Informasi pada label kemasan makanan menentukan apakah makanan bergizi, berkualitas dan aman dikonsumsi. Label makanan juga berperan penting terhadap keputusan konsumen dalam membeli makanan, namun perilaku membaca label pangan kemasan di Indonesia masih cukup rendah. Penelitian ini bertujuan mengetahui perilaku membaca label pangan dan informasi gizi pada pangan kemasan pada siswa SMK Wijaya Kusuma. Lokasi penelitian dilakukan di SMK Wijaya Kusuma Jakarta Selatan dengan desain studi cross sectional. Penelitian ini dilakukan dari Juni - September 2019 dengan jumlah sampel 150 orang. Data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan chi square. Hasil penelitian didapatkan 68,7% responden berusia 16 tahun, 56,7% responden mempunyai uang saku
{"title":"Persepsi dan Perilaku Membaca Label Pangan dan Informasi Gizi pada Siswa SMK Wijaya Kusuma","authors":"Lulu’ul Badriyah, Abdullah Syafei","doi":"10.33221/jikm.v8i04.401","DOIUrl":"https://doi.org/10.33221/jikm.v8i04.401","url":null,"abstract":"Informasi pada label kemasan makanan menentukan apakah makanan bergizi, berkualitas dan aman dikonsumsi. Label makanan juga berperan penting terhadap keputusan konsumen dalam membeli makanan, namun perilaku membaca label pangan kemasan di Indonesia masih cukup rendah. Penelitian ini bertujuan mengetahui perilaku membaca label pangan dan informasi gizi pada pangan kemasan pada siswa SMK Wijaya Kusuma. Lokasi penelitian dilakukan di SMK Wijaya Kusuma Jakarta Selatan dengan desain studi cross sectional. Penelitian ini dilakukan dari Juni - September 2019 dengan jumlah sampel 150 orang. Data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan chi square. Hasil penelitian didapatkan 68,7% responden berusia 16 tahun, 56,7% responden mempunyai uang saku <Rp.500.000, 64% responden pernah mendapatkan informasi dengan label pangan dan informasi gizi, 48,7% responden yang mempunyai pengetahuan tentang label pangan dan informasi gizi kurang, 62,7% responden mempunyai persepsi positif terhadap label pangan dan informasi gizi, 68,7% responden yang mempunyai kemampuan membaca label gizi sangat kurang, dan 43,3% responden yang kadang-kadang menggunakan label gizi sebagai acuan pembelian makanan kemasan. Hasil uji statistik menunjukkan hanya pengetahuan tentang label pangan dan informasi gizi yang berhubungan dengan jenis kelamin. Disarankan meningkatkan pengetahuan siswa dalam membaca label informasi gizi.","PeriodicalId":45460,"journal":{"name":"Journal of Information & Knowledge Management","volume":"8 1","pages":"167-174"},"PeriodicalIF":1.2,"publicationDate":"2019-12-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44826886","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Untuk mencapai prinsip pelaksanaan JKN yang efektif, BPJS kesehatan melakukan pembiayaan pelayanan kesehatan dengan sistem paket INA CBG’s kepada penyedia fasilitas kesehatan tingkat lanjut, salah satunya adalah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tangerang Selatan. Di dalam proses verifikasi klaim BPJS ternyata terdapat banyak kendala yang terjadi salah satunya adalah penolakan berkas oleh verifikator yang dapat berdampak pada potensi adanya gangguan operasional rumah sakit. Kelengkapan informasi rekam medis dan ketepatan kode diagnosa menjadi faktor yang mempengaruhi klaim BPJS. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa gambaran persetujuan klaim BPJS kesehatan meliputi kelengkapan informasi, ketetapan diagnosis, dan persetujuan klaim BPJS. Penelitian ini adalah penelitian Cross sectional deksriptif dengan menggunakan data sekunder berupa data rekam medis pasien rawat inap RSUD Tangerang Selatan periode Januari-Maret 2019. Hasil penelitian menunjukkan 65,9% informasi rekam medis lengkap 87,6% diagnosis utama tepat, dan 85,7% klaim BPJS kesehatan disetujui. Disarankan kepada pihak manajemen RSUD Tangerang Selatan untuk memperhatikan faktor-faktor yang menyebabkan klaim ditolak seperti kelengkapan informasi rekam medis dan ketepatan kode diagnosis utama guna mengurangi angka klaim yang ditolak pada klaim BPJS Kesehatan.
