Human Papillomavirus (HPV) is the main risk factor for cervical cancer. HPV vaccination among adolescents may prevent the disease. Jakarta Province has been implementing an HPV vaccination program since 2016. This research aimed to know the overview of the HPV vaccination program in Central Jakarta in 2020. This research was a qualitative study conducted in the City of Central Jakarta from March till June 2020. Informants of the research were 12 persons from Central Jakarta Health Office, PHCs, Central Jakarta Education Office, and teachers from elementary schools selected purposively. Primary data was collected through interview using a structured questionnaire. Secondary data was from the report of the Jakarta Provincial Health Office. Data were analyzed using content analysis for planning, organizing, implementing, monitoring, evaluation, intersectoral collaboration and coverage. The study results showed that the HPV vaccination program was conducted through planning, organizing, implementing, monitoring and evaluation, with intersectoral collaboration. The problem was vaccine availability, invalid target data, lack of teachers involved, rejection from parents and lack of PHC providers. Monitoring and evaluation were not conducted adequately in the schools, and there was an obstacle in private schools for vaccination. The vaccinaton coverage was 90.98% in 2016, 95.40% in 2017, and 94.55% in2018. In conclusion, the HPV vaccination program in Central Jakarta was running but needed strengthening. It is recommended to strengthen the coordination in vaccines supply, update target data, increase education, involve the Education office and schools in monitoring and evaluation, and collaborate with community and religious leaders. Abstrak Human PapillomaVirus (HPV) merupakan faktor risiko utama terjadinya kanker serviks. Vaksinasi HPV pada remaja dapat mencegah kanker serviks. Provinsi DKI Jakarta telah mengembangkan program vaksinasi HPV sejak tahun 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran program vaksinasi HPV di Jakarta Pusat tahun 2020. Penelitian ini merupakan studi kualitatif yang dilaksanakan di Kota Jakarta Pusat pada Maret - Juni 2020. Informan penelitian adalah 12 orang dari Sudin Kesehatan dan Puskesmas, Sudin Pendidikan, dan guru Sekolah Dasar yang dipilih secara purposif. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam menggunakan kuesioner terstruktur. Data sekunder dikumpulkan dari Dinkes Provinsi DKI Jakarta. Data dianalisis dengan analisis konten untuk mengetahui perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, kerja sama lintas sektor, serta cakupan program vaksinasi HPV. Hasil penelitian menunjukkan program vaksinasi HPV dilaksanakan melalui perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, dengan kerja sama lintas sektor. Kendala dan hambatan yang terjadi adalah ketersediaan vaksin, ketidaksesuaian data sasaran, kurangnya guru yang terlibat, penolakan orang tua dan kuran
{"title":"Gambaran Pelaksanaan Program Vaksinasi Human Papilloma Virus (HPV) Di Dua Puskesmas Di Kota Jakarta Pusat Tahun 2020","authors":"M. Wahidin, Rini Febrianti","doi":"10.22435/hsr.v24i3.3841","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/hsr.v24i3.3841","url":null,"abstract":"Human Papillomavirus (HPV) is the main risk factor for cervical cancer. HPV vaccination among adolescents may prevent the disease. Jakarta Province has been implementing an HPV vaccination program since 2016. This research aimed to know the overview of the HPV vaccination program in Central Jakarta in 2020. This research was a qualitative study conducted in the City of Central Jakarta from March till June 2020. Informants of the research were 12 persons from Central Jakarta Health Office, PHCs, Central Jakarta Education Office, and teachers from elementary schools selected purposively. Primary data was collected through interview using a structured questionnaire. Secondary data was from the report of the Jakarta Provincial Health Office. Data were analyzed using content analysis for planning, organizing, implementing, monitoring, evaluation, intersectoral collaboration and coverage. The study results showed that the HPV vaccination program was conducted through planning, organizing, implementing, monitoring and evaluation, with intersectoral collaboration. The problem was vaccine availability, invalid target data, lack of teachers involved, rejection from parents and lack of PHC providers. Monitoring and evaluation were not conducted adequately in the schools, and there was an obstacle in private schools for vaccination. The vaccinaton coverage was 90.98% in 2016, 95.40% in 2017, and 94.55% in2018. In conclusion, the HPV vaccination program in Central Jakarta was running but needed strengthening. It is recommended to strengthen the coordination in vaccines supply, update target data, increase education, involve the Education office and schools in monitoring and evaluation, and collaborate with community and religious leaders. \u0000Abstrak \u0000Human PapillomaVirus (HPV) merupakan faktor risiko utama terjadinya kanker serviks. Vaksinasi HPV pada remaja dapat mencegah kanker serviks. Provinsi DKI Jakarta telah mengembangkan program vaksinasi HPV sejak tahun 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran program vaksinasi HPV di Jakarta Pusat tahun 2020. Penelitian ini merupakan studi kualitatif yang dilaksanakan di Kota Jakarta Pusat pada Maret - Juni 2020. Informan penelitian adalah 12 orang dari Sudin Kesehatan dan Puskesmas, Sudin Pendidikan, dan guru Sekolah Dasar yang dipilih secara purposif. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam menggunakan kuesioner terstruktur. Data sekunder dikumpulkan dari Dinkes Provinsi DKI Jakarta. Data dianalisis dengan analisis konten untuk mengetahui perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, kerja sama lintas sektor, serta cakupan program vaksinasi HPV. Hasil penelitian menunjukkan program vaksinasi HPV dilaksanakan melalui perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, dengan kerja sama lintas sektor. Kendala dan hambatan yang terjadi adalah ketersediaan vaksin, ketidaksesuaian data sasaran, kurangnya guru yang terlibat, penolakan orang tua dan kuran","PeriodicalId":42108,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Sistem Kesehatan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2021-09-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41620636","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Hypertension was one of the non-communicable diseases that may cause death in Indonesia. Through Healthy Indonesia Program with Family Approach (PIS-PK), the public health centers conduct home visits to collect family’s health status, such as risk factors and health outcomes involving smoking and hypertension. This study investigates the correlation of smoking and hypertension in two heath centers to the lowest and highest healthy family index (IKS) in Metro City, Lampung Province. The data analysis used multiple logistic regression. The results indicated Puskemas Mulyojati had 11.18% of people diagnosed with hypertension, while Puskesmas Iringmulyo had 5.14%. More smokers were higher in Mulyojati (27.30%) than those in Iringmulyo (23.38%). The proportion of smokers with hypertension in Mulyojati was 2.40% (OR 0.70; 95%CI 0.59-0.84; p 0.006) and in Iringmulyo was 1.09% (OR 0.87 95%CI 0.66-1.14; p 0.115). In Mulyojati, the odds of smokers contracting hypertension was 0.56 times lower than the non-smokers (95%CI 0.44-0.71; p <0,000); meanwhile, the smoking-hypertension relationship in Iringmulyo was not significant despite a bigger odds ratio (OR 0.83, 95%CI 0.59-1.17; p 0.293.) As a recommendation, both Puskesmas promote campaigns for a smoke-free movement, smoke-free areas and smoking cessation counseling to reduce the prevalence of hypertension. Abstrak Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular penyebab kematian di Indonesia. Melalui Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK), puskesmas melakukan kunjungan rumah dan mengumpulkan data profil kesehatan keluarga, meliputi faktor risiko dan kejadian penyakit termasuk kebiasaan merokok dan hipertensi. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok dengan hipertensi di dua puskesmas yang memiliki Indeks Keluarga Sehat (IKS) terendah dan tertinggi di Kota Metro, Provinsi Lampung. Data dianalisis dengan regresi logistik berganda. Sebanyak 11,18% orang di Puskesmas Mulyojati didiagnosis hipertensi, sedangkan Puskesmas Iringmulyo sebesar 5,14%. Perokok lebih banyak ditemukan di Puskemas Mulyojati (27,30%) daripada di Puskesmas Iringmulyo (23,38%). Proporsi orang yang merokok dan didiagnosis hipertensi di Puskesmas Mulyojati sebanyak 2,40% (OR 0,70; IK 95% 0,59-0,84; p 0,000) sedangkan di Puskesmas Iringmulyo 1,09% (OR 0,87; IK 95% 0,66-1,14; p 0,325). Odd rasio orang merokok untuk mengidap hipertensi 0,56 kali dibandingkan dengan orang yang tidak merokok dengan hasil signifikan (IK 95% 0,44-0,71; p <0,000) di Puskesmas Mulyojati. Di Puskesmas Iringmulyo, meskipun odd rasionya sebesar 0,83, namun hasilnya tidak signifikan (IK 95% 0,59-1,17; p 0,293). Kedua Puskesmas disarankan untuk melakukan kampanye gerakan tanpa asap rokok, area bebas rokok dan konseling berhenti merokok untuk menurunkan prevalensi hipertensi.
