Pub Date : 2023-05-31DOI: 10.35718/specta.v7i1.865
Tiara Rukmaya Dewi, Rullianor Syah Putra, Natasya
Mahasiswa membutuhkan ruang dan tempat sebagai wadah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan serta wawasan yang lebih luas. Institut Teknologi Kalimantan (ITK) merupakan salah satu kampus atau wadah mahasiswa untuk menimba ilmu pengetahuan dan meningkatkan kemampuan softskill dengan kualitas yang mumpuni. Namun, untuk hal tersebut belum didukung sepenuhnya oleh akomodasi yang baik. Mahasiswa belum merasa puas terhadap akomodasi yang disediakan seperti ukuran ruang kantin yang kecil dan tidak memiliki ruang tunggu. Tulisan ini mencoba untuk membahas fenomena tersebut dengan mengangkat sebuah kasus guna mengidentifikasi jenis-jenis teritori serta perilaku teritorial pada Gedung F ITK, yaitu ruang dalam yang diciptakan oleh penghuni serta ruang yang digunakan penghuni sebagai upaya memenuhi aktivitas sehari-hari dan bermaksud untuk mendapatkan rekomendasi desain ruang dalam bangunan Gedung F ITK. Pendekatan dalam analisis menekankan perlunya pemahaman yang didasarkan atas penjelasan terhadap suatu isu atau peristiwa, untuk selanjutnya dapat dikaji lebih dalam kompleksitas hubungan antara manusia, lingkungan dan perilaku. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi (place centered mapping) dan penyebaran kuesioner kepada mahasiswa pengguna ruang dalam Gedung F ITK. Selain itu juga dilakukan wawancara untuk menggali lebih dalam kecenderungan hasil kuesioner tersebut. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu mengoptimalkan kebutuhan ruang dalam yang selama ini menjadi pusat aktivitas para mahasiswa. Bentuk dari optimalisasi penggunaan ruang digambarkan dalam rekomendasi desain sesuai dengan kecenderungan perilaku dan teritori mahasiswa sebagai pengguna ruang.
{"title":"Analisis Perilaku dan Teritori Pengguna Gedung F Kampus Institut Teknologi Kalimantan","authors":"Tiara Rukmaya Dewi, Rullianor Syah Putra, Natasya","doi":"10.35718/specta.v7i1.865","DOIUrl":"https://doi.org/10.35718/specta.v7i1.865","url":null,"abstract":"Mahasiswa membutuhkan ruang dan tempat sebagai wadah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan serta wawasan yang lebih luas. Institut Teknologi Kalimantan (ITK) merupakan salah satu kampus atau wadah mahasiswa untuk menimba ilmu pengetahuan dan meningkatkan kemampuan softskill dengan kualitas yang mumpuni. Namun, untuk hal tersebut belum didukung sepenuhnya oleh akomodasi yang baik. Mahasiswa belum merasa puas terhadap akomodasi yang disediakan seperti ukuran ruang kantin yang kecil dan tidak memiliki ruang tunggu. Tulisan ini mencoba untuk membahas fenomena tersebut dengan mengangkat sebuah kasus guna mengidentifikasi jenis-jenis teritori serta perilaku teritorial pada Gedung F ITK, yaitu ruang dalam yang diciptakan oleh penghuni serta ruang yang digunakan penghuni sebagai upaya memenuhi aktivitas sehari-hari dan bermaksud untuk mendapatkan rekomendasi desain ruang dalam bangunan Gedung F ITK. Pendekatan dalam analisis menekankan perlunya pemahaman yang didasarkan atas penjelasan terhadap suatu isu atau peristiwa, untuk selanjutnya dapat dikaji lebih dalam kompleksitas hubungan antara manusia, lingkungan dan perilaku. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi (place centered mapping) dan penyebaran kuesioner kepada mahasiswa pengguna ruang dalam Gedung F ITK. Selain itu juga dilakukan wawancara untuk menggali lebih dalam kecenderungan hasil kuesioner tersebut. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu mengoptimalkan kebutuhan ruang dalam yang selama ini menjadi pusat aktivitas para mahasiswa. Bentuk dari optimalisasi penggunaan ruang digambarkan dalam rekomendasi desain sesuai dengan kecenderungan perilaku dan teritori mahasiswa sebagai pengguna ruang.","PeriodicalId":33910,"journal":{"name":"Specta","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43534414","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-05-31DOI: 10.35718/specta.v7i1.860
Mohtana Kharisma Kadri
Peran Ruang Terbuka Hijau pada wilayah perkotaan sangat penting untuk mengurangi kejenuhan masyarakat perkotaan. Selain fungsi ekologis, ruang terbuka hijau juga penting bagi masyarakat untuk melakukan interaksi sosial budaya, estetika dan ekonomi. Oleh karena itu pemerintah menetapkan dengan undang-undang bahwa setiap kota harus menyisihkan 30% dari luasnya untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam rencana daerahnya. Mojokerto mengalami perubahan fungsi dari tahun ke tahun seperti lahan pertanian yang berubah peruntukannya menjadi pemukiman, bangunan dan kawasan industri serta menjadi jalan. Untuk mencegah terjadinya perubahan lahan yang tidak terkendali dan kurangnya perhatian terhadap RTH di masa yang akan datang, maka perlu dilakukan analisis kebutuhan lahan pada kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di wilayah Mojokerto.
