Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Kanker payudara merupakan salah satu jenis penyakit yang ditakuti oleh wanita karena penyakit tersebut dapat menyebabkan hilangnya organ vital wanita. Sejumlah studi memperlihatkan bahwa deteksi kanker payudara seperti memiliki pengetahuan tentang kanker payudara dan perilaku pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dapat meningkatkan keberhasilan pencegahan kanker payudara. Studi ini bertujuan untuk Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan kanker payudara dan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara angkatan 2021. Studi deskriptif kuantitatif ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara dengan menggunakan kuesioner. Jumlah sampel sebanyak 95 mahasiswi, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan metode total sampling. Hasil studi tingkat pengetahuan responden tentang kanker payudara didapatkan pengetahuan yang baik terdapat pada 46 (48,4%) responden dan pengetahuan kurang baik pada 49 (50,5%) responden. Pengetahuan tentang perilaku SADARI didapatkan untuk kategori baik pada 86 (90.5%) responden dan kurang baik pada 9 (9.5%) responden. Pengetahuan mahasiswi Universitas Tarumanagara angkatan 2021 tentang pengertian kanker payudara, resiko kanker payudara, gejala kanker payudara, pencegahan kanker payudara termasuk perilaku SADARI termasuk dalam kategori baik.
{"title":"Pengetahuan terkait kanker payudara dan perilaku SADARI pada mahasiswi kedokteran Universitas Tarumanagara Angkatan 2021","authors":"Dhio Dwi Windiatmoko, T. Sari","doi":"10.24912/tmj.v5i2.24807","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/tmj.v5i2.24807","url":null,"abstract":"Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Kanker payudara merupakan salah satu jenis penyakit yang ditakuti oleh wanita karena penyakit tersebut dapat menyebabkan hilangnya organ vital wanita. Sejumlah studi memperlihatkan bahwa deteksi kanker payudara seperti memiliki pengetahuan tentang kanker payudara dan perilaku pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dapat meningkatkan keberhasilan pencegahan kanker payudara. Studi ini bertujuan untuk Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan kanker payudara dan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara angkatan 2021. Studi deskriptif kuantitatif ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara dengan menggunakan kuesioner. Jumlah sampel sebanyak 95 mahasiswi, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan metode total sampling. Hasil studi tingkat pengetahuan responden tentang kanker payudara didapatkan pengetahuan yang baik terdapat pada 46 (48,4%) responden dan pengetahuan kurang baik pada 49 (50,5%) responden. Pengetahuan tentang perilaku SADARI didapatkan untuk kategori baik pada 86 (90.5%) responden dan kurang baik pada 9 (9.5%) responden. Pengetahuan mahasiswi Universitas Tarumanagara angkatan 2021 tentang pengertian kanker payudara, resiko kanker payudara, gejala kanker payudara, pencegahan kanker payudara termasuk perilaku SADARI termasuk dalam kategori baik.","PeriodicalId":416279,"journal":{"name":"Tarumanagara Medical Journal","volume":"57 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139306545","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pasien Covid-19 dengan komorbiditas diabetes melitus (DM) memiliki angka keparahan yang lebih tinggi teutama pada pasien dengan manajemen gula darah yang buruk yang ditandai dengan adanya perburukan pada infeksi yang dialami pasien. Peningkatan keparahan ini dapat menjadi pertanda untuk pasien memerlukan perawatan di Intensive care unit (ICU). Maka dari itu, perlu dilakukan penelitian dan konfirmasi mengenai hubungan dari kontrol DM dengan luaran dari penangan pasien Covid-19 dengan komorbiditas DM. Studi analitik cross-sectional ini mendapatkan data melalui consecutive sampling rekam medis dari 102 pasien pasien dewasa dengan DM yang terinfeksi Covid-19. Data yang dikumpulkan meliputi data diri pasien, riwayat komorbiditas selain DM, riwayat kontrol DM yang terdiri dari gula darah sewaktu masuk rumah sakit, nilai HbA1c, lama pasien menderita DM, dan penggunaan insulin selama perawatan dan status perawatan pasien di ICU. Hasil menunjukan rerata usia 102 pasien 56,67 tahun dan lebih banyak berjenis kelamin laki-laki (52,9%). Mayoritas pasien tidak memiliki komorbiditas selain DM (63,7%) dan 36,3% pasien memiliki komorbiditas tambahan selain DM. Data kontrol DM pada pasien menunjukan mayoritas nilai gula darah tinggi (54,9%), nilai HbA1c tidak terkontrol (74,1%), telah terdiagnosis DM (86%), menggunakan insulin (55,9%) dan mayoritas pasien tidak memerlukan penanganan di ICU (74,5%). Hasil uji statistik tidak ditemukan adanya hubungan signifikan antara kebutuhan rawat ICU dengan variabel-variabel pengontrol gula darah.
