首页 > 最新文献

JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)最新文献

英文 中文
Tatalaksana Badai Tiroid dan Aritmia di ICU: Serial Kasus 甲状腺暴发和重症监护室的心律不齐:一系列病例
Pub Date : 2023-07-31 DOI: 10.14710/jai.v15i2.53937
Jessica Nathalia, Jane Josephine Chandra, Debby Vania, Albert Frido Hutagalung
Latar belakang: Badai tiroid atau krisis hipertiroid merupakan komplikasi hipertiroidisme akut yang mengancam jiwa dan sebagai presentasi dari tirotoksikosis yang berlebihan. Gejala badai tiroid yang paling parah yang mungkin terjadi berupa aritmia atrium dan/atau ventrikel, gagal jantung, dan/atau henti jantung.Kasus: Pada ketiga kasus, terdapat gambaran klinis serta gangguan irama jantung yang berbeda berupa atrial fibrilasi (AF) dan supraventrikuler takikardi (SVT) yang berhubungan dengan hipertiroidisme. Terdapat kegawatdaruratan badai tiroid yang dapat mengancam nyawa sehingga diperlukan perawatan yang intensif pada ketiga pasien tersebut. Selama perawatan di intensive care unit (ICU), ketiga pasien mendapatkan terapi standar berupa antitiroid dan obat antiaritmia golongan beta bloker dan golongan glikosida digitalis.Diskusi: Peningkatan hormon tiroid memiliki peran untuk menyebabkan AF dan SVT. Setelah dilakukan tatalaksana sesuai dengan Japan Guideline Thyroid Storm (2016), terdapat perbaikan pada kasus 2 dan 3. Namun, pada kasus 1 tetap didapatkan SVT persisten dengan badai tiroid yang tidak terkontrol.Kesimpulan: Gambaran klinis badai tiroid bervariasi, mulai dari disfungsi sistem termoregulasi, gangguan gastrointestinal dan hati, gangguan sistem saraf pusat, dan gangguan irama jantung. Pada ketiga kasus ini, gambaran klinis dari hipertiroidisme akut dan badai tiroid berbeda-beda. Namun, terdapat kegawatdaruratan yang sama yang dapat mengancam nyawa sehingga diperlukan perawatan yang intensif pada ketiga pasien tersebut.
背景:甲状腺风暴或甲状腺甲状腺危机是危及生命的急性甲状腺功能并发症,并表现为过度甲状腺毒性。最严重的甲状腺暴发症状包括心律失常和/或心室、心力衰竭和/或停止。病例:在这三种情况下,包括心房颤动(AF)和心室收缩(SVT)的临床表现和心律失常。甲状腺风暴有危及生命的紧急情况,因此需要对这三名患者进行密切的治疗。在重症监护病房的治疗中,三名患者都采用了标准的治疗方法,即乙基苯丙胺和受体阻滞剂抗心律失常药物和糖苷洋达里斯。讨论:甲状腺激素的增加会导致AF和SVT。一旦搞定tatalaksana符合日本Guideline Thyroid风暴(2016),有改善案的第二和第三名。然而,在案例1中,仍有SVT持久性的甲状腺风暴。结论:甲状腺风暴有所不同,但从系统功能障碍的临床描述termoregulasi、胃肠道和肝脏疾病、中枢神经系统疾病和心脏病的节奏。这在第三种情况下,急性甲状腺功能亢进的临床和甲状腺风暴完全不同的画面。然而,同样的紧急情况可能危及生命,因此需要对这三名患者进行大量治疗。
{"title":"Tatalaksana Badai Tiroid dan Aritmia di ICU: Serial Kasus","authors":"Jessica Nathalia, Jane Josephine Chandra, Debby Vania, Albert Frido Hutagalung","doi":"10.14710/jai.v15i2.53937","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jai.v15i2.53937","url":null,"abstract":"Latar belakang: Badai tiroid atau krisis hipertiroid merupakan komplikasi hipertiroidisme akut yang mengancam jiwa dan sebagai presentasi dari tirotoksikosis yang berlebihan. Gejala badai tiroid yang paling parah yang mungkin terjadi berupa aritmia atrium dan/atau ventrikel, gagal jantung, dan/atau henti jantung.Kasus: Pada ketiga kasus, terdapat gambaran klinis serta gangguan irama jantung yang berbeda berupa atrial fibrilasi (AF) dan supraventrikuler takikardi (SVT) yang berhubungan dengan hipertiroidisme. Terdapat kegawatdaruratan badai tiroid yang dapat mengancam nyawa sehingga diperlukan perawatan yang intensif pada ketiga pasien tersebut. Selama perawatan di intensive care unit (ICU), ketiga pasien mendapatkan terapi standar berupa antitiroid dan obat antiaritmia golongan beta bloker dan golongan glikosida digitalis.Diskusi: Peningkatan hormon tiroid memiliki peran untuk menyebabkan AF dan SVT. Setelah dilakukan tatalaksana sesuai dengan Japan Guideline Thyroid Storm (2016), terdapat perbaikan pada kasus 2 dan 3. Namun, pada kasus 1 tetap didapatkan SVT persisten dengan badai tiroid yang tidak terkontrol.Kesimpulan: Gambaran klinis badai tiroid bervariasi, mulai dari disfungsi sistem termoregulasi, gangguan gastrointestinal dan hati, gangguan sistem saraf pusat, dan gangguan irama jantung. Pada ketiga kasus ini, gambaran klinis dari hipertiroidisme akut dan badai tiroid berbeda-beda. Namun, terdapat kegawatdaruratan yang sama yang dapat mengancam nyawa sehingga diperlukan perawatan yang intensif pada ketiga pasien tersebut.","PeriodicalId":446295,"journal":{"name":"JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)","volume":"12 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135358696","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
ERAS pada Bedah Jantung Koreksi Katup Mitral: Laporan Kasus 心脏外科缝合阀门ERAS:病例报告
Pub Date : 2023-07-31 DOI: 10.14710/jai.v0i0.49417
Antonius Budi Santoso, Yudi Hadinata
Latar Belakang: Enhanced recovery after cardiac surgery (ERAS-CS) merupakan manajemen perioperatif pada bedah jantung dengan pendekatan multidisiplin dan multifaktorial yang bertujuan mempercepat pemulihan dan mobilisasi, meminimalkan efek samping ventilator mekanik, mual muntah dan nyeri pascabedah, serta mengurangi lama rawat intensif dan biaya perawatan rumah sakit. Anestesi fast track merupakan bagian tidak terpisahkan dari ERAS-CS.Kasus: Wanita, 16 tahun, dengan regurgitasi katup mitral berat dan katup trikuspid sedang, dilakukan bedah jantung mitral dengan annuloplasty. Informed consent, puasa enam jam, dan pemberian air putih manis dua jam sebelum pembedahan dilakukan sebagai persiapan anestesia. Induksi, intubasi, pemasangan akses vena sentral dan monitor hemodinamik invasif, serta blok interkostal parasternal dilakukan sebelum insisi kulit. Pembedahan berlangsung selama 180 menit dengan waktu cardiopulmonary bypass (CPB) 61 menit dan waktu klem silang aorta 35 menit. Hemodinamik stabil dengan analgetik fentanyl 2 mcg/kgBB saat induksi dan morfin 20 mcg/kgBB/jam selama pembedahan. Pemeriksaan transesophageal echocardiography (TEE) menunjukkan kontraktilitas baik tanpa disertai residual pascakoreksi. Ekstubasi dilakukan setelah penutupan luka operasi. Kesadaran penuh dan mobilisasi bebas dengan visual analogue scale (VAS) 0-1 didapatkan dalam dua jam pertama perawatan intensif.Pembahasan: Tatalaksana ERAS-CS terdiri dari manajemen prabedah, pembedahan, dan pascabedah. Edukasi saat evaluasi praanestesi dilakukan untuk mengurangi kecemasan dan peningkatan ambang nyeri. Pembatasan puasa dan pemberian cairan jernih manis dua jam sebelum pembedahan dilakukan untuk mengurangsi risiko starvasi, resistensi insulin, dan hiperglikemik. Teknik blok saraf tepi interkostal dapat bermanfaat dalam mengurangi kebutuhan opioid. Ekstubasi ultra fast-track dilakukan secara terarah untuk mengurangsi risiko komplikasi dan mempercepat mobilisasi pascabedah. Pemulihan kesadaran secara cepat tanpa nyeri dan mual muntah pascabedah (PONV) didapatkan selama perawatan intensif.Kesimpulan: Penerapan ERAS-CS secara tepat dapat memberikan pemulihan cepat serta mampu mengurangi komplikasi dan lama rawat intensif pascabedah.
