Remaja memiliki peran penting sebagai generasi penerus bangsa sehingga perlu dipersiapkan untuk menjadi sumber daya manusia sehat dan berkualitas. Remaja mengalami berbagai perubahan fisik maupun psikis yang menyebabkan remaja perlu menghadapi masalah kesehatan reproduksi. Masalah tersebut dapat dihindari dengan memiliki pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi yang memadai. Pengetahuan kesehatan reproduksi yang baik mampu mempengaruhi sikap dan perilaku seksual. Studi ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku remaja tentang kesehatan reproduksi. Studi ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik stratified random sampling. Responden studi ini adalah 279 siswa-siswi SMA Negeri di Kelurahan Semanan Jakarta yang berusia 15 sampai 20 tahun. Pengumpulan data dilakukan secara daring menggunakan kuesioner yang terdiri dari 11 pertanyaan pengetahuan, 10 pernyataan sikap dan 15 pernyataan perilaku tentang kesehatan reproduksi. Hasil studi menunjukkan tingkat pengetahuan remaja berada pada kategori cukup sebanyak 135 (48.4%) responden, sikap positif sebanyak 269 (96.4%) responden serta perilaku tidak berisiko sebanyak 251 (89.9%) responden. Kesimpulan studi ini ialah pengetahuan remaja di SMA Negeri Kelurahan Semanan tentang kesehatan reproduksi cukup, memiliki sikap yang positif, dan perilaku tidak berisiko.
{"title":"Pengetahuan, sikap dan perilaku remaja SMA terhadap kesehatan reproduksi di Kelurahan Semanan","authors":"Fadhilah Permata Sari, T. Sari","doi":"10.24912/tmj.v5i2.24854","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/tmj.v5i2.24854","url":null,"abstract":"Remaja memiliki peran penting sebagai generasi penerus bangsa sehingga perlu dipersiapkan untuk menjadi sumber daya manusia sehat dan berkualitas. Remaja mengalami berbagai perubahan fisik maupun psikis yang menyebabkan remaja perlu menghadapi masalah kesehatan reproduksi. Masalah tersebut dapat dihindari dengan memiliki pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi yang memadai. Pengetahuan kesehatan reproduksi yang baik mampu mempengaruhi sikap dan perilaku seksual. Studi ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku remaja tentang kesehatan reproduksi. Studi ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik stratified random sampling. Responden studi ini adalah 279 siswa-siswi SMA Negeri di Kelurahan Semanan Jakarta yang berusia 15 sampai 20 tahun. Pengumpulan data dilakukan secara daring menggunakan kuesioner yang terdiri dari 11 pertanyaan pengetahuan, 10 pernyataan sikap dan 15 pernyataan perilaku tentang kesehatan reproduksi. Hasil studi menunjukkan tingkat pengetahuan remaja berada pada kategori cukup sebanyak 135 (48.4%) responden, sikap positif sebanyak 269 (96.4%) responden serta perilaku tidak berisiko sebanyak 251 (89.9%) responden. Kesimpulan studi ini ialah pengetahuan remaja di SMA Negeri Kelurahan Semanan tentang kesehatan reproduksi cukup, memiliki sikap yang positif, dan perilaku tidak berisiko.","PeriodicalId":416279,"journal":{"name":"Tarumanagara Medical Journal","volume":"34 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139307084","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Stunting, suatu kondisi gagal tumbuh yang ditandai dengan tinggi badan anak yang lebih pendek dari anak lain seusianya, dapat merupakan akibat dari kekurangan gizi kronis. Berbagai faktor dapat menyebabkan stunting, antara lain pengetahuan orang tua khususnya ibu tentang stunting. Studi deskriptif potong lintang ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan orang tua anak usia 0-5 tahun tentang stunting di Kelurahan Tomang Jakarta Barat. Sampel studi adalah orang tua dari anak usia 0-5 tahun yang dipilih dengan metode purposive non random sampling, dan bersedia untuk berpartisipasi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner tentang pengetahuan orang tua meliputi definisi dan karakteristik, faktor risiko, dan dampak stunting. Dari 50 responden dalam penelitian ini, 21 (42%) responden memiliki tingkat pengetahuan sedang tentang stunting, dengan rerata (SD) skor yang tertinggi hingga terendah adalah 68,4 (29,4) untuk pengetahuan tentang dampak stunting, 66,5 (29,0) untuk definisi dan karakteristik stunting, dan 61,2 (15,2) untuk faktor risiko stunting. Pengetahuan masyarakat tentang definisi dan karakteristik, faktor risiko dan dampak stunting merupakan aspek penting dalam upaya pencegahan stunting.
