Pub Date : 2022-04-25DOI: 10.35718/specta.v6i1.390
Adrian Gunawan, Amelia Anggraini Pangestu, Etty Rahmayanti, Andika A.I. Saputra, Intan Dwi Wahyu Setyo Rini, Ainun Zulfikar, A. I. Arobi
Total kebutuhan material refractory di Indonesia mencapai 200.000 ton per tahun, sedangkan kapasitas produksi mencapai 50.000 ton per tahun. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, diperlukan bahan baku alternatif selain bahan baku utama yakni fireclay yang berasal dari tanah liat, yakni Fly Ash (FA) dari sisa pembakaran batu bara di PLTU. Jenis material refractory dalam penelitian ini adalah batu bata ringan tahan api, dengan menggunakan zat Hidrogen Peroksida (H2O2) sebagai foaming agent. Fly Ash digunakan berasal dari PLTU Teluk Balikpapan dengan tingkat substitusi fireclay sebesar 5% s.d 25%, serta H2O2 dengan variasi 5 ml s.d 9 ml. Analisis yang dilakukan adalah XRF untuk FA, serta kuat tekan, densitas, penyerapan, porositas, dan shrinkage untuk specimen batu bata ringan tahan api. Hasil kuat tekan terbaik adalah 0,549 Mpa dengan linier shrinkage 2%, penyerapan 37,46%, 2%, densitas 1,44 g/cm3, dan porositas 50%
{"title":"Pengaruh Penambahan H2O2 sebagai Foaming Agent pada Karakteristik Batu Bata Ringan Tahan Api Berbahan Dasar Fireclay dan Fly Ash PLTU Teluk Balikpapan","authors":"Adrian Gunawan, Amelia Anggraini Pangestu, Etty Rahmayanti, Andika A.I. Saputra, Intan Dwi Wahyu Setyo Rini, Ainun Zulfikar, A. I. Arobi","doi":"10.35718/specta.v6i1.390","DOIUrl":"https://doi.org/10.35718/specta.v6i1.390","url":null,"abstract":"Total kebutuhan material refractory di Indonesia mencapai 200.000 ton per tahun, sedangkan kapasitas produksi mencapai 50.000 ton per tahun. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, diperlukan bahan baku alternatif selain bahan baku utama yakni fireclay yang berasal dari tanah liat, yakni Fly Ash (FA) dari sisa pembakaran batu bara di PLTU. Jenis material refractory dalam penelitian ini adalah batu bata ringan tahan api, dengan menggunakan zat Hidrogen Peroksida (H2O2) sebagai foaming agent. Fly Ash digunakan berasal dari PLTU Teluk Balikpapan dengan tingkat substitusi fireclay sebesar 5% s.d 25%, serta H2O2 dengan variasi 5 ml s.d 9 ml. Analisis yang dilakukan adalah XRF untuk FA, serta kuat tekan, densitas, penyerapan, porositas, dan shrinkage untuk specimen batu bata ringan tahan api. Hasil kuat tekan terbaik adalah 0,549 Mpa dengan linier shrinkage 2%, penyerapan 37,46%, 2%, densitas 1,44 g/cm3, dan porositas 50%","PeriodicalId":33910,"journal":{"name":"Specta","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41376172","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-25DOI: 10.35718/specta.v6i1.695
Yanuar Fabien, Aidil Saputra Kirsan, Prodi Sistem, J. Informasi, Matematika dan Teknologi, Institut Teknologi Informasi, Kalimantan
Saat ini banyak sekali pertokoan di Indonesia terkhusus pada kota Balikpapan. Dari semua lapisan masyarakat atas, menengah maupun kecil, semuanya memerlukan adanya pertokoan ini dalam kehidupan. Sehingga, untuk penghasilan sehari hari dalam memenuhi kehidupan, usaha penjualan dan inventaris toko ini sangatlah menjanjikan. Dalam hal ini, banyak sekali barang penjualan di dalam sebuah toko. Sehingga terjadi kesulitan bagi sebuah pertokoan untuk mengetahui banyak barang yang masuk dari supplier maupun barang yang telah habis terjual. Dengan menggunakan aplikasi website Sistem Informasi Penjualan & Inventaris Toko (SIANTO) akan mempermudah toko untuk mengetahui barang apa saja yang telah terjual dan tercatat secara otomatis tanpa perlu menghitung barang secara manual. Dalam pembuatan Sistem Informasi Inventarisasi ini, tahap pengumpulan data digunakan seperti wawancara, observasi langsung, studi pustaka dan diskusi untuk memecahkan masalah. Sistem informasi persediaan barang ini dirancang dengan menggunakan metodologi Structural Analysis and Design (SAD). SAD adalah suatu cara untuk mengatur bagian analisis dan perancangan sistem suatu proyek yang bertujuan untuk membuat suatu sistem informasi berbasis komputer. Setelah dilakukan pengembangan sistem aplikasi website SIANTO maka Aplikasi website SIANTO dapat mempermudah pihak toko/penjual dalam proses transaksi dengan adanya fitur penjualan yang dilengkapi fungsi cetak bukti pembayaran. Pendataan stok barang serta penjualan yang dilakukan kepada pembeli. Kemampuan untuk menghitung secara otomatis keuntungan dari pihak toko/penjual berdasarkan riwayat transaksi.
