Peningkatan angka seksio sesarea terutama di negara yang berpenghasilan menengah ke atas saat ini menjadi perhatian dunia. Hal tersebut dipicu oleh seksio sesarea yang dilakukan pada ibu hamil kelompok berisiko rendah. WHO mengusulkan penggunaan kriteria Robson sebagai standar global untuk menilai, memantau dan membandingkan tingkat seksio sesarea dalam fasilitas kesehatan dari waktu ke waktu dan antar fasilitas. Kriteria Robson mengklasifikasikan semua persalinan ke dalam satu dari sepuluh kelompok berdasarkan enam parameter. Ketuban Pecah Dini dapat dikaitkan dengan kejadian seksio sesarea dan dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok Robson. Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam masalah obstetri yang juga dapat menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi serta dapat meningkatkan kesakitan dan kematian pada ibu dan bayi. Metodologi penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan desain penelitian cross sectional dengan jumlah 56 ibu bersalin dengan ketuban pecah dini yang menjalani seksio sesarea di RS Sumber Waras Jakarta Barat. Hasil penelitian dari rekam medis periode Januari-Desember 2020 didapatkan pada kelompok 4 dengan 50%, sedangkan yang terendah yaitu kelompok 8 dengan 1,78%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah prevalensi ibu bersalin dengan ketuban pecah dini yang menjalani seksio sesarea di RS Sumber Waras Jakarta Barat adalah 76,71% serta menunjukkan bahwa kelompok 4 pada kriteria Robson memiliki jumlah yang paling tinggi yaitu 28 orang (50%).
{"title":"Gambaran pasien bersalin dengan ketuban pecah dini di RS Sumber Waras berdasarkan kriteria Robson","authors":"Rahma Nurhidayah, Andriana Kumala Dewi","doi":"10.24912/tmj.v5i1.24400","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/tmj.v5i1.24400","url":null,"abstract":"Peningkatan angka seksio sesarea terutama di negara yang berpenghasilan menengah ke atas saat ini menjadi perhatian dunia. Hal tersebut dipicu oleh seksio sesarea yang dilakukan pada ibu hamil kelompok berisiko rendah. WHO mengusulkan penggunaan kriteria Robson sebagai standar global untuk menilai, memantau dan membandingkan tingkat seksio sesarea dalam fasilitas kesehatan dari waktu ke waktu dan antar fasilitas. Kriteria Robson mengklasifikasikan semua persalinan ke dalam satu dari sepuluh kelompok berdasarkan enam parameter. Ketuban Pecah Dini dapat dikaitkan dengan kejadian seksio sesarea dan dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok Robson. Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam masalah obstetri yang juga dapat menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi serta dapat meningkatkan kesakitan dan kematian pada ibu dan bayi. Metodologi penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan desain penelitian cross sectional dengan jumlah 56 ibu bersalin dengan ketuban pecah dini yang menjalani seksio sesarea di RS Sumber Waras Jakarta Barat. Hasil penelitian dari rekam medis periode Januari-Desember 2020 didapatkan pada kelompok 4 dengan 50%, sedangkan yang terendah yaitu kelompok 8 dengan 1,78%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah prevalensi ibu bersalin dengan ketuban pecah dini yang menjalani seksio sesarea di RS Sumber Waras Jakarta Barat adalah 76,71% serta menunjukkan bahwa kelompok 4 pada kriteria Robson memiliki jumlah yang paling tinggi yaitu 28 orang (50%).","PeriodicalId":416279,"journal":{"name":"Tarumanagara Medical Journal","volume":"57 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124003573","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Gangguan kognitif pada lanjut usia (lansia) berupa gejala-gejala yang berhubungan dengan gangguan kemampuan intelektual meliputi bahasa, memori, visuospasial dan emosional. Ascertain Dementia 8 Questionnaire versi Indonesia (INA-AD8) digunakan sebagai skrining untuk mengetahui adanya penurunan kemampuan kognitif dan fungsional yang dilakukan dengan cara wawancara kepada lansia, anggota keluarga, atau pengasuh dari lansia tersebut. Studi ini dilakukan untuk mengetahui gambaran skrining demensia pada semua pasien lansia yang datang berobat di Puskesmas Sungai Lilin selama bulan Desember 2021 – Maret 2022 dengan menggunakan INA-AD8. Studi deskriptif potong lintang ini dilakukan terhadap 75 responden yang terdiri dari 28 (37,3%) laki-laki dan 47 (62,7%) perempuan dengan mayoritas terletak pada kelompok usia 65-74 tahun. Sebanyak 11 (14,7%) responden memiliki kognitif normal dan 64 (85,3%) responden mengalami gangguan kognitif. Gangguan kognitif yang terganggu berdasarkan komponen INA-AD8 ialah poin 1 (34.6%), poin 2 (64.0%), poin 3 (62.6%), poin 4 (58.6%), poin 5 (32.0%), poin 6 (48.0%), poin 7 (69.3), dan poin 8 (78.6%). Hasil skrining kemampuan kognitif pada lansia di Puskesmas Sungai Lilin berdasarkan INA-AD8 ialah mayoritas berusia 65-74 tahun, mayoritas perempuan, perubahan kognitif yang paling banyak terganggu pada gangguan memori dan pemikiran yang konsisten (poin 7 dan 8 dari INA-AD8).