{"title":"Pengetahuan orang tua anak usia 0-5 tahun mengenai stunting di wilayah Kelurahan Tomang Jakarta Barat","authors":"Kevin Heryawan Pratama, M. Rumawas","doi":"10.24912/tmj.v5i2.24667","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/tmj.v5i2.24667","url":null,"abstract":"Stunting, suatu kondisi gagal tumbuh yang ditandai dengan tinggi badan anak yang lebih pendek dari anak lain seusianya, dapat merupakan akibat dari kekurangan gizi kronis. Berbagai faktor dapat menyebabkan stunting, antara lain pengetahuan orang tua khususnya ibu tentang stunting. Studi deskriptif potong lintang ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan orang tua anak usia 0-5 tahun tentang stunting di Kelurahan Tomang Jakarta Barat. Sampel studi adalah orang tua dari anak usia 0-5 tahun yang dipilih dengan metode purposive non random sampling, dan bersedia untuk berpartisipasi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner tentang pengetahuan orang tua meliputi definisi dan karakteristik, faktor risiko, dan dampak stunting. Dari 50 responden dalam penelitian ini, 21 (42%) responden memiliki tingkat pengetahuan sedang tentang stunting, dengan rerata (SD) skor yang tertinggi hingga terendah adalah 68,4 (29,4) untuk pengetahuan tentang dampak stunting, 66,5 (29,0) untuk definisi dan karakteristik stunting, dan 61,2 (15,2) untuk faktor risiko stunting. Pengetahuan masyarakat tentang definisi dan karakteristik, faktor risiko dan dampak stunting merupakan aspek penting dalam upaya pencegahan stunting.","PeriodicalId":416279,"journal":{"name":"Tarumanagara Medical Journal","volume":"69 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139306886","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRAK Hipoksia merupakan keadaan patologis di dalam tubuh yang disebabkan oleh kurangnya asupan oksigen di dalam sel atau jaringan yang dapat mengancam kelangsungan hidup sel. Hipoksia mengkode protein faktor transkripsi yang disebut dengan hypoxia inducible factor-1 (HIF-1α) yang dapat meningkatkan pembentukan dan pelepasan reactive oxygen species (ROS) dari dalam mitokondria. Pengembangan metode uji deteksi gen yang dapat menurunkan kadar HIF-1α sangat diperlukan. Salah satu metode yang mudah dan cepat dalam mengidentifikasi gen menggunakan Rattus norvegicus ialah metode Polymerase Chain Reaction (PCR). Desain primer dan analisis in silico merupakan langkah awal dalam pengembangan metode deteksi gen. Studi ini bertujuan mendesain primer untuk deteksi gen glutathione peroxidase-1 (Gpx1) pada Rattus norvegicus lalu dianalisis in silico. Sekuens gen Gpx1 Rattus norvegicus (NC_030826) diperoleh dari pangkalan data National Center of Biotechnology Information (NCBI). Primer didesain menggunakan perangkat lunak Geneious Prime. Selanjutnya, beberapa kandidat primer dianalisis spesifisitasnya terhadap gen Gpx1 secara in silico menggunakan perangkat lunak, yaitu Primer‐BLAST. Primer yang spesifik terhadap gen Gpx1 pada Rattus norvegicus berhasil didesain dengan sekuens primer forward 5’‐AAGGCTCACCCGCTCTTTAC‐ 3’; sekuen primer reverse 5’‐TGGAACACCGTCTGGACCTA‐3’.
