Raden Seliwat Agung Aditya, Alexander Halim Santoso
Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat dan faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskular. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018 menunjukkan bahwa wilayah Jakarta Barat menempati posisi ketiga prevalensi hipertensi tertinggi. Ukuran lingkar pinggang terkait erat dengan jumlah lemak perut yang dapat berkontribusi pada kejadian hipertensi melalui jalur non-metabolik. Pengukuran lingkar pinggang dapat menjadi strategi yang efisien untuk deteksi dan pengendalian hipertensi karena dapat diterapkan tanpa peralatan teknis khusus. Studi ini bertujuan mengetahui apakah ada hubungan antara lingkar pinggang terhadap hipertensi pada orang dewasa di Kelurahan Tomang, Jakarta Barat. Desain studi ini adalah analitik cross sectional dan pengambilan sampel secara consecutive sampling. Analisis statistik menggunakan uji chi-square. Hasil studi pada 80 responden didapatkan 65% responden adalah perempuan. Rata-rata tekanan darah adalah 130,5/82,7 mmHg. Pada laki-laki didapatkan 10% menderita hipertensi dan pada perempuan didapatkan 23,75% menderita hipertensi. Sebaran lingkar pinggang laki-laki didapatkan 39,3% mengalami obesitas sentral, dan pada perempuan didapatkan 71,2% mengalami obesitas sentral. Pada studi didapatkan hubungan yang bermakna secara statistik antara lingkar pinggang dan hipertensi (p=0,003) dan ukuran lingkar pinggang merupakan faktor risiko terhadap hipertensi.
{"title":"Hubungan lingkar pinggang dengan hipertensi pada dewasa di Kelurahan Tomang Jakarta Barat","authors":"Raden Seliwat Agung Aditya, Alexander Halim Santoso","doi":"10.24912/tmj.v5i2.24618","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/tmj.v5i2.24618","url":null,"abstract":"Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat dan faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskular. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018 menunjukkan bahwa wilayah Jakarta Barat menempati posisi ketiga prevalensi hipertensi tertinggi. Ukuran lingkar pinggang terkait erat dengan jumlah lemak perut yang dapat berkontribusi pada kejadian hipertensi melalui jalur non-metabolik. Pengukuran lingkar pinggang dapat menjadi strategi yang efisien untuk deteksi dan pengendalian hipertensi karena dapat diterapkan tanpa peralatan teknis khusus. Studi ini bertujuan mengetahui apakah ada hubungan antara lingkar pinggang terhadap hipertensi pada orang dewasa di Kelurahan Tomang, Jakarta Barat. Desain studi ini adalah analitik cross sectional dan pengambilan sampel secara consecutive sampling. Analisis statistik menggunakan uji chi-square. Hasil studi pada 80 responden didapatkan 65% responden adalah perempuan. Rata-rata tekanan darah adalah 130,5/82,7 mmHg. Pada laki-laki didapatkan 10% menderita hipertensi dan pada perempuan didapatkan 23,75% menderita hipertensi. Sebaran lingkar pinggang laki-laki didapatkan 39,3% mengalami obesitas sentral, dan pada perempuan didapatkan 71,2% mengalami obesitas sentral. Pada studi didapatkan hubungan yang bermakna secara statistik antara lingkar pinggang dan hipertensi (p=0,003) dan ukuran lingkar pinggang merupakan faktor risiko terhadap hipertensi.","PeriodicalId":416279,"journal":{"name":"Tarumanagara Medical Journal","volume":"72 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139307888","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kanker serviks adalah tumor ganas yang menyerang leher rahim. Pap smear merupakan tes yang digunakan untuk mendeteksi lesi prekanker pada serviks dan jika lesi tidak ditangani segera, dapat menimbulkan masalah yang lebih serius yaitu kanker serviks. Pengetahuan mengenai kanker serviks dan papsmear penting untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas akibat akanker serviks yang cukup tinggi di Indonesia. Studi ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan kanker serviks dan papsmear pada mahasiswi kedokteran Universitas Tarumanagara. Studi deskriptif cross-sectional terhadap 196 mahasiswi angkatan 2020-2021 ini menggunakan teknik total sampling. Tingkat pengetahuan terhadap kanker serviks didapatkan paling banyak pada kategori kurang yaitu 112 (57,1%) responden. Hasil yang sama juga didapatkan pada tingkat pengetahuan terhadap papsmear, di mana paling banyak responden memiliki pengetahuan yang kurang, yaitu sebanyak 77 (39,3%) responden. Kesimpulan studi ini adalah tingkat pengetahuan mahasiswi kedokteran Universitas Tarumanagara mengenai kanker serviks dan papsmear masih tergolong kurang.