{"title":"Pengembangan Sistem Informasi Penjualan & Inventaris Toko (SIANTO) Berbasis Website","authors":"Yanuar Fabien, Aidil Saputra Kirsan, Prodi Sistem, J. Informasi, Matematika dan Teknologi, Institut Teknologi Informasi, Kalimantan","doi":"10.35718/specta.v6i1.695","DOIUrl":"https://doi.org/10.35718/specta.v6i1.695","url":null,"abstract":"Saat ini banyak sekali pertokoan di Indonesia terkhusus pada kota Balikpapan. Dari semua lapisan masyarakat atas, menengah maupun kecil, semuanya memerlukan adanya pertokoan ini dalam kehidupan. Sehingga, untuk penghasilan sehari hari dalam memenuhi kehidupan, usaha penjualan dan inventaris toko ini sangatlah menjanjikan. Dalam hal ini, banyak sekali barang penjualan di dalam sebuah toko. Sehingga terjadi kesulitan bagi sebuah pertokoan untuk mengetahui banyak barang yang masuk dari supplier maupun barang yang telah habis terjual. Dengan menggunakan aplikasi website Sistem Informasi Penjualan & Inventaris Toko (SIANTO) akan mempermudah toko untuk mengetahui barang apa saja yang telah terjual dan tercatat secara otomatis tanpa perlu menghitung barang secara manual. Dalam pembuatan Sistem Informasi Inventarisasi ini, tahap pengumpulan data digunakan seperti wawancara, observasi langsung, studi pustaka dan diskusi untuk memecahkan masalah. Sistem informasi persediaan barang ini dirancang dengan menggunakan metodologi Structural Analysis and Design (SAD). SAD adalah suatu cara untuk mengatur bagian analisis dan perancangan sistem suatu proyek yang bertujuan untuk membuat suatu sistem informasi berbasis komputer. Setelah dilakukan pengembangan sistem aplikasi website SIANTO maka Aplikasi website SIANTO dapat mempermudah pihak toko/penjual dalam proses transaksi dengan adanya fitur penjualan yang dilengkapi fungsi cetak bukti pembayaran. Pendataan stok barang serta penjualan yang dilakukan kepada pembeli. Kemampuan untuk menghitung secara otomatis keuntungan dari pihak toko/penjual berdasarkan riwayat transaksi.","PeriodicalId":33910,"journal":{"name":"Specta","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47133768","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-25DOI: 10.35718/specta.v6i1.330
Sena Sukmananda Suprapto, Vicky Andria Kusuma
Perkembangan teknologi memberikan kemudahan dalam bertransaksi misalnya pembayaran digital menggunakan dompet elektronik (e-wallet). Karena banyaknya e-wallet yang beredar di Indonesia, Bank Indonesia (BI) membuat standar pembayaran digital dengan nama QRIS yang digunakan sebagai pembayaran antar berbagai e-wallet dengan menggunakan QR Code di tahun 2020. Terdapat dua jenis QRIS yaitu QRIS Static dan Dynamic. QRIS Dynamic terdapat informasi mengenai ID Penjual dan nominal transaksi yang selalu berubah untuk setiap transaksinya. Sayangnya, QRIS Dynamic belum banyak dimanfaatkan untuk sistem pembayaran otomatis. Fokus dalam penelitian ini adalah mengukur waktu tunggu verifikasi transaksi digital otomatis menggunakan QRIS API pada vending machine sebagai inovasi di bidang smart economy. Dari penelitian ini didapatkan nilai waktu tunggu rata-rata, maksimal, dan minimal berturut-turut adalah 4225,67 ms, 8054 ms, dan 1549 ms. Hasil tersebut sangat baik dengan nilai standar deviasi sampel yang sangat kecil, yaitu 14.78% atau 657,46 ms.
