Fajrian Ramadhan, Farida Prasasti D.R, Febby Firizqy, Tjahyo Nugroho Adji
TPA Piyungan menampung sampah hingga 550 ton/hari, sehingga air lindi (leachate) yang dihasilkan akan lebih besar dan dapat berdampak pada airtanah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pencemaran air lindi pada airtanah di sekitar TPA Piyungan, dan dilakukan dengan menggunakan metode Electrical Resistivity Tomography (ERT) konfigurasi Wenner Beta, flownet, dan uji sifat fisik-kimia air. Hasil dari penelitian adalah (1) aliran airtanah secara dominan bergerak ke arah Barat Laut dari TPA Piyungan yang merupakan kawasan padat permukiman; (2) hasil geolistrik metode ERT di Dusun Pleret menunjukkan adanya distribusi air lindi pada kedalaman 5-20 m dengan nilai resistivitas 1-3 Ώmeter, sementara kedalaman airtanahnya juga berada pada kedalaman 5-15 meter; (3) hasil pengukuran DHL, TDS, dan salinitas yang menunjukkan sebagian sumur memiliki nilai di atas baku mutu yang dipersyaratkan untuk air minum. Oleh karena itu, airtanah sekitar TPA Piyungan terutama bagian Barat Laut telah tercemar akibat air lindi.
{"title":"Pendugaan Distribusi Air Lindi dengan Geolistrik Metode ERT di TPA Piyungan, Bantul, DIY","authors":"Fajrian Ramadhan, Farida Prasasti D.R, Febby Firizqy, Tjahyo Nugroho Adji","doi":"10.22146/MGI.38813","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/MGI.38813","url":null,"abstract":"TPA Piyungan menampung sampah hingga 550 ton/hari, sehingga air lindi (leachate) yang dihasilkan akan lebih besar dan dapat berdampak pada airtanah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pencemaran air lindi pada airtanah di sekitar TPA Piyungan, dan dilakukan dengan menggunakan metode Electrical Resistivity Tomography (ERT) konfigurasi Wenner Beta, flownet, dan uji sifat fisik-kimia air. Hasil dari penelitian adalah (1) aliran airtanah secara dominan bergerak ke arah Barat Laut dari TPA Piyungan yang merupakan kawasan padat permukiman; (2) hasil geolistrik metode ERT di Dusun Pleret menunjukkan adanya distribusi air lindi pada kedalaman 5-20 m dengan nilai resistivitas 1-3 Ώmeter, sementara kedalaman airtanahnya juga berada pada kedalaman 5-15 meter; (3) hasil pengukuran DHL, TDS, dan salinitas yang menunjukkan sebagian sumur memiliki nilai di atas baku mutu yang dipersyaratkan untuk air minum. Oleh karena itu, airtanah sekitar TPA Piyungan terutama bagian Barat Laut telah tercemar akibat air lindi.","PeriodicalId":55710,"journal":{"name":"Majalah Geografi Indonesia","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42223975","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Di satu sisi migrasi penduduk dari desa ke kota telah mampu merubah nilai socio-culture dan sistem ekonomi keluarga, namun di sisi lain telah menyebabkan lansia hidup terpisah dari anggota keluarganya. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk; (1) mengkaji proses perubahan socio-culture dan economic separation yang terjadi pada keluarga lansia; (2) menganalisis kondisi kehidupan sosial-demografi dan ekonomi lansia dalam kondisi spatial separation; dan (3) menganalisis pengaruh perubahan socio-culture dan economic separation terhadap kehidupan lansia. Penelitian ini dilakukan di Desa Tileng Kecamatan Girisubo dengan mengambil sampel keluarga lansia. Sampel diambil secara random sampling. Data primer dikumpulkan melalui wawancara terstruktur, sedangkan data sekunder dikumpulkan dari instatsi pemerintah. Data disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan tabel silang, kemudian dianalisis secara deskripssi kualitatif. Hasil penelitian menemukan bahwa proses perubahan socio-culture diawali dari proses perubahan pendidikan anggota keluarga dan perubahan padangan lansia terhadap nilai-nilai socio-culture, sedangkan proses economic separation diawali dari proses perubahan aktivitas ekonomi tradsional menjadi ekonomi modern pada keluarga lansia. Penelitian ini juga menemukan kondisi kehidupan lansia yang tercemin dari kondisi sosial-demografi dan ekonomi dalam kondisi spatial separation cukup beragam. Temuan lain dari penelitian ini adalah perubahan socio-culture dan economic separation pada keluarga lansai berpengaruh terhadap kondisi kehidupan lansia yang terpisah dari anggota keluargnya.