高血压是可能在印度尼西亚造成死亡的非传染性疾病之一。通过“健康印尼方案与家庭方针”(PIS-PK),公共卫生中心进行家访,收集家庭健康状况,如吸烟和高血压相关的风险因素和健康结果。本研究调查了南榜省都会市两个健康中心的吸烟和高血压与最低和最高健康家庭指数(IKS)的相关性。数据分析采用多元逻辑回归。结果显示,Puskemas Mulyojati有11.18%的人被诊断为高血压,而Puskesmas Iringmulyo有5.14%。Mulyojati的吸烟者(27.30%)高于Iringmulyo(23.38%)。Mulyojati吸烟者合并高血压的比例为2.40% (OR 0.70;95%可信区间0.59 - -0.84;p 0.006), Iringmulyo为1.09% (OR 0.87 95%CI 0.66-1.14;p 0.115)。在Mulyojati,吸烟者患高血压的几率比不吸烟者低0.56倍(95%CI 0.44-0.71;p < 0000);同时,尽管比值比较大(OR 0.83, 95%CI 0.59-1.17;p 0.293)。作为一项建议,Puskesmas促进无烟运动、无烟区和戒烟咨询的运动,以减少高血压的患病率。【摘要】印度尼西亚的Hipertensi merupakan salah satu penyakit tiak menular penyebab kematian。Melalui项目印度尼西亚Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK), puskesmas melakukan kunjungan rumah dan mengumpulkan数据概况,melalukan数据概况,meluputi因素,risiko dan kejadian penyakit termasuk kebiasaan和merokok dan hipertensi。Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok dengan hipertensi di dua puskesmas yang memiliki Indeks Keluarga Sehat (IKS) terendah dan tertingi di Kota Metro,省楠绒。数据分析与回归逻辑分析。Sebanyak 11,18%,而Puskesmas Mulyojati诊断为高血压,sedangkan Puskesmas Iringmulyo sebesar 51,14 %。Perokok lebih banyak ditemukan di Puskemas Mulyojati (27.30%) daripada di Puskesmas Iringmulyo(23.38%)。比例橙阳merokok和诊断为高血压的Puskesmas Mulyojati sebanyak 2,40% (OR 0,70;Ik 95% 0,59-0,84;(1万韩元)sedangkan di Puskesmas Iringmulyo 1.09% (OR 0.87韩元);Ik 95% 0,66-1,14;0325页)。奇缘缘缘缘缘缘缘缘缘缘缘缘缘缘缘缘缘缘缘缘缘缘缘缘缘缘缘缘缘缘缘缘缘缘缘缘缘缘缘;p < 0000) di Puskesmas Mulyojati。[3] [j] [1] [j] .中国科学院学报(自然科学版),2010,31 (1):1 - 3;0293页)。Kedua Puskesmas disarankan untuk melakukan kampanye gerakan tanpa asap rokok,地区bebas rokok和konseling berhenti merokok untuk menurunkan prevalensi hipertensi。
{"title":"Rokok Dan Hipertensi","authors":"Faika Rachmawati, Tities Puspita, A. Suryatma","doi":"10.22435/HSR.V24I3.3561","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/HSR.V24I3.3561","url":null,"abstract":"Hypertension was one of the non-communicable diseases that may cause death in Indonesia. Through Healthy Indonesia Program with Family Approach (PIS-PK), the public health centers conduct home visits to collect family’s health status, such as risk factors and health outcomes involving smoking and hypertension. This study investigates the correlation of smoking and hypertension in two heath centers to the lowest and highest healthy family index (IKS) in Metro City, Lampung Province. The data analysis used multiple logistic regression. The results indicated Puskemas Mulyojati had 11.18% of people diagnosed with hypertension, while Puskesmas Iringmulyo had 5.14%. More smokers were higher in Mulyojati (27.30%) than those in Iringmulyo (23.38%). The proportion of smokers with hypertension in Mulyojati was 2.40% (OR 0.70; 95%CI 0.59-0.84; p 0.006) and in Iringmulyo was 1.09% (OR 0.87 95%CI 0.66-1.14; p 0.115). In Mulyojati, the odds of smokers contracting hypertension was 0.56 times lower than the non-smokers (95%CI 0.44-0.71; p <0,000); meanwhile, the smoking-hypertension relationship in Iringmulyo was not significant despite a bigger odds ratio (OR 0.83, 95%CI 0.59-1.17; p 0.293.) As a recommendation, both Puskesmas promote campaigns for a smoke-free movement, smoke-free areas and smoking cessation counseling to reduce the prevalence of hypertension. \u0000Abstrak \u0000Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular penyebab kematian di Indonesia. Melalui Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK), puskesmas melakukan kunjungan rumah dan mengumpulkan data profil kesehatan keluarga, meliputi faktor risiko dan kejadian penyakit termasuk kebiasaan merokok dan hipertensi. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok dengan hipertensi di dua puskesmas yang memiliki Indeks Keluarga Sehat (IKS) terendah dan tertinggi di Kota Metro, Provinsi Lampung. Data dianalisis dengan regresi logistik berganda. Sebanyak 11,18% orang di Puskesmas Mulyojati didiagnosis hipertensi, sedangkan Puskesmas Iringmulyo sebesar 5,14%. Perokok lebih banyak ditemukan di Puskemas Mulyojati (27,30%) daripada di Puskesmas Iringmulyo (23,38%). Proporsi orang yang merokok dan didiagnosis hipertensi di Puskesmas Mulyojati sebanyak 2,40% (OR 0,70; IK 95% 0,59-0,84; p 0,000) sedangkan di Puskesmas Iringmulyo 1,09% (OR 0,87; IK 95% 0,66-1,14; p 0,325). Odd rasio orang merokok untuk mengidap hipertensi 0,56 kali dibandingkan dengan orang yang tidak merokok dengan hasil signifikan (IK 95% 0,44-0,71; p <0,000) di Puskesmas Mulyojati. Di Puskesmas Iringmulyo, meskipun odd rasionya sebesar 0,83, namun hasilnya tidak signifikan (IK 95% 0,59-1,17; p 0,293). Kedua Puskesmas disarankan untuk melakukan kampanye gerakan tanpa asap rokok, area bebas rokok dan konseling berhenti merokok untuk menurunkan prevalensi hipertensi.","PeriodicalId":42108,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Sistem Kesehatan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2021-09-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43045855","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
This study aims to group provinces in Indonesia based on the prevalence of communicable and non-communicable diseases (CDs and NCDs) for disease control efforts. The results of grouping can find out the priority of communicable and non-communicable disease control areas based on seven variables related to infectious diseases and ten variables related to NCDs based on Basic Health Research 2018. A Multidimensional Scaling (MDS) technique was used as the analytical strategy. The MDS analysis resulted in four groups of provinces based on the prevalence of CDs and NCDs. Provincial groups with the highest prevalence of infectious diseases (group 2) were NTT, Central Kalimantan, Maluku, West Papua, and Papua. Provincial groups with the highest NCDs prevalence (group 3) were Bangka Belitung, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, East Kalimantan, North Kalimantan, and North Sulawesi. The two groups of provinces were the priority groups in controlling CDs and NCDs. The focus of communicable disease control is URI, hepatitis, malaria, and filariasis in the highest priority groups of provinces with the highest prevalence of infectious diseases. In groups of provinces with the highest NCDs prevalence, the NCD control should focus on asthma, cancer, diabetes, heart disease, hypertension, stroke, chronic renal failure, and joint disease. Further research is suggested adding risk factor analysis variables for CDs and NCDs using the MDS method to help provides a more comprehensive picture of regional groupings. Coordination between central and local governments is needed to accelerate efforts to control CDs and NCDs in priority area groups. Abstrak Tujuan penelitian ini adalah melakukan pengelompokan provinsi di Indonesia berdasarkan prevalensi penyakit menular (PM) dan penyakit tidak menular (PTM) dalam upaya pengendalian penyakit. Hasil pengelompokan dapat diketahui prioritas wilayah pengendalian PM dan PTM berdasarkan tujuh variabel terkait PM dan 10 variabel terkait PTM dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Jenis penelitian ini adalah cross-sectional menggunakan data sekunder Riskesdas 2018. Analisis pengelompokan provinsi menggunakan Multidimensional Scaling (MDS). Analisis MDS menghasilkan empat kelompok provinsi berdasarkan prevalensi PM dan PTM. Kelompok provinsi dengan prevalensi PM tertinggi (kelompok 2) adalah NTT, Kalimantan Tengah, Maluku, Papua Barat dan Papua. Kelompok propinsi dengan prevalensi PTM tertinggi (kelompok 3) adalah Bangka Belitung, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, dan Sulawesi Utara. Kedua kelompok provinsi ini merupakan kelompok provinsi prioritas dalam pengendalian PM dan PTM. Pada kelompok provinsi dengan PM tertinggi, fokus pengendalian PM adalah ISPA, hepatitis, malaria dan filariasis. Fokus pengendalian untuk PTM adalah asma, kanker, diabetes, penyakit jantung, hipertensi, stroke, gagal ginjal kronis, dan penyakit sendi. Penelitian selanjutnya disarankan menambahkan variabel analisis faktor risiko
{"title":"Pengelompokan Provinsi berdasarkan Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular untuk Upaya Pengendalian Penyakit dengan Pendekatan Multidimensional Scaling (MDS)","authors":"Herti Maryani, Lusi Kristiana, Astridya Paramita, Pramita Andarwati, Nailul Izza","doi":"10.22435/hsr.v24i3.4196","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/hsr.v24i3.4196","url":null,"abstract":"This study aims to group provinces in Indonesia based on the prevalence of communicable and non-communicable diseases (CDs and NCDs) for disease control efforts. The results of grouping can find out the priority of communicable and non-communicable disease control areas based on seven variables related to infectious diseases and ten variables related to NCDs based on Basic Health Research 2018. A Multidimensional Scaling (MDS) technique was used as the analytical strategy. The MDS analysis resulted in four groups of provinces based on the prevalence of CDs and NCDs. Provincial groups with the highest prevalence of infectious diseases (group 2) were NTT, Central Kalimantan, Maluku, West Papua, and Papua. Provincial groups with the highest NCDs prevalence (group 3) were Bangka Belitung, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, East Kalimantan, North Kalimantan, and North Sulawesi. The two groups of provinces were the priority groups in controlling CDs and NCDs. The focus of communicable disease control is URI, hepatitis, malaria, and filariasis in the highest priority groups of provinces with the highest prevalence of infectious diseases. In groups of provinces with the highest NCDs prevalence, the NCD control should focus on asthma, cancer, diabetes, heart disease, hypertension, stroke, chronic renal failure, and joint disease. Further research is suggested adding risk factor analysis variables for CDs and NCDs using the MDS method to help provides a more comprehensive picture of regional groupings. Coordination between central and local governments is needed to accelerate efforts to control