{"title":"Desain primer dan analisis in silico gen glutathione peroxidase-1 pada Rattus norvegicus","authors":"Syahrul Ramadhanil, Frisca Rinaldi Putri, Siska Alicia Farma","doi":"10.24912/tmj.v5i2.25751","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/tmj.v5i2.25751","url":null,"abstract":"ABSTRAK Hipoksia merupakan keadaan patologis di dalam tubuh yang disebabkan oleh kurangnya asupan oksigen di dalam sel atau jaringan yang dapat mengancam kelangsungan hidup sel. Hipoksia mengkode protein faktor transkripsi yang disebut dengan hypoxia inducible factor-1 (HIF-1α) yang dapat meningkatkan pembentukan dan pelepasan reactive oxygen species (ROS) dari dalam mitokondria. Pengembangan metode uji deteksi gen yang dapat menurunkan kadar HIF-1α sangat diperlukan. Salah satu metode yang mudah dan cepat dalam mengidentifikasi gen menggunakan Rattus norvegicus ialah metode Polymerase Chain Reaction (PCR). Desain primer dan analisis in silico merupakan langkah awal dalam pengembangan metode deteksi gen. Studi ini bertujuan mendesain primer untuk deteksi gen glutathione peroxidase-1 (Gpx1) pada Rattus norvegicus lalu dianalisis in silico. Sekuens gen Gpx1 Rattus norvegicus (NC_030826) diperoleh dari pangkalan data National Center of Biotechnology Information (NCBI). Primer didesain menggunakan perangkat lunak Geneious Prime. Selanjutnya, beberapa kandidat primer dianalisis spesifisitasnya terhadap gen Gpx1 secara in silico menggunakan perangkat lunak, yaitu Primer‐BLAST. Primer yang spesifik terhadap gen Gpx1 pada Rattus norvegicus berhasil didesain dengan sekuens primer forward 5’‐AAGGCTCACCCGCTCTTTAC‐ 3’; sekuen primer reverse 5’‐TGGAACACCGTCTGGACCTA‐3’.","PeriodicalId":416279,"journal":{"name":"Tarumanagara Medical Journal","volume":"100 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139308309","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Resep merupakan suatu tulisan yang ditulis oleh dokter sebagai permintaan tertulis kepada apoteker guna menyediakan obat dan menyerahkan kepada pasien sesuai dengan aturan yang ada. Penulisan resep merupakan keterampilan yang harus dikuasai sejak proses pembelajaran sampai dengan lulus menyandang gelar dokter. Penulisan resep yang tidak tepat dapat mempengaruhi proses pengobatan pasien. Studi ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan penulisan resep oleh mahasiswa kedokteran Universitas Tarumanagara yang mengikuti ujian Objective Structured Clinical Examination (OSCE) lokal 2023. Studi deskriptif potong lintang ini dilakukan dari bulan Februari-Mei 2023. Data penelitian ini didapatkan dari kertas resep mahasiswa yang mengikuti OSCE lokal dengan jumlah sebanyak 134 sampel. Hasil studi ini menunjukkan mahasiswa yang menuliskan resep obat racik sebanyak 38 responden dengan 37 responden (97,36%) memiliki tingkat pengetahuan baik dan 1 responden (2,64%) dengan tingkat pengetahuan cukup. Kesalahan paling banyak pada bagian prescriptio (78,94%) dan paling sedikit pada bagian pro (2,63%). Mahasiswa yang meresepkan obat topikal sebanyak 23 responden dan seluruhnya memiliki tingkat pengetahuan baik. Kesalahan paling banyak pada bagian prescriptio (13,04%) dan kesalahan paling sedikit pada bagian subscriptio (4,34%). Mahasiswa yang menuliskan resep obat oral sebanyak 73 responden dimana 72 (98,63%) responden memiliki tingkat pengetahuan baik serta terdapat 1 responden (1,37%) dengan tingkat pengetahuan cukup. Kesalahan paling banyak pada bagian prescriptio (10,95%) dan kesalahan paling sedikit pada bagian subscriptio (1,37%). Secara keseluruhan, mahasiswa yang mengikuti ujian OSCE local periode Februari 2023 memeiliki pengetahuan peresepan yang baik dan kesalahan tersering pada bagian prescription.
