Pub Date : 2023-08-17DOI: 10.32539/jkk.v10i3.22064
Putri Yana Harahap, Amelia Eka Damayanty
Abstrak Anemia merupakan masalah gizi di dunia, khususnya negara berkembang yakni salah satunya Indonesia. Anemia sering terjadi pada remaja yang dapat dipengaruhi oleh pola makan. Pola makan merupakan cara memperoleh makanan (berapa kali dalam satu hari), jenis makanan, dan frekuensi makan. Pola makan tidak sesuai dapat mengakibatkan asupan gizi (makronutrien dan mikronutrien) yang berlebih atau berkurang. Selain pola makan, IMT juga memengaruhi kejadian anemia. IMT merupakan pengukuran dalam pemantauan status gizi yang sederhana. Untuk mengetahui hubungan pola makan dan indeks massa tubuh (IMT) dengan kejadian anemia pada mahasiswa/i angkatan 2019 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Pendekatan cross-sectional, data diambil satu kali pada waktu yang sama. Pengambilan data menggunakan data primer berupa kuesioner, antropometri, dan pengecekan kadar Hb. Uji T independent untuk pola makan dengan anemia diperoleh hasil P<0.05. Sedangkan, hipotesis uji spearman untuk IMT dengan anemia diperoleh hasil P>0.05, Terdapat hubungan pola makan dengan kejadian anemia pada mahasiswa/i dan tidak terdapat hubungan IMT dengan kejadian anemia pada mahasiswa/i. Kata Kunci : Anemia, Pola Makan, Indeks Massa Tubuh Abstract The Relationship Between Eating and BMI With The Incidence of Anemia in FK UMSU 2019 Students.Anemia is a nutritional problem in the world, especially developing countries, one of which is Indonesia. Anemia often occurs in adolescents which can be influenced by diet. Diet is a way of obtaining food (how many times a day), the type of food, and the frequency of eating. Inappropriate eating patterns can result in excessive or reduced intake of nutrients (macronutrients and micronutrients). In addition to diet, BMI also affects the incidence of anemia. BMI is a measurement in monitoring simple nutritional status. To find out the relationship between diet and body mass index (BMI) with the incidence of anemia in class 2019 students at the Faculty of Medicine, Muhammadiyah University, North Sumatra. Cross-sectional approach, data is taken once at the same time. Data collection used primary data in the form of questionnaires, anthropometry, and checking Hb levels. Independent T-test for eating patterns with anemia obtained P <0.05. Meanwhile, the Spearman test hypothesis for BMI with anemia obtained results of P> 0.05, there was a relationship between diet and the incidence of anemia in college students and there was no relationship between BMI and the incidence of anemia in college students.
{"title":"HUBUNGAN POLA MAKAN DAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEJADIAN ANEMIA","authors":"Putri Yana Harahap, Amelia Eka Damayanty","doi":"10.32539/jkk.v10i3.22064","DOIUrl":"https://doi.org/10.32539/jkk.v10i3.22064","url":null,"abstract":"Abstrak Anemia merupakan masalah gizi di dunia, khususnya negara berkembang yakni salah satunya Indonesia. Anemia sering terjadi pada remaja yang dapat dipengaruhi oleh pola makan. Pola makan merupakan cara memperoleh makanan (berapa kali dalam satu hari), jenis makanan, dan frekuensi makan. Pola makan tidak sesuai dapat mengakibatkan asupan gizi (makronutrien dan mikronutrien) yang berlebih atau berkurang. Selain pola makan, IMT juga memengaruhi kejadian anemia. IMT merupakan pengukuran dalam pemantauan status gizi yang sederhana. Untuk mengetahui hubungan pola makan dan indeks massa tubuh (IMT) dengan kejadian anemia pada mahasiswa/i angkatan 2019 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Pendekatan cross-sectional, data diambil satu kali pada waktu yang sama. Pengambilan data menggunakan data primer berupa kuesioner, antropometri, dan pengecekan kadar Hb. Uji T independent untuk pola makan dengan anemia diperoleh hasil P<0.05. Sedangkan, hipotesis uji spearman untuk IMT dengan anemia diperoleh hasil P>0.05, Terdapat hubungan pola makan dengan kejadian anemia pada mahasiswa/i dan tidak terdapat hubungan IMT dengan kejadian anemia pada mahasiswa/i. Kata Kunci : Anemia, Pola Makan, Indeks Massa Tubuh Abstract The Relationship Between Eating and BMI With The Incidence of Anemia in FK UMSU 2019 Students.Anemia is a nutritional problem in the world, especially developing countries, one of which is Indonesia. Anemia often occurs in adolescents which can be influenced by diet. Diet is a way of obtaining food (how many times a day), the type of food, and the frequency of eating. Inappropriate eating patterns can result in excessive or reduced intake of nutrients (macronutrients and micronutrients). In addition to diet, BMI also affects the incidence of anemia. BMI is a measurement in monitoring simple nutritional status. To find out the relationship between diet and body mass index (BMI) with the incidence of anemia in class 2019 students at the Faculty of Medicine, Muhammadiyah University, North Sumatra. Cross-sectional approach, data is taken once at the same time. Data collection used primary data in the form of questionnaires, anthropometry, and checking Hb levels. Independent T-test for eating patterns with anemia obtained P <0.05. Meanwhile, the Spearman test hypothesis for BMI with anemia obtained results of P> 0.05, there was a relationship between diet and the incidence of anemia in college students and there was no relationship between BMI and the incidence of anemia in college students.","PeriodicalId":34033,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran dan Kesehatan","volume":"32 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136337191","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-08-17DOI: 10.32539/jkk.v10i3.21728
Maria Ulfa, Khalif Anfasa, Siti Fatima Azzahra
Abstrak Teratoma kistik matur merupakan tumor ovarium yang paling sering terjadi pada wanita usia reproduktif. Transformasi keganasan pada teratoma kistik matur jarang terjadi. Transformasi keganasan yang paling umum pada teratoma kistik matur adalah karsinoma sel skuamosa, sedangkan karsinoma tiroid papiler merupakan kejadian yang sangat langka. Kami melaporkan satu kasus Karsinoma Papiler Tiroid Varian Folikular yang timbul dari teratoma kistik matur di ovarium kanan, pada wanita berusia 34 tahun dengan teratoma kistik matur bilateral. Pasien menjalani tindakan salpingo-ooforektomi bilateral. Pemeriksaan mikroskopis ovarium kanan dan kiri menunjukkan gambaran kista dilapisi epitel skuamosa kompleks dengan adneksa kulit berupa folikel rambut dan kelenjar sebacea serta dijumpai tulang rawan matur. Pada ovarium kanan ditemukan komponen jaringan tiroid, membentuk struktur folikular padat, sedikit struktur papiler, dilapisi epitel kuboid hingga kolumner, selapis hingga pseudostratifikasi, inti Sebagian