Muhammad Ilham Royyan Nafi', Ikbar Pratama, Brian Karno Chairul, Emmanuel Wisnu Galih Kuntjoro, Adelia Fransiska, A. Paramita, Rifda Tarimi Octavia, Lintang Arum Cindravani, Angghia Calvina Izumi, Annisa Dayu Syifa Ramadhani, Yuni Priyandani
Pandemi COVID-19 telah mengubah semua sektor kehidupan termasuk pada sektor pendidikan yaitu perubahan metode pembelajaran menjadi daring. Pembelajaran daring mengharuskan mahasiswa berhadapan dengan gawai yang memancarkan sinar biru. Sinar biru diketahui berbahaya bagi kulit dan harus dilakukan perlindungan dengan mineral sunscreen. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan mahasiswa mengenai penggunaan tabir surya dalam mengatasi dampak sinar biru gawai. Studi ini bersifat cross-sectional dengan analisis kuantitatif menggunakan kuesioner yang disebarkan secara online dengan teknik pengambilan sampel accidental sampling. Kuesioner disebarkan melalui ruang chat media sosial. Dari 106 responden, 76% responden memiliki pengetahuan baik, 59% responden memiliki sikap baik dan 72% memiliki tindakan baik. Masih ada beberapa pertanyaan yang belum dijawab benar. Dari analisis hubungan pengetahuan dan tindakan didapatkan nilai p > 0,05 yang menunjukkan bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh responden tidak ada korelasi dengan tindakannya. Responden memiliki tingkat pengetahuan, sikap, tindakan yang baik dalam pemakaian tabir surya saat menggunakan gawai selama pembelajaran daring.
{"title":"Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Mahasiswa dalam Pemakaian Tabir Surya saat Menggunakan Gawai selama Pembelajaran Daring","authors":"Muhammad Ilham Royyan Nafi', Ikbar Pratama, Brian Karno Chairul, Emmanuel Wisnu Galih Kuntjoro, Adelia Fransiska, A. Paramita, Rifda Tarimi Octavia, Lintang Arum Cindravani, Angghia Calvina Izumi, Annisa Dayu Syifa Ramadhani, Yuni Priyandani","doi":"10.20473/jfk.v9i1.24112","DOIUrl":"https://doi.org/10.20473/jfk.v9i1.24112","url":null,"abstract":"Pandemi COVID-19 telah mengubah semua sektor kehidupan termasuk pada sektor pendidikan yaitu perubahan metode pembelajaran menjadi daring. Pembelajaran daring mengharuskan mahasiswa berhadapan dengan gawai yang memancarkan sinar biru. Sinar biru diketahui berbahaya bagi kulit dan harus dilakukan perlindungan dengan mineral sunscreen. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan mahasiswa mengenai penggunaan tabir surya dalam mengatasi dampak sinar biru gawai. Studi ini bersifat cross-sectional dengan analisis kuantitatif menggunakan kuesioner yang disebarkan secara online dengan teknik pengambilan sampel accidental sampling. Kuesioner disebarkan melalui ruang chat media sosial. Dari 106 responden, 76% responden memiliki pengetahuan baik, 59% responden memiliki sikap baik dan 72% memiliki tindakan baik. Masih ada beberapa pertanyaan yang belum dijawab benar. Dari analisis hubungan pengetahuan dan tindakan didapatkan nilai p > 0,05 yang menunjukkan bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh responden tidak ada korelasi dengan tindakannya. Responden memiliki tingkat pengetahuan, sikap, tindakan yang baik dalam pemakaian tabir surya saat menggunakan gawai selama pembelajaran daring.","PeriodicalId":31942,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas","volume":"97 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"85745318","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Mohammad Gerry Oxa, Nathania hendrata Prasanti, Adristy ratna Kusumo, Ibanah Izzah, A. Azizah, Dini fanisya Purnama, S. Fadhilah, Ratna dwi Ningtyas, Wanda rizqi Amaliah, Putu karina Tantri, Hamidah izzatul Hikmah, Ana Yuda
Merokok merupakan kebiasaan buruk yang menjadi masalah kesehatan masyarakat yang berujung pada kematian dini. Selain itu, merokok sangat erat kaitannya dengan berbagai penyakit neurologis, kardiovaskular, dan paru. Perilaku merokok dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pengetahuan, sikap, dan lingkungan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan perilaku merokok pada anak di bawah umur di Indonesia. Responden dipilih berdasarkan kriteria inklusi yaitu anak usia 13-17 tahun, perokok aktif baik rokok tembakau maupun rokok elektrik, masih merokok sampai dilakukan pendataan, dan berdomisili di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional dengan menggunakan kuesioner online terstruktur yang telah divalidasi. Hasil responden selanjutnya dianalisis untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, dan praktik menggunakan analisis korelasi Spearman. Terdapat 90 responden pada penelitian ini. Mayoritas responden berusia 17 tahun (55,56%) dan berjenis kelamin laki-laki (77,78%). Rentang usia termuda responden mulai merokok adalah 5-10 tahun (10%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara masing-masing variabel pengetahuan, sikap, dan perilaku merokok. Edukasi terkait bahaya merokok harus terus dilanjutkan, terlebih pada perokok di bawah umur.