{"title":"Kesesuaian Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Proporsi RTH Wilayah Perkotaan Di Kabupaten Mojokerto","authors":"Mohtana Kharisma Kadri","doi":"10.35718/specta.v7i1.860","DOIUrl":"https://doi.org/10.35718/specta.v7i1.860","url":null,"abstract":"Peran Ruang Terbuka Hijau pada wilayah perkotaan sangat penting untuk mengurangi kejenuhan masyarakat perkotaan. Selain fungsi ekologis, ruang terbuka hijau juga penting bagi masyarakat untuk melakukan interaksi sosial budaya, estetika dan ekonomi. Oleh karena itu pemerintah menetapkan dengan undang-undang bahwa setiap kota harus menyisihkan 30% dari luasnya untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam rencana daerahnya. Mojokerto mengalami perubahan fungsi dari tahun ke tahun seperti lahan pertanian yang berubah peruntukannya menjadi pemukiman, bangunan dan kawasan industri serta menjadi jalan. Untuk mencegah terjadinya perubahan lahan yang tidak terkendali dan kurangnya perhatian terhadap RTH di masa yang akan datang, maka perlu dilakukan analisis kebutuhan lahan pada kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di wilayah Mojokerto. \u0000 ","PeriodicalId":33910,"journal":{"name":"Specta","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49093450","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-05-31DOI: 10.35718/specta.v7i1.858
A. Giyantara, Dikanuari Erdi Astama, Himawan Wicaksono
Penerapan magnetic levitation yang saat ini berkembang yaitu pada transportasi darat berupa kereta maglev. Magnetic levitation ialah adalah sistem yang menggunakan medan elektromagnet untuk bekerja melawan gaya gravitasi. Titik umum dalam semua aplikasi mengapa magnetic levitation digunakan berupa kurangnya kontak dan dengan demikian tidak ada gesekan ini meningkatkan efesiensi dan umur sistem. Teknologi magnetic levitation masih berkembang hingga saat ini. Pada magnetic levitation ball dibutuhkan metode kendali yang baik untuk mempertahankan posisi bola dalam keadaan melayang terhadap permukaan bumi. Penelitian ini mengimplementasi kendali Hybrid Proportional Integral Derivative (PID) dengan fuzzy selaku sistem kendali pada magnetic levitation ball. Penyusunan penelitian magnetic levitation ball memakai kendali Auto Tuning Proportional Integral Derivative (PID) dan Fuzzy–Takagi sugeno. Pada sistem Proportional Integral Derivative (PID) dilakukan sistem auto tuning pada simulink MATLAB R2019, dan pada fuzzy didesain fungsi keanggotaan masukan berupa error(e) dan delta error(de) sedangkan fungsi keanggotaan keluaran berupa jarak ketinggian efektif. Lalu defuzzifikasi pada fuzzy digunakan metode Center of Area (COA). Dalam penelitian magnetic levitation, obyek dapat mengalami kondisi pelayangan ideal pada jarak 0.006 m dari ujung solenoid. pada pengujian transfer function untuk mencapai steady state didapatkan risetime 0.007817 s, overshoot 157.051%. lalu pengujian tuning PID untuk mencapai steady state didapatkan risetime 0.214371 s, overshoot 0.460%. dan pada pengujian hybrid fuzzy-PID untuk mencapai steady state didapatkan risetime 0.044902 s dan overshoot -0.357 %.