CDs and NCDs in priority area groups. \u0000Abstrak \u0000Tujuan penelitian ini adalah melakukan pengelompokan provinsi di Indonesia berdasarkan prevalensi penyakit menular (PM) dan penyakit tidak menular (PTM) dalam upaya pengendalian penyakit. Hasil pengelompokan dapat diketahui prioritas wilayah pengendalian PM dan PTM berdasarkan tujuh variabel terkait PM dan 10 variabel terkait PTM dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Jenis penelitian ini adalah cross-sectional menggunakan data sekunder Riskesdas 2018. Analisis pengelompokan provinsi menggunakan Multidimensional Scaling (MDS). Analisis MDS menghasilkan empat kelompok provinsi berdasarkan prevalensi PM dan PTM. Kelompok provinsi dengan prevalensi PM tertinggi (kelompok 2) adalah NTT, Kalimantan Tengah, Maluku, Papua Barat dan Papua. Kelompok propinsi dengan prevalensi PTM tertinggi (kelompok 3) adalah Bangka Belitung, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, dan Sulawesi Utara. Kedua kelompok provinsi ini merupakan kelompok provinsi prioritas dalam pengendalian PM dan PTM. Pada kelompok provinsi dengan PM tertinggi, fokus pengendalian PM adalah ISPA, hepatitis, malaria dan filariasis. Fokus pengendalian untuk PTM adalah asma, kanker, diabetes, penyakit jantung, hipertensi, stroke, gagal ginjal kronis, dan penyakit sendi. Penelitian selanjutnya disarankan menambahkan variabel analisis faktor risiko","PeriodicalId":42108,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Sistem Kesehatan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2021-09-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44589101","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Delivery by traditional birth attendants (TBAs) has become a culture in several regions in Indonesia. The absence of health insurance ownership and lack of knowledge have supported the decision to choose TBA by the expectant mothers. This study aimed to determine the relationship between health insurance ownership with delivery by TBA. This research was a cross-sectional study with 120 samples of women aged 15-49 years who had ever given birth in the last five years and lived in Sangiangtanjung Village, Lebak, Banten. Multivariate logistic regression analysis was used in this study consist of health insurance ownership with delivery by TBAs controlled by age, education, socioeconomic, knowledge, antenatal care provider, frequency of antenatal care, and danger of pregnancy. The results showed that women who did not have health insurance were 3.20 times higher (95%CI= 1.10-9.30) for choosing delivery by TBAs compared to women who had health insurance after being controlled by knowledge. This study concluded that there was a significant relationship between health insurance ownership with delivery by TBAs. This study suggests that it is needed to conduct maternity care about health insurance ownership and positive health-seeking behavior, and the system of integrating TBAs with skilled birth attendants especially midwives in which TBAs as birth companions. Abstrak Persalinan oleh dukun bayi sudah menjadi budaya di beberapa daerah di Indonesia. Tidak adanya jaminan kesehatan dan pengetahuan menjadi pendorong dalam pemilihan dukun sebagai penolong persalinan. Penelitian bertujuan mengetahui hubungan antara kepemilikan asuransi kesehatan dengan persalinan oleh dukun bayi. Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain potong lintang dengan 120 sampel. Sampel merupakan wanita berusia 15-49 tahun yang melahirkan dalam lima tahun terakhir dan tinggal di Desa Sangiangtanjung, Lebak, Banten. Analisis multivariat regresi logistik digunakan dalam penelitian ini terdiri dari kepemilikan asuransi kesehatan dengan persalinan oleh dukun bayi dan dikontrol oleh usia ibu, pendidikan ibu, sosial ekonomi, pengetahuan, tenaga pemeriksa kehamilan, frekuensi pemeriksaan kehamilan, dan bahaya kehamilan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang tidak memiliki asuransi kesehatan 3,20 kali lebih tinggi (95% CI = 1,10-9,30) untuk melakukan persalinan oleh dukun bayi dibandingkan dengan ibu yang memiliki asuransi kesehatan setelah dikontrol oleh pengetahuan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdappat hubungan antara kepemilikan asuransi kesehatan dengan persalinan oleh dukun bayi. Diperlukan asuhan maternitas tentang kepemilikan asuransi dan perilaku pencarian kesehatan yang positif, serta pengintegrasian dukun bayi dengan tenaga kesehatan terutama bidan di mana dukun bayi perlu ditetapkan kembali perannya sebagai pendamping kelahiran.
{"title":"Kepemilikan Asuransi Kesehatan Dan Hubungannya Dengan Persalinan Pada Dukun Bayi","authors":"T. Y. Pristya, Fajaria Nurcandra, A. Fitri","doi":"10.22435/HSR.V24I3.4458","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/HSR.V24I3.4458","url":null,"abstract":"Delivery by traditional birth attendants (TBAs) has become a culture in several regions in Indonesia. The absence of health insurance ownership and lack of knowledge have supported the decision to choose TBA by the expectant mothers. This study aimed to determine the relationship between health insurance ownership with delivery by TBA. This research was a cross-sectional study with 120 samples of women aged 15-49 years who had ever given birth in the last five years and lived in Sangiangtanjung Village, Lebak, Banten. Multivariate logistic regression analysis was used in this study consist of health insurance ownership with delivery by TBAs controlled by age, education, socioeconomic, knowledge, antenatal care provider, frequency of antenatal care, and danger of pregnancy. The results showed that women who did not have health insurance were 3.20 times higher (95%CI= 1.10-9.30) for choosing delivery by TBAs compared to women who had health insurance after being controlled by knowledge. This study concluded that there was a significant relationship between health insurance ownership with delivery by TBAs. This study suggests that it is needed to conduct maternity care about health insurance ownership and positive health-seeking behavior, and the system of integrating TBAs with skilled birth attendants especially midwives in which TBAs as birth companions. \u0000Abstrak \u0000Persalinan oleh dukun bayi sudah menjadi budaya di beberapa daerah di Indonesia. Tidak adanya jaminan kesehatan dan pengetahuan menjadi pendorong dalam pemilihan dukun sebagai penolong persalinan. Penelitian bertujuan mengetahui hubungan antara kepemilikan asuransi kesehatan dengan persalinan oleh dukun bayi. Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain potong lintang dengan 120 sampel. Sampel merupakan wanita berusia 15-49 tahun yang melahirkan dalam lima tahun terakhir dan tinggal di Desa Sangiangtanjung, Lebak, Banten. Analisis multivariat regresi logistik digunakan dalam penelitian ini terdiri dari kepemilikan asuransi kesehatan dengan persalinan oleh dukun bayi dan dikontrol oleh usia ibu, pendidikan ibu, sosial ekonomi, pengetahuan, tenaga pemeriksa kehamilan, frekuensi pemeriksaan kehamilan, dan bahaya kehamilan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang tidak memiliki asuransi kesehatan 3,20 kali lebih tinggi (95% CI = 1,10-9,30) untuk melakukan persalinan oleh dukun bayi dibandingkan dengan ibu yang memiliki asuransi kesehatan setelah dikontrol oleh pengetahuan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdappat hubungan antara kepemilikan asuransi kesehatan dengan persalinan oleh dukun bayi. Diperlukan asuhan maternitas tentang kepemilikan asuransi dan perilaku pencarian kesehatan yang positif, serta pengintegrasian dukun bayi dengan tenaga kesehatan terutama bidan di mana dukun bayi perlu ditetapkan kembali perannya sebagai pendamping kelahiran.","PeriodicalId":42108,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Sistem Kesehatan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2021-09-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46830266","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ibu Nyai (female scholars from pesantren) have high social capital in a paternalistic society, but their existence has yet to be studied. This paper aims to describe the potences of Ibu Nyai, concern for healthy lifestyles, and the network of Ibu Nyai pesantren which can be used for education related to the public health. The research method used a qualitative hermeneutic-ethnographic approach. This research indicate that first, Ibu Nyai has a great potential and plays an important role to the decision-making of female students. Second, Ibu Nyai cares about a healthy and hygiene lifestyle with a strong religious rationalization. Ibu Nyai plays as a role model for female students in developing health care. Third, Ibu Nyai has a very close social network to both physical and inner relationships among her fellows. Thus, the district health office have to strengthen cooperation with the pesantren to provide a better public health education. Abstrak Ibu nyai memiliki modal sosial (social capital) yang tinggi pada masyarakat paternalistik namun keberadaan mereka masih banyak yang belum diungkap. Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan potensi, kepedulian terhadap pola hidup sehat, dan jejaring ibu nyai pesantren yang dapat dimanfaatkan untuk edukasi terkait kesehatan masyarakat. Metode penelitian dengan pendekatan kualitatif hermeneutik-etnografi. Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa pertama, ibu nyai mempunyai potensi yang besar dan berperan penting dalam pengambil keputusan para santriwati. Kedua, ibu nyai memiliki kepedulian terhadap pola hidup sehat dan bersih dengan rasionalisasi keagamaan yang kuat. Ibu nyai berperan sebagai teladan bagi santriwati dalam menumbuhkembangkan kepedulian kesehatan. Ketiga, ibu nyai mempunyai jejaring sosial (social of network) yang sangat erat, meliputi hubungan lahiriyah dan batiniyah dengan para pengikutnya. Dinas kesehatan diharapkan menjalin kerjasama yang lebih baik dengan kalangan pesantren untuk memberikan edukasi kesehatan masyarakat.
