Pub Date : 2021-06-08DOI: 10.24815/JKS.V21I1.21272
Hijra Novia Suardi, S. Suryawati, Vera Dewi Mulia
Interaksi obat beresiko terjadi pada kelompok usia lanjut karena penggunaan jumlah obat yang banyak (polifarmasi). Resiko interaksi obat ini dapat meningkat karena perubahan anatomi dan fisiologi tubuh yang menyebabkan penurunan fungsi dari organ yang terlibat dalam proses absorpsi, metabolisme, distribusi dan ekskresi obat. Artikel ini memaparkan beberapa interaksi obat potensial akibat penggunaan lebih dari satu obat pada saat yang bersamaan. Interaksi obat tersebut meliput penggunaan warfarin, ACE-inhibitor dan Digoksin.
{"title":"Interaksi obat potensial pada pasien usia lanjut","authors":"Hijra Novia Suardi, S. Suryawati, Vera Dewi Mulia","doi":"10.24815/JKS.V21I1.21272","DOIUrl":"https://doi.org/10.24815/JKS.V21I1.21272","url":null,"abstract":"Interaksi obat beresiko terjadi pada kelompok usia lanjut karena penggunaan jumlah obat yang banyak (polifarmasi). Resiko interaksi obat ini dapat meningkat karena perubahan anatomi dan fisiologi tubuh yang menyebabkan penurunan fungsi dari organ yang terlibat dalam proses absorpsi, metabolisme, distribusi dan ekskresi obat. Artikel ini memaparkan beberapa interaksi obat potensial akibat penggunaan lebih dari satu obat pada saat yang bersamaan. Interaksi obat tersebut meliput penggunaan warfarin, ACE-inhibitor dan Digoksin.","PeriodicalId":32458,"journal":{"name":"JKS Jurnal Kedokteran Syiah Kuala","volume":"115 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"73402506","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-04-15DOI: 10.24815/JKS.V21I1.20725
M. Rahayu, Yuziani Yuziani, Cut Sidrah Nadira
Abstrak. Monosodium glutamat (MSG) diketahui mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi kesehatan jika dikonsumsi secara berlebihan. Pemberian MSG dalam dosis tertentu dapat menyebabkan stres oksidatif yang berujung pada kerusakan seluler. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian MSG peroral terhadap gambaran histopatologis jantung pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur wistar. Penelitian ini merupakan true experimental laboratory dengan rancangan Post test control group design dengan sampel tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur wistar yang dibagi dalam 4 kelompok. Sampel diberi larutan MSG dengan 3 dosis berbeda selama 21 hari. Organ jantung kemudian diambil, ditimbang dan dibuatkan preparat histologi dengan pewarnaan Hematoxilin-Eosin. Data persentase nekrosis sel dianalisis menggunakan uji Kruskal-Wallis dan dilanjutkan dengan Mann-Whitney Post-Hoc Test. Hasil penelitian menunjukkan rerata persentase kerusakan histologi jantung pada masing-masing kelompok K, P1, P2 dan P3 berturut-turut sebesar 10,27%, 15.93%, 23,91 % dan 27,68 %, dengan p value 0,000 untuk uji Kruskal Wallis dan p value 0,004 untuk Mann Whitney baik antara kelompok kontrol dengan kelompok P1, P2, maupun P3. Kesimpulan: pemberian MSG peroral pada ketiga kelompok perlakuan secara bermakna mempengaruhi tingkat kerusakan histologi jantung tikus putih (Rattus novegicus) jantan galur wistar. Kata kunci: Monosodium glutamat, stres oksidatif, berat jantung, histopatologi jantung, nekrosis jantung Abstract. Monosodium glutamate (MSG) is known to have a considerable effect on health if excessively consumed. Administering MSG in certain doses can cause oxidative stress which leads to cellular damage. This study aims to determine the MSG oral administration effect on the histopathological features of male white rats (Rattus norvegicus) Wistar strain’s heart. This research is a true experimental laboratory with a post-test control group design. The samples were divided into 4 groups and given MSG solution with 3 different doses for 21 days. The heart organs were then harvested, weighed and processed into histological preparations by Hematoxylin-Eosin staining. The percentage of cell necrosis data were analyzed using the Kruskal-Wallis test and followed by the Mann-Whitney Post-Hoc Test. The result showed that mean percentage of heart histological damage in each group K, P1, P2 and P3 were 10.27%, 15.93%, 23.91% and 27.68% respectively, with a p value of 0.000 for the Kruskal Wallis test and p value. 0.004 for Mann Whitney both between the control group and the P1, P2, and P3 groups. Conclusion: The administration of MSG orally to the three treatment groups of male white rats (Rattus novegicus) Wistar strain significantly affected the histological damage level of the heart. Keywords: Monosodium glutamate, oxydative stress, heart weight, cardiac histopathology, cardiac necrosis