{"title":"Implementasi Kendali Tuning Proportional Integral Derivative (PID) Pada Magnetic Levitation Ball Hybrid Fuzzy-Takagi Sugeno","authors":"A. Giyantara, Dikanuari Erdi Astama, Himawan Wicaksono","doi":"10.35718/specta.v7i1.858","DOIUrl":"https://doi.org/10.35718/specta.v7i1.858","url":null,"abstract":"Penerapan magnetic levitation yang saat ini berkembang yaitu pada transportasi darat berupa kereta maglev. Magnetic levitation ialah adalah sistem yang menggunakan medan elektromagnet untuk bekerja melawan gaya gravitasi. Titik umum dalam semua aplikasi mengapa magnetic levitation digunakan berupa kurangnya kontak dan dengan demikian tidak ada gesekan ini meningkatkan efesiensi dan umur sistem. Teknologi magnetic levitation masih berkembang hingga saat ini. Pada magnetic levitation ball dibutuhkan metode kendali yang baik untuk mempertahankan posisi bola dalam keadaan melayang terhadap permukaan bumi. Penelitian ini mengimplementasi kendali Hybrid Proportional Integral Derivative (PID) dengan fuzzy selaku sistem kendali pada magnetic levitation ball. Penyusunan penelitian magnetic levitation ball memakai kendali Auto Tuning Proportional Integral Derivative (PID) dan Fuzzy–Takagi sugeno. Pada sistem Proportional Integral Derivative (PID) dilakukan sistem auto tuning pada simulink MATLAB R2019, dan pada fuzzy didesain fungsi keanggotaan masukan berupa error(e) dan delta error(de) sedangkan fungsi keanggotaan keluaran berupa jarak ketinggian efektif. Lalu defuzzifikasi pada fuzzy digunakan metode Center of Area (COA). Dalam penelitian magnetic levitation, obyek dapat mengalami kondisi pelayangan ideal pada jarak 0.006 m dari ujung solenoid. pada pengujian transfer function untuk mencapai steady state didapatkan risetime 0.007817 s, overshoot 157.051%. lalu pengujian tuning PID untuk mencapai steady state didapatkan risetime 0.214371 s, overshoot 0.460%. dan pada pengujian hybrid fuzzy-PID untuk mencapai steady state didapatkan risetime 0.044902 s dan overshoot -0.357 %.","PeriodicalId":33910,"journal":{"name":"Specta","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42476491","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-05-31DOI: 10.24821/specta.v7i1.9309
Bonifacia Bulan Aruming Tyas, Steven Gunawan
Fighting in Disability: Photo Essay of Disabled Athletes at National Paralympic Committee Indonesia. Indonesian disabled athletes are still not well recognisable by Indonesian society, where the disabled group is still considered a minority group that receives less attention in the community, including in sports. On the other hand, disabled athletes who are members of the National Paralympic Committee (NPC) Indonesia, despite their limitations, choose to have spirit, fight, and not make their disabilities an excuse to give up or even despair. This photo essay aims to provide an overview of Indonesian society about the lives of NPC Indonesia's disabled athletes. Packaged in a digital book, it displays photos of NPC Indonesia's disabled athletes naturally and unfiltered. The research method used was qualitative, with a case study of disabled athletes under the auspices of NPC Indonesia. The results showed that the photo essay could provide insight into the spirit of the athletes so that the public can get to know the disabled athletes through the digital book.
{"title":"BERJUANG DALAM KETERBATASAN: FOTO ESAI ATLET DIFABEL NATIONAL PARALYMPIC COMMITEE INDONESIA","authors":"Bonifacia Bulan Aruming Tyas, Steven Gunawan","doi":"10.24821/specta.v7i1.9309","DOIUrl":"https://doi.org/10.24821/specta.v7i1.9309","url":null,"abstract":"Fighting in Disability: Photo Essay of Disabled Athletes at National Paralympic Committee Indonesia. Indonesian disabled athletes are still not well recognisable by Indonesian society, where the disabled group is still considered a minority group that receives less attention in the community, including in sports. On the other hand, disabled athletes who are members of the National Paralympic Committee (NPC) Indonesia, despite their limitations, choose to have spirit, fight, and not make their disabilities an excuse to give up or even despair. This photo essay aims to provide an overview of Indonesian society about the lives of NPC Indonesia's disabled athletes. Packaged in a digital book, it displays photos of NPC Indonesia's disabled athletes naturally and unfiltered. The research method used was qualitative, with a case study of disabled athletes under the auspices of NPC Indonesia. The results showed that the photo essay could provide insight into the spirit of the athletes so that the public can get to know the disabled athletes through the digital book.","PeriodicalId":33910,"journal":{"name":"Specta","volume":"297 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77183169","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Saat ini terjadi penurunan yang signifikan baik secara kuantitas dan kualitas dari Ruang Terbuka Hijau (RTH), yang mana hal tersebut berdampak pada penurunan kualitas lingkungan hidup perkotaan. Rusaknya kawasan penyangga berupa ruang terbuka hijau menyebabkan berkurangnya penyerapan air masuk kedalam tanah sehingga memberikan dampak terjadinya bencana banjir. penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kemampuan infiltrasi RTH yang terdampak banjir di Kota Balikpapan. Variabel utama yang digunakan dalam penelitian ini persebaran Ruang Terbuka Hijau dan persebaran lokasi banjir dengan metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah overlay. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa Ruang Terbuka Hijau Publik terdampak banjir memiliki luas yaitu 477,1506 hektare. Adapun jumlah Ruang Terbuka Hijau Publik terdampak banjir yaitu 65 unit dengan jenis RTH Publik meliputi hutan kota, median badan jalan, pemakaman, RTH wisata/olahraga, sempadan sungai, serta taman kota.