{"title":"Identifikasi Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Merokok pada Anak di Bawah Umur di Indonesia","authors":"Mohammad Gerry Oxa, Nathania hendrata Prasanti, Adristy ratna Kusumo, Ibanah Izzah, A. Azizah, Dini fanisya Purnama, S. Fadhilah, Ratna dwi Ningtyas, Wanda rizqi Amaliah, Putu karina Tantri, Hamidah izzatul Hikmah, Ana Yuda","doi":"10.20473/jfk.v9i1.24143","DOIUrl":"https://doi.org/10.20473/jfk.v9i1.24143","url":null,"abstract":"Merokok merupakan kebiasaan buruk yang menjadi masalah kesehatan masyarakat yang berujung pada kematian dini. Selain itu, merokok sangat erat kaitannya dengan berbagai penyakit neurologis, kardiovaskular, dan paru. Perilaku merokok dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pengetahuan, sikap, dan lingkungan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan perilaku merokok pada anak di bawah umur di Indonesia. Responden dipilih berdasarkan kriteria inklusi yaitu anak usia 13-17 tahun, perokok aktif baik rokok tembakau maupun rokok elektrik, masih merokok sampai dilakukan pendataan, dan berdomisili di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional dengan menggunakan kuesioner online terstruktur yang telah divalidasi. Hasil responden selanjutnya dianalisis untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, dan praktik menggunakan analisis korelasi Spearman. Terdapat 90 responden pada penelitian ini. Mayoritas responden berusia 17 tahun (55,56%) dan berjenis kelamin laki-laki (77,78%). Rentang usia termuda responden mulai merokok adalah 5-10 tahun (10%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara masing-masing variabel pengetahuan, sikap, dan perilaku merokok. Edukasi terkait bahaya merokok harus terus dilanjutkan, terlebih pada perokok di bawah umur.","PeriodicalId":31942,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas","volume":"80 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78423175","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Diperlukan pengetahuan yang baik agar penggunaan vitamin dan multivitamin sebagai salah satu upaya untuk mencegah penularan COVID-19 dapat mendapatkan manfaat dan meminimalkan adanya resiko efek samping. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan multivitamin pada masa pandemi COVID-19. Penelitian dilakukan secara deskriptif cross-sectional dengan teknik pengambilan sampel accidental sampling di kecamatan Driyorejo, Gresik. Pada penelitian ini didapatkan sebanyak 74 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi. Penelitian ini didominasi oleh usia 18-24 tahun (85,14%). Vitamin C merupakan vitamin yang paling banyak digunakan oleh responden di masa pandemi COVID-19 (50%). Dari penelitian ini juga diketahui bahwa sebanyak 27,03% responden mendapatkan sumber informasi tentang penggunaan multivitamin/vitamin dengan tepat yaitu pada Apotek/AA/Apoteker. Serta sebanyak (81,08%) responden memperoleh multivitamin/vitamin dengan tepat yaitu di Apotek. Tingkat pengetahuan masyarakat di kecamatan Driyorejo terhadap penggunaan multivitamin pada masa pandemi COVID-19 dikategorikan menjadi tiga yaitu tingkat pengetahuan baik (60,81%), cukup (33,78%), dan kurang (5,41%). Pengujian hubungan antara penggunaan` multivitamin/vitamin dengan tingkat pengetahuan menunjukkan tidak terdapat hubungan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penggunaanmultivitamin/vitamin di kecamatan Driyorejo mayoritas termasuk dalam kategori baik.