{"title":"Pengaruh pemberian Monosodium glutamat peroral terhadap gambaran histopatologi jantung pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Wistar","authors":"M. Rahayu, Yuziani Yuziani, Cut Sidrah Nadira","doi":"10.24815/JKS.V21I1.20725","DOIUrl":"https://doi.org/10.24815/JKS.V21I1.20725","url":null,"abstract":"Abstrak. Monosodium glutamat (MSG) diketahui mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi kesehatan jika dikonsumsi secara berlebihan. Pemberian MSG dalam dosis tertentu dapat menyebabkan stres oksidatif yang berujung pada kerusakan seluler. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian MSG peroral terhadap gambaran histopatologis jantung pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur wistar. Penelitian ini merupakan true experimental laboratory dengan rancangan Post test control group design dengan sampel tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur wistar yang dibagi dalam 4 kelompok. Sampel diberi larutan MSG dengan 3 dosis berbeda selama 21 hari. Organ jantung kemudian diambil, ditimbang dan dibuatkan preparat histologi dengan pewarnaan Hematoxilin-Eosin. Data persentase nekrosis sel dianalisis menggunakan uji Kruskal-Wallis dan dilanjutkan dengan Mann-Whitney Post-Hoc Test. Hasil penelitian menunjukkan rerata persentase kerusakan histologi jantung pada masing-masing kelompok K, P1, P2 dan P3 berturut-turut sebesar 10,27%, 15.93%, 23,91 % dan 27,68 %, dengan p value 0,000 untuk uji Kruskal Wallis dan p value 0,004 untuk Mann Whitney baik antara kelompok kontrol dengan kelompok P1, P2, maupun P3. Kesimpulan: pemberian MSG peroral pada ketiga kelompok perlakuan secara bermakna mempengaruhi tingkat kerusakan histologi jantung tikus putih (Rattus novegicus) jantan galur wistar. Kata kunci: Monosodium glutamat, stres oksidatif, berat jantung, histopatologi jantung, nekrosis jantung Abstract. Monosodium glutamate (MSG) is known to have a considerable effect on health if excessively consumed. Administering MSG in certain doses can cause oxidative stress which leads to cellular damage. This study aims to determine the MSG oral administration effect on the histopathological features of male white rats (Rattus norvegicus) Wistar strain’s heart. This research is a true experimental laboratory with a post-test control group design. The samples were divided into 4 groups and given MSG solution with 3 different doses for 21 days. The heart organs were then harvested, weighed and processed into histological preparations by Hematoxylin-Eosin staining. The percentage of cell necrosis data were analyzed using the Kruskal-Wallis test and followed by the Mann-Whitney Post-Hoc Test. The result showed that mean percentage of heart histological damage in each group K, P1, P2 and P3 were 10.27%, 15.93%, 23.91% and 27.68% respectively, with a p value of 0.000 for the Kruskal Wallis test and p value. 0.004 for Mann Whitney both between the control group and the P1, P2, and P3 groups. Conclusion: The administration of MSG orally to the three treatment groups of male white rats (Rattus novegicus) Wistar strain significantly affected the histological damage level of the heart. Keywords: Monosodium glutamate, oxydative stress, heart weight, cardiac histopathology, cardiac necrosis","PeriodicalId":32458,"journal":{"name":"JKS Jurnal Kedokteran Syiah Kuala","volume":"13 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84336951","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-04-13DOI: 10.24815/JKS.V21I1.19314
Teuku Husni T.R, Hari Pranoto
Abstrak. Abses merupakan hasil dari penumpukan pus dalam jaringan ditubuh yang membentuk sebuah rongga. Abses septum nasi masih umum di negara-negara berkembang, komorbid yang paling umum adalah diabetes melitus dan mereka harus diperlakukan dengan cara yang berbeda. Satu kasus abses septum nasi pada penderita DM tipe 2 dilaporkan pada seorang laki-laki berumur 46 tahun yang dilakukan insisi dan drainase abses, pemberian antibiotik kombinasi, dan pengontrolan kadar glukosa darah dengan diit dan obat-obatan.Penatalaksanaan yang komprehensif pada kasus ini memberikan hasil yang baik. Kata kunci : abses septum nasi, diabetes melitus, insisi drainase Abstract. Abscesses are the result of the accumulation of pus in the tissues in the body that form a cavity. Nasal septum abscesses are still common in developing countries, the most common comorbid is diabetic mellitus and they should be treated in different ways. One case of nasal septum abscess in type 2 diabetic mellitus patient in 46 years old man was reported, and has done incision and drainage of abscess, giving of combination antibiotic, and blood glucose control with diet or medicines. Comprehensive management of this case gave good results. Keyword : nasal septum abscess, diabetic mellitus, drainage incision