{"title":"Analisis Ruang Terbuka Hijau Publik Terdampak Banjir di Kota Balikpapan","authors":"Elin Diyah Syafitri, Gama Lady, Ajeng Nugrahaning Dewanti, Dwiana Novianti Tufail","doi":"10.35718/specta.v7i1.814","DOIUrl":"https://doi.org/10.35718/specta.v7i1.814","url":null,"abstract":"\u0000Saat ini terjadi penurunan yang signifikan baik secara kuantitas dan kualitas dari Ruang Terbuka Hijau (RTH), yang mana hal tersebut berdampak pada penurunan kualitas lingkungan hidup perkotaan. Rusaknya kawasan penyangga berupa ruang terbuka hijau menyebabkan berkurangnya penyerapan air masuk kedalam tanah sehingga memberikan dampak terjadinya bencana banjir. penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kemampuan infiltrasi RTH yang terdampak banjir di Kota Balikpapan. Variabel utama yang digunakan dalam penelitian ini persebaran Ruang Terbuka Hijau dan persebaran lokasi banjir dengan metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah overlay. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa Ruang Terbuka Hijau Publik terdampak banjir memiliki luas yaitu 477,1506 hektare. Adapun jumlah Ruang Terbuka Hijau Publik terdampak banjir yaitu 65 unit dengan jenis RTH Publik meliputi hutan kota, median badan jalan, pemakaman, RTH wisata/olahraga, sempadan sungai, serta taman kota. \u0000","PeriodicalId":33910,"journal":{"name":"Specta","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42605160","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-05-31DOI: 10.35718/specta.v7i1.372
W. Prabowo, Tiara Rukmaya Dewi
Today's traditional performing arts are starting to be pushed by modern cultural arts which are preferred by various groups. This is because the packaging of modern performing arts is more attractive when compared to traditional performing arts, so that especially young people, prefer modern cultural arts. Traditional performing arts are the legacy of our ancestors who have the values of human life. In addition, the packaging for a traditional performance is also interesting to see and appreciate as a regional traditional art. The RRI Surakarta auditorium building was established in 1958 and is a facility that is still in use today. This building is one of the venues for performing arts in Surakarta and has undergone several renovations. Its current condition has decreased in quality in terms of function. The RRI Surakarta building is a cultural heritage building so that efforts to preserve its physical aspects must refer to RI Law Number 11 of 2010 concerning Cultural Heritage. The preservation of this building needs more attention for the government and RRI itself. This conservation effort should be realized in the implementation of spatial planning as mandated in Law no. 26 of 2007 concerning Spatial Planning which explains that in spatial planning management must pay attention to various aspects, including cultural values contained in historic areas. In a more micro scope, conservation efforts need to be made to buildings and the environment that are designated as cultural heritage, as mandated in Law no. 28 of 2002 concerning Buildings. This study will use a descriptive analytic method that uses a location image to determine the feasibility level. So that it will produce designs that are able to accommodate the needs of the modern era without neglecting its status as a cultural heritage. Keywords: cultural heritage, redesign, auditorium, culture Abstrak Seni pertunjukan tradisional saat ini mulai terdesak oleh seni budaya modern yang lebih disukai oleh berbagai kalangan. Hal ini disebabkan kemasan seni pertunjukan modern lebih menarik jika dibandingkan dengan seni pertunjukan tradisional, sehingga sebagian masyarakat khususnya kaum muda lebih menyukai seni budaya modern. Seni pertunjukan tradisional merupakan peninggalan leluhur nenek moyang yang memiliki nilai-nilai kehidupan manusia. Selain itu, kemasan sebuah pertunjukan tradisional juga menarik untuk dilihat dan dihayati sebagai kesenian tradisional daerah. Gedung auditorium RRI Surakarta didirikan pada tahun 1958 dan merupakan fasilitas yang masih digunakan hingga sekarang. Gedung ini menjadi salah satu tempat pertunjukan kesenian yang ada di Surakarta dan telah mengalami beberapa kali renovasi namun kondisinya saat ini mengalami penurunan kualitas dari segi fungsi. Bangunan RRI Surakarta termasuk gedung cagar budaya sehingga upaya pelestarian aspek fisiknya harus mengacu pada UU RI Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Kelestarian bangunan ini perlu mendapatkan perhat