背景:cardiac surgery (ergery)是心脏手术后的自我恢复管理,采用多学科和多因素的方法,促进康复和动员,减少机械呼吸机的副作用,恶心和手术后疼痛,以及减少长期重症监护和护理费用。快速轨迹麻醉是ERAS-CS不可分割的一部分。这是一名16岁的妇女,她患有严重的外化硬膜瓣膜和三尖肌瓣膜雷知情同意,禁食6小时,在麻醉药准备前两小时进行甜蜜的注射。诱导感应、插管、中央静脉通道和血液动力监测器入侵,以及寄生虫的肋部块在皮肤内侧之前进行。手术时间为180分钟,心脏旁路时间为61分钟,主动脉夹时间为35分钟。稳定血液动力学与镇痛苯酚2 mcg/kgBB在手术过程中诱导和吗啡20 mcg/kgBB/小时。腔内回声术检查显示,手术时没有残留结节结节。伤口愈合后渗出。在最初的两小时重症监护室获得完全意识和免费动员。讨论:术前管理、外科和术后管理等辅助设计。接受预麻醉评估的教育,以减轻焦虑和增加疼痛阈值。在手术前两小时实施禁食和甜蜜透明液体限制,以减少中毒、胰岛素抵抗和高血糖的风险。肋间神经阻滞剂技术可以帮助减少对阿片类物质的需求。超快追踪是为了避免并发症风险和加速手术后的动员。在强化治疗过程中,可以迅速恢复无疼痛和腹胀呕吐。结论:按理说来,按理说可以提供快速康复,减少并发症和长期的手术强化治疗。
{"title":"ERAS pada Bedah Jantung Koreksi Katup Mitral: Laporan Kasus","authors":"Antonius Budi Santoso, Yudi Hadinata","doi":"10.14710/jai.v0i0.49417","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jai.v0i0.49417","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Enhanced recovery after cardiac surgery (ERAS-CS) merupakan manajemen perioperatif pada bedah jantung dengan pendekatan multidisiplin dan multifaktorial yang bertujuan mempercepat pemulihan dan mobilisasi, meminimalkan efek samping ventilator mekanik, mual muntah dan nyeri pascabedah, serta mengurangi lama rawat intensif dan biaya perawatan rumah sakit. Anestesi fast track merupakan bagian tidak terpisahkan dari ERAS-CS.Kasus: Wanita, 16 tahun, dengan regurgitasi katup mitral berat dan katup trikuspid sedang, dilakukan bedah jantung mitral dengan annuloplasty. Informed consent, puasa enam jam, dan pemberian air putih manis dua jam sebelum pembedahan dilakukan sebagai persiapan anestesia. Induksi, intubasi, pemasangan akses vena sentral dan monitor hemodinamik invasif, serta blok interkostal parasternal dilakukan sebelum insisi kulit. Pembedahan berlangsung selama 180 menit dengan waktu cardiopulmonary bypass (CPB) 61 menit dan waktu klem silang aorta 35 menit. Hemodinamik stabil dengan analgetik fentanyl 2 mcg/kgBB saat induksi dan morfin 20 mcg/kgBB/jam selama pembedahan. Pemeriksaan transesophageal echocardiography (TEE) menunjukkan kontraktilitas baik tanpa disertai residual pascakoreksi. Ekstubasi dilakukan setelah penutupan luka operasi. Kesadaran penuh dan mobilisasi bebas dengan visual analogue scale (VAS) 0-1 didapatkan dalam dua jam pertama perawatan intensif.Pembahasan: Tatalaksana ERAS-CS terdiri dari manajemen prabedah, pembedahan, dan pascabedah. Edukasi saat evaluasi praanestesi dilakukan untuk mengurangi kecemasan dan peningkatan ambang nyeri. Pembatasan puasa dan pemberian cairan jernih manis dua jam sebelum pembedahan dilakukan untuk mengurangsi risiko starvasi, resistensi insulin, dan hiperglikemik. Teknik blok saraf tepi interkostal dapat bermanfaat dalam mengurangi kebutuhan opioid. Ekstubasi ultra fast-track dilakukan secara terarah untuk mengurangsi risiko komplikasi dan mempercepat mobilisasi pascabedah. Pemulihan kesadaran secara cepat tanpa nyeri dan mual muntah pascabedah (PONV) didapatkan selama perawatan intensif.Kesimpulan: Penerapan ERAS-CS secara tepat dapat memberikan pemulihan cepat serta mampu mengurangi komplikasi dan lama rawat intensif pascabedah.","PeriodicalId":446295,"journal":{"name":"JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135358697","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
SWOT Analisis Pelayanan Klinik Nyeri Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang SWOT分析圣伊丽莎白三宝医院疼痛诊所服务
Pub Date : 2023-07-31 DOI: 10.14710/jai.v0i0.54419
Jerry Ferdinand Haposan Saragih, Sri Achadi Nugraheni, Mateus Sakundarno Adi
Latar belakang: Klinik nyeri Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang merupakan satu-satunya klinik nyeri kolaboratif multidisiplin yang ada di kota Semarang. Klinik nyeri ini berdiri pada tahun 2019 dimana pada saat awal berdiri sudah ada pasien yang berkunjung akan tetapi setelah adanya pandemi COVID-19 klinik nyeri mengalami penurunan kunjungan. Penerapan pelayanan kesehatan yang berkualitas di klinik nyeri Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang perlu memperhatikan faktor internal maupun faktor ekstenal dari klinik nyeri. Selain itu hasil analisa strength, weakness, opputunity, thread (SWOT) dari internal factors summary (IFAS) dan external factors summary (EFAS) dapat membantu manajemen Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang dalam mengelola implementasi strategi secara efektif. Namun analisa SWOT belum dilakukan oleh klinik nyeri Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang.Tujuan: Menganalisis pelayanan klinik nyeri Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang dengan menggunakan metode SWOT.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional partisipatif multiple time approach. Pengumpulan menggunakan data primer yang dilakukan dengan metode kualitatif melalui wawancara mendalam secara langsung dari informan penelitian. Terdiri dari 7 informan utama dan 5 informan triangulasi. Analisis data dari wawancara mendalam dilakukan dengan menggunakan interactive model.Hasil: Kekuatan terbesar yang dimiliki klinik nyeri yakni mempunyai sumber daya manusia (SDM) yang sangat kompeten dan professional serta tarif klinik nyeri yang lebih murah daripada rumah sakit lainnya. Kelemahan terbesar dari klinik nyeri yakni strategi pemasaran yang belum maksimal dan metode pembayaran yang belum bisa menggunakan jaminan kesehatan nasional (JKN). Peluang terbesar yang dimiliki klinik nyeri adalah mempunyai peralatan dan sarana prasarana yang canggih. Ancaman terbesar bagi klinik nyeri adalah konflik antar dokter spesialis penanggung jawab pasien dan konflik antar unit layanan lain. Penggunaan matriks thread-oppurtunity, weakness-strength (TOWS) yang mendukung strategi SWOT.Kesimpulan: Analisis SWOT dan matriks TOWS dalam penelitian ini dapat membantu peneliti dalam menentukan startegi pelayanan yang baik bagi klinik nyeri Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang.
