Pub Date : 2023-07-23DOI: 10.36490/journal-jps.com.v6i3.63
S. Salman, Sudewi, Aprilia Ulfa, Rahmah Yulia, Meutia Indriana
Pendahuluan; kesumba keling (Bixa orellana L.) merupakan tanaman yang ditanam di perkarangan rumah atau pinggir jalan, mengandung alkaloid, flavonoid, dan karotenoid. Angkak merah merupakan produk alami yang berasal dari Cina, hasil fermentasi tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kopigmentasi biji kesumba keling dan angkak merah dalam bentuk ekstrak etanol dapat diformulasikan sebagai pewarna alami ke dalam sediaan pewarna pipi yang pada konsentrasi tertentu menghasilkan warna alami yang memenuhi persyaratan dan tidak menimbulkan iritasi pada kulit. Metode; penelitian menggunakan metode eksperimental dengan menggunakan bahan uji biji kesumba keling (Bixa orellana L.) dan angkak merah. Penelitian diawali pengambilan sampel, identifikasi tumbuhan, pengolahan simplisia, pembuatan kopigmentasi biji kesumba keling (Bixa orellana L.) dan angkak merah dengan cara maserasi menggunakan penyari etanol 96%, dilakukan skrining fitokimia. Formulasi modifikasi dasar pewarna pipi dengan perbandingan masing-masing 1:2 antara biji kesumba keling dan angkak merah dibuat dalam 3 sediaan dengan konsentrasi 3%, 6%, dan 9%, dan blanko. Pemeriksaan mutu fisik sediaan meliputi, uji dispersi warna (homogenitas), uji poles, uji stabilitas, dan uji iritasi. Hasil; hasil penelitian menyimpulkan bahwa kopigmentasi biji kesumba keling (Bixa orellana L.) dan angkak merah dalam bentuk ekstrak etanol dapat diformulasikan ke dalam sediaan pewarna pipi sebagai pewarna alami merupakan sediaan yang homogen, mudah dioleskan dan stabil selama penyimpanan 12 hari. Menghasilkan warna yang berbeda tergantung pada konsentrasi yang dikandung sediaan pada pewarna pipi. Seluruh pewarna pipi kopigmentasi ekstrak etanol biji kesumba keling (Bixa orellana L.) dan angkak merah yang dibuat tidak menyebabkan iritasi pada kulit.
{"title":"Formulasi sediaan pewarna pipi menggunakan pewarna alami kopigmentasi biji kesumba keling (Bixa orellana L.) dengan angkak merah","authors":"S. Salman, Sudewi, Aprilia Ulfa, Rahmah Yulia, Meutia Indriana","doi":"10.36490/journal-jps.com.v6i3.63","DOIUrl":"https://doi.org/10.36490/journal-jps.com.v6i3.63","url":null,"abstract":"Pendahuluan; kesumba keling (Bixa orellana L.) merupakan tanaman yang ditanam di perkarangan rumah atau pinggir jalan, mengandung alkaloid, flavonoid, dan karotenoid. Angkak merah merupakan produk alami yang berasal dari Cina, hasil fermentasi tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kopigmentasi biji kesumba keling dan angkak merah dalam bentuk ekstrak etanol dapat diformulasikan sebagai pewarna alami ke dalam sediaan pewarna pipi yang pada konsentrasi tertentu menghasilkan warna alami yang memenuhi persyaratan dan tidak menimbulkan iritasi pada kulit. Metode; penelitian menggunakan metode eksperimental dengan menggunakan bahan uji biji kesumba keling (Bixa orellana L.) dan angkak merah. Penelitian diawali pengambilan sampel, identifikasi tumbuhan, pengolahan simplisia, pembuatan kopigmentasi biji kesumba keling (Bixa orellana L.) dan angkak merah dengan cara maserasi menggunakan penyari etanol 96%, dilakukan skrining fitokimia. Formulasi modifikasi dasar pewarna pipi dengan perbandingan masing-masing 1:2 antara biji kesumba keling dan angkak merah dibuat dalam 3 sediaan dengan konsentrasi 3%, 6%, dan 9%, dan blanko. Pemeriksaan mutu fisik sediaan meliputi, uji dispersi warna (homogenitas), uji poles, uji stabilitas, dan uji iritasi. Hasil; hasil penelitian menyimpulkan bahwa kopigmentasi biji kesumba keling (Bixa orellana L.) dan angkak merah dalam bentuk ekstrak etanol dapat diformulasikan ke dalam sediaan pewarna pipi sebagai pewarna alami merupakan sediaan yang homogen, mudah dioleskan dan stabil selama penyimpanan 12 hari. Menghasilkan warna yang berbeda tergantung pada konsentrasi yang dikandung sediaan pada pewarna pipi. Seluruh pewarna pipi kopigmentasi ekstrak etanol biji kesumba keling (Bixa orellana L.) dan angkak merah yang dibuat tidak menyebabkan iritasi pada kulit.","PeriodicalId":50090,"journal":{"name":"Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":2.7,"publicationDate":"2023-07-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82968451","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"医学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-07-23DOI: 10.36490/journal-jps.com.v6i3.193
Rissa Maharani Dewi, Nindita Sari Nastiti, Risa Wuriana Mawardi