{"title":"Analisis Persetujuan Klaim BPJS Kesehatan pada Pasien Rawat Inap","authors":"Fajar Ariyanti, Muhammad Tijar Gifari","doi":"10.33221/jikm.v8i04.415","DOIUrl":"https://doi.org/10.33221/jikm.v8i04.415","url":null,"abstract":"Untuk mencapai prinsip pelaksanaan JKN yang efektif, BPJS kesehatan melakukan pembiayaan pelayanan kesehatan dengan sistem paket INA CBG’s kepada penyedia fasilitas kesehatan tingkat lanjut, salah satunya adalah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tangerang Selatan. Di dalam proses verifikasi klaim BPJS ternyata terdapat banyak kendala yang terjadi salah satunya adalah penolakan berkas oleh verifikator yang dapat berdampak pada potensi adanya gangguan operasional rumah sakit. Kelengkapan informasi rekam medis dan ketepatan kode diagnosa menjadi faktor yang mempengaruhi klaim BPJS. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa gambaran persetujuan klaim BPJS kesehatan meliputi kelengkapan informasi, ketetapan diagnosis, dan persetujuan klaim BPJS. Penelitian ini adalah penelitian Cross sectional deksriptif dengan menggunakan data sekunder berupa data rekam medis pasien rawat inap RSUD Tangerang Selatan periode Januari-Maret 2019. Hasil penelitian menunjukkan 65,9% informasi rekam medis lengkap 87,6% diagnosis utama tepat, dan 85,7% klaim BPJS kesehatan disetujui. Disarankan kepada pihak manajemen RSUD Tangerang Selatan untuk memperhatikan faktor-faktor yang menyebabkan klaim ditolak seperti kelengkapan informasi rekam medis dan ketepatan kode diagnosis utama guna mengurangi angka klaim yang ditolak pada klaim BPJS Kesehatan.","PeriodicalId":45460,"journal":{"name":"Journal of Information & Knowledge Management","volume":"8 1","pages":"156-166"},"PeriodicalIF":1.2,"publicationDate":"2019-12-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47840774","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Literasi gizi (nutrition literacy) merupakan suatu tingkatan sejauh mana seorang individu memiliki kapasitas atau kemampuan untuk mendapatkan, memproses, dan memahami informasi terkait gizi. Tingkat literasi gizi pada remaja terkait dengan pola konsumsi makan yang akan berkontribusi terhadap masalah gizi pada remaja seperti obesitas, anemia, dan gangguan makan lain juga berdampak terhadap kondisi kesehatan secara umum. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa dan siswi di SMAN 2 Tangerang Selatan dengan jumlah sampel sebanyak 148 orang. Instrument yang digunakan berupa kuesioner unutk mengukur tingkat literasi gizi. Asupan makanan remaja diukur malalui metode food recall 2x24 jam yang akan menghasilkan tingkat konsumsi masing-masing zat gizi dari bahan makanan yang dikonsumsi. Status gizi diukur dengan metode indeks massa tubuh (IMT) dengan menggunakan parameter berat badan dan tinggi badan remaja. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang kuat dan signifikan antara literasi gizi dengan status gizi (r=0,576) dan asupan energy (r=0,560). Sedangkan hubungan antara literasi gizi dengan asupan zat gizi protein (r=0,196), lemak (r=0,167) dan karbohidrat (r=0,290) relatif lemah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan materi ajar dalam melakukan pendidikan terkait literasi gizi bagi remaja.
{"title":"Literasi Gizi (Nutrition Literacy) dan Hubungannya dengan Asupan Makan dan Status Gizi Remaja","authors":"Abdullah Syafei, Lulu’ul Badriyah","doi":"10.33221/jikm.v8i04.402","DOIUrl":"https://doi.org/10.33221/jikm.v8i04.402","url":null,"abstract":"Literasi gizi (nutrition literacy) merupakan suatu tingkatan sejauh mana seorang individu memiliki kapasitas atau kemampuan untuk mendapatkan, memproses, dan memahami informasi terkait gizi. Tingkat literasi gizi pada remaja terkait dengan pola konsumsi makan yang akan berkontribusi terhadap masalah gizi pada remaja seperti obesitas, anemia, dan gangguan makan lain juga berdampak terhadap kondisi kesehatan secara umum. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa dan siswi di SMAN 2 Tangerang Selatan dengan jumlah sampel sebanyak 148 orang. Instrument yang digunakan berupa kuesioner unutk mengukur tingkat literasi gizi. Asupan makanan remaja diukur malalui metode food recall 2x24 jam yang akan menghasilkan tingkat konsumsi masing-masing zat gizi dari bahan makanan yang dikonsumsi. Status gizi diukur dengan metode indeks massa tubuh (IMT) dengan menggunakan parameter berat badan dan tinggi badan remaja. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang kuat dan signifikan antara literasi gizi dengan status gizi (r=0,576) dan asupan energy (r=0,560). Sedangkan hubungan antara literasi gizi dengan asupan zat gizi protein (r=0,196), lemak (r=0,167) dan karbohidrat (r=0,290) relatif lemah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan materi ajar dalam melakukan pendidikan terkait literasi gizi bagi remaja.","PeriodicalId":45460,"journal":{"name":"Journal of Information & Knowledge Management","volume":"8 1","pages":"182-190"},"PeriodicalIF":1.2,"publicationDate":"2019-12-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42413556","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Durasi persalinan adalah berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk persalinan normal. Persalinan lama (macet) akan berdampak buruk untuk ibu dan janin. Program pendidikan holistik dibutuhkan dalam rangka mencegah persalinan lama dan ibu bisa bersalin secara spontan. Program pendidikan kesehatan bertujuan supaya waktu persalinan menjadi lebih pendek pada fase latent, fase aktif dan kala dua persalinan. Studi ini adalah rancangan quasi experimental dengan melibatkan 54 ibu bersalin spontan (n=27 pada kelompok kontrol) dan (n=27 pada kelompok intervensi). Durasi persalinan diukur dalam menit. Program ini diberikan sejak ibu hamil 36-37 minggu sampai ibu melahirkan spontan (tidak seksio sesaria) dengan metode pengajaran holistik, demonstrasi, follow up ibu via telepon setiap hari sampai masuk ruang bersalin dan observasi durasi persalinan di ruang bersalin. T-test digunakan untuk menganalisa data penelitian ini. Hasil; Ada pengaruh yang signifikan program pendidikan holistik terhadap durasi persalinan kala 2 pada bersalin spontan di kelompok intervensi (t= 4.152, p =0.000) dibanding dengan kelompok kontrol. Namun tidak ada perbedaan yang signifikan antara durasi persalinan pada fase latent (t=0.88, p=0.383) dan fase aktif (t=0.358, p=0.722) antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Luaran penelitian membuktikan program ini bisa diterapkan ditatanan praktek pelayanan kesehatan dalam mempersingkat durasi persalinan kala dua.
{"title":"Efektifitas Program Pendidikan Kesehatan Terhadap Durasi Persalinan Pada Ibu Bersalin Spontan","authors":"Desmawati Desmawati, A. Agustina","doi":"10.33221/jikm.v8i04.410","DOIUrl":"https://doi.org/10.33221/jikm.v8i04.410","url":null,"abstract":"Durasi persalinan adalah berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk persalinan normal. Persalinan lama (macet) akan berdampak buruk untuk ibu dan janin. Program pendidikan holistik dibutuhkan dalam rangka mencegah persalinan lama dan ibu bisa bersalin secara spontan. Program pendidikan kesehatan bertujuan supaya waktu persalinan menjadi lebih pendek pada fase latent, fase aktif dan kala dua persalinan. Studi ini adalah rancangan quasi experimental dengan melibatkan 54 ibu bersalin spontan (n=27 pada kelompok kontrol) dan (n=27 pada kelompok intervensi). Durasi persalinan diukur dalam menit. Program ini diberikan sejak ibu hamil 36-37 minggu sampai ibu melahirkan spontan (tidak seksio sesaria) dengan metode pengajaran holistik, demonstrasi, follow up ibu via telepon setiap hari sampai masuk ruang bersalin dan observasi durasi persalinan di ruang bersalin. T-test digunakan untuk menganalisa data penelitian ini. Hasil; Ada pengaruh yang signifikan program pendidikan holistik terhadap durasi persalinan kala 2 pada bersalin spontan di kelompok intervensi (t= 4.152, p =0.000) dibanding dengan kelompok kontrol. Namun tidak ada perbedaan yang signifikan antara durasi persalinan pada fase latent (t=0.88, p=0.383) dan fase aktif (t=0.358, p=0.722) antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Luaran penelitian membuktikan program ini bisa diterapkan ditatanan praktek pelayanan kesehatan dalam mempersingkat durasi persalinan kala dua.","PeriodicalId":45460,"journal":{"name":"Journal of Information & Knowledge Management","volume":"8 1","pages":"151-155"},"PeriodicalIF":1.2,"publicationDate":"2019-12-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46260702","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kepemimpinan transformasional dan motivasi merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja. Kepuasan kerja akan berdampak pada kinerja karyawan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh kepemimpinan transformasional dan motivasi terhadap kepuasan kerja serta dampaknya bagi kinerja karyawan kontrak nonmedis di klinik layanan primer. Metode penelitian ini adalah analisis deskriptif dan verifikatif dengan menggunakan analisis jalur. Analisis jalur digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel yang bertujuan untuk mengetahui hubungan sebab akibat dan pengaruh langsung maupun tidak langsung dari beberapa variabel. Subjek penelitian adalah seluruh karyawan kontrak nonmedis pada salah satu klinik layanan primer di Cimahi, Jawa Barat, yang berjumlah 22 subjek. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuisioner, observasi, dan wawancara pada bulan September 2014. Data penelitian diuji secara statistik menggunakan uji korelasi dan uji regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional, motivasi, kepuasan kerja, dan kinerja mendapat penilaian baik. Kepemimpinan tranformasional memiliki pengaruh langsung yang lebih besar terhadap kepuasan kerja karyawan kontrak nonmedis. Selanjutnya, kepuasan kerja memiliki pengaruh positif terhadap kinerja karyawan kontrak nonmedis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada manajemen klinik agar dapat meningkatkan kepuasan kerja yang berdampak pada kinerja karyawan kontrak nonmedis.