背景:圣伊丽莎白三宝朗医院疼痛诊所是三宝垄唯一存在的多学科疼痛合作诊所。疼痛诊所成立于2019年,在它开始的时候就已经有了探视病人,但是在COVID-19大流行之后,疼痛诊所的探访有所减少。在圣伊丽莎白三宝朗医院疼痛诊所(St. Elisabeth Semarang)实施高质量医疗服务需要考虑疼痛诊所的内部和长期因素。此外,内部factors summary (IFAS)、opputunity、thread (SWOT)分析可以帮助圣Elisabeth Semarang医院管理有效执行战略。但圣伊丽莎白三宝朗疼痛诊所对SWOT的分析还没有进行。目的:使用SWOT方法分析圣伊丽莎白三宝朗医院疼痛诊所服务。方法:这项研究是一项多时参与观察研究。收集主要采用定性方法进行的原始数据,直接采访研究信息者。包括7个主要线人和5个三角导体。深度采访的数据分析是通过一个互动模式进行的。结果:疼痛诊所最大的力量是拥有非常能干和专业的人力资源,以及比其他医院更便宜的疼痛诊所费用。疼痛诊所最大的缺点是市场营销策略和不使用国家健康保险(JKN)的付款方式。疼痛诊所最大的机会是拥有先进的设备和基础设施。对疼痛诊所最大的威胁是负责病人的医生之间的冲突和其他服务单位之间的冲突。使用线虫、弱强度矩阵来支持SWOT战略。结论:这项研究对SWOT和TOWS矩阵的分析可以帮助研究人员确定St. Elisabeth Semarang医院疼痛诊所的良好服务。
{"title":"SWOT Analisis Pelayanan Klinik Nyeri Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang","authors":"Jerry Ferdinand Haposan Saragih, Sri Achadi Nugraheni, Mateus Sakundarno Adi","doi":"10.14710/jai.v0i0.54419","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jai.v0i0.54419","url":null,"abstract":"Latar belakang: Klinik nyeri Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang merupakan satu-satunya klinik nyeri kolaboratif multidisiplin yang ada di kota Semarang. Klinik nyeri ini berdiri pada tahun 2019 dimana pada saat awal berdiri sudah ada pasien yang berkunjung akan tetapi setelah adanya pandemi COVID-19 klinik nyeri mengalami penurunan kunjungan. Penerapan pelayanan kesehatan yang berkualitas di klinik nyeri Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang perlu memperhatikan faktor internal maupun faktor ekstenal dari klinik nyeri. Selain itu hasil analisa strength, weakness, opputunity, thread (SWOT) dari internal factors summary (IFAS) dan external factors summary (EFAS) dapat membantu manajemen Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang dalam mengelola implementasi strategi secara efektif. Namun analisa SWOT belum dilakukan oleh klinik nyeri Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang.Tujuan: Menganalisis pelayanan klinik nyeri Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang dengan menggunakan metode SWOT.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional partisipatif multiple time approach. Pengumpulan menggunakan data primer yang dilakukan dengan metode kualitatif melalui wawancara mendalam secara langsung dari informan penelitian. Terdiri dari 7 informan utama dan 5 informan triangulasi. Analisis data dari wawancara mendalam dilakukan dengan menggunakan interactive model.Hasil: Kekuatan terbesar yang dimiliki klinik nyeri yakni mempunyai sumber daya manusia (SDM) yang sangat kompeten dan professional serta tarif klinik nyeri yang lebih murah daripada rumah sakit lainnya. Kelemahan terbesar dari klinik nyeri yakni strategi pemasaran yang belum maksimal dan metode pembayaran yang belum bisa menggunakan jaminan kesehatan nasional (JKN). Peluang terbesar yang dimiliki klinik nyeri adalah mempunyai peralatan dan sarana prasarana yang canggih. Ancaman terbesar bagi klinik nyeri adalah konflik antar dokter spesialis penanggung jawab pasien dan konflik antar unit layanan lain. Penggunaan matriks thread-oppurtunity, weakness-strength (TOWS) yang mendukung strategi SWOT.Kesimpulan: Analisis SWOT dan matriks TOWS dalam penelitian ini dapat membantu peneliti dalam menentukan startegi pelayanan yang baik bagi klinik nyeri Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang.","PeriodicalId":446295,"journal":{"name":"JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)","volume":"46 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135358700","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Analgesic Profile in Intensive Observation Room (Ruang Observasi Intensif/ ROI) Dr. Soetomo General Hospital Surabaya 泗水Soetomo总医院重症观察室(Ruang Observasi Intensive / ROI)的镇痛分析
Pub Date : 2023-03-31 DOI: 10.14710/jai.v0i0.49869
Bunga Priscilla Rotua Manurung, Maulydia Maulydia, M. Rochmanti, N. M. Rehatta
Introduction: Pain is a condition that the majority of critical care patients will possibly suffer at some point during their stay in the intensive care unti (ICU). In both medical and surgical ICU patients, the incidence of considerable pain is still 50% or greater. Analgesic administration is considered one of the most effective pain managements. While useful, it can cause detrimental effects if not used according to its indications and regulations.Objective: To obtain the analgesic profile used in intensive observation room (ruang observasi intensif/ROI) Dr. Soetomo General Hospital Surabaya.Methods: This study is a retrospective descriptive study with 537 medical records met the inclusion criteria.Result: The most frequent analgesic used is metamizole (44.41%) and paracetamol (16.08%) while ketamine was used the least (0.24%). Most commonly used analgesic adjuvants is phenytoin (6.12%). The amount of single drug administration (52.70%) is more frequent than multimodal analgesic (47.30%). Metamizole with paracetamol is the most popular analgesic combination (20.74%), followed by metamizole with tramadol (14.17%), and metamizole with fentanyl (12.99%). The most common procedures recorded are obstetrics and gynaecological (29.98%), cranial and general surgery with the same result (21.42%), and orthopaedic (12.29%). 205 samples with Wong-Baker FACES Pain Ratings Scales stated that there is an increase in patients who do not experience pain after administration of analgesics (N=25 to N=132), patients that underwent mild pain decreased (N=134 to N=65), and patients with moderate and severe pain also decreased (N=43 to N=8 and N=3 to N=0 respectively).Conclusion: Non-opioid analgesic dominates the analgesic profile in ROI Dr. Soetomo General Hospital Surabaya compared to opioids that generally used the most worldwide. Giving analgesics to patients has been proven successful in reducing the pain degree. 
简介:疼痛是大多数重症监护患者在重症监护病房(ICU)停留期间可能遭受的一种疾病。在内科和外科ICU患者中,严重疼痛的发生率仍为50%或更高。镇痛药被认为是最有效的疼痛治疗方法之一。虽然有用,但如果不按照其适应症和规定使用,可能会造成有害影响。目的:了解泗水苏莫总医院重症观察室(ruang observasi intensii /ROI)镇痛药的使用情况。方法:采用回顾性描述性研究,纳入537份符合纳入标准的病历。结果:使用频率最高的镇痛药为氨苄唑(44.41%)和扑热息痛(16.08%),使用频率最低的为氯胺酮(0.24%)。最常用的止痛佐剂是苯妥英(6.12%)。单药给药次数(52.70%)高于多药给药次数(47.30%)。最常见的镇痛药组合是安咪唑与扑热息痛(20.74%),其次是安咪唑与曲马多(14.17%),安咪唑与芬太尼(12.99%)。最常见的手术是妇产科(29.98%),颅脑和普外科(21.42%)和骨科(12.29%),结果相同。205个使用Wong-Baker FACES疼痛评定量表的样本表明,使用镇痛药后没有疼痛的患者增加(N=25至N=132),轻度疼痛的患者减少(N=134至N=65),中度和重度疼痛的患者也减少(N=43至N=8, N=3至N=0)。结论:与阿片类药物相比,非阿片类镇痛药在ROI Soetomo综合医院泗水占主导地位。给病人服用镇痛剂已被证明能成功地减轻疼痛程度。
{"title":"Analgesic Profile in Intensive Observation Room (Ruang Observasi Intensif/ ROI) Dr. Soetomo General Hospital Surabaya","authors":"Bunga Priscilla Rotua Manurung, Maulydia Maulydia, M. Rochmanti, N. M. Rehatta","doi":"10.14710/jai.v0i0.49869","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jai.v0i0.49869","url":null,"abstract":"Introduction: Pain is a condition that the majority of critical care patients will possibly suffer at some point during their stay in the intensive care unti (ICU). In both medical and surgical ICU patients, the incidence of considerable pain is still 50% or greater. Analgesic administration is considered one of the most effective pain managements. While useful, it can cause detrimental effects if not used according to its indications and regulations.Objective: To obtain the analgesic profile used in intensive observation room (ruang observasi intensif/ROI) Dr. Soetomo General Hospital Surabaya.Methods: This study is a retrospective descriptive study with 537 medical records met the inclusion criteria.Result: The most frequent analgesic used is metamizole (44.41%) and paracetamol (16.08%) while ketamine was used the least (0.24%). Most commonly used analgesic adjuvants is phenytoin (6.12%). The amount of single drug administration (52.70%) is more frequent than multimodal analgesic (47.30%). Metamizole with paracetamol is the most popular analgesic combination (20.74%), followed by metamizole with tramadol (14.17%), and metamizole with fentanyl (12.99%). The most common procedures recorded are obstetrics and gynaecological (29.98%), cranial and general surgery with the same result (21.42%), and orthopaedic (12.29%). 205 samples with Wong-Baker FACES Pain Ratings Scales stated that there is an increase in patients who do not experience pain after administration of analgesics (N=25 to N=132), patients that underwent mild pain decreased (N=134 to N=65), and patients with moderate and severe pain also decreased (N=43 to N=8 and N=3 to N=0 respectively).Conclusion: Non-opioid analgesic dominates the analgesic profile in ROI Dr. Soetomo General Hospital Surabaya compared to opioids that generally used the most worldwide. Giving analgesics to patients has been proven successful in reducing the pain degree. ","PeriodicalId":446295,"journal":{"name":"JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)","volume":"114 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124556486","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Kadar COHb (Karboksihemoglobin) pada Penggunaan Sevofluran dan Isofluran Pasien yang Menjalani Vitrektomi di Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi COHb(羧血红蛋白)水平与氟氟化和鳞状动脉病人在Kariadi总医院做体外切除术
