apresiasi masyarakat yang rendah terhadap museum. Apresiasi masyarakat antara lain dapat terbentuk melalui pemberitaan di media massa. Oleh karena itu, penelitian mengenai bagaimana peran media massa terhadap memberitaan museum penting untuk dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas dan kuantitas pemberitaan di media massa (surat kabar, televisi, dan internet) tentang museum. Adapun penelitian ini dilakukan dengan menganalisa pemberitaan media massa tentang Museum di Yogyakarta pada tahun dasar 2008-2009. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis isi (content analysis) dan diskusi kelompok terpumpun ( focus group discussion). Metode analisis isi adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Hasil yang diperoleh pemberitaan di media massa mengenai museum secara kuantitas dan kualitas masih tergolong rendah, jumlah pemberitaan dalam  satu  tahun  mengenai  museum  yang  dimuat  oleh  media  massa  tergolong  sedikit. 
摘要大众媒体对博物馆的报道还比较少。因此,作为受托保护自然和文化遗产的机构,博物馆的存在并不能带来好处。然而,博物馆是一个有趣的教育,研究和娱乐的地方。另一个被认为是游客对博物馆缺乏参与的原因是公众对博物馆的欣赏程度较低。对博物馆的欣赏可以通过大众媒介形成。因此,对大众传媒在博物馆报道中的作用进行研究就显得尤为重要。本研究的目的是确定大众媒体(报纸、电视和互联网)对博物馆报道的质量和数量。本研究是通过分析2008 - 2009年大众媒体对日惹博物馆的报道进行的。本研究使用的方法,即:内容分析法和焦点小组讨论(FGD)。内容分析法是对在大众传播媒介上发表的文章的信息内容进行深入探讨的研究。大众媒体对博物馆的报道在数量和质量上都取得了较低的成绩。大众媒体在一年内发布的博物馆报道数量相当少。【中文译文】【中文译文】【中文译文】【中文译文】【中文译文】【中文译文】【中文译文】【中文译文】【中文译文】【中文译文】【中文译文】【中文译文】【中文译文】【中文译文】【中文译文】【中文译文】【中文译文】【中文译文】【中文译文】【中文译文】【中文译文】【中文译文】杨江盖门贾迪潘耶巴布库朗柏柏利博物馆巴吉masyarakat adalah apresasiasmasyarakat杨仁达特哈德博物馆。在此基础上,研究人员提出了一种新的研究方法。Oleh karenitu, penelitian mengenai bagaimana peran media massa - hadap成员,一个博物馆pentuk dilakukan。图juan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas dan kuantitas pemberitaan di media massa (surat kabar, television, dan internet) tentang博物馆。日惹博物馆,日惹博物馆,日惹博物馆,2008-2009。Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode analysis isi(内容分析)dan diskusi kelompok terpumpun(焦点小组讨论)。metotoanalysis is adalah penelitian yang bersifat penbahasan mendalam terhadap is suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa。Hasil yang diperoleh pemberitaan di media mengenai museum secara kuantitas dan kualitas masih tergolong rendah, jumlah pemberitaan dalam satu tahun mengenai museum yang dimuat oleh media massa tergolong sedikit.Â
{"title":"APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP MUSEUM: PERAN MEDIA MASSA TERHADAP PEMBERITAAN MUSEUM DI YOGYAKARTA","authors":"Irna Trilestari, Ratna Nurhajarini","doi":"10.24832/JK.V12I1.164","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/JK.V12I1.164","url":null,"abstract":"AbstractReporting about muesum in mass media is still less. So, the existence of museum has not been able to give benefits as an institution that entrusted for preservation of nature and culture heritage. Whereas, museum as a place for fun education, research, and recreational. Another issue that is considered to be a reason of lack of museum involvement for visitors is low public appreciation for museum. The appreciation for museum can be formed through mass media. Therefore, it is important for us to make a research to know the role of mass media for museum reporting. The purpose of this study was to determine quality and quantity of museum reporting in mass media (newspapers, television, and internet). The study was conducted by analyzing mass media reporting about museum in Yogyakarta, in 2008 - 2009. Method that is used in this study, i.e.: content analysis method and focus group discussions (FGD). Content analysis method is a research that is in-depth discussion for contents of information in articles that were printed in a mass media. The results that are obtained in mass media about museum reporting in quantity and quality is still low. The number of museum reporting within a year that are published by mass media is fairly low. AbstrakPemberitaan museum di media massa masih kurang sehingga keberadaan museum belum mampu dirasakan manfaat kehadirannya sebagai lembaga yang melaksanakan tugas pelestarian warisan alam dan budaya yang merupakan sebagai tempat pendidikan, penelitian dan rekreasi yang menyenangkan. Permasalahan lain yang dianggap menjadi penyebab kurang berperannya museum bagi masyarakat adalah apresiasi masyarakat yang rendah terhadap museum. Apresiasi masyarakat antara lain dapat terbentuk melalui pemberitaan di media massa. Oleh karena itu, penelitian mengenai bagaimana peran media massa terhadap memberitaan museum penting untuk dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas dan kuantitas pemberitaan di media massa (surat kabar, televisi, dan internet) tentang museum. Adapun penelitian ini dilakukan dengan menganalisa pemberitaan media massa tentang Museum di Yogyakarta pada tahun dasar 2008-2009. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis isi (content analysis) dan diskusi kelompok terpumpun ( focus group discussion). Metode analisis isi adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Hasil yang diperoleh pemberitaan di media massa mengenai museum secara kuantitas dan kualitas masih tergolong rendah, jumlah pemberitaan dalam  satu  tahun  mengenai  museum  yang  dimuat  oleh  media  massa  tergolong  sedikit. ","PeriodicalId":31479,"journal":{"name":"IBDA Jurnal Kebudayaan Islam","volume":"5 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90646353","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
POTRET KONTEMPORER “JAWA YANG LAIN”: DESKRIPSI KEBUDAYAAN MINUMAN BERALKOHOL DI JAWA TENGAH PASCA-REFORMASI 布拉克的爪哇当代肖像a€œ€:文化在爪哇岛中部PASCA-REFORMASI酒精饮料的描述
Pub Date : 2018-11-16 DOI: 10.24832/JK.V12I1.163
I. Nugraha
AbstakKebudayaan Jawa secara popular senantiasa terdeskripsikan dalam nuansa romantis. Deskripsi popular dapat terlihat pada pengimajinasian budaya Jawa selalu termanifestasikan dalam rupanya yang ideal. Pengamatan mengenai minuman beralkohol di Jawa Tengah menunjukkan pertentangan dalam pandangan wacana Kebudayaan Jawa secara popular, terutama ketika memperbandingkan keberadaan minuman beralkohol dengan manifestasi budaya Jawa yang dianggap ideal. Temuan etnografis menunjukkan ciu dan lapen sebagai minuman beralkohol lokal tidak terujuk sebagai representasi ideal, akan tetapi peminumnya memandangnya sebagai salah satu manifestasi budaya Jawa. Permasalahan mengemuka ketika acara tradisional seperti jagongan (seremoni sosial yang hadir saat ritus kehidupan) yang berfungsi untuk mewadahi terjadinya praktik konsumsi minuman beralkohol melenyap. Peminum minuman beralkhol lokal yang umumnya dirujuk sebagai kelompok abangan kini tidak dapat mengonsumsinya secara terbuka akibat berkembangnya gerakan Islam. Temuan dalam tulisan ini tidak sekadar mempertegas pembedaan konsepsi manifestasi budaya yang ideal dalam wacana kebudayaan Jawa secara popular, namun juga mengamati timbulnya ketegangan antara gerakan revitalisasi adat serta gerakan Islam di Jawa Tengah sebagai bagian dari proses demokratisasi di Indonesia. Kajian mengenai budaya dan konsumsi minuman beralkohol sekiranya dapat menggambarkan dinamika yang terjadi pada masyarakat Jawa kontemporer.AbstracThe Javanese culture has been described in the popular discourse as having a romantic sense. Javanese cultural manifestation is imagined to always have an ideal form. My observation presents a paradox when I examine the disctinction between Javanese alcoholic drinks and another cultural manifestation that are perceived as an ideal. In my short ethnographic finding, I found out ciu and lapen as local alcoholic beverages are not considered as an ideal representation of Javanese cultural manifestation. The problem emerges when the traditional ceremony like jagongan (a form of social ceremony in rites of passage) that functions as a drinking haven in the past was faded. The drinker who is generally associated with abangan cannot publicly consume the local alcoholic beverages because the presence of Islam movement. I argue that my finding is not only to show the disctinction of cultural manifestation in the Java popular cultural discourse, but also to capture the tension between the revitalization of adat (customary law) and Islamic movement in Java which are part of the process of democratization in Indonesia. The study on alcohol drinking culture and practice could picture the dynamic of contemporary Java society. 