{"title":"Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Motivasi terhadap Kepuasan Kerja serta Dampaknya bagi Kinerja Karyawan Klinik","authors":"Deswara Deswara, Y. Arifin","doi":"10.33221/jikm.v8i04.400","DOIUrl":"https://doi.org/10.33221/jikm.v8i04.400","url":null,"abstract":"Kepemimpinan transformasional dan motivasi merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja. Kepuasan kerja akan berdampak pada kinerja karyawan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh kepemimpinan transformasional dan motivasi terhadap kepuasan kerja serta dampaknya bagi kinerja karyawan kontrak nonmedis di klinik layanan primer. Metode penelitian ini adalah analisis deskriptif dan verifikatif dengan menggunakan analisis jalur. Analisis jalur digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel yang bertujuan untuk mengetahui hubungan sebab akibat dan pengaruh langsung maupun tidak langsung dari beberapa variabel. Subjek penelitian adalah seluruh karyawan kontrak nonmedis pada salah satu klinik layanan primer di Cimahi, Jawa Barat, yang berjumlah 22 subjek. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuisioner, observasi, dan wawancara pada bulan September 2014. Data penelitian diuji secara statistik menggunakan uji korelasi dan uji regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional, motivasi, kepuasan kerja, dan kinerja mendapat penilaian baik. Kepemimpinan tranformasional memiliki pengaruh langsung yang lebih besar terhadap kepuasan kerja karyawan kontrak nonmedis. Selanjutnya, kepuasan kerja memiliki pengaruh positif terhadap kinerja karyawan kontrak nonmedis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada manajemen klinik agar dapat meningkatkan kepuasan kerja yang berdampak pada kinerja karyawan kontrak nonmedis.","PeriodicalId":45460,"journal":{"name":"Journal of Information & Knowledge Management","volume":"8 1","pages":"143-150"},"PeriodicalIF":1.2,"publicationDate":"2019-12-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48899623","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-11-20DOI: 10.26553/JIKM.2019.10.3.184-190
Mona Lestari, Desheila Andarini, Dwi Septiawati, Poppy Fujianti, N. Novrikasari
Background: Palembang – Indralaya highway is a cross-provincial road where motor vehicle activity is constant, causing noise and affecting settlements along the road. Constant exposure to the noise that exceeds quality standards (55 dB) stipulated in Environmental Ministerial Decree (KEP.48/MENLH/11/1996), can cause a variety of health problems, such as hearing loss and psychological disorders. Therefore, this study is conducted to determine the noise level along the Palembang-Indralaya road. Method: This study used an observational approach through direct observations and measurements using the Mini InScienPro SQ-100 sound level meter. The noise level is measured at two locations, i.e., on the curb and in houses located along the highway. Results: Based on the observations and measurements, the highest noise intensity was during the daytime (78.0 - 102.4 dB). The highest intensity of noise inside and outside the house are 74 and 90 dB, respectively. This is due to the high volume and activity of vehicles crossing the highway. Conclusion: The intensity of the noise received by the residents along the highway is above the quality standards, so as to handle the noise, trees need to be planted around the housing (barrier plants).