Pub Date : 2023-03-31 DOI: 10.14710/jai.v0i0.50177
Dina Paramita, Renata Kusuma Wardani, M. S. Harahap, Mochamat Mochamat
Latar Belakang: Sevofluran dan isofluran merupakan agen inhalasi yang sering digunakan sebagai maintenance anestesi umum selama operasi. Penggunaan sevofluran dan isofluran diketahui menghasilkan karbon monoksida (CO) dalam kontak dengan adsorbent atau penyerap CO2 tipe kering. Tiga puluh satu kasus keracunan CO intra-operatif ditemukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang, dengan konsentrasi CO melebihi 1000 parts per million (ppm) dan konsentrasi karboksihemoglobin (COHb) mencapai lebih dari 30%. Pasien yang mengalami keracunan CO dengan kadar COHb yang tinggi dapat mengeluhkan gejala seperti sakit kepala, mual, muntah, pusing, dan kelemahan anggota gerak, bahkan dapat mengakibatkan pasien sulit sadar hingga kematian.Tujuan: Mengetahui perubahan kadar COHb pada penggunaan agen inhalasi sevofluran dan isofluran pada pasien yang menjalani bedah vitrektomi di RSUP Dr. Kariadi Semarang.Metode: Penelitian ini adalah eksperimental dengan non randomized control group pre-test post-test yang dilakukan di instalasi bedah sentral RSUP Dr. Kariadi selama 3 bulan. Kadar COHb diambil dengan sampel darah vena pada sebelum induksi dan 60 menit setelah induksi. Pemeriksaan kadar COHb menggunakan metode kuantitatif dengan Human COHb (carboxyhemoglobin) ELISA. Total subjek adalah 26 orang dengan rata-rata usia 48,27 tahun. Subjek dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok sevofluran dan isovluran dengan rata-rata durasi operasi selama 65 menit.Hasil: Kadar COHb pre-test kelompok sevofluran dan isofluran adalah 4,34 dan 4,39. Kadar COHb post-test kelompok sevofluran dan isofluran adalah 4,48 dan 4,95.Kesimpulan: Hal ini menunjukan bahwa nilai post-test COHb pada kelompok isoflurane lebih tinggi dengan peningkatan kadar COHb yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok sevofluran. Isofluran menghasilkan kadar COHb lebih tinggi daripada sevofluran.
背景:Sevofluran和i飞行器是一种吸入剂,在手术过程中经常用作辅助麻醉药。sevofluran和isof晚的使用会导致与adsorbent或干燥吸收型的一氧化碳(CO)接触。在Kariadi Semarang博士的RSUP麻醉品中毒病例中发现了31例,CO的浓度超过每百万次(ppm),和羧酸血红蛋白(COHb)浓度超过30%。高水平的联合药物中毒患者可能会抱怨头痛、恶心、呕吐、头晕和肢体无力等症状,甚至可能导致患者死亡。目标:确定COHb水平的变化,以使用sevofluran和isub跟踪剂的使用,为Kariadi Semarang的体外切除术患者。方法:这项研究是一项实验,在Kariadi医生的中央手术中进行了3个月的非randomimized control group pre-test。COHb水平在诱发前和诱发后60分钟随静脉样本采集。COHb检测方法采用了ELISA carboxy血红蛋白(carboxy血红蛋白)的定量方法。受试者总数为26人,平均年龄为48.27岁。受试者被分为两组,即sevoran和isovrange,手术时间平均为65分钟。结果:sevoran和isofcharge的产前技术水平为4.34和4.39。COHb posttest group sevoran和imparow range为4.48和4.95。结论:这表明,在isoflurane群体中,posttest COHb的价值比sevofluran群体高得多。该系统的氟化利率高于氟化。
{"title":"Kadar COHb (Karboksihemoglobin) pada Penggunaan Sevofluran dan Isofluran Pasien yang Menjalani Vitrektomi di Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi","authors":"Dina Paramita, Renata Kusuma Wardani, M. S. Harahap, Mochamat Mochamat","doi":"10.14710/jai.v0i0.50177","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jai.v0i0.50177","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Sevofluran dan isofluran merupakan agen inhalasi yang sering digunakan sebagai maintenance anestesi umum selama operasi. Penggunaan sevofluran dan isofluran diketahui menghasilkan karbon monoksida (CO) dalam kontak dengan adsorbent atau penyerap CO2 tipe kering. Tiga puluh satu kasus keracunan CO intra-operatif ditemukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang, dengan konsentrasi CO melebihi 1000 parts per million (ppm) dan konsentrasi karboksihemoglobin (COHb) mencapai lebih dari 30%. Pasien yang mengalami keracunan CO dengan kadar COHb yang tinggi dapat mengeluhkan gejala seperti sakit kepala, mual, muntah, pusing, dan kelemahan anggota gerak, bahkan dapat mengakibatkan pasien sulit sadar hingga kematian.Tujuan: Mengetahui perubahan kadar COHb pada penggunaan agen inhalasi sevofluran dan isofluran pada pasien yang menjalani bedah vitrektomi di RSUP Dr. Kariadi Semarang.Metode: Penelitian ini adalah eksperimental dengan non randomized control group pre-test post-test yang dilakukan di instalasi bedah sentral RSUP Dr. Kariadi selama 3 bulan. Kadar COHb diambil dengan sampel darah vena pada sebelum induksi dan 60 menit setelah induksi. Pemeriksaan kadar COHb menggunakan metode kuantitatif dengan Human COHb (carboxyhemoglobin) ELISA. Total subjek adalah 26 orang dengan rata-rata usia 48,27 tahun. Subjek dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok sevofluran dan isovluran dengan rata-rata durasi operasi selama 65 menit.Hasil: Kadar COHb pre-test kelompok sevofluran dan isofluran adalah 4,34 dan 4,39. Kadar COHb post-test kelompok sevofluran dan isofluran adalah 4,48 dan 4,95.Kesimpulan: Hal ini menunjukan bahwa nilai post-test COHb pada kelompok isoflurane lebih tinggi dengan peningkatan kadar COHb yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok sevofluran. Isofluran menghasilkan kadar COHb lebih tinggi daripada sevofluran.","PeriodicalId":446295,"journal":{"name":"JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)","volume":"37 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124105347","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Manajemen Anestesi Perioperatif Pasien Kardiomiopati Hipertrofi Obstruksi
Pub Date : 2023-03-31 DOI: 10.14710/jai.v0i0.52497
N. P. D. Pradnyani, Chairil Gani Koto
Latar Belakang: Kardiomiopati hipertrofi (HCM) adalah kondisi dominan autosomal. Penyebab penting kematian mendadak orang dewasa muda. Meskipun sering tanpa gejala, gejala yang muncul pada kardiomiopati hipertrofi adalah  gagal jantung seperti sesak napas, nyeri dada pada aktivitas, sinkop atau pra-sinkop, aritmia, dan kematian mendadak. Tanda-tanda yang bisa ditemukan seperti hipotensi, denyut nadi rendah, heave ventrikel kiri, murmur sistolik ejeksi, dan murmur regurgitasi mitral. Pasien dengan kondisi ini menjadi tantangan untuk ahli anestesi dalam operasi elektif dan gawat darurat.Kasus: Pasien wanita 29 tahun, dengan diagnosa kardiomiopati hipertrofi obstruksi dan vegetasi yang akan dilakukan tindakan miektomi saluran keluar ventrikel kanan (RVOT), saluran keluar ventrikel kiri (LVOT), dan evakuasi vegetasi. Selama operasi hemodinamik dipertahankan untuk menjaga denyut jantung antara 60-90 denyut per menit, tekanan darah rata-rata 60-70 mmHg. End tidal carbon dioxide (EtCO2) dipertahankan antara 35-40 mmHg dan central venous pressure (CVP) dijaga tetap tinggi pada periode sebelum dan sesudah bypass. Periode weaning hingga pasca bypass, hemodinamik dipertahankan dengan milrinon (0,375 mcg/kgBB/menit) dan dilakukan pemasangan temporary pacemaker (TPM) karena didapatkan irama atrioventricular (AV) block. Pasien dilakukan miektomi septum, release LVOT, reseksi double chamber right ventricular (DCRV), dan evakuasi vegetasi. Pascaoperasi pasien dirawat di intensive care unit (ICU). Selama perawatan di ICU permasalahan yang dihadapi yaitu aritmia maligna.Pembahasan: Teknik anestesi dan manajemen perioperatif pasien ini harus bertujuan untuk menjaga stabilitas hemodinamik, mempertahankan preload dan afterload yang memadai. Menghindari vasodilator dan menghindari agen yang meningkatkan kontraktilitas sangat penting dalam pengelolaan pasien ini. Tujuan intraoperatif termasuk mempertahankan irama sinus, meminimalkan rangsangan stres dan meminimalkan atau mencegah obstruksi saluran keluar ventrikel kiri.Kesimpulan: Kardiomiopati hipertrofi menimbulkan banyak tantangan unik mengenai pelaksanaan anestesi. Preload yang memadai, kontrol stimulasi simpatik, denyut jantung dan peningkatan afterload diperlukan untuk mengurangi obstruksi saluran keluar ventrikel kiri.