{"title":"Pengukuran Waktu Tunggu Verifikasi Transaksi Digital Otomatis Berbasis Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) Dynamic pada Rancang Bangun Vending Machine","authors":"Sena Sukmananda Suprapto, Vicky Andria Kusuma","doi":"10.35718/specta.v6i1.330","DOIUrl":"https://doi.org/10.35718/specta.v6i1.330","url":null,"abstract":"Perkembangan teknologi memberikan kemudahan dalam bertransaksi misalnya pembayaran digital menggunakan dompet elektronik (e-wallet). Karena banyaknya e-wallet yang beredar di Indonesia, Bank Indonesia (BI) membuat standar pembayaran digital dengan nama QRIS yang digunakan sebagai pembayaran antar berbagai e-wallet dengan menggunakan QR Code di tahun 2020. Terdapat dua jenis QRIS yaitu QRIS Static dan Dynamic. QRIS Dynamic terdapat informasi mengenai ID Penjual dan nominal transaksi yang selalu berubah untuk setiap transaksinya. Sayangnya, QRIS Dynamic belum banyak dimanfaatkan untuk sistem pembayaran otomatis. Fokus dalam penelitian ini adalah mengukur waktu tunggu verifikasi transaksi digital otomatis menggunakan QRIS API pada vending machine sebagai inovasi di bidang smart economy. Dari penelitian ini didapatkan nilai waktu tunggu rata-rata, maksimal, dan minimal berturut-turut adalah 4225,67 ms, 8054 ms, dan 1549 ms. Hasil tersebut sangat baik dengan nilai standar deviasi sampel yang sangat kecil, yaitu 14.78% atau 657,46 ms.","PeriodicalId":33910,"journal":{"name":"Specta","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45712565","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Meningkatnya jumlah penduduk di kota memberikan dampak kepada volume dan frekuensi dari kegiatan penduduk yang ada di dalam kota . Kota Mataram sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) memberikan dampak terhadap kondisi kemajuan dan keragaman kegiatan yang ada di Kota Mataram. Konsep “Compact City” dapat menjadi salah satu alternatif dalam upaya merespon pertumbuhan penduduk bersamaan dengan kegiatan-kegiatannya yang terus meningkat baik dari volume maupun frekuensinya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat kekompakan yang terjadi di Kota Mataram dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kekompakan tersebut. Variabel-Variabel penilaian untuk menilai tingkat kekompakan tersebut diklasifikasikan menggunakan metode klasifikasi Sturges. Sedangkan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kekompakan tersebut adalah dengan membandingkan definisi variabel Urban Compactness secara teoritis dengan kondisi aspek terkait di Kota Mataram. Hasil analisis menunjukkan Nilai Urban Compactness yang paling tinggi, yaitu Kelurahan Dasan Agung dengan Nilai Indeks 189,01 yang masuk dalam kategori “Sangat Tinggi”, Kelurahan Selagalas dengan Nilai Indeks 129,69 termasuk kategori “Agak Tinggi”, dan kelurahan lainya memiliki Nilai Urban Compactness yang lebih rendah. Berdasarkan hasil analisis, Aspek Kepadatan merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap kecenderungan Urban Compactness yang terjadi pada tiap–tiap kelurahan maupun Kota Mataram secara keseluruhan. Struktur Urban Compactness yang dianalisis dan terbentuk secara alami di Kota Mataram, perlu dikendalikan dan diarahkan agar sesuai dengan tujuan dan harapan diterapkannya Konsep Compact City pada sebuah kota. Perlu ada dorongan atau upaya meningkatkan peran terkait aspek Mixed Use dan Intensifikasi, sehingga dapat mengoptimalkan guna lahan di dalam Kota Mataram dan melindungi lahan-lahan di pinggiran kota Mataram.
{"title":"Analisis Tingkat Kekompakan Kota (Urban Compactness) terhadap Pembentukan dan Penerapan Konsep Kota Kompak di Kota Mataram","authors":"Yundi Wahyu Nurdyas, Fariz Primadi Hirsan, Rasyid Ridha","doi":"10.35718/specta.v5i3.386","DOIUrl":"https://doi.org/10.35718/specta.v5i3.386","url":null,"abstract":"Meningkatnya jumlah penduduk di kota memberikan dampak kepada volume dan frekuensi dari kegiatan penduduk yang ada di dalam kota . Kota Mataram sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) memberikan dampak terhadap kondisi kemajuan dan keragaman kegiatan yang ada di Kota Mataram. Konsep “Compact City” dapat menjadi salah satu alternatif dalam upaya merespon pertumbuhan penduduk bersamaan dengan kegiatan-kegiatannya yang terus meningkat baik dari volume maupun frekuensinya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat kekompakan yang terjadi di Kota Mataram dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kekompakan tersebut. Variabel-Variabel penilaian untuk menilai tingkat kekompakan tersebut diklasifikasikan menggunakan metode klasifikasi Sturges. Sedangkan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kekompakan tersebut adalah dengan membandingkan definisi variabel Urban Compactness secara teoritis dengan kondisi aspek terkait di Kota Mataram. Hasil analisis menunjukkan Nilai Urban Compactness yang paling tinggi, yaitu Kelurahan Dasan Agung dengan Nilai Indeks 189,01 yang masuk dalam kategori “Sangat Tinggi”, Kelurahan Selagalas dengan Nilai Indeks 129,69 termasuk kategori “Agak Tinggi”, dan kelurahan lainya memiliki Nilai Urban Compactness yang lebih rendah. Berdasarkan hasil analisis, Aspek Kepadatan merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap kecenderungan Urban Compactness yang terjadi pada tiap–tiap kelurahan maupun Kota Mataram secara keseluruhan. Struktur Urban Compactness yang dianalisis dan terbentuk secara alami di Kota Mataram, perlu