Enhanced Recovery After Caesarean Surgery (ERACS) protokol baru persalinan Sectio Caesarea (SC) dinilai dapat mengurangi rasa nyeri dan mempercepat pemulihan. Analgesik oral digunakan untuk meredakan nyeri paska ERACS. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui profil penggunaan analgesik oral pasien ERACS salah satu Rumah Sakit Swasta Kota Semarang Tahun 2022. Studi ini memiliki desain deskriptif observasional. Data diambil secara retrospektif pada rekam medis pasien ERACS tahun 2022 yang menggunakan analgesik oral. Hasil penelitian ini menganalisis penggunaan analgesik oral berupa persentase golongan dan jenis analgesik oral yang digunakan. Usia pasien, usia kehamilan dan sosial ekonomi dimasukkan ke dalam data penelitian. Hasil penelitian menunjukkan profil penggunaan analgesik oral golongan non opioid 809 obat (91,93%), golongan opioid 43 obat (4,89%) dan Fixed Dose Combination (FDC) opioid/non opioid 28 obat (3,18%). Jenis analgesik yang digunakan yaitu Mefenamic Acid 328 (37,27%), Paracetamol 205 (23,30%), Diclofenac Sodium 192 (21,82%), Tramadol 43 (4,89%), kombinasi FDC Paracetamol/Tramadol 28 (3,18%), Celecoxib 27 (3,07%), Dexketoprofen 22 (2,50%), Ibuprofen 20 (2,27%), Etoricoxib 14 (1,59%) dan Ketoprofen 1 (0,11%).
{"title":"Profil penggunaan analgesik oral pasien ERACS salah satu rumah sakit swasta kota Semarang tahun 2022","authors":"Rissa Maharani Dewi, Nindita Sari Nastiti, Risa Wuriana Mawardi","doi":"10.36490/journal-jps.com.v6i3.193","DOIUrl":"https://doi.org/10.36490/journal-jps.com.v6i3.193","url":null,"abstract":"Enhanced Recovery After Caesarean Surgery (ERACS) protokol baru persalinan Sectio Caesarea (SC) dinilai dapat mengurangi rasa nyeri dan mempercepat pemulihan. Analgesik oral digunakan untuk meredakan nyeri paska ERACS. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui profil penggunaan analgesik oral pasien ERACS salah satu Rumah Sakit Swasta Kota Semarang Tahun 2022. Studi ini memiliki desain deskriptif observasional. Data diambil secara retrospektif pada rekam medis pasien ERACS tahun 2022 yang menggunakan analgesik oral. Hasil penelitian ini menganalisis penggunaan analgesik oral berupa persentase golongan dan jenis analgesik oral yang digunakan. Usia pasien, usia kehamilan dan sosial ekonomi dimasukkan ke dalam data penelitian. Hasil penelitian menunjukkan profil penggunaan analgesik oral golongan non opioid 809 obat (91,93%), golongan opioid 43 obat (4,89%) dan Fixed Dose Combination (FDC) opioid/non opioid 28 obat (3,18%). Jenis analgesik yang digunakan yaitu Mefenamic Acid 328 (37,27%), Paracetamol 205 (23,30%), Diclofenac Sodium 192 (21,82%), Tramadol 43 (4,89%), kombinasi FDC Paracetamol/Tramadol 28 (3,18%), Celecoxib 27 (3,07%), Dexketoprofen 22 (2,50%), Ibuprofen 20 (2,27%), Etoricoxib 14 (1,59%) dan Ketoprofen 1 (0,11%).","PeriodicalId":50090,"journal":{"name":"Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":2.7,"publicationDate":"2023-07-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75090323","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"医学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-07-21DOI: 10.36490/journal-jps.com.v6i3.181
Nur Komala Fitri, Arline Rahmadianti Kusumawardhani
Pendahuluan: Teh merupakan tanaman dari famili Theaceae, bagian tanaman teh yang biasa dimanfaatkan sebagai obat tradisional adalah bagian daun, secara empiris meminum seduhan daun teh memiliki khasiat sebagai menurunkan tekanan darah, mencegah kanker serta dapat mengurangi stress. Teh hijau merupakan salah satu jenis daun teh yang didapatkan dengan cara pemanasan atau menggunakan uap panas pada daun teh yang lebih tua dibandingkan dengan teh putih. Tujuan: Mengidentifikasi efektivitas ekstrak daun teh hijau sebagai antibakteri berdasarkan beberapa penelitian yang sudah dilakukan. Metode: Melakukan review pada artikel dengan rentang publikasi pada tahun 2013-2023. Hasil: Tanaman daun teh hijau mengandung senyawa flavonoid dengan subkelas katekin, katekin memiliki kerja sebagai antibakteri. Daun teh hijau akan diekstraksi yang kemudian senyawa katekin akan dipisahkan dari ekstrak utama menggunakan KLT. Kesimpulan: Dari tinjauan yang telah dilakukan, dapat dikatakan bahwa senyawa katekin yang terkandung dalam ekstrak daun teh hijau memiliki manfaat sebagai antibakteri, hal ini ditunjukan dengan adanya zona bening pada percobaan dengan difusi cakram, kemudian kejernihan pada pengujian inokulasi langsung, serta penurunan jumlah koloni bakteri yang diukur menggunakan alat colony counter.
