Pub Date : 2023-05-29DOI: 10.14710/jmr.v12i3.34101
Yasmin Noor, Ria Azizah Trinuraini, Ita Riniatsih
Taman Nasional Karimunjawa merupakan salah satu taman nasional yang memiliki kekayaan alam hayati yang sangat beranekaragam. Ekosistem padang lamun adalah salah satu ekosistem penting yang ada di laut dan memiliki banyak manfaat bagi keberlangsungan hidup biota laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis, kerapatan lamun, persentase tutupan dan kualitas perairan di Pulau Sintok, Pulau Menjangan Besar dan Pelabuhan Legon Bajak. Pertumbuhan lamun sangat dipengaruhi oleh kualitas perairan disekitar ekosistem lamun. Perbedaan kualitas perairan diduga dapat mempengaruhi kondisi lamun di Pulau Sintok, Pulau Menjangan Besar dan Pelabuhan Legon Bajak. Metode pengamatan kondisi ekosistem lamun menggunakan metode line transek kuadrat. Metode analisis korelasi yang digunakan adalah analisis pearson correlation. Analisis hubungan kualitas perairan dengan kerapatan lamun di dapatkan nilai korelasi pada suhu sebesar -0.569, pada arus sebesar -0.216, pada kedalaman sebesar -0.706, pada pH sebesar -0.715, pada salinitas sebesar 0.715, pada nitrat sebesar 0.136 dan pada fosfat sebesar 0.715. Berdasarkan hasil analisis variabel kedalaman, pH, salinitas, fosfat menunjukkan nilai korelasi yang kuat, variabel suhu menunjukan nilai korelasi yang cukup sedangkan variabel arus dan nitrat menunjukkan nilai korelasi lemah terhadap kerapatan lamun Karimunjawa National park are one of the national park which have a very diverse biological wealth. Seagrass ecosystem is one of the important ecosystems in the sea and has many benefits for the survival of marine life. This study aims to determine the species composition, seagrass density, cover percentage and water quality in Sintok Island, Menjangan Besar Island and legon bajak harbor. The growth of seagrass is influenced strongly by the quality of the waters in the seagrass ecosystem. Differences in the quality of the waters are thought to affect the condition of seagrass on Sintok Island, Menjangan Besar Island and Legon Bajak Harbor. The method used to observe the condition of the seagrass ecosystem is seagrass-watch method. The correlation analysis method used is the regression analysis with correlation test. Analysis of the relationship of water quality with seagrass density indicated a correlation value at -0.569 temperature, at -0.216 current, at -0.706 depth, -0.715 pH, at 0.715 salinity, at 0.136nitrates, at 0.715phosphates. From this study, it can be concluded that the quality of the waters on Sintok Island, Menjangan Besar Island and Legon Bajak Harbor has a strong relationship in temperature, nitrate in water, nitrate phosphate in sediment, strong correlation relationship in current, medium correlation relationship at depth, pH, salinity, phosphate in water to seagrass density.
{"title":"Struktur Komunitas Lamun di Pulau Sintok, Menjangan Besar dan Kemujan, Karimunjawa","authors":"Yasmin Noor, Ria Azizah Trinuraini, Ita Riniatsih","doi":"10.14710/jmr.v12i3.34101","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jmr.v12i3.34101","url":null,"abstract":"Taman Nasional Karimunjawa merupakan salah satu taman nasional yang memiliki kekayaan alam hayati yang sangat beranekaragam. Ekosistem padang lamun adalah salah satu ekosistem penting yang ada di laut dan memiliki banyak manfaat bagi keberlangsungan hidup biota laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis, kerapatan lamun, persentase tutupan dan kualitas perairan di Pulau Sintok, Pulau Menjangan Besar dan Pelabuhan Legon Bajak. Pertumbuhan lamun sangat dipengaruhi oleh kualitas perairan disekitar ekosistem lamun. Perbedaan kualitas perairan diduga dapat mempengaruhi kondisi lamun di Pulau Sintok, Pulau Menjangan Besar dan Pelabuhan Legon Bajak. Metode pengamatan kondisi ekosistem lamun menggunakan metode line transek kuadrat. Metode analisis korelasi yang digunakan adalah analisis pearson correlation. Analisis hubungan kualitas perairan dengan kerapatan lamun di dapatkan nilai korelasi pada suhu sebesar -0.569, pada arus sebesar -0.216, pada kedalaman sebesar -0.706, pada pH sebesar -0.715, pada salinitas sebesar 0.715, pada nitrat sebesar 0.136 dan pada fosfat sebesar 0.715. Berdasarkan hasil analisis variabel kedalaman, pH, salinitas, fosfat menunjukkan nilai korelasi yang kuat, variabel suhu menunjukan nilai korelasi yang cukup sedangkan variabel arus dan nitrat menunjukkan nilai korelasi lemah terhadap kerapatan lamun Karimunjawa National park are one of the national park which have a very diverse biological wealth. Seagrass ecosystem is one of the important ecosystems in the sea and has many benefits for the survival of marine life. This study aims to determine the species composition, seagrass density, cover percentage and water quality in Sintok Island, Menjangan Besar Island and legon bajak harbor. The growth of seagrass is influenced strongly by the quality of the waters in the seagrass ecosystem. Differences in the quality of the waters are thought to affect the condition of seagrass on Sintok Island, Menjangan Besar Island and Legon Bajak Harbor. The method used to observe the condition of the seagrass ecosystem is seagrass-watch method. The correlation analysis method used is the regression analysis with correlation test. Analysis of the relationship of water quality with seagrass density indicated a correlation value at -0.569 temperature, at -0.216 current, at -0.706 depth, -0.715 pH, at 0.715 salinity, at 0.136nitrates, at 0.715phosphates. From this study, it can be concluded that the quality of the waters on Sintok Island, Menjangan Besar Island and Legon Bajak Harbor has a strong relationship in temperature, nitrate in water, nitrate phosphate in sediment, strong correlation relationship in current, medium correlation relationship at depth, pH, salinity, phosphate in water to seagrass density.","PeriodicalId":50153,"journal":{"name":"Journal of Marine Research","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.5,"publicationDate":"2023-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44768029","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"地球科学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-05-23DOI: 10.14710/jmr.v12i3.36691
Mita Hasteti, Tri Apriadi, Winny Retna Melani
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya keberadaan sampah plastik di sedimen perairan Pulau Los, Kota Tanjungpinang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi dan kepadatan jenis mikroplastik serta perbedaan antara nilai rata-rata kepadatan mikroplastik pada setiap jenis sedimen di Pulau Los, Kota Tanjungpinang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2022. Pengambilan sampel menggunakan metode Random Sampling di 30 titik dengan satu kali pengambilan sampel. Sampel sedimen diambil menggunakan transek kuadran ukuran 0,5x0,5 m pada kedalaman 5 cm. Sampel sedimen kemudian dikeringkan dengan oven, setelah kering sampel diberi larutan H2O2 30% untuk menghancurkan bahan organik serta larutan ZnCl2 untuk memisahkan partikel mikroplastik dengan non-plastik. Selanjutnya sampel diidentifikasi di laboratorium menggunakan mikroskop stereo. Komposisi mikroplastik di sedimen berpasir dan pasir berlumpur terdiri dari jenis fiber, fragmen, dan film sedangkan untuk jenis foam dan pelet tidak dijumpai dalam penelitian ini. Kepadatan mikroplastik jenis fiber mempunyai nilai rata-rata yang lebih tinggi di sedimen pasir berlumpur yaitu sebesar 6,75 partikel/25 