dikendalikan dan diarahkan agar sesuai dengan tujuan dan harapan diterapkannya Konsep Compact City pada sebuah kota. Perlu ada dorongan atau upaya meningkatkan peran terkait aspek Mixed Use dan Intensifikasi, sehingga dapat mengoptimalkan guna lahan di dalam Kota Mataram dan melindungi lahan-lahan di pinggiran kota Mataram.","PeriodicalId":33910,"journal":{"name":"Specta","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43430475","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sektor kesehatan Indonesia pada saat ini menghadapi kondisi triple burden yang memerlukan respons dalam bentuk kebijakan yang didasarkan pada bukti-bukti ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, adanya perkembangan teknologi yang menghadirkan big data dapat menjadi peluang pada sektor kesehatan untuk menghasilkan kebijakan yang efektif, dan efisien. Terlebih pada saat ini, penggunaan big data masih didominasi oleh sektor swasta. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pemanfaatan big data dalam perumusan kebijakan publik pada sektor kesehatan. Hal-hal yang dibahas dalam penelitian ini meliputi sebaran lokasi geografis penggunaan big data, waktu mulai digunakannya big data, kedudukan big data, klasifikasi big data yang telah dimanfaatkan, serta proses pemanfaatan big data dalam kaitannya dengan perumusan kebijakan publik pada sektor kesehatan. Penelitian ini menggunakan metode Systematic Quantitative Literature Review (SQLR) dengan mengumpulkan berbagai dokumen penelitian terkait ke dalam suatu data base. Kemudian dianalisis lebih lanjut dengan metode analisis deskriptif kuantitatif yang mempertimbangkan berbagai kategori dan sub kategori. Berdasarkan dokumen penelitian yang terkumpul, disebutkan bahwa kebijakan publik untuk sektor kesehatan hanya 21,7% yang telah memanfaatkan big data sebagai dasar perumusan. Kebijakan yang dihasilkan pun beragam bergantung pada big data dan metode analisis yang digunakan. Pemanfaatan big data dalam perumusan kebijakan publik di sektor kesehatan memiliki keunggulan yaitu memberikan efektivitas dan kecepatan dalam perumusan kebijakan. Di sisi lain, pemanfaatan big data dalam sektor kesehatan perlu memperhatikan privasi dan keamanan data. Sehingga dengan memperhatikan keunggulan dan tetap menjaga privasi serta keamanan data maka pemanfaatan big data untuk perumusan kebijakan dalam sektor kesehatan dapat terselenggara secara efektif dan efisien.
{"title":"Studi Pemanfaatan Big Data dalam Perumusan Kebijakan Publik pada Sektor Kesehatan","authors":"Dzaki Naufal Hakim, Fitra Ramadan, Yunida Indira Cahyono","doi":"10.35718/specta.v5i3.379","DOIUrl":"https://doi.org/10.35718/specta.v5i3.379","url":null,"abstract":"Sektor kesehatan Indonesia pada saat ini menghadapi kondisi triple burden yang memerlukan respons dalam bentuk kebijakan yang didasarkan pada bukti-bukti ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, adanya perkembangan teknologi yang menghadirkan big data dapat menjadi peluang pada sektor kesehatan untuk menghasilkan kebijakan yang efektif, dan efisien. Terlebih pada saat ini, penggunaan big data masih didominasi oleh sektor swasta. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pemanfaatan big data dalam perumusan kebijakan publik pada sektor kesehatan. Hal-hal yang dibahas dalam penelitian ini meliputi sebaran lokasi geografis penggunaan big data, waktu mulai digunakannya big data, kedudukan big data, klasifikasi big data yang telah dimanfaatkan, serta proses pemanfaatan big data dalam kaitannya dengan perumusan kebijakan publik pada sektor kesehatan. Penelitian ini menggunakan metode Systematic Quantitative Literature Review (SQLR) dengan mengumpulkan berbagai dokumen penelitian terkait ke dalam suatu data base. Kemudian dianalisis lebih lanjut dengan metode analisis deskriptif kuantitatif yang mempertimbangkan berbagai kategori dan sub kategori. Berdasarkan dokumen penelitian yang terkumpul, disebutkan bahwa kebijakan publik untuk sektor kesehatan hanya 21,7% yang telah memanfaatkan big data sebagai dasar perumusan. Kebijakan yang dihasilkan pun beragam bergantung pada big data dan metode analisis yang digunakan. Pemanfaatan big data dalam perumusan kebijakan publik di sektor kesehatan memiliki keunggulan yaitu memberikan efektivitas dan kecepatan dalam perumusan kebijakan. Di sisi lain, pemanfaatan big data dalam sektor kesehatan perlu memperhatikan privasi dan keamanan data. Sehingga dengan memperhatikan keunggulan dan tetap menjaga privasi serta keamanan data maka pemanfaatan big data untuk perumusan kebijakan dalam sektor kesehatan dapat terselenggara secara efektif dan efisien.","PeriodicalId":33910,"journal":{"name":"Specta","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46071448","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-01DOI: 10.35718/specta.v5i3.376
Nofa Martina Ariani, Bagus Nuari Priambudi, M. H. Wijaya, D. Puspasari