{"title":"Noise Levels Along the Palembang–Indralaya Highway","authors":"Mona Lestari, Desheila Andarini, Dwi Septiawati, Poppy Fujianti, N. Novrikasari","doi":"10.26553/JIKM.2019.10.3.184-190","DOIUrl":"https://doi.org/10.26553/JIKM.2019.10.3.184-190","url":null,"abstract":"Background: Palembang – Indralaya highway is a cross-provincial road where motor vehicle activity is constant, causing noise and affecting settlements along the road. Constant exposure to the noise that exceeds quality standards (55 dB) stipulated in Environmental Ministerial Decree (KEP.48/MENLH/11/1996), can cause a variety of health problems, such as hearing loss and psychological disorders. Therefore, this study is conducted to determine the noise level along the Palembang-Indralaya road. \u0000Method: This study used an observational approach through direct observations and measurements using the Mini InScienPro SQ-100 sound level meter. The noise level is measured at two locations, i.e., on the curb and in houses located along the highway. \u0000Results: Based on the observations and measurements, the highest noise intensity was during the daytime (78.0 - 102.4 dB). The highest intensity of noise inside and outside the house are 74 and 90 dB, respectively. This is due to the high volume and activity of vehicles crossing the highway. \u0000Conclusion: The intensity of the noise received by the residents along the highway is above the quality standards, so as to handle the noise, trees need to be planted around the housing (barrier plants).","PeriodicalId":45460,"journal":{"name":"Journal of Information & Knowledge Management","volume":"10 1","pages":"184-190"},"PeriodicalIF":1.2,"publicationDate":"2019-11-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48587862","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-11-20DOI: 10.26553/JIKM.2019.10.3.153-162
Riza Hayati Ifroh, I. M. Ramdan, Vivi Filia Elvira, R. Susanti, Reny Noviasty, Ika Wulan Sari
Mulawarman University have the largest number of students in Kalimantan (37,000). This amount has the potential to be smokers supported by the non-realization of non-smoking areas in all faculties and the high circulation of cigarettes through the mobilization of street vendors and retail franchises. The purpose of this study was to find out the dominant factors influencing cigarette sales in the environment of street vendors in Mulawarman University. The design of this study is quantitative research to analyze the correlation between cigarette sales figures, types or brands of cigarettes, attributes and types of cigarette promotion media, knowledge and smoking behavior of street vendors. Statistical analysis on ordinal data using the Spearman analysis test, nominal data using contingency coefficients and ratio data using Pearson analysis. The results of this study are the average cigarette sales per day is 311 cigarettes with the highest cigarette sales is 1760 cigarettes, the type of cigarette promotion media is (55%) banners. The variables that have correlation to cigarette sales are types of cigarette sales places (p = 0.047, R = -0.257); the use of media promotion display (p = 0.002, R = 0.390) and profits from selling cigarettes in rupiah nominal (p = 0.000, R = 0.557). Limiting cigarette promotions around the campus and increasing regulation of non-smoking areas at the maximum is needed. Keywords: Sales promotion, cigarettes, smoking behavior
Mulawarman大学在加里曼丹拥有最多的学生(37,000人)。由于没有在所有院系建立禁烟区,以及通过动员街头摊贩和零售特许经销权实现香烟的高流通,这一数字有可能成为吸烟者。本研究的目的是找出影响Mulawarman大学街头小贩环境中卷烟销售的主导因素。本研究的设计是定量研究,分析卷烟销售数字、卷烟种类或品牌、卷烟宣传媒介的属性和类型、摊贩的知识和吸烟行为之间的相关性。对有序数据的统计分析采用Spearman分析检验,对标称数据采用偶然性系数,对比率数据采用Pearson分析。本研究的结果是平均每天的香烟销售量为311支,最高的香烟销售量为1760支,香烟促销媒体的类型为(55%)横幅。与卷烟销售相关的变量为卷烟销售场所类型(p = 0.047, R = -0.257);媒体促销展示的使用(p = 0.002, R = 0.390)和以印尼盾名义销售香烟的利润(p = 0.000, R = 0.557)。限制校园周围的香烟促销活动,并最大限度地加强对禁烟区的监管是必要的。关键词:促销,香烟,吸烟行为
{"title":"Cigarette Sales Promotion Pattern and Smoking Behavior of Sellers in Mulawarman University, Samarinda","authors":"Riza Hayati Ifroh, I. M. Ramdan, Vivi Filia Elvira, R. Susanti, Reny Noviasty, Ika Wulan Sari","doi":"10.26553/JIKM.2019.10.3.153-162","DOIUrl":"https://doi.org/10.26553/JIKM.2019.10.3.153-162","url":null,"abstract":"Mulawarman University have the largest number of students in Kalimantan (37,000). This amount has the potential to be smokers supported by the non-realization of non-smoking areas in all faculties and the high circulation of cigarettes through the mobilization of street vendors and retail franchises. The purpose of this study was to find out the dominant factors influencing cigarette sales in the environment of street vendors in Mulawarman University. The design of this study is quantitative research to analyze the correlation between cigarette sales figures, types or brands of