今天的传统表演艺术开始受到现代文化艺术的推动,受到各种群体的青睐。这是因为与传统的表演艺术相比,现代表演艺术的包装更具吸引力,所以尤其是年轻人更喜欢现代文化艺术。传统的表演艺术是我们祖先的遗产,他们有人类生命的价值。此外,作为一种地域传统艺术,传统表演的包装也很有趣。RRI Surakarta礼堂大楼建于1958年,是一个至今仍在使用的设施。这座建筑是雅加达的表演艺术场所之一,经历了几次翻新。就功能而言,它目前的状况质量有所下降。RRI Surakarta建筑是一座文化遗产建筑,因此保护其物理方面的努力必须参照2010年有关文化遗产的国际扶轮第11号法律。该建筑的保护需要政府和RRI自身更多的关注。这种保护工作应在执行第6号法律规定的空间规划时实现。关于空间规划的2007年第26号法令,其中解释了在空间规划管理中必须注意各个方面,包括历史地区所包含的文化价值。在更微观的范围内,需要按照第19号法律的规定,对被指定为文化遗产的建筑物和环境进行保护工作。2002年第28号关于建筑物的法令。本研究将使用描述性分析方法,使用位置图像来确定可行性水平。因此,它将产生能够适应现代需求的设计,而不会忽视其作为文化遗产的地位。关键词:文化遗产,重新设计,礼堂,文化摘要:Seni pertunjukan传统的saat ini mulai terdesak oleh Seni budaya现代的yang lebih disukai oleh berbagai kalanganHal ini disebabkan kemasan seni pertunjukan现代lebih menarik jika dibandingkan dengan seni pertunjukan传统,sehinga sebagian masyarakat khususnya kaum muda lebih menyukai seni budaya现代。Seni pertunjukan传统的merupakan peninggalan leluhur neneek moyang yang memiliki nilai nilai kehidupan manusia。Selain itu, kemasan sebuah pertunjukan传统juga menarik untuk dilihat dan dihayati sebagai kesenian传统daerah。吉东礼堂,RRI Surakarta, didirikan, paadtahun, 1958, dan merupakan, fasilitas, yang masih, digunakan, hinga, sekarang。在此之前,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是。班古南RRI Surakarta termasuk gedung chagar budaya sehinga upaya巴勒斯坦语菲斯克尼亚harus mengacu pakada UU RI noor 11 tahun 2010 tentangchagar budaya。Kelestarian bangunan ini perlu mendapatkan perhatih lebih bagi peremintah maupun pihak RRI sendiri。2007年7月26日,马来西亚人民日报第26号,马来西亚人民日报第26号,印度尼西亚人民日报第26号,印度尼西亚人民日报第26号,印度尼西亚人民日报第26号,印度尼西亚人民日报第26号,印度尼西亚人民日报第26号,印度尼西亚人民日报第26号,印度尼西亚人民日报第26号,印度尼西亚人民日报第26号,印度尼西亚人民日报第26号,印度尼西亚人民日报第26号,印度尼西亚人民日报第26号,印度尼西亚人民日报。Dalam lingkup yang lebih mikro, upaya pelestarian perlu dilakukan terhadap bangunan gedung dan lingkungan yang ditetapkan sebagai chagar budaya, sebagaimana yang diamanatkan Dalam UU第28号,2002年12月,tenang bangunan gedung。Penelitian ini akan menggunakan方法描述:分析者yang menggunakan gambar lokasi untuk kemudian diketahui tingkat kelayakannya。sehinga akan dihasilkan hasil desain yang mampu意思是kebutuhan pada时代现代saat ini tanpa mengabaikan statusnya sebagai chagar budaya。Kata Kunci: caagar budaya, redesain, auditorium, budaya
{"title":"Redesain Gedung Auditorium Sarsito Mangoenkusumo RRI Surakarta dengan Pendekatan Revitalisasi Cagar Budaya","authors":"W. Prabowo, Tiara Rukmaya Dewi","doi":"10.35718/specta.v7i1.372","DOIUrl":"https://doi.org/10.35718/specta.v7i1.372","url":null,"abstract":" Today's traditional performing arts are starting to be pushed by modern cultural arts which are preferred by various groups. This is because the packaging of modern performing arts is more attractive when compared to traditional performing arts, so that especially young people, prefer modern cultural arts. Traditional performing arts are the legacy of our ancestors who have the values of human life. In addition, the packaging for a traditional performance is also interesting to see and appreciate as a regional traditional art. The RRI Surakarta auditorium building was established in 1958 and is a facility that is still in use today. This building is one of the venues for performing arts in Surakarta and has undergone several renovations. Its current condition has decreased in quality in terms of function. The RRI Surakarta building is a cultural heritage building so that efforts to preserve its physical aspects must refer to RI Law Number 11 of 2010 concerning Cultural Heritage. The preservation of this building needs more attention for the government and RRI itself. This conservation effort should be realized in the implementation of spatial planning as mandated in Law no. 26 of 2007 concerning Spatial Planning which explains that in spatial planning management must pay attention to various aspects, including cultural values contained in historic areas. In a more micro scope, conservation efforts need to be made to buildings and the environment that are designated as cultural heritage, as mandated in Law no. 28 of 2002 concerning Buildings. This study will use a descriptive analytic method that uses a location image to determine the feasibility level. So that it will produce designs that are able to accommodate the needs of the modern era without neglecting its status as a cultural heritage.