{"title":"Tingkat pengetahuan kanker serviks dan papsmear pada mahasiswi kedokteran Universitas Tarumanagara angkatan 2020-2021","authors":"Fanny Chandra, Fadil Hidayat","doi":"10.24912/tmj.v5i2.25458","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/tmj.v5i2.25458","url":null,"abstract":"Kanker serviks adalah tumor ganas yang menyerang leher rahim. Pap smear merupakan tes yang digunakan untuk mendeteksi lesi prekanker pada serviks dan jika lesi tidak ditangani segera, dapat menimbulkan masalah yang lebih serius yaitu kanker serviks. Pengetahuan mengenai kanker serviks dan papsmear penting untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas akibat akanker serviks yang cukup tinggi di Indonesia. Studi ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan kanker serviks dan papsmear pada mahasiswi kedokteran Universitas Tarumanagara. Studi deskriptif cross-sectional terhadap 196 mahasiswi angkatan 2020-2021 ini menggunakan teknik total sampling. Tingkat pengetahuan terhadap kanker serviks didapatkan paling banyak pada kategori kurang yaitu 112 (57,1%) responden. Hasil yang sama juga didapatkan pada tingkat pengetahuan terhadap papsmear, di mana paling banyak responden memiliki pengetahuan yang kurang, yaitu sebanyak 77 (39,3%) responden. Kesimpulan studi ini adalah tingkat pengetahuan mahasiswi kedokteran Universitas Tarumanagara mengenai kanker serviks dan papsmear masih tergolong kurang.","PeriodicalId":416279,"journal":{"name":"Tarumanagara Medical Journal","volume":"36 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139308838","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kanker serviks merupakan neoplasia ganas pada area leher rahim yang secara histologis dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu adenokarsinoma (AC) dan karsinoma sel skuamosa (CCS). Seiring dengan perjalanan penyakit, terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kejadian kanker serviks sehingga diperlukan adanya penelitian terkait faktor tersebut agar kejadian kanker serviks dapat diturunkan. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan kontrasepsi oral dengan kejadian kanker serviks sehingga dapat menjadi pertimbangan terhadap para tenaga kesehatan dalam mendiagnosa kanker serviks. Jenis studi ini bersifat analitik dengan desain cross-sectional dan teknik pengambilan sampel menggunakan total population sampling. Studi dilakukan di Rumah Sakit Umum Undata Sulawesi Tengah dengan 100 responden penderita kanker serviks dari data sekunder yaitu rekam medik. Pengamatan dilakukan pada data responden berupa karakteristik responden yaitu paritas, riwayat penggunaan kontrasepsi oral beserta durasinya, dan stadium kanker serviks yang diderita oleh responden. Analisis hubungan antar kedua variabel yaitu riwayat penggunaan kontrasepsi dengan kejadian kanker serviks dengan uji chi-square. Sebanyak 75% responden didominasi dengan riwayat tidak menggunakan kontrasepsi oral. Stadium kanker terbanyak yang diderita oleh responden adalah stasium IIIA (39%). Hasil analisis menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara penggunaan kontrasepsi oral dengan kejadian kanker serviks (p-value = 0,583).
{"title":"Hubungan kejadian kanker serviks dengan penggunaan kontrasepsi oral pada pasien RSUD Undata Sulawesi Tengah","authors":"Salwa Lidya Magfirah, Sony Wijaya","doi":"10.24912/tmj.v5i2.24779","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/tmj.v5i2.24779","url":null,"abstract":"Kanker serviks merupakan neoplasia ganas pada area leher rahim yang secara histologis dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu adenokarsinoma (AC) dan karsinoma sel skuamosa (CCS). Seiring dengan perjalanan penyakit, terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kejadian kanker serviks sehingga diperlukan adanya penelitian terkait faktor tersebut agar kejadian kanker serviks dapat diturunkan. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan kontrasepsi oral dengan kejadian kanker serviks sehingga dapat menjadi pertimbangan terhadap para tenaga kesehatan dalam mendiagnosa kanker serviks. Jenis studi ini bersifat analitik dengan desain cross-sectional dan teknik pengambilan sampel menggunakan total population sampling. Studi dilakukan di Rumah Sakit Umum Undata Sulawesi Tengah dengan 100 responden penderita kanker serviks dari data sekunder yaitu rekam medik. Pengamatan dilakukan pada data responden berupa karakteristik responden yaitu paritas, riwayat penggunaan kontrasepsi oral beserta durasinya, dan stadium kanker serviks yang diderita oleh responden. Analisis hubungan antar kedua variabel yaitu riwayat penggunaan kontrasepsi dengan kejadian kanker serviks dengan uji chi-square. Sebanyak 75% responden didominasi dengan riwayat tidak menggunakan kontrasepsi oral. Stadium kanker terbanyak yang diderita oleh responden adalah stasium IIIA (39%). Hasil analisis menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara penggunaan kontrasepsi oral dengan kejadian kanker serviks (p-value = 0,583).","PeriodicalId":416279,"journal":{"name":"Tarumanagara Medical Journal","volume":"28 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139308500","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Imunitas tubuh yang baik dibutuhkan untuk mengurangi risiko tertularnya penyakit terutama pada saat terjadinya pandemic Covid-19. Tetapi, masih banyak dari para remaja yang belum mengetahui dan kurang peduli terakit hal tersebut. Berbagai cara yang dapat dilakukan untuk menjaga imunitas tubuh, salah satunya dengan makan makanan bergizi. Salah satu mikronutrien yang berperan besar dalam menjaga imunitas tubuh adalah vitamin C atau asam askorbat. Asupan vitamin C yang cukup adalah lebih dari 80% dari AKG pada pria maupun wanita. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui gambaran asupan vitamin C pada mahasiswa Fakultas Kedokteran di Universitas Tarumanagara selama masa pandemi COVID-19. Studi ini menggunakan metode deskriptif potong lintang. Metode pengambilan data dilakukan dengan melakukan wawancara dan pengisian Food Frequency Questionnaire (FFQ). Total jumlah responden pada studi ini sebanyak 130 orang yang diambil dengan menggunakan non-random total sampling. Berdasarkan data, sebanyak 81 (62,3%) responden tidak rutin mengonsumsi vitamin C. Pada masa sebelum pandemi Covid-19 yang memiliki asupan vitamin C yang cukup sebesar 65,4% (85 responden), dan meningkat menjadi 82,3% (107 responden) pada masa pandemi Covid-19. Mahasiswa kedokteran Universitas Tarumanagara memahami bahwa diperlukannya konsumsi vitamin C dalam jumlah cukup sebagai salah satu cara untuk meningkatkan imunitas tubuh selama pandemic Covid-19.
要降低感染疾病的风险,就必须有良好的免疫力,尤其是在科维德-19 大流行期间。然而,仍有许多青少年对此不了解、不关心。保持身体免疫力的方法有很多,其中之一就是吃有营养的食物。维生素 C 或抗坏血酸是在维持身体免疫力方面发挥重要作用的微量营养素之一。男性和女性维生素 C 的充足摄入量均超过 RDA 的 80%。本研究的目的是确定在 COVID-19 大流行期间塔鲁马纳加拉大学医学院学生的维生素 C 摄入情况。本研究采用横断面描述法。数据收集方法是进行访谈和填写食物频率问卷(FFQ)。本研究的受访者总数为 130 人,采用非随机总体抽样法。数据显示,81 名受访者(62.3%)没有定期摄入维生素 C。在 Covid-19 大流行之前,65.4%(85 名受访者)的维生素 C 摄入量充足,而在 Covid-19 大流行期间,维生素 C 摄入量充足的受访者增至 82.3%(107 名受访者)。塔鲁马纳加拉大学医科学生了解到,在 Covid-19 大流行期间,有必要摄入足量的维生素 C 以提高身体免疫力。
{"title":"Gambaran asupan vitamin C pada mahasiswa kedokteran Universitas Tarumanagara selama Covid-19","authors":"Christopher Martinus Susanto, Olivia Charissa","doi":"10.24912/tmj.v5i2.25401","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/tmj.v5i2.25401","url":null,"abstract":"Imunitas tubuh yang baik dibutuhkan untuk mengurangi risiko tertularnya penyakit terutama pada saat terjadinya pandemic Covid-19. Tetapi, masih banyak dari para remaja yang belum mengetahui dan kurang peduli terakit hal tersebut. Berbagai cara yang dapat dilakukan untuk menjaga imunitas tubuh, salah satunya dengan makan makanan bergizi. Salah satu mikronutrien yang berperan besar dalam menjaga imunitas tubuh adalah vitamin C atau asam askorbat. Asupan vitamin C yang cukup adalah lebih dari 80% dari AKG pada pria maupun wanita. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui gambaran asupan vitamin C pada mahasiswa Fakultas Kedokteran di Universitas Tarumanagara selama masa pandemi COVID-19. Studi ini menggunakan metode deskriptif potong lintang. Metode pengambilan data dilakukan dengan melakukan wawancara dan pengisian Food Frequency Questionnaire (FFQ). Total jumlah responden pada studi ini sebanyak 130 orang yang diambil dengan menggunakan non-random total sampling. Berdasarkan data, sebanyak 81 (62,3%) responden tidak rutin mengonsumsi vitamin C. Pada masa sebelum pandemi Covid-19 yang memiliki asupan vitamin C yang cukup sebesar 65,4% (85 responden), dan meningkat menjadi 82,3% (107 responden) pada masa pandemi Covid-19. Mahasiswa kedokteran Universitas Tarumanagara memahami bahwa