伊布奈伊(来自pesantren的女学者)在家长制社会中拥有较高的社会资本,但她们的存在性尚未得到研究。本文旨在描述伊布奈艾的力量、对健康生活方式的关注以及可用于与公共卫生有关的教育的伊布奈艾代表网络。研究方法采用定性解释学-民族志方法。本研究表明,第一,伊布尼亚伊具有很大的潜力,对女学生的决策具有重要作用。其次,伊布奈伊注重健康卫生的生活方式,具有强烈的宗教合理性。Ibu Nyai在发展卫生保健方面为女学生树立了榜样。第三,伊布尼亚伊有一个非常紧密的社会网络,包括她的同伴之间的身体和内心关系。因此,区卫生局必须加强与居民的合作,提供更好的公共卫生教育。[摘要]社会资本(社会资本)、社会资本、社会资本、社会资本、社会资本。土里土外,土里土外,土里土外,土里土外,土里土外,土里土外,土里土外,土里土外,土里土外,土里土外,土里土外,土里土外,土里土外,土里土外,土里土外,土里土外。方法penelitian dengan pendekatan定性解释学-人种学。哈西尔达里的研究是在menunjukkan bahwa pertama,但nyai mempunyai潜力是yang besar danberperan penam pengambil keputusan para santriwati。但是,我想说的是,我想我的朋友们都很喜欢我的朋友们,他们都很喜欢我的朋友们。我爱你,爱你,爱你,爱你,爱你,爱你。Ketiga, ibu nyai mempunyai jejjaing social(网络社交)yang sangat erat, meliputi hubungan lahiriyah dan batiniyah dengan para pengikutnya。迪纳斯·迪哈坦·迪哈坦·梅贾林·克尔贾萨马·杨·莱比拜克·登甘·卡兰坎议员,迪哈坦·迪哈坦·马哈拉卡特。
{"title":"Jejaring Ibu Nyai Pesantren Untuk Penguatan Kampanye Kesehatan Masyarakat","authors":"S. Arifin","doi":"10.22435/HSR.V24I2.3850","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/HSR.V24I2.3850","url":null,"abstract":"Ibu Nyai (female scholars from pesantren) have high social capital in a paternalistic society, but their existence has yet to be studied. This paper aims to describe the potences of Ibu Nyai, concern for healthy lifestyles, and the network of Ibu Nyai pesantren which can be used for education related to the public health. The research method used a qualitative hermeneutic-ethnographic approach. This research indicate that first, Ibu Nyai has a great potential and plays an important role to the decision-making of female students. Second, Ibu Nyai cares about a healthy and hygiene lifestyle with a strong religious rationalization. Ibu Nyai plays as a role model for female students in developing health care. Third, Ibu Nyai has a very close social network to both physical and inner relationships among her fellows. Thus, the district health office have to strengthen cooperation with the pesantren to provide a better public health education. \u0000Abstrak \u0000Ibu nyai memiliki modal sosial (social capital) yang tinggi pada masyarakat paternalistik namun keberadaan mereka masih banyak yang belum diungkap. Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan potensi, kepedulian terhadap pola hidup sehat, dan jejaring ibu nyai pesantren yang dapat dimanfaatkan untuk edukasi terkait kesehatan masyarakat. Metode penelitian dengan pendekatan kualitatif hermeneutik-etnografi. Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa pertama, ibu nyai mempunyai potensi yang besar dan berperan penting dalam pengambil keputusan para santriwati. Kedua, ibu nyai memiliki kepedulian terhadap pola hidup sehat dan bersih dengan rasionalisasi keagamaan yang kuat. Ibu nyai berperan sebagai teladan bagi santriwati dalam menumbuhkembangkan kepedulian kesehatan. Ketiga, ibu nyai mempunyai jejaring sosial (social of network) yang sangat erat, meliputi hubungan lahiriyah dan batiniyah dengan para pengikutnya. Dinas kesehatan diharapkan menjalin kerjasama yang lebih baik dengan kalangan pesantren untuk memberikan edukasi kesehatan masyarakat.","PeriodicalId":42108,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Sistem Kesehatan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2021-06-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44264910","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The enactment of Law Number 4 of 2019 concerning Midwifery (Midwifery Law) provides its euphoria for the midwifery profession in Indonesia. The purpose of establishing the Midwifery Law is to improve the quality of midwives and midwifery services, provide protection and legal certainty to midwives and clients, and improve the health status of the community. Do the provisions in the Midwifery Law support the realization of these goals? This research tries to see whether the principle of clear objectives (beginsel van duidelijke doelstelling) as a material principle in the formation of the Midwifery Law has been manifested in the formulation of norms in the Midwifery Law, or other words whether the formulation of norms in the Midwifery Law supports the realization of the objectives of the formation of the Midwifery Law. This research specifically looks at the aspects of midwifery education as a starting point and a central point in improving the quality of midwives and midwifery services in Indonesia. This research is a qualitative study using the method of reviewing regulations and literature related to the regulation of midwifery education in Indonesia. As for normative legal research, it used a statutory approach. The results of the study indicate that the norms in the Midwifery Law, particularly related to midwifery education, are counterproductive with the aim of the formation of the Midwifery Law to improve the quality of midwives and midwifery services in Indonesia. Abstrak Berlakunya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan (UU Kebidanan) memberikan euforia tersendiri bagi profesi bidan di Indonesia. Tujuan dibentuknya UU Kebidanan adalah untuk meningkatkan mutu bidan dan pelayanan kebidanan, memberikan pelindungan, dan kepastian hukum kepada bidan dan klien, serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Apakah pengaturan dalam UU Kebidanan mendukung terwujudnya tujuan tersebut? Penelitian ini mencoba untuk melihat apakah asas tujuan yang jelas (beginsel van duidelijke doelstelling) sebagai asas materiil dalam pembentukan UU Kebidanan telah diwujudkan dalam perumusan norma-norma dalam UU Kebidanan, atau dengan kata lain apakah perumusan norma dalam UU Kebidanan mendukung terwujudnya tujuan dibentuknya UU Kebidanan. Penelitian ini spesifik melihat aspek pendidikan kebidanan sebagai titik awal dan titik sentral dalam peningkatan mutu bidan dan pelayanan kebidanan di Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode review peraturan serta literatur terkait pengaturan pendidikan kebidanan di Indonesia. Adapun sebagai penelitian hukum normatif, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan peraturan perundang-undangan (statutory approach). Hasil dari penelitian mengindikasikan bahwa norma dalam UU Kebidanan, khususnya terkait pendidikan kebidanan, kontraproduktif dengan tujuan dibentuknya UU Kebidanan untuk meningkatkan mutu bidan dan pelayanan kebidanan di Indonesia.