\u0000 \u0000Keywords: cultural heritage, redesign, auditorium, culture\u0000 \u0000 \u0000Abstrak\u0000 \u0000Seni pertunjukan tradisional saat ini mulai terdesak oleh seni budaya modern yang lebih disukai oleh berbagai kalangan. Hal ini disebabkan kemasan seni pertunjukan modern lebih menarik jika dibandingkan dengan seni pertunjukan tradisional, sehingga sebagian masyarakat khususnya kaum muda lebih menyukai seni budaya modern. Seni pertunjukan tradisional merupakan peninggalan leluhur nenek moyang yang memiliki nilai-nilai kehidupan manusia. Selain itu, kemasan sebuah pertunjukan tradisional juga menarik untuk dilihat dan dihayati sebagai kesenian tradisional daerah. Gedung auditorium RRI Surakarta didirikan pada tahun 1958 dan merupakan fasilitas yang masih digunakan hingga sekarang. Gedung ini menjadi salah satu tempat pertunjukan kesenian yang ada di Surakarta dan telah mengalami beberapa kali renovasi namun kondisinya saat ini mengalami penurunan kualitas dari segi fungsi. Bangunan RRI Surakarta termasuk gedung cagar budaya sehingga upaya pelestarian aspek fisiknya harus mengacu pada UU RI Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Kelestarian bangunan ini perlu mendapatkan perhat","PeriodicalId":33910,"journal":{"name":"Specta","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48661457","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-05-31DOI: 10.24821/specta.v7i1.9207
Firoos Agung Winahyu Wibowo, Oscar Samaratungga, S. Syaifudin
{"title":"EKSPLORASI PENATAAN MAKANAN GAYA RUSTIK ORIENTAL UNTUK PEMASARAN JAJANAN PANGSIT MELALUI FOTO INSTAGRAM","authors":"Firoos Agung Winahyu Wibowo, Oscar Samaratungga, S. Syaifudin","doi":"10.24821/specta.v7i1.9207","DOIUrl":"https://doi.org/10.24821/specta.v7i1.9207","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":33910,"journal":{"name":"Specta","volume":"761 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77519829","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-05-31DOI: 10.35718/specta.v7i1.241
Rima Himmaniyatul Fiyana, Muthia Putri Darsini Lubis, Hizkia Alpha Dewanto
Sampai saat ini teknik pengecoran logam masih sering dipakai oleh industri kecil maupun besar dalam pembuatan berbagai macam produk. Salah satu metode pengecoran yaitu cetakan pasir, dimana cetakan berupa pasir diberikan pengikat. Pasir silika memiliki mineral kuarsa dengan kadar SiO2 lebih dari 95% yang memiliki ketahanan terhadap temperatur tinggi. Tingginya biaya pembelian pasir baru dan banyaknya limbah pasir bekas pengecoran yang tidak dipakai mengharuskan adanya biaya pembuangan pasir bekas. Salah satu pengoptimalan biaya produksi dengan menggunakan kembali pasir bekas yang telah dicampurkan dengan pasir baru. Berdasarkan American Foundry Society (AFS), cetakan pasir harus memenuhi persyaratan sebelum dilakukan pengecoran dengan melakukan beberapa pengujian pada cetakan kering yaitu uji kadar abu / lost on ignation (LOI) dan uji kekuatan tarik pasir. Hasil penelitian pengujian kadar abu (LOI) terjadi kenaikan seiring dengan banyaknya penggunaan pasir bekas pada cetakan yaitu sebesar 0.18%, 0.79%, 1.99%, dan 2.16%. Peningkatan ini juga terjadi pada pengujian kekuatan tarik pasir yaitu sebesar 39.3 N/Cm2, 59.58 N/Cm2, 60.42 N/Cm2, dan 62.21 N/Cm2. Hal ini disebabkan karena penggunaan pasir bekas dari proses pengecoran yang telah tercampur oleh pengotor dari proses pengecoran sebelumnya. Kenaikan nilai kekuatan tarik pasir dipengaruhi oleh penggunaan distribusi ukuran butir pasir yang dikarenakan ukuran butir pasir berhubungan dengan kepadatan pasir pada cetakan pasir. Dengan melakukan pemanfaatan limbah pasir bekas dapat mengurangi biaya pengeluaran pembelian pasir yaitu sebesar 23.3% pada rasio penggunaan pasir baru dengan pasir bekas 30:70. Hal ini dapat mengurangi limbah pasir bekas (menurunkan jumlah pasir dibuang) dan juga menurunkan biaya pengeluaran pasir dalam industri pengecoran logam.