背景:心血管肥大是自身的主要疾病。年轻人突然死亡的重要原因。虽然心血管肥大症通常没有症状,但在心血管功能上出现的症状是心脏衰竭,如窒息、胸痛、眼科或术前、心悸、心律失常和猝死。可视标记如低血压、低血压、左心室心室、、出血性心绞痛和心绞痛调节。患有这种疾病的病人在选择和紧急手术中对麻醉师来说是一个挑战。病例:一名29岁的女性患者,诊断为焦虑症和营养肥胖症,这是右心室(RVOT)出口、左心室出口(LVOT)出口和植物疏散。在血液动力学手术中,保持心率在每分钟60-90次之间,平均血压为60-70次mmHg。乙二醇(EtCO2)在旁路前后35-40个mmHg和中央高压(CVP)之间保持高度。在分流后的weing期,血液动力学与milrinon (0.375 mcg/kgBB/分钟)保持在一起,并进行颞间调解员(TPM)安装,因为它有耳室节律(AV)。患者做了中心切除、释放LVOT、双室背诵和疏散植被。术后病人在重症监护室接受治疗。在ICU治疗期间,他面临的问题是心律失常。讨论:病人的麻醉技术和季节性管理应该以保持血液动力稳定、稳定稳定和重载。避免血管扩张器和增加收缩的代理在这个病人的管理中是至关重要的。手术的目的包括保持鼻窦节律,减少压力刺激,减少或阻止左心室出口阻塞。结论:心血管疗法在麻醉方面带来了许多独特的挑战。足够的Preload,交感刺激控制,心率和后通量增加是需要减少左心室出口阻塞的。
{"title":"Manajemen Anestesi Perioperatif Pasien Kardiomiopati Hipertrofi Obstruksi","authors":"N. P. D. Pradnyani, Chairil Gani Koto","doi":"10.14710/jai.v0i0.52497","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jai.v0i0.52497","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Kardiomiopati hipertrofi (HCM) adalah kondisi dominan autosomal. Penyebab penting kematian mendadak orang dewasa muda. Meskipun sering tanpa gejala, gejala yang muncul pada kardiomiopati hipertrofi adalah  gagal jantung seperti sesak napas, nyeri dada pada aktivitas, sinkop atau pra-sinkop, aritmia, dan kematian mendadak. Tanda-tanda yang bisa ditemukan seperti hipotensi, denyut nadi rendah, heave ventrikel kiri, murmur sistolik ejeksi, dan murmur regurgitasi mitral. Pasien dengan kondisi ini menjadi tantangan untuk ahli anestesi dalam operasi elektif dan gawat darurat.Kasus: Pasien wanita 29 tahun, dengan diagnosa kardiomiopati hipertrofi obstruksi dan vegetasi yang akan dilakukan tindakan miektomi saluran keluar ventrikel kanan (RVOT), saluran keluar ventrikel kiri (LVOT), dan evakuasi vegetasi. Selama operasi hemodinamik dipertahankan untuk menjaga denyut jantung antara 60-90 denyut per menit, tekanan darah rata-rata 60-70 mmHg. End tidal carbon dioxide (EtCO2) dipertahankan antara 35-40 mmHg dan central venous pressure (CVP) dijaga tetap tinggi pada periode sebelum dan sesudah bypass. Periode weaning hingga pasca bypass, hemodinamik dipertahankan dengan milrinon (0,375 mcg/kgBB/menit) dan dilakukan pemasangan temporary pacemaker (TPM) karena didapatkan irama atrioventricular (AV) block. Pasien dilakukan miektomi septum, release LVOT, reseksi double chamber right ventricular (DCRV), dan evakuasi vegetasi. Pascaoperasi pasien dirawat di intensive care unit (ICU). Selama perawatan di ICU permasalahan yang dihadapi yaitu aritmia maligna.Pembahasan: Teknik anestesi dan manajemen perioperatif pasien ini harus bertujuan untuk menjaga stabilitas hemodinamik, mempertahankan preload dan afterload yang memadai. Menghindari vasodilator dan menghindari agen yang meningkatkan kontraktilitas sangat penting dalam pengelolaan pasien ini. Tujuan intraoperatif termasuk mempertahankan irama sinus, meminimalkan rangsangan stres dan meminimalkan atau mencegah obstruksi saluran keluar ventrikel kiri.Kesimpulan: Kardiomiopati hipertrofi menimbulkan banyak tantangan unik mengenai pelaksanaan anestesi. Preload yang memadai, kontrol stimulasi simpatik, denyut jantung dan peningkatan afterload diperlukan untuk mengurangi obstruksi saluran keluar ventrikel kiri.","PeriodicalId":446295,"journal":{"name":"JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)","volume":"28 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128159941","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Manajemen Perioperatif pada Pasien Hipertensi Pulmonal Akibat Kelainan Jantung Kiri yang Menjalani Operasi Bedah Jantung 肺动脉高血压患者的周周管理,由左心律失常引起,心脏外科手术
Pub Date : 2023-03-31 DOI: 10.14710/jai.v0i0.49535
Rifdhani Fakhrudin Nur, Juni Kurniawaty, B. Pratomo
Hipertensi pulmonal akibat kelainan jantung kiri (PH-LHD) pada pasien yang menjalani bedah jantung dihubungkan dengan tingginya komplikasi, peningkatan risiko luaran buruk, dan kenaikan mortalitas perioperatif. Manajemen praoperatif pada pasien PH-LHD meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, serta kateterisasi jantung kanan untuk menegakkan diagnosis definitif. Optimalisasi praoperatif dilakukan dengan memastikan kondisi euvolemik, meneruskan pengobatan sebelumnya, sampai memberikan perawatan intensif pada kondisi gagal jantung dekompensasi akut. Selain pemantauan invasif standar, pemantauan transesophageal echocardiography intraoperatif digunakan untuk menganalisis PH dan mengenali kelainan jantung kiri yang menyebabkan PH. Induksi anestesi dilakukan dengan teknik anestesi balans antara opioid dan agen inhalasi dosis rendah. Pada PH-LHD yang disebabkan lesi katup, target hemodinamik disesuaikan dengan jenis kelainan katupnya. Target manajemen pascaoperatif adalah menghindari dan mengobati gagal ventrikel kanan dengan mengatasi aritmia, melakukan strategi ventilasi mekanik pelindung ventrikel kanan, memastikan keseimbangan cairan, dan memberikan dukungan obat vasoaktif jika diperlukan.