{"title":"Perubahan Socio-Culture dan Economic Separation Keluarga dan Pengaruhnya terhadap Kehidupan Lansia di Desa Tileng Kecamatan Girisubo","authors":"S. Sudrajat, Wiwik Piji Mulyani, Ahmad Saikhu","doi":"10.22146/MGI.41255","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/MGI.41255","url":null,"abstract":"Di satu sisi migrasi penduduk dari desa ke kota telah mampu merubah nilai socio-culture dan sistem ekonomi keluarga, namun di sisi lain telah menyebabkan lansia hidup terpisah dari anggota keluarganya. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk; (1) mengkaji proses perubahan socio-culture dan economic separation yang terjadi pada keluarga lansia; (2) menganalisis kondisi kehidupan sosial-demografi dan ekonomi lansia dalam kondisi spatial separation; dan (3) menganalisis pengaruh perubahan socio-culture dan economic separation terhadap kehidupan lansia. Penelitian ini dilakukan di Desa Tileng Kecamatan Girisubo dengan mengambil sampel keluarga lansia. Sampel diambil secara random sampling. Data primer dikumpulkan melalui wawancara terstruktur, sedangkan data sekunder dikumpulkan dari instatsi pemerintah. Data disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan tabel silang, kemudian dianalisis secara deskripssi kualitatif. Hasil penelitian menemukan bahwa proses perubahan socio-culture diawali dari proses perubahan pendidikan anggota keluarga dan perubahan padangan lansia terhadap nilai-nilai socio-culture, sedangkan proses economic separation diawali dari proses perubahan aktivitas ekonomi tradsional menjadi ekonomi modern pada keluarga lansia. Penelitian ini juga menemukan kondisi kehidupan lansia yang tercemin dari kondisi sosial-demografi dan ekonomi dalam kondisi spatial separation cukup beragam. Temuan lain dari penelitian ini adalah perubahan socio-culture dan economic separation pada keluarga lansai berpengaruh terhadap kondisi kehidupan lansia yang terpisah dari anggota keluargnya.","PeriodicalId":55710,"journal":{"name":"Majalah Geografi Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45965180","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kabupaten Garut merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki pesisir dengan garis pantai sepanjang 80 km. Pesisir Kabupaten Garut belum dioptimalkan untuk tujuan wisata padahal Pesisir Kabupaten Garut diprioritaskan menjadi kawasan wisata minat khusus Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkiraan zonasi kawasan wisata pantai dengan memanfaatkan data foto geotagging dan pemodelan viewshed. Data foto geotagging yang digunakan adalah foto yang menangkap pemandangan pesisir di Kabupaten Garut. Hasil penelitian menunjukan terdapat 3 zona inti kawasan pariwisata dengan masing-masing zona terdiri dari 4 kawasan pantai wisata yang biasa dikunjungi wisatawan. Tiap kawasan pantai wisata memiliki rata-rata luas viewshed antara 0,073 km2 sampai dengan 1,481 km2. Kabupaten Garut is one of the regency in West Java Province which has 80 km shoreline. Kabupaten Garut coastal area has not been optimized as tourist destination whereas Kabupaten Garut coastal area is prioritized as West Java special interest tourism. The aim of this research is to predict the coastal area tourism using geotagging photograph and viewshed model. The data used is the photograph that captures the scenery of Kabupaten Garut Coastal area. The results of this study indicate 3 main zones which each zone has 4 beaches that are always visited by tourists. Each beach has average viewshed area between 0,073 km2 until 1,481 km2.