{"title":"Hubungan riwayat kontrol gula darah dengan luaran penanganan ICU pada pasien Covid-19 beriwayat Diabetes Melitus di RSUD Ciawi Bogor","authors":"Agla Awal Nursalim, Velma Herwanto","doi":"10.24912/tmj.v5i2.24601","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/tmj.v5i2.24601","url":null,"abstract":"Pasien Covid-19 dengan komorbiditas diabetes melitus (DM) memiliki angka keparahan yang lebih tinggi teutama pada pasien dengan manajemen gula darah yang buruk yang ditandai dengan adanya perburukan pada infeksi yang dialami pasien. Peningkatan keparahan ini dapat menjadi pertanda untuk pasien memerlukan perawatan di Intensive care unit (ICU). Maka dari itu, perlu dilakukan penelitian dan konfirmasi mengenai hubungan dari kontrol DM dengan luaran dari penangan pasien Covid-19 dengan komorbiditas DM. Studi analitik cross-sectional ini mendapatkan data melalui consecutive sampling rekam medis dari 102 pasien pasien dewasa dengan DM yang terinfeksi Covid-19. Data yang dikumpulkan meliputi data diri pasien, riwayat komorbiditas selain DM, riwayat kontrol DM yang terdiri dari gula darah sewaktu masuk rumah sakit, nilai HbA1c, lama pasien menderita DM, dan penggunaan insulin selama perawatan dan status perawatan pasien di ICU. Hasil menunjukan rerata usia 102 pasien 56,67 tahun dan lebih banyak berjenis kelamin laki-laki (52,9%). Mayoritas pasien tidak memiliki komorbiditas selain DM (63,7%) dan 36,3% pasien memiliki komorbiditas tambahan selain DM. Data kontrol DM pada pasien menunjukan mayoritas nilai gula darah tinggi (54,9%), nilai HbA1c tidak terkontrol (74,1%), telah terdiagnosis DM (86%), menggunakan insulin (55,9%) dan mayoritas pasien tidak memerlukan penanganan di ICU (74,5%). Hasil uji statistik tidak ditemukan adanya hubungan signifikan antara kebutuhan rawat ICU dengan variabel-variabel pengontrol gula darah.","PeriodicalId":416279,"journal":{"name":"Tarumanagara Medical Journal","volume":"21 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139307549","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Makanan yang memiliki densitas energi tinggi disebut sebagai makanan padat energi, biasanya merupakan makanan dengan kandungan gula dan lemak yang tinggi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mengindikasikan masyarakat Indonesia cenderung mengonsumsi makanan padat energi dalam jumlah besar. Tujuan studi ini ialah untuk mengetahui distribusi asupan makanan padat energi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara. Studi bersifat deskriptif potong lintang ini meliputi sampel mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara yang dipilih secara non-random konsekutif dan bersedia ikut serta dalam studi ini. Data pola konsumsi makanan selama 1 bulan terakhir dikumpulkan dengan mengisi kuisioner Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaire, selanjutnya diolah dengan Nutrisurvey untuk menghitung densitas energi makanan. Hasil studi pada total 92 responden didapatkan rerata (SD) densitas energi makanan sebesar 143,8 (20,75) kcal/100g. Densitas energi makanan lebih besar didapatkan pada responden dengan kebiasaan merokok dan berolahraga maupun responden tanpa riwayat diabetes atau hipertensi dibandingkan responden dengan keadaan sebaliknya. Distribusi densitas energi makanan pada kelompok makanan pokok dan olahannya tertinggi pada tertil 2, kelompok sayur, buah, dan produk susu tertinggi pada tertil 1, kelompok protein hewani, kacang, jajanan, dan minuman manis tertinggi pada tertil 3. Berdasarkan hasil studi, disarankan mahasiswa kedokteran Universitas Tarumanagara dapat membatasi jumlah konsumsi makanan padat energi.