{"title":"Gambaran tingkat pengetahuan penulisan resep yang benar pada mahasiswa Universitas Tarumanagara yang mengikuti ujian OSCE (Objective Structured Clinical Examination)","authors":"M. Agus, H. Putra","doi":"10.24912/tmj.v5i2.24802","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/tmj.v5i2.24802","url":null,"abstract":"Resep merupakan suatu tulisan yang ditulis oleh dokter sebagai permintaan tertulis kepada apoteker guna menyediakan obat dan menyerahkan kepada pasien sesuai dengan aturan yang ada. Penulisan resep merupakan keterampilan yang harus dikuasai sejak proses pembelajaran sampai dengan lulus menyandang gelar dokter. Penulisan resep yang tidak tepat dapat mempengaruhi proses pengobatan pasien. Studi ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan penulisan resep oleh mahasiswa kedokteran Universitas Tarumanagara yang mengikuti ujian Objective Structured Clinical Examination (OSCE) lokal 2023. Studi deskriptif potong lintang ini dilakukan dari bulan Februari-Mei 2023. Data penelitian ini didapatkan dari kertas resep mahasiswa yang mengikuti OSCE lokal dengan jumlah sebanyak 134 sampel. Hasil studi ini menunjukkan mahasiswa yang menuliskan resep obat racik sebanyak 38 responden dengan 37 responden (97,36%) memiliki tingkat pengetahuan baik dan 1 responden (2,64%) dengan tingkat pengetahuan cukup. Kesalahan paling banyak pada bagian prescriptio (78,94%) dan paling sedikit pada bagian pro (2,63%). Mahasiswa yang meresepkan obat topikal sebanyak 23 responden dan seluruhnya memiliki tingkat pengetahuan baik. Kesalahan paling banyak pada bagian prescriptio (13,04%) dan kesalahan paling sedikit pada bagian subscriptio (4,34%). Mahasiswa yang menuliskan resep obat oral sebanyak 73 responden dimana 72 (98,63%) responden memiliki tingkat pengetahuan baik serta terdapat 1 responden (1,37%) dengan tingkat pengetahuan cukup. Kesalahan paling banyak pada bagian prescriptio (10,95%) dan kesalahan paling sedikit pada bagian subscriptio (1,37%). Secara keseluruhan, mahasiswa yang mengikuti ujian OSCE local periode Februari 2023 memeiliki pengetahuan peresepan yang baik dan kesalahan tersering pada bagian prescription.","PeriodicalId":416279,"journal":{"name":"Tarumanagara Medical Journal","volume":"62 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139306813","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Thalia Natasha, Sari Mariyati, Dewi Nataprawira, Susy Olivia Lontoh
Tidur dapat mempengaruhi sistem imun serta diatur oleh irama sirkadian yang menentukan waktu untuk tidur dan homeostasis tidur yang menentukan durasi tidur. Deprivasi tidur dan insomnia merupakan gangguan tidur yang menyebabkan menurunnya kualitas tidur. Kualitas tidur yang buruk dapat mempengaruhi produktivitas kerja dan penurunan sistem imun sehingga meningkatkan resiko terjadinya suatu penyakit, salah satunya pada saluran pernapasan atas. Mayoritas mahasiswa kedokteran memiliki kualitas tidur yang buruk. Kualitas tidur yang buruk meningkatkan resiko terjadinya common cold. Tujuan studi ini adalah mendapatkan gambaran kualitas tidur dan gejala di saluran pernapasan atas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara selama semester berlangsung. Studi dengan desain deskriptif cross-sectional terhadap 150 responden angkatan 2019-2020 ini menggunakan teknik consecutive sampling untuk pengambilan sampel dan dilakukan selama Desember 2022. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) dan kuesioner gejala gangguan saluran pernapasan atas. Hasil didapatkan mayoritas jenis kelamin perempuan (72.7%) dengan rentang usia 19-25 tahun. Gambaran kualitas tidur dan gejala di saluran pernapasan atas didapatkan kualitas tidur yang buruk (84%) dan hanya 26,7% yang tidak bergejala namun pada kelompokan yang mengalami gejala mayoritas mengalami bersin (83,6%). Pada pengelompokkan kualitas tidur didapatkan gejala bersin merupakan frekuensi tertinggi baik pada kelompok kualitas tidur baik (34.2%) dan kualitas tidur buruk (31.3%).