{"title":"Selulitis dorsum nasi akibat komplikasi abses septum nasi dengan komorbid diabetes melitus tipe⁴","authors":"Teuku Husni T.R, Hari Pranoto","doi":"10.24815/JKS.V21I1.19314","DOIUrl":"https://doi.org/10.24815/JKS.V21I1.19314","url":null,"abstract":"Abstrak. Abses merupakan hasil dari penumpukan pus dalam jaringan ditubuh yang membentuk sebuah rongga. Abses septum nasi masih umum di negara-negara berkembang, komorbid yang paling umum adalah diabetes melitus dan mereka harus diperlakukan dengan cara yang berbeda. Satu kasus abses septum nasi pada penderita DM tipe 2 dilaporkan pada seorang laki-laki berumur 46 tahun yang dilakukan insisi dan drainase abses, pemberian antibiotik kombinasi, dan pengontrolan kadar glukosa darah dengan diit dan obat-obatan.Penatalaksanaan yang komprehensif pada kasus ini memberikan hasil yang baik. Kata kunci : abses septum nasi, diabetes melitus, insisi drainase Abstract. Abscesses are the result of the accumulation of pus in the tissues in the body that form a cavity. Nasal septum abscesses are still common in developing countries, the most common comorbid is diabetic mellitus and they should be treated in different ways. One case of nasal septum abscess in type 2 diabetic mellitus patient in 46 years old man was reported, and has done incision and drainage of abscess, giving of combination antibiotic, and blood glucose control with diet or medicines. Comprehensive management of this case gave good results. Keyword : nasal septum abscess, diabetic mellitus, drainage incision","PeriodicalId":32458,"journal":{"name":"JKS Jurnal Kedokteran Syiah Kuala","volume":"349 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77635055","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak. Masalah gizi masih menjadi beban gizi ganda di beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia. Di Indonesia, prevalensi status gizi lebih dan obesitas mayoritas terjadi pada masyarakat berprofesi pegawai. Salah satu faktor penyebab masalah gizi adalah kebiasaan konsumsi makanan tidak sesuai pedoman gizi seimbang sehingga mempengaruhi produktvitas kerja para pegawai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebiasaan konsumsi makanan dengan status gizi pegawai sekretariat daerah Kabupaten Aceh Barat. Jenis penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel adalah total sampling dan jumlah responden sebanyak 85 pegawai. Pengambilan data dengan pengisian kuesioner SQ-FFQ untuk menilai kebiasaan konsumsi makanan, pengukur berat dan tinggi badan serta menghitung IMT untuk menilai status gizi. Hasil penelitian sebanyak 48 pegawai (56,9%) responden memiliki kebiasaan konsumsi makanan berlebih yang terdiri dari asupan energi 60%, asupan karbohidrat 61,2% dengan kategori baik, dan asupan protein 85,9%, lemak 58,8% dengan kategori lebih. Status gizi responden dominan gizi tidak normal sebanyak 75,3% dan gizi normal 24,7%. Hasil analisis korelasi spearman menunjukan bahwa tidak ada hubungan kebiasaan konsumsi makanan dengan status gizi pegawai sekretariat daerah Kabupaten Aceh Barat dengan p-value=0,116 (p0.05). Kesimpulan tidak ada hubungan kebiasaan konsumsi makanan dengan status gizi dapat disebabkan berbagai faktor yang berpengaruh pada status gizi seseorang.Kata kunci: Status Gizi, Kebiasaan Konsumsi Makanan, PegawaiAbstract. Nutritional problems are still a double burden of nutrition in some developing countries, include Indonesia. In Indonesia, prevelance of overweight and obesity is majority by people with the employee profession. One of which factors that cause nutritional problems is the habit of eating food that does not comply with the guidelines for balanced nutrition so that it affect the work productivity of employees. This study aims to determine the relationship between food consumption habits and nutritional status of the regional secretariat employees of West Aceh Regency. This is an analytic observational study with cross sectional design. The sampling technique is total sampling and number of respondents is 85 employees. The collection of data by filling out the SQ-FFQ questionnaire to assess food consumption habits, measuring weight and height and calculating BMI to assess nutritional status. The results showed as many as 48 employees56,9% of respondents had over food consumption habits which consisted of 60% energy intake, 61,2% carbohydrates intake with good categories and 85,9% protein intake, 58,8% fat intake with over categories. The nutritional status of the dominant respondents abnormal nutrition as much as 75.3% and normal nutrition of 24.7%. Data analysis using the spearman correlation test shows that there is no correlation between food consumption habits and nutritio