diperlukannya konsumsi vitamin C dalam jumlah cukup sebagai salah satu cara untuk meningkatkan imunitas tubuh selama pandemic Covid-19.","PeriodicalId":416279,"journal":{"name":"Tarumanagara Medical Journal","volume":"32 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139308545","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Obesitas merupakan suatu keadaan di mana terjadi akumulasi lemak berlebihan di tubuh. Akumulasi lemak berlebihan dapat terjadi pada arteri sehingga menyebabkan aterosklerosis. Penyakit arteri perifer (PAP) ditandai dengan adanya penyumbatan pada arteri yang umumnya disebabkan oleh aterosklerosis. Keadaan ini menimbulkan gangguan perfusi hingga kematian jaringan pada ekstremitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran warga obesitas berusia di atas 50 tahun yang mengalami PAP di wilayah Kelurahan Jatirasa, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi pada Bulan Oktober-November 2022. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Teknik consecutive sampling digunakan dalam pengambilan 72 subyek. Data identitas subyek dan anamnesis terkait kriteria inklusi dan eksklusi dikumpulkan menggunakan teknik wawancara sedangkan data obesitas menggunakan pengukuran antropometri dan PAP menggunakan pengukuran ankle brachial index (ABI). Hasil penelitian menunjukkan rerata usia subyek adalah 58 tahun dengan mayoritas berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 52 subyek (72,2%). Rerata IMT subyek sebesar 30,9 kg/m2 dan 16 (22,2%) subyek mengalami PAP. Pada penelitian ini, perempuan mengalami PAP lebih banyak dibandingkan laki-laki (28,8% vs 5%). Kelompok usia 61-65 tahun dibandingkan dengan kelompok usia lainnya (50-55 tahun 56-60 tahun, 66-70 tahun, dan 71-75 tahun) dan subyek dengan IMT ≥35 kg/m2 paling banyak mengalami PAP, masing-masing sebesar 41,7% dan 50%. Kesimpulan penelitian ini ialah kejadian PAP meningkat seiring dengan bertambahnya usia, peningkatan pada IMT atau berat badan. Jenis kelamin juga berpengaruh pada peningkatan kejadian PAP.
肥胖是身体中脂肪过多的一种状态。多余的脂肪积聚可能会发生在动脉中,导致动脉粥样硬化。周围动脉疾病(PAP)的特点是动脉梗塞,通常由动脉粥样硬化引起。这些情况导致四肢组织死亡。这项研究的目的是确定5月至2022年10月至11月贝萨西市Jatiasih区50岁以上肥胖公民的身份。本研究具有跨界设计的描述性研究。采样技巧在提取72个受试者中使用。采用访谈技术收集受气包和排泄物相关的受试者和anamnesis数据,而肥胖症数据采用人体测量方法和PAP数据采用ankle brachial index (ABI)测量。研究表明,受试者的平均年龄为58岁,女性占多数,共有52人(72.2%)。受试者的平均绩点为309公斤/m2,排泄物为16(22.2%)。在这项研究中,女性的胸围比男性多288%至5%。61-65年龄组与其他年龄组相比(50-55 56-60年)年,66 - 70年,71-75和受试者体重指数≥35公斤/ m2有巴氏最多,每个41,7%大小和50%。这项研究的结论是,随着年龄的增长、免疫缺陷或体重的增加,PAP事件会增加。性也会影响pops发病率的上升。
{"title":"Gambaran penyakit arteri perifer pada warga obesitas di atas usia 50 tahun Kelurahan Jatirasa","authors":"Kevin Pratama Diliano Siswoto, Twidy Tarcisia","doi":"10.24912/tmj.v5i1.21901","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/tmj.v5i1.21901","url":null,"abstract":"Obesitas merupakan suatu keadaan di mana terjadi akumulasi lemak berlebihan di tubuh. Akumulasi lemak berlebihan dapat terjadi pada arteri sehingga menyebabkan aterosklerosis. Penyakit arteri perifer (PAP) ditandai dengan adanya penyumbatan pada arteri yang umumnya disebabkan oleh aterosklerosis. Keadaan ini menimbulkan gangguan perfusi hingga kematian jaringan pada ekstremitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran warga obesitas berusia di atas 50 tahun yang mengalami PAP di wilayah Kelurahan Jatirasa, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi pada Bulan Oktober-November 2022. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Teknik consecutive sampling digunakan dalam pengambilan 72 subyek. Data identitas subyek dan anamnesis terkait kriteria inklusi dan eksklusi dikumpulkan menggunakan teknik wawancara sedangkan data obesitas menggunakan pengukuran antropometri dan PAP menggunakan pengukuran ankle brachial index (ABI). Hasil penelitian menunjukkan rerata usia subyek adalah 58 tahun dengan mayoritas berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 52 subyek (72,2%). Rerata IMT subyek sebesar 30,9 kg/m2 dan 16 (22,2%) subyek mengalami PAP. Pada penelitian ini, perempuan mengalami PAP lebih banyak dibandingkan laki-laki (28,8% vs 5%). Kelompok usia 61-65 tahun dibandingkan dengan kelompok usia lainnya (50-55 tahun 56-60 tahun, 66-70 tahun, dan 71-75 tahun) dan subyek dengan IMT ≥35 kg/m2 paling banyak mengalami PAP, masing-masing sebesar 41,7% dan 50%. Kesimpulan penelitian ini