cigarettes, attributes and types of cigarette promotion media, knowledge and smoking behavior of street vendors. Statistical analysis on ordinal data using the Spearman analysis test, nominal data using contingency coefficients and ratio data using Pearson analysis. The results of this study are the average cigarette sales per day is 311 cigarettes with the highest cigarette sales is 1760 cigarettes, the type of cigarette promotion media is (55%) banners. The variables that have correlation to cigarette sales are types of cigarette sales places (p = 0.047, R = -0.257); the use of media promotion display (p = 0.002, R = 0.390) and profits from selling cigarettes in rupiah nominal (p = 0.000, R = 0.557). Limiting cigarette promotions around the campus and increasing regulation of non-smoking areas at the maximum is needed. \u0000Keywords: Sales promotion, cigarettes, smoking behavior","PeriodicalId":45460,"journal":{"name":"Journal of Information & Knowledge Management","volume":"10 1","pages":"153-162"},"PeriodicalIF":1.2,"publicationDate":"2019-11-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47907565","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-11-20DOI: 10.26553/JIKM.2019.10.3.199-206
D. Arifah, Yuli Dwi Andarini, Rindang Dianita
Working at day (morning and afternoon shift) is normal working times according to human physiological conditions, but working at night would impact to the sleep cycle and regulation of human homeostasis. Various studies have found that working at night causing conditions that can interfere the ability to adapt both biologically and socially. Workers on the night shift also have a higher risk of injury or accidents due to work fatigue. This stydy aims to determine the fatigue score between night and non-noght shift workers at Dr Harjono S Hospital, Ponorogo. Data Collected in August 2019 and involved 80 medical workers as respondents who were randomly selected using simple random sampling technique. Data were obtained through direct observation and interviews to respondents. Fatigue was measured in numerical score with Fatigue Assesment Scale (FAS) Instrument. Work shift variables (WS) are divided into : non-night shift (morning, noon) and night shift (morning, noon, night). To find out the differences in physical conditions of workers in each shift, the Heart Rate (HR) of the night shift workers measured in the end of three shifts (morning : 07-14.00; Afternoon : 14.00-21.00; and night :21.00-07.00). Using independent T-test analysis, there was a significant difference in Fatigue Level of workers with night shifts and non-night shifts (p < 0.000). Workers with the night shift has 29.0 of Fatigue Levels or 21 % greather than workers with non-nigh shift (Fatigue Level : 24.2). Result shows that working at night increasing level of fatigue by 21 % than working at day. Workers on the night shift have the highest HR at the end of the shift (86.311 bpm) while workers at noon shift have the lowest HR (85.2). Keywords: Occupational fatigue, work shift, medical workers
{"title":"Occupational Fatigue Based on Work Shift Among Medical Workers at Harjono S Hospital","authors":"D. Arifah, Yuli Dwi Andarini, Rindang Dianita","doi":"10.26553/JIKM.2019.10.3.199-206","DOIUrl":"https://doi.org/10.26553/JIKM.2019.10.3.199-206","url":null,"abstract":"Working at day (morning and afternoon shift) is normal working times according to human physiological conditions, but working at night would impact to the sleep cycle and regulation of human homeostasis. Various studies have found that working at night causing conditions that can interfere the ability to adapt both biologically and socially. Workers on the night shift also have a higher risk of injury or accidents due to work fatigue. This stydy aims to determine the fatigue score between night and non-noght shift workers at Dr Harjono S Hospital, Ponorogo. Data Collected in August 2019 and involved 80 medical workers as respondents who were randomly selected using simple random sampling technique. Data were obtained through direct observation and interviews to respondents. Fatigue was measured in numerical score with Fatigue Assesment Scale (FAS) Instrument. Work shift variables (WS) are divided into : non-night shift (morning, noon) and night shift (morning, noon, night). To find out the differences in physical conditions of workers in each shift, the Heart Rate (HR) of the night shift workers measured in the end of three shifts (morning : 07-14.00; Afternoon : 14.00-21.00; and night :21.00-07.00). Using independent T-test analysis, there was a significant difference in Fatigue Level of workers with night shifts and non-night shifts (p < 0.000). Workers with the night shift has 29.0 of Fatigue Levels or 21 % greather than workers with non-nigh shift (Fatigue Level : 24.2). Result shows that working at night increasing level of fatigue by 21 % than working at day. Workers on the night shift have the highest HR at the end of the shift (86.311 bpm) while workers at noon shift have the lowest HR (85.2). \u0000Keywords: Occupational fatigue, work shift, medical workers","PeriodicalId":45460,"journal":{"name":"Journal of Information & Knowledge Management","volume":"10 1","pages":"199-206"},"PeriodicalIF":1.2,"publicationDate":"2019-11-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47840549","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-11-20DOI: 10.26553/JIKM.2019.10.3.163-171