{"title":"Review artikel: Uji Efektivitas Ekstrak Daun Teh Hijau Sebagai Antibakteri","authors":"Nur Komala Fitri, Arline Rahmadianti Kusumawardhani","doi":"10.36490/journal-jps.com.v6i3.181","DOIUrl":"https://doi.org/10.36490/journal-jps.com.v6i3.181","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Teh merupakan tanaman dari famili Theaceae, bagian tanaman teh yang biasa dimanfaatkan sebagai obat tradisional adalah bagian daun, secara empiris meminum seduhan daun teh memiliki khasiat sebagai menurunkan tekanan darah, mencegah kanker serta dapat mengurangi stress. Teh hijau merupakan salah satu jenis daun teh yang didapatkan dengan cara pemanasan atau menggunakan uap panas pada daun teh yang lebih tua dibandingkan dengan teh putih. Tujuan: Mengidentifikasi efektivitas ekstrak daun teh hijau sebagai antibakteri berdasarkan beberapa penelitian yang sudah dilakukan. Metode: Melakukan review pada artikel dengan rentang publikasi pada tahun 2013-2023. Hasil: Tanaman daun teh hijau mengandung senyawa flavonoid dengan subkelas katekin, katekin memiliki kerja sebagai antibakteri. Daun teh hijau akan diekstraksi yang kemudian senyawa katekin akan dipisahkan dari ekstrak utama menggunakan KLT. Kesimpulan: Dari tinjauan yang telah dilakukan, dapat dikatakan bahwa senyawa katekin yang terkandung dalam ekstrak daun teh hijau memiliki manfaat sebagai antibakteri, hal ini ditunjukan dengan adanya zona bening pada percobaan dengan difusi cakram, kemudian kejernihan pada pengujian inokulasi langsung, serta penurunan jumlah koloni bakteri yang diukur menggunakan alat colony counter.","PeriodicalId":50090,"journal":{"name":"Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":2.7,"publicationDate":"2023-07-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84824009","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"医学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Amlodipine memiliki bioavailabilitas tinggi, volume distribusi yang besar, dan waktu paruh eliminasi yang cukup lama yaitu 35 sampai 50 jam sehingga konsentrasi amlodipine plasma yang rendah dicapai setelah pemberian oral. Metode yang digunakan untuk kuantifikasi kadar amlodipin salah satunya yaitu metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dan Kromatografi Cair Spektrometri Massa. Tujuan review ini yaitu membandingkan validasi kedua metode sesuai parameter dan mengetahui kelebihan dan kekurangan tiap metode dari segi keakuratan dalam mengidentifikasi sampel amlodipin dalam plasma darah. Dilakukan article review dengan pengumpulan data dari tahun 2013 hingga 2023 menggunakan database google scholar dan sciencedirect yang disaring menurut kriteria inklusi dan eksklusi. Didapatkan 7 jurnal yang dapat dibandingkan menurut parameter presisi, akurasi, linearitas, limit deteksi, dan limit kuantifikasi. Presisi dan akurasi yang lebih baik adalah pada metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dan linearitas yang baik adalah pada metode Kromatografi Cair Spektrometri Massa. Metode Kromatografi Cair Spektrometri Massa lebih mudah digunakan dalam deteksi kadar amlodipin karena mampu mendeteksi konsentrasi kadar sampel yang lebih sedikit
{"title":"Review: Perbandingan Validasi dan Kadar Amlodipin dalam Sampel Plasma Darah pada Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dan Kromatografi Cair Spektrometri Massa","authors":"Deborah Chennia Lau, Tiara Cinta Amelia, Diara Ravika Hadjami","doi":"10.36490/journal-jps.com.v6i3.166","DOIUrl":"https://doi.org/10.36490/journal-jps.com.v6i3.166","url":null,"abstract":"Amlodipine memiliki bioavailabilitas tinggi, volume distribusi yang besar, dan waktu paruh eliminasi yang cukup lama yaitu 35 sampai 50 jam sehingga konsentrasi amlodipine plasma yang rendah dicapai setelah pemberian oral. Metode yang digunakan untuk kuantifikasi kadar amlodipin salah satunya yaitu metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dan Kromatografi Cair Spektrometri Massa. Tujuan review ini yaitu membandingkan validasi kedua metode sesuai parameter dan mengetahui kelebihan dan kekurangan tiap metode dari segi keakuratan dalam mengidentifikasi sampel amlodipin dalam plasma darah. Dilakukan article review dengan pengumpulan data dari tahun 2013 hingga 2023 menggunakan database google scholar dan sciencedirect yang disaring menurut kriteria inklusi dan eksklusi. Didapatkan 7 jurnal yang dapat dibandingkan menurut parameter presisi, akurasi, linearitas, limit deteksi, dan limit kuantifikasi. Presisi dan akurasi yang lebih baik adalah pada metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dan linearitas yang baik adalah pada metode Kromatografi Cair Spektrometri Massa. Metode Kromatografi Cair Spektrometri Massa lebih mudah digunakan dalam deteksi kadar amlodipin karena mampu mendeteksi konsentrasi kadar sampel yang lebih sedikit\u0000 ","PeriodicalId":50090,"journal":{"name":"Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":2.7,"publicationDate":"2023-07-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90448661","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"医学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-07-21DOI: 10.36490/journal-jps.com.v6i3.178