overlapping, bulat-ovoid, pleomorfik, gambaran inti menunjukkan nuclear groove, nuclear clearing , Orphan Annie eyes, dan nuclear pseudo-inclusi , sitoplasma eosinofilik. Jumlah mitosis sedikit. Pengecatan IHK TTF-1 menunjukkan hasil positif. Ahli patologi harus melaporkan transformasi keganasan pada teratoma kistik matur agar klinisi dapat memberikan terapi yang spesifik dan adekuat pada pasien. Kata kunci : teratoma kistik, keganasan, ovarium Abstract Mature cystic teratomas are the most common ovarian germ cell tumors in women of reproductive age. The malignant transformation of mature cystic teratomas is a rare entity and the most common malignant transformation is squamous cell carcinoma, whereas papillary thyroid carcinoma is an exceptional event. We reported a case of Follicular Variant of Papillary Thyroid Carcinoma arising from mature cystic teratoma in the right ovary, in 34 year old woman with bilateral mature cystic teratomas. The patient underwent bilateral salpingo-oophorectomy. Microscopic examination of bilateral ovarii showed cyst lined by stratified squamous epithelium with mature skin appendages (hair follicles and sebaceous glands) and mature cartilage component. In the right ovary we found a thyroid tissue with well-developed follicular, solid and focal papillary structures, composed of cuboidal to columner epithelial. The nuclei have crowded and overlapping, round to ovoid, pleomorphic, with ground glass (‘Orphan Annie’ eye) appearance, pseudo-inclusions and nuclear grooves with eosinophilic cytoplasm. The mitotic figures were rare. The result of TTF-1 immunostaining was positive. Pathologists should be aware of malignant transformation and exclude it when investigating mature cystic teratomas in order to specific and adequate therapy. Keywords : cystic teratoma, malignancy, ovarium
{"title":"TERATOMA KISTIK MATUR DENGAN TRANSFORMASI KEGANASAN TIPE KARSINOMA PAPILER TIROID VARIAN FOLIKULAR PADA OVARIUM KANAN","authors":"Maria Ulfa, Khalif Anfasa, Siti Fatima Azzahra","doi":"10.32539/jkk.v10i3.21728","DOIUrl":"https://doi.org/10.32539/jkk.v10i3.21728","url":null,"abstract":"Abstrak Teratoma kistik matur merupakan tumor ovarium yang paling sering terjadi pada wanita usia reproduktif. Transformasi keganasan pada teratoma kistik matur jarang terjadi. Transformasi keganasan yang paling umum pada teratoma kistik matur adalah karsinoma sel skuamosa, sedangkan karsinoma tiroid papiler merupakan kejadian yang sangat langka. Kami melaporkan satu kasus Karsinoma Papiler Tiroid Varian Folikular yang timbul dari teratoma kistik matur di ovarium kanan, pada wanita berusia 34 tahun dengan teratoma kistik matur bilateral. Pasien menjalani tindakan salpingo-ooforektomi bilateral. Pemeriksaan mikroskopis ovarium kanan dan kiri menunjukkan gambaran kista dilapisi epitel skuamosa kompleks dengan adneksa kulit berupa folikel rambut dan kelenjar sebacea serta dijumpai tulang rawan matur. Pada ovarium kanan ditemukan komponen jaringan tiroid, membentuk struktur folikular padat, sedikit struktur papiler, dilapisi epitel kuboid hingga kolumner, selapis hingga pseudostratifikasi, inti Sebagian overlapping, bulat-ovoid, pleomorfik, gambaran inti menunjukkan nuclear groove, nuclear clearing , Orphan Annie eyes, dan nuclear pseudo-inclusi , sitoplasma eosinofilik. Jumlah mitosis sedikit. Pengecatan IHK TTF-1 menunjukkan hasil positif. Ahli patologi harus melaporkan transformasi keganasan pada teratoma kistik matur agar klinisi dapat memberikan terapi yang spesifik dan adekuat pada pasien. Kata kunci : teratoma kistik, keganasan, ovarium Abstract Mature cystic teratomas are the most common ovarian germ cell tumors in women of reproductive age. The malignant transformation of mature cystic teratomas is a rare entity and the most common malignant transformation is squamous cell carcinoma, whereas papillary thyroid carcinoma is an exceptional event. We reported a case of Follicular Variant of Papillary Thyroid Carcinoma arising from mature cystic teratoma in the right ovary, in 34 year old woman with bilateral mature cystic teratomas. The patient underwent bilateral salpingo-oophorectomy. Microscopic examination of bilateral ovarii showed cyst lined by stratified squamous epithelium with mature skin appendages (hair follicles and sebaceous glands) and mature cartilage component. In the right ovary we found a thyroid tissue with well-developed follicular, solid and focal papillary structures, composed of cuboidal to columner epithelial. The nuclei have crowded and overlapping, round to ovoid, pleomorphic, with ground glass (‘Orphan Annie’ eye) appearance, pseudo-inclusions and nuclear grooves with eosinophilic cytoplasm. The mitotic figures were rare. The result of TTF-1 immunostaining was positive. Pathologists should be aware of malignant transformation and exclude it when investigating mature cystic teratomas in order to specific and adequate therapy. Keywords : cystic teratoma, malignancy, ovarium","PeriodicalId":34033,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran dan Kesehatan","volume":"62 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136337197","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-08-17DOI: 10.32539/jkk.v10i3.21023
Atika Akbari, Risma Kerina Kaban
Abstrak Sebagian besar wanita hamil mengalami kolonisasi Streptococcus haemolyticus grup B (SGB) di saluran urogenital yang mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan bayi. Deteksi SGB intrapartum perlu pemeriksaan yang cepat dan sensitif. Pemeriksaan mikrobiologi untuk mendeteksi SGB menggunakan metode kultur dan real time polymerase chain reaction (RT-PCR) telah digunakan untuk mendukung diagnosis, namun penggunaannya untuk skrining pada ibu hamil belum pernah diuji keakuratannya di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mencari metode terbaik untuk mendeteksi kolonisasi SGB pada ibu hamil sekaligus menilai akurasi uji RT-PCR. Penelitian dengan metode potong lintang pada wanita hamil kurang dari 37 minggu dengan ketuban pecah di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM), Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo, dan Rumah Sakit Budi Kemuliaan, serta bayi baru lahir dengan tersangka sepsis neonatorum awitan dini yang lahir dari ibu tersebut di RSCM. Swab rektovaginal ibu dan darah bayi untuk pemeriksaan tes RT-PCR dan kultur pada 3 media: agar darah (AD), agar darah Columbia (ADC), dan CHROMagar (CA). Ada 50 ibu dan 25 bayi direkrut dalam penelitian ini. Prevalensi SGB pada ibu hamil 24%, 2 bayi meninggal. Dibandingkan dengan kultur dengan media ADC, tes RT- PCR mempunyai sensitivitas 83,33%, spesifisitas 86,84 %, NPP 66,67 %, NPN 94,29 %, dan akurasi 86,00 %. Media CA menunjukkan hasil yang lebih tinggi dalam hal sensitivitas 100%, spesifisitas 100%, NPP 