2019年第4号《助产法》的颁布为印度尼西亚的助产行业带来了欢乐。制定《助产法》的目的是提高助产士和助产服务的质量,为助产士和客户提供保护和法律确定性,并改善社区的健康状况。《助产法》的规定是否支持实现这些目标?本研究试图观察明确目标原则(beginsel van duidelijke doelstelling)作为《助产法》形成过程中的一项物质原则是否在《助产法中规范的制定中得到了体现,或者说,《助产法规范的制定是否支持实现《助产法”形成的目标。这项研究特别关注助产教育的各个方面,将其作为提高印度尼西亚助产士和助产服务质量的起点和中心点。本研究采用回顾印尼助产教育法规和文献的方法进行定性研究。关于规范性法律研究,它采用了法定方法。研究结果表明,《助产法》中的规范,特别是与助产教育有关的规范,对制定旨在提高印度尼西亚助产士和助产服务质量的《助产士法》产生了反作用。2019年关于多样性的第4号《抽象法案》(UU Diversity)为印度尼西亚的实地职业提供了个人的愉悦。牺牲UU的目的是增加农场和服务的相互性,为农场和客户提供保护和法律确定性,并提高公共卫生水平。多样性UU中的法规是否支持实现该目标?本研究试图了解作为UU多样性创建的物质基础的基本目标(van duidelijke doelstelling原则)是否是在UU多样的规范演变中创建的,或者换句话说,UU多样中规范的演变是否支持UU多样创建的目标的存在。这项研究特别将母乳喂养的教育方面视为印度尼西亚农业和母乳喂养服务相辅相成的起点和中心。本研究采用回顾印尼护士教育相关规则和文献的方法进行定性研究。就规范法研究而言,所采用的方法是一种法定方法。研究结果表明,粮食和农业联盟的规范,特别是与粮食教育有关的规范,对发展粮食和农业工会以提高印度尼西亚粮食互助性的目的产生了反作用。
{"title":"Quo Vadis Diversifikasi Pendidikan Kebidanan Di Indonesia","authors":"Umi Sa'adatun Nikmah, Dian Agung Wicaksono","doi":"10.22435/hsr.v24i2.3876","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/hsr.v24i2.3876","url":null,"abstract":"The enactment of Law Number 4 of 2019 concerning Midwifery (Midwifery Law) provides its euphoria for the midwifery profession in Indonesia. The purpose of establishing the Midwifery Law is to improve the quality of midwives and midwifery services, provide protection and legal certainty to midwives and clients, and improve the health status of the community. Do the provisions in the Midwifery Law support the realization of these goals? This research tries to see whether the principle of clear objectives (beginsel van duidelijke doelstelling) as a material principle in the formation of the Midwifery Law has been manifested in the formulation of norms in the Midwifery Law, or other words whether the formulation of norms in the Midwifery Law supports the realization of the objectives of the formation of the Midwifery Law. This research specifically looks at the aspects of midwifery education as a starting point and a central point in improving the quality of midwives and midwifery services in Indonesia. This research is a qualitative study using the method of reviewing regulations and literature related to the regulation of midwifery education in Indonesia. As for normative legal research, it used a statutory approach. The results of the study indicate that the norms in the Midwifery Law, particularly related to midwifery education, are counterproductive with the aim of the formation of the Midwifery Law to improve the quality of midwives and midwifery services in Indonesia. \u0000Abstrak \u0000Berlakunya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan (UU Kebidanan) memberikan euforia tersendiri bagi profesi bidan di Indonesia. Tujuan dibentuknya UU Kebidanan adalah untuk meningkatkan mutu bidan dan pelayanan kebidanan, memberikan pelindungan, dan kepastian hukum kepada bidan dan klien, serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Apakah pengaturan dalam UU Kebidanan mendukung terwujudnya tujuan tersebut? Penelitian ini mencoba untuk melihat apakah asas tujuan yang jelas (beginsel van duidelijke doelstelling) sebagai asas materiil dalam pembentukan UU Kebidanan telah diwujudkan dalam perumusan norma-norma dalam UU Kebidanan, atau dengan kata lain apakah perumusan norma dalam UU Kebidanan mendukung terwujudnya tujuan dibentuknya UU Kebidanan. Penelitian ini spesifik melihat aspek pendidikan kebidanan sebagai titik awal dan titik sentral dalam peningkatan mutu bidan dan pelayanan kebidanan di Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode review peraturan serta literatur terkait pengaturan pendidikan kebidanan di Indonesia. Adapun sebagai penelitian hukum normatif, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan peraturan perundang-undangan (statutory approach). Hasil dari penelitian mengindikasikan bahwa norma dalam UU Kebidanan, khususnya terkait pendidikan kebidanan, kontraproduktif dengan tujuan dibentuknya UU Kebidanan untuk meningkatkan mutu bidan dan pelayanan kebidanan di Indonesia.","PeriodicalId":42108,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Sistem Kesehatan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2021-06-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43295542","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Delfirman Delfirman, Rudy G. Erwinsyah, B. As'adhanayadi
Since the first case of COVID-19 was found in Indonesia, the government has started to appeal to the public to always keep their distances (social/physical distancing). For the public, this appeal was new and its implementation requires adaptation. This is what encourages us to find out more about people attitudes in implementing this social/ physical distancing appeal. This research was conducted one month after the first case was found and before the Indonesia large-scale social restrictions/PSBB was implemented. This research used a descriptive quantitative approach with data collection techniques through online surveys distributed through social media. The results showed that in general the attitude of the community in implementing social/physical distancing has a high enough value. There are three aspects of attitude that are assessed, namely cognition, affection, and conation. The majority of respondents realized that social/ physical distancing needed to be done to prevent the spread of COVID-19 and had also applied various appeals regarding this matter. Even though the affection component related to the application of appeals to worship at home has a low value compared to other appeals related to social/ physical distancing which have an average value of above 90 percent. The mass media has provided information to the general public, but there are several aspects that require a more persuasive and personal approach. Therefore, increasing public awareness of social/physical distancing calls through community leaders is important. Abstrak Sejak ditemukan kasus pertama COVID-19 di Indonesia, pemerintah mulai mengimbau agar masyarakat senantiasa menjaga jarak (social/physical distancing). Bagi masyarakat imbauan ini merupakan hal yang baru dan penerapannya memerlukan adaptasi. Hal inilah yang mendorong penulis untuk mengetahui lebih jauh terkait sikap masyarakat dalam penerapan imbauan social/physical distancing. Penelitian ini dilakukan satu bulan sejak kasus pertama ditemukan dan sebelum Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diberlakukan, menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui survey daring yang disebarkan melalui media sosial. Hasil penelitian menunjukkan secara umum sikap masyarakat dalam penerapan social/physical distancing memiliki nilai yang cukup tinggi, melalui penilaian aspek sikap yaitu kognisi, afeksi, dan konasi. Mayoritas responden menyadari bahwa social/physical distancing perlu dilakukan untuk mencegah penyebaran COVID-19 dan telah menerapkan berbagai imbauan terkait hal tersebut. Meskipun pada komponen afeksi terkait penerapan imbauan untuk beribadah di rumah memiliki nilai yang rendah dibandingkan dengan imbauan lain terkait social/physical distancing yang memiliki nilai rata-rata di atas 90 persen. Media massa telah memberikan informasi kepada masyarakat umum, namun ada beberapa aspek yang membutuhkan pendekatan lebih persuasif dan personal. Sehingga, peningkatan kesadaran