gram sedimen kering dibandingkan dengan sedimen berpasir yang hanya sebesar 5,83 partikel/25 gram sedimen kering. Fragmen merupakan jenis mikroplastik yang nilai rata-rata kepadatannya hampir mendekati antara sedimen pasir berlumpur yang memperoleh nilai sebesar 5,58 partikel/25 gram sedimen kering dengan sedimen berpasir sebesar 5,22 partikel/25 gram sedimen kering. Mikroplastik jenis film mempunyai nilai rata-rata kepadatan yang lebih tinggi di sedimen pasir berlumpur yaitu sebesar 5,08 partikel/25 gram sedimen kering dibandingkan dengan sedimen berpasir yang hanya sebesar 3,83 partikel/25 gram sedimen kering. Hasil uji Kruskal Wallis dan uji ANOVA menunjukkan tidak terdapat perbedaan secara nyata antara kepadatan jenis mikroplastik pada sedimen berpasir dan pasir berlumpur di Pulau Los, Kota Tanjungpinang. This research is based on the presence of plastic waste in the sediments of the waters of Los Island, Tanjungpinang City. The objective of this study was to determine the composition and density of microplastics along the differences between the average values of microplastic density in each type of sediment on Los Island, Tanjungpinang City.This research was conducted in May-July 2022. Sampling used the Random Sampling method at 30 points with one sampling. Sediment samples were taken using a 0,5x0,5 m quadrant transect at a depth of 5 cm. The sediment sample was then dried in an oven, after drying the sample was given a 30% H2O2 solution to destroy organic matter and a ZnCl2 solution to separate microplastic particles from non-microplastics. The samples were then identified in the laboratory using a stereo microscope. The composition of microplastics in sandy and muddy sand sediments consisted of fiber, fragments, and films, while foam and pellet types were not found in thi
{"title":"Komposisi dan Kepadatan Mikroplastik di Sedimen Perairan Pulau Los, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau","authors":"Mita Hasteti, Tri Apriadi, Winny Retna Melani","doi":"10.14710/jmr.v12i3.36691","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jmr.v12i3.36691","url":null,"abstract":"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya keberadaan sampah plastik di sedimen perairan Pulau Los, Kota Tanjungpinang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi dan kepadatan jenis mikroplastik serta perbedaan antara nilai rata-rata kepadatan mikroplastik pada setiap jenis sedimen di Pulau Los, Kota Tanjungpinang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2022. Pengambilan sampel menggunakan metode Random Sampling di 30 titik dengan satu kali pengambilan sampel. Sampel sedimen diambil menggunakan transek kuadran ukuran 0,5x0,5 m pada kedalaman 5 cm. Sampel sedimen kemudian dikeringkan dengan oven, setelah kering sampel diberi larutan H2O2 30% untuk menghancurkan bahan organik serta larutan ZnCl2 untuk memisahkan partikel mikroplastik dengan non-plastik. Selanjutnya sampel diidentifikasi di laboratorium menggunakan mikroskop stereo. Komposisi mikroplastik di sedimen berpasir dan pasir berlumpur terdiri dari jenis fiber, fragmen, dan film sedangkan untuk jenis foam dan pelet tidak dijumpai dalam penelitian ini. Kepadatan mikroplastik jenis fiber mempunyai nilai rata-rata yang lebih tinggi di sedimen pasir berlumpur yaitu sebesar 6,75 partikel/25 gram sedimen kering dibandingkan dengan sedimen berpasir yang hanya sebesar 5,83 partikel/25 gram sedimen kering. Fragmen merupakan jenis mikroplastik yang nilai rata-rata kepadatannya hampir mendekati antara sedimen pasir berlumpur yang memperoleh nilai sebesar 5,58 partikel/25 gram sedimen kering dengan sedimen berpasir sebesar 5,22 partikel/25 gram sedimen kering. Mikroplastik jenis film mempunyai nilai rata-rata kepadatan yang lebih tinggi di sedimen pasir berlumpur yaitu sebesar 5,08 partikel/25 gram sedimen kering dibandingkan dengan sedimen berpasir yang hanya sebesar 3,83 partikel/25 gram sedimen kering. Hasil uji Kruskal Wallis dan uji ANOVA menunjukkan tidak terdapat perbedaan secara nyata antara kepadatan jenis mikroplastik pada sedimen berpasir dan pasir berlumpur di Pulau Los, Kota Tanjungpinang. This research is based on the presence of plastic waste in the sediments of the waters of Los Island, Tanjungpinang City. The objective of this study was to determine the composition and density of microplastics along the differences between the average values of microplastic density in each type of sediment on Los Island, Tanjungpinang City.This research was conducted in May-July 2022. Sampling used the Random Sampling method at 30 points with one sampling. Sediment samples were taken using a 0,5x0,5 m quadrant transect at a depth of 5 cm. The sediment sample was then dried in an oven, after drying the sample was given a 30% H2O2 solution to destroy organic matter and a ZnCl2 solution to separate microplastic particles from non-microplastics. The samples were then identified in the laboratory using a stereo microscope. The composition of microplastics in sandy and muddy sand sediments consisted of fiber, fragments, and films, while foam and pellet types were not found in thi","PeriodicalId":50153,"journal":{"name":"Journal of Marine Research","volume":"76 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135287773","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"地球科学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-05-23DOI: 10.14710/jmr.v12i3.32269
D. Muhammad, Djati Mardiatno
Perubahan iklim secara langsung menyebabkan terjadinya kenaikan muka air laut bagi wilayah kepesisiran. Hal ini menyebabkan garis pantai menjadi tidak stabil, sehingga perlu untuk dilakukan pemantauan secara spasial dan temporal. Pulau Karimunjawa dan Kemujan merupakan dua pulau kecil dengan garis pantai yang saling terhubung oleh hutan mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dinamika garis pantai Pulau Karimunjawa dan Kemujan tahun 2000 – 2030. Identifikasi garis pantai tahun 2000 – 2020 diperoleh melalui ekstraksi garis pantai metode single band (B5) dan band ratio (B4/B2 dan B5/B2) citra Landsat 7 ETM+, sedangkan untuk identifikasi garis pantai tahun 2030 diperoleh melalui prediksi garis pantai metode Kalman Filter Model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa garis pantai cenderung mengalami akresi dengan rata-rata perubahan garis pantai sebesar +0,76 meter per tahun dan diprediksi akan mengalami kemajuan garis pantai rata-rata sebesar +1,02 meter per tahun. Garis pantai daerah penelitian tergolong stabil dengan sedikit akresi (akresi sedang).Climate change causes sea level rise for coastal region. This causes the shoreline become unstable, so spatial and temporal monitoring is necessary. Karimunjawa and Kemujan Islands are two small islands with a shoreline [H1] that are connected by mangrove forests. This research aims to identify shoreline dynamics of Karimunjawa and Kemujan Islands in 2000 – 2030. The identification of shoreline in 2000 – 2020 was obtained through the extraction of shoreline using single band (B5) and band ratio (B4/B2 and B5/B2) method from Landsat 7 ETM+, while for identification of shoreline in 2030 was obtained through shoreline forecasting using Kalman Filter Model method. The results show that the shoreline tends to be accreted with an average shoreline change of +0.76 meters per year and predicted to be accretion with an average shoreline change of +1.02 meters per year. The Shoreline of the study area is [H2] relatively stable with little accretion (medium accretion).