{"title":"Distribusi asupan makanan padat energi pada mahasiswa kedokteran Universitas Tarumanagara","authors":"Jonathan, M. Rumawas","doi":"10.24912/tmj.v5i2.24668","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/tmj.v5i2.24668","url":null,"abstract":"Makanan yang memiliki densitas energi tinggi disebut sebagai makanan padat energi, biasanya merupakan makanan dengan kandungan gula dan lemak yang tinggi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mengindikasikan masyarakat Indonesia cenderung mengonsumsi makanan padat energi dalam jumlah besar. Tujuan studi ini ialah untuk mengetahui distribusi asupan makanan padat energi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara. Studi bersifat deskriptif potong lintang ini meliputi sampel mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara yang dipilih secara non-random konsekutif dan bersedia ikut serta dalam studi ini. Data pola konsumsi makanan selama 1 bulan terakhir dikumpulkan dengan mengisi kuisioner Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaire, selanjutnya diolah dengan Nutrisurvey untuk menghitung densitas energi makanan. Hasil studi pada total 92 responden didapatkan rerata (SD) densitas energi makanan sebesar 143,8 (20,75) kcal/100g. Densitas energi makanan lebih besar didapatkan pada responden dengan kebiasaan merokok dan berolahraga maupun responden tanpa riwayat diabetes atau hipertensi dibandingkan responden dengan keadaan sebaliknya. Distribusi densitas energi makanan pada kelompok makanan pokok dan olahannya tertinggi pada tertil 2, kelompok sayur, buah, dan produk susu tertinggi pada tertil 1, kelompok protein hewani, kacang, jajanan, dan minuman manis tertinggi pada tertil 3. Berdasarkan hasil studi, disarankan mahasiswa kedokteran Universitas Tarumanagara dapat membatasi jumlah konsumsi makanan padat energi.","PeriodicalId":416279,"journal":{"name":"Tarumanagara Medical Journal","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139308491","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Chronic myeloid leukemia (CML) merupakan penyakit mieloproliferatif. Insiden penyakit CML di seluruh dunia sekitar 0,87 kasus per 100.000 orang dan meningkat menjadi 1,52 kasus pada kelompok usia di atas 70 tahun. Didapatkan peningkatan kasus insiden penyakit CML pada korban yang selamat dari bom atom, namun untuk faktor predisposisi penyakit CML masih belum diketahui. Pembahasan terkait Varicella dapat menyebabkan CML belum pernah ada, sebaliknya pasien dengan kanker termasuk limfoma, leukemia akut, dan yang sedang menjalani stem cell transplantasi (SCT) beresiko tinggi terkena infeksi virus Varicella. Laporan kasus Chronic Myeloid Leukemia - Chronic Phase (CML-CP) ini didahului dengan paparan penyakit varicella. Kebanyakan kasus CML biasanya ditemukan secara tidak sengaja pada saat pemeriksaan darah rutin, namun pada pasien mempunyai riwayat pemeriksaan kesehatan lengkap 4 bulan yang lalu dengan batas nilai normal. Rentang waktu 4 bulan juga tergolong sempit untuk menimbulkan kejadian CML. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menilai apakah apakah varicella mempunyai etiopatogenetik langsung yang dapat menyebabkan CML.