Arline Rahmadianti Kusumawardhani, Nur Komala Fitri
Pemanfaatan minyak alami sebagai bahan baku utama dan bahan baku tambahan telah lama dilakukan dalam industri kosmetik. Minyak alami diketahui kaya akan kandungan nutrisi serta manfaat sehingga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan produk kecantikan dan perawatan kulit. Tujuan utama kegiatan studi literatur ini untuk identifikasi perkembangan terbaru, identifikasi dan penyelesaian masalah yang dapat terjadi dalam formulasi produk menggunakan minyak alami serta eksplorasi peluang dalam pemanfaatan minyak alami pada formulasi kosmetik. Studi literatur dilakukan dengan pencarian literatur jurnal berbasis nasional dan internasional pada rentang tahun 2012 hingga 2023 yang kemudian dipilih berdasarkan kesesuaian pada topik pembahasan serta pengkajian secara menyeluruh. Berdasarkan studi literatur, didapatkan hasil bahwa minyak alami telah terbukti memiliki potensi dalam inovasi formulasi kosmetik karena manfaat yang ditawarkan lebih alami dan organik, serta lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan bahan kimia meskipun terdapat permasalahan yang harus ditemukan solusinya. Selain itu, melalui penelitian dan inovasi lebih lanjut mengenai pemanfaatan minyak alami dapat tercipta formulasi kosmetik yang unggul dan berkualitas tinggi kedepannya.
{"title":"Literature Review: Potensi Pemanfaatan Minyak Alami Dalam Inovasi Formulasi Kosmetik","authors":"Arline Rahmadianti Kusumawardhani, Nur Komala Fitri","doi":"10.36490/journal-jps.com.v6i3.178","DOIUrl":"https://doi.org/10.36490/journal-jps.com.v6i3.178","url":null,"abstract":"Pemanfaatan minyak alami sebagai bahan baku utama dan bahan baku tambahan telah lama dilakukan dalam industri kosmetik. Minyak alami diketahui kaya akan kandungan nutrisi serta manfaat sehingga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan produk kecantikan dan perawatan kulit. Tujuan utama kegiatan studi literatur ini untuk identifikasi perkembangan terbaru, identifikasi dan penyelesaian masalah yang dapat terjadi dalam formulasi produk menggunakan minyak alami serta eksplorasi peluang dalam pemanfaatan minyak alami pada formulasi kosmetik. Studi literatur dilakukan dengan pencarian literatur jurnal berbasis nasional dan internasional pada rentang tahun 2012 hingga 2023 yang kemudian dipilih berdasarkan kesesuaian pada topik pembahasan serta pengkajian secara menyeluruh. Berdasarkan studi literatur, didapatkan hasil bahwa minyak alami telah terbukti memiliki potensi dalam inovasi formulasi kosmetik karena manfaat yang ditawarkan lebih alami dan organik, serta lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan bahan kimia meskipun terdapat permasalahan yang harus ditemukan solusinya. Selain itu, melalui penelitian dan inovasi lebih lanjut mengenai pemanfaatan minyak alami dapat tercipta formulasi kosmetik yang unggul dan berkualitas tinggi kedepannya.","PeriodicalId":50090,"journal":{"name":"Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":2.7,"publicationDate":"2023-07-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"85732822","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"医学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-07-20DOI: 10.36490/journal-jps.com.v6i3.187
Heldi Candra, Indri Ayu Ningsih, C. Bat
Menemukan metrik nonspesifik dan spesifik seperti kadar air, kadar abu, susut kering, kadar ekstrak larut air, dan kadar ekstrak etanol adalah tujuan dari penelitian ini. Mempelajari cara membuat simplisia Sambiloto yang baik dan akurat adalah tujuannya. sesuai standar farmakope herbal edisi kedua tahun 2017. Mengetahui metabolit sekunder simplisia sambiloto dan jumlah etanol yang larut dalam tanaman tersebut. Penelitian ini menggabungkan metodologi observasional dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.Tanaman sambiloto (Andrographis paniculata. Burm.f.) yang tumbuh di pekarangan rumah warga di Kavling Sungai Lekop, Desa Sungai Lekop, Kecamatan Sagulung, Kota Batam, dijadikan sebagai subjek penelitian. Temuan menunjukkan bahwa metabolit sekunder termasuk tanin, alkaloid, saponin, terpenoid, dan flavonoid hadir dalam ekstrak Sambiloto. Ekstrak kental sambiloto diperoleh sebesar 5 ml dari ekstrak 500 ml nilai parameter non spesifik dan spesifik uji kadar air sambiloto sebesar 9%, abu total 10%, susut pengeringan 18,5%, ekstrak larut etanol 8%, dan ekstrak larut air 12,96%, uji parameter yang spesifik dan tidak spesifik memenuhi syarat farmakope herbal tahun 2017, hasil penelitian menunjukkan simplisia sambiloto memenuhi persyaratan sebagai obat herbal terstandar.