{"title":"Hubungan Pengetahuan Masyarakat terhadap Penggunaan Multivitamin pada Pandemi COVID-19 di Kecamatan Driyorejo","authors":"Indah Pratiwi Aryani, Angelica Kresnamurti, Yunita Nita","doi":"10.20473/jfk.v9i1.31935","DOIUrl":"https://doi.org/10.20473/jfk.v9i1.31935","url":null,"abstract":"Diperlukan pengetahuan yang baik agar penggunaan vitamin dan multivitamin sebagai salah satu upaya untuk mencegah penularan COVID-19 dapat mendapatkan manfaat dan meminimalkan adanya resiko efek samping. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan multivitamin pada masa pandemi COVID-19. Penelitian dilakukan secara deskriptif cross-sectional dengan teknik pengambilan sampel accidental sampling di kecamatan Driyorejo, Gresik. Pada penelitian ini didapatkan sebanyak 74 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi. Penelitian ini didominasi oleh usia 18-24 tahun (85,14%). Vitamin C merupakan vitamin yang paling banyak digunakan oleh responden di masa pandemi COVID-19 (50%). Dari penelitian ini juga diketahui bahwa sebanyak 27,03% responden mendapatkan sumber informasi tentang penggunaan multivitamin/vitamin dengan tepat yaitu pada Apotek/AA/Apoteker. Serta sebanyak (81,08%) responden memperoleh multivitamin/vitamin dengan tepat yaitu di Apotek. Tingkat pengetahuan masyarakat di kecamatan Driyorejo terhadap penggunaan multivitamin pada masa pandemi COVID-19 dikategorikan menjadi tiga yaitu tingkat pengetahuan baik (60,81%), cukup (33,78%), dan kurang (5,41%). Pengujian hubungan antara penggunaan` multivitamin/vitamin dengan tingkat pengetahuan menunjukkan tidak terdapat hubungan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penggunaanmultivitamin/vitamin di kecamatan Driyorejo mayoritas termasuk dalam kategori baik.","PeriodicalId":31942,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87547153","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sejak pandemi COVID-19, personal care product seperti masker dan hand sanitizer menjadi produk yang banyak dicari dan dibutuhkan generasi milenial. Masker digunakan untuk mencegah transmisi virus melalui droplet dari orang yang terinfeksi. Pencegahan penularan COVID-19 lebih efektif jika diiringi kebiasaan mencuci tangan dengan sabun. Namun penggunaannya kurang praktis ketika berpergian, sehingga hand sanitizer dipilih sebagai alternatif. Berdasarkan survei sosial demografi, generasi milenial cenderung lebih tidak taat dalam berperilaku menggunakan masker dan hand sanitizer dibandingkan kelompok usia lain karena mereka menganggap lebih tahan terhadap COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan perilaku penggunaan masker dan hand sanitizer pada generasi milenial. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional. Pengambilan sampel dilakukan secara accidental sampling dengan kriteria inklusi laki-laki/perempuan berusia 16-30 tahun, bukan mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, dan berdomisili di Jawa Timur. Penelitian dilakukan menggunakan kuesioner yang disebarkan secara daring melalui google form. Berdasarkan hasil penelitian pada 128 responden didapatkan bahwa responden memiliki pengetahuan yang baik terkait masker dan hand sanitizer namun sikap dan perilakunya masih kurang terutama dalam penggunaan hand sanitizer yang benar. Perlu dilakukan promosi kesehatan mengenai pentingnya menggunakan hand sanitizer dan masker dengan benar untuk memperbaiki sikap dan perilaku dalam mencegah penyebaran COVID-19.