{"title":"Chronic Myeloid Leukemia – Chronic Phase (CML-CP) yang didahului dengan Varicella","authors":"Andrea Evans Khosasih","doi":"10.24912/tmj.v5i2.25886","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/tmj.v5i2.25886","url":null,"abstract":"Chronic myeloid leukemia (CML) merupakan penyakit mieloproliferatif. Insiden penyakit CML di seluruh dunia sekitar 0,87 kasus per 100.000 orang dan meningkat menjadi 1,52 kasus pada kelompok usia di atas 70 tahun. Didapatkan peningkatan kasus insiden penyakit CML pada korban yang selamat dari bom atom, namun untuk faktor predisposisi penyakit CML masih belum diketahui. Pembahasan terkait Varicella dapat menyebabkan CML belum pernah ada, sebaliknya pasien dengan kanker termasuk limfoma, leukemia akut, dan yang sedang menjalani stem cell transplantasi (SCT) beresiko tinggi terkena infeksi virus Varicella. Laporan kasus Chronic Myeloid Leukemia - Chronic Phase (CML-CP) ini didahului dengan paparan penyakit varicella. Kebanyakan kasus CML biasanya ditemukan secara tidak sengaja pada saat pemeriksaan darah rutin, namun pada pasien mempunyai riwayat pemeriksaan kesehatan lengkap 4 bulan yang lalu dengan batas nilai normal. Rentang waktu 4 bulan juga tergolong sempit untuk menimbulkan kejadian CML. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menilai apakah apakah varicella mempunyai etiopatogenetik langsung yang dapat menyebabkan CML.","PeriodicalId":416279,"journal":{"name":"Tarumanagara Medical Journal","volume":"10 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139309386","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Reactive Oxygen Species (ROS) memiliki peran penting dalam proses fisiologis kehidupan manusia, namun, pada konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan penyakit degeneratif. Ketidakseimbangan antara ROS dalam konsentrasi tinggi dengan antioksidan di dalam tubuh dapat menyebabkan stress oksidatif. Oleh karena itu, antioksidan memiliki peran penting dalam menghambat proses oksidasi yang terjadi di dalam tubuh maupun di luar tubuh. Salah satu sumber antioksidan dapat diperoleh dari angkak (Oryza.sp). Studi ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas antioksidan dan metabolit sekunder yang terdapat di angkak. Studi eksperimental ini menggunakan ekstrak angkak yang dihaluskan lalu diperkolasi dengan pelarut methanol dan dievaporasi hingga terbentuk pasta. Pada ekstrak tersebut dilakukan uji skrining fitokimia berdasarkan Harborne, kapasitas total antioksidan menggunakan metode ABTS, dan uji kadar fenolik total (Singleton dan Rossi). Pada uji skrining fitokimia, ekstrak angkak mengandung fenolik, flavonoid, tanin, saponin, alkaloid, glikosida, terpenoid, kuinon, kardioglikosida, antosianin dan kumarin. Kapasitas total antioksidan ekstrak angkak ialah 25,557mg/mL. Hasil tersebut menunjukan bahwa ekstrak angkak memiliki kapasitas antioksidan yang sangat kuat dan kadar fenolik total 694,56 mg/mL. Kesimpulan studi ini, angkak memiliki potensi sebagai antioksidan.
{"title":"Uji kapasitas antioksidan dan kadar metabolit sekunder ekstrak angkak (Oryza sp)","authors":"Stanley Santoso, Frans Ferdinal, Eny Yulianti","doi":"10.24912/tmj.v5i2.24790","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/tmj.v5i2.24790","url":null,"abstract":"Reactive Oxygen Species (ROS) memiliki peran penting dalam proses fisiologis kehidupan manusia, namun, pada konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan penyakit degeneratif. Ketidakseimbangan antara ROS dalam konsentrasi tinggi dengan antioksidan di dalam tubuh dapat menyebabkan stress oksidatif. Oleh karena itu, antioksidan memiliki peran penting dalam menghambat proses oksidasi yang terjadi di dalam tubuh maupun di luar tubuh. Salah satu sumber antioksidan dapat diperoleh dari angkak (Oryza.sp). Studi ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas antioksidan dan metabolit sekunder yang terdapat di angkak. Studi eksperimental ini menggunakan ekstrak angkak yang dihaluskan lalu diperkolasi dengan pelarut methanol dan dievaporasi hingga terbentuk pasta. Pada ekstrak tersebut dilakukan uji skrining fitokimia berdasarkan Harborne, kapasitas total antioksidan menggunakan metode ABTS, dan uji kadar fenolik total (Singleton dan Rossi). Pada uji skrining fitokimia, ekstrak angkak mengandung fenolik, flavonoid, tanin, saponin, alkaloid, glikosida, terpenoid, kuinon, kardioglikosida, antosianin dan kumarin. Kapasitas total antioksidan ekstrak angkak ialah 25,557mg/mL. Hasil tersebut menunjukan bahwa ekstrak angkak memiliki kapasitas antioksidan yang sangat kuat dan kadar fenolik total 694,56 mg/mL. Kesimpulan studi ini, angkak memiliki potensi sebagai antioksidan.","PeriodicalId":416279,"journal":{"name":"Tarumanagara Medical Journal","volume":"96 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139307040","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari baik dirumah, kampus maupun fasilitas umum. Perilaku hidup bersih dan sehat dapat dilakukan dalam setiap sisi kehidupan kapan saja dan dimana saja. Cuci tangan (handwashing) merupakan bagian dari salah satu perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang berguna untuk sanitasi tangan dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air untuk menjadi bersih dan memutus rantai kuman. Studi ini ialah studi deskriptif dengan desain cross-sectional yang dilakukan pada mahasiswa Kedokteran Universitas Tarumanagara. Studi ini ditujukan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku mencuci tangan pakai sabun. Partisipan studi berjumlah 103 partisipan. Data gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku yang diperoleh melalui kuisioner. Hasil studi didapatkan tingkat pengetahuan yang baik tentang cuci tangan pakai sabun sebanyak 60 (52,2%) partisipan, sikap positif terhadap tentang cuci tangan pakai sabun 112 partisipan (97,4%), dan berperilaku baik terhadap tentang cuci tangan pakai sabun hanya 20 partisipan (17,4%). Temuan ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang baik dan sikap yang positif belum tentu mencerminkan perilaku yang baik dalam mencuci tangan pakai sabun pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara.