{"title":"Dinamika Garis Pantai Pulau Karimunjawa dan Kemujan Tahun 2000 - 2030","authors":"D. Muhammad, Djati Mardiatno","doi":"10.14710/jmr.v12i3.32269","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jmr.v12i3.32269","url":null,"abstract":"Perubahan iklim secara langsung menyebabkan terjadinya kenaikan muka air laut bagi wilayah kepesisiran. Hal ini menyebabkan garis pantai menjadi tidak stabil, sehingga perlu untuk dilakukan pemantauan secara spasial dan temporal. Pulau Karimunjawa dan Kemujan merupakan dua pulau kecil dengan garis pantai yang saling terhubung oleh hutan mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dinamika garis pantai Pulau Karimunjawa dan Kemujan tahun 2000 – 2030. Identifikasi garis pantai tahun 2000 – 2020 diperoleh melalui ekstraksi garis pantai metode single band (B5) dan band ratio (B4/B2 dan B5/B2) citra Landsat 7 ETM+, sedangkan untuk identifikasi garis pantai tahun 2030 diperoleh melalui prediksi garis pantai metode Kalman Filter Model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa garis pantai cenderung mengalami akresi dengan rata-rata perubahan garis pantai sebesar +0,76 meter per tahun dan diprediksi akan mengalami kemajuan garis pantai rata-rata sebesar +1,02 meter per tahun. Garis pantai daerah penelitian tergolong stabil dengan sedikit akresi (akresi sedang).Climate change causes sea level rise for coastal region. This causes the shoreline become unstable, so spatial and temporal monitoring is necessary. Karimunjawa and Kemujan Islands are two small islands with a shoreline [H1] that are connected by mangrove forests. This research aims to identify shoreline dynamics of Karimunjawa and Kemujan Islands in 2000 – 2030. The identification of shoreline in 2000 – 2020 was obtained through the extraction of shoreline using single band (B5) and band ratio (B4/B2 and B5/B2) method from Landsat 7 ETM+, while for identification of shoreline in 2030 was obtained through shoreline forecasting using Kalman Filter Model method. The results show that the shoreline tends to be accreted with an average shoreline change of +0.76 meters per year and predicted to be accretion with an average shoreline change of +1.02 meters per year. The Shoreline of the study area is [H2] relatively stable with little accretion (medium accretion).","PeriodicalId":50153,"journal":{"name":"Journal of Marine Research","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.5,"publicationDate":"2023-05-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49668542","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"地球科学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-05-23DOI: 10.14710/jmr.v12i3.36448
Muhammad Arifin, Jusup Suprijanto, Ali Ridlo
Keberadaan mikroplastik diperairan dapat terakumulasi dalam tubuh biota melalui insang dan rantai makanan. Kerang darah termasuk organisme sesil yang hidup bergantung pada ketersediaan zooplankton, fitoplankton dan material organik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mikroplastik pada kerang darah (Anadara granosa) di TPI Tambak Lorok, Semarang. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Sampel kerang darah diambil dari hasil tangkapan nelayan TPI Tambak Lorok pada bulan Oktober 2021 dan Januari 2022. Sampel dibedakan dengan perlakuan pencucian dan tanpa pencucian. Sampel didestruksi menggunakan KOH 10% sebanyak 3:1 berat sampel selama 24 jam, apabila terdapat sisa bahan organik maka ditambahkan H2O2 30% sebanyak 5 ml selama 24 jam. Sampel disaring menggunakan filter paper dengan bantuan vacuum pump. Hasil penelitian menunjukan adanya mikroplastik pada kerang darah dari TPI Tambak Lorok, Semarang. Berdasarkan hasil identifikasi visual menggunakan mikroskop binokuler, bentuk mikroplastik yang ditemukan yaitu fiber, film, fragment dan pellet. Proses pencucian mengakibatkan penurunan mikroplastik sebesar 18% (42,8 partikel/individu) pada bulan Oktober 2021 dan 16% (20,8 partikel/individu) pada bulan Januari 2022. Hasil kelimpahan mikroplastik pada sampel tanpa pencucian dan dengan pencucian secara berturut – turut pada bulan Oktober 2021 sebesar 134,2 dan 91,4 partikel/individu dan Januari 2022 sebesar 72,6 dan 51,8 partikel/individu. The presence of microplastics in the waters can accumulate in the body's biota through the gills and the food chain. Blood clams are sessile organisms that live depending on the availability of zooplankton, phytoplankton and organic matter. This study aims to determine microplastics in blood clams (Anadara granosa) at TPI Tambak Lorok, Semarang. The research method used is descriptive qualitative. Samples of blood clams were taken from the catches of TPI Tambak Lorok fishermen in October 2021 and January 2022. The samples were different with washing and non-washing treatment. Samples were destructed using 10% KOH as much as 3:1 sample weight for 24 hours, if there was residual organic matter then 30% H2O2 was added as much as 5 ml for 24 hours. The sample is filtered using filter paper with the help of a vacuum pump. The results showed the presence of microplastics in blood clams from TPI Tambak Lorok, Semarang. Based on visual acquisition using a binocular microscope, the forms of microplastics found were fiber, film, fragments and pellets. The washing process resulted in a reduction of microplastics by 18% (42.8 particles/individual) in October 2021 and 16% (20.8 particles/individual) in January 2022. The results of microplastic retention in samples without washing and with washing respectively in October 2021 it was 134.2 and 91.4 particles/individual and January 2022 it was 72.6 and 51.8 particles/individual.
{"title":"Keberadaan mikroplastik pada kerang darah (Anadara granosa) dari TPI Tambak Lorok, Semarang","authors":"Muhammad Arifin, Jusup Suprijanto, Ali Ridlo","doi":"10.14710/jmr.v12i3.36448","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jmr.v12i3.36448","url":null,"abstract":"Keberadaan mikroplastik diperairan dapat terakumulasi dalam tubuh biota melalui insang dan rantai makanan. Kerang darah termasuk organisme sesil yang hidup bergantung pada ketersediaan zooplankton, fitoplankton dan material organik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mikroplastik pada kerang darah (Anadara granosa) di TPI Tambak Lorok, Semarang. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Sampel kerang darah diambil dari hasil tangkapan nelayan TPI Tambak Lorok pada bulan Oktober 2021 dan Januari 2022. Sampel dibedakan dengan perlakuan pencucian dan tanpa pencucian. Sampel didestruksi menggunakan KOH 10% sebanyak 3:1 berat sampel selama 24 jam, apabila terdapat sisa bahan organik maka ditambahkan H2O2 30% sebanyak 5 ml selama 24 jam. Sampel disaring menggunakan filter paper dengan bantuan vacuum pump. Hasil penelitian menunjukan adanya mikroplastik pada kerang darah dari TPI Tambak Lorok, Semarang. Berdasarkan hasil identifikasi visual menggunakan mikroskop binokuler, bentuk mikroplastik yang ditemukan yaitu fiber, film, fragment dan pellet. Proses pencucian mengakibatkan penurunan mikroplastik sebesar 18% (42,8 partikel/individu) pada bulan Oktober 2021 dan 16% (20,8 partikel/individu) pada bulan Januari 2022. Hasil kelimpahan mikroplastik pada sampel tanpa pencucian dan dengan pencucian secara berturut – turut pada bulan Oktober 2021 sebesar 134,2 dan 91,4 partikel/individu dan Januari 2022 sebesar 72,6 dan 51,8 partikel/individu. The presence of microplastics in the waters can accumulate in the body's biota through the gills and the food chain. Blood clams are sessile organisms that live depending on the availability of zooplankton, phytoplankton and organic matter. This study aims to determine microplastics in blood clams (Anadara granosa) at TPI Tambak Lorok, Semarang. The research method used is descriptive qualitative. Samples of blood clams were taken from the catches of TPI Tambak Lorok fishermen in October 2021 and January 2022. The samples were different with washing and non-washing treatment. Samples were destructed using 10% KOH as much as 3:1 sample weight for 24 hours, if there was residual organic matter then 30% H2O2 was added as much as 5 ml for 24 hours. The sample is filtered using filter paper with the help of a vacuum pump. The results showed the presence of microplastics in blood clams from TPI Tambak Lorok, Semarang. Based on visual acquisition using a binocular microscope, the forms of microplastics found were fiber, film, fragments and pellets. The washing process resulted in a reduction of microplastics by 18% (42.8 particles/individual) in October 2021 and 16% (20.8 particles/individual) in January 2022. The results of microplastic retention in samples without washing and with washing respectively in October 2021 it was 134.2 and 91.4 particles/individual and January 2022 it was 72.6 and 51.8 particles/individual.","PeriodicalId":50153,"journal":{"name":"Journal of Marine Research","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.5,"publicationDate":"2023-05-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43943028","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"地球科学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Perikanan tangkap adalah sumber daya yang dapat diakses secara terbuka atau milik bersama yang penggunaannya dapat mengalami penangkapan berlebih atau penangkapan ikan yang merusak jika ditangani tanpa menggunakan konsep yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis ikan demersal hasil tangkapan nelayan dan mengetahui pengelolaan perikanan tangkap di perairan Desa Anaiwoi. Penelitian dilakukan pada bulan September hingga Oktober 2022 di Pasar Ikan Anaiwoi, Kabupaten Kolaka. Metode yang digunakan adalah metode wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 31 spesies ikan demersal yang termasuk dalam 12 famili. Jenis ikan yang paling dominan ditemukan dari famili Lutjanidae dan Lethrinidae. Secara umum hasil identifikasi perikanan berkelanjutan cukup baik, seperti alat tangkap, jenis kapal ramah lingkungan, lokasi penangkapan dan jenis ikan serta ukuran ikan yang ditangkap. Jenis perahu yang paling banyak digunakan nelayan adalah perahu motor tempel. Alat tangkap yang paling umum digunakan adalah tali pancing.Capture fisheries are openly accessible resources or common property whose use may experience overfishing or destructive fishing if handled without using environmentally friendly and sustainable concepts. This study aims to identify the species of demersal fish caught by fishermen and to determine the management of capture fisheries in the waters of Anaiwoi Village. The research was conducted from September to October 2022 at the Anaiwoi Fish Market, Kolaka District. The method used is the interview and documentation method. Based on the results of the study, there were 31 species of demersal fish belonging to 12 families. The most dominant fish species were found from the Lutjanidae and Lethrinidae families. In general, the identification results of sustainable fisheries are quite good, such as fishing gear, types of environmentally friendly vessels, fishing locations and types of fish and size of fish caught. The type of boat most used by fishermen is the outboard motor. The most commonly used fishing gear is the fishing line.