{"title":"Gambaran skrining demensia lansia di Puskesmas Sungai Lilin menggunakan Ascertain Dementia 8 versi Indonesia (INA-AD8)","authors":"Nabella Zahra, Djung Lilya Wati","doi":"10.24912/tmj.v5i1.24390","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/tmj.v5i1.24390","url":null,"abstract":"Gangguan kognitif pada lanjut usia (lansia) berupa gejala-gejala yang berhubungan dengan gangguan kemampuan intelektual meliputi bahasa, memori, visuospasial dan emosional. Ascertain Dementia 8 Questionnaire versi Indonesia (INA-AD8) digunakan sebagai skrining untuk mengetahui adanya penurunan kemampuan kognitif dan fungsional yang dilakukan dengan cara wawancara kepada lansia, anggota keluarga, atau pengasuh dari lansia tersebut. Studi ini dilakukan untuk mengetahui gambaran skrining demensia pada semua pasien lansia yang datang berobat di Puskesmas Sungai Lilin selama bulan Desember 2021 – Maret 2022 dengan menggunakan INA-AD8. Studi deskriptif potong lintang ini dilakukan terhadap 75 responden yang terdiri dari 28 (37,3%) laki-laki dan 47 (62,7%) perempuan dengan mayoritas terletak pada kelompok usia 65-74 tahun. Sebanyak 11 (14,7%) responden memiliki kognitif normal dan 64 (85,3%) responden mengalami gangguan kognitif. Gangguan kognitif yang terganggu berdasarkan komponen INA-AD8 ialah poin 1 (34.6%), poin 2 (64.0%), poin 3 (62.6%), poin 4 (58.6%), poin 5 (32.0%), poin 6 (48.0%), poin 7 (69.3), dan poin 8 (78.6%). Hasil skrining kemampuan kognitif pada lansia di Puskesmas Sungai Lilin berdasarkan INA-AD8 ialah mayoritas berusia 65-74 tahun, mayoritas perempuan, perubahan kognitif yang paling banyak terganggu pada gangguan memori dan pemikiran yang konsisten (poin 7 dan 8 dari INA-AD8).","PeriodicalId":416279,"journal":{"name":"Tarumanagara Medical Journal","volume":"67 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129507600","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sarapan dengan komposisi meliputi karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral penting sebelum beraktivitas. Di Indonesia menunjukkan bahwa 16,9%-59% anak dan remaja, serta 31,2% dewasa tidak sarapan. Tingkat konsentrasi yang baik berarti dapat memberikan perhatian penuh dalam suatu informasi yang diperoleh dan salah satunya dipengaruhi oleh asupan nutrisi di pagi hari. Tujuan studi ini untuk mengetahui hubungan sarapan dengan tingkat konsentrasi mahasiswa kedokteran. Studi ini bersifat analitik dengan rancangan cross-sectional. Pengambilan 141 responden dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pengambilan data menggunakan kuesioner melalui google forms. Pengumpulan data menggunakan kuesioner hubungan sarapan dengan tingkat konsentrasi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara yang telah diuji validitas dan reliabilitas. Data tingkat konsentrasi menggunakan concentration grid test. Studi ini didapatkan responden yang melakukan sarapan sebanyak 99 (70,2%) dan tidak sarapan sebanyak 42 (29,8%). Sebanyak 79 (56%) responden memiliki tingkat konsentrasi baik dan 62 (44%) responden memilki tingkat konsentrasi kurang. Hasil analisis bivariat didapatkan responden yang melakukan sarapan dan memiliki tingkat konsentrasi baik sebanyak 53 (53,5%) responden dan tingkat konsentrasi kurang sebanyak 46 (46,5%) responden dengan nilai p-value 0,360. Hasil ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara sarapan dengan tingkat konsentrasi.