100%, NPN 100%, dan akurasi 100 %, dengan hasil lebih singkat, praktis, dan murah. Pemeriksaan RT-PCR menjadi pilihan dalam skrining SGB intrapartum, dengan alternatif media CA. Kata kunci: SGB, wanita hamil, neonatus RT-PCR. Abstract Most pregnant women were colonized of group B Streptococcus haemolyticus (GBS) in urogenital tract which affects the health of pregnant women and babies. Detection of intrapartum GBS requires rapid and sensitive examination. Microbiological examination to detect GBS using culture and real time polymerase chain reaction (RT-PCR) has been used to support the diagnosis, but its use for screening in pregnant women has never been tested for accuracy in Indonesia. This study aims to find the best method for detecting GBS colonization in pregnant women as well as assessing the accuracy of the RT-PCR test. This was a cross-sectional study in pregnant women less than 37 weeks with ruptured membranes at the Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM), Pasar Rebo Hospital, and Budi Kemuliaan Hospital, and newborns with suspected early-onset neonatal sepsis born to these mothers at RSCM. Rectovaginal swab in mother and blood in infant for RT-PCR assay and culture on 3 media: blood agar (BA), Columbia blood agar (CBA), and CHROMagar (CA). There were 50 mothers and 25 infants recruited in this study. The prevalence of GBS in pregnant women was 24%, 2 neonates died. Compared with culture with CBA media, the RT-PCR test had a sensitivity of 83,33%, specificity 86,84%, PPN 66,67%, N
{"title":"AKURASI REAL TIME - POLYMERASE CHAIN REACTION DALAM MENGIDENTIFIKASI STREPTOCOCCUS HAEMOLYTICUS GRUP B PADA WANITA HAMIL DAN BAYI BARU LAHIR","authors":"Atika Akbari, Risma Kerina Kaban","doi":"10.32539/jkk.v10i3.21023","DOIUrl":"https://doi.org/10.32539/jkk.v10i3.21023","url":null,"abstract":"Abstrak Sebagian besar wanita hamil mengalami kolonisasi Streptococcus haemolyticus grup B (SGB) di saluran urogenital yang mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan bayi. Deteksi SGB intrapartum perlu pemeriksaan yang cepat dan sensitif. Pemeriksaan mikrobiologi untuk mendeteksi SGB menggunakan metode kultur dan real time polymerase chain reaction (RT-PCR) telah digunakan untuk mendukung diagnosis, namun penggunaannya untuk skrining pada ibu hamil belum pernah diuji keakuratannya di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mencari metode terbaik untuk mendeteksi kolonisasi SGB pada ibu hamil sekaligus menilai akurasi uji RT-PCR. Penelitian dengan metode potong lintang pada wanita hamil kurang dari 37 minggu dengan ketuban pecah di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM), Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo, dan Rumah Sakit Budi Kemuliaan, serta bayi baru lahir dengan tersangka sepsis neonatorum awitan dini yang lahir dari ibu tersebut di RSCM. Swab rektovaginal ibu dan darah bayi untuk pemeriksaan tes RT-PCR dan kultur pada 3 media: agar darah (AD), agar darah Columbia (ADC), dan CHROMagar (CA). Ada 50 ibu dan 25 bayi direkrut dalam penelitian ini. Prevalensi SGB pada ibu hamil 24%, 2 bayi meninggal. Dibandingkan dengan kultur dengan media ADC, tes RT- PCR mempunyai sensitivitas 83,33%, spesifisitas 86,84 %, NPP 66,67 %, NPN 94,29 %, dan akurasi 86,00 %. Media CA menunjukkan hasil yang lebih tinggi dalam hal sensitivitas 100%, spesifisitas 100%, NPP 100%, NPN 100%, dan akurasi 100 %, dengan hasil lebih singkat, praktis, dan murah. Pemeriksaan RT-PCR menjadi pilihan dalam skrining SGB intrapartum, dengan alternatif media CA. Kata kunci: SGB, wanita hamil, neonatus RT-PCR. Abstract Most pregnant women were colonized of group B Streptococcus haemolyticus (GBS) in urogenital tract which affects the health of pregnant women and babies. Detection of intrapartum GBS requires rapid and sensitive examination. Microbiological examination to detect GBS using culture and real time polymerase chain reaction (RT-PCR) has been used to support the diagnosis, but its use for screening in pregnant women has never been tested for accuracy in Indonesia. This study aims to find the best method for detecting GBS colonization in pregnant women as well as assessing the accuracy of the RT-PCR test. This was a cross-sectional study in pregnant women less than 37 weeks with ruptured membranes at the Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM), Pasar Rebo Hospital, and Budi Kemuliaan Hospital, and newborns with suspected early-onset neonatal sepsis born to these mothers at RSCM. Rectovaginal swab in mother and blood in infant for RT-PCR assay and culture on 3 media: blood agar (BA), Columbia blood agar (CBA), and CHROMagar (CA). There were 50 mothers and 25 infants recruited in this study. The prevalence of GBS in pregnant women was 24%, 2 neonates died. Compared with culture with CBA media, the RT-PCR test had a sensitivity of 83,33%, specificity 86,84%, PPN 66,67%, N","PeriodicalId":34033,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran dan Kesehatan","volume":"15 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136337194","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-08-17DOI: 10.32539/jkk.v10i3.22204
Abraham Adiwidjaja Sutjiono, Jeremi Christianto Jalil Tanggulungan, Ardo Sanjaya, Julia Windi Gunadi
Kelainan refraksi atau ametropia adalah penyebab umum gangguan penglihatan yang dibagi menjadi miopi, hipermetropi, astigmatisma, dan presbiopia. Kelainan refraksi tidak dapat dicegah, namun dapat didiagnosis dari pemeriksaan mata dan dapat dikoreksi dengan menggunakan lensa kacamata, lensa kontak dan juga dengan tindakan operasi. Sampai saat ini standar baku emas untuk menghitung status refraksi seseorang masih menggunakan retinoskopi dan refraksi subjektif. Studi pustaka ini bertujuan untuk membahas mengenai perbandingan keakuratan antara hasil retinoskopi dan autorefraktometer untuk menentukan status refraksi seseorang. Retinoskopi merupakan suatu metode objektif yang paling sering digunakan oleh dokter mata dalam menentukan optical power seseorang dengan menggunakan alat yaitu retinoskop. Namun, sekarang ini autorefraktometer telah digunakan secara luas untuk menghitung status refraktif seseorang. Autorefraktometer atau automated objective refractor adalah metode elektronik otomatis untuk mengukur kelainan refraksi secara objektif yang telah banyak digunakan di klinik maupun toko-toko kacamata dikarenakan hanya membutuhkan waktu yang singkat dan prosedur pemeriksaan yang sederhana. Terdapat 5 penelitian yang membandingkan keakuratan retinoskopi dan autorefractometer dalam menentukan status refraksi. Studi Pustaka ini ini menyimpulkan bahwa pemeriksaan dengan menggunakan retinoskopi memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan autorefraktometer dalam menentukan status refraksi seseorang.