{"title":"Identifikasi Jenis Ikan Demersal dan Pengelolaan Perikanan Tangkap Berkelanjutan di Pasar Ikan Anaiwoi Kabupaten Kolaka","authors":"Asha Aulia Zahara, Audya Septria Ningrum, Baiq Kharisma Afrilia Putri Zain, Ivonne Siswanty, Selamet Kurniawan Riandinata","doi":"10.14710/jmr.v12i3.37074","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jmr.v12i3.37074","url":null,"abstract":"Perikanan tangkap adalah sumber daya yang dapat diakses secara terbuka atau milik bersama yang penggunaannya dapat mengalami penangkapan berlebih atau penangkapan ikan yang merusak jika ditangani tanpa menggunakan konsep yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis ikan demersal hasil tangkapan nelayan dan mengetahui pengelolaan perikanan tangkap di perairan Desa Anaiwoi. Penelitian dilakukan pada bulan September hingga Oktober 2022 di Pasar Ikan Anaiwoi, Kabupaten Kolaka. Metode yang digunakan adalah metode wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 31 spesies ikan demersal yang termasuk dalam 12 famili. Jenis ikan yang paling dominan ditemukan dari famili Lutjanidae dan Lethrinidae. Secara umum hasil identifikasi perikanan berkelanjutan cukup baik, seperti alat tangkap, jenis kapal ramah lingkungan, lokasi penangkapan dan jenis ikan serta ukuran ikan yang ditangkap. Jenis perahu yang paling banyak digunakan nelayan adalah perahu motor tempel. Alat tangkap yang paling umum digunakan adalah tali pancing.Capture fisheries are openly accessible resources or common property whose use may experience overfishing or destructive fishing if handled without using environmentally friendly and sustainable concepts. This study aims to identify the species of demersal fish caught by fishermen and to determine the management of capture fisheries in the waters of Anaiwoi Village. The research was conducted from September to October 2022 at the Anaiwoi Fish Market, Kolaka District. The method used is the interview and documentation method. Based on the results of the study, there were 31 species of demersal fish belonging to 12 families. The most dominant fish species were found from the Lutjanidae and Lethrinidae families. In general, the identification results of sustainable fisheries are quite good, such as fishing gear, types of environmentally friendly vessels, fishing locations and types of fish and size of fish caught. The type of boat most used by fishermen is the outboard motor. The most commonly used fishing gear is the fishing line.","PeriodicalId":50153,"journal":{"name":"Journal of Marine Research","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.5,"publicationDate":"2023-05-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42507439","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"地球科学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-05-23DOI: 10.14710/jmr.v12i3.34584
Melati Sukma Dewi, Ria Azizah Tri Nuraini, Bambang Yulianto, Mada Triandala Sibero
Lumnitzera racemosa tumbuh luas di hutan bakau di daerah tropis, menjanjikan potensi sumber daya untuk digunakan manusia sebagai bahan farmakalogi dari senyawa bioaktif yang terkandung di dalamnya. Penelitian sebelumnya menunjukkan ekstrak L. racemosa berpotensi sebagai antimikroba, antihipertensi, anti diare, dan antioksidan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik senyawa bioaktif dan juga mengetahui aktivitas antibakteri dan antioksidan pada ekstrak daun mangrove L. racemosa asal Pantai Teluk Awur dan Pantai Blebak, Jepara, Jawa Tengah. Metode ekstraksi menggunakan maserasi bertingkat dengan tiga pelarut berbeda berdasarkan kepolarannya. Uji fitokimia dan Analisa Metabolite Finger Printing dengan TLC (Thin Layer Chromatography) dilakukan untuk mengetahui senyawa bioaktif yang terkandung dalam daun mangrove L. racemosa, untuk mengetahui aktivitas biologis yaitu aktivitas antibakteri digunakan metode agar well dengan menggunakan empat bakteri MDR (Multi Drug Resistance), sedangkan uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil). Hasil uji fitokimia menujukkan senyawa bioaktif ekstrak daun L. racemosa yang meliputi alkaloid, flavonoid, fenol hidrokuinon, dan steroid. Analisa Metabolite Finger Printing dengan uji TLC menunjukkan senyawa bioaktif yang terkandung antara lain: terpenoid, fenol, dan alkaloid dan positif menunjukkan aktivitas antioskidan. Aktivitas antibakteri, menunjukkan hasil negatif yaitu tidak terbentuknya zona hambat pada ke empat bakteri. Aktivitas antioksidan dilihat dari nilai IC50 daun L. racemosa Pantai Teluk Awur menujukkan nilai IC50 paling baik adalah ekstrak metanol 161,606 ppm (lemah) sedangkan pada lokasi Pantai Blebak menunjukkan nilai IC50 yang berpotensial pada ekstrak etil asetat 17,441 ppm (sangat kuat). Daun mangrove L. racemosa Pantai Teluk Awur dan Pantai Blebak memiliki potensi untuk bidang farmakologi dilihat dari hasil aktivitas senyawa bioaktif yang terkandung dalam daun L. racemosa. Lumnitzera racemosa grows widely in mangrove forests in the tropics, promising potential resources for pharmaceutical ingredients from the bioactive compounds contained in it. Previous studies have shown the extract may have biological activities such as antimicrobial, antihypertensive, antidiarrheal, and antioxidant. The purpose of this study was to determine the bioactive antibacterial compounds and also to determine the activity and antioxidants in the extract of the mangrove leaves of L. racemosa from Teluk Awur Beach and Blebak Beach, Jepara, Central Java. The extraction method uses graded maceration with three different solvents based on their polarity. Phytochemical tests and Metabolite Finger Printing Analysis with Thin Layer Chromatography (TLC) tests were carried out to determine the bioactive compounds contained in the mangrove leaves of L. racemosa, to determine the biological activity, namely the antibacterial activity used by the agar method using four MDR (Mult
总状Lumnitzera racemosa广泛生长在热带地区的烟林中,有望将资源用作其中所含生物活性化合物的药理学成分。先前的研究表明,外消旋乳杆菌提取物具有潜在的抗菌、抗高血压、抗腹泻和抗氧化作用。本研究的目的是找出生物活性化合物的特征,并找出抗菌剂和抗氧化剂对来自空气湾和Jepara Blebak海岸的红树林叶L.racemosa提取物的活性。提取方法使用三种不同的咬肌,具体取决于它们的追求。采用薄层色谱法(TLC)进行植物化学和代谢产物指纹图谱分析,测定红树外消旋叶中所含的生物活性化合物,-同时使用DPPH法(2,2-二苯基-1-吡唑肼)测试抗氧化活性。植物化学结果表明,总状花序叶中含有生物碱、黄酮类化合物、对苯二酚类化合物和甾体化合物。用薄层色谱法分析代谢产物指纹显示,生物活性化合物含有萜类、酚类和生物碱,阳性表明具有抗滑雪丹活性。抗菌活性表明,阴性结果是对四种细菌没有抑制区。从L.racemosa Bay Air Shore的IC50叶片中观察到的抗氧化活性表明,最好的IC50是甲醇提取物161606 ppm(弱),而在Blebak Beach位置,它表明乙酸乙酯提取物的IC50潜力为17441 ppm(非常强)。从洋地黄叶中所含的生物活性化合物活性的结果来看,洋地黄叶具有药理潜力。[UNK]总状Lumnitzera racemosa广泛生长在热带红树林中,其中含有的生物活性化合物有望成为药用成分的潜在资源。先前的研究表明,该提取物可能具有抗菌、降压、止泻和抗氧化等生物活性。本研究的目的是测定中爪哇岛杰帕拉Teluk Awur海滩和Blebak海滩的L.raceosa红树林叶提取物中的生物活性抗菌化合物,并测定其活性和抗氧化剂。提取方法根据极性使用三种不同溶剂进行分级浸渍。采用植物化学试验和薄层色谱法(TLC)进行代谢产物指纹图谱分析,以测定外消旋乳杆菌红树叶中所含的生物活性化合物,并测定其生物活性,即琼脂法使用4种MDR(Multi-Drug Resistance)细菌的抗菌活性,同时使用DPPH法(2,2-二苯基-1-苦基肼基)测试抗氧化剂的活性。植物化学测试结果表明,总状花序叶提取物的生物活性成分包括:生物碱、黄酮类化合物、酚对苯二酚和甾体化合物。代谢产物薄层色谱指纹图谱分析表明,所含的生物活性化合物包括萜类、酚类和生物碱,具有良好的抗氧化活性。抗菌活性呈阴性,即对细菌移情没有形成抑制区。从外消旋乳杆菌叶片的IC50值中可以看出,甲醇提取物的IC50最佳值为161606ppm(弱),而在Blebak Beach位置,乙酸乙酯提取物的IC50%可能为17441ppm(非常强)。从消旋乳杆菌叶中所含生物活性化合物的活性结果来看,消旋乳杆菌Teluk Awur海滩和Blebak海滩的红树林叶在药理学领域具有潜力。