{"title":"Pengaruh sarapan terhadap tingkat konsentrasi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara","authors":"Ines Melania Benga Ola, Meilani Kumala","doi":"10.24912/tmj.v5i1.23431","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/tmj.v5i1.23431","url":null,"abstract":"Sarapan dengan komposisi meliputi karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral penting sebelum beraktivitas. Di Indonesia menunjukkan bahwa 16,9%-59% anak dan remaja, serta 31,2% dewasa tidak sarapan. Tingkat konsentrasi yang baik berarti dapat memberikan perhatian penuh dalam suatu informasi yang diperoleh dan salah satunya dipengaruhi oleh asupan nutrisi di pagi hari. Tujuan studi ini untuk mengetahui hubungan sarapan dengan tingkat konsentrasi mahasiswa kedokteran. Studi ini bersifat analitik dengan rancangan cross-sectional. Pengambilan 141 responden dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pengambilan data menggunakan kuesioner melalui google forms. Pengumpulan data menggunakan kuesioner hubungan sarapan dengan tingkat konsentrasi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara yang telah diuji validitas dan reliabilitas. Data tingkat konsentrasi menggunakan concentration grid test. Studi ini didapatkan responden yang melakukan sarapan sebanyak 99 (70,2%) dan tidak sarapan sebanyak 42 (29,8%). Sebanyak 79 (56%) responden memiliki tingkat konsentrasi baik dan 62 (44%) responden memilki tingkat konsentrasi kurang. Hasil analisis bivariat didapatkan responden yang melakukan sarapan dan memiliki tingkat konsentrasi baik sebanyak 53 (53,5%) responden dan tingkat konsentrasi kurang sebanyak 46 (46,5%) responden dengan nilai p-value 0,360. Hasil ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara sarapan dengan tingkat konsentrasi.","PeriodicalId":416279,"journal":{"name":"Tarumanagara Medical Journal","volume":"110 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127073288","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Banyak kasus ketuban pecah dini (KPD) yang berakhir dengan kejadian preterm tidak diketahui penyebabnya secara pasti. Karakteristik ibu seperti usia kehamilan, usia ibu, tingkat pendidikan, pekerjaan ibu, riwayat KPD sebelumnya, dan gravida dapat mempengaruhi terjadinya persalinan preterm. Berdasarkan hal tersebut, studi ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik ibu yang mengalami KPD dengan persalinan preterm di RSUD Benyamin Guluh Kolaka pada tahun 2022. Metode studi deskriptif ini ialah potong lintang. Jumlah sampel yang digunakan dalam studi ini sebanyak 65 rekam medis pasien yang diambil dengan metode non-ralndom consecutive salmpling. Analisis data yang digunakan ialah analisis univariat untuk melihat profil pasien KPD dengan persalinan preterm. Hasil studi menunjukkan bahwa dari 65 subjek pasien KPD dengan preterm sebagian besar berusia 20-34 tahun (50 orang; 76,3%), paritas primipara 1 – 2 anak (30 orang; 46,2%), status pekerjaan sebagai ibu rumah tangga (tidak bekerja) (42 orang; 64,6%), mengalami anemia (61 orang; 93,8%). Studi ini menunjukkan bahwa KPD yang mengalami persalinan preterm banyak terjadi pada ibu primipara yang berusia 20-34 tahun, mengalami anemia dan tidak bekerja.