{"title":"Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Penggunaan Masker dan Hand Sanitizer saat Pandemi COVID-19 pada Generasi Milenial di Jawa Timur","authors":"Afifatul Qur'ana, Ais Amalia Tsani, Ardian Lestari Judoko, Filzah Firzanah Ramadhanti, H. Suryani, Maulidany Rifkha D.A, Nanda Intan Aulia, Qory Hanifa, Rina Dwi Anggraina, Salsabila Salsabila, W. Utami","doi":"10.20473/jfk.v9i1.24117","DOIUrl":"https://doi.org/10.20473/jfk.v9i1.24117","url":null,"abstract":"Sejak pandemi COVID-19, personal care product seperti masker dan hand sanitizer menjadi produk yang banyak dicari dan dibutuhkan generasi milenial. Masker digunakan untuk mencegah transmisi virus melalui droplet dari orang yang terinfeksi. Pencegahan penularan COVID-19 lebih efektif jika diiringi kebiasaan mencuci tangan dengan sabun. Namun penggunaannya kurang praktis ketika berpergian, sehingga hand sanitizer dipilih sebagai alternatif. Berdasarkan survei sosial demografi, generasi milenial cenderung lebih tidak taat dalam berperilaku menggunakan masker dan hand sanitizer dibandingkan kelompok usia lain karena mereka menganggap lebih tahan terhadap COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan perilaku penggunaan masker dan hand sanitizer pada generasi milenial. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional. Pengambilan sampel dilakukan secara accidental sampling dengan kriteria inklusi laki-laki/perempuan berusia 16-30 tahun, bukan mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, dan berdomisili di Jawa Timur. Penelitian dilakukan menggunakan kuesioner yang disebarkan secara daring melalui google form. Berdasarkan hasil penelitian pada 128 responden didapatkan bahwa responden memiliki pengetahuan yang baik terkait masker dan hand sanitizer namun sikap dan perilakunya masih kurang terutama dalam penggunaan hand sanitizer yang benar. Perlu dilakukan promosi kesehatan mengenai pentingnya menggunakan hand sanitizer dan masker dengan benar untuk memperbaiki sikap dan perilaku dalam mencegah penyebaran COVID-19.","PeriodicalId":31942,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas","volume":"12 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82161879","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Swamedikasi merupakan upaya pengobatan sendiri tanpa resep dokter. Antipiretik menempati posisi pertama sebagai obat yang paling banyak dibeli dalam pelaksanaan swamedikasi. Swamedikasi juga banyak dilakukan oleh mahasiswa. Namun, kesalahan dalam swamedikasi masih banyak ditemukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang penggunaan dan praktik pemilihan obat antipiretik secara swamedikasi oleh mahasiswa non- kesehatan Universitas Airlangga. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan cross-sectional dengan cara survei. Responden dipilih menggunakan metode purposive sampling. Instrumen pengambilan data adalah kuesioner yang disebarkan secara online melalui google form. Survei diikuti oleh 111 responden yang merupakan mahasiswa non-kesehatan Universitas Airlangga yang pernah melakukan swamedikasi obat antipiretik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 13 (11,71%) responden memiliki pengetahuan rendah, 74 (66,67%) memiliki pengetahuan sedang, dan 24 (21,62%) memiliki pengetahuan tinggi tentang penggunaan obat antipiretik secara swamedikasi. Mayoritas pengetahuan mahasiswa non-kesehatan Universitas Airlangga tentang penggunaan obat antipiretik secara swamedikasi masuk dalam kategori sedang. Pengetahuan penggunaan dan praktik yang benar dalam pemilihan obat antipiretik secara swamedikasi perlu ditingkatkan agar terwujud keberhasilan dalam pengobatan.