{"title":"Kualitas tidur dan gejala gangguan saluran pernapasan atas pada mahasiswa kedokteran Universitas Tarumanagara angkatan 2019-2020","authors":"Thalia Natasha, Sari Mariyati, Dewi Nataprawira, Susy Olivia Lontoh","doi":"10.24912/tmj.v5i2.25276","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/tmj.v5i2.25276","url":null,"abstract":"Tidur dapat mempengaruhi sistem imun serta diatur oleh irama sirkadian yang menentukan waktu untuk tidur dan homeostasis tidur yang menentukan durasi tidur. Deprivasi tidur dan insomnia merupakan gangguan tidur yang menyebabkan menurunnya kualitas tidur. Kualitas tidur yang buruk dapat mempengaruhi produktivitas kerja dan penurunan sistem imun sehingga meningkatkan resiko terjadinya suatu penyakit, salah satunya pada saluran pernapasan atas. Mayoritas mahasiswa kedokteran memiliki kualitas tidur yang buruk. Kualitas tidur yang buruk meningkatkan resiko terjadinya common cold. Tujuan studi ini adalah mendapatkan gambaran kualitas tidur dan gejala di saluran pernapasan atas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara selama semester berlangsung. Studi dengan desain deskriptif cross-sectional terhadap 150 responden angkatan 2019-2020 ini menggunakan teknik consecutive sampling untuk pengambilan sampel dan dilakukan selama Desember 2022. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) dan kuesioner gejala gangguan saluran pernapasan atas. Hasil didapatkan mayoritas jenis kelamin perempuan (72.7%) dengan rentang usia 19-25 tahun. Gambaran kualitas tidur dan gejala di saluran pernapasan atas didapatkan kualitas tidur yang buruk (84%) dan hanya 26,7% yang tidak bergejala namun pada kelompokan yang mengalami gejala mayoritas mengalami bersin (83,6%). Pada pengelompokkan kualitas tidur didapatkan gejala bersin merupakan frekuensi tertinggi baik pada kelompok kualitas tidur baik (34.2%) dan kualitas tidur buruk (31.3%).","PeriodicalId":416279,"journal":{"name":"Tarumanagara Medical Journal","volume":"4 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139307430","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Mahasiswa kedokteran dihadapkan dengan beberapa bentuk kegiatan pembelajaran seperti keterampilan klinis dasar, praktikum, ujian komprehensif, yang kemungkinan memicu terjadinya stres dan kecemasan. Tujuan studi ini untuk mengetahui karakteristik, gambaran tingkat stres dan kecemasan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara. Studi ini menggunakan deskriptif cross sectional. Sampel penelitiannya ialah mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2020 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, dengan total 107 mahasiswa sebagai responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode kuota sampling (teknik non random sampling). Untuk tingkat stres menggunakan skala Perceived Stress Questionnaire (PSQ) dan untuk tingkat kecemasan menggunakan skala Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Hasil penelitian didapatkan kesimpulan karakteristik responden rata-rata berusia 20 tahun, 68 responden (63.6%) berjenis kelamin perempuan dan 39 responden (36.4%) laki-laki. Mahasiswa yang memiliki tingkat stres berat sebanyak 57 responden (53.3%) dan yang memiliki tingkat stres ringan 50 responden (46.7%). Tingkat kecemasan sangat berat dialami oleh 6 responden (5.6%), kecemasan berat 12 responden (11.2%), kecemasan sedang 12 (11,2%), dan kecemasan ringan 77 responden (72%). Gambaran tingkat stres tidak selalu sejalan dengan gambaran tingkat kecemasan. Mahasiswa kedokteran diharapkan dapat lebih memahami penyebab stres dan kecemasan, serta berusaha dapat merespon normal tekanan lingkungan akademik.
{"title":"Studi deskriptif tingkat stres dan kecemasan mahasiswa kedokteran Universitas Tarumanagara","authors":"Clarence Miracle Tjahjono, Silviana Tirtasari","doi":"10.24912/tmj.v5i2.26599","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/tmj.v5i2.26599","url":null,"abstract":"Mahasiswa kedokteran dihadapkan dengan beberapa bentuk kegiatan pembelajaran seperti keterampilan klinis dasar, praktikum, ujian komprehensif, yang kemungkinan memicu terjadinya stres dan kecemasan. Tujuan studi ini untuk mengetahui karakteristik, gambaran tingkat stres dan kecemasan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara. Studi ini menggunakan deskriptif cross sectional. Sampel penelitiannya ialah mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2020 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, dengan total 107 mahasiswa sebagai responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode kuota sampling (teknik non random sampling). Untuk tingkat stres menggunakan skala Perceived Stress Questionnaire (PSQ) dan untuk tingkat kecemasan menggunakan skala Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Hasil penelitian didapatkan kesimpulan karakteristik responden rata-rata berusia 20 tahun, 68 responden (63.6%) berjenis kelamin perempuan dan 39 responden (36.4%) laki-laki. Mahasiswa yang memiliki tingkat stres berat sebanyak 57 responden (53.3%) dan yang memiliki tingkat stres ringan 50 responden (46.7%). Tingkat kecemasan sangat berat dialami oleh 6 responden (5.6%), kecemasan berat 12 responden (11.2%), kecemasan sedang 12 (11,2%), dan kecemasan ringan 77 responden (72%). Gambaran tingkat stres tidak selalu sejalan dengan gambaran tingkat kecemasan. Mahasiswa kedokteran diharapkan dapat lebih memahami penyebab stres dan kecemasan, serta berusaha dapat merespon normal tekanan lingkungan akademik.","PeriodicalId":416279,"journal":{"name":"Tarumanagara Medical Journal","volume":"7 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139307728","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Rizka Azahra Habibah, Frans Ferdinal, Eny Yulianti
