Pub Date : 2023-11-03DOI: 10.14710/jmr.v12i4.41718
Atthariq Fachri Ramadhan Arief, C. A. Suryono, W. A. Setyati
: Kesuburan perairan ditentukan oleh nitrat, fosfat dan klorofil-a. Nitrat dan fosfat merupakan zat hara yang penting untuk mengembangkan potensi sumberdaya ekosistem laut Perairan Kartini merupakan salah satu perairan yang padat aktivitas manusia dan dekat dengan muara sungai Wiso. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesuburan di perairan Kartini dan Wiso, kabupaten Jepara. Pengambilan data penelitian dilaksanakan satu kali pada bulan Maret 2022. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Lokasi penelitian dibagi menjadi delapan stasiun. Pengambilan sampel air dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali. Metode analisis kandungan nutrien pada air untuk konsentrasi nitrat dan fosfat mengacu pada SNI 6989.79.2011 dan SNI 06-6989.31.2005. Data dianalisis menggunakan analisis one way anova, uji regresi, uji korelasi dan uji TSI (Trophic State Index). Hasil penelitian menunjukkan, konsentrasi nitrat sebesar 0,50–0,73 mg/L, konsentrasi fosfat sebesar 0,013–0,513 mg/L dan konsentrasi klorofil-a sebesar 7,355-17,917 µg/L. Kandungan nitrat, fosfat dan klorofil-a pada stasiun Wiso relatif lebih tinggi dibandingkan stasiun Kartini. Berdasarkan uji regresi, didapatkan persamaan regresi pada stasiun Kartini yaitu y = 32,74X1 + 1,33X2 – 7,07 dan stasiun Wiso yaitu y = -24,29X1 + 16,29X2 + 18,77. Uji korelasi pada stasiun kartini dan wiso menunjukkan nilai korelasi positif antara nitrat dan fosfat terhadap klorofil-a. Berdasarkan perhitungan TSI didapatkan tingkat kesuburan rata-rata semua stasiun yaitu eutrofik ringan hingga eutrofik sedang. Water productivity is determined by nitrate, phosphate and chlorophyll-a. Nitrate and phosphate are essential nutrients to develop the potential of marine ecosystem resources. Kartini waters are one of the waters that are dense with human activities and close to the mouth of the Wiso river. This study aims to determine water productivity in Kartini and Wiso waters, Jepara regency. The research data collection was carried out once in March 2022. The research method used was a descriptive method with a quantitative approach. The research location is divided into eight stations. Water sampling was repeated three times. The method of analyzing nutrient content in water for nitrate and phosphate concentration refers to the method of SNI 6989.79.2011 and SNI 06-6989.31.2005. Data were analyzed using one way anova test, regression test, correlation test and TSI test (Trophic State Index). The results showed that the nitrate concentration was 0.50 – 0.73 mg/L, the phosphate concentration was 0.013–0.513 mg/L and the chlorophyll-a concentration was 7.355 µg/L - 17.917. µg/L. The content of nitrate, phosphate and chlorophyll-a at Wiso station is relatively higher than Kartini station. Based on the regression test, the regression equation obtained at Kartini station y = 32,74X1 + 1,33X2 – 7,07 and at wiso station is y = -24,29X1 + 16,29X2 + 18,77. The correlation test at
{"title":"Tingkat Kesuburan Perairan berdasarkan Konsentrasi Nitrat, Fosfat dan Klorofil-a di Kabupaten Jepara","authors":"Atthariq Fachri Ramadhan Arief, C. A. Suryono, W. A. Setyati","doi":"10.14710/jmr.v12i4.41718","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jmr.v12i4.41718","url":null,"abstract":": Kesuburan perairan ditentukan oleh nitrat, fosfat dan klorofil-a. Nitrat dan fosfat merupakan zat hara yang penting untuk mengembangkan potensi sumberdaya ekosistem laut Perairan Kartini merupakan salah satu perairan yang padat aktivitas manusia dan dekat dengan muara sungai Wiso. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesuburan di perairan Kartini dan Wiso, kabupaten Jepara. Pengambilan data penelitian dilaksanakan satu kali pada bulan Maret 2022. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Lokasi penelitian dibagi menjadi delapan stasiun. Pengambilan sampel air dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali. Metode analisis kandungan nutrien pada air untuk konsentrasi nitrat dan fosfat mengacu pada SNI 6989.79.2011 dan SNI 06-6989.31.2005. Data dianalisis menggunakan analisis one way anova, uji regresi, uji korelasi dan uji TSI (Trophic State Index). Hasil penelitian menunjukkan, konsentrasi nitrat sebesar 0,50–0,73 mg/L, konsentrasi fosfat sebesar 0,013–0,513 mg/L dan konsentrasi klorofil-a sebesar 7,355-17,917 µg/L. Kandungan nitrat, fosfat dan klorofil-a pada stasiun Wiso relatif lebih tinggi dibandingkan stasiun Kartini. Berdasarkan uji regresi, didapatkan persamaan regresi pada stasiun Kartini yaitu y = 32,74X1 + 1,33X2 – 7,07 dan stasiun Wiso yaitu y = -24,29X1 + 16,29X2 + 18,77. Uji korelasi pada stasiun kartini dan wiso menunjukkan nilai korelasi positif antara nitrat dan fosfat terhadap klorofil-a. Berdasarkan perhitungan TSI didapatkan tingkat kesuburan rata-rata semua stasiun yaitu eutrofik ringan hingga eutrofik sedang. Water productivity is determined by nitrate, phosphate and chlorophyll-a. Nitrate and phosphate are essential nutrients to develop the potential of marine ecosystem resources. Kartini waters are one of the waters that are dense with human activities and close to the mouth of the Wiso river. This study aims to determine water productivity in Kartini and Wiso waters, Jepara regency. The research data collection was carried out once in March 2022. The research method used was a descriptive method with a quantitative approach. The research location is divided into eight stations. Water sampling was repeated three times. The method of analyzing nutrient content in water for nitrate and phosphate concentration refers to the method of SNI 6989.79.2011 and SNI 06-6989.31.2005. Data were analyzed using one way anova test, regression test, correlation test and TSI test (Trophic State Index). The results showed that the nitrate concentration was 0.50 – 0.73 mg/L, the phosphate concentration was 0.013–0.513 mg/L and the chlorophyll-a concentration was 7.355 µg/L - 17.917. µg/L. The content of nitrate, phosphate and chlorophyll-a at Wiso station is relatively higher than Kartini station. Based on the regression test, the regression equation obtained at Kartini station y = 32,74X1 + 1,33X2 – 7,07 and at wiso station is y = -24,29X1 + 16,29X2 + 18,77. The correlation test at ","PeriodicalId":50153,"journal":{"name":"Journal of Marine Research","volume":"155 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.5,"publicationDate":"2023-11-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139289866","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"地球科学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-11-01DOI: 10.14710/jmr.v12i4.41024
Maharani Maharani, Gaby Nanda Kharisma, La Ode Abdul Fajar Hasidu, Indra Ardiansyah, Arif Prasetya, Riska Riska, Agusrinal Agusrinal, Dwi Rosalina, Soehardiman Ansar
Pulau Simuang merupakan salah satu pulau kecil yang ada di guguan Kepulauan Tiworo dengan potensi mangrove yang cukup besar. Sayangnya, studi mengenai status kondisi komunitas dan stok karbon mangrove di Kepulauan Tiworo masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis status kondisi komunitas mangrove, biomassa, stok karbon, dan penyerapan CO2 oleh vegetasi mangrove. Penelitian ini dilakukan di Pulau Simuang, Kepulauan Tiworo, dengan total empat stasiun penelitian. Analisis struktur komunitas mangrove menggunakan metode transek kuadrat. Garis transek dibentangkan tegak lurus dengan garis pantai. Disetiap transek diletakkan empat plot berukuran 100m2. Data yang dikoleksi berupa jenis, jumlah jenis, dan diameter batang (dbh). Analisis data dilakukan untuk menentukan kerapatan, status kondisi, biomassa, stok karbon, dan penyerapan CO2 oleh vegetasi mangrove. Hasil penelitian ini yaitu status kondisi komunitas mangrove di Pulau Simuang masih dalam kategori baik/padat (kerapatan berkisar antara 1825-2775 ind/ha2). Biomassa mangrove diperoleh berkisar antara 213,26 ton/ha2 sampai 506,24 ton/ha2. Stok karbon dan penyerapan CO2 di setiap stasiunberbanding lurus dengan data biomassanya. Stok karbon diperoleh berkisar antara 100,23 ton C/ha2 sampai 237,84 ton C/ha2. Selain itu, penyerapan CO2 oleh vegetasi mangrove berkisar antara 367,51 ton CO2/ha2 sampai 872,08 ton CO2/ha2. Meskipun kondisi mangrove masih dalam kategori baik/padat, masih terdapat sisa aktivitas penebangan mangrove di beberapa lokasi. Untuk itu diperlukan upaya perlindungan kawasan untuk menjaga fungsi ekosistem mangrove di kawasan tersebut.