{"title":"Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan dengan Status Gizi Pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten Aceh Barat","authors":"Nirwana Lazuardi Sary, Siti Rahmawati, Yusni Yusni, Husnah Husnah, Saminan Saminan","doi":"10.24815/JKS.V21I1.19436","DOIUrl":"https://doi.org/10.24815/JKS.V21I1.19436","url":null,"abstract":"Abstrak. Masalah gizi masih menjadi beban gizi ganda di beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia. Di Indonesia, prevalensi status gizi lebih dan obesitas mayoritas terjadi pada masyarakat berprofesi pegawai. Salah satu faktor penyebab masalah gizi adalah kebiasaan konsumsi makanan tidak sesuai pedoman gizi seimbang sehingga mempengaruhi produktvitas kerja para pegawai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebiasaan konsumsi makanan dengan status gizi pegawai sekretariat daerah Kabupaten Aceh Barat. Jenis penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel adalah total sampling dan jumlah responden sebanyak 85 pegawai. Pengambilan data dengan pengisian kuesioner SQ-FFQ untuk menilai kebiasaan konsumsi makanan, pengukur berat dan tinggi badan serta menghitung IMT untuk menilai status gizi. Hasil penelitian sebanyak 48 pegawai (56,9%) responden memiliki kebiasaan konsumsi makanan berlebih yang terdiri dari asupan energi 60%, asupan karbohidrat 61,2% dengan kategori baik, dan asupan protein 85,9%, lemak 58,8% dengan kategori lebih. Status gizi responden dominan gizi tidak normal sebanyak 75,3% dan gizi normal 24,7%. Hasil analisis korelasi spearman menunjukan bahwa tidak ada hubungan kebiasaan konsumsi makanan dengan status gizi pegawai sekretariat daerah Kabupaten Aceh Barat dengan p-value=0,116 (p0.05). Kesimpulan tidak ada hubungan kebiasaan konsumsi makanan dengan status gizi dapat disebabkan berbagai faktor yang berpengaruh pada status gizi seseorang.Kata kunci: Status Gizi, Kebiasaan Konsumsi Makanan, PegawaiAbstract. Nutritional problems are still a double burden of nutrition in some developing countries, include Indonesia. In Indonesia, prevelance of overweight and obesity is majority by people with the employee profession. One of which factors that cause nutritional problems is the habit of eating food that does not comply with the guidelines for balanced nutrition so that it affect the work productivity of employees. This study aims to determine the relationship between food consumption habits and nutritional status of the regional secretariat employees of West Aceh Regency. This is an analytic observational study with cross sectional design. The sampling technique is total sampling and number of respondents is 85 employees. The collection of data by filling out the SQ-FFQ questionnaire to assess food consumption habits, measuring weight and height and calculating BMI to assess nutritional status. The results showed as many as 48 employees56,9% of respondents had over food consumption habits which consisted of 60% energy intake, 61,2% carbohydrates intake with good categories and 85,9% protein intake, 58,8% fat intake with over categories. The nutritional status of the dominant respondents abnormal nutrition as much as 75.3% and normal nutrition of 24.7%. Data analysis using the spearman correlation test shows that there is no correlation between food consumption habits and nutritio","PeriodicalId":32458,"journal":{"name":"JKS Jurnal Kedokteran Syiah Kuala","volume":"18 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80199298","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-04-13DOI: 10.24815/JKS.V21I1.19594
Rezania Razali, K. Kulsum, Zafrullah Khany Jasa, I. Indirayani, Maya Safira
Peningkatan angka sectio caesarea secara global telah menjadi topik yang paling sering diperdebatkan dalam asuhan maternitas. Sectio caesarea merupakan salah satu pelayanan kesehatan ibu yang menimbulkan berbagai kontroversi. Menurut WHO, angka sectio caesarea yang direkomendasikan berkisar antara 10-15%. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai profil pasien sectio caesarea di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh Tahun 2019. Metode penelitian ini berupa penelitian deskriptif menggunakan data retrospektif. Subjek penelitian ini ialah 330 pasien yang menjalani sectio caesarea pada tahun 2019. Pengambilan data dilakukan menggunakan teknik simple random sampling. Penelitian ini dimulai dari bulan Oktober hingga November 2020. Analisis yang digunakan ialah uji univariat untuk melihat profil pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase sectio caesarea tahun 2019 mencapai 65.3%, dengan angka terbanyak diperoleh pada kelompok tingkat pendidikan SMA/Sederajat sebanyak 154 responden (46.7%), pekerjaan pada kelompok ibu rumah tangga sebanyak 235 responden (71.2%), usia ibu pada kelompok 20-35 sebanyak 284 responden (75.2%), usia kehamilan pada kelompok aterm sebanyak 257 responden (77.9%), paritas pada kelompok multigravida sebanyak 213 responden (64.5%%), sectio caesarea dengan riwayat sectio caesarea sebelumnya sebanyak 88 responden (26.7%), perencanaan tindakan secara emergency sebanyak 302 responden (91.5%), dan teknik anestesi didominasi oleh anestesi spinal sebanyak 307 responden (93%). Kesimpulan pada penelitian ini menunjukkan angka sectio caesarea yang masih tinggi dengan indikasi terbanyak yaitu riwayat sectio caesarea sebelumnya, sehingga diperlukan suatu intervensi tindakan serta edukasi untuk mengurangi angka sectio caesarea.Kata kunci: Sectio Caesarea, Profil Pasien, Banda Aceh