{"title":"Kandungan Senyawa Bioaktif dan Aktivitas Biologis Daun Mangrove Lumnitzera racemosa di Pantai Teluk Awur dan Pantai Blebak Jepara","authors":"Melati Sukma Dewi, Ria Azizah Tri Nuraini, Bambang Yulianto, Mada Triandala Sibero","doi":"10.14710/jmr.v12i3.34584","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jmr.v12i3.34584","url":null,"abstract":"Lumnitzera racemosa tumbuh luas di hutan bakau di daerah tropis, menjanjikan potensi sumber daya untuk digunakan manusia sebagai bahan farmakalogi dari senyawa bioaktif yang terkandung di dalamnya. Penelitian sebelumnya menunjukkan ekstrak L. racemosa berpotensi sebagai antimikroba, antihipertensi, anti diare, dan antioksidan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik senyawa bioaktif dan juga mengetahui aktivitas antibakteri dan antioksidan pada ekstrak daun mangrove L. racemosa asal Pantai Teluk Awur dan Pantai Blebak, Jepara, Jawa Tengah. Metode ekstraksi menggunakan maserasi bertingkat dengan tiga pelarut berbeda berdasarkan kepolarannya. Uji fitokimia dan Analisa Metabolite Finger Printing dengan TLC (Thin Layer Chromatography) dilakukan untuk mengetahui senyawa bioaktif yang terkandung dalam daun mangrove L. racemosa, untuk mengetahui aktivitas biologis yaitu aktivitas antibakteri digunakan metode agar well dengan menggunakan empat bakteri MDR (Multi Drug Resistance), sedangkan uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil). Hasil uji fitokimia menujukkan senyawa bioaktif ekstrak daun L. racemosa yang meliputi alkaloid, flavonoid, fenol hidrokuinon, dan steroid. Analisa Metabolite Finger Printing dengan uji TLC menunjukkan senyawa bioaktif yang terkandung antara lain: terpenoid, fenol, dan alkaloid dan positif menunjukkan aktivitas antioskidan. Aktivitas antibakteri, menunjukkan hasil negatif yaitu tidak terbentuknya zona hambat pada ke empat bakteri. Aktivitas antioksidan dilihat dari nilai IC50 daun L. racemosa Pantai Teluk Awur menujukkan nilai IC50 paling baik adalah ekstrak metanol 161,606 ppm (lemah) sedangkan pada lokasi Pantai Blebak menunjukkan nilai IC50 yang berpotensial pada ekstrak etil asetat 17,441 ppm (sangat kuat). Daun mangrove L. racemosa Pantai Teluk Awur dan Pantai Blebak memiliki potensi untuk bidang farmakologi dilihat dari hasil aktivitas senyawa bioaktif yang terkandung dalam daun L. racemosa. Lumnitzera racemosa grows widely in mangrove forests in the tropics, promising potential resources for pharmaceutical ingredients from the bioactive compounds contained in it. Previous studies have shown the extract may have biological activities such as antimicrobial, antihypertensive, antidiarrheal, and antioxidant. The purpose of this study was to determine the bioactive antibacterial compounds and also to determine the activity and antioxidants in the extract of the mangrove leaves of L. racemosa from Teluk Awur Beach and Blebak Beach, Jepara, Central Java. The extraction method uses graded maceration with three different solvents based on their polarity. Phytochemical tests and Metabolite Finger Printing Analysis with Thin Layer Chromatography (TLC) tests were carried out to determine the bioactive compounds contained in the mangrove leaves of L. racemosa, to determine the biological activity, namely the antibacterial activity used by the agar method using four MDR (Mult","PeriodicalId":50153,"journal":{"name":"Journal of Marine Research","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.5,"publicationDate":"2023-05-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46784137","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"地球科学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-05-23DOI: 10.14710/jmr.v12i3.36274
A. Nugraha, Imam Pangestian Syahputra, I. Dharmawan, Ucu Yanu Arbi, Bambang Hermanto, Fajar Kurniawan, Syofyan Roni, Ganang Wibisono, Anggia Rivani
Perairan Kepulauan Riau yang terdiri dari pulau-pulau kecil umumnya memiliki ekosistem pesisir yang tersusun dari ekosistem mangrove, ekosistem lamun dan ekosistem terumbu karang. Ekosistem lamun merupakan bagian dari ekosistem pesisir yang memiliki peran tidak kalah penting seperti habitat biota, area pengasuhan, regulasi karbon dan lain sebagainya. Monitoring terkait kondisi ekosistem lamun penting untuk dilakukan dalam rangka mengetahui status ekosistem sehingga kedepan dapat menentukan langkah pengelolaan ekosistem yang baik. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2021 di Perairan Kepulauan Riau meliputi Perairan Kota Batam, Perairan Pulau Bintan, Perairan Lingga, Perairan Natuna dan Perairan Anambas. Metode pengamatan dilakukan dengan menggunakan transek garis yang dibantu dengan transek kuadrat dalam mengamati tutupan lamun di setiap lokasi penelitian. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ditemukan 11 jenis lamun di Perairan Kepulauan Riau, meliputi spesies Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Halophila ovalis, Halophila minor, Halophila spinulosa, Thalassodendron ciliatum, Halodule uninervis, Halodule pnifolia dan Syringodium isoetifolium. Nilai tutupan berada pada kisaran 20,68%-54,44%, Berdasarkan tutupannya secara umum ekosistem lamun di Perairan Kepulauan Riau berada dalam status sedang.The waters of the Riau Archipelago which consist of small islands generally have coastal ecosystems consisting of mangrove ecosystems, seagrass ecosystems and coral reef ecosystems. Seagrass ecosystems are part of coastal ecosystems that have no less important roles such as biota habitat, nurturing areas, carbon regulation and so on. Monitoring related to the condition of seagrass ecosystems is important to do in order to determine the status of the ecosystem so that in the future it can determine steps for good ecosystem management. This research was conducted in 2021 in the waters of the Riau Archipelago including Batam City Waters, Bintan Island Waters, Lingga Waters, Natuna Waters and Anambas Waters. The observation method was carried out using line transects assisted by quadratic transects in observing seagrass cover at each research location. Based on the results of the research conducted, 11 species of seagrass were found in the waters of the Riau Archipelago, including species of Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Halophila ovalis, Halophila minor, Halophila spinulosa, Thalassodendron ciliatum, Halodule uninervis, Halodule pinifolia and Syringodium isoetifolium. The cover value is in the range of 20.68%-54.45%, based on seagrass cover in general the seagrass ecosystem in the Riau Islands waters is in a poor status.