{"title":"Standardization of specific and non-specific parameters of sambiloto (Andrographis paniculata. Burm.f) ethanol extract as standardized herbal medicine","authors":"Heldi Candra, Indri Ayu Ningsih, C. Bat","doi":"10.36490/journal-jps.com.v6i3.187","DOIUrl":"https://doi.org/10.36490/journal-jps.com.v6i3.187","url":null,"abstract":"Menemukan metrik nonspesifik dan spesifik seperti kadar air, kadar abu, susut kering, kadar ekstrak larut air, dan kadar ekstrak etanol adalah tujuan dari penelitian ini. Mempelajari cara membuat simplisia Sambiloto yang baik dan akurat adalah tujuannya. sesuai standar farmakope herbal edisi kedua tahun 2017. Mengetahui metabolit sekunder simplisia sambiloto dan jumlah etanol yang larut dalam tanaman tersebut. Penelitian ini menggabungkan metodologi observasional dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.Tanaman sambiloto (Andrographis paniculata. Burm.f.) yang tumbuh di pekarangan rumah warga di Kavling Sungai Lekop, Desa Sungai Lekop, Kecamatan Sagulung, Kota Batam, dijadikan sebagai subjek penelitian. Temuan menunjukkan bahwa metabolit sekunder termasuk tanin, alkaloid, saponin, terpenoid, dan flavonoid hadir dalam ekstrak Sambiloto. Ekstrak kental sambiloto diperoleh sebesar 5 ml dari ekstrak 500 ml nilai parameter non spesifik dan spesifik uji kadar air sambiloto sebesar 9%, abu total 10%, susut pengeringan 18,5%, ekstrak larut etanol 8%, dan ekstrak larut air 12,96%, uji parameter yang spesifik dan tidak spesifik memenuhi syarat farmakope herbal tahun 2017, hasil penelitian menunjukkan simplisia sambiloto memenuhi persyaratan sebagai obat herbal terstandar.","PeriodicalId":50090,"journal":{"name":"Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":2.7,"publicationDate":"2023-07-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"73960022","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"医学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-07-19DOI: 10.36490/journal-jps.com.v6i3.72
M. Efendi, D. R. Gusti, Annisa Dhita Syahrial, Mesa Sukmadani Rusdi
Luka bakar merupakan jenis luka yang dapat disebabkan oleh panas (api, cairan/lemak panas, uap panas), radiasi, listrik, atau bahan kimia. Daun benalu kopi (Loranthus ferrugineus Roxb.) merupakan salah satu jenis tumbuhan yang mengandung senyawa metabolit sekunderpost-test-only, seperti flavonoid, tannin, saponin, alkaloid, dan fenolik, yang berperan dalam efek penyembuhan luka bakar. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian eksperimental dengan pendekatan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan post-test only control group design. Sebanyak 25 ekor tikus dibagi menjadi lima kelompok perlakuan, yang terdiri dari kelompok kontrol positif (gel Bioplacenton), kelompok kontrol negative (vaseline flavum), serta tiga kelompok perlakuan yang diobati dengan ekstrak etanol daun benalu, yaitu 5% (P1), 10% (P2), dan 15% (P3). Aktivitas penyembuhan luka bakar dan kandungan hidroksiprolin diamati sebagai parameter hasil. Data disajikan sebagai rata-rata ± SD dan dianalisis menggunakan uji ANOVA satu arah. Selanjutnya, dilakukan uji peringkat berganda Duncan untuk menentukan perbedaan yang signifikan. Tingkat signifikansi p<0,05 digunakan untuk menentukan hasil yang signifikan secara statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun benalu kopi memiliki efek sebagai pengobatan luka bakar, dengan konsentrasi terbaik ditemukan pada konsentrasi 15%, yang memiliki persentase penyembuhan sebesar 62,5%, meskipun efektivitasnya tidak melebihi kelompok kontrol positif (72,48%). Kandungan hidroksiprolin pada kelompok ekstrak daun benalu kopi menunjukkan perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif, terutama pada kelompok P1 (53,62±6,52 μg/mL), dan secara statistik tidak berbeda dengan kontrol positif (64,34±6,02 μg/mL). Pada kelompok P2 dan P3, kandungan hidroksiprolin mengalami peningkatan namun tidak mencapai nilai yang signifikan. Aktivitas penyembuhan luka ini disebabkan oleh kandungan senyawa kimia yang efektif dalam ekstrak, seperti fenolik, saponin, flavonoid, dan alkaloid. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi dan memahami komponen tambahan ini serta mekanisme aksinya dalam proses penyembuhan.