swamedision是一种没有处方的自我治疗努力。抗毒药物在代谢过程中被列为最广泛购买的药物。学生也很喜欢swamedics。然而,swamedikasi的错误仍在继续。本研究是为了了解Airlangga大学非健康专业学生对挑选抗疟药物的使用和实践的了解。本研究采用分段设计进行调查。受访者选择采用采样方法。数据检索工具是通过谷歌表格在网上分发的问卷。111名受访者是Airlangga大学(Airlangga university)的非健康学生,他们曾对一种抗疟药物进行过尸检。研究表明,多达13(11.71%)受访者拥有较低的知识,74(66.67%)拥有适度的知识,24(21.62%)对代谢抗抑郁药物的使用有很高的了解。Airlangga大学(university of Airlangga)非健康学生对服用抗皮雷药物的绝大多数知识属于中等水平。在选择抗生素时,正确使用和实践的知识需要提高,以便在治疗中取得成功。
{"title":"Pengetahuan Mahasiswa Non-Kesehatan tentang Penggunaan Obat Antipiretik secara Swamedikasi","authors":"Nursanti Arya Pratiwi, Aanisah Nabiilah, Ajeng Ambar Sari, Andyko Ismareka Putra, Cordellia Calista Amelia, Hana Sofiana Maghfira, Nada Aprilliya, Rizdamaya Lintang Herfadanti, Virnanda Syafira Hartatiningrum, Yunita Nita","doi":"10.20473/jfk.v9i1.24127","DOIUrl":"https://doi.org/10.20473/jfk.v9i1.24127","url":null,"abstract":"Swamedikasi merupakan upaya pengobatan sendiri tanpa resep dokter. Antipiretik menempati posisi pertama sebagai obat yang paling banyak dibeli dalam pelaksanaan swamedikasi. Swamedikasi juga banyak dilakukan oleh mahasiswa. Namun, kesalahan dalam swamedikasi masih banyak ditemukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang penggunaan dan praktik pemilihan obat antipiretik secara swamedikasi oleh mahasiswa non- kesehatan Universitas Airlangga. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan cross-sectional dengan cara survei. Responden dipilih menggunakan metode purposive sampling. Instrumen pengambilan data adalah kuesioner yang disebarkan secara online melalui google form. Survei diikuti oleh 111 responden yang merupakan mahasiswa non-kesehatan Universitas Airlangga yang pernah melakukan swamedikasi obat antipiretik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 13 (11,71%) responden memiliki pengetahuan rendah, 74 (66,67%) memiliki pengetahuan sedang, dan 24 (21,62%) memiliki pengetahuan tinggi tentang penggunaan obat antipiretik secara swamedikasi. Mayoritas pengetahuan mahasiswa non-kesehatan Universitas Airlangga tentang penggunaan obat antipiretik secara swamedikasi masuk dalam kategori sedang. Pengetahuan penggunaan dan praktik yang benar dalam pemilihan obat antipiretik secara swamedikasi perlu ditingkatkan agar terwujud keberhasilan dalam pengobatan.","PeriodicalId":31942,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas","volume":"144 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80347682","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
D. Lestari, Imamatin Nufus Melania, Yunita Eliyana, Erika Diah Savitri, Lu’lukul Ilma Nabila Insani, Muhammad Subekti, Noer Halimatus Sya’baniyah, Nurngaviatul Fadhilah, Latifa Nursyabania, Saidah Usman Balbeid, Anila Impian Sukorini
Permasalahan gigi dan mulut menjadi hal yang penting untuk diperhatikan. Selain menyebabkan rasa sakit dan ketidaknyamanan, masalah gigi dan mulut juga berdampak pada penampilan seseorang. Bau mulut merupakan salah satu dari masalah gigi dan mulut yang banyak diperhatikan oleh individu terutama pada usia remaja karena dapat menurunkan rasa percaya diri. Umumnya, masalah gigi dan mulut dapat dicegah dengan menggunakan mouthwash. Ditinjau dari segi khasiat maupun potensi efek samping yang ditimbulkan, mouthwash antiseptik herbal memiliki prospek yang lebih baik dibandingkan mouthwash beralkohol. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan dan penggunaan mouthwash herbal pada usia remaja (15-24 tahun). Adapun metode yang digunakan yaitu survei dengan metode sampling non-random dan analisis deskriptif. Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner yang disebarkan di Pulau Jawa-Madura. Diperoleh total 175 responden. Berdasarkan pengolahan data, hampir semua responden mengetahui manfaat mouthwash herbal (n=162; 93,1%). Dalam aspek penggunaan, sebagian responden kurang tepat dalam hal lama penggunaan mouthwash herbal (n=92; 52,6%). Oleh karena itu, berdasarkan hasil yang diperoleh dibutuhkan promosi kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan ketepatan penggunaan mouthwash antiseptik herbal sehingga diperoleh khasiat yang lebih optimal.