爪哇文化的普遍特点是浪漫主义。在爪哇文化的想象中,大众的描述总是表现在理想的外表上。爪哇中部对酒精饮料的观察与爪哇文化中普遍存在的观点相矛盾,尤其是在将酒精饮料的存在与爪哇文化理想的表现进行比较时。民族志的发现表明,ciu和lapen是当地的酒精饮料,不是理想的表现,而是酒精饮料,它将其视为爪哇文化的一种表现。传统的成人仪式,如成人仪式的社交礼仪,有助于消除酒精饮料的习惯,引发了问题。由于伊斯兰运动的发展,当地的贝纳尔饮料饮酒者现在无法公开食用。这篇文章的发现不仅证实了爪哇文化中普遍存在的理想文化表现的概念差异,而且也观察到爪哇文化复兴运动和伊斯兰运动在印尼民主化进程中的紧张关系。对文化和酒精饮料消费的研究,以说明当代爪哇社会的动态。日本文化的摘要一直在描述一种浪漫的感觉。日本文化宣言是幻想的,总是有理想的形式。当我排除了日本酒精饮料和其他文化饮料之间的差异时,我的观察呈现了一个悖论。在我所知的最不确定的情况下,我发现ciu和lapen并不是当地草药文化宣言的理想代表。当传统的仪式像拱门一样的拱形出现时,问题就出现了。由于伊斯兰运动的存在,饮用者通常与无法出版的毒品有关。我argue that找到disctinction》不仅是展示文化manifestation Java流行文化中的语篇,但也要捕获revitalization》之间的张力(customary law)的习俗和伊斯兰运动在Java,这是《democratization在印尼的过程的一部分。酒精饮料和实践的研究可以描绘当代爪哇社会的动态
{"title":"POTRET KONTEMPORER “JAWA YANG LAIN”: DESKRIPSI KEBUDAYAAN MINUMAN BERALKOHOL DI JAWA TENGAH PASCA-REFORMASI","authors":"I. Nugraha","doi":"10.24832/JK.V12I1.163","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/JK.V12I1.163","url":null,"abstract":"AbstakKebudayaan Jawa secara popular senantiasa terdeskripsikan dalam nuansa romantis. Deskripsi popular dapat terlihat pada pengimajinasian budaya Jawa selalu termanifestasikan dalam rupanya yang ideal. Pengamatan mengenai minuman beralkohol di Jawa Tengah menunjukkan pertentangan dalam pandangan wacana Kebudayaan Jawa secara popular, terutama ketika memperbandingkan keberadaan minuman beralkohol dengan manifestasi budaya Jawa yang dianggap ideal. Temuan etnografis menunjukkan ciu dan lapen sebagai minuman beralkohol lokal tidak terujuk sebagai representasi ideal, akan tetapi peminumnya memandangnya sebagai salah satu manifestasi budaya Jawa. Permasalahan mengemuka ketika acara tradisional seperti jagongan (seremoni sosial yang hadir saat ritus kehidupan) yang berfungsi untuk mewadahi terjadinya praktik konsumsi minuman beralkohol melenyap. Peminum minuman beralkhol lokal yang umumnya dirujuk sebagai kelompok abangan kini tidak dapat mengonsumsinya secara terbuka akibat berkembangnya gerakan Islam. Temuan dalam tulisan ini tidak sekadar mempertegas pembedaan konsepsi manifestasi budaya yang ideal dalam wacana kebudayaan Jawa secara popular, namun juga mengamati timbulnya ketegangan antara gerakan revitalisasi adat serta gerakan Islam di Jawa Tengah sebagai bagian dari proses demokratisasi di Indonesia. Kajian mengenai budaya dan konsumsi minuman beralkohol sekiranya dapat menggambarkan dinamika yang terjadi pada masyarakat Jawa kontemporer.AbstracThe Javanese culture has been described in the popular discourse as having a romantic sense. Javanese cultural manifestation is imagined to always have an ideal form. My observation presents a paradox when I examine the disctinction between Javanese alcoholic drinks and another cultural manifestation that are perceived as an ideal. In my short ethnographic finding, I found out ciu and lapen as local alcoholic