{"title":"Gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku mencuci tangan memakai sabun pada mahasiswa kedokteran","authors":"Dodo Nugroho, Silviana Tirtasari","doi":"10.24912/tmj.v5i2.24509","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/tmj.v5i2.24509","url":null,"abstract":"Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari baik dirumah, kampus maupun fasilitas umum. Perilaku hidup bersih dan sehat dapat dilakukan dalam setiap sisi kehidupan kapan saja dan dimana saja. Cuci tangan (handwashing) merupakan bagian dari salah satu perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang berguna untuk sanitasi tangan dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air untuk menjadi bersih dan memutus rantai kuman. Studi ini ialah studi deskriptif dengan desain cross-sectional yang dilakukan pada mahasiswa Kedokteran Universitas Tarumanagara. Studi ini ditujukan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku mencuci tangan pakai sabun. Partisipan studi berjumlah 103 partisipan. Data gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku yang diperoleh melalui kuisioner. Hasil studi didapatkan tingkat pengetahuan yang baik tentang cuci tangan pakai sabun sebanyak 60 (52,2%) partisipan, sikap positif terhadap tentang cuci tangan pakai sabun 112 partisipan (97,4%), dan berperilaku baik terhadap tentang cuci tangan pakai sabun hanya 20 partisipan (17,4%). Temuan ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang baik dan sikap yang positif belum tentu mencerminkan perilaku yang baik dalam mencuci tangan pakai sabun pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara.","PeriodicalId":416279,"journal":{"name":"Tarumanagara Medical Journal","volume":"251 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139309202","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Enny Irawaty, Novendy, Shantika, Ribka Tabitha, William Wijaya Herlin Saputra
Dinas Kesehatan Provinsi Banten mencatat bahwa Kabupaten Tangerang pada tahun 2019 menjadi salah satu tempat dengan jumlah kasus hipertensi tertinggi yaitu sebanyak 622.060 kasus. Puskesmas Sindang Jaya yang merupakan bagian dari Kabupaten Tangerang juga mengalami peningkatan kasus hipertensi dalam satu tahun terakhir. Peningkatan terjadi sebesar 61% kasus dari awal tahun 2021 hingga Desember 2021. Pengetahuan, sikap, dan perilaku seseorang terhadap hipertensi memiliki peranan yang sangat penting dalam mencegah risiko hipertensi. Pengetahuan, sikap, dan perilaku pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sindang Jaya masih belum diketahui dengan pasti, sehingga diperlukan kajian mengenai hal ini, yang nantinya dapat membantu Puskesmas dalam melakukan upaya pencegahan timbulnya penyakit hipertensi. Desain yang digunakan dalam studi ini ialah studi potong lintang dengan teknik sampling purposive non-random sampling. Sebanyak 137 responden berpartisipasi dalam studi ini. Hampir 60% responden tidak mengetahui faktor risiko dari penyakit hipertensi dan 67,9% responden tidak mengetahui cara mencegah penyakit hipertensi. Sebanyak 42,3% responden yakin tidak akan terkena hipertensi dan hanya 5,1% responden menganggap hipertensi ialah penyakit yang serius. Lebih dari setengah responden akan melakukan pemeriksaan rutin, olahraga rutin, mengonsumsi makanan sehat untuk mencegah timbulnya penyakit hipertensi. Hasil studi menunjukkan bahwa pengetahun dan sikap responden masih kurang terhadap penyakit hipertensi, namun dari segi perilaku, responden sudah melakukan upaya dalam mencegah timbulnya penyakit hipertensi.