{"title":"STUDI PUSTAKA: PERBANDINGAN STREAK RETINOSKOPI DAN AUTOREFRAKTOMETER DALAM MENENTUKAN KELAINAN REFRAKSI","authors":"Abraham Adiwidjaja Sutjiono, Jeremi Christianto Jalil Tanggulungan, Ardo Sanjaya, Julia Windi Gunadi","doi":"10.32539/jkk.v10i3.22204","DOIUrl":"https://doi.org/10.32539/jkk.v10i3.22204","url":null,"abstract":"Kelainan refraksi atau ametropia adalah penyebab umum gangguan penglihatan yang dibagi menjadi miopi, hipermetropi, astigmatisma, dan presbiopia. Kelainan refraksi tidak dapat dicegah, namun dapat didiagnosis dari pemeriksaan mata dan dapat dikoreksi dengan menggunakan lensa kacamata, lensa kontak dan juga dengan tindakan operasi. Sampai saat ini standar baku emas untuk menghitung status refraksi seseorang masih menggunakan retinoskopi dan refraksi subjektif. Studi pustaka ini bertujuan untuk membahas mengenai perbandingan keakuratan antara hasil retinoskopi dan autorefraktometer untuk menentukan status refraksi seseorang. Retinoskopi merupakan suatu metode objektif yang paling sering digunakan oleh dokter mata dalam menentukan optical power seseorang dengan menggunakan alat yaitu retinoskop. Namun, sekarang ini autorefraktometer telah digunakan secara luas untuk menghitung status refraktif seseorang. Autorefraktometer atau automated objective refractor adalah metode elektronik otomatis untuk mengukur kelainan refraksi secara objektif yang telah banyak digunakan di klinik maupun toko-toko kacamata dikarenakan hanya membutuhkan waktu yang singkat dan prosedur pemeriksaan yang sederhana. Terdapat 5 penelitian yang membandingkan keakuratan retinoskopi dan autorefractometer dalam menentukan status refraksi. Studi Pustaka ini ini menyimpulkan bahwa pemeriksaan dengan menggunakan retinoskopi memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan autorefraktometer dalam menentukan status refraksi seseorang.","PeriodicalId":34033,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran dan Kesehatan","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136337196","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRAK Penyakit kanker termasuk juga kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang umumnya terjadi pada wanita. Penyakit ini merupakan salah satu tumor ganas yang tumbuh di dalan jaringan payudara. Selama bertahun tahun banyak wanita yang terindikasi menderita panyakit kanker payudara, kejadian ini semakin banyak ditemukan pada negara-negara maju. 1 Penyakit ini menduduki rangking terbesar kedua setelah kematian yang diakibatkan oleh kanker paru pada perempuan oleh karena itu sangat diperlukan bagi remaja putri dalam memiliki pengetahuan dan perilaku untuk mencegahan timbulnya penyakit kanker payudara . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penerapan teori Health belief model (HBM) terhadap tindakan pencegahan kanker payudara dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sehingga bila ditemukan kelainan dapat segera diambil tindakan secepatnya, Penelitian ini dilaksanakan dengan mengkaji tindakan remaja putri pada SMA Muhammadiyah 2 Palembang dalam pencegahan kanker payudara sebelum (pre test) dan sesudah (post test) pada dua kelompok dimana pada kelompok intervensi diberikan pendidikan Teori Health Belife Model dan untuk kelompok kontrol tidak diberikan pendidikan Health belief model. Adapun desain penelitian ini menggunakan Design Quasi Experimental Pretest-Posttest. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 54 Orang , sampel ini dianalisa menggunbakan uji Wilxocon setelah pengolahan data hasilnya menunjukkan terjadinya kenaikan tindakan cara mencegah kanker payudara pada kelompok intervensi dibandingkan pada kelompok kontrol dengan P<0,000. Dapat disimpulkan setelah dilakukan edukasi tentang pencegahan kanker payudara dengan menggunakan teori HMB dapat mempegaruhi tindakan pencegahan kanker payudara dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Kata Kunci Kanker payudarai_Health Belife Model ABSTRACT Breast cancer is one of the most common types of cancer in women. Breast cancer is a malignant tumor that grows in the breast tissue. More than women are diagnosed with breast cancer in every year. The incidence of this disease mostly increasing in developed countries. This disease ranks second after death caused by lung cancer in women, therefore it is very necessary for young women to have knowledge and behavior to prevent breast cancer. The theory of the health belief model is the main concept for young women to prevent breast cancer. The purpose of this study is to see how the effect by applied the theory of Health Belief Model (HBM) in breast cancer prevention by breast self-inspections. This research was conducted at SMA Muhammadiyah 2 Palembang. This research was held to know how the actions of young women on preventing breast cancer by applying the concept : before (pre test) and after (post test) giving the Health Belief Model Theory education. It will use a control group, so the design of this research was called a Quasi Experimental Pretest-Posttest Design with control group. The amount of research su
{"title":"PENERAPAN TEORI HEALTH BELIEF MODEL (HBM) DALAM PERILAKU PENCEGAHAN KANKER PAYUDARA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI)","authors":"Herawati Jaya, Syokumawena Syokumawena, Intan Kumalasari, Rosnani Rosnani","doi":"10.32539/jkk.v10i3.22149","DOIUrl":"https://doi.org/10.32539/jkk.v10i3.22149","url":null,"abstract":"ABSTRAK Penyakit kanker termasuk juga kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang umumnya terjadi pada wanita. Penyakit ini merupakan salah satu tumor ganas yang tumbuh di dalan jaringan payudara. Selama bertahun tahun banyak wanita yang terindikasi menderita panyakit kanker payudara, kejadian ini semakin banyak ditemukan pada negara-negara maju. 1 Penyakit ini menduduki rangking terbesar kedua setelah kematian yang diakibatkan oleh kanker paru pada perempuan oleh karena itu sangat diperlukan bagi remaja putri dalam memiliki pengetahuan dan perilaku untuk mencegahan timbulnya penyakit kanker payudara . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penerapan teori Health belief model (HBM) terhadap tindakan pencegahan kanker payudara dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sehingga bila ditemukan kelainan dapat segera diambil tindakan secepatnya, Penelitian ini dilaksanakan dengan mengkaji tindakan remaja putri pada SMA Muhammadiyah 2 Palembang dalam pencegahan kanker payudara sebelum (pre test) dan sesudah (post test) pada dua kelompok dimana pada kelompok intervensi diberikan pendidikan Teori Health Belife Model dan untuk kelompok kontrol tidak diberikan pendidikan Health belief model. Adapun desain penelitian ini menggunakan Design Quasi Experimental Pretest-Posttest. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 54 Orang , sampel ini dianalisa menggunbakan uji Wilxocon setelah pengolahan data hasilnya menunjukkan terjadinya kenaikan tindakan cara mencegah kanker payudara pada kelompok intervensi dibandingkan pada kelompok kontrol dengan P<0,000. Dapat disimpulkan setelah dilakukan edukasi tentang pencegahan kanker payudara dengan menggunakan teori HMB dapat mempegaruhi tindakan pencegahan kanker payudara dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Kata Kunci Kanker payudarai_Health Belife Model ABSTRACT Breast cancer is one of the most common types of cancer in women. Breast cancer is a malignant tumor that grows in the breast tissue. More than women are diagnosed with breast cancer in every year. The incidence of this disease mostly increasing in developed countries. This disease ranks second after death caused by lung cancer in women, therefore it is very necessary for young women to have knowledge and behavior to prevent breast cancer. The theory of the health belief model is the main concept for young women to prevent breast cancer. The purpose of this study is to see how the effect by applied the theory of Health Belief Model (HBM) in breast cancer prevention by breast self-inspections. This research was conducted at SMA Muhammadiyah 2 Palembang. This research was held to know how the actions of young women on preventing breast cancer by applying the concept : before (pre test) and after (post test) giving the Health Belief Model Theory education. It will use a control group, so the design of this research was called a Quasi Experimental Pretest-Posttest Design with control group. The amount of research su","PeriodicalId":34033,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran dan Kesehatan","volume":"63 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136337341","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-08-17DOI: 10.32539/jkk.v10i3.22063
Hanik Badriyah, Ahmad Nur Fikri Abror
Abstrak Nyeri merupakan keluhan yang paling sering membawa pasien untuk mencari dokter. Nyeri kronik biasanya didefinisikan sebagai nyeri intermiten atau persisten yang berlangsung lebih dari 3 bulan. Nyeri kronik merupakan beban sosial maupun finansial baik bagi individu maupun negara. Nyeri kronik merupakan salah satu faktor penting yang menentukan adanya depresi. Hubungan dua arah komorbiditas nyeri kronik dan depresi sudah diketahui dengan baik, akan tetapi manajemen klinisnya sampai saat ini masih merupakan tantangan tersendiri. Pembahasan tentang duloxetine untuk manajemen komorbiditas nyeri kronik dan depresi masih belum diketahui dengan baik. Makalah kami akan membahas tentang duloxetine untuk manajemen komorbiditas nyeri kronik dan depresi. Kata Kunci: nyeri kronik, depresi, faktor risiko, SNRI. Abstract Pain is the most common complaint making patients seeking the doctor. Chronic pain is usually defined as any intermittent or persistent pain that lasts more than 3 months. Chronic pain is a social and financial burden for both individuals or country. Chronic pain is one of the critical factors for determining depression. The bidirectional relationship between depression and chronic pain is well-recognized, but their clinical management remains challenging. The discussion about duloxetine for the management of comorbid chronic pain and depression is still not well understood. Our paper will discuss duloxetine for the management of comorbid chronic pain and depression. Keywords : chronic pain, depression, risk factors, SNRIs
{"title":"PERAN DULOXETINE DALAM KOMORBID NYERI DAN DEPRESI KRONIK","authors":"Hanik Badriyah, Ahmad Nur Fikri Abror","doi":"10.32539/jkk.v10i3.22063","DOIUrl":"https://doi.org/10.32539/jkk.v10i3.22063","url":null,"abstract":"Abstrak Nyeri merupakan keluhan yang paling sering membawa pasien untuk mencari dokter. Nyeri kronik biasanya didefinisikan sebagai nyeri intermiten atau persisten yang berlangsung lebih dari 3 bulan. Nyeri kronik merupakan beban sosial maupun finansial baik bagi individu maupun negara. Nyeri kronik merupakan salah satu faktor penting yang menentukan adanya depresi. Hubungan dua arah komorbiditas nyeri kronik dan depresi sudah diketahui dengan baik, akan tetapi manajemen klinisnya sampai saat ini masih merupakan tantangan tersendiri. Pembahasan tentang duloxetine untuk manajemen komorbiditas nyeri kronik dan depresi masih belum diketahui dengan baik. Makalah kami akan membahas tentang duloxetine untuk manajemen komorbiditas nyeri kronik dan depresi. Kata Kunci: nyeri kronik, depresi, faktor risiko, SNRI. Abstract Pain is the most common complaint making patients seeking the doctor. Chronic pain is usually defined as any intermittent or persistent pain that lasts more than 3 months. Chronic pain is a social and financial burden for both individuals or country. Chronic pain is one of the critical factors for determining depression. The bidirectional relationship between depression and chronic pain is well-recognized, but their clinical management remains challenging. The discussion about duloxetine for the management of comorbid chronic pain and depression is still not well understood. Our paper will discuss duloxetine for the management of comorbid chronic pain and depression. Keywords : chronic pain, depression, risk factors, SNRIs","PeriodicalId":34033,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran dan Kesehatan","volume":"8 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136337193","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-08-17DOI: 10.32539/jkk.v10i3.22042
Angeline Wijaya, Herwanto Herwanto
Abstrak Peran orang tua dalam mengasuh merupakan faktor yang penting dalam mencapai perkembangan anak yang optimal termasuk perkembangan bahasa. Perkembangan bahasa yang optimal dapat didukung dengan pemberian stimulasi berbahasa secara berkesinambungan, seperti bermain bersama, membaca buku dongeng, mengajak anak bernyanyi, memberikan buku bergambar, bahkan berdialog dengan anak mampu meningkatkan pemahaman dan respon anak dalam berbahasa. Interaksi antar aorag tua dan anak juga dibutuhkan untuk pemantauan tumbuh kembang agar dapat melakukan deteksi dini bila terjadi perkembangan bahasa yang tidak sesuai atau keterlambatan bicara. Penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pemberian stimulasi berbahasa terhadap perkembangan bahasa pada anak usia 3-5 tahun di Puskesmas Wilayah Banten. Penelitian merupakan studi analitik observatif menggunakan metode potong melintang. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik konsekutif dengan subyek orang tua serta anak usia 3-5 tahun sebanyak 71 responden. Pengambilan data penelitian dilakukan menggunakan kuesioner pemberian stimulus dan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP), kedua kuesioner tersebut digunakan untuk menilai frekuensi orang tua dalam pemberian stimulus dan perkembangan bahasa pada anak. Analisis hasil penelitian menggunakan uji statistik Chi-square, dan dari hasil analisis pada penelitian ini didapatkan nilai p < 0,05 sehingga dapat diartikan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pemberian stimulasi berbahasa dengan perkembangan bahasa anak. Kat a kunci: Pola asuh, stimulasi berbahasa, perkembangan bahasa, keterlambatan bicara Abstract Parenting is important in achieving optimal child development, including language development. Providing continuous language stimulation, such as playing together, reading fairy tales, singing together, giving illustrated magazine and having dialogue with children can improve children’s understanding and response in language. Parent-child interaction is also needed to monitor growth and development so that early detection can occur if there is speech delay. This study was made to know the relationship between language stimulation and language development in children aged 3-5 years at the Health Center in Banten region. Design of the research used analytic observational and the study used cross sectional method. The sampling method was carried out by consecutive technique, parents and children aged 3-5 years as subjects and total 71 respondents collected. Research data collected using language stimulation questionnaire and Developmental Pre Screening Questionnaire to asses language development in children. Analysis of the study used the Chi-Square statistical test, and the p-value < 0,05 was obtained, therefore it can be conclude that there is a significant relationship between the language stimulation and language development in children Keywords: Parenting, language stimulation, language development, speech delay
{"title":"POLA ASUH PEMBERIAN STIMULASI BERBAHASA TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA 3-5 TAHUN DI PUSKESMAS WILAYAH BANTEN","authors":"Angeline Wijaya, Herwanto Herwanto","doi":"10.32539/jkk.v10i3.22042","DOIUrl":"https://doi.org/10.32539/jkk.v10i3.22042","url":null,"abstract":"Abstrak Peran orang tua dalam mengasuh merupakan faktor yang penting dalam mencapai perkembangan anak yang optimal termasuk perkembangan bahasa. Perkembangan bahasa yang optimal dapat didukung dengan pemberian stimulasi berbahasa secara berkesinambungan, seperti bermain bersama, membaca buku dongeng, mengajak anak bernyanyi, memberikan buku bergambar, bahkan berdialog dengan anak mampu meningkatkan pemahaman dan respon anak dalam berbahasa. Interaksi antar aorag tua dan anak juga dibutuhkan untuk pemantauan tumbuh kembang agar dapat melakukan deteksi dini bila terjadi perkembangan bahasa yang tidak sesuai atau keterlambatan bicara. Penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pemberian stimulasi berbahasa terhadap perkembangan bahasa pada anak usia 3-5 tahun di Puskesmas Wilayah Banten. Penelitian merupakan studi analitik observatif menggunakan metode potong melintang. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik konsekutif dengan subyek orang tua serta anak usia 3-5 tahun sebanyak 71 responden. Pengambilan data penelitian dilakukan menggunakan kuesioner pemberian stimulus dan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP), kedua kuesioner tersebut digunakan untuk menilai frekuensi orang tua dalam pemberian stimulus dan perkembangan bahasa pada anak. Analisis hasil penelitian menggunakan uji statistik Chi-square, dan dari hasil analisis pada penelitian ini didapatkan nilai p < 0,05 sehingga dapat diartikan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pemberian stimulasi berbahasa dengan perkembangan bahasa anak. Kat a kunci: Pola asuh, stimulasi berbahasa, perkembangan bahasa, keterlambatan bicara Abstract Parenting is important in achieving optimal child development, including language development. Providing continuous language stimulation, such as playing together, reading fairy tales, singing together, giving illustrated magazine and having dialogue with children can improve children’s understanding and response in language. Parent-child interaction is also needed to monitor growth and development so that early detection can occur if there is speech delay. This study was made to know the relationship between language stimulation and language development in children aged 3-5 years at the Health Center in Banten region. Design of the research used analytic observational and the study used cross sectional method. The sampling method was carried out by consecutive technique, parents and children aged 3-5 years as subjects and total 71 respondents collected. Research data collected using language stimulation questionnaire and Developmental Pre Screening Questionnaire to asses language development in children. Analysis of the study used the Chi-Square statistical test, and the p-value < 0,05 was obtained, therefore it can be conclude that there is a significant relationship between the language stimulation and language development in children Keywords: Parenting, language stimulation, language development, speech delay","PeriodicalId":34033,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran dan Kesehatan","volume":"8 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136337195","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-08-17DOI: 10.32539/jkk.v10i3.22237
Muhammad Farhan, Yudhie Tanta, Indri Seta Septadina
Abstrak Hipertensi dapat terjadi pada semua usia dan jenis kelamin yang berdampak terjadinya berbagai komplikasi, termasuk gangguan kognitif. Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hipertensi terhadap gangguan fungsi kognitif, khususnya pada populasi lanjut usia. Studi ini dibuat menyesuaikan PRISMA melalui database PubMed, Science Direct, Europe PMC, Willey Online Library, Sage Journal, dan DOAJ dengan pemfokusan pada hipertensi dan fungsi kognitif pada lansia. Terpilih lima studi terpilih dengan partisipan berjumlah 16.435. Hasil observasi berupa adanya pengaruh hipertensi terhadap gangguan fungsi kognitif pada lansia, terutama pada domain memori dan kecepatan pemrosesan. Dapat disimpulkan bahwa tingginya tekanan darah, baik sistolik maupun diastolik, berpengaruh terhadap gangguan fungsi kognitif. Kata kunci: Hipertensi, Gangguan Kognitif, Lansia Abstract Hypertension can occur to every age and gender, can be complicated to vary diseases, including cognitive impairment. This study aims to determine the effects of hypertension to cognitive impairment in Elder. This study was adjusted by PRISMA through PubMed, Sciece Direct, Europe PMC, Willey Online Library, Sage Journal, and DOAJ databases with highlighted to hypertension and cognitive function in elder. Five studies were selected with 16.435 participants. The results showed that hypertension affect the cognitve function in elder, especially in domain of memory and processing speed. In the conclusion, high blood pressure, either systolic and diastolic, affects cognitive impairment Keywords: Hypertension, Cognitive Impairment, Elder