ialah kejadian PAP meningkat seiring dengan bertambahnya usia, peningkatan pada IMT atau berat badan. Jenis kelamin juga berpengaruh pada peningkatan kejadian PAP.","PeriodicalId":416279,"journal":{"name":"Tarumanagara Medical Journal","volume":"64 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128661667","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Badan Pusat Statistik menyatakan populasi lansia di Indonesia terus meningkat dan diperkirakan mencapai 40 juta jiwa di tahun 2035. Geriatri cenderung menderita beberapa penyakit kronis sehingga harus mengonsumsi banyak obat yang meningkatkan risiko terjadinya polifarmasi yaitu penggunaan bersama beberapa obat pada satu pasien yang membuat semakin besar pula risiko terjadinya drug therapy problems (DTP) yang terjadi akibat potentially inappropriate medication (PIM). Kategori obat yang termasuk PIM dapat mengurangi efektifitas obat yang berinteraksi, menimbulkan toksisitas, dan adverse drug reaction (ADR). Studi ini bertujuan untuk melihat polifarmasi dan ketepatan penggunaan obat sesuai Beers Criteria 2019 pada pasien geriatri di panti werdha. Studi ini merupakan studi observasional yang dilakukan secara retrospektif dengan pendekatan cross-sectional. Sebanyak 77 subjek masuk ke dalam studi ini dengan jenis kelamin perempuan sebesar 61% dan laki-laki 39% dengan rata-rata usia 77,5 tahun. Polifarmasi ditemukan sebesar 85,7% dengan rata-rata 3 obat yang merupakan minor polypharmacy. Pada studi ditemukan 10 jenis obat (3,9%) dari seluruh obat yang tergolong potentially inappropriate medication (PIM) dari total 252 obat yang diresepkan. Interaksi obat ditemukan pada 3,8% pasien dengan penggunaan kombinasi ≥3 obat aktif yang bekerja di sistem saraf pusat. Angka kejadian polifarmasi dan potensi pemberian obat yang tidak tepat masih ditemukan pada pasien geriatri yang di rawat di panti werdha.
{"title":"Survei pola penggunaan obat pada pasien geriatri di Panti Werdha Salam Sejahtera Bogor","authors":"Villycia Lovely Titah, Johan","doi":"10.24912/tmj.v5i1.22555","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/tmj.v5i1.22555","url":null,"abstract":"Badan Pusat Statistik menyatakan populasi lansia di Indonesia terus meningkat dan diperkirakan mencapai 40 juta jiwa di tahun 2035. Geriatri cenderung menderita beberapa penyakit kronis sehingga harus mengonsumsi banyak obat yang meningkatkan risiko terjadinya polifarmasi yaitu penggunaan bersama beberapa obat pada satu pasien yang membuat semakin besar pula risiko terjadinya drug therapy problems (DTP) yang terjadi akibat potentially inappropriate medication (PIM). Kategori obat yang termasuk PIM dapat mengurangi efektifitas obat yang berinteraksi, menimbulkan toksisitas, dan adverse drug reaction (ADR). Studi ini bertujuan untuk melihat polifarmasi dan ketepatan penggunaan obat sesuai Beers Criteria 2019 pada pasien geriatri di panti werdha. Studi ini merupakan studi observasional yang dilakukan secara retrospektif dengan pendekatan cross-sectional. Sebanyak 77 subjek masuk ke dalam studi ini dengan jenis kelamin perempuan sebesar 61% dan laki-laki 39% dengan rata-rata usia 77,5 tahun. Polifarmasi ditemukan sebesar 85,7% dengan rata-rata 3 obat yang merupakan minor polypharmacy. Pada studi ditemukan 10 jenis obat (3,9%) dari seluruh obat yang tergolong potentially inappropriate medication (PIM) dari total 252 obat yang diresepkan. Interaksi obat ditemukan pada 3,8% pasien dengan penggunaan kombinasi ≥3 obat aktif yang bekerja di sistem saraf pusat. Angka kejadian polifarmasi dan potensi pemberian obat yang tidak tepat masih ditemukan pada pasien geriatri yang di rawat di panti werdha.","PeriodicalId":416279,"journal":{"name":"Tarumanagara Medical Journal","volume":"21 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114741877","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Indonesia telah memasuki aging population yaitu peningkatan populasi lanjut usia. Aging atau penuaan merupakan proses penurunan alami secara menyeluruh dan tidak bisa dihindari oleh semua orang. Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu penyebab utamanya kematian pada orang lanjut usia di seluruh dunia. Penyakit ini lebih sering pada lansia dikarenakan adanya perubahan struktur dan fungsi pembuluh darah. Selain itu, penuaan juga dapat membuat munculnya kalsifikasi pada pembuluh darah besar, dinding arteri menjadi kaku, dilatasi aorta dan pemanjangan aorta yang disebut sebagai elongasi aorta. Tekanan pulsatil jantung yang terus-menerus akan mengurangi elastisitas dari pembuluh darah sehingga mengakibatkan elongasi aorta. Studi ini bertujuan untuk menganalisis korelasi antara usia dan elongasi aorta pada pasien di Rumah Sakit Royal Taruma. Studi analitik ini dilakukan dengan metode regresi logistik menggunakan 200 sampel. Data studi didapatkan dari data sekunder foto rontgen thoraks pasien yang diperiksa pada periode Desember 2021 - Mei 2022. Hasil analisis data didapatkan untuk kelompok usia 20-29 tidak terdapat elongasi aorta. Pada usia 30-39 tahun mulai terlihat adanya elongasi aorta dan pada usia 50-59 tahun lebih banyak pasien yang mengalami elongasi aorta daripada yang tidak (42 sampel vs 38 sampel). Hasil studi didapatkan hubungan bermakna antara usia dengan elongasi aorta (p-value = 0.001) dengan resiko peningkatan panjang aorta 1,065 kali per tahun. Berdasarkan hasil studi ini dapat disimpulkan bahwa elongasi aorta dipengaruhi oleh bertambahnya usia.
{"title":"Korelasi usia dan elongasi aorta pasien RS Royal Taruma dengan modalitas foto rontgen thoraks","authors":"Michelle Catherine, Inge Friska Widjaja","doi":"10.24912/tmj.v5i1.24389","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/tmj.v5i1.24389","url":null,"abstract":"Indonesia telah memasuki aging population yaitu peningkatan populasi lanjut usia. Aging atau penuaan merupakan proses penurunan alami secara menyeluruh dan tidak bisa dihindari oleh semua orang. Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu penyebab utamanya kematian pada orang lanjut usia di seluruh dunia. Penyakit ini lebih sering pada lansia dikarenakan adanya perubahan struktur dan fungsi pembuluh darah. Selain itu, penuaan juga dapat membuat munculnya kalsifikasi pada pembuluh darah besar, dinding arteri menjadi kaku, dilatasi aorta dan pemanjangan aorta yang disebut sebagai elongasi aorta. Tekanan pulsatil jantung yang terus-menerus akan mengurangi elastisitas dari pembuluh darah sehingga mengakibatkan elongasi aorta. Studi ini bertujuan untuk menganalisis korelasi antara usia dan elongasi aorta pada pasien di Rumah Sakit Royal Taruma. Studi analitik ini dilakukan dengan metode regresi logistik menggunakan 200 sampel. Data studi didapatkan dari data sekunder foto rontgen thoraks pasien yang diperiksa pada periode Desember 2021 - Mei 2022. Hasil analisis data didapatkan untuk kelompok usia 20-29 tidak terdapat elongasi aorta. Pada usia 30-39 tahun mulai terlihat adanya elongasi aorta dan pada usia 50-59 tahun lebih banyak pasien yang mengalami elongasi aorta daripada yang tidak (42 sampel vs 38 sampel). Hasil studi didapatkan hubungan bermakna antara usia dengan elongasi aorta (p-value = 0.001) dengan resiko peningkatan panjang aorta 1,065 kali per tahun. Berdasarkan hasil studi ini dapat disimpulkan bahwa elongasi aorta dipengaruhi oleh bertambahnya usia.","PeriodicalId":416279,"journal":{"name":"Tarumanagara Medical Journal","volume":"255 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123608381","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Diabetes melitus (DM) merupakan penyebab tersering penyakit jantung, pembuluh darah dan stroke akibat adanya lesi aterosklerosis. Lesi tersebut pada pasien DM terjadi akibat dislipidemia atau abnormalitas kadar lipid dalam darah. Studi ini bertujuan untuk mengetahui gambaran profil lipid pada pasien DM di Puskesmas Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Profil lipid yang dimaksud ialah kolesterol total, HDL, LDL, dan trigliserida. Studi ini bersifat observasional deskriptif dengan pengambilan sampel dilakukan secara consecutive non-random sampling. Subyek studi sebanyak 96 pasien DM yang menjalankan pemeriksaan profil lipid Data profil lipid didapatkan dengan melihat data rekam medis. Hasil terbanyak pada studi ini untuk masing-masing profil lipid ialah 38,5% termasuk kategori diinginkan untuk kadar kolesterol total, 60,4% termasuk kategori optimal untuk kadar trigliserida, 56,2% termasuk kategori sedang untuk kadar HDL, dan 32,3% termasuk kategori mendekati optimal dan 32,3% termasuk kategori diinginkan untuk kadar LDL. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata profil lipid pasien DM di Puskesmas Kecamatan Jatinegara termasuk kategori buruk.