自印度尼西亚发现首例新冠肺炎病例以来,政府开始呼吁公众始终保持距离(社交/身体距离)。对公众来说,这种呼吁是新的,它的实施需要适应。这鼓励我们更多地了解人们对实施这一社交/身体距离呼吁的态度。本研究是在发现首例病例一个月后、印度尼西亚实施大规模社会限制/公共卫生措施之前进行的。本研究采用描述性定量方法和通过社交媒体分发的在线调查数据收集技术。结果表明,总体而言,社区对实施社交/身体距离的态度具有足够高的价值。评估的态度有三个方面,即认知、情感和意识。大多数受访者意识到,为了防止COVID-19的传播,需要保持社交/身体距离,并就这一问题提出了各种呼吁。尽管与在家敬拜呼吁相关的情感成分的价值较低,但与其他与社会/身体距离相关的呼吁相比,这些呼吁的平均价值高于90%。大众传播媒介向一般公众提供了信息,但有几个方面需要更有说服力和个性化的方法。因此,通过社区领导人提高公众对社会/身体距离的认识非常重要。【摘要】在印度尼西亚,保持社交/身体距离(Sejak ditemukan kasus pertavirus)。Bagi masyarakat imbauan ini merupakan hal yang baru dan penerapannya memerlukan adaptasi。在日本,保持社会/身体距离是很重要的。Penelitian ini dilakukan satu bulan sejak kasus pertama ditemukan dan sebelum Pembatasan social Berskala Besar (PSBB) diberlakukan, mongunakan pendekatan数量统计数据,统计数据,统计数据,统计数据,统计数据,统计数据Hasil penelitian menunjukkan secara umum sikap masyarakat dalam penerapan社交/身体距离memiliki nilai yang cuup tinggi, melalui penilian askkapi yitu kognisi, afeksi, dan konasi。市长们回应说,保持社交/身体距离是很重要的,因为新冠肺炎是很重要的,因为新冠肺炎是很重要的。Meskipun pada komponen afeksi terkait penerapan imbauan untuk beribadah di rumah memiliki nilai yang rendah dibandingkan dengan imbauan lain terkait社交/身体距离yang memiliki nilai rata-rata di数据为90人。媒体massa telah成员kenpaada masyarakat umum, namun ada beberapa与yang menbutuhkan pendekatan lebih进行了个人说服。保持社交/身体距离。
{"title":"Sikap Masyarakat terhadap Penerapan Imbauan Social/Physical Distancing saat Pandemi COVID-19","authors":"Delfirman Delfirman, Rudy G. Erwinsyah, B. As'adhanayadi","doi":"10.22435/HSR.V24I2.3797","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/HSR.V24I2.3797","url":null,"abstract":"Since the first case of COVID-19 was found in Indonesia, the government has started to appeal to the public to always keep their distances (social/physical distancing). For the public, this appeal was new and its implementation requires adaptation. This is what encourages us to find out more about people attitudes in implementing this social/ physical distancing appeal. This research was conducted one month after the first case was found and before the Indonesia large-scale social restrictions/PSBB was implemented. This research used a descriptive quantitative approach with data collection techniques through online surveys distributed through social media. The results showed that in general the attitude of the community in implementing social/physical distancing has a high enough value. There are three aspects of attitude that are assessed, namely cognition, affection, and conation. The majority of respondents realized that social/ physical distancing needed to be done to prevent the spread of COVID-19 and had also applied various appeals regarding this matter. Even though the affection component related to the application of appeals to worship at home has a low value compared to other appeals related to social/ physical distancing which have an average value of above 90 percent. The mass media has provided information to the general public, but there are several aspects that require a more persuasive and personal approach. Therefore, increasing public awareness of social/physical distancing calls through community leaders is important. \u0000Abstrak \u0000Sejak ditemukan kasus pertama COVID-19 di Indonesia, pemerintah mulai mengimbau agar masyarakat senantiasa menjaga jarak (social/physical distancing). Bagi masyarakat imbauan ini merupakan hal yang baru dan penerapannya memerlukan adaptasi. Hal inilah yang mendorong penulis untuk mengetahui lebih jauh terkait sikap masyarakat dalam penerapan imbauan social/physical distancing. Penelitian ini dilakukan satu bulan sejak kasus pertama ditemukan dan sebelum Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diberlakukan, menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui survey daring yang disebarkan melalui media sosial. Hasil penelitian menunjukkan secara umum sikap masyarakat dalam penerapan social/physical distancing memiliki nilai yang cukup tinggi, melalui penilaian aspek sikap yaitu kognisi, afeksi, dan konasi. Mayoritas responden menyadari bahwa social/physical distancing perlu dilakukan untuk mencegah penyebaran COVID-19 dan telah menerapkan berbagai imbauan terkait hal tersebut. Meskipun pada komponen afeksi terkait penerapan imbauan untuk beribadah di rumah memiliki nilai yang rendah dibandingkan dengan imbauan lain terkait social/physical distancing yang memiliki nilai rata-rata di atas 90 persen. Media massa telah memberikan informasi kepada masyarakat umum, namun ada beberapa aspek yang membutuhkan pendekatan lebih persuasif dan personal. Sehingga, peningkatan kesadaran ","PeriodicalId":42108,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Sistem Kesehatan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2021-06-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48402973","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Wardah Hanifah, A. Oktaviani, Fidah Syadidurrahmah, Nurul Fadhillah Kundari, Rizky Muharany Putri, Tri Aulia Fitriani, Hoirun Nisa
Adapting New Habits (ANH) is a new way of life to maintain productivity during the COVID-19 pandemic by implementing COVID-19 prevention behaviors. The ANH implemented in stages according to specific regional conditions. This study aims to determine the factors influencing the people of DKI Jakarta in implementing ANH readiness behavior. This cross-sectional study was conducted from September-October 2020 in Jakarta by a voluntary sampling technique. The questionnaire was distributed by online form via social media and achieved total 424 respondents. The proportion for respondents with good ANH readiness behavior was 57.10%. The multivariate analysis showed gender (OR = 2.29; 95% CI = 1.38-3.80), attitudes towards ANH (OR = 4.41; 95% CI = 2.78-6.98), infrastructure for IMR (OR = 1.97; 95% CI = 1.27-3.10), the frequency of seeking ANH information (OR = 1.94; 95% CI = 1.24-3.03) was significantly related to ANH behavior (P <0.05). Gender, attitudes towards ANH, infrastructure for ANH, and frequency of seeking ANH information had contribution in encouraging ANH readiness behavior among people in Jakarta. The Provincial Government and Health Office of Jakarta need to strengthen optimum health promotion and to design strategies to influence people's attitudes towards ANH. Abstrak Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) merupakan tindakan menerapkan tatanan hidup baru guna menjaga produktivitas selama masa pandemi COVID-19 dengan menerapkan perilaku pencegahan penularan COVID-19. Pemberlakuan AKB dilakukan bertahap sesuai kondisi wilayah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku AKB masyarakat DKI Jakarta dan faktor yang mempengaruhinya. Penelitian potong lintang ini dilakukan pada bulan September—Oktober 2020 di DKI Jakarta dengan teknik voluntary sampling. Kuesioner disebarkan secara online melalui media sosial dan sebanyak 424 responden berpartisipasi. Proporsi responden dengan perilaku AKB yang baik adalah 57,10%. Hasil analisis multivariat menunjukkan gender (OR= 2,29; CI 95%= 1,38—3,80), sikap terhadap AKB (OR= 4,41; CI 95%= 2,78—6,98), sarana prasarana untuk AKB (OR= 1,97; CI 95%= 1,27—3,10), frekuensi pencarian informasi AKB (OR= 1,94; CI 95%= 1,24—3,03) berhubungan signifikan dengan perilaku AKB (P<0,05). Gender, sikap terhadap AKB, sarana prasarana untuk AKB, dan frekuensi mencari informasi AKB berperan untuk mendorong perilaku AKB pada masyarakat DKI Jakarta. Pemerintah Provinsi dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta disarankan untuk memperkuat promosi kesehatan secara masif dan merancang strategi guna mempengaruhi sikap masyarakat terhadap AKB.