I. P. Sari, Dewi Handayani, Fatmalina Febry
Exclusive breastfeeding is one of the successful indicators in improving the health of babies. From 2013 until 2014, the practice of exclusive breastfeeding has decreased in Indonesia and has not reached the national targets of around 80% of babies being exclusively breastfed. This study aimed to identify the prevalence and determinants of exclusive breastfeeding in Seberang Ulu I, Palembang. A community-based cross sectional study was executed from July 5, 2016 to August 5, 2016 among mothers who had infants aged less than six months. A purposive sampling technique was used to select a sample of 125 participants. Data were collected using a structured questionnaire by the face-to-face interview technique. Bivariate and multiple logistic regression analysis were used to determine factors associated with the practice of breastfeeding exclusively and to control confounding effects. The prevalence of exclusive breastfeeding was 26.4% (95% CI: 20.0%-35.1%). After adjusting for confounders (mothers’ attitudes and health workers’ support), mothers who had good knowledge were 11.66 times more likely to breastfeed exclusively than those who had poor knowledge (AOR: 11.66, 95% CI: 3.07-44.31). The prevalence of exclusive breastfeeding in Seberang Ulu I, Palembang, was still very low and has not reached the national target. The recommendation is to maximize the role of health workers in providing information about exclusive breastfeeding, so that they can continue providing motivation for mothers, husbands and families, so that the success and sustainability of exclusive breastfeeding practices could be achieved. Keywords: Mother’s knowledge, mother’s attitude, health workers support, exclusive breastfeeding
纯母乳喂养是改善婴儿健康的成功指标之一。从2013年到2014年,印度尼西亚的纯母乳喂养做法有所减少,并没有达到约80%的婴儿得到纯母乳喂养的国家目标。本研究旨在确定巨港市Seberang Ulu I地区纯母乳喂养的患病率和决定因素。本研究于2016年7月5日至2016年8月5日在有6个月以下婴儿的母亲中进行了一项基于社区的横断面研究。采用有目的抽样技术,选取125名参与者作为样本。采用面对面访谈法,采用结构化问卷收集数据。采用双变量和多元logistic回归分析来确定与纯母乳喂养相关的因素,并控制混杂效应。纯母乳喂养的患病率为26.4% (95% CI: 20.0%-35.1%)。在调整混杂因素(母亲的态度和卫生工作者的支持)后,知识丰富的母亲纯母乳喂养的可能性是知识贫乏的母亲的11.66倍(AOR: 11.66, 95% CI: 3.07-44.31)。在巨港市的Seberang Ulu I,纯母乳喂养的流行率仍然很低,尚未达到国家目标。建议最大限度地发挥卫生工作者在提供纯母乳喂养信息方面的作用,使他们能够继续为母亲、丈夫和家庭提供动力,从而实现纯母乳喂养做法的成功和可持续性。关键词:母亲知识;母亲态度;卫生工作者支持
{"title":"Prevalence and Predictors of Exclusive Breastfeeding Practices In Seberang Ulu I, Palembang: A Cross-Sectional Study","authors":"I. P. Sari, Dewi Handayani, Fatmalina Febry","doi":"10.26553/JIKM.2019.10.3.163-171","DOIUrl":"https://doi.org/10.26553/JIKM.2019.10.3.163-171","url":null,"abstract":"Exclusive breastfeeding is one of the successful indicators in improving the health of babies. From 2013 until 2014, the practice of exclusive breastfeeding has decreased in Indonesia and has not reached the national targets of around 80% of babies being exclusively breastfed. This study aimed to identify the prevalence and determinants of exclusive breastfeeding in Seberang Ulu I, Palembang. A community-based cross sectional study was executed from July 5, 2016 to August 5, 2016 among mothers who had infants aged less than six months. A purposive sampling technique was used to select a sample of 125 participants. Data were collected using a structured questionnaire by the face-to-face interview technique. Bivariate and multiple logistic regression analysis were used to determine factors associated with the practice of breastfeeding exclusively and to control confounding effects. The prevalence of exclusive breastfeeding was 26.4% (95% CI: 20.0%-35.1%). After adjusting for confounders (mothers’ attitudes and health workers’ support), mothers who had good knowledge were 11.66 times more likely to breastfeed exclusively than those who had poor knowledge (AOR: 11.66, 95% CI: 3.07-44.31). The prevalence of exclusive breastfeeding in Seberang Ulu I, Palembang, was still very low and has not reached the national target. The recommendation is to maximize the role of health workers in providing information about exclusive breastfeeding, so that they can continue providing motivation for mothers, husbands and families, so that the success and sustainability of exclusive breastfeeding practices could be achieved. \u0000 \u0000Keywords: Mother’s knowledge, mother’s attitude, health workers support, exclusive breastfeeding","PeriodicalId":45460,"journal":{"name":"Journal of Information & Knowledge Management","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":1.2,"publicationDate":"2019-11-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68994188","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-07-01DOI: 10.26553/jikm.2018.9.2.134-140