Kota baru mandiri merupakan konsep untuk mengendalikan pertumbuhan lahan terbangun sekaligus sebagai pengendali pergerakan masyarakat. Letak kawasan permukiman yang tersebar dalam sebuah kota dan fasilitas yang tidak terintegrasi menyebabkan banyak masyarakat yang membutuhkan perjalanan jauh untuk mengaksesnya, yang akhirnya berdampak pada kemacetan, polusi, dan sebagainya. Bukit Semarang Baru adalah sebuah kota baru mandiri yang dikembangkan mulai tahun 1997 di Kota Semarang untuk membuat masyarakat lebih efektif dan efisien dalam menjalankan segala aktivitasnya mulai dari bekerja, sekolah, berbelanja, sampai menghabiskan waktu luang mereka. Namun, tantangan dalam pengembangan kota baru ini adalah pola pikir masyarakat untuk mengakses fasilitas yang ada. Fasilitas yang ada di pusat Kota Semarang tidak dipungkiri menjadi daya tarik besar bagi warga Kota Semarang, sehingga masih banyak masyarakat Kawasan BSB yang mengakses fasilitas tidak di dalam lingkungan BSB dan masih mengakses sampai pusat kota. Hal tersebut dibuktikan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dimana hasil studi membuktikan bahwa lebih dari 60% masyarakat mengakses fasilitas untuk bekerja, sekolah dan rekreasi di luar kawasan BSB. Studi ini yang merupakan studi lanjutan akan mengkaji bagaimana pola pikir masyarakat Kawasan BSB dalam mengakses fasilitas, terutama fasilitas yang berada di luar Kawasan BSB. Aktivitas yang akan dikaji adalah aktivitas bekerja, sekolah, belanja dan rekreasi. Konsep pola pikir tersebut nantinya akan membentuk sistem sosial ekologi masyarakat dalam mengakses fasilitas. Metode penelitian yang akan digunakan adalah deskriptif kuantitatif berdasarkan kuesioner yang disebar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat alasan mendasar mengapa mereka lebih memilih fasilitas di luar kawasan BSB seperti mutu sekolah, suasana tempat rekreasi, lokasi belanja yang lengkap dan lokasi bekerja yang telah lebih dulu ditentukan sebelum menghuni BSB. Diharapkan dengan penelitian ini dapat menjadi input dalam mengembangkan kota baru lainnya di Indonesia..
{"title":"Pola Pikir Masyarakat Dalam Mengakses Fasilitas Sebagai Pembentuk Sistem Sosial Ekologi Pada Kota Baru Mandiri (Studi Kasus: Bukit Semarang Baru Mijen)","authors":"Nofa Martina Ariani, Bagus Nuari Priambudi, M. H. Wijaya, D. Puspasari","doi":"10.35718/specta.v5i3.376","DOIUrl":"https://doi.org/10.35718/specta.v5i3.376","url":null,"abstract":"Kota baru mandiri merupakan konsep untuk mengendalikan pertumbuhan lahan terbangun sekaligus sebagai pengendali pergerakan masyarakat. Letak kawasan permukiman yang tersebar dalam sebuah kota dan fasilitas yang tidak terintegrasi menyebabkan banyak masyarakat yang membutuhkan perjalanan jauh untuk mengaksesnya, yang akhirnya berdampak pada kemacetan, polusi, dan sebagainya. Bukit Semarang Baru adalah sebuah kota baru mandiri yang dikembangkan mulai tahun 1997 di Kota Semarang untuk membuat masyarakat lebih efektif dan efisien dalam menjalankan segala aktivitasnya mulai dari bekerja, sekolah, berbelanja, sampai menghabiskan waktu luang mereka. Namun, tantangan dalam pengembangan kota baru ini adalah pola pikir masyarakat untuk mengakses fasilitas yang ada. Fasilitas yang ada di pusat Kota Semarang tidak dipungkiri menjadi daya tarik besar bagi warga Kota Semarang, sehingga masih banyak masyarakat Kawasan BSB yang mengakses fasilitas tidak di dalam lingkungan BSB dan masih mengakses sampai pusat kota. Hal tersebut dibuktikan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dimana hasil studi membuktikan bahwa lebih dari 60% masyarakat mengakses fasilitas untuk bekerja, sekolah dan rekreasi di luar kawasan BSB. Studi ini yang merupakan studi lanjutan akan mengkaji bagaimana pola pikir masyarakat Kawasan BSB dalam mengakses fasilitas, terutama fasilitas yang berada di luar Kawasan BSB. Aktivitas yang akan dikaji adalah aktivitas bekerja, sekolah, belanja dan rekreasi. Konsep pola pikir tersebut nantinya akan membentuk sistem sosial ekologi masyarakat dalam mengakses fasilitas. Metode penelitian yang akan digunakan adalah deskriptif kuantitatif berdasarkan kuesioner yang disebar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat alasan mendasar mengapa mereka lebih memilih fasilitas di luar kawasan BSB seperti mutu sekolah, suasana tempat rekreasi, lokasi belanja yang lengkap dan lokasi bekerja yang telah lebih dulu ditentukan sebelum menghuni BSB. Diharapkan dengan penelitian ini dapat menjadi input dalam mengembangkan kota baru lainnya di Indonesia..","PeriodicalId":33910,"journal":{"name":"Specta","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"69928801","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-01DOI: 10.35718/specta.v5i3.385
Ely Nurhidayati, Iin Arianti
Masyarakat yang bermukim di tepi air Kota Pontianak, masyarakat telah hidup berdampingan dengan sungai hingga saat ini. Sehingga masyarakat beranggapan bahwa air pasang (besar/tinggi) bukanlah bagian dari bencana. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menemukenali modal sosial yang membentuk ketahanan kota tepi air. Sasaran penelitian ini yaitu megidentifikasi kerentanan di kawasan dan menemukenali modal sosial. Pendekatan penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan jenis data primer dan sekunder. Adapun data tersebut yaitu kuesioner, wawancara, observasi lapangan dan telaah dokumen. Hasil penelitian ini yaitu kerentanan bencana di kawasan tepi air Kota Pontianak seperti risiko genangan, pasang surut sungai, kekeringan, risiko kerusakan bangunan rumah tinggal, dan risiko kebakaran. Hal tersebut menimbulkan modal sosial yang diwujudkan dalam bentuk nilai kearifan lokal, adaptasi dan mitigasi, serta ketahanan masyarakat. Hal tersebut didukung dengan adanya aktivitas masyarakat dalalm lokasi penelitian ini adalah interaksi antar masyarakat dan tentang rasa kekeluargaan antar sesama dan turut ikut jika ada kegiatan gotong royong di masyarakat sekitar.