{"title":"Gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku mengenai penyakit hipertensi pada komunitas wilayah kerja Puskesmas Sindang Jaya","authors":"Enny Irawaty, Novendy, Shantika, Ribka Tabitha, William Wijaya Herlin Saputra","doi":"10.24912/tmj.v5i2.26711","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/tmj.v5i2.26711","url":null,"abstract":"Dinas Kesehatan Provinsi Banten mencatat bahwa Kabupaten Tangerang pada tahun 2019 menjadi salah satu tempat dengan jumlah kasus hipertensi tertinggi yaitu sebanyak 622.060 kasus. Puskesmas Sindang Jaya yang merupakan bagian dari Kabupaten Tangerang juga mengalami peningkatan kasus hipertensi dalam satu tahun terakhir. Peningkatan terjadi sebesar 61% kasus dari awal tahun 2021 hingga Desember 2021. Pengetahuan, sikap, dan perilaku seseorang terhadap hipertensi memiliki peranan yang sangat penting dalam mencegah risiko hipertensi. Pengetahuan, sikap, dan perilaku pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sindang Jaya masih belum diketahui dengan pasti, sehingga diperlukan kajian mengenai hal ini, yang nantinya dapat membantu Puskesmas dalam melakukan upaya pencegahan timbulnya penyakit hipertensi. Desain yang digunakan dalam studi ini ialah studi potong lintang dengan teknik sampling purposive non-random sampling. Sebanyak 137 responden berpartisipasi dalam studi ini. Hampir 60% responden tidak mengetahui faktor risiko dari penyakit hipertensi dan 67,9% responden tidak mengetahui cara mencegah penyakit hipertensi. Sebanyak 42,3% responden yakin tidak akan terkena hipertensi dan hanya 5,1% responden menganggap hipertensi ialah penyakit yang serius. Lebih dari setengah responden akan melakukan pemeriksaan rutin, olahraga rutin, mengonsumsi makanan sehat untuk mencegah timbulnya penyakit hipertensi. Hasil studi menunjukkan bahwa pengetahun dan sikap responden masih kurang terhadap penyakit hipertensi, namun dari segi perilaku, responden sudah melakukan upaya dalam mencegah timbulnya penyakit hipertensi.","PeriodicalId":416279,"journal":{"name":"Tarumanagara Medical Journal","volume":"7 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139308349","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Agnes Marcella, Frans Ferdinal, David Limanan, Eny Yulianti
Radikal bebas merupakan suatu molekul yang sangat reaktif yang dapat mengoksidasi dan mengubah molekul di sekitar. Molekul yang teroksidasi dapat menjadi radikal bebas dan akan merusak jaringan di sekitarnya serta mengancam kelangsungan hidup sel. Antioksidan menyumbangkan elektron kepada radikal bebas dan membantu mempertahankannya dalam tingkat fisiologis. Stres oksidatif terjadi jika terjadi ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan sehingga untuk mengimbangi kekurangan antioksidan tersebut, tubuh memanfaatkan antioksidan dari luar. Bayam merah (Amaranthus sp.) sudah dikenal menjadi salah satu sumber antioksidan eksogen. Pemeriksaan in-vitro dengan eksperimental meliputi uji fitokimia kualitatif (Harborne) dan pemeriksaan bioassay yaitu uji toksisitas dengan BSLT (Meyer). Uji kualitatif fitokimia didapatkan hasil positif pada alkaloid, antosianin, betasianin, kardioglikosida, koumarin, flavonoid, glikosida, fenolik, kuinon, saponin, steroid, terpenoid serta tanin. Pada uji toksisitas didapatkan nilai LC50 sebesar 275,810 µg/mL pada daun bayam merah, sehingga berpotensi memiliki efek antimitotik.