{"title":"Karakteristik pasien ketuban pecah dini (KPD) dengan persalinan preterm di RSUD Benyamin Guluh Kolaka","authors":"Faizah Salsabila Kurniawan, Ricky Susanto","doi":"10.24912/tmj.v5i1.24381","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/tmj.v5i1.24381","url":null,"abstract":"Banyak kasus ketuban pecah dini (KPD) yang berakhir dengan kejadian preterm tidak diketahui penyebabnya secara pasti. Karakteristik ibu seperti usia kehamilan, usia ibu, tingkat pendidikan, pekerjaan ibu, riwayat KPD sebelumnya, dan gravida dapat mempengaruhi terjadinya persalinan preterm. Berdasarkan hal tersebut, studi ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik ibu yang mengalami KPD dengan persalinan preterm di RSUD Benyamin Guluh Kolaka pada tahun 2022. Metode studi deskriptif ini ialah potong lintang. Jumlah sampel yang digunakan dalam studi ini sebanyak 65 rekam medis pasien yang diambil dengan metode non-ralndom consecutive salmpling. Analisis data yang digunakan ialah analisis univariat untuk melihat profil pasien KPD dengan persalinan preterm. Hasil studi menunjukkan bahwa dari 65 subjek pasien KPD dengan preterm sebagian besar berusia 20-34 tahun (50 orang; 76,3%), paritas primipara 1 – 2 anak (30 orang; 46,2%), status pekerjaan sebagai ibu rumah tangga (tidak bekerja) (42 orang; 64,6%), mengalami anemia (61 orang; 93,8%). Studi ini menunjukkan bahwa KPD yang mengalami persalinan preterm banyak terjadi pada ibu primipara yang berusia 20-34 tahun, mengalami anemia dan tidak bekerja.","PeriodicalId":416279,"journal":{"name":"Tarumanagara Medical Journal","volume":"37 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116582810","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
A. Faried, Yosafat Kurniawan Sugiarto, A. S. Gill, Muhammad Firdaus, Oskar Ady Widarta, Farilaila Rayhani
Anaplastic meningioma is an uncommon neoplasm in childhood and adolescence. In contrast to the case in adults, pediatrics have a predominance of males over females. We report a case of a 17 years old with progressive scalp swelling on the right side. Patient underwent subtotal tumor resection at previous hospital three months ago. The operation was stopped due to extensive bleeding. Radiological investigations revealed a dura-based tumor with a cystic component. Following preoperative embolization, a craniotomy was done, and the tumor was almost completely removed. The tumor's histopathological analysis revealed characteristics of an anaplastic meningioma. The aggressive behavior of this tumor necessitates meticulous monitoring of therapeutic measures in such patients.
{"title":"Anaplastic meningioma in an adolescent: Case report and brief literature review","authors":"A. Faried, Yosafat Kurniawan Sugiarto, A. S. Gill, Muhammad Firdaus, Oskar Ady Widarta, Farilaila Rayhani","doi":"10.24912/tmj.v5i1.20960","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/tmj.v5i1.20960","url":null,"abstract":"Anaplastic meningioma is an uncommon neoplasm in childhood and adolescence. In contrast to the case in adults, pediatrics have a predominance of males over females. We report a case of a 17 years old with progressive scalp swelling on the right side. Patient underwent subtotal tumor resection at previous hospital three months ago. The operation was stopped due to extensive bleeding. Radiological investigations revealed a dura-based tumor with a cystic component. Following preoperative embolization, a craniotomy was done, and the tumor was almost completely removed. The tumor's histopathological analysis revealed characteristics of an anaplastic meningioma. The aggressive behavior of this tumor necessitates meticulous monitoring of therapeutic measures in such patients.","PeriodicalId":416279,"journal":{"name":"Tarumanagara Medical Journal","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130402708","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Malaria merupakan salah satu penyakit tular vektor nyamuk Anopheles betina dan sering menyebabkan tingkat mortalitas yang tinggi. Malaria masih menjadi masalah kesehatan terutama di wilayah Papua termasuk Kabupaten Merauke yang merupakan wilayah endemis. Penyakit ini dapat dicegah dan dibutuhkan penyebaran informasi kepada masyarakat terutama daerah endemis. Studi ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan mengenai pencegahan malaria berdasarkan karakteristik masyarakat Kabupaten Merauke. Studi deskriptif cross-sectional ini dilakukan di Kabupaten Merauke khususnya di Kelurahan Mandala, Kelurahan Karang Indah, dan Kelurahan Samkai. Jumlah subjek studi sebanyak 300 orang yang dibagi menjadi 100 subjek pada setiap kelurahan dan diambil dengan metode consecutive sampling. Data studi diperoleh menggunakan kuesioner tingkat pengetahuan mengenai tindakan pencegahan malaria. Hasil studi ini didapatkan mayoritas subjek memiliki tingkat pengetahuan yang cukup (194 subjek; 64,7%). Tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pencegahan malaria paling tinggi pada usia 15-30 tahun yaitu sebanyak 34.6% (44/127), dan didapatkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan responden, semakin tinggi pula tingkat pengetahuan responden, yaitu pada tamatan SMA sebesar 35.9% (51/142), S1 sebesar 71.1% (37/52), dan S2 sebesar 100% (3/3). Masyarakat yang belum pernah menderita malaria sebelumnya memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi yaitu sebanyak 38.3% (18/47) dibandingkan yang pernah terinfeksi (31,2%; 79/253). Kesimpulan dari penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Merauke mayoritas memiliki tingkat pengetahuan yang cukup mengenai pencegahan malaria, tingkat pengetahuan lebih baik pada masyarakat yang memiliki riwayat tingkat pendidikan lebih tinggi dan tidak pernah menderita malaria.