{"title":"Stok Karbon dan Status Kondisi Komunitas Mangrove Pulau Simuang Kepulauan Tiworo Sulawesi Tenggara","authors":"Maharani Maharani, Gaby Nanda Kharisma, La Ode Abdul Fajar Hasidu, Indra Ardiansyah, Arif Prasetya, Riska Riska, Agusrinal Agusrinal, Dwi Rosalina, Soehardiman Ansar","doi":"10.14710/jmr.v12i4.41024","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jmr.v12i4.41024","url":null,"abstract":"Pulau Simuang merupakan salah satu pulau kecil yang ada di guguan Kepulauan Tiworo dengan potensi mangrove yang cukup besar. Sayangnya, studi mengenai status kondisi komunitas dan stok karbon mangrove di Kepulauan Tiworo masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis status kondisi komunitas mangrove, biomassa, stok karbon, dan penyerapan CO2 oleh vegetasi mangrove. Penelitian ini dilakukan di Pulau Simuang, Kepulauan Tiworo, dengan total empat stasiun penelitian. Analisis struktur komunitas mangrove menggunakan metode transek kuadrat. Garis transek dibentangkan tegak lurus dengan garis pantai. Disetiap transek diletakkan empat plot berukuran 100m2. Data yang dikoleksi berupa jenis, jumlah jenis, dan diameter batang (dbh). Analisis data dilakukan untuk menentukan kerapatan, status kondisi, biomassa, stok karbon, dan penyerapan CO2 oleh vegetasi mangrove. Hasil penelitian ini yaitu status kondisi komunitas mangrove di Pulau Simuang masih dalam kategori baik/padat (kerapatan berkisar antara 1825-2775 ind/ha2). Biomassa mangrove diperoleh berkisar antara 213,26 ton/ha2 sampai 506,24 ton/ha2. Stok karbon dan penyerapan CO2 di setiap stasiunberbanding lurus dengan data biomassanya. Stok karbon diperoleh berkisar antara 100,23 ton C/ha2 sampai 237,84 ton C/ha2. Selain itu, penyerapan CO2 oleh vegetasi mangrove berkisar antara 367,51 ton CO2/ha2 sampai 872,08 ton CO2/ha2. Meskipun kondisi mangrove masih dalam kategori baik/padat, masih terdapat sisa aktivitas penebangan mangrove di beberapa lokasi. Untuk itu diperlukan upaya perlindungan kawasan untuk menjaga fungsi ekosistem mangrove di kawasan tersebut.","PeriodicalId":50153,"journal":{"name":"Journal of Marine Research","volume":"23 3","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135510328","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"地球科学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-11-01DOI: 10.14710/jmr.v12i4.34119
Lathifatusy Syifa Alburhana, Wilis Ari Setyati, Sri Redjeki
Kerang darah (Anadara granosa) merupakan biota laut dalam kelas bivalvia yang kebanyakan hidup di dasar perairan laut yang berlumpur atau berpasir. Pertumbuhan kerang darah dapat diamati dengan melihat pertambahan ukuran cangkang kerang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara panjang cangkang dengan berat total dan faktor kondisi kerang darah. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Agustus hingga September 2021 dengan metode purposive sampling pada tiga stasiun berbeda. Parameter morfometri yang diamati meliputi panjang cangkang dan berat total sampel kerang darah. Pengukuran panjang cangkang kerang dilakukan menggunakan jangka sorong. Panjang cangkang kerang diukur dari ujung anterior sampai ujung posterior. Berat total kerang darah diukur menggunakan neraca digital. Pengukuran berat total kerang dilakukan dengan menimbang keseluruhan cangkang dan dagingnya yang masih menyatu. Parameter morfometri kerang darah pada penelitian kali ini memiliki pola hubungan alometrik negatif dimana nilai b < 3 yang berarti pertambahan panjang lebih cepat daripada pertambahan berat. Faktor kondisi menghasilkan nilai yang relatif sama pada setiap stasiun penelitian. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kerang darah antara lain, adanya perubahan ketersediaan makanan, kondisi perairan yang berubah-ubah pada tiap waktu dan lokasi pengambilan sampel, perbedaan lokasi pengambilan sampel serta adanya proses pemijahan. Blood cockles (Anadara granosa) are marine biota in the bivalves class that mostly live on the bottom of muddy or sandy sea waters. The growth of blood cockles can be observed by looking at the increase in the size of the cockle shells. The purpose of this research is to determine the relationship between shell length and total weight and condition factor of blood cockles. Sampling has been done from August to September 2021 using the purposive sampling method at three different stations. The morphometric parameters observed included shell length and total weight of the blood cockles’ sample. The length of the shells was measured using a caliper. The length of the cockle shell was measured from the anterior end to the posterior end. The total weight of blood cockles was measured using a digital balance. The measurement of the total weight of the cockles was done by weighing the whole shell and the meat that was still fused together. The morphometric parameters of blood cockles in this research have a negative allometric relationship pattern where the value of b < 3 means that the length gain is faster than the weight gain. The condition factor resulted in relatively the same value at each research station. The results of the growth rate of blood cockles showed that Station II and Station III produced a faster growth rate than Station I. Factors that influence the growth of blood cockles are changes in food availability, changing water conditions at each time and sampling location, differences in sampling locations and the spawning proce
双壳贝类(Anadara granosa)是双壳贝类中的一种生物群落,藏身于双壳贝类栖息地。在这里,你可以了解到如何保护野生动物。这本小册子的目的是为了让人们了解如何通过全面的和有说服力的信息来控制人口增长。采样时间为每年的 8 月至 2021 年 9 月,采样方法为在不同的时间段进行有目的的抽样。参数的测量范围是耕地面积和耕地总面积的总和。颅骨切面参数可用于测量颅骨的厚度。前部和后部的肛门疣会逐渐消失。总切口的切除可实现数字化。总角膜厚度的变化反映了角膜厚度和角化的变化。在 2010 年的调查中,总骨龄参数为阴性,而 nilai b < 3 则与总骨龄参数相近。在不同的时间段,相关系数都会增加。它是一种可在日常生活中提高生活质量的关键因素,如水产养殖、水产养殖场、水产养殖场、水产养殖场以及水产养殖专业技术。血蚶(Anadara granosa)是双壳类海洋生物,主要生活在泥质或沙质海水的底部。血蚶的生长可以通过观察蚶壳的增大来观察。本研究的目的是确定血蚶壳长与总重量和状态因子之间的关系。采样工作于 2021 年 8 月至 9 月在三个不同的站点采用目的性采样法进行。观察的形态参数包括血蚶样本的壳长和总重。贝壳的长度用卡尺测量。蚶壳的长度是从前端到后端的长度。使用数字天平测量血蚶的总重量。血蚶总重量的测量是通过称量整个蚶壳和仍融合在一起的蚶肉来完成的。本研究中血蚶的形态测量参数呈负异速关系模式,其中 b 值 < 3 表示长度增长快于重量增长。条件因子导致每个研究站的数值相对相同。影响血蚶生长的因素包括食物供应的变化、各时间段和采样地点水质条件的变化、采样地点的差异以及产卵过程。
{"title":"Hubungan Panjang Berat Kerang Darah (Anadara granosa) di Perairan Berahan Kulon, Demak","authors":"Lathifatusy Syifa Alburhana, Wilis Ari Setyati, Sri Redjeki","doi":"10.14710/jmr.v12i4.34119","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jmr.v12i4.34119","url":null,"abstract":"Kerang darah (Anadara granosa) merupakan biota laut dalam kelas bivalvia yang kebanyakan hidup di dasar perairan laut yang berlumpur atau berpasir. Pertumbuhan kerang darah dapat diamati dengan melihat pertambahan ukuran cangkang kerang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara panjang cangkang dengan berat total dan faktor kondisi kerang darah. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Agustus hingga September 2021 dengan metode purposive sampling pada tiga stasiun berbeda. Parameter morfometri yang diamati meliputi panjang cangkang dan berat total sampel kerang darah. Pengukuran panjang cangkang kerang dilakukan menggunakan jangka sorong. Panjang cangkang kerang diukur dari ujung anterior sampai ujung posterior. Berat total kerang darah diukur menggunakan neraca digital. Pengukuran berat total kerang dilakukan dengan menimbang keseluruhan cangkang dan dagingnya yang masih menyatu. Parameter morfometri kerang darah pada penelitian kali ini memiliki pola hubungan alometrik negatif dimana nilai b < 3 yang berarti pertambahan panjang lebih cepat daripada pertambahan berat. Faktor kondisi menghasilkan nilai yang relatif sama pada setiap stasiun penelitian. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kerang darah antara lain, adanya perubahan ketersediaan makanan, kondisi perairan yang berubah-ubah pada tiap waktu dan lokasi pengambilan sampel, perbedaan lokasi pengambilan sampel serta adanya proses pemijahan. Blood cockles (Anadara granosa) are marine biota in the bivalves class that mostly live on the bottom of muddy or sandy sea waters. The growth of blood cockles can be observed by looking at the increase in the size of the cockle shells. The purpose of this research is to determine the relationship between shell length and total weight and condition factor of blood cockles. Sampling has been done from August to September 2021 using the purposive sampling method at three different stations. The morphometric parameters observed included shell length and total weight of the blood cockles’ sample. The length of the shells was measured using a caliper. The length of the cockle shell was measured from the anterior end to the posterior end. The total weight of blood cockles was measured using a digital balance. The measurement of the total weight of the cockles was done by weighing the whole shell and the meat that was still fused together. The morphometric parameters of blood cockles in this research have a negative allometric relationship pattern where the value of b < 3 means that the length gain is faster than the weight gain. The condition factor resulted in relatively the same value at each research station. The results of the growth rate of blood cockles showed that Station II and Station III produced a faster growth rate than Station I. Factors that influence the growth of blood cockles are changes in food availability, changing water conditions at each time and sampling location, differences in sampling locations and the spawning proce","PeriodicalId":50153,"journal":{"name":"Journal of Marine Research","volume":"53 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.5,"publicationDate":"2023-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139303957","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"地球科学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ekosistem mangrove terdapat pada daerah peralihan antara daratan dan lautan yang dapat berkembang pada daerah pasang surut dengan substrat berlumpur atau berpasir. Ekosistem mangrove mempunyai fungsi fisik, ekologi, dan ekonomi. Gili Petagan merupakan salah satu pulau kecil yang terletak di Desa Padak Guar, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur dengan luas 56,8 hektar dan didominasi oleh vegetasi mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerapatan dan tutupan kanopi mangrove di Gili Petagan, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur. Pengumpulan data kerapatan mangrove menggunakan metode Dombois & Ellenberg, sedangkan data tutupan kanopi mangrove menggunakan metode hemispherical photography. Hasil penelitian ditemukan empat jenis mangrove yaitu Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, dan Sonneratia alba. Kisaran diameter batang mangrove di Gili Petagan yaitu antara 4,7-9,56 cm dengan kisaran basal area yaitu antara 46,66-5.320 m2/ha. Rata-rata kerapatan mangrove sebesar 3.120 ind/ha, termasuk dalam kriteria baik. Kemudian nilai rata-rata tutupan kanopi mangrove sebesar 71%, termasuk dalam kategori sedang. Jenis substrat yang dominan ditemukan pada Gili Petagan yaitu lempung berpasir yang sesuai untuk pertumbuhan mangrove. The mangrove ecosystem is found in transitional areas between land and sea that can develop in tidal areas with muddy or sandy substrates. Mangrove ecosystem have physical, ecological and economic functions. Gili Petagan is a small island located in Padak Guar Village, Sambelia District, East Lombok Regency with an area of 56.8 hectares and is dominated by mangroves. This study aims to determine mangrove’s density and canopy cover in Gili Petagan, Sambelia District, East Lombok Regency. Mangrove density data were collected using the Dombois and Ellenberg method, while data on mangrove canopy cover were obtained using the hemispherical photography method. The result of the study found four mangrove species, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, and Sonneratia alba. The range of mangrove trunk diameters on Gili Petagan is between 4.7-9.56 cm with a basal area range of between 46.66-5,320 m2/ha. The average density of mangrove is 3.120 ind/ha, which falls within the "good" criteria. Furthermore, the average value of mangrove canopy cover is 71%, classified as "moderate." The dominant type of substrate found on Gili Petagan is sandy loam which is suitable for mangrove growth.
红树林生态系统是陆地和海洋之间的过渡区域,可以在潮汐地区发展,也可以在沼泽或沙质基层发展。红树林生态系统具有物理、生态和经济功能。Gili Petagan是帕达克瓜尔(Padak Guar)的一个小岛,该村庄位于东龙目岛,占地56.8英亩(56.8公顷),主要由红树林植被占据。这项研究的目的是确定龙目岛东龙目岛Gili Petagan的厚冠冠冠。mangrove密度数据采用Dombois &方法收集红树林Ellenberg树冠,而闭合数据使用半球形摄影方法。研究发现了四种红树林,一种是雷兹奥普洛塔、一种叫穆可罗纳塔、一种叫雷泽普洛塔、一种叫穆希纳普朗塔和一种叫阿尔巴的红树林。在Gili Petagan红树林树干直径范围,即之间4,7-9,56厘米和玄武岩区域范围即46,66-5.320 m2 -哈。红树林平均密度3.120 ind -哈大,包括处于良好标准。然后红树林树冠高达71%,平均成绩挡板包括在一类。发现占主导地位的基质在Gili Petagan类型就是适合红树林生长的沙质黏土。《transitional地区红树林生态系统是找到可以冲洗的陆地和海洋之间和泥泞或桑迪substrates潮汐地区。红树林生态系统有体格,ecological》和经济functions。Gili Petagan is a small island定位在我一头瓜尔牛村,Sambelia之区,东地区龙目岛丽晶with an 8 hectares和控制是由mangroves 56。这个研究红树林aims to个重大的密度在Gili Petagan封面和树冠,Sambelia区,东龙目岛的摄政。红树林用的数据密度是collected Dombois红树林和Ellenberg方法上的数据,而树冠封面用的是获得半球形摄影方法。红树林研究发现四个物种,论点》Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa,阿尔巴和Sonneratia。红树林树干diameters之射程在Gili Petagan是4。7 - 9 . 56厘米和a之间区域太阳城的玄武岩66-5,320 m2 -哈46之间。红树林的平均密度是3.120 ind -哈,这瀑布在臭名昭著的“祝criteria。Furthermore,红树林树冠的平均价值》封面是71%,美国机密“温和派都会。”substrate发现在Gili Petagan dominant式》是桑迪loam哪种是红树林suitable for增长。
{"title":"Analisis Kerapatan dan Tutupan Kanopi Mangrove di Gili Petagan, Lombok Timur","authors":"Salvina Herawaty Puna, Muh. Marwan, Wiwid Andriyani Lestariningsih, Ibadur Rahman","doi":"10.14710/jmr.v12i4.41028","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jmr.v12i4.41028","url":null,"abstract":"Ekosistem mangrove terdapat pada daerah peralihan antara daratan dan lautan yang dapat berkembang pada daerah pasang surut dengan substrat berlumpur atau berpasir. Ekosistem mangrove mempunyai fungsi fisik, ekologi, dan ekonomi. Gili Petagan merupakan salah satu pulau kecil yang terletak di Desa Padak Guar, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur dengan luas 56,8 hektar dan didominasi oleh vegetasi mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerapatan dan tutupan kanopi mangrove di Gili Petagan, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur. Pengumpulan data kerapatan mangrove menggunakan metode Dombois & Ellenberg, sedangkan data tutupan kanopi mangrove menggunakan metode hemispherical photography. Hasil penelitian ditemukan empat jenis mangrove yaitu Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, dan Sonneratia alba. Kisaran diameter batang mangrove di Gili Petagan yaitu antara 4,7-9,56 cm dengan kisaran basal area yaitu antara 46,66-5.320 m2/ha. Rata-rata kerapatan mangrove sebesar 3.120 ind/ha, termasuk dalam kriteria baik. Kemudian nilai rata-rata tutupan kanopi mangrove sebesar 71%, termasuk dalam kategori sedang. Jenis substrat yang dominan ditemukan pada Gili Petagan yaitu lempung berpasir yang sesuai untuk pertumbuhan mangrove. The mangrove ecosystem is found in transitional areas between land and sea that can develop in tidal areas with muddy or sandy substrates. Mangrove ecosystem have physical, ecological and economic functions. Gili Petagan is a small island located in Padak Guar Village, Sambelia District, East Lombok Regency with an area of 56.8 hectares and is dominated by mangroves. This study aims to determine mangrove’s density and canopy cover in Gili Petagan, Sambelia District, East Lombok Regency. Mangrove density data were collected using the Dombois and Ellenberg method, while data on mangrove canopy cover were obtained using the hemispherical photography method. The result of the study found four mangrove species, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, and Sonneratia alba. The range of mangrove trunk diameters on Gili Petagan is between 4.7-9.56 cm with a basal area range of between 46.66-5,320 m2/ha. The average density of mangrove is 3.120 ind/ha, which falls within the \"good\" criteria. Furthermore, the average value of mangrove canopy cover is 71%, classified as \"moderate.\" The dominant type of substrate found on Gili Petagan is sandy loam which is suitable for mangrove growth.","PeriodicalId":50153,"journal":{"name":"Journal of Marine Research","volume":"63 2","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136133210","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"地球科学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-10-25DOI: 10.14710/jmr.v12i4.37072