烧伤是一种由热量(火、热液体/脂肪、热蒸汽)、辐射、电或化学物质引起的伤口。咖啡榕树(Loranthus ferruginus Roxb)是一种植物,含有一种二级代谢化合物,如黄酮、tannin、saponin、生物碱和酚,它们对治疗烧伤有一定的作用。这项研究采用了全随机设计方法(RAL)和post- only control group design方法的实验研究方法。多达25只老鼠被分为5组,由积极控制小组(Bioplacenton)、消极控制小组(vaseline flavum)以及三组接受治疗的方法,其中包括5% (P1)、10% (P2)和15% (P3)。伤口愈合活动和水环素含量被观察为结果参数。作为平均值±SD数据和分析使用ANOVA测试一个方向运动。随后,进行了多次测试,以确定邓肯的显著差异。p . < . 05的显著性水平被用来确定统计意义重大的结果。研究表明,咖啡寄生虫的乙醇提取物对烧伤有治疗作用,最好的浓度是15%,治疗率是62.5%,尽管它的效力不超过正控制组(72,48%)。hidroksiprolin含量咖啡叶附生植物提取物组上的负面表现出明显的差异,与对照组相比,尤其是在P1组(53,62±6.52μg / mL),以积极控制在统计学上没有什么不同(64.34±6,02μg / mL)。在P2和P3组中,羟磷酸含量增加,但没有显著价值。这种伤口的治疗活动是由苯酚、髓磷脂、类黄酮和生物碱等有效化合物组成的。需要进一步的研究来识别和理解这些额外的成分以及它们在愈合过程中的作用机制。
{"title":"Evaluation of Coffee Mistletoe Leaf Ethanol Extract on Burn Healing Activity on White Male Rat","authors":"M. Efendi, D. R. Gusti, Annisa Dhita Syahrial, Mesa Sukmadani Rusdi","doi":"10.36490/journal-jps.com.v6i3.72","DOIUrl":"https://doi.org/10.36490/journal-jps.com.v6i3.72","url":null,"abstract":"Luka bakar merupakan jenis luka yang dapat disebabkan oleh panas (api, cairan/lemak panas, uap panas), radiasi, listrik, atau bahan kimia. Daun benalu kopi (Loranthus ferrugineus Roxb.) merupakan salah satu jenis tumbuhan yang mengandung senyawa metabolit sekunderpost-test-only, seperti flavonoid, tannin, saponin, alkaloid, dan fenolik, yang berperan dalam efek penyembuhan luka bakar. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian eksperimental dengan pendekatan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan post-test only control group design. Sebanyak 25 ekor tikus dibagi menjadi lima kelompok perlakuan, yang terdiri dari kelompok kontrol positif (gel Bioplacenton), kelompok kontrol negative (vaseline flavum), serta tiga kelompok perlakuan yang diobati dengan ekstrak etanol daun benalu, yaitu 5% (P1), 10% (P2), dan 15% (P3). Aktivitas penyembuhan luka bakar dan kandungan hidroksiprolin diamati sebagai parameter hasil. Data disajikan sebagai rata-rata ± SD dan dianalisis menggunakan uji ANOVA satu arah. Selanjutnya, dilakukan uji peringkat berganda Duncan untuk menentukan perbedaan yang signifikan. Tingkat signifikansi p<0,05 digunakan untuk menentukan hasil yang signifikan secara statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun benalu kopi memiliki efek sebagai pengobatan luka bakar, dengan konsentrasi terbaik ditemukan pada konsentrasi 15%, yang memiliki persentase penyembuhan sebesar 62,5%, meskipun efektivitasnya tidak melebihi kelompok kontrol positif (72,48%). Kandungan hidroksiprolin pada kelompok ekstrak daun benalu kopi menunjukkan perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif, terutama pada kelompok P1 (53,62±6,52 μg/mL), dan secara statistik tidak berbeda dengan kontrol positif (64,34±6,02 μg/mL). Pada kelompok P2 dan P3, kandungan hidroksiprolin mengalami peningkatan namun tidak mencapai nilai yang signifikan. Aktivitas penyembuhan luka ini disebabkan oleh kandungan senyawa kimia yang efektif dalam ekstrak, seperti fenolik, saponin, flavonoid, dan alkaloid. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi dan memahami komponen tambahan ini serta mekanisme aksinya dalam proses penyembuhan.","PeriodicalId":50090,"journal":{"name":"Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":2.7,"publicationDate":"2023-07-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81988435","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"医学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Bakteri endofit adalah jenis bakteri yang hidup secara simbiosis di dalam jaringan tanaman inang dan memiliki kemampuan untuk menghasilkan senyawa bioaktif yang sama dengan tanaman inangnya, termasuk sebagai agen antibakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi dan menguji aktivitas antibakteri dari bakteri endofit yang berasal dari tanaman Carica papaya, serta melakukan identifikasi molekuler menggunakan gen 16S rRNA terhadap isolat bakteri dengan aktivitas antibakteri terbesar. Sebanyak enam isolat bakteri endofit berhasil dipisahkan melalui proses penyucian. Melalui identifikasi mikroskopis menggunakan pewarnaan gram, semua isolat bakteri endofit tersebut tergolong dalam bakteri gram positif. Hasil pengujian aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa keenam isolat bakteri endofit tanaman papaya memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli, namun tidak terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Diameter rata-rata zona hambat terhadap bakteri Escherichia coli adalah sebagai berikut: RB1: 9,35 mm; RB2: 9,4 mm; RB3: 9,15 mm; CB1: 9,1 mm; CB2: 9,2 mm; CB3: 8,8 mm; FB1: 8,45 mm; FB2: 8,75 mm; dan FB3: 8,6 mm. Semua isolat bakteri endofit tanaman papaya memiliki zona hambat yang dikategorikan sebagai lemah. Isolat bakteri RB2, yang memiliki aktivitas antibakteri terbesar, teridentifikasi secara molekuler sebagai Bacillus cereus.