{"title":"Tingkat pengetahuan tentang tindakan pencegahan malaria berdasarkan karakteristik masyarakat Kabupaten Merauke periode tahun 2022","authors":"Fanya Felicia Nadin Latumahina, Chrismerry Song","doi":"10.24912/tmj.v5i1.24382","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/tmj.v5i1.24382","url":null,"abstract":"Malaria merupakan salah satu penyakit tular vektor nyamuk Anopheles betina dan sering menyebabkan tingkat mortalitas yang tinggi. Malaria masih menjadi masalah kesehatan terutama di wilayah Papua termasuk Kabupaten Merauke yang merupakan wilayah endemis. Penyakit ini dapat dicegah dan dibutuhkan penyebaran informasi kepada masyarakat terutama daerah endemis. Studi ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan mengenai pencegahan malaria berdasarkan karakteristik masyarakat Kabupaten Merauke. Studi deskriptif cross-sectional ini dilakukan di Kabupaten Merauke khususnya di Kelurahan Mandala, Kelurahan Karang Indah, dan Kelurahan Samkai. Jumlah subjek studi sebanyak 300 orang yang dibagi menjadi 100 subjek pada setiap kelurahan dan diambil dengan metode consecutive sampling. Data studi diperoleh menggunakan kuesioner tingkat pengetahuan mengenai tindakan pencegahan malaria. Hasil studi ini didapatkan mayoritas subjek memiliki tingkat pengetahuan yang cukup (194 subjek; 64,7%). Tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pencegahan malaria paling tinggi pada usia 15-30 tahun yaitu sebanyak 34.6% (44/127), dan didapatkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan responden, semakin tinggi pula tingkat pengetahuan responden, yaitu pada tamatan SMA sebesar 35.9% (51/142), S1 sebesar 71.1% (37/52), dan S2 sebesar 100% (3/3). Masyarakat yang belum pernah menderita malaria sebelumnya memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi yaitu sebanyak 38.3% (18/47) dibandingkan yang pernah terinfeksi (31,2%; 79/253). Kesimpulan dari penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Merauke mayoritas memiliki tingkat pengetahuan yang cukup mengenai pencegahan malaria, tingkat pengetahuan lebih baik pada masyarakat yang memiliki riwayat tingkat pendidikan lebih tinggi dan tidak pernah menderita malaria.","PeriodicalId":416279,"journal":{"name":"Tarumanagara Medical Journal","volume":"50 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124777471","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Padatnya jadwal kegiatan dan tugas mahasiswa kedokteran membuat minuman kopi, yang berfungsi sebagai stimulan, sangat digemari. Namun, kafein dalam kopi memiliki efek mempersulit seseorang untuk tertidur ketika dikonsumsi secara berlebihan. Tujuan studi ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh mengonsumsi minuman kopi dengan dengan kejadian insomnia pada mahasiswa kedokteran. Studi analitik observasional ini dilakukan terhadap 110 mahasiswa kedokteran Universitas Tarumanagara angkatan 2021-2022. Pemilihan subjek studi dengan cara consecutive sampling. Instrumen yang digunakan ialah Insomnia Severity Index untuk melihat kejadian insomnia dan kuesioner kebiasaan konsumsi kopi yang terdiri dari 13 pertanyaan. Data antar variabel diuji korelasinya menggunakan chi square. Sebanyak 50 (45,5%) subjek yang mengalami insomnia ringan, 51 (46.4%) subjek mengalami insomnia sedang dan 9 (8.2%) subjek mengalami insomnia berat. Berdasarkan tingkat konsumsi kopi didapatkan 67 (60.9%) subjek termasuk pengonsumsi kopi kategori sedang dan 43 (39.1%) subjek pengonsumsi kopi kategori ringan, namun tidak didapatkan subjek yang memiliki kebiasaan mengonsumsi kopi kategori berat. Hasil studi tidak didapatkan hubungan bermakna secara statistik antara kebiasaan konsumsi kopi dengan kejadian insomnia (p-value 0,334). Namun, subjek yang mengonsumsi kopi kategori sedang 1,459 kali beresiko mengalami insomnia di bandingkan dengan subjek yang mengonsumsi kopi kategori rendah.