{"title":"Identifikasi Pengetahuan dan Penggunaan Mouthwash Antiseptik Herbal pada Remaja Usia 15-24 Tahun di Pulau Jawa-Madura","authors":"D. Lestari, Imamatin Nufus Melania, Yunita Eliyana, Erika Diah Savitri, Lu’lukul Ilma Nabila Insani, Muhammad Subekti, Noer Halimatus Sya’baniyah, Nurngaviatul Fadhilah, Latifa Nursyabania, Saidah Usman Balbeid, Anila Impian Sukorini","doi":"10.20473/jfk.v9i1.24164","DOIUrl":"https://doi.org/10.20473/jfk.v9i1.24164","url":null,"abstract":"Permasalahan gigi dan mulut menjadi hal yang penting untuk diperhatikan. Selain menyebabkan rasa sakit dan ketidaknyamanan, masalah gigi dan mulut juga berdampak pada penampilan seseorang. Bau mulut merupakan salah satu dari masalah gigi dan mulut yang banyak diperhatikan oleh individu terutama pada usia remaja karena dapat menurunkan rasa percaya diri. Umumnya, masalah gigi dan mulut dapat dicegah dengan menggunakan mouthwash. Ditinjau dari segi khasiat maupun potensi efek samping yang ditimbulkan, mouthwash antiseptik herbal memiliki prospek yang lebih baik dibandingkan mouthwash beralkohol. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan dan penggunaan mouthwash herbal pada usia remaja (15-24 tahun). Adapun metode yang digunakan yaitu survei dengan metode sampling non-random dan analisis deskriptif. Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner yang disebarkan di Pulau Jawa-Madura. Diperoleh total 175 responden. Berdasarkan pengolahan data, hampir semua responden mengetahui manfaat mouthwash herbal (n=162; 93,1%). Dalam aspek penggunaan, sebagian responden kurang tepat dalam hal lama penggunaan mouthwash herbal (n=92; 52,6%). Oleh karena itu, berdasarkan hasil yang diperoleh dibutuhkan promosi kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan ketepatan penggunaan mouthwash antiseptik herbal sehingga diperoleh khasiat yang lebih optimal.","PeriodicalId":31942,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas","volume":"11 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77260334","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-03-30DOI: 10.15294/komunitas.v14i1.30915
Nurman Antoni, Sayyidatul Fadlilah
Linguistic data often record cultural values and reflects the social dynamics of society based on cultural values. The purpose of this study is to analyze the discourse and speech of the Javanese Ngapak language which contains cultural values and the way that culture is constructed through discourse and speech language. The object of this study is discourse and the approach used is linguistic-sociological, or usually called sociolinguistics. The method used in this paper is a qualitative descriptive research method that produces descriptive data in the form of speech, writing, or observed behavior, using the listening and writing technique. The results of the study show that good culture, religious teachings, and a culture of sharing with others are found in the discourse and utterances of the Ngapak Javanese language. These cultures are constructed through the Ngapak Javanese language in a relaxed, serious, prayer and humorous atmosphere, showing the reality of the Ngapak-speaking community. This means that cultural values are found in discourse in the form of community conversations, texts and speech in various forms which are constructed through the Javanese Ngapak language to reflect reality.