beverages are not considered as an ideal representation of Javanese cultural manifestation. The problem emerges when the traditional ceremony like jagongan (a form of social ceremony in rites of passage) that functions as a drinking haven in the past was faded. The drinker who is generally associated with abangan cannot publicly consume the local alcoholic beverages because the presence of Islam movement. I argue that my finding is not only to show the disctinction of cultural manifestation in the Java popular cultural discourse, but also to capture the tension between the revitalization of adat (customary law) and Islamic movement in Java which are part of the process of democratization in Indonesia. The study on alcohol drinking culture and practice could picture the dynamic of contemporary Java society. ","PeriodicalId":31479,"journal":{"name":"IBDA Jurnal Kebudayaan Islam","volume":"2 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80280996","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
期刊
IBDA Jurnal Kebudayaan Islam
全部 Acc. Chem. Res. ACS Applied Bio Materials ACS Appl. Electron. Mater. ACS Appl. Energy Mater. ACS Appl. Mater. Interfaces ACS Appl. Nano Mater. ACS Appl. Polym. Mater. ACS BIOMATER-SCI ENG ACS Catal. ACS Cent. Sci. ACS Chem. Biol. ACS Chemical Health & Safety ACS Chem. Neurosci. ACS Comb. Sci. ACS Earth Space Chem. ACS Energy Lett. ACS Infect. Dis. ACS Macro Lett. ACS Mater. Lett. ACS Med. Chem. Lett. ACS Nano ACS Omega ACS Photonics ACS Sens. ACS Sustainable Chem. Eng. ACS Synth. Biol. Anal. Chem. BIOCHEMISTRY-US Bioconjugate Chem. BIOMACROMOLECULES Chem. Res. Toxicol. Chem. Rev. Chem. Mater. CRYST GROWTH DES ENERG FUEL Environ. Sci. Technol. Environ. Sci. Technol. Lett. Eur. J. Inorg. Chem. IND ENG CHEM RES Inorg. Chem. J. Agric. Food. Chem. J. Chem. Eng. Data J. Chem. Educ. J. Chem. Inf. Model. J. Chem. Theory Comput. J. Med. Chem. J. Nat. Prod. J PROTEOME RES J. Am. Chem. Soc. LANGMUIR MACROMOLECULES Mol. Pharmaceutics Nano Lett. Org. Lett. ORG PROCESS RES DEV ORGANOMETALLICS J. Org. Chem. J. Phys. Chem. J. Phys. Chem. A J. Phys. Chem. B J. Phys. Chem. C J. Phys. Chem. Lett. Analyst Anal. Methods Biomater. Sci. Catal. Sci. Technol. Chem. Commun. Chem. Soc. Rev. CHEM EDUC RES PRACT CRYSTENGCOMM Dalton Trans. Energy Environ. Sci. ENVIRON SCI-NANO ENVIRON SCI-PROC IMP ENVIRON SCI-WAT RES Faraday Discuss. Food Funct. Green Chem. Inorg. Chem. Front. Integr. Biol. J. Anal. At. Spectrom. J. Mater. Chem. A J. Mater. Chem. B J. Mater. Chem. C Lab Chip Mater. Chem. Front. Mater. Horiz. MEDCHEMCOMM Metallomics Mol. Biosyst. Mol. Syst. Des. Eng. Nanoscale Nanoscale Horiz. Nat. Prod. Rep. New J. Chem. Org. Biomol. Chem. Org. Chem. Front. PHOTOCH PHOTOBIO SCI PCCP Polym. Chem.
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1