Nurjana Nurjana
Latar Belakang: Miopia adalah satu kelainan refraksi yang menyebabkan gangguan penglihatan. Deteksidini pada anak usia sekolah sangat diperlukan untuk mencegah gangguan penglihatan permanen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor risiko miopia pada siswa sekolah dasar di Kabupaten Temanggung.Metode: Jenis penelitian adalah observasional analitik dengan desain cross sectional study. Skrining dilakukan terhadap siswa kelas 4-6 di Kecamatan Temanggung dan Ngadirejo (dipilih 3 sekolah perkecamatan). Pengukuran visus dilakukan oleh petugas puskesmas yang terlatih menggunakan kartu snellen. Data mengenai faktor risiko diperoleh melalui kuesioner yang diisi oleh orang tua siswa. Data dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat.Hasil Penelitian: Terdapat 477 siswa yang diperiksa, 50,9% laki-laki dan 49,1% perempuan. Rentang umur antara 9-15 tahun. Prevalensi miopia sebesar 14,7% (95% CI: 0,11-0,17). Prevalensi miopia lebih banyak ditemukan pada siswa perempuan (17,5%), berasal dari Kecamatan Ngadirejo (17,3%) dan sedang duduk di kelas 6 (23,1%). Hasil uji bivariat menunjukkan faktor risiko yang berhubungan dengan miopia adalah riwayat genetik (OR=2.41, 95% CI: 1.29-4.38) p-value 0.002, lama menonton televisi dan/atau bermain game(OR=2.08, 95%CI: 1.17-3.79) p-value 0.007, jarak membaca (OR=1.83, 95% CI: 1.04-3.22) p value 0.034 dan posisi saat membaca (OR=2.46, 95%CI: 1.26-4.68) p-value 0.003. Analisis multivariat menunjukkan bahwa riwayat genetik merupakan faktor risiko utama penyebab miopia (OR=2.23; 95%CI; 1,23-4,02).Kesimpulan: Prevalensi miopia pada siswa sekolah dasar di Kabupaten Temanggung cukup tinggi. Riwayat genetik merupakan faktor risiko utama miopia. Disarankan agar melakukan skrining secara rutin untuk mencegah gangguan penglihatan permanen. Anak dengan riwayat genetik miopia harus dibatasi dalam melakukan aktivitas melihat dekat.
{"title":"Skrining Miopia pada Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Temanggung","authors":"Nurjana Nurjana","doi":"10.26553/jikm.2018.9.2.134-140","DOIUrl":"https://doi.org/10.26553/jikm.2018.9.2.134-140","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Miopia adalah satu kelainan refraksi yang menyebabkan gangguan penglihatan. Deteksidini pada anak usia sekolah sangat diperlukan untuk mencegah gangguan penglihatan permanen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor risiko miopia pada siswa sekolah dasar di Kabupaten Temanggung.Metode: Jenis penelitian adalah observasional analitik dengan desain cross sectional study. Skrining dilakukan terhadap siswa kelas 4-6 di Kecamatan Temanggung dan Ngadirejo (dipilih 3 sekolah perkecamatan). Pengukuran visus dilakukan oleh petugas puskesmas yang terlatih menggunakan kartu snellen. Data mengenai faktor risiko diperoleh melalui kuesioner yang diisi oleh orang tua siswa. Data dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat.Hasil Penelitian: Terdapat 477 siswa yang diperiksa, 50,9% laki-laki dan 49,1% perempuan. Rentang umur antara 9-15 tahun. Prevalensi miopia sebesar 14,7% (95% CI: 0,11-0,17). Prevalensi miopia lebih banyak ditemukan pada siswa perempuan (17,5%), berasal dari Kecamatan Ngadirejo (17,3%) dan sedang duduk di kelas 6 (23,1%). Hasil uji bivariat menunjukkan faktor risiko yang berhubungan dengan miopia adalah riwayat genetik (OR=2.41, 95% CI: 1.29-4.38) p-value 0.002, lama menonton televisi dan/atau bermain game(OR=2.08, 95%CI: 1.17-3.79) p-value 0.007, jarak membaca (OR=1.83, 95% CI: 1.04-3.22) p value 0.034 dan posisi saat membaca (OR=2.46, 95%CI: 1.26-4.68) p-value 0.003. Analisis multivariat menunjukkan bahwa riwayat genetik merupakan faktor risiko utama penyebab miopia (OR=2.23; 95%CI; 1,23-4,02).Kesimpulan: Prevalensi miopia pada siswa sekolah dasar di Kabupaten Temanggung cukup tinggi. Riwayat genetik merupakan faktor risiko utama miopia. Disarankan agar melakukan skrining secara rutin untuk mencegah gangguan penglihatan permanen. Anak dengan riwayat genetik miopia harus dibatasi dalam melakukan aktivitas melihat dekat. \u0000 \u0000 ","PeriodicalId":45460,"journal":{"name":"Journal of Information & Knowledge Management","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":1.2,"publicationDate":"2018-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68994639","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}