Hadi Ashar, Yusi Dwi Nurcahyani, Dyah Yunitawati, H. D. Kusumawardani
The need for nutritional intake in early childhood is not just to maintain survival with the predicate of good nutritional status, but more than that lack of nutritional intake will affect the child's developmental status. This study aims to determine the relationship of characteristics, nutritional status with development status in children aged 6-20 months. The study was conducted in Wonosobo Regency in 2019 with a Cross Sectional design. The population was children aged 6-20 months with sub-districts as the sampling unit. The total sample was 455 of children under two years in one district, but only 450 under two years met the data requirements. The results of the study showed that 19.8% of children under two years were stunted; 27.1% of children experienced motoric development delay; 16.2% of children endured language development delay and 68.7% of children had personal social development delay. Chi-Square test results showed that age was significantly related to motoric and language development with p=0.00; but there was no relationship with social personal development (p=0.50). There was no significant relationship between nutritional status and child development status. In conclusion, age of infants had a significantly higher risk of impaired motor and language development than age above. There was a tendency for boys to have motoric and language development delay. Children who had low birth weight have a risk of personal social development, and WHZ and WAZ nutritional status had a tendency of having language development delay. Abstrak Kebutuhan asupan nutrisi pada anak usia dini tidak hanya sekedar untuk mempertahankan kelangsungan hidup dengan predikat status gizi yang baik, namun lebih dari itu asupan gizi yang kurang akan mempengaruhi status perkembangan anak. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik, status gizi dengan status perkembangan pada anak baduta usia 6–20 bulan. Studi dilakukan di Kabupaten Wonosobo tahun 2019 dengan desain Cross Sectional. Populasi adalah baduta usia 6-20 bulan dengan sampling unitnya adalah kecamatan. Sampel total sebanyak 455 baduta di satu kecamatan, namun hanya 450 baduta yang memenuhi syarat kelengkapan data. Hasil studi menemukan sebesar 19.8% baduta mengalami stunting; 27.1% mengalami hambatan perkembangan motorik; 16.2% hambatan perkembangan bahasa dan 68.7% mengalami hambatan perkembangan personal sosial. Hasil uji Chi-Square menunjukkan usia berhubungan secara signifikan dengan perkembangan motorik dan bahasa dengan nilai p=0.00; namun tidak terdapat hubungan dengan perkembangan personal sosial (p=0.50). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dan status perkembangan anak. Kesimpulan dalam studi ini bahwa usia bayi secara signifikan mempunyai risiko lebih tinggi terhadap gangguan perkembangan motorik dan bahasa dibandingkan usia diatasnya. Terdapat kecenderungan anak laki-laki memiliki risiko hambatan perkembangan motorik dan bahasa, anak yang BBLR memiliki
幼儿期营养摄入的需要不仅仅是维持生存与良好的营养状态的前提,更重要的是营养摄入不足会影响儿童的发育状态。本研究旨在了解6-20月龄儿童的特征、营养状况与发育状况的关系。该研究于2019年在沃诺索博摄政进行,采用横截面设计。人口为6-20月龄儿童,以街道为抽样单位。一个地区的总样本为455名两岁以下儿童,但只有450名两岁以下儿童符合数据要求。研究结果显示,两岁以下儿童发育迟缓的比例为19.8%;27.1%的儿童出现运动发育迟缓;16.2%的儿童存在语言发展迟缓,68.7%的儿童存在个人社会发展迟缓。卡方检验结果显示,年龄与运动和语言发展显著相关,p=0.00;但与社会个人发展没有关系(p=0.50)。营养状况与儿童发育状况无显著关系。综上所述,同龄婴儿的运动和语言发育受损的风险明显高于同龄婴儿。男孩有运动和语言发展迟缓的趋势。出生体重过低的儿童存在个人社会发展的风险,WHZ和WAZ营养状况的儿童有语言发展迟缓的倾向。[中文][中文][中文][中文][中文][中文]。2019年中国建筑工程设计横向研究。6-20年的人口普查,抽样单位为人口普查。样本总数为455个baduta di satu kecamatan, namun hanya 450个baduta yang memenuhi syarat kelengkapan数据。儿童发育迟缓的发生率为19.8%;27.1% mengalami hambatan perkembangan motorik;16.2% hambatan perkembangan bahasa Dan 68.7% mengalami hambatan perkembangan personal social。Hasil - uji Chi-Square menunjukkan usia berhubungan secara significance, perkembangan, motorik dan bahasa dengan nilai p=0.00;Namun tidak terdapat hubungan dengan perkembangan personal social (p=0.50)。Tidak terdapat hubungan yang意指安塔拉地位gizi dan地位perkembangan anak。我想我的研究是关于印度的,印度的,印度的,印度的,印度的,印度的,印度的,印度的,印度的。中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:
{"title":"Status Gizi Dan Perkembangan Pada Anak Baduta Di Kabupaten Wonosobo","authors":"Hadi Ashar, Yusi Dwi Nurcahyani, Dyah Yunitawati, H. D. Kusumawardani","doi":"10.22435/HSR.V24I2.4009","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/HSR.V24I2.4009","url":null,"abstract":"The need for nutritional intake in early childhood is not just to maintain survival with the predicate of good nutritional status, but more than that lack of nutritional intake will affect the child's developmental status. This study aims to determine the relationship of characteristics, nutritional status with development status in children aged 6-20 months. The study was conducted in Wonosobo Regency in 2019 with a Cross Sectional design. The population was children aged 6-20 months with sub-districts as the sampling unit. The total sample was 455 of children under two years in one district, but only 450 under two years met the data requirements. The results of the study showed that 19.8% of children under two years were stunted; 27.1% of children experienced motoric development delay; 16.2% of children endured language development delay and 68.7% of children had personal social development delay. Chi-Square test results showed that age was significantly related to motoric and language development with p=0.00; but there was no relationship with social personal development (p=0.50). There was no significant relationship between nutritional status and child development status. In conclusion, age of infants had a significantly higher risk of impaired motor and language development than age above. There was a tendency for boys to have motoric and language development delay. Children who had low birth weight have a risk of personal social development, and WHZ and WAZ nutritional status had a tendency of having language development delay. \u0000Abstrak \u0000Kebutuhan asupan nutrisi pada anak usia dini tidak hanya sekedar untuk mempertahankan kelangsungan hidup dengan predikat status gizi yang baik, namun lebih dari itu asupan gizi yang kurang akan mempengaruhi status perkembangan anak. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik, status gizi dengan status perkembangan pada anak baduta usia 6–20 bulan. Studi dilakukan di Kabupaten Wonosobo tahun 2019 dengan desain Cross Sectional. Populasi adalah baduta usia 6-20 bulan dengan sampling unitnya adalah kecamatan. Sampel total sebanyak 455 baduta di satu kecamatan, namun hanya 450 baduta yang memenuhi syarat kelengkapan data. Hasil studi menemukan sebesar 19.8% baduta mengalami stunting; 27.1% mengalami hambatan perkembangan motorik; 16.2% hambatan perkembangan bahasa dan 68.7% mengalami hambatan perkembangan personal sosial. Hasil uji Chi-Square menunjukkan usia berhubungan secara signifikan dengan perkembangan motorik dan bahasa dengan nilai p=0.00; namun tidak terdapat hubungan dengan perkembangan personal sosial (p=0.50). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dan status perkembangan anak. Kesimpulan dalam studi ini bahwa usia bayi secara signifikan mempunyai risiko lebih tinggi terhadap gangguan perkembangan motorik dan bahasa dibandingkan usia diatasnya. Terdapat kecenderungan anak laki-laki memiliki risiko hambatan perkembangan motorik dan bahasa, anak yang BBLR memiliki ","PeriodicalId":42108,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Sistem Kesehatan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2021-06-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42365826","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Nutrition services at the primary health center (PHC) are ideally carried out by a nutritionist. At present not all PHC has nutritionists. All PHC without nutritionists in West Bandung Regency and Depok were assigning midwives as nutrition officer. The study was conducted to analyze the utilization of midwives as nutrition officer in PHC of professionalism and organizational needs and function. The study was conducted qualitatively in two health centers, one each in West Bandung Regency and Depok City. Data collection was carried out through in-depth interviews and document review. The informants consisted of midwives who served as nutrition officer, coworkers, PHC heads and cadres, as well as nutrition managers at the health centers. The results showed that the utilization of midwives as nutrition officer at PHC was carried out by the head of the PHC due to limited health workers. The selection of midwives as nutrition officers was appointed through an appointment letter taking into consideration the function of midwives in maternal and child health services which were considered to be closely related to nutrition services. The midwife's performance as a nutrition officer was considered quite good, but the midwife herself felt that being a nutrition officer was not in accordance with their profession. For this reason, it is necessary to recruit nutritionists for nutrition services so that midwives can be posted at the right position. Nutritionists recruitment can be carried out independently by PHC by using BLUD funds . Abstrak Pelayanan gizi di puskesmas idealnya dilakukan oleh seorang nutrisionis. Saat ini belum seluruh puskesmas memiliki nutrisionis. Semua puskesmas di Kabupaten Bandung Barat dan Kota Depok yang tidak memiliki nutrisionis memberdayakan bidan sebagai tenaga pelaksana gizi (TPG). Penelitian dilakukan untuk menganalisis pemberdayaan bidan sebagai TPG di puskesmas berdasarkan aspek profesionalisme dan kebutuhan puskesmas. Penelitian dilakukan secara kualitatif di dua puskesmas, masing-masing satu puskesmas di Kabupaten Bandung Barat dan Kota Depok. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam serta telaah dokumen. Informan terdiri dari bidan yang bertugas sebagai TPG, rekan kerja, kepala puskesmas dan kader posyandu, serta pengelola program gizi Dinkes di wilayah studi. Hasil penelitian menunjukkan pemberdayaan bidan sebagai TPG di puskesmas dilakukan oleh kepala puskesmas dikarenakan keterbatasan tenaga gizi. Pemilihan bidan sebagai TPG dilakukan melalui surat penunjukkan dengan pertimbangan fungsi bidan dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak yang dinilai erat kaitannya dengan pelayanan gizi. Kinerja bidan sebagai TPG dinilai cukup baik, namun bidan sendiri merasa bahwa sebagai TPG tidak sesuai dengan profesinya. Untuk itu diperlukan upaya pengadaan nutrisionis puskesmas melalui proses perencanaan sehingga bidan dapat menjalankan sikap profesional terhadap profesinya sebagai bidan. Pengadaan nutrisionis dapat dilakuka
初级保健中心(PHC)的营养服务最好由营养学家提供。目前并非所有初级保健都有营养学家。西万隆县和德波县所有没有营养师的初级保健都指派助产士担任营养干事。本研究旨在分析助产士在初级保健医院担任营养官的专业性和组织需求与功能。该研究在两个保健中心进行了定性研究,分别位于西万隆县和德波市。数据收集是通过深入访谈和文件审查进行的。举报人包括担任营养官员的助产士、同事、初级保健主任和干部以及保健中心的营养管理人员。结果表明,由于保健人员有限,助产士作为初级保健中心营养干事的利用是由初级保健中心负责人进行的。考虑到助产士在妇幼保健服务中的职能,通过一份聘任书任命助产士为营养干事,因为助产士被认为与营养服务密切相关。助产士作为一名营养官的表现被认为是相当不错的,但助产士自己觉得作为一名营养官不符合自己的职业。因此,有必要招聘营养学家提供营养服务,以便助产士能够被安置在合适的位置。PHC可以利用bld资金独立开展营养师招聘工作。摘要:海参是一种理想的植物,具有良好的营养价值。植物营养成分的研究。中国农业科学院院士、农业科学院院士、农业科学院院士、农业科学院院士、农业科学院院士。Penelitian dilakukan untuk menganalis pemberdayaan bidan sebagai TPG di puskesmas berdasarkan说专业的dan kebutuhan puskesmas。Penelitian dilakukan secara kalititf di dua puskesmas, masing-masing - satu puskesmas di Kabupaten Bandung Barat dan Kota Depok。彭普兰的数据:dilakukan melalui wawancara mendalam serta telaah dokumen。Informan terdiri dari bidan yang bertuga sebagai TPG, rekan kerja, kepala puskesmas dan kader posyandu, serta pengelola计划gizi Dinkes di wilayah研究。Hasil penelitian menunjukkan pemberdayaan bidan sebagai TPG di puskesmas dilakukan oleh kepala puskesmas dikarenakan keterbatasan tenaga gizi。pilihan bidan sebagai TPG dilakukan melalui surat penunjukkan dengan pertimbangan fungsi bidan dalam pelayanan kesehatan ibu dananak diilai erat kaitannya dengan pelayanan gizi。基尼亚bidan sebagai TPG dinilai cucuup baik, namun bidan sendiri merasa bahwa sebagai TPG tidak sesuai dengan专业。Untuk是一家专业从事农业、农业、农业、农业和农业生产的企业。彭达丹营养是dapat dilakukan secara mandiri oleh, puskesmas melalui pmanfaatan, dana bld登根成员,hatikan regulasi yang berlaku。
{"title":"Penempatan Bidan Sebagai Tenaga Pelaksana Gizi Di Puskesmas : Profesionalisme dan Kebutuhan Organisasi","authors":"Rosita Rosita, Iin Nurlinawati","doi":"10.22435/HSR.V24I2.3296","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/HSR.V24I2.3296","url":null,"abstract":"Nutrition services at the primary health center (PHC) are ideally carried out by a nutritionist. At present not all PHC has nutritionists. All PHC without nutritionists in West Bandung Regency and Depok were assigning midwives as nutrition officer. The study was conducted to analyze the utilization of midwives as nutrition officer in PHC of professionalism and organizational needs and function. The study was conducted qualitatively in two health centers, one each in West Bandung Regency and Depok City. Data collection was carried out through in-depth interviews and document review. The informants consisted of midwives who served as nutrition officer, coworkers, PHC heads and cadres, as well as nutrition managers at the health centers. The results showed that the utilization of midwives as nutrition officer at PHC was carried out by the head of the PHC due to limited health workers. The selection of midwives as nutrition officers was appointed through an appointment letter taking into consideration the function of midwives in maternal and child health services which were considered to be closely related to nutrition services. The midwife's performance as a nutrition officer was considered quite good, but the midwife herself felt that being a nutrition officer was not in accordance with their profession. For this reason, it is necessary to recruit nutritionists for nutrition services so that midwives can be posted at the right position. Nutritionists recruitment can be carried out independently by PHC by using BLUD funds . \u0000Abstrak \u0000Pelayanan gizi di puskesmas idealnya dilakukan oleh seorang nutrisionis. Saat ini belum seluruh puskesmas memiliki nutrisionis. Semua puskesmas di Kabupaten Bandung Barat dan Kota Depok yang tidak memiliki nutrisionis memberdayakan bidan sebagai tenaga pelaksana gizi (TPG). Penelitian dilakukan untuk menganalisis pemberdayaan bidan sebagai TPG di puskesmas berdasarkan aspek profesionalisme dan kebutuhan puskesmas. Penelitian dilakukan secara kualitatif di dua puskesmas, masing-masing satu puskesmas di Kabupaten Bandung Barat dan Kota Depok. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam serta telaah dokumen. Informan terdiri dari bidan yang bertugas sebagai TPG, rekan kerja, kepala puskesmas dan kader posyandu, serta pengelola program gizi Dinkes di wilayah studi. Hasil penelitian menunjukkan pemberdayaan bidan sebagai TPG di puskesmas dilakukan oleh kepala puskesmas dikarenakan keterbatasan tenaga gizi. Pemilihan bidan sebagai TPG dilakukan melalui surat penunjukkan dengan pertimbangan fungsi bidan dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak yang dinilai erat kaitannya dengan pelayanan gizi. Kinerja bidan sebagai TPG dinilai cukup baik, namun bidan sendiri merasa bahwa sebagai TPG tidak sesuai dengan profesinya. Untuk itu diperlukan upaya pengadaan nutrisionis puskesmas melalui proses perencanaan sehingga bidan dapat menjalankan sikap profesional terhadap profesinya sebagai bidan. Pengadaan nutrisionis dapat dilakuka","PeriodicalId":42108,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Sistem Kesehatan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2021-06-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47930609","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Hypertension is a silent killer that is still a health concern globally including in Indonesia. Consumption of fast foods that contain a high level of natrium, fat, sodium, sugar and MSG can be one of the causes of hypertension. Therefore, this research aimed at exploring the relationship between fast food consumption and hypertension in Indonesian. This research used cross-sectional design with secondary data from Indonesian Family Life Survey 5 (2014-2015). The sampling scheme in this study is based on the 1st IFLS survey scheme, which was stratified based on provinces and urban and rural areas. Samples were taken randomly at the household level. 13 provinces were chosen which represented 83% of the total population and reflected the cultural and socio-economic diversity of the Indonesian people. Data analysis uses multivariate logistic regression. Out of 12,105 respondents those who majority of participants consumed fast foods (73%). Multivariate logistic regression analysis showed that fast food consumption did not have any significant relationship with hypertension (AdjOR = 1.02; Cl 95% = 0.65-1.61; p > 0.05). However, males and respondents who worked were significantly associated with hypertension. Fast food consumption patterns did not correlate to hypertension among Indonesian. However, people need to pay attention to fast food overconsumption in order to be prevented from having hypertension. Future research is needed with other methods in such case-control by adding various risk factors of hypertension. Abstrak Hipertensi merupakan silent killer yang hingga kini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk di Indonesia. Konsumsi makanan cepat saji yang mengandung tinggi natrium, tinggi lemak, tinggi sodium, tinggi gula dan MSG menjadi penyebab kejadian hipertensi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengekplorasi hubungan pola konsumsi makanan cepat saji dengan kejadian hipertensi pada penduduk dewasa di Indonesia. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu cross sectional. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari The Indonesian Family Live Survey gelombang 5 (IFLS-5). Skema pengambilan sampel dalam survei ini didasarkan pada skema pengambilan survei IFLS gelombang 1, yang dilakukan secara bertingkat berdasarkan propinsi dan wilayah perkotaan dan pedesaan. Sampel diambil secara acak pada skala rumah tangga. Terpilih 13 propinsi sebagai sampel yang merepresentasikan 83% dari total populasi serta mencerminkan keanekaragaman budaya serta sosial ekonomi masyarakat Indonesia. Analisis data menggunakan multivariate regresi logistik. Dari 12.105 responden, mayoritas responden sering mengkonsumsi makanan cepat saji (73%). Analisis multivariat menunjukan bahwa orang yang sering mengkonsumsi makanan cepat saji tidak berhubungan secara signifikan terhadap kejadian hipertensi (AdjOR = 1,02; CI 95% = 0,65-1,61; p>0,05). Namun responden berjenis kelamin laki-laki dan yang bekerja secara signifikan berhubun
{"title":"Hubungan Pola Konsumsi Makanan Cepat Saji dan Hipertensi","authors":"Zulfa Fauziyyah, Solikhah Solikhah","doi":"10.22435/HSR.V24I1.2986","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/HSR.V24I1.2986","url":null,"abstract":"Hypertension is a silent killer that is still a health concern globally including in Indonesia. Consumption of fast foods that contain a high level of natrium, fat, sodium, sugar and MSG can be one of the causes of hypertension. Therefore, this research aimed at exploring the relationship between fast food consumption and hypertension in Indonesian. This research used cross-sectional design with secondary data from Indonesian Family Life Survey 5 (2014-2015). The sampling scheme in this study is based on the 1st IFLS survey scheme, which was stratified based on provinces and urban and rural areas. Samples were taken randomly at the household level. 13 provinces were chosen which represented 83% of the total population and reflected the cultural and socio-economic diversity of the Indonesian people. Data analysis uses multivariate logistic regression. Out of 12,105 respondents those who majority of participants consumed fast foods (73%). Multivariate logistic regression analysis showed that fast food consumption did not have any significant relationship with hypertension (AdjOR = 1.02; Cl 95% = 0.65-1.61; p > 0.05). However, males and respondents who worked were significantly associated with hypertension. Fast food consumption patterns did not correlate to hypertension among Indonesian. However, people need to pay attention to fast food overconsumption in order to be prevented from having hypertension. Future research is needed with other methods in such case-control by adding various risk factors of hypertension. \u0000Abstrak \u0000Hipertensi merupakan silent killer yang hingga kini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk di Indonesia. Konsumsi makanan cepat saji yang mengandung tinggi natrium, tinggi lemak, tinggi sodium, tinggi gula dan MSG menjadi penyebab kejadian hipertensi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengekplorasi hubungan pola konsumsi makanan cepat saji dengan kejadian hipertensi pada penduduk dewasa di Indonesia. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu cross sectional. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari The Indonesian Family Live Survey gelombang 5 (IFLS-5). Skema pengambilan sampel dalam survei ini didasarkan pada skema pengambilan survei IFLS gelombang 1, yang dilakukan secara bertingkat berdasarkan propinsi dan wilayah perkotaan dan pedesaan. Sampel diambil secara acak pada skala rumah tangga. Terpilih 13 propinsi sebagai sampel yang merepresentasikan 83% dari total populasi serta mencerminkan keanekaragaman budaya serta sosial ekonomi masyarakat Indonesia. Analisis data menggunakan multivariate regresi logistik. Dari 12.105 responden, mayoritas responden sering mengkonsumsi makanan cepat saji (73%). Analisis multivariat menunjukan bahwa orang yang sering mengkonsumsi makanan cepat saji tidak berhubungan secara signifikan terhadap kejadian hipertensi (AdjOR = 1,02; CI 95% = 0,65-1,61; p>0,05). Namun responden berjenis kelamin laki-laki dan yang bekerja secara signifikan berhubun","PeriodicalId":42108,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Sistem Kesehatan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2021-02-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46222069","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Midwifery