Irene Dyas Tania, Hafiludin Hafiludin
Rumput laut merupakan salah satu tumbuhan laut yang mempunyai nilai guna tinggi dalam berbagai bidang khususnya pangan fungsional dan obat-obatan. Salah satu jenis rumput laut yang potensial untuk dikembangkan adalah Eucheuma cottonii. Kualitas rumput laut perlu dijaga dengan cara perendaman dan ukuran partikel bahan bakunya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan kimia rumput laut Eucheuma cottonii dengan perlakuan media perendaman dan ukuran partikel yang berbeda. Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap yaitu preparasi sampel, karakterisasi kandungan kimia bahan baku rumput laut, karakterisasi kimia rumput laut hasil perendaman dan perbedaan ukuran partikel. Perendaman dilakukan dengan menggunakan larutan KOH dan air kelapa. Ukuran partikel terbagi menjadi dua yaitu 30 mesh dan 80 mesh. Eucheuma cottonii asal Sumenep Madura mempunyai kadar air 34,67%; kadar abu 27,11%; kadar lemak 0,64%; kandungan serat kasar 0,06%. Kandungan kimia pada perlakuan media perendaman air kelapa dan ukuran partikel 30 mesh dan 80 mesh yaitu kadar air 12,53–13,71%; kadar abu 23,88–26,7%; kadar lemak 0,848–0,854%; kandungan serat kasar 0,120–0,126%. Kandungan kimia pada perlakuan perendaman larutan KOH dan ukuran partikel 30 mesh dan 80 mesh yaitu kadar air 12,026–13,363%; kadar abu 25,49–28,09%; kadar lemak 0,842–0,844%; kandungan serat kasar 0,128–0,159%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rumput laut Eucheuma cottonii mempunyai kandungan gizi yang cukup baik sehingga dapat dimanfaatkan dan dikembangkan dalam bidang pangan fungsional. Seaweed is a marine plant with high use value in various fields, exceptionally functional food and medicine. One type of seaweed that has the potential to be developed is Eucheuma cottonii. The quality of seaweed must be maintained by soaking and the particle size of the raw material. This study aims to analyze the proximate content of Eucheuma cottonii seaweed with different soaking treatments and particle sizes. This research was conducted in several stages: sample preparation, characterization of the chemical content of seaweed raw materials, chemical characterization of soaked seaweed and different particle sizes. Soaking is done using KOH solution and coconut water. Particle sizes are divided into two, namely 30 mesh and 80 mesh. Eucheuma cottonii from Sumenep Madura has a moisture content of 34.67%, ash content of 27.11%, fat content of 0.64%, and crude fiber content of 0.06%. The chemical content in the coconut water immersion treatment and the particle size is 30 mesh and 80 mesh at a moisture content of 12.53–13.71%, ash content of 23.88–26.7%, fat content of 0.848–0.854%, crude fiber content of 0.120–0.126%. The chemical content in the KOH solution immersion treatment and the particle size of 30 mesh and 80 mesh at a water content of 12.026–13.363%; ash content 25.49–28.09%; fat content 0.842–0.844%; crude fiber content 0.128–0.159%. The results of this study indicate that Eucheuma cottonii seaweed h
{"title":"Pengaruh Media Perendaman Dan Ukuran Partikel Terhadap Karakteristik Kimia Rumput Laut (Eucheuma cottonii) Dari Perairan Sumenep Madura","authors":"Irene Dyas Tania, Hafiludin Hafiludin","doi":"10.14710/jmr.v12i4.37072","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jmr.v12i4.37072","url":null,"abstract":"Rumput laut merupakan salah satu tumbuhan laut yang mempunyai nilai guna tinggi dalam berbagai bidang khususnya pangan fungsional dan obat-obatan. Salah satu jenis rumput laut yang potensial untuk dikembangkan adalah Eucheuma cottonii. Kualitas rumput laut perlu dijaga dengan cara perendaman dan ukuran partikel bahan bakunya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan kimia rumput laut Eucheuma cottonii dengan perlakuan media perendaman dan ukuran partikel yang berbeda. Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap yaitu preparasi sampel, karakterisasi kandungan kimia bahan baku rumput laut, karakterisasi kimia rumput laut hasil perendaman dan perbedaan ukuran partikel. Perendaman dilakukan dengan menggunakan larutan KOH dan air kelapa. Ukuran partikel terbagi menjadi dua yaitu 30 mesh dan 80 mesh. Eucheuma cottonii asal Sumenep Madura mempunyai kadar air 34,67%; kadar abu 27,11%; kadar lemak 0,64%; kandungan serat kasar 0,06%. Kandungan kimia pada perlakuan media perendaman air kelapa dan ukuran partikel 30 mesh dan 80 mesh yaitu kadar air 12,53–13,71%; kadar abu 23,88–26,7%; kadar lemak 0,848–0,854%; kandungan serat kasar 0,120–0,126%. Kandungan kimia pada perlakuan perendaman larutan KOH dan ukuran partikel 30 mesh dan 80 mesh yaitu kadar air 12,026–13,363%; kadar abu 25,49–28,09%; kadar lemak 0,842–0,844%; kandungan serat kasar 0,128–0,159%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rumput laut Eucheuma cottonii mempunyai kandungan gizi yang cukup baik sehingga dapat dimanfaatkan dan dikembangkan dalam bidang pangan fungsional. Seaweed is a marine plant with high use value in various fields, exceptionally functional food and medicine. One type of seaweed that has the potential to be developed is Eucheuma cottonii. The quality of seaweed must be maintained by soaking and the particle size of the raw material. This study aims to analyze the proximate content of Eucheuma cottonii seaweed with different soaking treatments and particle sizes. This research was conducted in several stages: sample preparation, characterization of the chemical content of seaweed raw materials, chemical characterization of soaked seaweed and different particle sizes. Soaking is done using KOH solution and coconut water. Particle sizes are divided into two, namely 30 mesh and 80 mesh. Eucheuma cottonii from Sumenep Madura has a moisture content of 34.67%, ash content of 27.11%, fat content of 0.64%, and crude fiber content of 0.06%. The chemical content in the coconut water immersion treatment and the particle size is 30 mesh and 80 mesh at a moisture content of 12.53–13.71%, ash content of 23.88–26.7%, fat content of 0.848–0.854%, crude fiber content of 0.120–0.126%. The chemical content in the KOH solution immersion treatment and the particle size of 30 mesh and 80 mesh at a water content of 12.026–13.363%; ash content 25.49–28.09%; fat content 0.842–0.844%; crude fiber content 0.128–0.159%. The results of this study indicate that Eucheuma cottonii seaweed h","PeriodicalId":50153,"journal":{"name":"Journal of Marine Research","volume":"27 23 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135218070","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"地球科学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-10-25DOI: 10.14710/jmr.v12i4.36788
Mehry Chandrawati, Hafiludin Hafiludin