肺动脉高血压(PH-LHD)是接受心脏手术的患者的并发症增加、坏损风险增加和周死亡率上升的结果。PH-LHD患者的前期管理包括镇痛、物理检查、支持检查,以及维持确定诊断的右心理分析。优化前外科手术是通过确定euvolemik的病情,继续早期的治疗,直到对急性心力退行性换位治疗。除了标准的侵入性监测器外,内外科倒刺回声回声术监测还被用来分析PH值,并通过阿片类药物和低剂量吸入剂的麻醉技术确定诱导麻醉药的左心室异常。在瓣膜病变引起的PH-LHD中,目标血液动力与瓣膜异常的类型相适应。战后管理的目标是通过克服心律失态,通过使用右心室保护通气策略,确保液体平衡,并在必要时提供抗血管活性药物的支持来避免和治疗右心室失速。
{"title":"Manajemen Perioperatif pada Pasien Hipertensi Pulmonal Akibat Kelainan Jantung Kiri yang Menjalani Operasi Bedah Jantung","authors":"Rifdhani Fakhrudin Nur, Juni Kurniawaty, B. Pratomo","doi":"10.14710/jai.v0i0.49535","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jai.v0i0.49535","url":null,"abstract":"Hipertensi pulmonal akibat kelainan jantung kiri (PH-LHD) pada pasien yang menjalani bedah jantung dihubungkan dengan tingginya komplikasi, peningkatan risiko luaran buruk, dan kenaikan mortalitas perioperatif. Manajemen praoperatif pada pasien PH-LHD meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, serta kateterisasi jantung kanan untuk menegakkan diagnosis definitif. Optimalisasi praoperatif dilakukan dengan memastikan kondisi euvolemik, meneruskan pengobatan sebelumnya, sampai memberikan perawatan intensif pada kondisi gagal jantung dekompensasi akut. Selain pemantauan invasif standar, pemantauan transesophageal echocardiography intraoperatif digunakan untuk menganalisis PH dan mengenali kelainan jantung kiri yang menyebabkan PH. Induksi anestesi dilakukan dengan teknik anestesi balans antara opioid dan agen inhalasi dosis rendah. Pada PH-LHD yang disebabkan lesi katup, target hemodinamik disesuaikan dengan jenis kelainan katupnya. Target manajemen pascaoperatif adalah menghindari dan mengobati gagal ventrikel kanan dengan mengatasi aritmia, melakukan strategi ventilasi mekanik pelindung ventrikel kanan, memastikan keseimbangan cairan, dan memberikan dukungan obat vasoaktif jika diperlukan.","PeriodicalId":446295,"journal":{"name":"JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)","volume":"21 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121171889","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Tatalaksana Anestesi pada Ebstein’s Anomaly yang menjalani Cone Procedure
Pub Date : 2023-03-31 DOI: 10.14710/jai.v15i1.50026
Mahendra Dwi Aditya Lopulalan, Budi Nugroho
Latar Belakang: Ebstein’s anomaly adalah kelainan kongenital yang ditandai dengan malformasi dan perpindahan apikal dari daun katup trikuspid. Pasien datang dengan rentang umur yang luas dari neonatus hingga dewasa dengan berbagai presentasi klinis mulai dari asimtomatik hingga gagal jantung, sianosis, dan aritmia paroksismal. Anomali ini kompleks dan bervariasi yang dapat dikelola dengan berbagai teknik koreksi bedah.Kasus: Seorang wanita berusia 30 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan mudah lelah dan pingsan sejak kecil. Dari pemeriksaan ekokardiografi ditemukan trikuspid regurgitasi berat yang sesuai dengan Ebstein’s anomaly dan atrial septal defect (ASD). Pasien dinilai dengan status fisik ASA 4 dan dilakukan cone procedure.Diskusi: Konsekuensi hemodinamik dan implikasi anestesi pada koreksi Ebstein’s anomaly sangat menantang. Manajemen anestesi yang komprehensif diperlukan untuk, mengatasi masalah yang disebabkan oleh trikuspid regurgitasi, atrialisasi ventrikel kanan, atrial septal defek, gangguan jalur konduksi, dan pada sebagian pasien disfungsi ventrikel kiri akibat geometri yang abnormal.Kesimpulan: Ahli anestesiologi harus merencanakan strategi perioperatif yang tepat untuk mendapatkan hemodinamik yang optimal selama prosedur perbaikan Ebstein’s anomaly dan memfasilitasi pemulihan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas.
背景:Ebstein的异常是一种以畸形为特征的先天性疾病,以及三尖瓣叶片的鸦片位移。患者的年龄从新生儿到成人不等,临床表现从症状到心脏骤停、发绀和心律失常。这种复杂而多样的异常可以通过各种外科纠正技术来管理。病例:一名30岁的妇女走进医院,对儿童有轻微的疲劳和昏厥的抱怨。从对生态学的检查中,发现了符合Ebstein的异常和中庭缺陷(ASD)的三冠法调节法。患者的身体状况为ASA 4号,并进行了圆体检查。讨论:血液动力学的影响和麻醉药对Ebstein异常修正的影响是具有挑战性的。需要一个全面的麻醉管理,以处理由正常几何引起的右心室心房、右心室心房、三心房缺陷、导通路障碍以及一些左心室功能障碍的患者。结论:麻醉学家必须计划在埃比斯坦的异常修复过程中获得最佳的血液动力的精确周期性战略,并促进恢复,以减少发病率和死亡率。
{"title":"Tatalaksana Anestesi pada Ebstein’s Anomaly yang menjalani Cone Procedure","authors":"Mahendra Dwi Aditya Lopulalan, Budi Nugroho","doi":"10.14710/jai.v15i1.50026","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jai.v15i1.50026","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Ebstein’s anomaly adalah kelainan kongenital yang ditandai dengan malformasi dan perpindahan apikal dari daun katup trikuspid. Pasien datang dengan rentang umur yang luas dari neonatus hingga dewasa dengan berbagai presentasi klinis mulai dari asimtomatik hingga gagal jantung, sianosis, dan aritmia paroksismal. Anomali ini kompleks dan bervariasi yang dapat dikelola dengan berbagai teknik koreksi bedah.Kasus: Seorang wanita berusia 30 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan mudah lelah dan pingsan sejak kecil. Dari pemeriksaan ekokardiografi ditemukan trikuspid regurgitasi berat yang sesuai dengan Ebstein’s anomaly dan atrial septal defect (ASD). Pasien dinilai dengan status fisik ASA 4 dan dilakukan cone procedure.Diskusi: Konsekuensi hemodinamik dan implikasi anestesi pada koreksi Ebstein’s anomaly sangat menantang. Manajemen anestesi yang komprehensif diperlukan untuk, mengatasi masalah yang disebabkan oleh trikuspid regurgitasi, atrialisasi ventrikel kanan, atrial septal defek, gangguan jalur konduksi, dan pada sebagian pasien disfungsi ventrikel kiri akibat geometri yang abnormal.Kesimpulan: Ahli anestesiologi harus merencanakan strategi perioperatif yang tepat untuk mendapatkan hemodinamik yang optimal selama prosedur perbaikan Ebstein’s anomaly dan memfasilitasi pemulihan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas.","PeriodicalId":446295,"journal":{"name":"JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129676902","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
INJURI GINJAL AKUT AKIBAT SEPSIS PADA PASIEN DI ICU/ SEPSIS INDUCED ACUTE KIDNEY INJURY IN ICU PATIENTS
Pub Date : 2022-12-23 DOI: 10.14710/jai.v0i0.49464
T. Maskoen, Diki Akbar
Sepsis didefinisikan sebagai disfungsi organ yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh disregulasi respons tubuh terhadap infeksi. Acute Kidney Injury (AKI) adalah sindrom klinis akibat penurunan fungsi ginjal dan merupakan komplikasi yang sering ditemui pada pasien Intensive Care Unit (ICU). Menurut berbagai data yang telah dilaporkan, 45-70% dari semua kasus AKI terkait dengan sepsis Pasien AKI memiliki peningkatanrisiko mortalitas tiga kali lipat, peningkatan risiko CKD tujuh kali lipat, dan peningkatan risiko ESRD 22 kali lipat.Diagnosis AKI di ICU menggunakan kriteria diagnosis RIFLE, AKIN, dan KDIGO berdasarkan serum kreatinin dan volume urine. Selain itu, terdapat juga pencitraan seperti ultrasonography .Tatalaksana Sepsis AKI di ICU terdiri atas terapi nondialisis dan terapi pengganti ginjal. Terapi nondialisisantara lain adalah diuretik, pemeliharaan keseimbangan cairan, asam basa dan elektrolit, dan nutrisi. Terapi pengganti ginjal terdiri atas berbagai modalitas yaitu CRRT, IHD, SLED, dan PD dengan CRRT sebagai modalitas utama pada pasien ICU.Sepsis AKI masih menjadi masalah besar karena berkaitan dengan luaran pasien yang buruk. Oleh karena itu, diagnosis dan tatalaksana AKI yang dini dan tepat penting untuk dipahami agar dapat mencapai luaran pasien yang lebih baik.Acute Kidney Injury (AKI) is a clinical syndrome due to decreased renal function. AKI remains as one of the mostcommon complication in critically ill patients. In Intensive Care Unit (ICU) patients, 50% develops AKI and 13.5% needs a renal replacement therapy in ICU. AKI patients have three times increased risk of mortality, seven times risk of CKD, and 22 times risk of ESRD.Diagnosis criterias of RIFLE, AKIN, and KDIGO are used for diagnosing AKI in ICU. These criterias usecreatinine serum and urine output for the parameter. In addition, there are also several imaging test that can be used to diagnose AKI in ICU such as ultrasonography .Management of AKI in ICU consists of nondialysis therapies and renal replacement therapy. Nondialysis therapies are diuretic, maintenance of fluid balance, acid-base, and electrolyte, and nutrition. Renal replacementtherapy includes several modalities which are CRRT, IHD, SLED, and PD. CRRT is the main modality in ICU patients.AKI in ICU is associated with bad prognosis that makes it one of the biggest problem in critically ill patients. A betterunderstanding of early and appropriate diagnosis and management is an important approach in improving the patients’ outcomes.