{"title":"Adaptasi Kebiasaan Baru pada Masa Pandemi Covid-19: Studi Cross-Sectional di Provinsi DKI Jakarta","authors":"Wardah Hanifah, A. Oktaviani, Fidah Syadidurrahmah, Nurul Fadhillah Kundari, Rizky Muharany Putri, Tri Aulia Fitriani, Hoirun Nisa","doi":"10.22435/HSR.V24I2.4162","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/HSR.V24I2.4162","url":null,"abstract":"Adapting New Habits (ANH) is a new way of life to maintain productivity during the COVID-19 pandemic by implementing COVID-19 prevention behaviors. The ANH implemented in stages according to specific regional conditions. This study aims to determine the factors influencing the people of DKI Jakarta in implementing ANH readiness behavior. This cross-sectional study was conducted from September-October 2020 in Jakarta by a voluntary sampling technique. The questionnaire was distributed by online form via social media and achieved total 424 respondents. The proportion for respondents with good ANH readiness behavior was 57.10%. The multivariate analysis showed gender (OR = 2.29; 95% CI = 1.38-3.80), attitudes towards ANH (OR = 4.41; 95% CI = 2.78-6.98), infrastructure for IMR (OR = 1.97; 95% CI = 1.27-3.10), the frequency of seeking ANH information (OR = 1.94; 95% CI = 1.24-3.03) was significantly related to ANH behavior (P <0.05). Gender, attitudes towards ANH, infrastructure for ANH, and frequency of seeking ANH information had contribution in encouraging ANH readiness behavior among people in Jakarta. The Provincial Government and Health Office of Jakarta need to strengthen optimum health promotion and to design strategies to influence people's attitudes towards ANH. \u0000Abstrak \u0000 Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) merupakan tindakan menerapkan tatanan hidup baru guna menjaga produktivitas selama masa pandemi COVID-19 dengan menerapkan perilaku pencegahan penularan COVID-19. Pemberlakuan AKB dilakukan bertahap sesuai kondisi wilayah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku AKB masyarakat DKI Jakarta dan faktor yang mempengaruhinya. Penelitian potong lintang ini dilakukan pada bulan September—Oktober 2020 di DKI Jakarta dengan teknik voluntary sampling. Kuesioner disebarkan secara online melalui media sosial dan sebanyak 424 responden berpartisipasi. Proporsi responden dengan perilaku AKB yang baik adalah 57,10%. Hasil analisis multivariat menunjukkan gender (OR= 2,29; CI 95%= 1,38—3,80), sikap terhadap AKB (OR= 4,41; CI 95%= 2,78—6,98), sarana prasarana untuk AKB (OR= 1,97; CI 95%= 1,27—3,10), frekuensi pencarian informasi AKB (OR= 1,94; CI 95%= 1,24—3,03) berhubungan signifikan dengan perilaku AKB (P<0,05). Gender, sikap terhadap AKB, sarana prasarana untuk AKB, dan frekuensi mencari informasi AKB berperan untuk mendorong perilaku AKB pada masyarakat DKI Jakarta. Pemerintah Provinsi dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta disarankan untuk memperkuat promosi kesehatan secara masif dan merancang strategi guna mempengaruhi sikap masyarakat terhadap AKB.","PeriodicalId":42108,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Sistem Kesehatan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2021-06-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45245909","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
One of the government's efforts to control population growth is the family planning (KB) program through the use of contraception. Contraceptive use is influenced by several factors. This study aims to analyze the determinants of contraceptive use among women in urban Indonesia. This research is an observational study with a cross sectional design. The data were obtained from the Non-Communicable Diseases Research in 2016. The data analyzed including age, education, occupation, number of children, and index of possession as well as the use of contraception among women who had had sexual intercourse. Data were analyzed by using the chi-square test and multiple logistic regression. The results showed that work had no effect on contraceptive use. Meanwhile, the use of contraception among women aged 25–34 years was 2.823 times greater than those aged 55–64 years and this possibility decreased with age. At low education level, the likelihood was 1.441 higher than that of tertiary education. Those with 2–3 children were 8.120 times more likely than those who had none. Women with the lowest index of ownership were 1.196 times more likely than women with the highest index of ownership. Contraceptive use is influenced by age, education level, number of children, and ownership index. It is recommended to pay attention to the determinants that affect the use of contraceptives in every outreach/socialization of family planning programs so that the activities are right on target and can ultimately increase the use of contraception. Abstrak Upaya pemerintah untuk mengontrol pertumbuhan penduduk adalah dengan program keluarga berencana (KB) melalui penggunaan kontrasepsi. Penggunaan kontrasepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Penelitian ini bertujuan menganalisis determinan penggunaan kontrasepsi pada perempuan di perkotaan Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain potong lintang. Data didapat dari data hasil Riset Penyakit Tidak Menular tahun 2016. Data yang dianalisis meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, dan indeks kepemilikan serta penggunaan kontrasepsi pada perempuan yang pernah melakukan hubungan seksual. Data dianalisis dengan uji chi-square serta uji regresi logistik ganda. Hasil menunjukkan pekerjaan tidak berpengaruh terhadap penggunaan kontrasepsi. Sementara itu, penggunaan kontrasepsi pada perempuan umur 25–34 tahun 2,823 kali lebih besar dibandingkan umur 55–64 tahun dan kemungkinan ini menurun seiring bertambahnya umur (95%CI: 2,611–3,053). Pada tingkat pendidikan rendah, kemungkinannya 1,441 lebih besar dibandingkan pendidikan tinggi (95%CI: 1,339–1,550). Mereka yang memiliki anak 2–3 kemungkinannya 8,120 kali lebih besar dibandingkan dengan yang belum memiliki anak (95%CI: 7,461–8,838). Perempuan dengan indeks kepemilikan terbawah kemungkinannya 1,196 kali lebih besar dibandingkan dengan perempuan dengan indeks kepemilikan teratas (95%CI: 1,112–1,287). Penggunaan kontrasepsi dipengaruhi oleh umu
政府控制人口增长的努力之一是通过使用避孕措施实施计划生育(KB)计划。避孕药具的使用受到几个因素的影响。本研究旨在分析印度尼西亚城市妇女使用避孕药具的决定因素。本研究为横断面设计的观察性研究。数据来自2016年的非传染性疾病研究。分析的数据包括性交妇女的年龄、受教育程度、职业、子女数量、拥有指数以及避孕措施的使用情况。数据分析采用卡方检验和多元逻辑回归。结果表明,工作对避孕措施的使用没有影响。同时,25-34岁女性的避孕药具使用率是55-64岁女性的2.823倍,且这种可能性随着年龄的增长而降低。低学历的可能性比高等教育的可能性高1.441。那些有2-3个孩子的人是没有孩子的人的8.120倍。拥有所有权指数最低的女性的可能性是拥有所有权指数最高的女性的1.196倍。避孕药具的使用受年龄、教育程度、子女数量和拥有权指数的影响。建议在计划生育方案的每一次推广/社会化中注意影响避孕药具使用的决定因素,以便这些活动符合目标,并最终增加避孕药具的使用。摘要/ abstract摘要:Upaya permerintah untuk mengcontrol pertumbuhan penduduk adalengan program keluarga berencana (KB) melalui penggunaan kontrasepsi。彭家南kontrasepsi dipengaruhi是一个非常重要的因素。在印度尼西亚,对植物的生长发育、生长发育和生长发育的影响进行了分析。Penelitian ini merupakan Penelitian观测登甘,波通临塘。数据来源:Riset Penyakit Tidak Menular, 2016。数据阳分析meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, dan indeks kepemilikan serta penggunaan kontrasepsi pada perempuan yang pernah melakukan hubungan seksual。数据分析方法为卡方分析、回归分析、logistic回归分析。Hasil menunjukkan pekerjaan tidak berpengaruh terhadap penggunaan kontrasepsi。Sementara itu, penggunaan kontrasepsi pada perempuan umur 25-34 tahun 2823 kali lebih besar dibandingkan umur 55-64 tahun dan kemungkinan ini menurun seiring bertambahnya umur (95%CI: 2,611-3,053)。Pada tingkat pendidikan rendah, kemungkinannya 1441 lebih besar dibandingkan pendididikan tinggi (95%CI: 1339 - 1550)。Mereka yang memiliki anak 2-3 kemungkinannya 8,120 kali lebih besar dibandingkan dengan yang belum memiliki anak (95%CI: 7,461-8,838)Perempuan dengan indeks kepemilikan terbawah kemungkinannya 1196 kali lebih besar dibandingkan dengan Perempuan dengan indeks kepemilikan teratas (95%CI: 1,112-1,287)。Penggunaan kontrasepsi dipengaruhi oleh umur, tingkat pendidikan, jumlah anak, dan indeks kepemilikan。Disarankan untuk member perhatikan determinan yang berpengaruh terhadap pengguunaan kontrasepsi dalam setiap melakukan penyuluhan/ social - isasi program KB agar kegiatan tepat sasaran dan paada muaranya dapat meningkatkan penggunaan kontrasepsi。