Produksi ikan teri nasi kering banyak dilakukan di Indonesia karena memiliki nilai ekonomis tinggi. Pengeringan merupakan salah satu cara untuk mengolah ikan teri nasi menjadi ikan teri nasi kering. Pengolahan ikan teri nasi kering dengan penambahan garam banyak dilakukan untuk komoditas ekspor, karena teknik pengasinan dengan garam dapat menghambat pembusukan serta dapat menjaga kandungan gizi dengan tujuan ikan teri nasi asin kering sampai ke tangan konsumen dalam kondisi mutu dan gizi baik. Proses pengeringan dilakukan dengan tujuan agar mengurangi kadar air dalam daging ikan teri nasi, sehingga umur simpan dari ikan teri nasi kering lebih lama daripada ikan teri nasi segar. Produk ikan teri nasi dengan mutu yang baik dapat diekspor ke pasar luar negri. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis proses produksi, distribusi, menganalisis kadar air ikan teri nasi selama proses pengolahan di PT. Marinal Indoprima. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan melakukan wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa input produksi meliputi pengadaan bahan baku, penimbangan, pengecekan, dan pencucian. Proses produksi meliputi perebusan dan penggaraman, pengeringan, sortasi mesin, sizing, sortasi II, checking, metal detecting, dan uji kadar air. Output produksi meliputi pengemasan dan penyimpanan. Distribusi produk ikan teri nasi kualitas ekspor yaitu Jepang dan Singapura dengan harga 200.000/kg-250.000/kg, sedangkan produk teri nasi kualitas non ekspor didistribusikan pada restoran, pembuat rengginang, dan masyarakat sekitar dengan harga 30.000/kg-80.000/kg. Kadar air teri nasi dari daerah Kapedi pada bahan baku segar yaitu 81,17%, proses perebusan sebesar 63,67%, pengeringan 37,33%, penyimpanan 2 minggu 36,83%, penyimpanan 4 minggu 34,23%. Hasil analisa kadar air ikan teri nasi dari daerah Dungkek pada bahan baku segar yaitu 82,37%, perebusan 65,37%, penyimpanan 0 minggu 39,77%, penyimpanan 2 minggu 38,87%, dan penyimpanan 4 minggu 37,52%. The production of dried spined anchovies is primarily done in Indonesia because it has high economic value. Drying is one way to process spined anchovies into dried spined anchovies. Processing dried spined anchovies with salting is mainly done for export commodities because drying and salting can inhibit spoilage and maintain nutritional content. The dried and salted anchovies can reach the hands of consumers in good quality and nutritional conditions. The drying and salting process is carried out to reduce the water content in spined anchovies, so the storage time of dried spined anchovies is more prolonged than that of fresh anchovies. Anchovy products with good quality can be exported to foreign marketplaces. This study aims to determine the production process, distribution, and changes in the water content of spined anchovies at PT. Marina Indoprima. The method used in this research is a descriptive method by conducting interviews and observations. The results sh
{"title":"Analisis Produksi dan Distribusi Produk Teri Nasi (Stolephorus Sp) Kering di PT. Marinal Indoprima, Kapedi, Kabupaten Sumenep","authors":"Mehry Chandrawati, Hafiludin Hafiludin","doi":"10.14710/jmr.v12i4.36788","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jmr.v12i4.36788","url":null,"abstract":"Produksi ikan teri nasi kering banyak dilakukan di Indonesia karena memiliki nilai ekonomis tinggi. Pengeringan merupakan salah satu cara untuk mengolah ikan teri nasi menjadi ikan teri nasi kering. Pengolahan ikan teri nasi kering dengan penambahan garam banyak dilakukan untuk komoditas ekspor, karena teknik pengasinan dengan garam dapat menghambat pembusukan serta dapat menjaga kandungan gizi dengan tujuan ikan teri nasi asin kering sampai ke tangan konsumen dalam kondisi mutu dan gizi baik. Proses pengeringan dilakukan dengan tujuan agar mengurangi kadar air dalam daging ikan teri nasi, sehingga umur simpan dari ikan teri nasi kering lebih lama daripada ikan teri nasi segar. Produk ikan teri nasi dengan mutu yang baik dapat diekspor ke pasar luar negri. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis proses produksi, distribusi, menganalisis kadar air ikan teri nasi selama proses pengolahan di PT. Marinal Indoprima. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan melakukan wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa input produksi meliputi pengadaan bahan baku, penimbangan, pengecekan, dan pencucian. Proses produksi meliputi perebusan dan penggaraman, pengeringan, sortasi mesin, sizing, sortasi II, checking, metal detecting, dan uji kadar air. Output produksi meliputi pengemasan dan penyimpanan. Distribusi produk ikan teri nasi kualitas ekspor yaitu Jepang dan Singapura dengan harga 200.000/kg-250.000/kg, sedangkan produk teri nasi kualitas non ekspor didistribusikan pada restoran, pembuat rengginang, dan masyarakat sekitar dengan harga 30.000/kg-80.000/kg. Kadar air teri nasi dari daerah Kapedi pada bahan baku segar yaitu 81,17%, proses perebusan sebesar 63,67%, pengeringan 37,33%, penyimpanan 2 minggu 36,83%, penyimpanan 4 minggu 34,23%. Hasil analisa kadar air ikan teri nasi dari daerah Dungkek pada bahan baku segar yaitu 82,37%, perebusan 65,37%, penyimpanan 0 minggu 39,77%, penyimpanan 2 minggu 38,87%, dan penyimpanan 4 minggu 37,52%. The production of dried spined anchovies is primarily done in Indonesia because it has high economic value. Drying is one way to process spined anchovies into dried spined anchovies. Processing dried spined anchovies with salting is mainly done for export commodities because drying and salting can inhibit spoilage and maintain nutritional content. The dried and salted anchovies can reach the hands of consumers in good quality and nutritional conditions. The drying and salting process is carried out to reduce the water content in spined anchovies, so the storage time of dried spined anchovies is more prolonged than that of fresh anchovies. Anchovy products with good quality can be exported to foreign marketplaces. This study aims to determine the production process, distribution, and changes in the water content of spined anchovies at PT. Marina Indoprima. The method used in this research is a descriptive method by conducting interviews and observations. The results sh","PeriodicalId":50153,"journal":{"name":"Journal of Marine Research","volume":"45 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135218294","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"地球科学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-10-25DOI: 10.14710/jmr.v12i4.41474
Deasly Lekatompessy, Nor Sa’adah, Nirmalasari Idha Wijaya
Infeksi penyakit pada karang telah diidentifikasi sebagai salah satu faktor utama yang memperburuk kondisi terumbu karang global. Munculnya penyakit karang dicirikan dengan adanya perubahan warna, kerusakan dari skeleton biota karang, sampai dengan kehilangan jaringannya. Contoh penyakit karang yang tersebar di perairan indo-pasifik adalah black band disease (BBD), White Band Disease (WBD), White Syndromes (WS), Pink Blotch (PB), Ulcerative White Spot (UWS), Red Band Disease (RDB), Yellow Band Disease (YBD). Pulau Gili Labak atau yang lebih dikenal dengan Wisata Gili Labak merupakan salah satu wisata bahari yang terletak di sebuah pulau kecil Madura. Pulau Gili Labak saat ini sudah mulai dikembangkan di Kabupaten Sumenep karena adanya potensi pertumbuhan terumbu karang yang cukup baik. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi penyakit pada terumbu karang, prevalensi penyakit karang, dan life form terumbu karang. Pengambilan data dilakukan dengan metode belt transek di tiga stasiun pengamatan di Pulau Gili Labak. Identifikasi penyakit dilakukan secara deskriptif berdasarkan buku coral dieses handbook dan referensi jurnal. life form yang ditemukan di pulau Gili Labak ada 9 tipe life form. Jenis penyakit terumbu karang yang ditemukan di Pulau Gili Labak ada 4 jenis penyakit yaitu White Band Disease, Ulcerative White Spot, White Syndrome, dan Pink Line Syndrome. Prevalensi penyakit karang di Pulau Gili Labak dengan nilai rata-rata prevalensi sebesar (1,7%). Coral disease infections have been identified as one of the main factors deteriorating the condition of coral reefs globally. The emergence of coral disease is characterized by changes in color, damage to the skeleton of coral biota, and even loss of their tissues. There are examples of coral diseases that are spread in Indo-Pacific waters are black band disease (BBD), White Band Disease (WBD), White Syndromes (WS), Pink Blotch (PB), Ulcerative White Spot (UWS), Red Band Disease (RDB) , Yellow Band Disease (YBD). Gili Labak Island or better known as Gili Labak Tourism is one of marine tourism site located on the small island of Madura. Gili Labak Island is currently starting to be developed in Sumenep Regency because of the potential for quite good coral reef growth. This research aims to identify diseases on coral reefs, the prevalence of coral diseases, and the life form of coral reefs. Data collection was carried out using the belt transect method at three observation stations on Gili Labak Island. Disease identification was carried out descriptively based on the coral disease handbook and journal references. There are 9 types of life forms found on Gili Labak Island. There are 4 types of coral reef diseases found on Gili Labak Island, called White Band Disease, Ulcerative White Spot, White Syndrome, and Pink Line Syndrome. The prevalence of coral disease on Gili Labak Island with an average prevalence (1.7%).
{"title":"Identifikasi Penyakit Pada Terumbu Karang di Pulau Gili Labak, Sumenep, Madura","authors":"Deasly Lekatompessy, Nor Sa’adah, Nirmalasari Idha Wijaya","doi":"10.14710/jmr.v12i4.41474","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jmr.v12i4.41474","url":null,"abstract":"Infeksi penyakit pada karang telah diidentifikasi sebagai salah satu faktor utama yang memperburuk kondisi terumbu karang global. Munculnya penyakit karang dicirikan dengan adanya perubahan warna, kerusakan dari skeleton biota karang, sampai dengan kehilangan jaringannya. Contoh penyakit karang yang tersebar di perairan indo-pasifik adalah black band disease (BBD), White Band Disease (WBD), White Syndromes (WS), Pink Blotch (PB), Ulcerative White Spot (UWS), Red Band Disease (RDB), Yellow Band Disease (YBD). Pulau Gili Labak atau yang lebih dikenal dengan Wisata Gili Labak merupakan salah satu wisata bahari yang terletak di sebuah pulau kecil Madura. Pulau Gili Labak saat ini sudah mulai dikembangkan di Kabupaten Sumenep karena adanya potensi pertumbuhan terumbu karang yang cukup baik. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi penyakit pada terumbu karang, prevalensi penyakit karang, dan life form terumbu karang. Pengambilan data dilakukan dengan metode belt transek di tiga stasiun pengamatan di Pulau Gili Labak. Identifikasi penyakit dilakukan secara deskriptif berdasarkan buku coral dieses handbook dan referensi jurnal. life form yang ditemukan di pulau Gili Labak ada 9 tipe life form. Jenis penyakit terumbu karang yang ditemukan di Pulau Gili Labak ada 4 jenis penyakit yaitu White Band Disease, Ulcerative White Spot, White Syndrome, dan Pink Line Syndrome. Prevalensi penyakit karang di Pulau Gili Labak dengan nilai rata-rata prevalensi sebesar (1,7%). Coral disease infections have been identified as one of the main factors deteriorating the condition of coral reefs globally. The emergence of coral disease is characterized by changes in color, damage to the skeleton of coral biota, and even loss of their tissues. There are examples of coral diseases that are spread in Indo-Pacific waters are black band disease (BBD), White Band Disease (WBD), White Syndromes (WS), Pink Blotch (PB), Ulcerative White Spot (UWS), Red Band Disease (RDB) , Yellow Band Disease (YBD). Gili Labak Island or better known as Gili Labak Tourism is one of marine tourism site located on the small island of Madura. Gili Labak Island is currently starting to be developed in Sumenep Regency because of the potential for quite good coral reef growth. This research aims to identify diseases on coral reefs, the prevalence of coral diseases, and the life form of coral reefs. Data collection was carried out using the belt transect method at three observation stations on Gili Labak Island. Disease identification was carried out descriptively based on the coral disease handbook and journal references. There are 9 types of life forms found on Gili Labak Island. There are 4 types of coral reef diseases found on Gili Labak Island, called White Band Disease, Ulcerative White Spot, White Syndrome, and Pink Line Syndrome. The prevalence of coral disease on Gili Labak Island with an average prevalence (1.7%).","PeriodicalId":50153,"journal":{"name":"Journal of Marine Research","volume":"AES-7 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135218078","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"地球科学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-10-22DOI: 10.14710/jmr.v12i4.41652
Nabila Fitri Choiriah, Dwi Haryo Ismunarti, Muhammad Helmi
Pulau Genting adalah salah satu pulau berpenghuni yang terletak di Kepulauan Karimunjawa bagian timur. Kegiatan pelayaran merupakan kegiatan utama bagi para penduduk Pulau Genting, baik untuk transportasi, jasa angkut, atau sebagai mata pencaharian masyarakat Pulau Genting. Pemetaan kedalaman perairan, terutama pada perairan dangkal perlu dilakukan untuk mendukung urgensi kegiatan pelayaran tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memetakan perairan dangkal Pulau Genting untuk mendukung alur kegiatan pelayaran. Data yang digunakan adalah data pemeruman lapangan tanggal 26-28 Juni 2022, dan data pasang surut dengan periode 12 Juni–10 Juli 2022. Metode pengambilan data kedalaman lapangan dilakukan dengan alat fishfinder. Sedangkan pengolahan data pasang surut dilakukan dengan metode Admiralty, dan pengolahan data kedalaman lapangan menggunakan koreksi reduksi pasang surut (rt). Nilai kedalaman perairan dangkal Pulau Genting berkisar antara 0 hingga -20 meter, dengan nilai Z0=0,54 meter, HHWL=2,27 meter, MSL=1,77 meter dan LLWL 1,23 meter. Perairan dangkal Pulau Genting sebelah barat memiliki topografi yang lebih landai dibandingkan dengan perairan di sebelah timur. Topografi pantai sebelah timur Pulau Genting, yang cenderung lebih dalam, memungkinkan kapal perikanan kecil dapat bersandar tanpa khawatir kemungkinan kandas. In the eastern Karimunjawa Islands, Genting Island was one of the populated islands. The primary activity for Genting Island residents was shipping, whether it is for personal transit, moving goods, or as a means of support. To support the urgency of these maritime activities, water depth mapping was required, particularly in shallow waters. In order to facilitate maritime activity, this project examine and map Genting Island's shallow water. The data used includes tidal data for the period June 12-July 10, 2022, and field survey data for the period June 26–28, 2022. A fishfinder instrument was used to conduct the method of acquiring field depth data. While implementing the Admiralty method for tidal data processing and tidal reduction correction for field depth data processing. Genting Island's shallow water are between 0 and -20 meters deep, with Z0=0,54 meter, HHWL=2,27 meter, MSL=1,77 meter dan LLWL 1,23 meter respectively. The topography of Genting Island's shallow water to the west was softer than those to the east. Small fishing boats can dock on Genting Island's east coast without being concerned about the potential of running aground due to the terrain, which was often steep.