Fitokimia merupakan antioksidan yang berperan dalam penghambatan stres oksidatif. Senyawa ini digolongkan dalam empat kelas utama yaitu terpenoid, alkaloid, glikosida, dan polifenol. Stres oksidatif dapat timbul karena ketidak seimbangan antara radikal bebas dengan antioksidan di dalam tubuh akibat kurangnya antioksidan atau meningkatnya radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS), reactive nitrogen species (RNS), dan reactive sulfur species (RSS). Namun jika jumlah radikal bebas berlebihan, dapat menyebabkan kerusakan sel yang akan menyebabkan percepatan penuaan dan penyakit degeneratif. Antioksidan dari luar dibutuhkan untuk membantu menyeimbangkan kembali, dan salah satunya didapat dengan mengonsumsi buah dan sayur. Penelitian termasuk penelitian eksperimental bersifat in vitro dan bioassay terhadap ekstrak buah aprikot. Pada uji in vitro, terdiri dari uji fitokimia, uji fenolik dan alkaloid total, uji kapasitas total antioksidan, metabolit sekunder. Sedangkan uji bioassay menggunakan uji toksisitas BSLT. Kemudian, melakukan ekstraksi menggunakan metode perkolasi dan untuk uji kapasitas antioksidan menggunakan metode DPPH. Uji fitokimia menunjukkan buah aprikot mengandung alkaloid, flavonoid, kardioglikosida, saponin, kumarin, fenolik, kuinon, betasianin, antosianin dan tannin. Uji kapasitas antioksidan DPPH didapatkan IC50 78,656 mg/mL. Uji toksisitas didapatkan LC50 sebesar 306,846 µg/mL.
{"title":"Uji fitokimia, kapasitas total antioksidan, uji toksisitas dan kadar metabolit sekunder ekstrak buah aprikot (Prunus armeniaca)","authors":"Rizka Azahra Habibah, Frans Ferdinal, Eny Yulianti","doi":"10.24912/tmj.v5i2.24718","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/tmj.v5i2.24718","url":null,"abstract":"Fitokimia merupakan antioksidan yang berperan dalam penghambatan stres oksidatif. Senyawa ini digolongkan dalam empat kelas utama yaitu terpenoid, alkaloid, glikosida, dan polifenol. Stres oksidatif dapat timbul karena ketidak seimbangan antara radikal bebas dengan antioksidan di dalam tubuh akibat kurangnya antioksidan atau meningkatnya radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS), reactive nitrogen species (RNS), dan reactive sulfur species (RSS). Namun jika jumlah radikal bebas berlebihan, dapat menyebabkan kerusakan sel yang akan menyebabkan percepatan penuaan dan penyakit degeneratif. Antioksidan dari luar dibutuhkan untuk membantu menyeimbangkan kembali, dan salah satunya didapat dengan mengonsumsi buah dan sayur. Penelitian termasuk penelitian eksperimental bersifat in vitro dan bioassay terhadap ekstrak buah aprikot. Pada uji in vitro, terdiri dari uji fitokimia, uji fenolik dan alkaloid total, uji kapasitas total antioksidan, metabolit sekunder. Sedangkan uji bioassay menggunakan uji toksisitas BSLT. Kemudian, melakukan ekstraksi menggunakan metode perkolasi dan untuk uji kapasitas antioksidan menggunakan metode DPPH. Uji fitokimia menunjukkan buah aprikot mengandung alkaloid, flavonoid, kardioglikosida, saponin, kumarin, fenolik, kuinon, betasianin, antosianin dan tannin. Uji kapasitas antioksidan DPPH didapatkan IC50 78,656 mg/mL. Uji toksisitas didapatkan LC50 sebesar 306,846 µg/mL.","PeriodicalId":416279,"journal":{"name":"Tarumanagara Medical Journal","volume":"27 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139307367","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Gagal jantung merupakan keadaan ketika jantung sudah tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Anemia merupakan salah satu komorbid penting yang sering terjadi pada pasien gagal jantung. Kondisi ini berhubungan dengan status fungsional dan prognosis yang buruk, serta risiko perawatan di rumah sakit yang lebih lama. Studi ini bertujuan untuk melihat gambaran nilai rerata hemoglobin yang mencerminkan kejadian anemia dan juga untuk melihat gambaran kualitas hidup pada pasien gagal jantung. Studi deskriptif cross-sectional ini dilakukan di Rumah Sakit Sumber Waras selama bulan Januari - Juni 2023. Cara pengambilan sampel dengan metode consecutive sampling. Nilai kadar hemoglobin didapatkan pada rekam medis, sedangkan kualitas hidup menggunakan Minnesota living with heart failure questionnaire (MLHFQ). Hasil studi menunjukkan bahwa penderita gagal jantung di RS Sumber Waras rata-rata mengalami anemia dengan nilai rata-rata 11,70 mg/dl ± 2,18. Kualitas hidup pasien gagal jantung di RS Sumber Waras dalam rentang masih baik yaitu dengan rerata nilai kualitas hidup sebesar 22,10 ± 19,23.