{"title":"Modal Sosial dan Ketahanan Kota Tepi Air di Pontianak","authors":"Ely Nurhidayati, Iin Arianti","doi":"10.35718/specta.v5i3.385","DOIUrl":"https://doi.org/10.35718/specta.v5i3.385","url":null,"abstract":"Masyarakat yang bermukim di tepi air Kota Pontianak, masyarakat telah hidup berdampingan dengan sungai hingga saat ini. Sehingga masyarakat beranggapan bahwa air pasang (besar/tinggi) bukanlah bagian dari bencana. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menemukenali modal sosial yang membentuk ketahanan kota tepi air. Sasaran penelitian ini yaitu megidentifikasi kerentanan di kawasan dan menemukenali modal sosial. Pendekatan penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan jenis data primer dan sekunder. Adapun data tersebut yaitu kuesioner, wawancara, observasi lapangan dan telaah dokumen. Hasil penelitian ini yaitu kerentanan bencana di kawasan tepi air Kota Pontianak seperti risiko genangan, pasang surut sungai, kekeringan, risiko kerusakan bangunan rumah tinggal, dan risiko kebakaran. Hal tersebut menimbulkan modal sosial yang diwujudkan dalam bentuk nilai kearifan lokal, adaptasi dan mitigasi, serta ketahanan masyarakat. Hal tersebut didukung dengan adanya aktivitas masyarakat dalalm lokasi penelitian ini adalah interaksi antar masyarakat dan tentang rasa kekeluargaan antar sesama dan turut ikut jika ada kegiatan gotong royong di masyarakat sekitar.","PeriodicalId":33910,"journal":{"name":"Specta","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49152573","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-01DOI: 10.35718/specta.v5i3.375
Bagus Nuari Priambudi, Nofa Martina Ariani, M. H. Wijaya, Brian Pradana
Perencanaan suatu kota tidak akan pernah lepas dari proses pemodelan transportasi. Karena pemodelan transportasi merupakan suatu faktor penting untuk melihat keberhasilan dari perencanaan kota. Pemodelan transportasi yang baik, seharusnya dapat mencerminkan karakteristik suatu kota. Proses ini pastinya ditunjang dengan banyak data, serta proses statistik/matematis yang kompleks dan akurat. Hal inilah yang selalu menjadi kendala utama dalam suatu proses pemodelan transportasi. Pada era Big Data permasalahan tersebut seharusnya sudah dapat diatasi. Karena semua proses pengumpulan data dapat dilakukan secara real time melalui semua platform yang dimiliki. Selain itu, semua proses yang kompleks dalam pemodelan transportasi dapat lebih mudah dilakukan dengan bantuan Data Science. Sekumpulan inferensi data yang dikembangkan dengan algoritmik yang bertujuan untuk memudahkan penanganan masalah yang rumit merupakan pengertian Data Science. Namun banyak peneliti/praktisi belum menyadari tentang pentingnya penggunaan data science. Pada artikel ini akan mengkaji lebih mendalam tentang peluang tantangan dan pentingnya penggunaan data science dalam pemodelan transportasi. Karena penggunaan data science ini, dapat membantu mempercepat semua tahapan yang dilakukan dalam pemodelan transportasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kajian pustaka terhadap beberapa penelitian pemodelan transportasi yang menggunakan data science baik di Indonesia maupaun di negara lain. Pembahasan dalam artikel ini terdiri dari beberapa poin penting yakni kondisi penggunaan data science di Indonesia, peluang dan tantangan serta pentingnya penggunaan data science di dunia transportasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan data science di Indonesia termasuk kategori rendah. Jika dikaji secara lebih mendalam, data science memiliki peranan penting. Khususnya dalam menghadapi permasalahan ketersediaan data dalam pemodelan transportasi. Output dari pemodelan transportasi dengan menggunakan data science dapat terlihat lebih informatif dan mudah dimengerti. Hal inilah yang belum banyak disadari oleh para peneliti/praktisi di dunia transportasi. Adanya studi ini diharapkan dapat memberikan gambaran bahwa dengan mulai memanfaatkan data science yang lebih baik, berpengaruh terhadap output yang lebih optimal.