{"title":"Isolasi Dan Karakterisasi Bakteri Endofit Tanaman Pepaya (Carica papaya L.) Serta Aktivitasnya Sebagai Antibakteri","authors":"Irwandi, Lola Azyenela, Hera Purnama Sari, Epi Supri Wardi, Diza Sartika","doi":"10.36490/journal-jps.com.v6i3.82","DOIUrl":"https://doi.org/10.36490/journal-jps.com.v6i3.82","url":null,"abstract":"Bakteri endofit adalah jenis bakteri yang hidup secara simbiosis di dalam jaringan tanaman inang dan memiliki kemampuan untuk menghasilkan senyawa bioaktif yang sama dengan tanaman inangnya, termasuk sebagai agen antibakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi dan menguji aktivitas antibakteri dari bakteri endofit yang berasal dari tanaman Carica papaya, serta melakukan identifikasi molekuler menggunakan gen 16S rRNA terhadap isolat bakteri dengan aktivitas antibakteri terbesar. Sebanyak enam isolat bakteri endofit berhasil dipisahkan melalui proses penyucian. Melalui identifikasi mikroskopis menggunakan pewarnaan gram, semua isolat bakteri endofit tersebut tergolong dalam bakteri gram positif. Hasil pengujian aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa keenam isolat bakteri endofit tanaman papaya memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli, namun tidak terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Diameter rata-rata zona hambat terhadap bakteri Escherichia coli adalah sebagai berikut: RB1: 9,35 mm; RB2: 9,4 mm; RB3: 9,15 mm; CB1: 9,1 mm; CB2: 9,2 mm; CB3: 8,8 mm; FB1: 8,45 mm; FB2: 8,75 mm; dan FB3: 8,6 mm. Semua isolat bakteri endofit tanaman papaya memiliki zona hambat yang dikategorikan sebagai lemah. Isolat bakteri RB2, yang memiliki aktivitas antibakteri terbesar, teridentifikasi secara molekuler sebagai Bacillus cereus.","PeriodicalId":50090,"journal":{"name":"Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":2.7,"publicationDate":"2023-07-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"91116370","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"医学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-07-18DOI: 10.36490/journal-jps.com.v6i3.180
Windi Darantika, Rena Meutia
Salah satu aspek terpenting dalam hidup adalah kesehatan, terutama sekarang banyak orang yang menderita berbagai penyakit, salah satunya diabetes melitus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pengetahuan pasien tentang penggunaan obat Diabetes Melitus tipe II dan tingkat pengetahuan pasien di RS Advent Medan. Studi ini memiliki desain cross-sectional dan bersifat deskriptif-analitik. Data dikumpulkan secara prospektif melalui kuesioner. Data juga dikumpulkan dari rekam medis pasien diabetes tipe II yang menjalani rawat jalan di Rumah Sakit Advent di Medan. Hasil penelitian ini akan menganalisis pengetahuan pasien tentang penggunaan obat diabetes melitus tipe II di poliklinik rawat jalan RS Advent Medan. Umur, tingkat pendidikan, jangka waktu pengobatan, pekerjaan, jenis kelamin, riwayat diabetes melitus, dan pengetahuan umum tentang diabetes melitus adalah semua informasi yang dimasukkan ke dalam daftar ini. Hasil penelitian berdasarkan tingkat pengetahuan dari 100 responden menunjukkan bahwa 42 responden (42%) memiliki tingkat pengetahuan baik, 50 responden (50%) memiliki tingkat pengetahuan cukup baik, dan 8 responden (8%) memiliki tingkat pengetahuan kurang baik. Diharapkan peneliti akan melakukan penelitian lebih lanjut dengan parameter yang berbeda.