{"title":"Determinan Penggunaan Kontrasepsi pada Perempuan di Perkotaan Indonesia","authors":"Tumaji Tumaji, O. Oktarina","doi":"10.22435/hsr.v24i2.4028","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/hsr.v24i2.4028","url":null,"abstract":"One of the government's efforts to control population growth is the family planning (KB) program through the use of contraception. Contraceptive use is influenced by several factors. This study aims to analyze the determinants of contraceptive use among women in urban Indonesia. This research is an observational study with a cross sectional design. The data were obtained from the Non-Communicable Diseases Research in 2016. The data analyzed including age, education, occupation, number of children, and index of possession as well as the use of contraception among women who had had sexual intercourse. Data were analyzed by using the chi-square test and multiple logistic regression. The results showed that work had no effect on contraceptive use. Meanwhile, the use of contraception among women aged 25–34 years was 2.823 times greater than those aged 55–64 years and this possibility decreased with age. At low education level, the likelihood was 1.441 higher than that of tertiary education. Those with 2–3 children were 8.120 times more likely than those who had none. Women with the lowest index of ownership were 1.196 times more likely than women with the highest index of ownership. Contraceptive use is influenced by age, education level, number of children, and ownership index. It is recommended to pay attention to the determinants that affect the use of contraceptives in every outreach/socialization of family planning programs so that the activities are right on target and can ultimately increase the use of contraception. \u0000Abstrak \u0000Upaya pemerintah untuk mengontrol pertumbuhan penduduk adalah dengan program keluarga berencana (KB) melalui penggunaan kontrasepsi. Penggunaan kontrasepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Penelitian ini bertujuan menganalisis determinan penggunaan kontrasepsi pada perempuan di perkotaan Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain potong lintang. Data didapat dari data hasil Riset Penyakit Tidak Menular tahun 2016. Data yang dianalisis meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, dan indeks kepemilikan serta penggunaan kontrasepsi pada perempuan yang pernah melakukan hubungan seksual. Data dianalisis dengan uji chi-square serta uji regresi logistik ganda. Hasil menunjukkan pekerjaan tidak berpengaruh terhadap penggunaan kontrasepsi. Sementara itu, penggunaan kontrasepsi pada perempuan umur 25–34 tahun 2,823 kali lebih besar dibandingkan umur 55–64 tahun dan kemungkinan ini menurun seiring bertambahnya umur (95%CI: 2,611–3,053). Pada tingkat pendidikan rendah, kemungkinannya 1,441 lebih besar dibandingkan pendidikan tinggi (95%CI: 1,339–1,550). Mereka yang memiliki anak 2–3 kemungkinannya 8,120 kali lebih besar dibandingkan dengan yang belum memiliki anak (95%CI: 7,461–8,838). Perempuan dengan indeks kepemilikan terbawah kemungkinannya 1,196 kali lebih besar dibandingkan dengan perempuan dengan indeks kepemilikan teratas (95%CI: 1,112–1,287). Penggunaan kontrasepsi dipengaruhi oleh umu","PeriodicalId":42108,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Sistem Kesehatan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2021-06-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42926886","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Nabilla Niken Widyastuti, Wahyuwidi Nugraheni, T. Wahyono, Yovsyah Yovsyah
Tuberculosis is one of the causes of morbidity and mortality that often occurs in children. WHO 2018 data states that there are 1.1 million cases of TB in children each year. One of the causes of TB in children is nutritional status. Poor nutritional status led to weak immunity and thus easier to be infected by tuberculosis. This study aims to analyze the correlation of nutritional status and the occurrence of TB in children aged 1-5 years old in Indonesia. This research is a quantitative study with a cross-sectional design using Riskesdas 2018 data. The sample of the study was children aged 1-5 years old with a total sample of 27779. The confounding variables were sex, residence area, BCG immunization, parents’ education status, parents’ employment status, the existence of smokers, and the physical condition of the house. Bivariate analysis using Chi-Square test and regression logistic for multivariate analysis. The variable associated with TB in children was nutritional status (p-value 0.02) PR 1.78 (95% CI; 1.1-2.9). Other variables related were the area of residence (p <0.05) PR 2.336 (95% CI 1.449-3.768) and the employment status of the father (PR 3.943 95% CI 1.584-9.815). There was a correlation between nutritional status and pulmonary tuberculosis in children aged 1-5 years in Indonesia. Further research is needed by using different designs and other variables. Abstrak TB paru merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang sering terjadi pada anak. Data WHO 2018 menyebutkan terdapat 1,1 juta kasus TB anak terjadi setiap tahunnya. Salah satu penyebab TB anak adalah status gizi. Status gizi yang buruk membuat imunitas anak rentan sehingga dapat terserang TB paru. Penelitian ini bertujuan unuk melihat ada tidaknya hubungan status gizi terhadap kejadian TB paru anak usia 1-5 tahun di Indonesia. Penelitian kuantitatif studi crossectional dengan menggunakan data Riskesdas 2018. Sampel penelitian adalah anak usia 1-5 tahun dengan jumlah sampel 27779. Variabel perancu jenis kelamin, wilayah tempat tinggal, imunisasi BCG, status pendidikan orang tua, status pekerjaan orang tua, keberadaan perokok, dan kondisi fisik rumah. Analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square dan multivariate menggunakan analisis regresi logistic ganda. Variabel yang berhubungan dengan TB paru anak adalah status gizi (p value 0,020) PR 1,78, (95% CI; 1,1-2,9). Variabel lainnya yang berhubungan adalah wilayah tempat tinggal (p value 0,00) PR 2,336 (95%CI 1,449-3,768) dan status pekerjaan ayah (PR 3,943 95%CI 1,584-9,815). Terdapat hubungan antara status gizi terhadap kejadian TB paru anak usia 1-5 tahun. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan desain yang berbeda dan variabel lainnya.
结核病是经常发生在儿童身上的发病和死亡原因之一。世卫组织2018年的数据显示,每年有110万例儿童结核病病例。儿童患结核病的原因之一是营养状况。营养状况不佳导致免疫力低下,因此更容易感染肺结核。本研究旨在分析印度尼西亚1-5岁儿童营养状况与结核病发生的相关性。本研究是一项定量研究,采用横截面设计,使用Riskesdas 2018年的数据。本研究的样本为1-5岁的儿童,样本总数为27779人。混淆变量为性别、居住地、卡介苗接种情况、父母受教育程度、父母就业状况、是否有吸烟者、房屋环境等。双变量分析采用卡方检验和回归逻辑进行多变量分析。与儿童结核病相关的变量是营养状况(p值0.02)PR 1.78 (95% CI;1.1 - -2.9)。其他相关变量为居住地(p <0.05) PR为2.336 (95% CI 1.449-3.768)和父亲的就业状况(PR为3.943,95% CI 1.584-9.815)。印度尼西亚1-5岁儿童的营养状况与肺结核之间存在相关性。需要使用不同的设计和其他变量进行进一步的研究。[摘要]TB paru merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang服务于terjadi padanak。世卫组织2018年的数据显示,2011年12月1日,结核病和疟疾在全国范围内蔓延。Salah satu penyebab TB anak adalah status gizi。杨氏免疫系统的现状及发展趋势。Penelitian ini bertujuan unuk melihat ada tidaknya hubungan status gizi terhadap kejadian在印度尼西亚1-5日举行了一场会议。彭立田定量研究:横断面登甘孟古那坎数据风险,2018。样本编号27779。Variabel perancu jenis kelamin, wilayah tempat tinggal, imunisasi BCG, status pendidikan orangtua, status pekerjaan orangtua, keberadaan perokok, dan kondisi fisik rumah。双变量分析、卡方分析、多元回归logistic分析。变量变量yang berhubungan dengan TB paru anak adalah status gizi (p值0,020)PR 1,78, (95% CI;1、1 - 2、9)。变量lainnya yang berhubungan adalah wilayah tempat tinggal (p值为0)PR为2,336 (95%CI为1,449-3,768),status pekerjaan ayah (PR为3,943 95%CI为1,584-9,815)。Terdapat hubungan antara status gizi terhadap kejadian TB paru anak us1 -5 tahun。Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan desain yang berbeda dan variable lainya。
{"title":"Hubungan Status Gizi Dan Kejadian Tuberculosis Paru Pada Anak Usia 1-5 Tahun Di Indonesia","authors":"Nabilla Niken Widyastuti, Wahyuwidi Nugraheni, T. Wahyono, Yovsyah Yovsyah","doi":"10.22435/HSR.V24I2.3793","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/HSR.V24I2.3793","url":null,"abstract":"Tuberculosis is one of the causes of morbidity and mortality that often occurs in children. WHO 2018 data states that there are 1.1 million cases of TB in children each year. One of the causes of TB in children is nutritional status. Poor nutritional status led to weak immunity and thus easier to be infected by tuberculosis. This study aims to analyze the correlation of nutritional status and the occurrence of TB in children aged 1-5 years old in Indonesia. This research is a quantitative study with a cross-sectional design using Riskesdas 2018 data. The sample of the study was children aged 1-5 years old with a total sample of 27779. The confounding variables were sex, residence area, BCG immunization, parents’ education status, parents’ employment status, the existence of smokers, and the physical condition of the house. Bivariate analysis using Chi-Square test and regression logistic for multivariate analysis. The variable associated with TB in children was nutritional status (p-value 0.02) PR 1.78 (95% CI; 1.1-2.9). Other variables related were the area of residence (p <0.05) PR 2.336 (95% CI 1.449-3.768) and the employment status of the father (PR 3.943 95% CI 1.584-9.815). There was a correlation between nutritional status and pulmonary tuberculosis in children aged 1-5 years in Indonesia. Further research is needed by using different designs and other variables. \u0000 \u0000Abstrak \u0000TB paru merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang sering terjadi pada anak. Data WHO 2018 menyebutkan terdapat 1,1 juta kasus TB anak terjadi setiap tahunnya. Salah satu penyebab TB anak adalah status gizi. Status gizi yang buruk membuat imunitas anak rentan sehingga dapat terserang TB paru. Penelitian ini bertujuan unuk melihat ada tidaknya hubungan status gizi terhadap kejadian TB paru anak usia 1-5 tahun di Indonesia. Penelitian kuantitatif studi crossectional dengan menggunakan data Riskesdas 2018. Sampel penelitian adalah anak usia 1-5 tahun dengan jumlah sampel 27779. Variabel perancu jenis kelamin, wilayah tempat tinggal, imunisasi BCG, status pendidikan orang tua, status pekerjaan orang tua, keberadaan perokok, dan kondisi fisik rumah. Analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square dan multivariate menggunakan analisis regresi logistic ganda. Variabel yang berhubungan dengan TB paru anak adalah status gizi (p value 0,020) PR 1,78, (95% CI; 1,1-2,9). Variabel lainnya yang berhubungan adalah wilayah tempat tinggal (p value 0,00) PR 2,336 (95%CI 1,449-3,768) dan status pekerjaan ayah (PR 3,943 95%CI 1,584-9,815). Terdapat hubungan antara status gizi terhadap kejadian TB paru anak usia 1-5 tahun. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan desain yang berbeda dan variabel lainnya.","PeriodicalId":42108,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Sistem Kesehatan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2021-06-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41626306","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}