{"title":"Eksplorasi Pentingnya Penggunaan Data Science Dalam Perencanaan Pemodelan Transportasi Perkotaan","authors":"Bagus Nuari Priambudi, Nofa Martina Ariani, M. H. Wijaya, Brian Pradana","doi":"10.35718/specta.v5i3.375","DOIUrl":"https://doi.org/10.35718/specta.v5i3.375","url":null,"abstract":"Perencanaan suatu kota tidak akan pernah lepas dari proses pemodelan transportasi. Karena pemodelan transportasi merupakan suatu faktor penting untuk melihat keberhasilan dari perencanaan kota. Pemodelan transportasi yang baik, seharusnya dapat mencerminkan karakteristik suatu kota. Proses ini pastinya ditunjang dengan banyak data, serta proses statistik/matematis yang kompleks dan akurat. Hal inilah yang selalu menjadi kendala utama dalam suatu proses pemodelan transportasi. Pada era Big Data permasalahan tersebut seharusnya sudah dapat diatasi. Karena semua proses pengumpulan data dapat dilakukan secara real time melalui semua platform yang dimiliki. Selain itu, semua proses yang kompleks dalam pemodelan transportasi dapat lebih mudah dilakukan dengan bantuan Data Science. Sekumpulan inferensi data yang dikembangkan dengan algoritmik yang bertujuan untuk memudahkan penanganan masalah yang rumit merupakan pengertian Data Science. Namun banyak peneliti/praktisi belum menyadari tentang pentingnya penggunaan data science. Pada artikel ini akan mengkaji lebih mendalam tentang peluang tantangan dan pentingnya penggunaan data science dalam pemodelan transportasi. Karena penggunaan data science ini, dapat membantu mempercepat semua tahapan yang dilakukan dalam pemodelan transportasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kajian pustaka terhadap beberapa penelitian pemodelan transportasi yang menggunakan data science baik di Indonesia maupaun di negara lain. Pembahasan dalam artikel ini terdiri dari beberapa poin penting yakni kondisi penggunaan data science di Indonesia, peluang dan tantangan serta pentingnya penggunaan data science di dunia transportasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan data science di Indonesia termasuk kategori rendah. Jika dikaji secara lebih mendalam, data science memiliki peranan penting. Khususnya dalam menghadapi permasalahan ketersediaan data dalam pemodelan transportasi. Output dari pemodelan transportasi dengan menggunakan data science dapat terlihat lebih informatif dan mudah dimengerti. Hal inilah yang belum banyak disadari oleh para peneliti/praktisi di dunia transportasi. Adanya studi ini diharapkan dapat memberikan gambaran bahwa dengan mulai memanfaatkan data science yang lebih baik, berpengaruh terhadap output yang lebih optimal.","PeriodicalId":33910,"journal":{"name":"Specta","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41804986","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Public transportation service improvement in urban area, such as Bus Rapid Transit (BRT), becomes the main issue among transport planners nowadays. BRT has been a popular transit system which provide an easy dan fast service for satisfying the transport needs, particularly in developing countries. This transport mode offers high quality mass transit system yet still in affordable cost, which is necessary for developing countries. Jakarta becomes the first Southeast Asia country who applied the BRT system. This study aims to gain insights towards the role of policies in facilitating the improvement of TransJakarta performance and reach 1 million passengers in early 2020. Understanding the policy aspect, both central and regional policies which can improve the public transport performance, will possibly provide a broader perspective among policymakers who developing and implementing the BRT systems, particularly in developing countries. For this purpose, conceptual framework was employed to explain how policy implementation could improve the BRT performance, which collected through secondary data, mostly various planning documents and TransJakarta operational reports. By using the qualitative approach, results show that various policies could facilitate the improvement of TransJakarta performances. The improvements occurred in line with the institutional reforms and the development of BRT system, such as routes, capacities, and integration with other mass transit systems.