{"title":"Hubungan konsumsi minuman kopi terhadap insomnia pada mahasiswa kedokteran Universitas Tarumanagara angkatan 2021-2022","authors":"Dondie Dwi Prayitno, Susy Olivia Lontoh","doi":"10.24912/tmj.v5i1.24380","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/tmj.v5i1.24380","url":null,"abstract":"Padatnya jadwal kegiatan dan tugas mahasiswa kedokteran membuat minuman kopi, yang berfungsi sebagai stimulan, sangat digemari. Namun, kafein dalam kopi memiliki efek mempersulit seseorang untuk tertidur ketika dikonsumsi secara berlebihan. Tujuan studi ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh mengonsumsi minuman kopi dengan dengan kejadian insomnia pada mahasiswa kedokteran. Studi analitik observasional ini dilakukan terhadap 110 mahasiswa kedokteran Universitas Tarumanagara angkatan 2021-2022. Pemilihan subjek studi dengan cara consecutive sampling. Instrumen yang digunakan ialah Insomnia Severity Index untuk melihat kejadian insomnia dan kuesioner kebiasaan konsumsi kopi yang terdiri dari 13 pertanyaan. Data antar variabel diuji korelasinya menggunakan chi square. Sebanyak 50 (45,5%) subjek yang mengalami insomnia ringan, 51 (46.4%) subjek mengalami insomnia sedang dan 9 (8.2%) subjek mengalami insomnia berat. Berdasarkan tingkat konsumsi kopi didapatkan 67 (60.9%) subjek termasuk pengonsumsi kopi kategori sedang dan 43 (39.1%) subjek pengonsumsi kopi kategori ringan, namun tidak didapatkan subjek yang memiliki kebiasaan mengonsumsi kopi kategori berat. Hasil studi tidak didapatkan hubungan bermakna secara statistik antara kebiasaan konsumsi kopi dengan kejadian insomnia (p-value 0,334). Namun, subjek yang mengonsumsi kopi kategori sedang 1,459 kali beresiko mengalami insomnia di bandingkan dengan subjek yang mengonsumsi kopi kategori rendah.","PeriodicalId":416279,"journal":{"name":"Tarumanagara Medical Journal","volume":"27 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123758829","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan serangkaian peralatan yang digunakan untuk meminimalisir paparan berbagai macam benda asing. APD digunakan agar menjaga keselamatan dan kesehatan dari para pekerja terutama pada bidang kesehatan. Oleh karena itu, tingkat pengetahuan terhadap APD pada masa COVID-19 menjadi satu hal yang penting dan perlu diketahui tidak hanya oleh tenaga kesehatan tetapi juga semua personal yang bersinggungan dengan bidang kesehatan. Tujuan dari studi ini untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan penggunaan APD pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Fakultas Teknik Mesin Universitas Tarumanagara selama pandemi COVID-19. Metode yang digunakan adalah deskriptif observasional. Pengambilan data responden melalui kuesioner online selama periode bulan Februari-Juni 2021. Hasil studi didaptakan tingkat pengetahuan penggunaan APD semasa COVID-19 pada 47 mahasiswa Fakultas Kedokteran ialah 13 (27,7%) subjek dalam kategori baik dan 34 (72,3%) subjek dalam kategori cukup cukup, sedangkan pada mahasiswa Fakultas Teknik Mesin didapatkan tingkat pengetahuan penggunaan APD kategori baik semasa COVID-19 pada 9 (19,1%) subjek, 33 (70,2%) subjek dalam kategori cukup dan 5 (10,7%) subjek memiliki tingkat pengetahuan yang kurang. Mayoritas mahasiswa kedua Fakultas memiliki tingkat penegetahuan yang cukup mengenai penggunaan APD.