{"title":"PENGARUH HIPERTENSI TERHADAP GANGGUAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA: SYSTEMATIC REVIEW","authors":"Muhammad Farhan, Yudhie Tanta, Indri Seta Septadina","doi":"10.32539/jkk.v10i3.22237","DOIUrl":"https://doi.org/10.32539/jkk.v10i3.22237","url":null,"abstract":"Abstrak Hipertensi dapat terjadi pada semua usia dan jenis kelamin yang berdampak terjadinya berbagai komplikasi, termasuk gangguan kognitif. Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hipertensi terhadap gangguan fungsi kognitif, khususnya pada populasi lanjut usia. Studi ini dibuat menyesuaikan PRISMA melalui database PubMed, Science Direct, Europe PMC, Willey Online Library, Sage Journal, dan DOAJ dengan pemfokusan pada hipertensi dan fungsi kognitif pada lansia. Terpilih lima studi terpilih dengan partisipan berjumlah 16.435. Hasil observasi berupa adanya pengaruh hipertensi terhadap gangguan fungsi kognitif pada lansia, terutama pada domain memori dan kecepatan pemrosesan. Dapat disimpulkan bahwa tingginya tekanan darah, baik sistolik maupun diastolik, berpengaruh terhadap gangguan fungsi kognitif. Kata kunci: Hipertensi, Gangguan Kognitif, Lansia Abstract Hypertension can occur to every age and gender, can be complicated to vary diseases, including cognitive impairment. This study aims to determine the effects of hypertension to cognitive impairment in Elder. This study was adjusted by PRISMA through PubMed, Sciece Direct, Europe PMC, Willey Online Library, Sage Journal, and DOAJ databases with highlighted to hypertension and cognitive function in elder. Five studies were selected with 16.435 participants. The results showed that hypertension affect the cognitve function in elder, especially in domain of memory and processing speed. In the conclusion, high blood pressure, either systolic and diastolic, affects cognitive impairment Keywords: Hypertension, Cognitive Impairment, Elder","PeriodicalId":34033,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran dan Kesehatan","volume":"2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136337036","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRAKSindrom terowongan carpal, yang dikenal dengan Carpal Tunnel Syndrome (CTS), adalah kondisi medis yang terjadi ketika nervus medianus, yang melintasi pergelangan tangan menuju jari-jari tengah dan ibu jari, terjepit atau tertekan di dalam terowongan carpal. Terowongan carpal terletak di pergelangan tangan dan terdiri dari tulang dan jaringan ikat yang membentuk lantai dan atap terowongan. Nervus medianus dan tendon otot-otot fleksor tangan melintasi terowongan ini. Rata-rata, setidaknya 3,8% dari orang yang mengeluhkan nyeri, ketidakresponsifan, dan sensasi gatal di tangan mereka menderita CTS. CTS dijumpai 276 per 100.000 laporan tahunan. Prevalensi kondisi ini dapat bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti populasi, gaya hidup, dan kebiasaan kerja. Terowongan carpal adalah jalur osseo-fibrous yang sempit yang ditemukan di bagian depan pergelangan tangan. berfungsi sebagai pintu masuk ke telapak tangan untuk nervus medianus, tendon dari flexor digitorum superficialis, flexor digitorum profundus dan flexor pollicis longus. Struktur abnormal di dalam dan di sekitar terowongan carpal dapat meningkatkan volume terowongan carpal yang dapat mengakibatkan kompresi nervus medianus. Kompresi nervus medianus dimanifestasikan oleh kelemahan dan hilangnya kekuatan otot-otot thenar, dan hilangnya sensasi kulit dari permukaan palmar dari tiga setengah digit lateral. Oleh karena itu, pengetahuan tentang struktur di dalam dan di sekitar terowongan carpal serta lokasi kompresi berguna dalam menentukan patologi dan pengobatan yang tepat untuk neuropati kompresi. AbstractCarpal Tunnel Syndrome: Anatomical ReviewCompression of the median nerve within the carpal tunnel is called carpal tunnel syndrome and is manifested by weakness and wasting of the thenar muscles. Carpal tunnel syndrome, also known as carpal tunnel syndrome (CTS), is a medical condition that occurs when the median nerve, which crosses the wrist toward the middle fingers and thumb, is pinched or compressed within the carpal tunnel. The carpal tunnel is located at the wrist and consists of bone and connective tissue that make up the floor and roof of the tunnel. The median nerve and tendons of the flexor muscles of the hand cross this tunnel. On average, at least 3.8% of people who complain of pain, unresponsiveness, and itching sensations in their hands suffer from CTS. CTS was found at 276 per 100,000 annual reports. The prevalence of this condition can vary depending on factors such as population, lifestyle, and work habits. The carpal tunnel is a narrow osseo-fibrous pathway found at the front of the wrist. serves as the entrance to the palm for the median nerve, tendons of the flexor digitorum superficialis, flexor digitorum profundus, and flexor pollicis longus. Abnormal structures in and around the carpal tunnel can increase the volume of the carpal tunnel which can result in compression of the median nerve. Compression of the median nerve is manifested by weakness and loss of s
{"title":"CARPAL TUNNEL SYNDROM: ANATOMICAL PERSPECTIVE","authors":"Msy Rulan Adnindya, Msy Syarenta Adenina, Tri Suciati, Indri Seta Septadina, Wardiansah Wardiansah","doi":"10.32539/jkk.v10i3.22362","DOIUrl":"https://doi.org/10.32539/jkk.v10i3.22362","url":null,"abstract":"ABSTRAKSindrom terowongan carpal, yang dikenal dengan Carpal Tunnel Syndrome (CTS), adalah kondisi medis yang terjadi ketika nervus medianus, yang melintasi pergelangan tangan menuju jari-jari tengah dan ibu jari, terjepit atau tertekan di dalam terowongan carpal. Terowongan carpal terletak di pergelangan tangan dan terdiri dari tulang dan jaringan ikat yang membentuk lantai dan atap terowongan. Nervus medianus dan tendon otot-otot fleksor tangan melintasi terowongan ini. Rata-rata, setidaknya 3,8% dari orang yang mengeluhkan nyeri, ketidakresponsifan, dan sensasi gatal di tangan mereka menderita CTS. CTS dijumpai 276 per 100.000 laporan tahunan. Prevalensi kondisi ini dapat bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti populasi, gaya hidup, dan kebiasaan kerja. Terowongan carpal adalah jalur osseo-fibrous yang sempit yang ditemukan di bagian depan pergelangan tangan. berfungsi sebagai pintu masuk ke telapak tangan untuk nervus medianus, tendon dari flexor digitorum superficialis, flexor digitorum profundus dan flexor pollicis longus. Struktur abnormal di dalam dan di sekitar terowongan carpal dapat meningkatkan volume terowongan carpal yang dapat mengakibatkan kompresi nervus medianus. Kompresi nervus medianus dimanifestasikan oleh kelemahan dan hilangnya kekuatan otot-otot thenar, dan hilangnya sensasi kulit dari permukaan palmar dari tiga setengah digit lateral. Oleh karena itu, pengetahuan tentang struktur di dalam dan di sekitar terowongan carpal serta lokasi kompresi berguna dalam menentukan patologi dan pengobatan yang tepat untuk neuropati kompresi. AbstractCarpal Tunnel Syndrome: Anatomical ReviewCompression of the median nerve within the carpal tunnel is called carpal tunnel syndrome and is manifested by weakness and wasting of the thenar muscles. Carpal tunnel syndrome, also known as carpal tunnel syndrome (CTS), is a medical condition that occurs when the median nerve, which crosses the wrist toward the middle fingers and thumb, is pinched or compressed within the carpal tunnel. The carpal tunnel is located at the wrist and consists of bone and connective tissue that make up the floor and roof of the tunnel. The median nerve and tendons of the flexor muscles of the hand cross this tunnel. On average, at least 3.8% of people who complain of pain, unresponsiveness, and itching sensations in their hands suffer from CTS. CTS was found at 276 per 100,000 annual reports. The prevalence of this condition can vary depending on factors such as population, lifestyle, and work habits. The carpal tunnel is a narrow osseo-fibrous pathway found at the front of the wrist. serves as the entrance to the palm for the median nerve, tendons of the flexor digitorum superficialis, flexor digitorum profundus, and flexor pollicis longus. Abnormal structures in and around the carpal tunnel can increase the volume of the carpal tunnel which can result in compression of the median nerve. Compression of the median nerve is manifested by weakness and loss of s","PeriodicalId":34033,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran dan Kesehatan","volume":"12 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136337339","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-08-17DOI: 10.32539/jkk.v10i3.20484