{"title":"Sebaran Jenis dan Kondisi Tutupan Lamun di Perairan Kepulauan Riau","authors":"A. Nugraha, Imam Pangestian Syahputra, I. Dharmawan, Ucu Yanu Arbi, Bambang Hermanto, Fajar Kurniawan, Syofyan Roni, Ganang Wibisono, Anggia Rivani","doi":"10.14710/jmr.v12i3.36274","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jmr.v12i3.36274","url":null,"abstract":"Perairan Kepulauan Riau yang terdiri dari pulau-pulau kecil umumnya memiliki ekosistem pesisir yang tersusun dari ekosistem mangrove, ekosistem lamun dan ekosistem terumbu karang. Ekosistem lamun merupakan bagian dari ekosistem pesisir yang memiliki peran tidak kalah penting seperti habitat biota, area pengasuhan, regulasi karbon dan lain sebagainya. Monitoring terkait kondisi ekosistem lamun penting untuk dilakukan dalam rangka mengetahui status ekosistem sehingga kedepan dapat menentukan langkah pengelolaan ekosistem yang baik. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2021 di Perairan Kepulauan Riau meliputi Perairan Kota Batam, Perairan Pulau Bintan, Perairan Lingga, Perairan Natuna dan Perairan Anambas. Metode pengamatan dilakukan dengan menggunakan transek garis yang dibantu dengan transek kuadrat dalam mengamati tutupan lamun di setiap lokasi penelitian. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ditemukan 11 jenis lamun di Perairan Kepulauan Riau, meliputi spesies Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Halophila ovalis, Halophila minor, Halophila spinulosa, Thalassodendron ciliatum, Halodule uninervis, Halodule pnifolia dan Syringodium isoetifolium. Nilai tutupan berada pada kisaran 20,68%-54,44%, Berdasarkan tutupannya secara umum ekosistem lamun di Perairan Kepulauan Riau berada dalam status sedang.The waters of the Riau Archipelago which consist of small islands generally have coastal ecosystems consisting of mangrove ecosystems, seagrass ecosystems and coral reef ecosystems. Seagrass ecosystems are part of coastal ecosystems that have no less important roles such as biota habitat, nurturing areas, carbon regulation and so on. Monitoring related to the condition of seagrass ecosystems is important to do in order to determine the status of the ecosystem so that in the future it can determine steps for good ecosystem management. This research was conducted in 2021 in the waters of the Riau Archipelago including Batam City Waters, Bintan Island Waters, Lingga Waters, Natuna Waters and Anambas Waters. The observation method was carried out using line transects assisted by quadratic transects in observing seagrass cover at each research location. Based on the results of the research conducted, 11 species of seagrass were found in the waters of the Riau Archipelago, including species of Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Halophila ovalis, Halophila minor, Halophila spinulosa, Thalassodendron ciliatum, Halodule uninervis, Halodule pinifolia and Syringodium isoetifolium. The cover value is in the range of 20.68%-54.45%, based on seagrass cover in general the seagrass ecosystem in the Riau Islands waters is in a poor status.","PeriodicalId":50153,"journal":{"name":"Journal of Marine Research","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.5,"publicationDate":"2023-05-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43649756","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"地球科学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-05-23DOI: 10.14710/jmr.v12i3.35276
Nadaa Salsabiila Nuri, Adi Santoso, Ita Widowati
Perairan Bandenga Kendal termasuk dalam kawasan pantai utara di Laut Jawa. Perairan Bnadengan Kendal di kelilingi oleh berbagai industri, dan juga terdapat Pelabuhan Kendal, serta pemukiman warga. Hal ini dapat berpotensi adanya pencemaran laut. Perkembangan industri tersebut akan berdampak negatif bagi lingkungan laut termasuk organisme yang hidup di dalamnya seperti Kerang Bulu. Kerang Bulu menjadi komoditas penunjang ekonomi masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan timbal yang terkandung dalam air, sedimen dan jaringan lunak kerang bulu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret - April 2022 dan penelitian ini menggunakan analisis dengan metode AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer). Hasil analisis kandungan timbal dalam kerang bulu pada bulan Maret – April 2022 berkisar antara 0,840 – 4,093 mg/kg, dalam air berkisar 0,134 - 0,47 mg/l dan dalam sedimen berkisar 5,251 – 12,303 mg/kg. Berdasarkan baku mutu yang ditetapkan oleh PP No 22 tahun 2021 kandungan timbal dalam air yaitu 0,008 mg/l., kandungan logam berat timbal di air dari perairan Bandengan Kendal sudah melebihi baku mutu. Berdasarkan ANZECC/ARMCANZ baku mutu logam berat timbal dalam sedimen yaitu 50 mg/kg, kandungan logam berat timbal dalam sedimen di Perairan Bandengan Kendal, Kabupaten Kendal masih di bawah baku mutu. Sedangkan, baku mutu logam berat timbal dalam kerang bulu menurut SNI 7387:2009 yaitu 1,5 mg/kg. Kandungan logam berat timbal dalam kerang bulu sudah melebihi batas baku mutu. Faktor konsentrasi logam berat dari sedimen ke air berkisar 19,463 – 42,440. Faktor biokonsentrasi (BCF) dari kerang bulu ke air berkisar antara 5,021 – 11,932 dan BCF dari kerang bulu ke sedimen berkisar antara 0,159 – 0,404.Bandengan Kendal waters are in the northern coastal area of the Java Sea. Industries, Bandengan Kendal Port, and settlements surrounding the waters potentially polute with heavy metal such as the lead. The industry development may harm the marine environment, such as for the Antique Ark (Anadara antiquata). A. antiquata is one of the commodities which can support the community's economy. This study aimed to measure the lead contents in the water, sediment, and the soft tissue of A. antiquata. The research did from March - April 2022, and it used the AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer) analysis method. The results showed that the lead contents in water, sediment, and soft tissue were 0.134 - 0.470 mg/l, 5.251 - 12.303 mg/l, and 0.840 - 4.093 mg/kg, respectively. Based on the Quality Standards set by the Regulations of Government of Republic Indonesia no 22 in 2021 is 0.008 mg/l, the lead content in water from Bandengan Kendal waters had exceeded the quality standard. Based on ANZECC/ARMCANZ the standard quality of lead in sediments is 50 mg/kg, and the lead content in sediment in Bandengan Kendal waters was still below the quality standard. Meanwhile, the quality standard for lead in soft tissue according to SNI 7387:2009 is 1.5 mg/kg. The lead
{"title":"Akumulasi Logam Berat Timbal (Pb) pada Kerang Bulu (Anadara antiquata) di Perairan Bandengan Kendal serta Analisis Batas Aman Konsumsi","authors":"Nadaa Salsabiila Nuri, Adi Santoso, Ita Widowati","doi":"10.14710/jmr.v12i3.35276","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jmr.v12i3.35276","url":null,"abstract":"Perairan Bandenga Kendal termasuk dalam kawasan pantai utara di Laut Jawa. Perairan Bnadengan Kendal di kelilingi oleh berbagai industri, dan juga terdapat Pelabuhan Kendal, serta pemukiman warga. Hal ini dapat berpotensi adanya pencemaran laut. Perkembangan industri tersebut akan berdampak negatif bagi lingkungan laut termasuk organisme yang hidup di dalamnya seperti Kerang Bulu. Kerang Bulu menjadi komoditas penunjang ekonomi masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan timbal yang terkandung dalam air, sedimen dan jaringan lunak kerang bulu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret - April 2022 dan penelitian ini menggunakan analisis dengan metode AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer). Hasil analisis kandungan timbal dalam kerang bulu pada bulan Maret – April 2022 berkisar antara 0,840 – 4,093 mg/kg, dalam air berkisar 0,134 - 0,47 mg/l dan dalam sedimen berkisar 5,251 – 12,303 mg/kg. Berdasarkan baku mutu yang ditetapkan oleh PP No 22 tahun 2021 kandungan timbal dalam air yaitu 0,008 mg/l., kandungan logam berat timbal di air dari perairan Bandengan Kendal sudah melebihi baku mutu. Berdasarkan ANZECC/ARMCANZ baku mutu logam berat timbal dalam sedimen yaitu 50 mg/kg, kandungan