{"title":"Perbandingan gambaran pengetahuan mahasiswa kedokteran dan teknik mesin Universitas Tarumanagara tentang penggunaan alat pelindung diri (APD) COVID-19","authors":"Radhiyya Tsabitah Drajat, Peter Ian Limas","doi":"10.24912/tmj.v5i1.21331","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/tmj.v5i1.21331","url":null,"abstract":"Alat Pelindung Diri (APD) merupakan serangkaian peralatan yang digunakan untuk meminimalisir paparan berbagai macam benda asing. APD digunakan agar menjaga keselamatan dan kesehatan dari para pekerja terutama pada bidang kesehatan. Oleh karena itu, tingkat pengetahuan terhadap APD pada masa COVID-19 menjadi satu hal yang penting dan perlu diketahui tidak hanya oleh tenaga kesehatan tetapi juga semua personal yang bersinggungan dengan bidang kesehatan. Tujuan dari studi ini untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan penggunaan APD pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Fakultas Teknik Mesin Universitas Tarumanagara selama pandemi COVID-19. Metode yang digunakan adalah deskriptif observasional. Pengambilan data responden melalui kuesioner online selama periode bulan Februari-Juni 2021. Hasil studi didaptakan tingkat pengetahuan penggunaan APD semasa COVID-19 pada 47 mahasiswa Fakultas Kedokteran ialah 13 (27,7%) subjek dalam kategori baik dan 34 (72,3%) subjek dalam kategori cukup cukup, sedangkan pada mahasiswa Fakultas Teknik Mesin didapatkan tingkat pengetahuan penggunaan APD kategori baik semasa COVID-19 pada 9 (19,1%) subjek, 33 (70,2%) subjek dalam kategori cukup dan 5 (10,7%) subjek memiliki tingkat pengetahuan yang kurang. Mayoritas mahasiswa kedua Fakultas memiliki tingkat penegetahuan yang cukup mengenai penggunaan APD.","PeriodicalId":416279,"journal":{"name":"Tarumanagara Medical Journal","volume":"29 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134023533","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Status gizi seseorang dipengaruhi oleh beberapa aspek keturunan, pola hidup, serta lingkungan sekitar. Kualitas tidur merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh pola hidup seseorang. Berdasarkan penelitian di Yogyakarta menemukan bahwa kualitas tidur yang buruk sebanyak 54%. Hal tersebut terjadi pada fase remaja berusia 12 hingga 24 tahun. Obesitas merupakan salah satu masalah status gizi yang berdampak pada kualitas tidur seseorang yaitu sleep apnea. Berdasarkan permasalah tersebut perlu adanya penelitian mengenai hubungan status gizi dengan kualitas tidur sesorang. Dalam penelitian ini diusulkan bagaimana sebaran distribusi status gizi dan kualitas tidur serta bagaimana hubungan antara status gizi dan kualitas tidur pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara. Penelitian ini disusun dengan metode analitik observasional dengan desain studi cross sectional tersistematis. Data yang digunakan yaitu status gizi, tinggi badan, berat badan, usia, jenis kelamin, serta kualitas tidur. Hasil studi didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi kurang dengan kualitas tidur dengan p-value 0,403 dan tidak ada hubungan yang bermakna antara status gizi lebih dengan kualitas tidur dengan p-value 0,316. Kesimpulan studi ini adalah tidak terdapat hubungan bermakna antara status gizi dengan kualitas tidur mahasiswa kedokteran Universitas Tarumanagara.