Dewi Permatasari Akyuwen, Veince Benjamin Silahooy
Abstrak Penatalaksanaan penyakit diabetes bertujuan untuk mengendalikan kadar glukosa. Pengendalian dapat dilakukan bersama dengan adaptasi gaya hidup dan pola makan. Penerapan diet yang salah dapat memperburuk kondisi penderita diabetes. Terdapat beberapa temuan di wilayah kerja puskesmas taniwel dimana pasien beranggapan bahwa beras subsidi dan beberapa jenis makanan lokal memiliki kadar glukosa yang rendah, sehingga dapat dikonsumsi dalam jumlah banyak. Untuk membuktikan itu perlu diuji secara ilmiah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji beberapa makanan lokal yang dianggap memiliki kadar glukosa rendah terhadap penderita diabetes. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Data kemudian dianalisa dengan ANOVA one-way dan uji lanjut LSD. Hasil menunjukkan perbedaan penurunan kadar glukosa pada K+, P1, P2, dan P3. K- tidak mengalami penurunan GDS dari menit 30 sampai 120. Uji anova menunjukan nilai signifikansi 0,001. Hasil uji lanjut LSD menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p > 0,05) pada kelompok K+, P1, P2, dan P3. Hasil analisa ini menyimpulkan bahwa kadar glukosa mencit yang mengkonsumsi beras subsidi, beras komersil, keladi dan pisang tidak memiliki perbedaan bermakna dalam penurunan kadar glukosa. Konsumsi berlebih tidak dianjurkan, sehingga diet dengan makanan lokal ini tetap perlu mendapatkan anjuran dan pengawasan dari tenaga kesehatan. Kat a kunci: diabetes, makanan lokal, mus musculus Abstract Management of diabetes aims to control glucose levels. Control can be done together with lifestyle adaptations and diet. Application of the wrong diet can worse the condition of diabetics. There were several findings in the area of the Taniwel Health Center where there are patients who think that subsidized rice and some types of local food have low glucose levels, so they can be consumed in large quantities. To prove it, the teory needs to be tested scientifically. The purpose of this study was to test some local foods that are considered to have low glucose levels for diabetics. This study used a completely randomized design with 5 treatments and 3 replications. The data were then analyzed by one-way ANOVA and LSD test. The results showed differences in the decrease in glucose levels at K+, P1, P2, and P3. K- did not decrease from 30 to 120 minutes. The ANOVA test showed a significance value of 0.001. The results of the LSD test showed no significant difference (p > 0.05) in the K+, P1, P2, and P3 groups. The results of this analysis concluded that the glucose levels of mice consuming subsidized rice, commercial rice, taro and bananas did not have a significant difference in decreasing glucose levels. Excessive consumption is not recommended, so a diet with local foods still needs to get advice and supervision from health workers. Keywords: diabetic, local foods, mus musculus
{"title":"KADAR GLUKOSA Mus musculus MODEL DIABETES DENGAN PERLAKUAN BEBERAPA JENIS MAKANAN LOKAL","authors":"Dewi Permatasari Akyuwen, Veince Benjamin Silahooy","doi":"10.32539/jkk.v10i3.20484","DOIUrl":"https://doi.org/10.32539/jkk.v10i3.20484","url":null,"abstract":"Abstrak Penatalaksanaan penyakit diabetes bertujuan untuk mengendalikan kadar glukosa. Pengendalian dapat dilakukan bersama dengan adaptasi gaya hidup dan pola makan. Penerapan diet yang salah dapat memperburuk kondisi penderita diabetes. Terdapat beberapa temuan di wilayah kerja puskesmas taniwel dimana pasien beranggapan bahwa beras subsidi dan beberapa jenis makanan lokal memiliki kadar glukosa yang rendah, sehingga dapat dikonsumsi dalam jumlah banyak. Untuk membuktikan itu perlu diuji secara ilmiah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji beberapa makanan lokal yang dianggap memiliki kadar glukosa rendah terhadap penderita diabetes. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Data kemudian dianalisa dengan ANOVA one-way dan uji lanjut LSD. Hasil menunjukkan perbedaan penurunan kadar glukosa pada K+, P1, P2, dan P3. K- tidak mengalami penurunan GDS dari menit 30 sampai 120. Uji anova menunjukan nilai signifikansi 0,001. Hasil uji lanjut LSD menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p > 0,05) pada kelompok K+, P1, P2, dan P3. Hasil analisa ini menyimpulkan bahwa kadar glukosa mencit yang mengkonsumsi beras subsidi, beras komersil, keladi dan pisang tidak memiliki perbedaan bermakna dalam penurunan kadar glukosa. Konsumsi berlebih tidak dianjurkan, sehingga diet dengan makanan lokal ini tetap perlu mendapatkan anjuran dan pengawasan dari tenaga kesehatan. Kat a kunci: diabetes, makanan lokal, mus musculus Abstract Management of diabetes aims to control glucose levels. Control can be done together with lifestyle adaptations and diet. Application of the wrong diet can worse the condition of diabetics. There were several findings in the area of the Taniwel Health Center where there are patients who think that subsidized rice and some types of local food have low glucose levels, so they can be consumed in large quantities. To prove it, the teory needs to be tested scientifically. The purpose of this study was to test some local foods that are considered to have low glucose levels for diabetics. This study used a completely randomized design with 5 treatments and 3 replications. The data were then analyzed by one-way ANOVA and LSD test. The results showed differences in the decrease in glucose levels at K+, P1, P2, and P3. K- did not decrease from 30 to 120 minutes. The ANOVA test showed a significance value of 0.001. The results of the LSD test showed no significant difference (p > 0.05) in the K+, P1, P2, and P3 groups. The results of this analysis concluded that the glucose levels of mice consuming subsidized rice, commercial rice, taro and bananas did not have a significant difference in decreasing glucose levels. Excessive consumption is not recommended, so a diet with local foods still needs to get advice and supervision from health workers. Keywords: diabetic, local foods, mus musculus","PeriodicalId":34033,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran dan Kesehatan","volume":"30 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136337039","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}