{"title":"Skrining fitokimia serta uji toksisitas pada ekstrak daun bayam merah (Amaranthus sp.)","authors":"Agnes Marcella, Frans Ferdinal, David Limanan, Eny Yulianti","doi":"10.24912/tmj.v5i2.24801","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/tmj.v5i2.24801","url":null,"abstract":"Radikal bebas merupakan suatu molekul yang sangat reaktif yang dapat mengoksidasi dan mengubah molekul di sekitar. Molekul yang teroksidasi dapat menjadi radikal bebas dan akan merusak jaringan di sekitarnya serta mengancam kelangsungan hidup sel. Antioksidan menyumbangkan elektron kepada radikal bebas dan membantu mempertahankannya dalam tingkat fisiologis. Stres oksidatif terjadi jika terjadi ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan sehingga untuk mengimbangi kekurangan antioksidan tersebut, tubuh memanfaatkan antioksidan dari luar. Bayam merah (Amaranthus sp.) sudah dikenal menjadi salah satu sumber antioksidan eksogen. Pemeriksaan in-vitro dengan eksperimental meliputi uji fitokimia kualitatif (Harborne) dan pemeriksaan bioassay yaitu uji toksisitas dengan BSLT (Meyer). Uji kualitatif fitokimia didapatkan hasil positif pada alkaloid, antosianin, betasianin, kardioglikosida, koumarin, flavonoid, glikosida, fenolik, kuinon, saponin, steroid, terpenoid serta tanin. Pada uji toksisitas didapatkan nilai LC50 sebesar 275,810 µg/mL pada daun bayam merah, sehingga berpotensi memiliki efek antimitotik.","PeriodicalId":416279,"journal":{"name":"Tarumanagara Medical Journal","volume":"50 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139307107","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Infeksi Covid-19 menyebabkan kerusakan endotel dan hiperinflamasi serta reaksi berlebihan dari imun yang kemudian memicu kejadian badai sitokin. Hal ini menyebabkan peningkatan aktivasi koagulasi dan pembentukkan bekuan darah pada vaskular sehingga terbentuk D-dimer. Studi ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross-sectional. Sampel yang digunakan berupa data rekam medis dari 348 pasien yang dirawat dan melakukan pengecekan D-dimer di RS Husada Jakarta selama periode Januari hingga Desember 2020. Hasil studi didapatkan tingkat keparahan penyakit terbanyak yaitu kriteria sakit sedang (183 pasien; 52.6%) dan ditemukan sebanyak 97 (46.9%) pasien mengalami peningkatan kadar D-dimer. Mortalitas pasien dengan peningkatan kadar D-dimernya yaitu 41 (19.8%) pasien (p-value 0,000). Pasien dengan tingkat keparahan berat/kritis memiliki kadar D-dimer yang meningkat yaitu sebanyak 110 (53.1%) pasien dibandingkan yang memiliki kadar D-dimer normal yaitu 55 (39.0%) pasien (p-value 0,001). Hasil studi menunjukkan hubungan antara kadar D-dimer yang meningkat dengan mortalitas dan tingkat keparahan pasien COVID-19.