{"title":"Profil pasien Sectio Caesarea di rumah sakit umum daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2019","authors":"Rezania Razali, K. Kulsum, Zafrullah Khany Jasa, I. Indirayani, Maya Safira","doi":"10.24815/JKS.V21I1.19594","DOIUrl":"https://doi.org/10.24815/JKS.V21I1.19594","url":null,"abstract":"Peningkatan angka sectio caesarea secara global telah menjadi topik yang paling sering diperdebatkan dalam asuhan maternitas. Sectio caesarea merupakan salah satu pelayanan kesehatan ibu yang menimbulkan berbagai kontroversi. Menurut WHO, angka sectio caesarea yang direkomendasikan berkisar antara 10-15%. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai profil pasien sectio caesarea di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh Tahun 2019. Metode penelitian ini berupa penelitian deskriptif menggunakan data retrospektif. Subjek penelitian ini ialah 330 pasien yang menjalani sectio caesarea pada tahun 2019. Pengambilan data dilakukan menggunakan teknik simple random sampling. Penelitian ini dimulai dari bulan Oktober hingga November 2020. Analisis yang digunakan ialah uji univariat untuk melihat profil pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase sectio caesarea tahun 2019 mencapai 65.3%, dengan angka terbanyak diperoleh pada kelompok tingkat pendidikan SMA/Sederajat sebanyak 154 responden (46.7%), pekerjaan pada kelompok ibu rumah tangga sebanyak 235 responden (71.2%), usia ibu pada kelompok 20-35 sebanyak 284 responden (75.2%), usia kehamilan pada kelompok aterm sebanyak 257 responden (77.9%), paritas pada kelompok multigravida sebanyak 213 responden (64.5%%), sectio caesarea dengan riwayat sectio caesarea sebelumnya sebanyak 88 responden (26.7%), perencanaan tindakan secara emergency sebanyak 302 responden (91.5%), dan teknik anestesi didominasi oleh anestesi spinal sebanyak 307 responden (93%). Kesimpulan pada penelitian ini menunjukkan angka sectio caesarea yang masih tinggi dengan indikasi terbanyak yaitu riwayat sectio caesarea sebelumnya, sehingga diperlukan suatu intervensi tindakan serta edukasi untuk mengurangi angka sectio caesarea.Kata kunci: Sectio Caesarea, Profil Pasien, Banda Aceh","PeriodicalId":32458,"journal":{"name":"JKS Jurnal Kedokteran Syiah Kuala","volume":"5 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"89177088","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-04-13DOI: 10.24815/JKS.V21I1.20032
Teungku Puspa Dewi
Abstract. Placenta accreta is defined as the invasion of the abnormal trophoblast from part or all of the placenta into the myometrium of the uterine wall. abnormal implantation of the placenta in the uterine wall, complicates approximately 0.9% of pregnancies. Clinical risk factors include placenta praevia and a history of previous uterine surgery, such as a cesarean delivery. The incidence of placenta accreta increases with the increase in the number of cesarean deliveries. The incidence of placenta accreta in placenta previa patients is 25-50%. Placenta accreta causes 7-10% of cases of maternal mortality in the world. A history of previous cesarean section and intrauterine surgery are the most common risk factors for placenta accreta. Management of patients with placenta accreta is hysterectomyKeywords: Placenta accreta , accrete, first trimesterAbstrak. Plasenta akreta adalah invasi dari trofoblas yang abnormal baik itu sebagian maupun keseluruhan dari plasenta yang masuk ke dalam lapisan miometrium di dinding rahim. Proses implantasi yang abnormal plasenta pada dinding rahim merupakan suatu komplikasi kehamilan sebesar 0,9%. Faktor risiko terjadinya plasenta akreta adalah adanya plasenta previa dan riwayat pembedahan rahim sebelumnya, seperti persalinan secara sesar.Insiden plasenta akreta meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah persalinan secara sesar. Insidensi terjadinya plasenta akreta pada pasien dengan plasenta previa adalah sebesar 25-50%. Plasenta akreta menyebabkan 7-10% dari kasus kematian ibu di dunia. Pasien dengan riwayat seksio sesarea dan operasi intrauterin lainnya merupakan faktor risiko yang paling umum untuk terjadinya plasenta akreta. Management terhadap pasien dengan plasenta akreta adalah histerektomi.Kata Kunci: plasenta akreta. Akreta, trimester pertama