logam berat timbal dalam sedimen di Perairan Bandengan Kendal, Kabupaten Kendal masih di bawah baku mutu. Sedangkan, baku mutu logam berat timbal dalam kerang bulu menurut SNI 7387:2009 yaitu 1,5 mg/kg. Kandungan logam berat timbal dalam kerang bulu sudah melebihi batas baku mutu. Faktor konsentrasi logam berat dari sedimen ke air berkisar 19,463 – 42,440. Faktor biokonsentrasi (BCF) dari kerang bulu ke air berkisar antara 5,021 – 11,932 dan BCF dari kerang bulu ke sedimen berkisar antara 0,159 – 0,404.Bandengan Kendal waters are in the northern coastal area of the Java Sea. Industries, Bandengan Kendal Port, and settlements surrounding the waters potentially polute with heavy metal such as the lead. The industry development may harm the marine environment, such as for the Antique Ark (Anadara antiquata). A. antiquata is one of the commodities which can support the community's economy. This study aimed to measure the lead contents in the water, sediment, and the soft tissue of A. antiquata. The research did from March - April 2022, and it used the AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer) analysis method. The results showed that the lead contents in water, sediment, and soft tissue were 0.134 - 0.470 mg/l, 5.251 - 12.303 mg/l, and 0.840 - 4.093 mg/kg, respectively. Based on the Quality Standards set by the Regulations of Government of Republic Indonesia no 22 in 2021 is 0.008 mg/l, the lead content in water from Bandengan Kendal waters had exceeded the quality standard. Based on ANZECC/ARMCANZ the standard quality of lead in sediments is 50 mg/kg, and the lead content in sediment in Bandengan Kendal waters was still below the quality standard. Meanwhile, the quality standard for lead in soft tissue according to SNI 7387:2009 is 1.5 mg/kg. The lead","PeriodicalId":50153,"journal":{"name":"Journal of Marine Research","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.5,"publicationDate":"2023-05-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47765726","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"地球科学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-05-23DOI: 10.14710/jmr.v12i3.37077
Zalfa Apricia Durotunasha, Steven Sutanto, Fedorova Nitaaqaini Al Haliim, Yasmin Izzatunnisa, Nandika Abubakar Putri
Pulau Kumbang merupakan bagian dari kawasan konservasi laut Kepulauan Taman Nasional Karimunjawa yang terletak di Perairan Utara Jawa. Pulau tidak berpenghuni ini dijadikan sebagai lahan penangkapan ikan oleh nelayan dari pulau di dekatnya, terutama Pulau Parang. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kondisi terumbu karang yang berfokus di 4 titik lokasi pada 2 zona kawasan konservasi laut, diantaranya Zona Perikanan Tradisional dan Zona Pemanfaatan Wisata Bahari. Pendataan dilakukan pada 2 kedalaman (5 dan 10 meter) dengan metode yang digunakan untuk mengetahui kondisi tutupan karang yaitu Line Intercept Transect (LIT), keanekaragaman dan kelimpahan ikan karang dengan metode Underwater Visual Census (UVC), dan kelimpahan invertebrata menggunakan metode Belt Transect. Rata-rata tutupan karang di Zona Perikanan Tradisional (59,78%) ditemukan lebih tinggi daripada Zona Pemanfaatan Wisata Bahari (40,61%). Sementara itu, kelimpahan ikan lebih tinggi pada Zona Pemanfaatan Wisata Bahari (14700 individu/ha kedalaman 5m). Famili Pomacentridae (Amblyglyphidodon) menunjukkan kelimpahan yang signifikan dengan 627 individu di salah satu lokasi. Invertebrata yang dilindungi yaitu Kima (Tridacna sp.) ditemukan di semua lokasi, terutama di kedalaman dangkal sebagai invertebrata yang paling melimpah dalam penelitian. Hasil keseluruhan menunjukkan bahwa kondisi terumbu karang di Zona Perikanan Tradisional berada dalam kondisi yang lebih baik daripada Zona Pemanfaatan Wisata Bahari. Kumbang Island is located in the archipelago of Karimunjawa National Park, a Marine Protected Area (MPA) in the Java Sea. Although uninhabited, the island is one of the fishing grounds for local fishers in neighboring islands. This research is aimed to assess the coral reef condition in Kumbang Island, focusing on 2 Sites in 2 MPA Zones: Traditional Fisheries Zone and Marine Tourism Utilization Zone. The assessment was conducted at 2 depths (5 and 10 meters) to observe coral coverage using Line Intercept Transect (LIT), reef fish diversity and abundance with Underwater Visual Census (UVC), and megabenthos abundance using Belt Transect method. The coral cover in the Traditional Fisheries Zone (59,78%) was found to be higher than the Marine Tourism Utilization Zone (40,61%). Meanwhile, the fish abundance was higher in the Marine Tourism Utilization Zone (14700 individual/ha at a depth of 5m). The family Pomacentridae (Amblyglyphidodon) showed a significant abundance with 231 individuals in one of the Sites. The protected Giant Clam (Tridacna sp.) was found in all Sites, mainly in the shallow depth as the most abundant megabenthos in the research. The overall result indicates that the coral reef condition in the Traditional Fisheries Zone is in a better condition than the Marine Tourism Utilization Zone.
甲虫岛是位于爪哇北部水域的卡里蒙加瓦国家公园的海洋保护区的一部分。这个无人居住的岛屿被用作附近一个主要是弯刀岛的渔民的渔场。该研究的目标是评估目前集中在两个海洋保护区的4个地点的珊瑚礁状况,其中包括传统的渔业区和海洋旅游利用区。在2英尺(5米)和10米(10米)的深度上进行了记录,这些方法被用来确定岩礁嘴的情况,即行截取输精管(LIT),用视觉底漆方法进行的鱼类的多样性和丰富,以及用眼部下的方法进行的无脊椎动物数量。传统渔业区(59.78%)的珊瑚覆盖面积被发现高于海洋旅游业使用区(40.61%)。与此同时,在海域的渔场(14700个个体/ha深度5m)的渔场,鱼类的数量也会增加。pomacendae (amblyglydodon)指的是一个地点有627个个体的显著数量。受保护的无脊椎动物Kima (Tridacna sp)被发现在所有地方,特别是在作为研究中最丰富的无脊椎动物的浅层深处。总的结果表明,传统渔区的珊瑚礁状况比海洋旅游利用区好。甲虫岛位于爪哇国家公园的档案馆,这是爪哇海的海洋保护区。尽管遭到了破坏,但这个岛是附近地区fishers的渔场之一。这项研究允许甲虫岛评估珊瑚礁,focusing on the coral reef Island, focusing on 2坐双座:传统渔场和海洋旅游设施区。评估包括2个区域(5和10米),使用眼部介质的内衬线观察珊瑚的覆盖,珊瑚礁鱼的发散性和潜望镜下的积水,和megabenty abundance使用眼部介质的方法。传统渔场的珊瑚封面(59.78%)被发现比海军旅游公用区高40.61%。与此同时,鱼在海洋旅游公用事业区(5m的14700年)游得非常高。有一种意味深长的番茄,其中有231个成员。巨大的蛤蜊被发现在各种各样的环境中,主要存在于研究中最强大的冷冻区。传统渔业与海洋旅游设施区相比,珊瑚礁的存在更加普遍。
{"title":"Perbandingan Kondisi Terumbu Karang pada Zona Pemanfaatan Wisata Bahari dan Zona Perikanan Tradisional di Pulau Kumbang, Taman Nasional Karimunjawa","authors":"Zalfa Apricia Durotunasha, Steven Sutanto, Fedorova Nitaaqaini Al Haliim, Yasmin Izzatunnisa, Nandika Abubakar Putri","doi":"10.14710/jmr.v12i3.37077","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jmr.v12i3.37077","url":null,"abstract":"Pulau Kumbang merupakan bagian dari kawasan konservasi laut Kepulauan Taman Nasional Karimunjawa yang terletak di Perairan Utara Jawa. Pulau tidak berpenghuni ini dijadikan sebagai lahan penangkapan ikan oleh nelayan dari pulau di dekatnya, terutama Pulau Parang. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kondisi terumbu karang yang berfokus di 4 titik lokasi pada 2 zona kawasan konservasi laut, diantaranya Zona Perikanan Tradisional dan Zona Pemanfaatan Wisata Bahari. Pendataan dilakukan pada 2 kedalaman (5 dan 10 meter) dengan metode yang digunakan untuk mengetahui kondisi tutupan karang yaitu Line Intercept Transect (LIT), keanekaragaman dan kelimpahan ikan karang dengan metode Underwater Visual Census (UVC), dan kelimpahan invertebrata menggunakan metode Belt Transect. Rata-rata tutupan karang di Zona Perikanan Tradisional (59,78%) ditemukan lebih tinggi daripada Zona Pemanfaatan Wisata Bahari (40,61%). Sementara itu, kelimpahan ikan lebih tinggi pada Zona Pemanfaatan Wisata Bahari (14700 individu/ha kedalaman 5m). Famili Pomacentridae (Amblyglyphidodon) menunjukkan kelimpahan yang signifikan dengan 627 individu di salah satu lokasi. Invertebrata yang dilindungi yaitu Kima (Tridacna sp.) ditemukan di semua lokasi, terutama di kedalaman dangkal sebagai invertebrata yang paling melimpah dalam penelitian. Hasil keseluruhan menunjukkan bahwa kondisi terumbu karang di Zona Perikanan Tradisional berada dalam kondisi yang lebih baik daripada Zona Pemanfaatan Wisata Bahari. Kumbang Island is located in the archipelago of Karimunjawa National Park, a Marine Protected Area (MPA) in the Java Sea. Although uninhabited, the island is one of the fishing grounds for local fishers in neighboring islands. This research is aimed to assess the coral reef condition in Kumbang Island, focusing