败血症的定义是一种危及生命的器官功能障碍,是由身体对感染的反应失调引起的。急性护理单位并发症是肾功能衰竭引起的临床综合症。根据报告的数据,与阿琪败血症相关的病例中,45-70%的人的死亡率增加了两倍,CKD风险增加了七倍,ESRD风险增加了22倍。重症监护室的阿琪诊断采用了RIFLE、AKIN和KDIGO诊断标准,选择了kreatinin血清和尿液量。重症监护室的阿琪败血症是由非透析治疗和肾脏替代疗法组成的。其他非透析治疗包括利尿剂、液体平衡、碱酸和电解质和营养。肾脏替代疗法包括冷冻、IHD、SLED和冷冻PD作为ICU患者的主要模式。阿琪的败血症仍然是一个大问题,因为它涉及到大量的病人。因此,为了更好地接触病人,早期和精确的诊断和视力是至关重要的。Acute Kidney Injury (AKI)是一种临床病变功能的退位性综合症。电池是最常见的疾病之一。重症监护病房,50%开发电池和13.5%需要重新分配治疗。AKI patients有三倍增加的死亡风险,七倍增加的风险,22倍的ESRD风险。步枪、AKIN和KDIGO的crital诊断被用于ICU诊断。这些critas usecreatine血清和尿液输出为参数。此外,还进行了几次成像测试,可以用来诊断重症监护室的阿琪。非透析热是利尿剂、氟平衡、错位和电位和营养。Renal替代疗法包括冷冻、IHD、SLED和PD等多种疾病。CRRT是重症监护室病人的主要模式。重症监护室的阿琪有着坏的预测,这使得这是最严重的疾病之一。更早、更容易接受诊断和管理是对耐心的重要妥协。
{"title":"INJURI GINJAL AKUT AKIBAT SEPSIS PADA PASIEN DI ICU/ SEPSIS INDUCED ACUTE KIDNEY INJURY IN ICU PATIENTS","authors":"T. Maskoen, Diki Akbar","doi":"10.14710/jai.v0i0.49464","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jai.v0i0.49464","url":null,"abstract":"Sepsis didefinisikan sebagai disfungsi organ yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh disregulasi respons tubuh terhadap infeksi. Acute Kidney Injury (AKI) adalah sindrom klinis akibat penurunan fungsi ginjal dan merupakan komplikasi yang sering ditemui pada pasien Intensive Care Unit (ICU). Menurut berbagai data yang telah dilaporkan, 45-70% dari semua kasus AKI terkait dengan sepsis Pasien AKI memiliki peningkatanrisiko mortalitas tiga kali lipat, peningkatan risiko CKD tujuh kali lipat, dan peningkatan risiko ESRD 22 kali lipat.Diagnosis AKI di ICU menggunakan kriteria diagnosis RIFLE, AKIN, dan KDIGO berdasarkan serum kreatinin dan volume urine. Selain itu, terdapat juga pencitraan seperti ultrasonography .Tatalaksana Sepsis AKI di ICU terdiri atas terapi nondialisis dan terapi pengganti ginjal. Terapi nondialisisantara lain adalah diuretik, pemeliharaan keseimbangan cairan, asam basa dan elektrolit, dan nutrisi. Terapi pengganti ginjal terdiri atas berbagai modalitas yaitu CRRT, IHD, SLED, dan PD dengan CRRT sebagai modalitas utama pada pasien ICU.Sepsis AKI masih menjadi masalah besar karena berkaitan dengan luaran pasien yang buruk. Oleh karena itu, diagnosis dan tatalaksana AKI yang dini dan tepat penting untuk dipahami agar dapat mencapai luaran pasien yang lebih baik.Acute Kidney Injury (AKI) is a clinical syndrome due to decreased renal function. AKI remains as one of the mostcommon complication in critically ill patients. In Intensive Care Unit (ICU) patients, 50% develops AKI and 13.5% needs a renal replacement therapy in ICU. AKI patients have three times increased risk of mortality, seven times risk of CKD, and 22 times risk of ESRD.Diagnosis criterias of RIFLE, AKIN, and KDIGO are used for diagnosing AKI in ICU. These criterias usecreatinine serum and urine output for the parameter. In addition, there are also several imaging test that can be used to diagnose AKI in ICU such as ultrasonography .Management of AKI in ICU consists of nondialysis therapies and renal replacement therapy. Nondialysis therapies are diuretic, maintenance of fluid balance, acid-base, and electrolyte, and nutrition. Renal replacementtherapy includes several modalities which are CRRT, IHD, SLED, and PD. CRRT is the main modality in ICU patients.AKI in ICU is associated with bad prognosis that makes it one of the biggest problem in critically ill patients. A betterunderstanding of early and appropriate diagnosis and management is an important approach in improving the patients’ outcomes.","PeriodicalId":446295,"journal":{"name":"JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)","volume":"63 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115078499","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Laparoskopi Hemihepatektomi pada Hepatoseluler Karsinoma Hemiliver Dextra Et Causa Hepatitis B
Pub Date : 2022-12-23 DOI: 10.14710/jai.v0i0.48607
Ika Jati Setya Andriani, Ibnu Siena Sambdani
prosedur yang lebih aman daripada sebelumnya karena kemajuan teknis dan perbaikan dalam manajemen pasien pasca operasi dan tetap menjadi pengobatan lini pertama untuk HCC pada sirosis kompensasi. Hepatektomi adalah strategi pengobatan kuratif yang umum digunakan untuk pasien HCC stadium awal dan awal dengan fungsi hati yang dipertahankan. Pada awal 1990-an, dengan dimulainya teknik laparoskopi, laporan awal tentang laparoskopi hepatektomi (LH). Sejak itu, pendekatan laparoskopi semakin diterima di bidang bedah hati. Teknik laparoskopi telah terbukti mempercepat pemulihan, meningkatkan nyeri pasca operasi, dan menghasilkan kosmetik yang lebih baik daripada pendekatan terbuka. Dalam pernyataan Konferensi Konsensus Internasional Pertama untuk Reseksi Hati Laparoskopi, segmentektomi lateral kiri laparoskopi diidentifikasi sebagai pendekatan standar emas. Pada tahun 2014, Konferensi Konsensus Internasional Kedua untuk Reseksi Hati Laparoskopi merekomendasikan hepatektomi minor laparoskopi sebagai praktik bedah standar.Kasus: Pasien laki-laki usia 51 tahun datang dengan nyeri perut kanan sejak 2 minggu. Riawayat asma, hipertensi, penyakit jantung, sedasi, operasi, demam, sesak napas, batuk, pilek disangkal. Pasien tampak sakit sedang dengan kesadaran komposmentis. Vital sign : TD = 129/77 mmHg, HR = 83 x/m reguler dan isi tegangan cukup, RR = 20 x/m. T =  36.2 C dan SpO2 = 100% room air. Pada pemeriksaan laboratorium, ditemukan HBsAg = Positif, AFP = 3.46, Anti HCV = 0.09, SGOT = 26, SGPT = 22. Pada pemeriksaan MSCT scan abdomen, ditemukan hepatomegaly disertai massa solid dengan area nekrotik di dalamnya pada segmen 8 hepar dan limfadenopati interaortocava.Pembahasan: Karsinoma hepatoseluler (HCC) adalah tumor primer hati dan merupakan lebih dari 90%   tumor primer hati. HCC sekarang menjadi penyebab paling umum kelima kanker di seluruh dunia. Anestesi umum dipertahankan dengan anestesi volatil (isoflurane, sevoflurane, desflurane, nitrous oxide), anestesi intravena (propofol, dexmedetomidine, ketamin, opiat), atau kombinasi dari semuanya, relaksan otot kerja pendek dan menengah lainnya (atracurium, rocuronium, vecuronium. Reseksi hati membawa risiko kehilangan darah yang melekat dengan pembedahan diseksi IVC, vena portal, dan vena hepatik dan transeksi parenkim yang sangat vaskularisasi.Kesimpulan: Hepatektomi laparoskopi menghindari kerugian dari hepatektomi standar pada pasien yang dipilih dengan benar dan bermanfaat untuk kualitas hidup pasien, karena merupakan prosedur invasif minimal.