摘要胎盘增生是指部分或全部胎盘的异常滋养细胞侵入子宫壁肌层。胎盘异常着床于子宫壁,约有0.9%的妊娠并发症。临床危险因素包括前置胎盘和既往子宫手术史,如剖宫产。随着剖宫产次数的增加,胎盘增生的发生率也随之增加。前置胎盘患者胎盘增生的发生率为25-50%。世界上7-10%的孕产妇死亡病例是由胎盘增生引起的。既往剖宫产史和宫内手术史是诱发增生胎盘最常见的危险因素。增生性胎盘患者的处理是子宫切除术。关键词:增生性胎盘,增生性胎盘,妊娠早期。紫金石质侵入,紫金石质侵入,紫金石质侵入,紫金石质侵入,紫金石质侵入,紫金石质侵入,紫金石质侵入研究结果表明:植体发育异常,胞质发育异常。factor visiko terjadinya plasenta akreta adalah adanya plasenta previa dan riwayat penpendahan rahim sebelumnya, seperti persalan secara sesar。内线plasenta akreta meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah persalinan secara相类似的。Insidensi terjadinya plasenta akreta篇pasien dengan plasenta前置adalah sebesar 25 - 50%。稻瘟病菌(Plasenta akreta menyebabkan)为7-10%,稻瘟病菌(kasus kematian ibu di dunia)。帕森登甘河流域的土壤、土壤和子宫内的土壤、土壤、土壤、土壤、土壤、土壤、土壤等。管理方法:对病人进行检查、检查、检查。Kata Kunci:质体。阿克雷塔,怀孕三个月
{"title":"Keterlambatan deteksi plasenta akreta pada trimester pertama","authors":"Teungku Puspa Dewi","doi":"10.24815/JKS.V21I1.20032","DOIUrl":"https://doi.org/10.24815/JKS.V21I1.20032","url":null,"abstract":"Abstract. Placenta accreta is defined as the invasion of the abnormal trophoblast from part or all of the placenta into the myometrium of the uterine wall. abnormal implantation of the placenta in the uterine wall, complicates approximately 0.9% of pregnancies. Clinical risk factors include placenta praevia and a history of previous uterine surgery, such as a cesarean delivery. The incidence of placenta accreta increases with the increase in the number of cesarean deliveries. The incidence of placenta accreta in placenta previa patients is 25-50%. Placenta accreta causes 7-10% of cases of maternal mortality in the world. A history of previous cesarean section and intrauterine surgery are the most common risk factors for placenta accreta. Management of patients with placenta accreta is hysterectomyKeywords: Placenta accreta , accrete, first trimesterAbstrak. Plasenta akreta adalah invasi dari trofoblas yang abnormal baik itu sebagian maupun keseluruhan dari plasenta yang masuk ke dalam lapisan miometrium di dinding rahim. Proses implantasi yang abnormal plasenta pada dinding rahim merupakan suatu komplikasi kehamilan sebesar 0,9%. Faktor risiko terjadinya plasenta akreta adalah adanya plasenta previa dan riwayat pembedahan rahim sebelumnya, seperti persalinan secara sesar.Insiden plasenta akreta meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah persalinan secara sesar. Insidensi terjadinya plasenta akreta pada pasien dengan plasenta previa adalah sebesar 25-50%. Plasenta akreta menyebabkan 7-10% dari kasus kematian ibu di dunia. Pasien dengan riwayat seksio sesarea dan operasi intrauterin lainnya merupakan faktor risiko yang paling umum untuk terjadinya plasenta akreta. Management terhadap pasien dengan plasenta akreta adalah histerektomi.Kata Kunci: plasenta akreta. Akreta, trimester pertama","PeriodicalId":32458,"journal":{"name":"JKS Jurnal Kedokteran Syiah Kuala","volume":"21 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86358649","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-04-13DOI: 10.24815/JKS.V21I1.20185
Fitri Dewi Ismida, Causa Trisna Mariedina, Safarianti Safarianti
Adenokarsinoma kolon merupakan salah satu jenis kanker yang paling banyak dijumpai, sekitar 15% dari seluruh kanker yang mematikan. Umumnya kanker ini terjadi pada usia dewasa dan jarang dijumpai pada anak-anak. Dilaporkan sebuah kasus adenokarsinoma kolon pada seorang bayi laki-laki berusia 14 hari yang disangkakan sebagai Hirschprung’s disease. Dilakukan pemeriksaan secara histopatologi terhadap massa tumor dari kolon. Setelah jaringan difiksasi dengan formalin 10%, dilakukan pemrosesan standar menggunakan blok parafin dengan pewarnaan Hematoxylin Eosin. Jaringan kemudian dievaluasi di bawah mikroskop cahaya binokuler. Gambaran histopatologi jaringan dari kolon, tampak lapisan mukosa hingga serosa. Lapisan mukosa terdiri dari struktur kelenjar yang mengalami disorganisasi. Kelenjar dengan pelapis epitel yang proliferatif, inti bulat oval membesar, kromatin kasar, sitoplasma eosinofilik. Stroma terdiri dari jaringan fibrous yang diinfiltrasi oleh sel-sel tumor dan sebukan sel-sel radang polimorfonuklear yang masif. Sel-sel tumor tampak telah menyusup di antara lapisan muskularis. Pembuluh darah proliferatif, sebagian dilatasi dan kongesti. Hasil pemeriksaan histopatologi menunjukkan gambaran yang sesuai dengan karakteristik adenokarsinoma kolon Kata kunci. Adenokarsinoma kolon, adenokarsinoma, kolon