{"title":"Hubungan kadar D-dimer dengan mortalitas dan derajat keparahan pasien Covid-19 di RS Husada periode Januari - Desember 2020","authors":"Ellen Ashiana Chen, H. Sutanto","doi":"10.24912/tmj.v5i2.25493","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/tmj.v5i2.25493","url":null,"abstract":"Infeksi Covid-19 menyebabkan kerusakan endotel dan hiperinflamasi serta reaksi berlebihan dari imun yang kemudian memicu kejadian badai sitokin. Hal ini menyebabkan peningkatan aktivasi koagulasi dan pembentukkan bekuan darah pada vaskular sehingga terbentuk D-dimer. Studi ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross-sectional. Sampel yang digunakan berupa data rekam medis dari 348 pasien yang dirawat dan melakukan pengecekan D-dimer di RS Husada Jakarta selama periode Januari hingga Desember 2020. Hasil studi didapatkan tingkat keparahan penyakit terbanyak yaitu kriteria sakit sedang (183 pasien; 52.6%) dan ditemukan sebanyak 97 (46.9%) pasien mengalami peningkatan kadar D-dimer. Mortalitas pasien dengan peningkatan kadar D-dimernya yaitu 41 (19.8%) pasien (p-value 0,000). Pasien dengan tingkat keparahan berat/kritis memiliki kadar D-dimer yang meningkat yaitu sebanyak 110 (53.1%) pasien dibandingkan yang memiliki kadar D-dimer normal yaitu 55 (39.0%) pasien (p-value 0,001). Hasil studi menunjukkan hubungan antara kadar D-dimer yang meningkat dengan mortalitas dan tingkat keparahan pasien COVID-19.","PeriodicalId":416279,"journal":{"name":"Tarumanagara Medical Journal","volume":"3 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139308900","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Dismenorea, diartikan sebagai nyeri haid, seringkali cukup berlebihan sehingga membatasi seorang perempuan ketika melakukan aktivitas normal. Seringkali, juga dapat bersamaan dengan gejala lainnya mencakup pusing, sakit kepala, muntah, mual dan diare yang dirasakan ketika haid. Angka kejadian dismenorea di Indonesia sebesar 64,25%, yang terdiri dari 9,36% dismenorea sekunder dan 54,89% dismenorea primer. Derajat dismenorea yang dialami setiap perempuan berbeda dan umumnya terjadi pada masa pubertas. Usia remaja sampai dewasa muda lebih rentan mengalami dismenorea karena beberapa faktor risiko, salah satunya ialah konsumsi makan cepat saji yang berlebih. Tujuan studi analitik cross sectional ini sebagai acuan untuk edukasi tentang kebiasaan konsumsi makanan cepat saji terhadap kaitannya dengan dismenorea. Pengambilan data 196 mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara angkatan 2020-2022 menggunakan teknik non-random consecutive sampling. Pengambilan data tingkat nyeri dismenorea dan pola konsumsi makanan cepat saji menggunakan kuesioner visual analogue scale (VAS) yang dikombinsikan dengan numeric rating scale (NRS) serta semi-quantitative food frequency questionnaire (SQFFQ). Data yang didapatkan mayoritas mengalami dismenorea sedang (126 subjek; 64,3%) dan sebagian besar sering mengonsumsi makanan cepat saji (131 subjek; 66,8%). Analisis secara statistik didapatkan hubungan yang signifikan antara dismenore dengan kebiasaan konsumsi makanan cepat saji (p-value = 0,047).
{"title":"Keterkaitan dismenorea dengan kebiasaan konsumsi makanan cepat saji","authors":"Meynisah Sari Tambunan, Fadil Hidayat","doi":"10.24912/tmj.v5i2.24700","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/tmj.v5i2.24700","url":null,"abstract":"Dismenorea, diartikan sebagai nyeri haid, seringkali cukup berlebihan sehingga membatasi seorang perempuan ketika melakukan aktivitas normal. Seringkali, juga dapat bersamaan dengan gejala lainnya mencakup pusing, sakit kepala, muntah, mual dan diare yang dirasakan ketika haid. Angka kejadian dismenorea di Indonesia sebesar 64,25%, yang terdiri dari 9,36% dismenorea sekunder dan 54,89% dismenorea primer. Derajat dismenorea yang dialami setiap perempuan berbeda dan umumnya terjadi pada masa pubertas. Usia remaja sampai dewasa muda lebih rentan mengalami dismenorea karena beberapa faktor risiko, salah satunya ialah konsumsi makan cepat saji yang berlebih. Tujuan studi analitik cross sectional ini sebagai acuan untuk edukasi tentang kebiasaan konsumsi makanan cepat saji terhadap kaitannya dengan dismenorea. Pengambilan data 196 mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara angkatan 2020-2022 menggunakan teknik non-random consecutive sampling. Pengambilan data tingkat nyeri dismenorea dan pola konsumsi makanan cepat saji menggunakan kuesioner visual analogue scale (VAS) yang dikombinsikan dengan numeric rating scale (NRS) serta semi-quantitative food frequency questionnaire (SQFFQ). Data yang didapatkan mayoritas mengalami dismenorea sedang (126 subjek; 64,3%) dan sebagian besar sering mengonsumsi makanan cepat saji (131 subjek; 66,8%). Analisis secara statistik didapatkan hubungan yang signifikan antara dismenore dengan kebiasaan konsumsi makanan cepat saji (p-value = 0,047).","PeriodicalId":416279,"journal":{"name":"Tarumanagara Medical Journal","volume":"135 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139308919","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}