{"title":"Ngapak Language as Discourses of Javanese Socio-Cultural Construct","authors":"Nurman Antoni, Sayyidatul Fadlilah","doi":"10.15294/komunitas.v14i1.30915","DOIUrl":"https://doi.org/10.15294/komunitas.v14i1.30915","url":null,"abstract":"Linguistic data often record cultural values and reflects the social dynamics of society based on cultural values. The purpose of this study is to analyze the discourse and speech of the Javanese Ngapak language which contains cultural values and the way that culture is constructed through discourse and speech language. The object of this study is discourse and the approach used is linguistic-sociological, or usually called sociolinguistics. The method used in this paper is a qualitative descriptive research method that produces descriptive data in the form of speech, writing, or observed behavior, using the listening and writing technique. The results of the study show that good culture, religious teachings, and a culture of sharing with others are found in the discourse and utterances of the Ngapak Javanese language. These cultures are constructed through the Ngapak Javanese language in a relaxed, serious, prayer and humorous atmosphere, showing the reality of the Ngapak-speaking community. This means that cultural values are found in discourse in the form of community conversations, texts and speech in various forms which are constructed through the Javanese Ngapak language to reflect reality.","PeriodicalId":31942,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas","volume":"172 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"76945650","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-03-30DOI: 10.15294/komunitas.v14i1.33642
Marista Christina Shally Kabelen, Rusfadia Saktiyanti Jahja
This study reviews aspect of the Covid-19 pandemic that is currently engulfing Indonesia and the application of a clean and healthy lifestyle which is believed to be able to suppress the spread of the Covid-19 virus. This study aims to determine the level of public knowledge regarding the spread of Covid-19, the level of change in the application of the Healthy Living Behaviors, whether there is a correlation between the two variables, and how the relationship with Talcott Parsons' sick role theory on existing relationships and changes. There have been several studies related to the relationship between the level of knowledge related to covid and behavior but very limited study that also analyzed the efforts to maintain the changes that have been made The research uses a quantitative method approach to test the existing hypotheses. The determination of the data sample was carried out by purposive sampling with the data population of Indonesian citizens resided in Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi city (Jabodetabek), with an education level of one family member at least S-1. The results of the study concluded that there was a significant positive relationship with the coefficient value in a sufficient range of relationships between the variables. The level of public knowledge about the spread of Covid-19 is at a fairly high level, (4.03 out of 5). The level of change in the implementation of PHBS is low-medium (2.28 out of 5). The community is depicted as consciously choosing to keep their distance and withdraw from social interaction as an effort to prevent Covid-19, meaning they choose to be in a sick role condition even though they are physically fine.
{"title":"Sick Role Condition: Correlation of Knowledge Level on Covid-19 Transmission and Increasing Healthy Living Behaviours Practice in the Family","authors":"Marista Christina Shally Kabelen, Rusfadia Saktiyanti Jahja","doi":"10.15294/komunitas.v14i1.33642","DOIUrl":"https://doi.org/10.15294/komunitas.v14i1.33642","url":null,"abstract":"This study reviews aspect of the Covid-19 pandemic that is currently engulfing Indonesia and the application of a clean and healthy lifestyle which is believed to be able to suppress the spread of the Covid-19 virus. This study aims to determine the level of public knowledge regarding the spread of Covid-19, the level of change in the application of the Healthy Living Behaviors, whether there is a correlation between the two variables, and how the relationship with Talcott Parsons' sick role theory on existing relationships and changes. There have been several studies related to the relationship between the level of knowledge related to covid and behavior but very limited study that also analyzed the efforts to maintain the changes that have been made The research uses a quantitative method approach to test the existing hypotheses. The determination of the data sample was carried out by purposive sampling with the data population of Indonesian citizens resided in Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi city (Jabodetabek), with an education level of one family member at least S-1. The results of the study concluded that there was a significant positive relationship with the coefficient value in a sufficient range of relationships between the variables. The level of public knowledge about the spread of Covid-19 is at a fairly high level, (4.03 out of 5). The level of change in the implementation of PHBS is low-medium (2.28 out of 5). The community is depicted as consciously choosing to keep their distance and withdraw from social interaction as an effort to prevent Covid-19, meaning they choose to be in a sick role condition even though they are physically fine.","PeriodicalId":31942,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas","volume":"78 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88129220","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-03-30DOI: 10.15294/komunitas.v14i1.36334
R. P. Bastari, I. Resmadi, Jiwa Utama
.Bali's creative economy in 2020 shows that 26.26% was dominated by music, 12.64% from performing arts, 8.29% from culinary, and 52.81% from other sub-sectors. By looking at the data, there are one sub-sector that is not quite as significant as the others and that is fashion. One subculture actor who is quite active in the local fashion industry is Pica, subdivided by Picamagz and Pica Fest. They are quite constant in holding subcultural events such as music shows and fashion festival. This proves that local fashion industry can give contribution and can also be supported by other industry. The purpose of this study is to analyze the social creative field of Picamagz and Pica Fest. The method used for this study is qualitative descriptive with the validation from interviews and observation. The result of this study shows that that the field of expression, production, dissemination and appreciation filled with active actors who holds their respective role.