{"title":"Gambaran profil lipid pasien diabetes tipe 1 dan 2 di puskesmas Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur","authors":"Gita Prinita, Kumala Dewi Darmawi","doi":"10.24912/tmj.v5i1.24403","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/tmj.v5i1.24403","url":null,"abstract":"Diabetes melitus (DM) merupakan penyebab tersering penyakit jantung, pembuluh darah dan stroke akibat adanya lesi aterosklerosis. Lesi tersebut pada pasien DM terjadi akibat dislipidemia atau abnormalitas kadar lipid dalam darah. Studi ini bertujuan untuk mengetahui gambaran profil lipid pada pasien DM di Puskesmas Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Profil lipid yang dimaksud ialah kolesterol total, HDL, LDL, dan trigliserida. Studi ini bersifat observasional deskriptif dengan pengambilan sampel dilakukan secara consecutive non-random sampling. Subyek studi sebanyak 96 pasien DM yang menjalankan pemeriksaan profil lipid Data profil lipid didapatkan dengan melihat data rekam medis. Hasil terbanyak pada studi ini untuk masing-masing profil lipid ialah 38,5% termasuk kategori diinginkan untuk kadar kolesterol total, 60,4% termasuk kategori optimal untuk kadar trigliserida, 56,2% termasuk kategori sedang untuk kadar HDL, dan 32,3% termasuk kategori mendekati optimal dan 32,3% termasuk kategori diinginkan untuk kadar LDL. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata profil lipid pasien DM di Puskesmas Kecamatan Jatinegara termasuk kategori buruk.","PeriodicalId":416279,"journal":{"name":"Tarumanagara Medical Journal","volume":"409 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132898907","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penyakit jantung bawaan (PJB) ialah kelainan struktur dan fungsi jantung yang didapati sejak dalam kandungan. Penyakit jantung ini diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu PJB sianotik dan asianotik. Salah satu komplikasi dari PJB adalah gangguan pertumbuhan. Studi ini dilakukan untuk melihat pengaruh penyakit jantung bawaan terhadap pertumbuhan pasien balita dengan PJB. Studi analitik observasional dengan metode potong lintang ini dilakukan di RSUD dr. Chasbullah Abdul Majid Kota Bekasi. Pengumpulan data dilakukan dengan mengobservasi data sekunder yang didapat melalui rekam medis. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Analisis hubungan antar variabel menggunakan uji chi-square. Sampel studi ialah 43 balita yang terdiri dari 15 balita dengan PJB sianotik dan 28 balita dengan PJB asianotik. Sebanyak 28 (58%) balita memiliki berat bada kurang hingga sangat kurang dan sebanyak 20 (46,5%) balita memiliki panjang/tinggi badan pendek hingga sangat pendek. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara penyakit jantung bawaan sianotik dan asianotik terhadap berat badan (p-value = 0,006; PRR = 2,02) maupun panjang/tinggi badan (p-value = 0,001; PRR = 2,8). Kesimpulan studi ini ialah keadaan sianotik pada penyakit jantung bawaan lebih besar memengaruhi pertumbuhan balita dibandingkan PJB yang asianotik.