{"title":"ADENOKARSINOMA KOLON PADA BAYI BERUSIA 14 HARI","authors":"Fitri Dewi Ismida, Causa Trisna Mariedina, Safarianti Safarianti","doi":"10.24815/JKS.V21I1.20185","DOIUrl":"https://doi.org/10.24815/JKS.V21I1.20185","url":null,"abstract":"Adenokarsinoma kolon merupakan salah satu jenis kanker yang paling banyak dijumpai, sekitar 15% dari seluruh kanker yang mematikan. Umumnya kanker ini terjadi pada usia dewasa dan jarang dijumpai pada anak-anak. Dilaporkan sebuah kasus adenokarsinoma kolon pada seorang bayi laki-laki berusia 14 hari yang disangkakan sebagai Hirschprung’s disease. Dilakukan pemeriksaan secara histopatologi terhadap massa tumor dari kolon. Setelah jaringan difiksasi dengan formalin 10%, dilakukan pemrosesan standar menggunakan blok parafin dengan pewarnaan Hematoxylin Eosin. Jaringan kemudian dievaluasi di bawah mikroskop cahaya binokuler. Gambaran histopatologi jaringan dari kolon, tampak lapisan mukosa hingga serosa. Lapisan mukosa terdiri dari struktur kelenjar yang mengalami disorganisasi. Kelenjar dengan pelapis epitel yang proliferatif, inti bulat oval membesar, kromatin kasar, sitoplasma eosinofilik. Stroma terdiri dari jaringan fibrous yang diinfiltrasi oleh sel-sel tumor dan sebukan sel-sel radang polimorfonuklear yang masif. Sel-sel tumor tampak telah menyusup di antara lapisan muskularis. Pembuluh darah proliferatif, sebagian dilatasi dan kongesti. Hasil pemeriksaan histopatologi menunjukkan gambaran yang sesuai dengan karakteristik adenokarsinoma kolon Kata kunci. Adenokarsinoma kolon, adenokarsinoma, kolon","PeriodicalId":32458,"journal":{"name":"JKS Jurnal Kedokteran Syiah Kuala","volume":"84 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77930630","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-04-13DOI: 10.24815/JKS.V21I1.19725
Cut Rika Maharani
Abstract. Abdominal pain during menstrual periods (dysmenorrhea), accompanied by pelvic pain, and infertility are symptoms that patients with endometriosis often complain of. Endometriosis is a chronic,inflammatory condition estrogen-dependent characterized by proliferation of the endometrial glands and stroma outside the uterine cavity. Endometriosis occurs in nearly 2-10% of women of childbearing age, 35-50% of women with pelvic pain or infertility. Incidence peaks at age 25-35 years, but is also at risk in young women with dysmenorrhea or pelvic pain. Women with endometriosis need management for pain, infertility or both. Treatment options depend on the age of the patient, the severity of clinical symptoms, the patient's fertility plan, previous management, and the location of the pain. Then It was adjusted to conservative or operative therapy based on the patient’s fertility plan.
{"title":"Pemilihan Terapi Konservatif dan Operatif pada Endometriosis","authors":"Cut Rika Maharani","doi":"10.24815/JKS.V21I1.19725","DOIUrl":"https://doi.org/10.24815/JKS.V21I1.19725","url":null,"abstract":"Abstract. Abdominal pain during menstrual periods (dysmenorrhea), accompanied by pelvic pain, and infertility are symptoms that patients with endometriosis often complain of. Endometriosis is a chronic,inflammatory condition estrogen-dependent characterized by proliferation of the endometrial glands and stroma outside the uterine cavity. Endometriosis occurs in nearly 2-10% of women of childbearing age, 35-50% of women with pelvic pain or infertility. Incidence peaks at age 25-35 years, but is also at risk in young women with dysmenorrhea or pelvic pain. Women with endometriosis need management for pain, infertility or both. Treatment options depend on the age of the patient, the severity of clinical symptoms, the patient's fertility plan, previous management, and the location of the pain. Then It was adjusted to conservative or operative therapy based on the patient’s fertility plan. ","PeriodicalId":32458,"journal":{"name":"JKS Jurnal Kedokteran Syiah Kuala","volume":"28 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83064873","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sindroma mata kering merupakan suatu keadaan terjadinya defisiensi maupun penguapan berlebihan dari air mata. Sindroma mata kering biasanya sering terjadi pada usia 40 tahun, namun akhir-akhir ini sindroma mata kering juga ditemukan pada usia 40 tahun, hal ini diduga karena meningkatnya penggunaan perangkat elektronik seperti smartphone pada usia tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi penggunaan smartphone dalam hal ini yaitu durasi dengan sindroma mata kering pada mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah). Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional. Terdapat 222 responden yang menjadi sampel penelitian diantaranya terdiri dari mahasiswa angkatan 2017-2019. Sampel diperoleh dengan teknik simple random sampling. Pengambilan data yaitu pada tanggal 9 hingga 16 Oktober 2020 dengan membagikan kuesioner penelitian melalui google form. Uji statistik menggunakan uji Spearman. Hasil yang didapatkan yaitu p value adalah 0,001 dan koefisien korelasi adalah 0,230, dari hal tersebut dapat disimpulkan terdapat hubungan dengan korelasi lemah antara penggunaan smartphone dengan sindroma mata kering pada mahasiswa Fakultas Keperawatan Unsyiah.Kata Kunci: Penggunaan smartphone, sindroma mata kering, mahasiswa.