{"title":"Pemetaan Perairan Dangkal Pulau Genting, Kepulauan Karimunjawa","authors":"Nabila Fitri Choiriah, Dwi Haryo Ismunarti, Muhammad Helmi","doi":"10.14710/jmr.v12i4.41652","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jmr.v12i4.41652","url":null,"abstract":"Pulau Genting adalah salah satu pulau berpenghuni yang terletak di Kepulauan Karimunjawa bagian timur. Kegiatan pelayaran merupakan kegiatan utama bagi para penduduk Pulau Genting, baik untuk transportasi, jasa angkut, atau sebagai mata pencaharian masyarakat Pulau Genting. Pemetaan kedalaman perairan, terutama pada perairan dangkal perlu dilakukan untuk mendukung urgensi kegiatan pelayaran tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memetakan perairan dangkal Pulau Genting untuk mendukung alur kegiatan pelayaran. Data yang digunakan adalah data pemeruman lapangan tanggal 26-28 Juni 2022, dan data pasang surut dengan periode 12 Juni–10 Juli 2022. Metode pengambilan data kedalaman lapangan dilakukan dengan alat fishfinder. Sedangkan pengolahan data pasang surut dilakukan dengan metode Admiralty, dan pengolahan data kedalaman lapangan menggunakan koreksi reduksi pasang surut (rt). Nilai kedalaman perairan dangkal Pulau Genting berkisar antara 0 hingga -20 meter, dengan nilai Z0=0,54 meter, HHWL=2,27 meter, MSL=1,77 meter dan LLWL 1,23 meter. Perairan dangkal Pulau Genting sebelah barat memiliki topografi yang lebih landai dibandingkan dengan perairan di sebelah timur. Topografi pantai sebelah timur Pulau Genting, yang cenderung lebih dalam, memungkinkan kapal perikanan kecil dapat bersandar tanpa khawatir kemungkinan kandas. In the eastern Karimunjawa Islands, Genting Island was one of the populated islands. The primary activity for Genting Island residents was shipping, whether it is for personal transit, moving goods, or as a means of support. To support the urgency of these maritime activities, water depth mapping was required, particularly in shallow waters. In order to facilitate maritime activity, this project examine and map Genting Island's shallow water. The data used includes tidal data for the period June 12-July 10, 2022, and field survey data for the period June 26–28, 2022. A fishfinder instrument was used to conduct the method of acquiring field depth data. While implementing the Admiralty method for tidal data processing and tidal reduction correction for field depth data processing. Genting Island's shallow water are between 0 and -20 meters deep, with Z0=0,54 meter, HHWL=2,27 meter, MSL=1,77 meter dan LLWL 1,23 meter respectively. The topography of Genting Island's shallow water to the west was softer than those to the east. Small fishing boats can dock on Genting Island's east coast without being concerned about the potential of running aground due to the terrain, which was often steep.","PeriodicalId":50153,"journal":{"name":"Journal of Marine Research","volume":"7 2","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135464308","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"地球科学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-10-17DOI: 10.14710/jmr.v12i4.41360
Sri Rejeki Rahayuningsih, Tri Mayanti, Fathia Azzahra
Rhizopora stylosa, yang dikenal sebagai bakau merah, merupakan salah satu jenis tanaman bakau yang dapat ditemukan melimpah di Indonesia. Masyarakat secara tradisional memanfaatkan tanaman ini sebagai sumber pewarna dan obat tradisional. R. stylosa juga terbukti mengandung zat bioaktif dan metabolit sekunder yang memiliki nilai penting bagi manusia dan organisme lain. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji tingkat sitotoksisitas dan genotoksisitas senyawa metabolit sekunder dalam fraksi-fraksi ekstrak etanol R. stylosa terhadap akar dan kromosom tanaman bawang Allium cepa. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), melibatkan sebelas fraksi dengan konsentrasi seragam (125 ppm), serta kontrol negatif berupa larutan akuades dan kontrol positif berupa larutan EMS, dengan dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan. Parameter yang diobservasi meliputi indeks mitosis, pertumbuhan akar bawang, dan aberasi kromosom. Hasil pengamatan dianalisis menggunakan ANOVA Ft(α.05) dan uji lanjutan Duncan Ft (α.05). Hasil pengujian sebelas fraksi dengan konsentrasi 125 ppm menunjukkan penurunan nilai indeks mitosis yang bervariasi, serta terdeteksi adanya aberasi kromosom dengan frekuensi yang beragam. Meskipun demikian, sebelas fraksi tidak menunjukkan sifat subletal maupun letal terhadap indeks mitosis. Jenis aberasi kromosom yang teramati meliputi anaphase spindle break, ball metaphase, break, bridge, c-mitosis, delayed anaphase, diagonal anaphase, disorder of chromosome kinetic, double bridge, double lesion, fragment, giant cell showing polyploidy, laggard, micronucleus, nuclear erosion, nuclear extrusion, ring, star, stickiness, dan vagrant. Rhizopora stylosa (red mangrove) is one species of mangrove that is easily found in large quantities in Indonesia. This plant is widely used traditionally by the community as dyes and herbal medicine. R. stylosa is also known to contain valuable bioactive substances and secondary metabolites for humans and other organisms. This study aims to examine the cytotoxicity and genotoxicity of secondary metabolite compounds from fractions of R. stylosa ethanolic leaf extract on the roots and chromosomes of A. cepa onions. The study was conducted using an experimental method with a Completely Randomized Design (CRD), the treatment of eleven fractions with one 125 ppm for all fractions, and negative control of distilled water solution and positive control of EMS solution, with 3 repetitions for each treatment. The parameters observed were mitotic index, onion root growth and chromosomal aberration. The observations were analyzed with ANAVA Ft (α.05) and followed by Duncan Ft test (α.05). The results of eleven fractions with a concentration of 125 ppm showed a decrease in the value of various mitotic indices and the discovery of chromosome aberrations with varying frequencies. However, eleven fractions did not show a sub-lethal or lethal effect onf the mitotic index. Among the types of chr
{"title":"Efek Sitotoksisitas Dan Genotoksisitas Dari Fraksi-Fraksi Ekstrak Etanol Daun Rhizopora stylosa Griff. Terhadap Pembelahan Sel Dan Kromosom Pada Akar Allium cepa L.","authors":"Sri Rejeki Rahayuningsih, Tri Mayanti, Fathia Azzahra","doi":"10.14710/jmr.v12i4.41360","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jmr.v12i4.41360","url":null,"abstract":"Rhizopora stylosa, yang dikenal sebagai bakau merah, merupakan salah satu jenis tanaman bakau yang dapat ditemukan melimpah di Indonesia. Masyarakat secara tradisional memanfaatkan tanaman ini sebagai sumber pewarna dan obat tradisional. R. stylosa juga terbukti mengandung zat bioaktif dan metabolit sekunder yang memiliki nilai penting bagi manusia dan organisme lain. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji tingkat sitotoksisitas dan genotoksisitas senyawa metabolit sekunder dalam fraksi-fraksi ekstrak etanol R. stylosa terhadap akar dan kromosom tanaman bawang Allium cepa. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), melibatkan sebelas fraksi dengan konsentrasi seragam (125 ppm), serta kontrol negatif berupa larutan akuades dan kontrol positif berupa larutan EMS, dengan dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan. Parameter yang diobservasi meliputi indeks mitosis, pertumbuhan akar bawang, dan aberasi kromosom. Hasil pengamatan dianalisis menggunakan ANOVA Ft(α.05) dan uji lanjutan Duncan Ft (α.05). Hasil pengujian sebelas fraksi dengan konsentrasi 125 ppm menunjukkan penurunan nilai indeks mitosis yang bervariasi, serta terdeteksi adanya aberasi kromosom dengan frekuensi yang beragam. Meskipun demikian, sebelas fraksi tidak menunjukkan sifat subletal maupun letal terhadap indeks mitosis. Jenis aberasi kromosom yang teramati meliputi anaphase spindle break, ball metaphase, break, bridge, c-mitosis, delayed anaphase, diagonal anaphase, disorder of chromosome kinetic, double bridge, double lesion, fragment, giant cell showing polyploidy, laggard, micronucleus, nuclear erosion, nuclear extrusion, ring, star, stickiness, dan vagrant. Rhizopora stylosa (red mangrove) is one species of mangrove that is easily found in large quantities in Indonesia. This plant is widely used traditionally by the community as dyes and herbal medicine. R. stylosa is also known to contain valuable bioactive substances and secondary metabolites for humans and other organisms. This study aims to examine the cytotoxicity and genotoxicity of secondary metabolite compounds from fractions of R. stylosa ethanolic leaf extract on the roots and chromosomes of A. cepa onions. The study was conducted using an experimental method with a Completely Randomized Design (CRD), the treatment of eleven fractions with one 125 ppm for all fractions, and negative control of distilled water solution and positive control of EMS solution, with 3 repetitions for each treatment. The parameters observed were mitotic index, onion root growth and chromosomal aberration. The observations were analyzed with ANAVA Ft (α.05) and followed by Duncan Ft test (α.05). The results of eleven fractions with a concentration of 125 ppm showed a decrease in the value of various mitotic indices and the discovery of chromosome aberrations with varying frequencies. However, eleven fractions did not show a sub-lethal or lethal effect onf the mitotic index. Among the types of chr","PeriodicalId":50153,"journal":{"name":"Journal of Marine Research","volume":"16 4 Suppl 6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136078176","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"地球科学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-10-11DOI: 10.14710/jmr.v12i4.40294
Amalia Narya Saleha, Ferry Dwi Cahyadi, Agung Setyo Sasongko
Kawasan pesisir utara Teluk Banten Secara geografis mencakup 6 kecamatan yang mengalami peningkatan kegiatan industri sehingga mengancam ekosistem mangrove serta biota yang berasosiasi di dalam kawasan pesisir tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui luas lahan yang berubah dan genus mangrove yang beradaptasi di kawasan pesisir utara Teluk Banten. Metode penelitian yang dilakukan dalam kajian ini adalah kuantitatif deksriptif menggunakan analisis NDVI yang meliputi pengolahan data citra tahun 2017 dan 2022 menggunakan perangkat lunak ArcGIS kemudian dilakukan observasi lapangan untuk mengetahui genus mangrove yang beradaptasi di kawasan tersebut. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini bahwa dari 6 kecamatan hanya ditemukan 3 kecamatan yang masih memiliki kawasan ekostem mangrove yaitu Kecamatan Kasemen, Pontang dan Tirtayasa. Sedangkan Kecamatan Pulo Ampel, Bojonegara dan Kramatwatu hampir didominasi oleh kawasan industri. Dalam waktu 5 tahun telah terjadi pengurangan luas lahan mangrove sebesar 1,027 ha dari total awal pada tahun 2017 seluas 39,794 ha. Kemudian, ditemukan 3 genus di ketiga kecamatan tersebut yang mana genus Rhizopora mendominasi di Kecamatan Kasemen, Pontang dan Tirtayasa. Setiap wilayah mempunyai potensi dan manfaat tertentu bagi biota dan manusianya demikian hal tersebut akan terus meningkatkan kesejahteraan apabila adanya semangat berkolaborasi antar sesama elemen masyrakat untuk terus menjaga ekosistem. The coastal region of Banten Bay's northern area encompasses six sub-districts that are currently experiencing an increase in industrial activity. Unfortunately, this uptick poses a severe threat to the mangrove ecosystem and associated biota in the area. The aim of this research was to assess the extent of the land that has undergone changes and the mangrove genera that have adapted to the region. To achieve this, a descriptive quantitative method and NDVI analysis were utilized. Image data from 2017 and 2022 was processed using ArcGIS software, followed by field observations to identify the mangrove genus that is adapted to the area. The research findings indicate that only three of the six sub-districts (Kasemen, Pontang, and Tirtayasa) still have mangrove ecosystem areas, while the others (Pulo Ampel, Bojonegara, and Kramatwatu) are almost entirely dominated by industrial areas. The research also revealed that the area of mangrove land decreased by 1,027 ha over the past five years from the initial total of 39,794 ha in 2017. Furthermore, the study identified three genera in the three sub-districts, with the Rhizopora genus being the most dominant in Kasemen, Pontang, and Tirtayasa. Each region has unique potential and benefits for its biota and humans, making it crucial to continue collaborating and protecting the ecosystem to ensure the area's continued prosperity.
{"title":"Perubahan Lahan Mangrove di Pesisir Utara Teluk Banten","authors":"Amalia Narya Saleha, Ferry Dwi Cahyadi, Agung Setyo Sasongko","doi":"10.14710/jmr.v12i4.40294","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jmr.v12i4.40294","url":null,"abstract":"Kawasan pesisir utara Teluk Banten Secara geografis mencakup 6 kecamatan yang mengalami peningkatan kegiatan industri sehingga mengancam ekosistem mangrove serta biota yang berasosiasi di dalam kawasan pesisir tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui luas lahan yang berubah dan genus mangrove yang beradaptasi di kawasan pesisir utara Teluk Banten. Metode penelitian yang dilakukan dalam kajian ini adalah kuantitatif deksriptif menggunakan analisis NDVI yang meliputi pengolahan data citra tahun 2017 dan 2022 menggunakan perangkat lunak ArcGIS kemudian dilakukan observasi lapangan untuk mengetahui genus mangrove yang beradaptasi di kawasan tersebut. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini bahwa dari 6 kecamatan hanya ditemukan 3 kecamatan yang masih memiliki kawasan ekostem mangrove yaitu Kecamatan Kasemen, Pontang dan Tirtayasa. Sedangkan Kecamatan Pulo Ampel, Bojonegara dan Kramatwatu hampir didominasi oleh kawasan industri. Dalam waktu 5 tahun telah terjadi pengurangan luas lahan mangrove sebesar 1,027 ha dari total awal pada tahun 2017 seluas 39,794 ha. Kemudian, ditemukan 3 genus di ketiga kecamatan tersebut yang mana genus Rhizopora mendominasi di Kecamatan Kasemen, Pontang dan Tirtayasa. Setiap wilayah mempunyai potensi dan manfaat tertentu bagi biota dan manusianya demikian hal tersebut akan terus meningkatkan kesejahteraan apabila adanya semangat berkolaborasi antar sesama elemen masyrakat untuk terus menjaga ekosistem. The coastal region of Banten Bay's northern area encompasses six sub-districts that are currently experiencing an increase in industrial activity. Unfortunately, this uptick poses a severe threat to the mangrove ecosystem and associated biota in the area. The aim of this research was to assess the extent of the land that has undergone changes and the mangrove genera that have adapted to the region. To achieve this, a descriptive quantitative method and NDVI analysis were utilized. Image data from 2017 and 2022 was processed using ArcGIS software, followed by field observations to identify the mangrove genus that is adapted to the area. The research findings indicate that only three of the six sub-districts (Kasemen, Pontang, and Tirtayasa) still have mangrove ecosystem areas, while the others (Pulo Ampel, Bojonegara, and Kramatwatu) are almost entirely dominated by industrial areas. The research also revealed that the area of mangrove land decreased by 1,027 ha over the past five years from the initial total of 39,794 ha in 2017. Furthermore, the study identified three genera in the three sub-districts, with the Rhizopora genus being the most dominant in Kasemen, Pontang, and Tirtayasa. Each region has unique potential and benefits for its biota and humans, making it crucial to continue collaborating and protecting the ecosystem to ensure the area's continued prosperity.","PeriodicalId":50153,"journal":{"name":"Journal of Marine Research","volume":"43 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136254055","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"地球科学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}