{"title":"Pengaruh status gizi terhadap kualitas tidur pada mahasiswa kedokteran Universitas Tarumanagara","authors":"Adjra Safira Hidayat, Olivia Charissa","doi":"10.24912/tmj.v5i1.22382","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/tmj.v5i1.22382","url":null,"abstract":"Status gizi seseorang dipengaruhi oleh beberapa aspek keturunan, pola hidup, serta lingkungan sekitar. Kualitas tidur merupakan salah satu faktor yang disebabkan oleh pola hidup seseorang. Berdasarkan penelitian di Yogyakarta menemukan bahwa kualitas tidur yang buruk sebanyak 54%. Hal tersebut terjadi pada fase remaja berusia 12 hingga 24 tahun. Obesitas merupakan salah satu masalah status gizi yang berdampak pada kualitas tidur seseorang yaitu sleep apnea. Berdasarkan permasalah tersebut perlu adanya penelitian mengenai hubungan status gizi dengan kualitas tidur sesorang. Dalam penelitian ini diusulkan bagaimana sebaran distribusi status gizi dan kualitas tidur serta bagaimana hubungan antara status gizi dan kualitas tidur pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara. Penelitian ini disusun dengan metode analitik observasional dengan desain studi cross sectional tersistematis. Data yang digunakan yaitu status gizi, tinggi badan, berat badan, usia, jenis kelamin, serta kualitas tidur. Hasil studi didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi kurang dengan kualitas tidur dengan p-value 0,403 dan tidak ada hubungan yang bermakna antara status gizi lebih dengan kualitas tidur dengan p-value 0,316. Kesimpulan studi ini adalah tidak terdapat hubungan bermakna antara status gizi dengan kualitas tidur mahasiswa kedokteran Universitas Tarumanagara.","PeriodicalId":416279,"journal":{"name":"Tarumanagara Medical Journal","volume":"12 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116015514","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Salah satu penyebab tingginya kasus seksual pranikah remaja di Indonesia ialah rendahnya tingkat pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja. Survei Dinas Kesehatan Pontianak tahun 2021 terhadap remaja usia 15 – 24 tahun menunjukkan adanya penurunan jumlah remaja yang mendapatkan penyuluhan reproduksi dibandingkan tahun sebelumnya. Penyuluhan kesehatan reproduksi pada remaja berperan penting dalam memberi pemahaman, terutama perilaku seksual, karena saat remaja mulai timbul keinginan untuk mencoba segala sesuatu, sehingga perlu dituntun agar tidak terjebak perilaku seksual yang buruk seperti seks pranikah. Tujuan studi ini untuk mengetahui pengetahuan, perilaku dan sikap terkait seksual pranikah pada remaja di salah satu SMA kelurahan Akcaya, Pontianak Selatan. Studi ini dilaksanakan dengan metode deskriptif cross-sectional. Pengambilan subjek secara consecutive non-random sampling dengan jumlah subjek sebanyak 94 orang. Instrumen yang digunakan adalah kuesinoer dari studi sebelumnya dan sudah divalidasi. Hasil studi menunjukkan 49 (52,1%) subjek memiliki perilaku seksual aman, 59 (62,8%) subjek memiliki pengetahuan seksual kurang dan 55 (58,5%) subjek memiliki sikap seksual baik. Perilaku seksual dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap, sehingga peran orang tua dan guru sangat dibutuhkan dalam memberikan arahan dan bimbingan terkait kesehatan reproduksi yang baik agar perilaku seksual yang menyimpang dapat dicegah.
{"title":"Pengetahuan, perilaku dan sikap terkait seksual pranikah pada pelajar SMA di Kelurahan Akcaya","authors":"Chairunnisa Savitri, Triyana Sari","doi":"10.24912/tmj.v5i1.24379","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/tmj.v5i1.24379","url":null,"abstract":"Salah satu penyebab tingginya kasus seksual pranikah remaja di Indonesia ialah rendahnya tingkat pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja. Survei Dinas Kesehatan Pontianak tahun 2021 terhadap remaja usia 15 – 24 tahun menunjukkan adanya penurunan jumlah remaja yang mendapatkan penyuluhan reproduksi dibandingkan tahun sebelumnya. Penyuluhan kesehatan reproduksi pada remaja berperan penting dalam memberi pemahaman, terutama perilaku seksual, karena saat remaja mulai timbul keinginan untuk mencoba segala sesuatu, sehingga perlu dituntun agar tidak terjebak perilaku seksual yang buruk seperti seks pranikah. Tujuan studi ini untuk mengetahui pengetahuan, perilaku dan sikap terkait seksual pranikah pada remaja di salah satu SMA kelurahan Akcaya, Pontianak Selatan. Studi ini dilaksanakan dengan metode deskriptif cross-sectional. Pengambilan subjek secara consecutive non-random sampling dengan jumlah subjek sebanyak 94 orang. Instrumen yang digunakan adalah kuesinoer dari studi sebelumnya dan sudah divalidasi. Hasil studi menunjukkan 49 (52,1%) subjek memiliki perilaku seksual aman, 59 (62,8%) subjek memiliki pengetahuan seksual kurang dan 55 (58,5%) subjek memiliki sikap seksual baik. Perilaku seksual dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap, sehingga peran orang tua dan guru sangat dibutuhkan dalam memberikan arahan dan bimbingan terkait kesehatan reproduksi yang baik agar perilaku seksual yang menyimpang dapat dicegah.","PeriodicalId":416279,"journal":{"name":"Tarumanagara Medical Journal","volume":"162 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128668525","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}