education graduates ideally work as midwives. This study explored the relationship between characteristics and suitability the field of work graduates of DIII midwifery study program in 2019. This study applied a cross-sectional design with a quantitative approach. The population was graduates in 4 DIII midwifery study programs in West Java and the sample whose access the google form as many as 442 respondents. Google forms distributed by email, Facebook, and WhatsApp group graduates within one month. The dependent variable was the suitability the field of work graduate. In contrast, the independent variables were characteristics of graduate (the status of the study program, age, marital status, year of graduation, the value of IPK, and additional education after graduation). Analysis of data used chi-square. The results showed 10.2% of midwifery study program graduates worked not as midwives, 37.8% of them said that salary was the reason they did outside the midwife profession and another 15.6% expressed no interest as midwives. The results of the bivariate analysis showed that marital status and IPK at graduation had a significant relationship with the suitability of the graduate work field (p <0.005). The commitment of graduates as midwives is the main focus to enhance midwifery professionalism. The existence of graduates whose work outside the midwife profession along with their reasons provided information on the need for strengthening midwife salary standards based on labour regulations. Abstrak Lulusan pendidikan kebidanan idealnya bekerja sebagai bidan. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2019 untuk menilai hubungan antara karakteristik dengan kesesuaian bidang kerja lulusan prodi DIII kebidanan. Penelitian menggunakan desain penelitian potong lintang dengan pendekatan kuantitatif. Populasi adalah lulusan di 4 prodi DIII kebidanan di Jawa Barat dan sampel adalah yang mengakses google form. Total sampel sebanyak sebanyak 442 responden. Google form yang disebarkan melalui email, facebook, dan whatsapp group lulusan dalam jangka waktu 1 bulan. Sebagai variabel terikat adalah kesesuaian bidang kerja lulusan, variabel bebas adalah karakteristik lulusan (status program studi, umur, status pernikahan, tahun lulus, nilai IPK, dan pendidikan tambahan setelah lulus). Data dianalisis menggunakan chi-square. Hasil penelitian menunjukkan 10,2% lulusan prodi DIII kebidanan bekerja bukan sebagai bidan, 37,8% diantaranya menyampaikan bahwa gaji merupakan alasan mereka bekerja di luar profesi bidan dan 15,6% lainnya menyatakan tidak berminat sebagai bidan. Hasil analisis bivariat memperlihatkan status pernikahan dan IPK saat lulus memiliki hubungan yang bermakna dengan kesesuaian bidang kerja lulusan (p<0,005). Komitmen lulusan sebagai bidan merupakan fokus utama untuk meningkatkan profesionalisme bidan. Keberadaan lulusan yang bekerja di luar profesi bidan beserta alasannya memberikan informasi perlunya penetapan standar gaji bidan dengan be
助产士教育专业的毕业生理想的工作是成为助产士。本研究探讨2019年DIII助产学专业毕业生工作领域特点与适宜性的关系。本研究采用定量方法的横断面设计。人口是西爪哇4个DIII助产学研究项目的毕业生,获得谷歌的样本多达442名受访者。谷歌表单分发的电子邮件,Facebook和WhatsApp组毕业生在一个月内。因变量为毕业生工作领域的适宜性。相比之下,自变量是毕业生的特征(学习计划的状态,年龄,婚姻状况,毕业年份,IPK值,毕业后的额外教育)。数据分析采用卡方分析。结果显示,10.2%的助产学课程毕业生没有从事助产士工作,其中37.8%的人表示工资是他们从事助产士以外职业的原因,另有15.6%的人表示对助产士没有兴趣。双变量分析结果显示,婚姻状况和毕业时IPK与毕业工作领域的适宜性有显著关系(p <0.005)。毕业生作为助产士的承诺是提高助产专业水平的主要重点。毕业生在助产士专业之外工作的情况及其原因提供了关于需要根据劳工条例加强助产士工资标准的资料。【摘要】鲁鲁桑的理想状态是,他的理想状态是,他的理想状态是。Penelitian ini dilakukan pada tahun 2019 untuk menilai hubungan antara karakterististk dengan dengan bidang kerja lulusan prodii kebidanan。penpentian, menggunakan, desain penpentian, poong, lintang, dengan, penpenkatan,定量分析。Populasi adalah lulusan di 4 prodi di ii kebidanan di javabarat dan sample adalah yang mengakses谷歌form。共抽样442名应答者。谷歌形式杨disebarkan melalui电子邮件,facebook,丹whatsapp组lulusan dalam jangka waktu 1 bulan。Sebagai变量terikat adalah kesesuaian bidang kerja lulusan,变量bebas adalah karakteristik lulusan(状态程序研究,umur,状态pernikahan, tahun lulus, nilai IPK, dan pendidikan tambahan setelah lulus)。数据分析采用蒙古纳坎卡方。Hasil penelitian menunjukkan 10,2% lulusan prodi DIII kebidanan bekerja bukan sebagai bidan, 37,8% diantaranya menyampaikan bahwa gaji merupakan alasan mereka bekerja di luar profesi bidan 15,6% lainnya menyatakan tidak berminet sebagai bidan。Hasil分析双变量memperperlihatkan状态与IPK的关系(p< 0.005)。Komitmen lulusan sebagai bidan merupakan fokus utama untuk meningkatkan专业bidan。Keberadaan lulusan yang bekerja diluan教授bidan berberjaan alasannya成员,日本标准出版社bidan dengan berberdian papaan berberjaan keberjaan。
{"title":"Hubungan Karakteristik Dengan Kesesuaian Bidang Kerja Lulusan Pendidikan DIII Kebidanan Di Jawa Barat","authors":"Sefrina Werni, Rosita Rosita, Nita Prihartini","doi":"10.22435/HSR.V23I4.3209","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/HSR.V23I4.3209","url":null,"abstract":"Midwifery education graduates ideally work as midwives. This study explored the relationship between characteristics and suitability the field of work graduates of DIII midwifery study program in 2019. This study applied a cross-sectional design with a quantitative approach. The population was graduates in 4 DIII midwifery study programs in West Java and the sample whose access the google form as many as 442 respondents. Google forms distributed by email, Facebook, and WhatsApp group graduates within one month. The dependent variable was the suitability the field of work graduate. In contrast, the independent variables were characteristics of graduate (the status of the study program, age, marital status, year of graduation, the value of IPK, and additional education after graduation). Analysis of data used chi-square. The results showed 10.2% of midwifery study program graduates worked not as midwives, 37.8% of them said that salary was the reason they did outside the midwife profession and another 15.6% expressed no interest as midwives. The results of the bivariate analysis showed that marital status and IPK at graduation had a significant relationship with the suitability of the graduate work field (p <0.005). The commitment of graduates as midwives is the main focus to enhance midwifery professionalism. The existence of graduates whose work outside the midwife profession along with their reasons provided information on the need for strengthening midwife salary standards based on labour regulations. \u0000Abstrak \u0000Lulusan pendidikan kebidanan idealnya bekerja sebagai bidan. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2019 untuk menilai hubungan antara karakteristik dengan kesesuaian bidang kerja lulusan prodi DIII kebidanan. Penelitian menggunakan desain penelitian potong lintang dengan pendekatan kuantitatif. Populasi adalah lulusan di 4 prodi DIII kebidanan di Jawa Barat dan sampel adalah yang mengakses google form. Total sampel sebanyak sebanyak 442 responden. Google form yang disebarkan melalui email, facebook, dan whatsapp group lulusan dalam jangka waktu 1 bulan. Sebagai variabel terikat adalah kesesuaian bidang kerja lulusan, variabel bebas adalah karakteristik lulusan (status program studi, umur, status pernikahan, tahun lulus, nilai IPK, dan pendidikan tambahan setelah lulus). Data dianalisis menggunakan chi-square. Hasil penelitian menunjukkan 10,2% lulusan prodi DIII kebidanan bekerja bukan sebagai bidan, 37,8% diantaranya menyampaikan bahwa gaji merupakan alasan mereka bekerja di luar profesi bidan dan 15,6% lainnya menyatakan tidak berminat sebagai bidan. Hasil analisis bivariat memperlihatkan status pernikahan dan IPK saat lulus memiliki hubungan yang bermakna dengan kesesuaian bidang kerja lulusan (p<0,005). Komitmen lulusan sebagai bidan merupakan fokus utama untuk meningkatkan profesionalisme bidan. Keberadaan lulusan yang bekerja di luar profesi bidan beserta alasannya memberikan informasi perlunya penetapan standar gaji bidan dengan be","PeriodicalId":42108,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Sistem Kesehatan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2020-12-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48266994","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Maternal and infant mortality rates in Lebak District are still high. Pregnancy and maternity culture that rooted in Baduy community be one of those catalytic factors that increase mortality rates. Intervention research based on Baduy culture itself was intended to reduce the maternal and neonatal mortality rates. The purpose of the research was to get more information about pregnancy and childbirth behaviors in the Baduy community combined with the concept of modern health services. Participation Action Research (PAR) was used as the method in this research. Data were collected by in-depth interview and Focus Group Discussion (FGD). Informants were chosen purposively consisting of Health Care Centres in Baduy, elders (kokolot), and infl uencers in Baduy Tribe. The method of data analysis uses content analysis. This research indicated that Baduy Tribes were very obedient in their norms including the process of pregnancy and maternity. They often delivered a baby without any help from the health centre or midwife. They still asked shaman for help because they believed that shaman had power to heal people. This delivery behaviour triggered a limitation for a mother to get proper health treatment. We should not also neglect the fact that geographically, Baduy Tribes live in the uphill areas. Both factors were the main reasons why women in Baduy did not get proper delivery treatment and ended up dying because of complications. Effective communications are required between health care staff and the Baduy community to decrease the mortality rate both for mothers and infants in Baduy. Abstrak Tingkat kematian ibu dan bayi di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten masih cukup tinggi. Salah satu faktor yang menyebabkan tingginya tingkat kematian tersebut adalah budaya pada masa kehamilan dan persalinan pada masyarakat Baduy, sehingga diperlukan upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi melalui intervensi kesehatan berbasis budaya. Tujuan penelitian adalah menggali lebih dalam perilaku kehamilan dan persalinan pada masyarakat Baduy yang dipadukan dengan konsep pelayanan kesehatan modern. Penelitian ini menggunakan pendekatan Participatory Action Research (PAR). Pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah (focus group discussions/FGD). Informan dipilih secara purposive terdiri dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, Puskesmas, para ketua adat, tokoh masyarakat, dan kokolot serta informan penting lainnya yang berpengaruh di masyarakat Baduy. Metode analisis data menggunakan analisis isi (content analysis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Baduy sangat patuh dalam melaksanakan norma-norma dalam masa kehamilan dan persalinan di kehidupannya. Hal ini tergambar dari masih banyaknya persalinan yang dilakukan sendiri tanpa penolong, baik oleh dukun paraji maupun tenaga medis, kecuali terdapat penyulit dalam persalinan meminta bantuan tenaga medis. Kedudukan dukun paraji dalam masyarakat Baduy sangat dihormati dan berpengaruh ka
勒巴克区的产妇和婴儿死亡率仍然很高。八都社区根深蒂固的孕产文化是导致死亡率上升的催化因素之一。基于八都文化本身的干预研究旨在降低孕产妇和新生儿死亡率。本研究的目的是结合现代卫生服务的概念,获得更多关于八都社区怀孕和分娩行为的信息。本研究采用参与行动研究(PAR)作为研究方法。数据收集采用深度访谈和焦点小组讨论(FGD)。有目的地选择的举报人包括Baduy的保健中心、长老(kokolot)和Baduy部落的有影响力的人。数据分析的方法采用内容分析。这项研究表明,八渡部落在怀孕和生育过程中非常服从他们的规范。她们经常在没有任何保健中心或助产士帮助的情况下分娩。他们仍然向萨满寻求帮助,因为他们相信萨满有治愈人的力量。这种分娩行为限制了母亲获得适当的健康治疗。我们也不应该忽视一个事实,即在地理上,八渡部落生活在上坡地区。这两个因素是巴杜伊妇女没有得到适当分娩治疗并最终死于并发症的主要原因。保健人员和巴杜伊社区之间需要进行有效的沟通,以降低巴杜伊母亲和婴儿的死亡率。【摘要】云南省喀拉拉邦喀拉拉邦市喀拉拉邦市喀拉拉邦市喀拉拉邦市。Salah satu faku为yang menmenya babkan tingginya tingkat kematian tertery,但adalah budaya paka masa kehamilan dandanmasyarakat Baduy, seingga diperlukan upaya penurunan angka kematian ibu danbayi melalu干预,以kehaya bakya为基础budaya。Tujuan penelitian adalah menggali lebih dalam peraku kehamilan dan persalinan pada masyarakat Baduy yang dipadukan dengan konsep pelayanan kesehatan modern。参与式行动研究(PAR)。Pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah(焦点小组讨论/FGD)。信息员dipilih secara有目的的terdiri dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, Puskesmas, para ketua adat, tokoh masyarakat, dan kokolot,信息员penpenaruh di masyarakat Baduy。Metode分析数据蒙古纳坎分析isi (content analysis)。哈西尔penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Baduy sangat patuh dalam melaksanakan norma-norma dalam masa kehamilan dan persalinan di kehidupannya。Hal ini tergambar dari masih banyaknya persalan yang dilakukan sendiri tanpa pendragon, baik oleh dukun paraji maupun tenaga mediis, kecuali terdapat penyulit dalam persalan meminta bantuan tenaga mediis。Kedudukan dukun paraji dalam masyarakat Baduy sangat dihormati dan berpengaruh karena dianggap memiliki kemampuan yang bisa成员pertolongan pengobatan ketika sakit。Kepatuhan dan ketaatan pada budaya是地理因子,是地理因子,是地理因子,是地理因子,是地理因子,是地理因子,是地理因子。我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是。
{"title":"Budaya Kehamilan Dan Persalinan Pada Masyarakat Baduy, Di Kabupaten Lebak, Tahun 2018","authors":"Vita Kartika, Asep Kusnali, Rozana Ika Agustiya","doi":"10.22435/hsr.v22i3.1494","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/hsr.v22i3.1494","url":null,"abstract":"Maternal and infant mortality rates in Lebak District are still high. Pregnancy and maternity culture that rooted in Baduy community be one of those catalytic factors that increase mortality rates. Intervention research based on Baduy culture itself was intended to reduce the maternal and neonatal mortality rates. The purpose of the research was to get more information about pregnancy and childbirth behaviors in the Baduy community combined with the concept of modern health services. Participation Action Research (PAR) was used as the method in this research. Data were collected by in-depth interview and Focus Group Discussion (FGD). Informants were chosen purposively consisting of Health Care Centres in Baduy, elders (kokolot), and infl uencers in Baduy Tribe. The method of data analysis uses content analysis. This research indicated that Baduy Tribes were very obedient in their norms including the process of pregnancy and maternity. They often delivered a baby without any help from the health centre or midwife. They still asked shaman for help because they believed that shaman had power to heal people. This delivery behaviour triggered a limitation for a mother to get proper health treatment. We should not also neglect the fact that geographically, Baduy Tribes live in the uphill areas. Both factors were the main reasons why women in Baduy did not get proper delivery treatment and ended up dying because of complications. Effective communications are required between health care staff and the Baduy community to decrease the mortality rate both for mothers and infants in Baduy. \u0000Abstrak \u0000Tingkat kematian ibu dan bayi di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten masih cukup tinggi. Salah satu faktor yang menyebabkan tingginya tingkat kematian tersebut adalah budaya pada masa kehamilan dan persalinan pada masyarakat Baduy, sehingga diperlukan upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi melalui intervensi kesehatan berbasis budaya. Tujuan penelitian adalah menggali lebih dalam perilaku kehamilan dan persalinan pada masyarakat Baduy yang dipadukan dengan konsep pelayanan kesehatan modern. Penelitian ini menggunakan pendekatan Participatory Action Research (PAR). Pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah (focus group discussions/FGD). Informan dipilih secara purposive terdiri dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, Puskesmas, para ketua adat, tokoh masyarakat, dan kokolot serta informan penting lainnya yang berpengaruh di masyarakat Baduy. Metode analisis data menggunakan analisis isi (content analysis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Baduy sangat patuh dalam melaksanakan norma-norma dalam masa kehamilan dan persalinan di kehidupannya. Hal ini tergambar dari masih banyaknya persalinan yang dilakukan sendiri tanpa penolong, baik oleh dukun paraji maupun tenaga medis, kecuali terdapat penyulit dalam persalinan meminta bantuan tenaga medis. Kedudukan dukun paraji dalam masyarakat Baduy sangat dihormati dan berpengaruh ka","PeriodicalId":42108,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Sistem Kesehatan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2019-11-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46180274","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Drug abuse has many adverse effects such as disease transmissions and social dysfunction. Social rehabilitation by therapeutic community method may overcome addictions to addictive substances and restore the social function for drug users. The problem is a post-rehabilitation relapse. Objective to determine the effectiveness of relapse prevention with the TC method carried out by PSPP Galih Pakuan Bogor. It is case study research, conducted by in-depth interviews with management, social workers, and clients, as well as observations and analysis of secondary data. Drop-out rates at PSPP Galih Pakuan reached 44.8% in 2017, with relapse rate 30%. In addition, many studies stated that the TC method was relatively more effective than other methods for social rehabilitation in reducing anti-social behavior due to drug abuse. The challenge in TC method is a high drop-out rate. TC method can improve the social functioning of drug users by fostering self-confi dence, and learning emotional and spiritual management. Abstrak Penyalahgunaan napza memiliki dampak buruk yaitu penularan penyakit dan ketidak berfungsian sosial akibat kecanduan napza. Rehabilitasi sosial dengan metode therapeutic community dianggap dapat membantu mengatasi kecanduan pada zat adiktif dan mengembalikan peran dan fungsi sosial para penyalahguna napza. Kendalanya adalah banyak penyalahguna napza mengalami relapse pasca rehabilitasi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efektivitas pencegahan relapse dengan metode TC yang dilakukan oleh PSPP Galih Pakuan Bogor. Penelitian ini merupakan studi kasus dengan penyajian secara deskriptif analitis, dilakukan dengan wawancara mendalam kepada manajemen panti, Pekerja Sosial, dan klien, serta melakukan observasi dan analisis data sekunder. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat drop out rehabilitasi sosial di PSPP Galih Pakuan mencapai 44,8% pada tahun 2017, sedangkan tingkat relapse diperkirakan mencapai 30% dari klien yang lulus rehabilitasi. Di sisi lain, berbagai penelitian menyebutkan bahwa metode TC merupakan metode yang relatif lebih efektif dibanding metode rehabilitasi sosial lain dalam mengurangi penyalahgunaan napza dan perilaku anti sosial akibat penyalahgunaan napza. Tantangan dalam metode TC adalah tingkat drop out yang cukup tinggi. Dibandingkan dengan metode rehabilitasi sosial lain, TC efektif meningkatkan keberfungsian sosial penyalahguna napza melalui penguatan individu dengan menumbuhkan kepercayaan diri, manajemen emosi dan spiritual.
药物滥用有许多不良影响,如疾病传播和社会功能障碍。通过社区治疗方法进行社会康复,可以帮助吸毒者克服对成瘾物质的依赖,恢复社会功能。问题在于康复后的复发。目的探讨Galih Pakuan Bogor PSPP实施TC法预防复发的有效性。这是一种案例研究,通过对管理层、社会工作者和客户的深入访谈,以及对二手数据的观察和分析来进行。2017年Galih Pakuan PSPP辍学率为44.8%,复发率为30%。此外,许多研究表明,在减少药物滥用导致的反社会行为方面,TC方法相对于其他社会康复方法更为有效。TC方法面临的挑战是高退出率。TC方法可以通过培养吸毒者的自信心,学习情绪和精神管理来改善吸毒者的社会功能。摘要:Penyalahgunaan napza memoriliki dampak buruk yitu penularan penyakit dan ketidak berfunsian social akibat kecanduan napza。康复性社会登革热方法治疗性社区江沟水蚤、孟山都、孟山都、孟山都、孟山都、孟山都、孟山都、孟山都、孟山都、真菌、孟山都、孟山都、孟山都、孟山都。肯大拉尼亚,阿达拉,巴尼亚,帕尼亚,纳扎,孟嘎拉米病复发,帕斯卡康复。Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui ektivitas penegahan复发登根方法TC yang dilakukan oleh PSPP Galih Pakuan Bogor。Penelitian ini merupakan study kasus dengan penyajian secara deskriptiti分析,dilakakan dengan wawancara mendalam kepaan management panti, Pekerja social, danklien, serta melakakan observasi dan分析数据sekunder。Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat drop out rehabilitasi social di PSPP ali Pakuan menapai 44,8% padtahun 2017, sedangkan tingkat relapse diperkirakan menapai 30% dari klien yang lulus rehabilitasi。disisi lain, berbagai penelitian menyebutkan bahwa方法TC merupakan方法yang相对的lebih效果,dibanding方法康复,康复,社会,dalam mengurangi penyalahgunaan napza和perperaku反社会,akat penyalahgunaan napza。Tantangan dalam方法TC adalah tingkat drop out yang cuup tinggi。Dibandingkan dengan metode rehabilitasi social lain, TC efektif meningkatkan keberfunsian social penyalahguna napza melalui企鹅个体dengan menumbuhkan kepercayaan diri,管理emosi dan精神。
{"title":"Efektivitas Metode Therapeutic Community Dalam Pencegahan Relapse Korban Penyalahguna Napza Di Panti Sosial Pamardi Putra Galih Pakuan Bogor Tahun 2017","authors":"I. Ardani, Heti Sri Hari Cahyani","doi":"10.22435/hsr.v22i3.1281","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/hsr.v22i3.1281","url":null,"abstract":"Drug abuse has many adverse effects such as disease transmissions and social dysfunction. Social rehabilitation by therapeutic community method may overcome addictions to addictive substances and restore the social function for drug users. The problem is a post-rehabilitation relapse. Objective to determine the effectiveness of relapse prevention with the TC method carried out by PSPP Galih Pakuan Bogor. It is case study research, conducted by in-depth interviews with management, social workers, and clients, as well as observations and analysis of secondary data. Drop-out rates at PSPP Galih Pakuan reached 44.8% in 2017, with relapse rate 30%. In addition, many studies stated that the TC method was relatively more effective than other methods for social rehabilitation in reducing anti-social behavior due to drug abuse. The challenge in TC method is a high drop-out rate. TC method can improve the social functioning of drug users by fostering self-confi dence, and learning emotional and spiritual management. \u0000Abstrak \u0000Penyalahgunaan napza memiliki dampak buruk yaitu penularan penyakit dan ketidak berfungsian sosial akibat kecanduan napza. Rehabilitasi sosial dengan metode therapeutic community dianggap dapat membantu mengatasi kecanduan pada zat adiktif dan mengembalikan peran dan fungsi sosial para penyalahguna napza. Kendalanya adalah banyak penyalahguna napza mengalami relapse pasca rehabilitasi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efektivitas pencegahan relapse dengan metode TC yang dilakukan oleh PSPP Galih Pakuan Bogor. Penelitian ini merupakan studi kasus dengan penyajian secara deskriptif analitis, dilakukan dengan wawancara mendalam kepada manajemen panti, Pekerja Sosial, dan klien, serta melakukan observasi dan analisis data sekunder. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat drop out rehabilitasi sosial di PSPP Galih Pakuan mencapai 44,8% pada tahun 2017, sedangkan tingkat relapse diperkirakan mencapai 30% dari klien yang lulus rehabilitasi. Di sisi lain, berbagai penelitian menyebutkan bahwa metode TC merupakan metode yang relatif lebih efektif dibanding metode rehabilitasi sosial lain dalam mengurangi penyalahgunaan napza dan perilaku anti sosial akibat penyalahgunaan napza. Tantangan dalam metode TC adalah tingkat drop out yang cukup tinggi. Dibandingkan dengan metode rehabilitasi sosial lain, TC efektif meningkatkan keberfungsian sosial penyalahguna napza melalui penguatan individu dengan menumbuhkan kepercayaan diri, manajemen emosi dan spiritual. ","PeriodicalId":42108,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Sistem Kesehatan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2019-11-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48560387","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sri Sularsih Endartiwi, Pramukti Dian Setianingrum
BPJS Health targets participant satisfaction to reach 95%, but until 2017 participant satisfaction reaches 85%. Participants who received service at the primary health facilities based on observations averaged 70%. Based on observations at the primary health facility can be seen that participant satisfaction is 70%. The objective was to evaluate the correlation between the quality services and participant satisfaction on the national health insurance at primary health facilities in the province of Yogyakarta. The type of research was quantitative descriptive with cross sectional design. The research location was primary health facilities that cooperate with BPJS Kesehatan in the Province of Yogyakarta. The study was conducted in July 2018. The number of samples in this study was 850 by proportional random sampling. Data analysis was using the Kendall Tau test. Results showed that the quality of health services both in terms of tangible, reliability, responsiveness, assurance and empathy were related to the satisfaction of BPJS Kesehatan participants in the primary health facilities. The results of bivariate analysis for each variable had a Sig. (2-tailed) 0,000 with a strong relationship. The quality of health services was related to the satisfaction of patients participating in the BPJS Kesehatan in the primary health facilities of the Province of Yogyakarta. Primary health facilities in order to maintain the quality of its health services so that patients participating in the National Health Insurance program remain satisfi ed with the services that have been provided. Abstrak BPJS Kesehatan menargetkan kepuasan peserta mencapai 95%, akan tetapi sampai tahun 2017 ini kepuasan peserta mencapai 85%. Peserta yang mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat pertama berdasarkan hasil observasi di puskesmas, dokter keluarga dan klinik pratama rata-rata 70%. Berdasarkan hasil observasi di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan dapat diketahui bahwa kepuasan peserta sebesar 70%. Penelitian bertujuan untuk membuktikan bahwa kualitas pelayanan berhubungan dengan kepuasan peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Lokasi penelitian adalah FKTP yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2018. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 850 secara proportional random sampling. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Kendall Tau. Kualitas pelayanan kesehatan baik dari sudut tangible, reliability, responsiveness, assurance maupun empathy berhubungan dengan kepuasan pasien peserta BPJS Kesehatan di FKTP Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil analisis bivariat setiap variabel mempunyai nilai Sig. (2-tailed) 0,000 dengan hubungan yang kuat. Kualitas pelayanan kesehatan (tan
{"title":"The Kualitas Pelayanan Berhubungan Dengan Kepuasan Peserta Jkn Di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta","authors":"Sri Sularsih Endartiwi, Pramukti Dian Setianingrum","doi":"10.22435/hsr.v22i3.897","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/hsr.v22i3.897","url":null,"abstract":"BPJS Health targets participant satisfaction to reach 95%, but until 2017 participant satisfaction reaches 85%. Participants who received service at the primary health facilities based on observations averaged 70%. Based on observations at the primary health facility can be seen that participant satisfaction is 70%. The objective was to evaluate the correlation between the quality services and participant satisfaction on the national health insurance at primary health facilities in the province of Yogyakarta. The type of research was quantitative descriptive with cross sectional design. The research location was primary health facilities that cooperate with BPJS Kesehatan in the Province of Yogyakarta. The study was conducted in July 2018. The number of samples in this study was 850 by proportional random sampling. Data analysis was using the Kendall Tau test. Results showed that the quality of health services both in terms of tangible, reliability, responsiveness, assurance and empathy were related to the satisfaction of BPJS Kesehatan participants in the primary health facilities. The results of bivariate analysis for each variable had a Sig. (2-tailed) 0,000 with a strong relationship. The quality of health services was related to the satisfaction of patients participating in the BPJS Kesehatan in the primary health facilities of the Province of Yogyakarta. Primary health facilities in order to maintain the quality of its health services so that patients participating in the National Health Insurance program remain satisfi ed with the services that have been provided. \u0000Abstrak \u0000BPJS Kesehatan menargetkan kepuasan peserta mencapai 95%, akan tetapi sampai tahun 2017 ini kepuasan peserta mencapai 85%. Peserta yang mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat pertama berdasarkan hasil observasi di puskesmas, dokter keluarga dan klinik pratama rata-rata 70%. Berdasarkan hasil observasi di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan dapat diketahui bahwa kepuasan peserta sebesar 70%. Penelitian bertujuan untuk membuktikan bahwa kualitas pelayanan berhubungan dengan kepuasan peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Lokasi penelitian adalah FKTP yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2018. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 850 secara proportional random sampling. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Kendall Tau. Kualitas pelayanan kesehatan baik dari sudut tangible, reliability, responsiveness, assurance maupun empathy berhubungan dengan kepuasan pasien peserta BPJS Kesehatan di FKTP Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil analisis bivariat setiap variabel mempunyai nilai Sig. (2-tailed) 0,000 dengan hubungan yang kuat. Kualitas pelayanan kesehatan (tan","PeriodicalId":42108,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Sistem Kesehatan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2019-11-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43064881","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Basic health research in 2007 showed the existence of the gap of IPKM (community health development index) among provinces, including Aceh province. Maternal and child health issue were important indicators in IPKM. This research aimed to determine knowledge of Posyandu’s cadres and mothers as well as the perspective of health offi cer towards Posyandu activities. This was a qualitative study with participatory observation design. There were two areas (Puskesmas) chosen as the research location, and at each location was conducted focus group discussion (FGD) to the mothers and Posyandu’s cadres and in-depth interview towards the informant (health offi cer). Generally, Posyandu’s cadres have good knowledge about maternal and child health, while mothers have less knowledge. The results showed that Posyandu has not been optimal in health service. This condition associated with low visits of mothers as well as the involvement of Posyandu’s cadres themselves. External factors (support of husband, family, social environment) could interfere the belief of mothers towards Posyandu services. Knowledge becomes an important aspect to infl uence awareness and willingness of mothers to utilize the service of Posyandu. Abstrak Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan adanya kesenjangan IPKM (Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat) antar propinsi maupun pada tingkat propinsi itu sendiri seperti di Provinsi Aceh. Kesehatan ibu hamil dan balita merupakan salah satu indikator penting dalam IPKM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan kader Posyandu maupun ibu balita serta perspektif tenaga kesehatan terkait kegiatan Posyandu. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan disain observasi partisipatif. Terdapat dua wilayah terpilih sebagai lokasi penelitian, dan pada setiap lokasi dilakukan diskusi kelompok terarah terhadap kelompok ibu balita dan kader Posyandu wawancara mendalam terhadap kader Posyandu dan ibu balita, serta tenaga kesehatan. Secara umum pengetahuan kader Posyandu telah cukup baik, namun untuk ibu balita belum sepenuhnya baik. Hasil penelitian menunjukkan belum optimalnya pelayanan Posyandu. Ketidakoptimalan tersebut berhubungan dengan rendahnya kunjungan para ibu balita, maupun keterlibatan kader Posyandu itu sendiri. Faktor eksternal (pandangan suami, keluarga & lingkungan sosial) dapat menjadi unsur yang mempengaruhi keyakinan ibu balita terhadap pelayanan Posyandu. Pengetahuan menjadi aspek penting terhadap kesadaran dan kemauan ibu balita untuk datang ke Posyandu.
2007年的基础卫生研究表明,包括亚齐省在内的各省之间存在IPKM(社区卫生发展指数)差距。妇幼保健问题是IPKM的重要指标。本研究旨在确定Posyandu干部和母亲的知识,以及卫生官员对Posyandu活动的看法。本研究采用参与式观察设计的定性研究。选择了两个地区(Puskesmas)作为研究地点,在每个地点都对母亲和Posyandu的干部进行了焦点小组讨论(FGD),并对举报人(卫生官员)进行了深入访谈。一般来说,波山都的干部对妇幼保健有很好的了解,而母亲们对妇幼保健的了解较少。结果表明,坡山都的卫生服务质量并不理想。这种情况与母亲的低访问以及波山都干部本身的参与有关。外部因素(丈夫的支持、家庭、社会环境)可能会干扰母亲对Posyandu服务的信念。知识成为影响母亲利用波善度服务的意识和意愿的一个重要方面。[摘要][Hasil riskesas] 2007 menunjukkan adanya kesenjangan IPKM (Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat); antar propinsi maupun padingkat propinsi i sendiri seperti i province Aceh。Kesehatan ibu hamil dan balita merupakan salah satu指标,IPKM。Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan kader Posyandu maupun i bulita serta perspespef tenaga kesehatan terkait kegiatan Posyandu。Penelitian ini merupakan Penelitian quality dengan disain观测站参与。Terdapat dua wilayah terpilih sebagai lokasi penelitian,丹篇setiap lokasi dilakukan diskusi kelompok terarah terhadap kelompok伊布·balita丹就Posyandu wawancara mendalam terhadap就Posyandu丹•伊布·balita舒达tenaga kesehatan。我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。Hasil penelitian menunjukkan belum optimalnya pelayanan Posyandu。Ketidakoptimalan tersebut berhubungan dengan rendahnya kunjungan para ibu balita, maupun keterlibatan kader Posyandu itsendiri。Faktor eksternal (pandangan suami, keluarga和lingkungan social) dapat menjadi unsur yang mempengaruhi keyakinan ibu balita terhadap pelayanan Posyandu。彭格塔寰门加迪说,彭格塔寰门加迪说,彭格塔寰门加迪说,彭格塔寰门加迪说,彭格塔寰门加迪说,彭格塔寰门加迪说,彭格塔寰门加迪说,彭格塔寰门加迪说,彭格塔寰门加迪说。
{"title":"Pengetahuan Kader Posyandu, Para Ibu Balita Dan Perspektif Tenaga Kesehatan Terkait Keaktifan Posyandu Di Kabupaten Aceh Barat","authors":"L. Ambarita, A. Husna, Hotnida Sitorus","doi":"10.22435/hsr.v22i3.65","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/hsr.v22i3.65","url":null,"abstract":"Basic health research in 2007 showed the existence of the gap of IPKM (community health development index) among provinces, including Aceh province. Maternal and child health issue were important indicators in IPKM. This research aimed to determine knowledge of Posyandu’s cadres and mothers as well as the perspective of health offi cer towards Posyandu activities. This was a qualitative study with participatory observation design. There were two areas (Puskesmas) chosen as the research location, and at each location was conducted focus group discussion (FGD) to the mothers and Posyandu’s cadres and in-depth interview towards the informant (health offi cer). Generally, Posyandu’s cadres have good knowledge about maternal and child health, while mothers have less knowledge. The results showed that Posyandu has not been optimal in health service. This condition associated with low visits of mothers as well as the involvement of Posyandu’s cadres themselves. External factors (support of husband, family, social environment) could interfere the belief of mothers towards Posyandu services. Knowledge becomes an important aspect to infl uence awareness and willingness of mothers to utilize the service of Posyandu. \u0000Abstrak \u0000Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan adanya kesenjangan IPKM (Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat) antar propinsi maupun pada tingkat propinsi itu sendiri seperti di Provinsi Aceh. Kesehatan ibu hamil dan balita merupakan salah satu indikator penting dalam IPKM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan kader Posyandu maupun ibu balita serta perspektif tenaga kesehatan terkait kegiatan Posyandu. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan disain observasi partisipatif. Terdapat dua wilayah terpilih sebagai lokasi penelitian, dan pada setiap lokasi dilakukan diskusi kelompok terarah terhadap kelompok ibu balita dan kader Posyandu wawancara mendalam terhadap kader Posyandu dan ibu balita, serta tenaga kesehatan. Secara umum pengetahuan kader Posyandu telah cukup baik, namun untuk ibu balita belum sepenuhnya baik. Hasil penelitian menunjukkan belum optimalnya pelayanan Posyandu. Ketidakoptimalan tersebut berhubungan dengan rendahnya kunjungan para ibu balita, maupun keterlibatan kader Posyandu itu sendiri. Faktor eksternal (pandangan suami, keluarga & lingkungan sosial) dapat menjadi unsur yang mempengaruhi keyakinan ibu balita terhadap pelayanan Posyandu. Pengetahuan menjadi aspek penting terhadap kesadaran dan kemauan ibu balita untuk datang ke Posyandu.","PeriodicalId":42108,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Sistem Kesehatan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2019-11-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46544239","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}