{"title":"Hubungan penggunaan smartphone dengan sindroma mata kering pada mahasiswa fakultas keperawatan Universitas Syiah Kuala","authors":"Firdalena Meutia, Rezania Razali, Saiful Basri, Saminan Saminan, Fanny Adlin Nurafika","doi":"10.24815/JKS.V21I1.19573","DOIUrl":"https://doi.org/10.24815/JKS.V21I1.19573","url":null,"abstract":"Sindroma mata kering merupakan suatu keadaan terjadinya defisiensi maupun penguapan berlebihan dari air mata. Sindroma mata kering biasanya sering terjadi pada usia 40 tahun, namun akhir-akhir ini sindroma mata kering juga ditemukan pada usia 40 tahun, hal ini diduga karena meningkatnya penggunaan perangkat elektronik seperti smartphone pada usia tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi penggunaan smartphone dalam hal ini yaitu durasi dengan sindroma mata kering pada mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah). Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional. Terdapat 222 responden yang menjadi sampel penelitian diantaranya terdiri dari mahasiswa angkatan 2017-2019. Sampel diperoleh dengan teknik simple random sampling. Pengambilan data yaitu pada tanggal 9 hingga 16 Oktober 2020 dengan membagikan kuesioner penelitian melalui google form. Uji statistik menggunakan uji Spearman. Hasil yang didapatkan yaitu p value adalah 0,001 dan koefisien korelasi adalah 0,230, dari hal tersebut dapat disimpulkan terdapat hubungan dengan korelasi lemah antara penggunaan smartphone dengan sindroma mata kering pada mahasiswa Fakultas Keperawatan Unsyiah.Kata Kunci: Penggunaan smartphone, sindroma mata kering, mahasiswa.","PeriodicalId":32458,"journal":{"name":"JKS Jurnal Kedokteran Syiah Kuala","volume":"41 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78026985","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-04-13DOI: 10.24815/JKS.V21I1.19373
Saminan Saminan
Astrak. Batuk merupakan gejala penyakit yang paling umum di jumpai baik pada anak maupun pada orang dewasa, batuk menjadi salah satu gejala penyakit saluran napas disamping sesak, mengi dan sakit dada. Pada saat batuk, benda asing (sekret) dalam saluran pernapasan terbawa keluar oleh udara ekpirasi sehingga paru tetap dalam keadaan bersih. Etika batuk dapat mengurangi penyebaran sekret saluran pernapasan yang mengandung partikel infeksius. Gejala paling umum yang terlihat akibat COVID-19 yaitu batuk, demam, sesak napas, kelelahan dan diare yang disebabkan pernah kontak dengan orang yang sudah terinfeksi COVID-19, bila sudah positif maka organ yang paling mudah terganggu adalah paru-paru. Kata Kunci : Etika Batuk, Covid-19, Pandemi ABSTRACT. Coughing is the most common symptom of disease in both children and adults, coughing is a symptom of respiratory disease besides tightness, wheezing and chest pain. When coughing, foreign objects (secretions) in the respiratory tract are carried out by the expiratory air so that the lungs remain clean. Cough etiquette can reduce the spread of respiratory secretions containing infectious particles. The most common symptoms seen due to COVID-19 are coughing, fever, shortness of breath, fatigue and diarrhea caused by having contact with people who have been infected with COVID-19, if they are positive, the organs that are most easily disturbed are the lungs. Keyword : Cough, Covid-19, Pandemic
{"title":"Etika batuk pada masa pandemic COVID-19","authors":"Saminan Saminan","doi":"10.24815/JKS.V21I1.19373","DOIUrl":"https://doi.org/10.24815/JKS.V21I1.19373","url":null,"abstract":"Astrak. Batuk merupakan gejala penyakit yang paling umum di jumpai baik pada anak maupun pada orang dewasa, batuk menjadi salah satu gejala penyakit saluran napas disamping sesak, mengi dan sakit dada. Pada saat batuk, benda asing (sekret) dalam saluran pernapasan terbawa keluar oleh udara ekpirasi sehingga paru tetap dalam keadaan bersih. Etika batuk dapat mengurangi penyebaran sekret saluran pernapasan yang mengandung partikel infeksius. Gejala paling umum yang terlihat akibat COVID-19 yaitu batuk, demam, sesak napas, kelelahan dan diare yang disebabkan pernah kontak dengan orang yang sudah terinfeksi COVID-19, bila sudah positif maka organ yang paling mudah terganggu adalah paru-paru. Kata Kunci : Etika Batuk, Covid-19, Pandemi ABSTRACT. Coughing is the most common symptom of disease in both children and adults, coughing is a symptom of respiratory disease besides tightness, wheezing and chest pain. When coughing, foreign objects (secretions) in the respiratory tract are carried out by the expiratory air so that the lungs remain clean. Cough etiquette can reduce the spread of respiratory secretions containing infectious particles. The most common symptoms seen due to COVID-19 are coughing, fever, shortness of breath, fatigue and diarrhea caused by having contact with people who have been infected with COVID-19, if they are positive, the organs that are most easily disturbed are the lungs. Keyword : Cough, Covid-19, Pandemic ","PeriodicalId":32458,"journal":{"name":"JKS Jurnal Kedokteran Syiah Kuala","volume":"37 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"76215454","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}