{"title":"Pengaruh Rasio Penggunaan Pasir Baru dengan Pasir Bekas Terhadap Kadar Abu / Lost On Ignation (LOI) dan Kekuatan Tarik Pasir pada Cetakan Pasir Kering","authors":"Rima Himmaniyatul Fiyana, Muthia Putri Darsini Lubis, Hizkia Alpha Dewanto","doi":"10.35718/specta.v7i1.241","DOIUrl":"https://doi.org/10.35718/specta.v7i1.241","url":null,"abstract":"Sampai saat ini teknik pengecoran logam masih sering dipakai oleh industri kecil maupun besar dalam pembuatan berbagai macam produk. Salah satu metode pengecoran yaitu cetakan pasir, dimana cetakan berupa pasir diberikan pengikat. Pasir silika memiliki mineral kuarsa dengan kadar SiO2 lebih dari 95% yang memiliki ketahanan terhadap temperatur tinggi. Tingginya biaya pembelian pasir baru dan banyaknya limbah pasir bekas pengecoran yang tidak dipakai mengharuskan adanya biaya pembuangan pasir bekas. Salah satu pengoptimalan biaya produksi dengan menggunakan kembali pasir bekas yang telah dicampurkan dengan pasir baru. Berdasarkan American Foundry Society (AFS), cetakan pasir harus memenuhi persyaratan sebelum dilakukan pengecoran dengan melakukan beberapa pengujian pada cetakan kering yaitu uji kadar abu / lost on ignation (LOI) dan uji kekuatan tarik pasir. Hasil penelitian pengujian kadar abu (LOI) terjadi kenaikan seiring dengan banyaknya penggunaan pasir bekas pada cetakan yaitu sebesar 0.18%, 0.79%, 1.99%, dan 2.16%. Peningkatan ini juga terjadi pada pengujian kekuatan tarik pasir yaitu sebesar 39.3 N/Cm2, 59.58 N/Cm2, 60.42 N/Cm2, dan 62.21 N/Cm2. Hal ini disebabkan karena penggunaan pasir bekas dari proses pengecoran yang telah tercampur oleh pengotor dari proses pengecoran sebelumnya. Kenaikan nilai kekuatan tarik pasir dipengaruhi oleh penggunaan distribusi ukuran butir pasir yang dikarenakan ukuran butir pasir berhubungan dengan kepadatan pasir pada cetakan pasir. Dengan melakukan pemanfaatan limbah pasir bekas dapat mengurangi biaya pengeluaran pembelian pasir yaitu sebesar 23.3% pada rasio penggunaan pasir baru dengan pasir bekas 30:70. Hal ini dapat mengurangi limbah pasir bekas (menurunkan jumlah pasir dibuang) dan juga menurunkan biaya pengeluaran pasir dalam industri pengecoran logam.","PeriodicalId":33910,"journal":{"name":"Specta","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45511636","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-05-31DOI: 10.24821/specta.v7i1.9054
Rahmat Mukhlasin, K. Kusrini, Arti Wulandari
Penciptaan karya fotografi ini mengangkat tema tentang masalah gangguan kesehatan mental akibat penggunaan media sosial yang berlebihan. Tujuan penciptaan fotografi ekspresi ini adalah untuk memvisualisasikan dampak negatif media sosial terhadap kesehatan mental. Aliran fotografi ekspresi dipilih karena dapat menyampaikan kegelisahan diri hingga kondisi kesehatan mental dan didukung dengan metode montase sebagai penunjang perwujudan karya. Metode pengumpulan data dalam perwujudan karya ini menggunakan metode observasi dengan berbagai cara, yakni dengan meninjau literatur, membagikan kuesioner kepada kelompok remaja masa akhir dengan rentang umur 18-24 tahun, dan mewawancarai langsung salah satu psikolog sebagai ahli kesehatan mental. Hasil dari observasi tersebut dijadikan landasan ide dalam visualisasi karya. Dalam perwujudan karya, media sosial yang dipilih sebagai objek pendukung ide penciptaan adalah Instagram. Hasil penciptaan karya fotografi ini menyampaikan kesan yang berhubungan dengan pengguna. Hal ini digambarkan melalui visualisasi dari berbagai gejala gangguan kesehatan mental, yaitu (a) adiksi, (b) komparasi diri, dan (c) kecemasan. Dengan demikian, penciptaan karya fotografi ini diharapkan dapat menjadi bahan reflektif bersama mengenai pentingnya kesadaran dalam penggunaan media sosial.Visualisation of Excessive Social Media Use on Mental Health through Fine Art Photography. This photographic work brings up the theme of mental health disorders due to excessive use of social media. The creation of this fine art photograph aims to visualise the negative impacts of social media on mental health. This genre of fine art photography was chosen because it can express self-anxiety about mental health conditions and is supported by a montage method to support the realisation of the work. The data collection method in the embodiment of this work uses observation methods in various ways, namely by observing literature, distributing questionnaires to the group of late adolescents aged 18 to 24 years, and conducting direct interviews with one of the psychologists as a mental health expert. These observations' findings serve as the foundation for ideas in the creation of works. In the realisation of this work, the social media platforms chosen as supporting is Instagram. The result of this photographic work conveys user-related impressions, which are illustrated through the visualisation of various symptoms of mental health disorders: (a) addiction, (b) self-comparison, and (c) anxiety. Thus, the creation of this photographic work is expected to be a collective reflective material regarding the importance of awareness in the use of social media.