{"title":"Pica Magz/Pica Fest: Creative Economy In Bali Subculture","authors":"R. P. Bastari, I. Resmadi, Jiwa Utama","doi":"10.15294/komunitas.v14i1.36334","DOIUrl":"https://doi.org/10.15294/komunitas.v14i1.36334","url":null,"abstract":".Bali's creative economy in 2020 shows that 26.26% was dominated by music, 12.64% from performing arts, 8.29% from culinary, and 52.81% from other sub-sectors. By looking at the data, there are one sub-sector that is not quite as significant as the others and that is fashion. One subculture actor who is quite active in the local fashion industry is Pica, subdivided by Picamagz and Pica Fest. They are quite constant in holding subcultural events such as music shows and fashion festival. This proves that local fashion industry can give contribution and can also be supported by other industry. The purpose of this study is to analyze the social creative field of Picamagz and Pica Fest. The method used for this study is qualitative descriptive with the validation from interviews and observation. The result of this study shows that that the field of expression, production, dissemination and appreciation filled with active actors who holds their respective role.","PeriodicalId":31942,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas","volume":"4 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90175299","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-03-30DOI: 10.15294/komunitas.v14i1.30337
Ferdinand Kerebungu, Siti Fathimah
The reclamation of the beach in Manado city developed as a functional area resulted in a change in the face of the city in coastal areas. As a large company and taking up public space, it must give social responsibility to the community who are deprived of their area of social activity. The purpose of this paper is to review whether CSR programs have been implemented by the developer to communities affected by coastal reclamation and whether socio-economic changes have occurred in the community after coastal reclamation. This study uses a qualitative approach with data collection techniques through observation, interview, and documentation studies. The research found that CSR programs have not been implemented by developers, and there are significant socioeconomic changes among the fishing families after the reclamation taking place in the village of South Wenang. There is a change in the source of livelihood from fishermen to the informal sector (among others food stalls, selling pulses, stalls, retail gasoline sales, parking lots, construction workers). But from the change of livelihood source to the informal sector, the life of the fishing family has not improved significantly.
{"title":"Corporate Social Responsibility (CSR) and Socio-Economic Change of Post-Reclamation Community in South Wenang Urban Village, Manado City","authors":"Ferdinand Kerebungu, Siti Fathimah","doi":"10.15294/komunitas.v14i1.30337","DOIUrl":"https://doi.org/10.15294/komunitas.v14i1.30337","url":null,"abstract":"The reclamation of the beach in Manado city developed as a functional area resulted in a change in the face of the city in coastal areas. As a large company and taking up public space, it must give social responsibility to the community who are deprived of their area of social activity. The purpose of this paper is to review whether CSR programs have been implemented by the developer to communities affected by coastal reclamation and whether socio-economic changes have occurred in the community after coastal reclamation. This study uses a qualitative approach with data collection techniques through observation, interview, and documentation studies. The research found that CSR programs have not been implemented by developers, and there are significant socioeconomic changes among the fishing families after the reclamation taking place in the village of South Wenang. There is a change in the source of livelihood from fishermen to the informal sector (among others food stalls, selling pulses, stalls, retail gasoline sales, parking lots, construction workers). But from the change of livelihood source to the informal sector, the life of the fishing family has not improved significantly.","PeriodicalId":31942,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas","volume":"44 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"91325221","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}