{"title":"Evaluasi tingkat pengetahuan pasien terhadap penggunaan obat diabetes mellitus tipe II dirawat jalan rumah sakit Advent Medan","authors":"Windi Darantika, Rena Meutia","doi":"10.36490/journal-jps.com.v6i3.180","DOIUrl":"https://doi.org/10.36490/journal-jps.com.v6i3.180","url":null,"abstract":"Salah satu aspek terpenting dalam hidup adalah kesehatan, terutama sekarang banyak orang yang menderita berbagai penyakit, salah satunya diabetes melitus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pengetahuan pasien tentang penggunaan obat Diabetes Melitus tipe II dan tingkat pengetahuan pasien di RS Advent Medan. Studi ini memiliki desain cross-sectional dan bersifat deskriptif-analitik. Data dikumpulkan secara prospektif melalui kuesioner. Data juga dikumpulkan dari rekam medis pasien diabetes tipe II yang menjalani rawat jalan di Rumah Sakit Advent di Medan. Hasil penelitian ini akan menganalisis pengetahuan pasien tentang penggunaan obat diabetes melitus tipe II di poliklinik rawat jalan RS Advent Medan. Umur, tingkat pendidikan, jangka waktu pengobatan, pekerjaan, jenis kelamin, riwayat diabetes melitus, dan pengetahuan umum tentang diabetes melitus adalah semua informasi yang dimasukkan ke dalam daftar ini. Hasil penelitian berdasarkan tingkat pengetahuan dari 100 responden menunjukkan bahwa 42 responden (42%) memiliki tingkat pengetahuan baik, 50 responden (50%) memiliki tingkat pengetahuan cukup baik, dan 8 responden (8%) memiliki tingkat pengetahuan kurang baik. Diharapkan peneliti akan melakukan penelitian lebih lanjut dengan parameter yang berbeda.","PeriodicalId":50090,"journal":{"name":"Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":2.7,"publicationDate":"2023-07-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75318806","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"医学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-07-14DOI: 10.36490/journal-jps.com.v6i3.179
Indra Ginting, Muhammad Andry
Pendahuluan: Kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) mengandung senyawa flavonoid, vitamin A, C, E dan polifenol yang dapat dijadikan sebagai sumber antioksidan alami untuk menangkal radikal bebas sehingga memberikan efek melembabkan pada kulit. Tujuan: untuk membuat sediaan krim lulur dari ekstrak etanol kulit buah naga merah dengan konsentrasi 1%, 3%, dan 5%. Metode: Penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Pengujian evaluasi sediaan meliputi uji organoleptik, uji homogenitas, uji daya sebar, uji iritasi, uji stabilitas (cycling test), dan uji efektivitas kelembaban dari sediaan krim lulur. Hasil: Semua sediaan memiliki tekstur semisolid, dengan aroma vanilla dan warna yang berbeda pada tiap formula yaitu warna putih pada formula blanko, warna krim pada F1 (1%), warna krim kecoklatan pada F2 (3%), dan warna coklat muda pada F3 (5%). Semua sediaan yang diperoleh homogen dan tidak mengiritasi kulit. pH dari semua sediaan memenuhi persyaratan dengan nilai pH 5,7-5,9. Daya sebar dari semua sediaan memenuhi persyaratan dengan daya sebar sebesar 5,6-5,9. Pada uji stabilitas cycling test pada sediaan tidak ada perubahan yang signifikan. Hasil pengujian efektivitas kelembaban menunjukkan bahwa sediaan krim lulur F3 yang memiliki peningkatan kadar air yang paling tinggi pada kulit dari sediaan F0, F1 dan F2 yaitu sebesar 29,4% pada minggu 4 setelah pemakaian sediaan. Kesimpulan: ekstrak kulit buah naga merah dapat diformulasikan sebagai sediaan krim lulur yang mampu memberikan efek untuk melembabkan pada kulit dan telah memenuhi persyaratan evaluasi fisik.
{"title":"Pemanfaatan Ekstrak Etanol Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) Dalam Sediaan Krim Lulur Sebagai Pelembab Alami Kulit","authors":"Indra Ginting, Muhammad Andry","doi":"10.36490/journal-jps.com.v6i3.179","DOIUrl":"https://doi.org/10.36490/journal-jps.com.v6i3.179","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) mengandung senyawa flavonoid, vitamin A, C, E dan polifenol yang dapat dijadikan sebagai sumber antioksidan alami untuk menangkal radikal bebas sehingga memberikan efek melembabkan pada kulit. Tujuan: untuk membuat sediaan krim lulur dari ekstrak etanol kulit buah naga merah dengan konsentrasi 1%, 3%, dan 5%. Metode: Penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Pengujian evaluasi sediaan meliputi uji organoleptik, uji homogenitas, uji daya sebar, uji iritasi, uji stabilitas (cycling test), dan uji efektivitas kelembaban dari sediaan krim lulur. Hasil: Semua sediaan memiliki tekstur semisolid, dengan aroma vanilla dan warna yang berbeda pada tiap formula yaitu warna putih pada formula blanko, warna krim pada F1 (1%), warna krim kecoklatan pada F2 (3%), dan warna coklat muda pada F3 (5%). Semua sediaan yang diperoleh homogen dan tidak mengiritasi kulit. pH dari semua sediaan memenuhi persyaratan dengan nilai pH 5,7-5,9. Daya sebar dari semua sediaan memenuhi persyaratan dengan daya sebar sebesar 5,6-5,9. Pada uji stabilitas cycling test pada sediaan tidak ada perubahan yang signifikan. Hasil pengujian efektivitas kelembaban menunjukkan bahwa sediaan krim lulur F3 yang memiliki peningkatan kadar air yang paling tinggi pada kulit dari sediaan F0, F1 dan F2 yaitu sebesar 29,4% pada minggu 4 setelah pemakaian sediaan. Kesimpulan: ekstrak kulit buah naga merah dapat diformulasikan sebagai sediaan krim lulur yang mampu memberikan efek untuk melembabkan pada kulit dan telah memenuhi persyaratan evaluasi fisik.","PeriodicalId":50090,"journal":{"name":"Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":2.7,"publicationDate":"2023-07-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"74958823","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"医学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}