{"title":"VISUALISASI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL BERLEBIHAN TERHADAP KESEHATAN MENTAL MELALUI FOTOGRAFI EKSPRESI","authors":"Rahmat Mukhlasin, K. Kusrini, Arti Wulandari","doi":"10.24821/specta.v7i1.9054","DOIUrl":"https://doi.org/10.24821/specta.v7i1.9054","url":null,"abstract":"Penciptaan karya fotografi ini mengangkat tema tentang masalah gangguan kesehatan mental akibat penggunaan media sosial yang berlebihan. Tujuan penciptaan fotografi ekspresi ini adalah untuk memvisualisasikan dampak negatif media sosial terhadap kesehatan mental. Aliran fotografi ekspresi dipilih karena dapat menyampaikan kegelisahan diri hingga kondisi kesehatan mental dan didukung dengan metode montase sebagai penunjang perwujudan karya. Metode pengumpulan data dalam perwujudan karya ini menggunakan metode observasi dengan berbagai cara, yakni dengan meninjau literatur, membagikan kuesioner kepada kelompok remaja masa akhir dengan rentang umur 18-24 tahun, dan mewawancarai langsung salah satu psikolog sebagai ahli kesehatan mental. Hasil dari observasi tersebut dijadikan landasan ide dalam visualisasi karya. Dalam perwujudan karya, media sosial yang dipilih sebagai objek pendukung ide penciptaan adalah Instagram. Hasil penciptaan karya fotografi ini menyampaikan kesan yang berhubungan dengan pengguna. Hal ini digambarkan melalui visualisasi dari berbagai gejala gangguan kesehatan mental, yaitu (a) adiksi, (b) komparasi diri, dan (c) kecemasan. Dengan demikian, penciptaan karya fotografi ini diharapkan dapat menjadi bahan reflektif bersama mengenai pentingnya kesadaran dalam penggunaan media sosial.Visualisation of Excessive Social Media Use on Mental Health through Fine Art Photography. This photographic work brings up the theme of mental health disorders due to excessive use of social media. The creation of this fine art photograph aims to visualise the negative impacts of social media on mental health. This genre of fine art photography was chosen because it can express self-anxiety about mental health conditions and is supported by a montage method to support the realisation of the work. The data collection method in the embodiment of this work uses observation methods in various ways, namely by observing literature, distributing questionnaires to the group of late adolescents aged 18 to 24 years, and conducting direct interviews with one of the psychologists as a mental health expert. These observations' findings serve as the foundation for ideas in the creation of works. In the realisation of this work, the social media platforms chosen as supporting is Instagram. The result of this photographic work conveys user-related impressions, which are illustrated through the visualisation of various symptoms of mental health disorders: (a) addiction, (b) self-comparison, and (c) anxiety. Thus, the creation of this photographic work is expected to be a collective reflective material regarding the importance of awareness in the use of social media.","PeriodicalId":33910,"journal":{"name":"Specta","volume":"47 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77711334","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-05-31DOI: 10.35718/specta.v7i1.704
R. Akbar, J. Awali, Flora Stasiyanur, M. P. D. Lubis
This research uses shielded metal arc welding (SMAW) welding method combined with flux core art welding (FCAW) welding method using ASTM A36 10 mm steel material and using double V seam. Then the electrode used in this study is for SMAW E7018 welding. , while for FCAW E71T1 welding. The current variations used are SMAW 60A, 75A, 90A and FCAW 190A, 205A, 220A. The purpose of this research is to determine the optimal current that produces the highest tensile and impact strength and differences in microstructure in the weld metal area. From the results of this study, the highest tensile and impact strengths were at 90A SMAW and 220A FCAW with a tensile strength of 526.96 N/mm and an impact strength of 1.2044 J/mm2. Then the microstructure formed is Grain Boundry Ferrite (GBF), Pearlite (P), Arcicular Ferrite (AF), Ferrite (F). Where the percentage of SMAW weld metal is 72.1% Ferrite and 27.9% Pearlite, while in FCAW weld metal it is 75.63% Ferrite and 24.37% Pearlite.
{"title":"Analysis of the Effect of Variations in Welding Current of the Combination of SMAW & FCAW Using Double V Groove on Tensile Strength, Impact and Microstructure in ASTM A36 Steel Weld Metal Area","authors":"R. Akbar, J. Awali, Flora Stasiyanur, M. P. D. Lubis","doi":"10.35718/specta.v7i1.704","DOIUrl":"https://doi.org/10.35718/specta.v7i1.704","url":null,"abstract":"This research uses shielded metal arc welding (SMAW) welding method combined with flux core art welding (FCAW) welding method using ASTM A36 10 mm steel material and using double V seam. Then the electrode used in this study is for SMAW E7018 welding. , while for FCAW E71T1 welding. The current variations used are SMAW 60A, 75A, 90A and FCAW 190A, 205A, 220A. The purpose of this research is to determine the optimal current that produces the highest tensile and impact strength and differences in microstructure in the weld metal area. From the results of this study, the highest tensile and impact strengths were at 90A SMAW and 220A FCAW with a tensile strength of 526.96 N/mm and an impact strength of 1.2044 J/mm2. Then the microstructure formed is Grain Boundry Ferrite (GBF), Pearlite (P), Arcicular Ferrite (AF), Ferrite (F). Where the percentage of SMAW weld metal is 72.1% Ferrite and 27.9% Pearlite, while in FCAW weld metal it is 75.63% Ferrite and 24.37% Pearlite.","PeriodicalId":33910,"journal":{"name":"Specta","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48067067","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}