{"title":"Gambaran nilai rerata hemoglobin dan kualitas hidup pada pasien gagal jantung di RS Sumber Waras periode Januari-Juni 2023","authors":"Iis Rani Fitriyani, Andria Priyana","doi":"10.24912/tmj.v5i2.24815","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/tmj.v5i2.24815","url":null,"abstract":"Gagal jantung merupakan keadaan ketika jantung sudah tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Anemia merupakan salah satu komorbid penting yang sering terjadi pada pasien gagal jantung. Kondisi ini berhubungan dengan status fungsional dan prognosis yang buruk, serta risiko perawatan di rumah sakit yang lebih lama. Studi ini bertujuan untuk melihat gambaran nilai rerata hemoglobin yang mencerminkan kejadian anemia dan juga untuk melihat gambaran kualitas hidup pada pasien gagal jantung. Studi deskriptif cross-sectional ini dilakukan di Rumah Sakit Sumber Waras selama bulan Januari - Juni 2023. Cara pengambilan sampel dengan metode consecutive sampling. Nilai kadar hemoglobin didapatkan pada rekam medis, sedangkan kualitas hidup menggunakan Minnesota living with heart failure questionnaire (MLHFQ). Hasil studi menunjukkan bahwa penderita gagal jantung di RS Sumber Waras rata-rata mengalami anemia dengan nilai rata-rata 11,70 mg/dl ± 2,18. Kualitas hidup pasien gagal jantung di RS Sumber Waras dalam rentang masih baik yaitu dengan rerata nilai kualitas hidup sebesar 22,10 ± 19,23.","PeriodicalId":416279,"journal":{"name":"Tarumanagara Medical Journal","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139307114","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Fenomena kecemasan yang tinggi di kalangan mahasiswa kedokteran disebabkan oleh banyak faktor seperti kesehatan fisik dan mental siswa serta prestasi akademik mereka. Selain faktor eksternal, kecemasan siswa juga dipengaruhi oleh faktor internal seperti kepribadian. Tujuan dari dilakukannya studi ini untuk mengetahui hubungan antara tipe kepribadian introvert dan ekstrovert terhadap kecemasan pada mahasiswa kedokteran. Studi observasi cross-sectional dengan pemilihan subjek studi menggunakan total sampling ini dilakukan di Universitas Tarumanagara tahun 2023 dengan subjek berjumlah 222 orang. Instrumen Eysenck Personality Inventory digunakan untuk mengetahui tipe kepribadian dan Zung-Self Anxiety Rate Scale untuk mengetahui kecemasan pada subjek. Hasil studi menunjukkan bahwa tipe kepribadian introvert lebih banyak mengalami kecemasan dari pada ekstrovert (40,6% vs 14,9%). Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tipe kepribadian introvert dan ekstrovert terhadap kecemasan dengan p value = 0,000 dengan prevalence ratio (PR) menunjukkan tipe kepribadian introvert berisiko 2,73 kali memiliki cemas daripada tipe kepribadian ekstrovert.