手术比以往任何时候都更安全,因为术后患者管理的技术进步和改进,仍然是HCC补偿肝硬化的第一阶段。肝炎切除术是一种治疗治疗策略,用于HCC阶段和早期阶段患者保留肝脏功能。上世纪90年代初,通过腹腔镜技术的开始,早期关于腹腔镜切除术(LH)的报告。从那时起,腹腔镜检查在肝脏手术领域得到了越来越多的接受。腹腔镜技术证明可以加速康复,增加手术后的疼痛,并提供比开放方法更好的化妆品。在第一次国际上关于腹腔镜切除术的共识会议上,左侧腹腔镜切除术被认为是一种黄金标准的方法。2014年,美国腹腔镜切除术第二次国际共识会议建议将腹腔镜切除术中的小肝炎切除术作为一种标准的手术实践。病例:一名51岁的男性患者,持续两周腹痛。可以否认的哮喘、高血压、心脏病、镇静、手术、发烧、窒息、咳嗽、感冒。病人表现出同心同德的病态。重要信号:TD = 129.77 mmHg, h.r. = 83 x/m正电荷,RR = 20 x/m。T = 36.2 C和SpO2 = 100%供水。在实验室检查中,发现HBsAg =阳性,AFP = 3.46,反HCV = 0.09, SGOT = 26, SGPT = 22。在对腹部进行MSCT扫描时,发现肝病及其内部坏死区域为纯质量。讨论:肝癌癌(HCC)是肝癌的原发性肿瘤,占初级肝癌的90%以上。HCC现在是世界上第五大主要致癌原因。一般麻醉是通过反复麻醉(isoflurane, sevoflurane, desflurane, oxide),静脉麻醉(异丙酚,dexmetodine,氯胺酮,阿片类药物)或其他类似中型肌肉放松(atracurium, rocuronium, vecuronium)来维持的。肝脏再红会导致静脉注射、传送门静脉、肝静脉和高度血管化的父脑变性所引发的血液流失。结论:腹腔镜切除术避免了对病人的生活质量有益的标准患者的损害,因为这是侵入最小的手术。
{"title":"Laparoskopi Hemihepatektomi pada Hepatoseluler Karsinoma Hemiliver Dextra Et Causa Hepatitis B","authors":"Ika Jati Setya Andriani, Ibnu Siena Sambdani","doi":"10.14710/jai.v0i0.48607","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jai.v0i0.48607","url":null,"abstract":"prosedur yang lebih aman daripada sebelumnya karena kemajuan teknis dan perbaikan dalam manajemen pasien pasca operasi dan tetap menjadi pengobatan lini pertama untuk HCC pada sirosis kompensasi. Hepatektomi adalah strategi pengobatan kuratif yang umum digunakan untuk pasien HCC stadium awal dan awal dengan fungsi hati yang dipertahankan. Pada awal 1990-an, dengan dimulainya teknik laparoskopi, laporan awal tentang laparoskopi hepatektomi (LH). Sejak itu, pendekatan laparoskopi semakin diterima di bidang bedah hati. Teknik laparoskopi telah terbukti mempercepat pemulihan, meningkatkan nyeri pasca operasi, dan menghasilkan kosmetik yang lebih baik daripada pendekatan terbuka. Dalam pernyataan Konferensi Konsensus Internasional Pertama untuk Reseksi Hati Laparoskopi, segmentektomi lateral kiri laparoskopi diidentifikasi sebagai pendekatan standar emas. Pada tahun 2014, Konferensi Konsensus Internasional Kedua untuk Reseksi Hati Laparoskopi merekomendasikan hepatektomi minor laparoskopi sebagai praktik bedah standar.Kasus: Pasien laki-laki usia 51 tahun datang dengan nyeri perut kanan sejak 2 minggu. Riawayat asma, hipertensi, penyakit jantung, sedasi, operasi, demam, sesak napas, batuk, pilek disangkal. Pasien tampak sakit sedang dengan kesadaran komposmentis. Vital sign : TD = 129/77 mmHg, HR = 83 x/m reguler dan isi tegangan cukup, RR = 20 x/m. T =  36.2 C dan SpO2 = 100% room air. Pada pemeriksaan laboratorium, ditemukan HBsAg = Positif, AFP = 3.46, Anti HCV = 0.09, SGOT = 26, SGPT = 22. Pada pemeriksaan MSCT scan abdomen, ditemukan hepatomegaly disertai massa solid dengan area nekrotik di dalamnya pada segmen 8 hepar dan limfadenopati interaortocava.Pembahasan: Karsinoma hepatoseluler (HCC) adalah tumor primer hati dan merupakan lebih dari 90%   tumor primer hati. HCC sekarang menjadi penyebab paling umum kelima kanker di seluruh dunia. Anestesi umum dipertahankan dengan anestesi volatil (isoflurane, sevoflurane, desflurane, nitrous oxide), anestesi intravena (propofol, dexmedetomidine, ketamin, opiat), atau kombinasi dari semuanya, relaksan otot kerja pendek dan menengah lainnya (atracurium, rocuronium, vecuronium. Reseksi hati membawa risiko kehilangan darah yang melekat dengan pembedahan diseksi IVC, vena portal, dan vena hepatik dan transeksi parenkim yang sangat vaskularisasi.Kesimpulan: Hepatektomi laparoskopi menghindari kerugian dari hepatektomi standar pada pasien yang dipilih dengan benar dan bermanfaat untuk kualitas hidup pasien, karena merupakan prosedur invasif minimal.","PeriodicalId":446295,"journal":{"name":"JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)","volume":"20 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128401928","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
期刊
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)
全部 Acc. Chem. Res. ACS Applied Bio Materials ACS Appl. Electron. Mater. ACS Appl. Energy Mater. ACS Appl. Mater. Interfaces ACS Appl. Nano Mater. ACS Appl. Polym. Mater. ACS BIOMATER-SCI ENG ACS Catal. ACS Cent. Sci. ACS Chem. Biol. ACS Chemical Health & Safety ACS Chem. Neurosci. ACS Comb. Sci. ACS Earth Space Chem. ACS Energy Lett. ACS Infect. Dis. ACS Macro Lett. ACS Mater. Lett. ACS Med. Chem. Lett. ACS Nano ACS Omega ACS Photonics ACS Sens. ACS Sustainable Chem. Eng. ACS Synth. Biol. Anal. Chem. BIOCHEMISTRY-US Bioconjugate Chem. BIOMACROMOLECULES Chem. Res. Toxicol. Chem. Rev. Chem. Mater. CRYST GROWTH DES ENERG FUEL Environ. Sci. Technol. Environ. Sci. Technol. Lett. Eur. J. Inorg. Chem. IND ENG CHEM RES Inorg. Chem. J. Agric. Food. Chem. J. Chem. Eng. Data J. Chem. Educ. J. Chem. Inf. Model. J. Chem. Theory Comput. J. Med. Chem. J. Nat. Prod. J PROTEOME RES J. Am. Chem. Soc. LANGMUIR MACROMOLECULES Mol. Pharmaceutics Nano Lett. Org. Lett. ORG PROCESS RES DEV ORGANOMETALLICS J. Org. Chem. J. Phys. Chem. J. Phys. Chem. A J. Phys. Chem. B J. Phys. Chem. C J. Phys. Chem. Lett. Analyst Anal. Methods Biomater. Sci. Catal. Sci. Technol. Chem. Commun. Chem. Soc. Rev. CHEM EDUC RES PRACT CRYSTENGCOMM Dalton Trans. Energy Environ. Sci. ENVIRON SCI-NANO ENVIRON SCI-PROC IMP ENVIRON SCI-WAT RES Faraday Discuss. Food Funct. Green Chem. Inorg. Chem. Front. Integr. Biol. J. Anal. At. Spectrom. J. Mater. Chem. A J. Mater. Chem. B J. Mater. Chem. C Lab Chip Mater. Chem. Front. Mater. Horiz. MEDCHEMCOMM Metallomics Mol. Biosyst. Mol. Syst. Des. Eng. Nanoscale Nanoscale Horiz. Nat. Prod. Rep. New J. Chem. Org. Biomol. Chem. Org. Chem. Front. PHOTOCH PHOTOBIO SCI PCCP Polym. Chem.
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1