{"title":"Pengaruh penyakit jantung bawaan sianotik dan asianotik terhadap pertumbuhan pasien balita periode 2018-2020 di RSUD Dr. Chasbullah Abdul Majid Bekasi","authors":"Syifa Prajastuti Putri, David Dwi Ariwibowo","doi":"10.24912/tmj.v5i1.21883","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/tmj.v5i1.21883","url":null,"abstract":"Penyakit jantung bawaan (PJB) ialah kelainan struktur dan fungsi jantung yang didapati sejak dalam kandungan. Penyakit jantung ini diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu PJB sianotik dan asianotik. Salah satu komplikasi dari PJB adalah gangguan pertumbuhan. Studi ini dilakukan untuk melihat pengaruh penyakit jantung bawaan terhadap pertumbuhan pasien balita dengan PJB. Studi analitik observasional dengan metode potong lintang ini dilakukan di RSUD dr. Chasbullah Abdul Majid Kota Bekasi. Pengumpulan data dilakukan dengan mengobservasi data sekunder yang didapat melalui rekam medis. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Analisis hubungan antar variabel menggunakan uji chi-square. Sampel studi ialah 43 balita yang terdiri dari 15 balita dengan PJB sianotik dan 28 balita dengan PJB asianotik. Sebanyak 28 (58%) balita memiliki berat bada kurang hingga sangat kurang dan sebanyak 20 (46,5%) balita memiliki panjang/tinggi badan pendek hingga sangat pendek. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara penyakit jantung bawaan sianotik dan asianotik terhadap berat badan (p-value = 0,006; PRR = 2,02) maupun panjang/tinggi badan (p-value = 0,001; PRR = 2,8). Kesimpulan studi ini ialah keadaan sianotik pada penyakit jantung bawaan lebih besar memengaruhi pertumbuhan balita dibandingkan PJB yang asianotik.","PeriodicalId":416279,"journal":{"name":"Tarumanagara Medical Journal","volume":"164 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127554366","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tingkat konsumsi minuman kopi di Indonesia semakin meningkat terutama di kota-kota besar. Saat ini, minuman kopi makin banyak dinikmati oleh kalangan dewasa muda. Faktor yang dapat meningkatkan hal tersebut datang dari adanya tuntutan pekerjaan, gaya hidup, kurangnya waktu tidur, dan rasa ketergantungan sebagai sumber energi alternatif yang mudah didapat. Sifat ketergantungan dan peningkatan konsumsi minuman kopi memberikan dampak di bidang kesehatan. Tujuan studi ini ialah untuk mengetahui gambaran konsumsi minuman khususnya minuman kopi pada konsumen kategori usia dewasa muda di kedai kopi kawasan Jakarta Timur. Studi ini menggunakan metode observasional deskriptif dengan teknik pengambilan sampling yakni non-probability sampling. Pengambilan data untuk mengetahui karakteristik konsumsi minuman responden menggunakan Food Frequency Questionnaire (FFQ) yang sudah dimodifikasi sesuai tujuan studi. Hasil studi menunjukkan bahwa 63,3% subjek lebih memilih minuman kopi sedangkan sisanya tidak. Jenis minuman yang paling digemari oleh sebagian besar subjek studi ialah kopi susu dengan tingkat konsumsi sedang (3-6 cangkir per minggu).
{"title":"Gambaran konsumsi minuman pada konsumen dewasa muda di kedai kopi kawasan Jakarta Timur","authors":"Veronica Melia Widodo, Susy Olivia Lontoh","doi":"10.24912/tmj.v5i1.24402","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/tmj.v5i1.24402","url":null,"abstract":"Tingkat konsumsi minuman kopi di Indonesia semakin meningkat terutama di kota-kota besar. Saat ini, minuman kopi makin banyak dinikmati oleh kalangan dewasa muda. Faktor yang dapat meningkatkan hal tersebut datang dari adanya tuntutan pekerjaan, gaya hidup, kurangnya waktu tidur, dan rasa ketergantungan sebagai sumber energi alternatif yang mudah didapat. Sifat ketergantungan dan peningkatan konsumsi minuman kopi memberikan dampak di bidang kesehatan. Tujuan studi ini ialah untuk mengetahui gambaran konsumsi minuman khususnya minuman kopi pada konsumen kategori usia dewasa muda di kedai kopi kawasan Jakarta Timur. Studi ini menggunakan metode observasional deskriptif dengan teknik pengambilan sampling yakni non-probability sampling. Pengambilan data untuk mengetahui karakteristik konsumsi minuman responden menggunakan Food Frequency Questionnaire (FFQ) yang sudah dimodifikasi sesuai tujuan studi. Hasil studi menunjukkan bahwa 63,3% subjek lebih memilih minuman kopi sedangkan sisanya tidak. Jenis minuman yang paling digemari oleh sebagian besar subjek studi ialah kopi susu dengan tingkat konsumsi sedang (3-6 cangkir per minggu).","PeriodicalId":416279,"journal":{"name":"Tarumanagara Medical Journal","volume":"5 6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128682610","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}