{"title":"Hubungan tipe kepribadian introvert dan ekstrovert terhadap kecemasan pada mahasiswa kedokteran Universitas Tarumanagara tahun 2023","authors":"Olivia Christina Odella, Noer Saelan Tadjudin","doi":"10.24912/tmj.v5i2.24662","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/tmj.v5i2.24662","url":null,"abstract":"Fenomena kecemasan yang tinggi di kalangan mahasiswa kedokteran disebabkan oleh banyak faktor seperti kesehatan fisik dan mental siswa serta prestasi akademik mereka. Selain faktor eksternal, kecemasan siswa juga dipengaruhi oleh faktor internal seperti kepribadian. Tujuan dari dilakukannya studi ini untuk mengetahui hubungan antara tipe kepribadian introvert dan ekstrovert terhadap kecemasan pada mahasiswa kedokteran. Studi observasi cross-sectional dengan pemilihan subjek studi menggunakan total sampling ini dilakukan di Universitas Tarumanagara tahun 2023 dengan subjek berjumlah 222 orang. Instrumen Eysenck Personality Inventory digunakan untuk mengetahui tipe kepribadian dan Zung-Self Anxiety Rate Scale untuk mengetahui kecemasan pada subjek. Hasil studi menunjukkan bahwa tipe kepribadian introvert lebih banyak mengalami kecemasan dari pada ekstrovert (40,6% vs 14,9%). Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tipe kepribadian introvert dan ekstrovert terhadap kecemasan dengan p value = 0,000 dengan prevalence ratio (PR) menunjukkan tipe kepribadian introvert berisiko 2,73 kali memiliki cemas daripada tipe kepribadian ekstrovert.","PeriodicalId":416279,"journal":{"name":"Tarumanagara Medical Journal","volume":"5 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139307462","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pasuarja Jeranding Ezra, David Limanan, Frans Ferdinal, Eny Yulianti
Antioksidan adalah substansi yang dapat menyumbangkan elektron ke radikal bebas. Antioksidan sintetik dan antioksidan alami adalah dua kategori utama asal antioksidan. Tanaman jengkol (Archidendron sp), misalnya, merupakan sumber antioksidan alami. Keadaan alam, kesuburan tanah, perawatan tanaman, dan spesies semuanya berperan dalam kemampuan antioksidan jengkol. Studi ini berangkat untuk meninjau tiga tes yang biasa digunakan untuk mengukur aktivitas antioksidan, dalam hal ini ekstrak biji jengkol (Archidendron sp) diukur kapasitasnya. Mekanisme kerja dari ketiga metode ini dibedakan berdasarkan pada mekanisme reaksinya dalam mereduksi suatu oksidan. Hasil dari masing masing ujii kapasitas antioksidan ekstrak biji jengkol, pada metode ABTS didapatkan nilai IC50 sebesar 36,389 µg/mL. Pada metode DPPH nilai IC50 yang diperoleh sebesar 174,645 µg/mL. Adapun pada metode FRAP besaran IC50 yang didapatkan yaitu 48,275 µg/mL. Korelasi semua uji antioksidan pada ekstrak dapat dipercaya (R2 > 0,95).
{"title":"Gambaran variasi uji kapasitas antioksidan DPPH, FRAP dan ABTS pada ekstrak biji jengkol (Archidenfron sp.)","authors":"Pasuarja Jeranding Ezra, David Limanan, Frans Ferdinal, Eny Yulianti","doi":"10.24912/tmj.v5i2.24762","DOIUrl":"https://doi.org/10.24912/tmj.v5i2.24762","url":null,"abstract":"Antioksidan adalah substansi yang dapat menyumbangkan elektron ke radikal bebas. Antioksidan sintetik dan antioksidan alami adalah dua kategori utama asal antioksidan. Tanaman jengkol (Archidendron sp), misalnya, merupakan sumber antioksidan alami. Keadaan alam, kesuburan tanah, perawatan tanaman, dan spesies semuanya berperan dalam kemampuan antioksidan jengkol. Studi ini berangkat untuk meninjau tiga tes yang biasa digunakan untuk mengukur aktivitas antioksidan, dalam hal ini ekstrak biji jengkol (Archidendron sp) diukur kapasitasnya. Mekanisme kerja dari ketiga metode ini dibedakan berdasarkan pada mekanisme reaksinya dalam mereduksi suatu oksidan. Hasil dari masing masing ujii kapasitas antioksidan ekstrak biji jengkol, pada metode ABTS didapatkan nilai IC50 sebesar 36,389 µg/mL. Pada metode DPPH nilai IC50 yang diperoleh sebesar 174,645 µg/mL. Adapun pada metode FRAP besaran IC50 yang didapatkan yaitu 48,275 µg/mL. Korelasi semua uji antioksidan pada ekstrak dapat dipercaya (R2 > 0,95).","PeriodicalId":416279,"journal":{"name":"Tarumanagara Medical Journal","volume":"71 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139307643","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}