{"title":"Peran Kebijakan dalam Peningkatan Performa Layanan BRT Transjakarta","authors":"Mutiasari Kurnia Devi, Rina Safitri, Fahril Fanani","doi":"10.35718/specta.v5i3.373","DOIUrl":"https://doi.org/10.35718/specta.v5i3.373","url":null,"abstract":"Public transportation service improvement in urban area, such as Bus Rapid Transit (BRT), becomes the main issue among transport planners nowadays. BRT has been a popular transit system which provide an easy dan fast service for satisfying the transport needs, particularly in developing countries. This transport mode offers high quality mass transit system yet still in affordable cost, which is necessary for developing countries. Jakarta becomes the first Southeast Asia country who applied the BRT system. This study aims to gain insights towards the role of policies in facilitating the improvement of TransJakarta performance and reach 1 million passengers in early 2020. Understanding the policy aspect, both central and regional policies which can improve the public transport performance, will possibly provide a broader perspective among policymakers who developing and implementing the BRT systems, particularly in developing countries. For this purpose, conceptual framework was employed to explain how policy implementation could improve the BRT performance, which collected through secondary data, mostly various planning documents and TransJakarta operational reports. By using the qualitative approach, results show that various policies could facilitate the improvement of TransJakarta performances. The improvements occurred in line with the institutional reforms and the development of BRT system, such as routes, capacities, and integration with other mass transit systems.","PeriodicalId":33910,"journal":{"name":"Specta","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47036195","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-01DOI: 10.35718/specta.v5i3.378
Brian Pradana, Bagus Nuari Priambudi, M. H. Wijaya
Wabah Pandemi Covid-19 ini adalah sesuatu yang memiliki akibat yang sangat besar dan mengubah semua struktur kehidupan dimuka bumi ini, tidak terkecuali dengan lahan pemakaman. Lahan pemakaman menjadi sangat penting karena jumlah kematian karena adanya wabah pandemi Covid-19 ini terus naik sehingga ketersediaan lahan pemakaman tentunya menjadi hal yang harus dipikirkan. Bulan Januari 2021 Provinsi Jawa Tengah memiliki jumlah kematian ke-2 paling banyak di pulau jawa yaitu sebanyak 4.516 jiwa. Dalam penelitian ini akan mengambil studi kasus di Kota Surakarta karena tingkat kompleksitas permasalahan perkotaan dan jumlah kematian di Kota Surakarta akibat covid-19 yang masuk dalam 5 besar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui ketersediaan lahan pemakaman saat pandemi Covid-19. Data yang akan digunakan akan menggunakan open data baik dari dari data satgas covid, google earth dan google maps API. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deduktif kualititatif dengan pendekatan SIG. Dari hasil analisis 9 lokasi lahan pemakaman didapatkan luas lahan pemakaman dalam penelitian ini adalah 517.473,82 m2. Ketersediaan lahan makam paling tinggi terdapat di Makam Mojo yaitu sebesar 17.962 makam, sedangkan untuk keterisian lahan makam tertinggi terdapat di TPU Bonoloyo yaitu sebesar 39.454,97 m2. Untuk ketersediaan makam saat pandemi Covid-19 per tanggal 10 Maret adalah 63.874 makam, sedangkan jika dibandingkan dengan usia rentan di Kota Surakarta maka jumlah ketersediaan makam menjadi (-) 4.844 makam. Pemanfaatan open data saat pandemi Covid-19 sangat membantu dari segi keterbaharuan dan keterbukaan data untuk menunjang analisis, namun tentunya diperlukan suatu uji akurasi didalamnya.
{"title":"Ketersediaan Lahan Pemakaman Saat Pandemi Covid-19 (Studi Kasus: Kota Surakarta Dengan Pemanfaatan Open Data)","authors":"Brian Pradana, Bagus Nuari Priambudi, M. H. Wijaya","doi":"10.35718/specta.v5i3.378","DOIUrl":"https://doi.org/10.35718/specta.v5i3.378","url":null,"abstract":"Wabah Pandemi Covid-19 ini adalah sesuatu yang memiliki akibat yang sangat besar dan mengubah semua struktur kehidupan dimuka bumi ini, tidak terkecuali dengan lahan pemakaman. Lahan pemakaman menjadi sangat penting karena jumlah kematian karena adanya wabah pandemi Covid-19 ini terus naik sehingga ketersediaan lahan pemakaman tentunya menjadi hal yang harus dipikirkan. Bulan Januari 2021 Provinsi Jawa Tengah memiliki jumlah kematian ke-2 paling banyak di pulau jawa yaitu sebanyak 4.516 jiwa. Dalam penelitian ini akan mengambil studi kasus di Kota Surakarta karena tingkat kompleksitas permasalahan perkotaan dan jumlah kematian di Kota Surakarta akibat covid-19 yang masuk dalam 5 besar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui ketersediaan lahan pemakaman saat pandemi Covid-19. Data yang akan digunakan akan menggunakan open data baik dari dari data satgas covid, google earth dan google maps API. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deduktif kualititatif dengan pendekatan SIG. Dari hasil analisis 9 lokasi lahan pemakaman didapatkan luas lahan pemakaman dalam penelitian ini adalah 517.473,82 m2. Ketersediaan lahan makam paling tinggi terdapat di Makam Mojo yaitu sebesar 17.962 makam, sedangkan untuk keterisian lahan makam tertinggi terdapat di TPU Bonoloyo yaitu sebesar 39.454,97 m2. Untuk ketersediaan makam saat pandemi Covid-19 per tanggal 10 Maret adalah 63.874 makam, sedangkan jika dibandingkan dengan usia rentan di Kota Surakarta maka jumlah ketersediaan makam menjadi (-) 4.844 makam. Pemanfaatan open data saat pandemi Covid-19 sangat membantu dari segi keterbaharuan dan keterbukaan data untuk menunjang analisis, namun tentunya diperlukan suatu uji akurasi didalamnya.","PeriodicalId":33910,"journal":{"name":"Specta","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46576832","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}