on 2 Sites in 2 MPA Zones: Traditional Fisheries Zone and Marine Tourism Utilization Zone. The assessment was conducted at 2 depths (5 and 10 meters) to observe coral coverage using Line Intercept Transect (LIT), reef fish diversity and abundance with Underwater Visual Census (UVC), and megabenthos abundance using Belt Transect method. The coral cover in the Traditional Fisheries Zone (59,78%) was found to be higher than the Marine Tourism Utilization Zone (40,61%). Meanwhile, the fish abundance was higher in the Marine Tourism Utilization Zone (14700 individual/ha at a depth of 5m). The family Pomacentridae (Amblyglyphidodon) showed a significant abundance with 231 individuals in one of the Sites. The protected Giant Clam (Tridacna sp.) was found in all Sites, mainly in the shallow depth as the most abundant megabenthos in the research. The overall result indicates that the coral reef condition in the Traditional Fisheries Zone is in a better condition than the Marine Tourism Utilization Zone.","PeriodicalId":50153,"journal":{"name":"Journal of Marine Research","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.5,"publicationDate":"2023-05-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41977477","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"地球科学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-04-23DOI: 10.14710/jmr.v12i3.36450
Alfin Anggraeni, Delianis Pringgenies, Ali Ridlo
Mangrove termasuk tumbuhan yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut, memiliki adaptasi terhadap kadar garam yang cukup tinggi, dan selalu tergenang air. Manfaat mangrove salah satunya digunakan sebagai pewarna alami pada kain. Penerapan pewarna alami dapat mengurangi adanya dampak pencemaran yang disebabkan oleh pewarna sintesis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya tahan luntur kain terhadap pencucian sabun, kelunturan, perbedaan warna, dan warna yang dihasilkan pada kain dari hasil pengujian beda warna kain sebelum dan sesudah pencucian sabun, pada pewarna limbah propagul dan akar mangrove dengan fiksasi air kelapa, asam jawa dan tawas. Penelitian dilakukan pada bulan Juni – Juli 2022. Metode yang digunakan yaitu metode eksperimen, yang terdiri dari ekstraksi zat warna alam mangrove, pencelupan dan fiksasi, serta pengujian kualitas kain yang terdiri dari uji tahan luntur warna kain terhadap pencucian sabun, pengujian beda warna kain sebelum dan sesudah dilakukannya pencucian sabun, perhitungan perbedaan warna (ΔE) dan analisis warna dengan color analysis, ibisPaint X dan colorimeter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya tahan luntur pada propagul tergolong baik (4) dan akar tergolong cukup baik (3,9), nilai beda warna kain sebelum dan sesudah pencucian sabun pada akar lebih tinggi daripada propagul, perbedaan warna paling rendah, yaitu air kelapa, dan rata-rata warna propagul lebih gelap dibandingkan akar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, fiksasi yang baik yaitu air kelapa, karena memiliki tingkat kelunturan paling rendah. Mangroves are plants that are affected by tides, have adaptations to high levels of salt, and are always inundated with water. The benefit of one of the mangroves is used as a natural dye on cloth. The application of natural dyes can reduce the impact of pollution caused by the synthesis of dyes. This study aims to determine the resistance of the fabric to washing, fading, color difference, and the color produced on the fabric from the color difference testing before and washing soap, on dyes of propagule waste and mangrove roots with fixation of coconut water, tamarind and alum. The study was conducted in June – July 2022. The method used is the experimental method, which consists of extracting natural mangrove dyes, dyeing and fixation, as well as testing the quality of the fabric which consists of testing the fastness of the fabric to washing soap, testing the color difference before and before execution of washing, calculation of differences (ΔE) and color analysis with color analysis, ibisPaint X and colorimeter. The results showed that the fastness of propagule was good (4) and the roots were quite good (3.9), the difference in the value of the fabric before and washing soap on the roots was higher than that of propagules, the lowest color difference was coconut water, and the average color of the propagules is darker than the roots. Based on the research conducted, a good fixation is coconut wate
{"title":"Pewarna Alami Limbah Mangrove Dengan Fiksasi Air Kelapa, Asam Jawa Dan Tawas","authors":"Alfin Anggraeni, Delianis Pringgenies, Ali Ridlo","doi":"10.14710/jmr.v12i3.36450","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jmr.v12i3.36450","url":null,"abstract":"Mangrove termasuk tumbuhan yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut, memiliki adaptasi terhadap kadar garam yang cukup tinggi, dan selalu tergenang air. Manfaat mangrove salah satunya digunakan sebagai pewarna alami pada kain. Penerapan pewarna alami dapat mengurangi adanya dampak pencemaran yang disebabkan oleh pewarna sintesis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya tahan luntur kain terhadap pencucian sabun, kelunturan, perbedaan warna, dan warna yang dihasilkan pada kain dari hasil pengujian beda warna kain sebelum dan sesudah pencucian sabun, pada pewarna limbah propagul dan akar mangrove dengan fiksasi air kelapa, asam jawa dan tawas. Penelitian dilakukan pada bulan Juni – Juli 2022. Metode yang digunakan yaitu metode eksperimen, yang terdiri dari ekstraksi zat warna alam mangrove, pencelupan dan fiksasi, serta pengujian kualitas kain yang terdiri dari uji tahan luntur warna kain terhadap pencucian sabun, pengujian beda warna kain sebelum dan sesudah dilakukannya pencucian sabun, perhitungan perbedaan warna (ΔE) dan analisis warna dengan color analysis, ibisPaint X dan colorimeter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya tahan luntur pada propagul tergolong baik (4) dan akar tergolong cukup baik (3,9), nilai beda warna kain sebelum dan sesudah pencucian sabun pada akar lebih tinggi daripada propagul, perbedaan warna paling rendah, yaitu air kelapa, dan rata-rata warna propagul lebih gelap dibandingkan akar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, fiksasi yang baik yaitu air kelapa, karena memiliki tingkat kelunturan paling rendah. Mangroves are plants that are affected by tides, have adaptations to high levels of salt, and are always inundated with water. The benefit of one of the mangroves is used as a natural dye on cloth. The application of natural dyes can reduce the impact of pollution caused by the synthesis of dyes. This study aims to determine the resistance of the fabric to washing, fading, color difference, and the color produced on the fabric from the color difference testing before and washing soap, on dyes of propagule waste and mangrove roots with fixation of coconut water, tamarind and alum. The study was conducted in June – July 2022. The method used is the experimental method, which consists of extracting natural mangrove dyes, dyeing and fixation, as well as testing the quality of the fabric which consists of testing the fastness of the fabric to washing soap, testing the color difference before and before execution of washing, calculation of differences (ΔE) and color analysis with color analysis, ibisPaint X and colorimeter. The results showed that the fastness of propagule was good (4) and the roots were quite good (3.9), the difference in the value of the fabric before and washing soap on the roots was higher than that of propagules, the lowest color difference was coconut water, and the average color of the propagules is darker than the roots. Based on the research conducted, a good fixation is coconut wate","PeriodicalId":50153,"journal":{"name":"Journal of Marine Research","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.5,"publicationDate":"2023-04-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43538561","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"地球科学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}