{"title":"Zonasi Kawasan Wisata Pantai di Kabupaten Garut Jawa Barat Menggunakan Pemodelan Viewshed","authors":"Ankiq Taofiqurohman","doi":"10.22146/MGI.37679","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/MGI.37679","url":null,"abstract":"Kabupaten Garut merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki pesisir dengan garis pantai sepanjang 80 km. Pesisir Kabupaten Garut belum dioptimalkan untuk tujuan wisata padahal Pesisir Kabupaten Garut diprioritaskan menjadi kawasan wisata minat khusus Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkiraan zonasi kawasan wisata pantai dengan memanfaatkan data foto geotagging dan pemodelan viewshed. Data foto geotagging yang digunakan adalah foto yang menangkap pemandangan pesisir di Kabupaten Garut. Hasil penelitian menunjukan terdapat 3 zona inti kawasan pariwisata dengan masing-masing zona terdiri dari 4 kawasan pantai wisata yang biasa dikunjungi wisatawan. Tiap kawasan pantai wisata memiliki rata-rata luas viewshed antara 0,073 km2 sampai dengan 1,481 km2. Kabupaten Garut is one of the regency in West Java Province which has 80 km shoreline. Kabupaten Garut coastal area has not been optimized as tourist destination whereas Kabupaten Garut coastal area is prioritized as West Java special interest tourism. The aim of this research is to predict the coastal area tourism using geotagging photograph and viewshed model. The data used is the photograph that captures the scenery of Kabupaten Garut Coastal area. The results of this study indicate 3 main zones which each zone has 4 beaches that are always visited by tourists. Each beach has average viewshed area between 0,073 km2 until 1,481 km2. ","PeriodicalId":55710,"journal":{"name":"Majalah Geografi Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43108862","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The propensity of geography specialization is increasingly prevalent (especially in Indonesia). Geography is no longer interpreted as integrative, covering both physical and human aspects. This resulted in a study by geographers concerning only material objects of geography. Not infrequently it would be overlapping with other science clusters. This condition is disadvantageous, geography can be considered not as a science if it does not have the characteristics/differentiation with other science. It may affect the existence of geography in the future. This article aims to provide the description of the geography from the perspective of philosophy of science. By reviewing the literature, this paper attempts to explain aspects of ontology, epistemology, and axiology. Ontology geography is a science that examines the physical and human aspects. Characteristic of geography study using spatial approach, environment, and area complex. Epistemologically, geography uses both quantitative and qualitative methods. Caused, in examining the physical and human aspects of using the two methods is highly recommended so that the results of geographic studies more comprehensive. As axiology, the existence of geography is increasingly important to sustainable development goals.
{"title":"Geografi dalam Perspektif Filsafat Ilmu","authors":"Furqan Ishak Aksa","doi":"10.22146/MGI.35682","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/MGI.35682","url":null,"abstract":"The propensity of geography specialization is increasingly prevalent (especially in Indonesia). Geography is no longer interpreted as integrative, covering both physical and human aspects. This resulted in a study by geographers concerning only material objects of geography. Not infrequently it would be overlapping with other science clusters. This condition is disadvantageous, geography can be considered not as a science if it does not have the characteristics/differentiation with other science. It may affect the existence of geography in the future. This article aims to provide the description of the geography from the perspective of philosophy of science. By reviewing the literature, this paper attempts to explain aspects of ontology, epistemology, and axiology. Ontology geography is a science that examines the physical and human aspects. Characteristic of geography study using spatial approach, environment, and area complex. Epistemologically, geography uses both quantitative and qualitative methods. Caused, in examining the physical and human aspects of using the two methods is highly recommended so that the results of geographic studies more comprehensive. As axiology, the existence of geography is increasingly important to sustainable development goals.","PeriodicalId":55710,"journal":{"name":"Majalah Geografi Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46147305","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui sistem akuifer di daerah penelitian, (2) menghitung ketersediaan airtanah pada akuifer tidak tertekan dan (3) menganalisis kualitas airtanahnya. Sistem akuifer diketahui dengan melakukan interpretasi data geolistrik. Potensi akuifer tidak tertekan dihitung secara kualitatif melalui skoring dan tumpang susun antara Peta Kedalaman Muka Airtanah, Peta Fluktuasi Airtanah dan Peta Kualitas Airtanah. Volume akuifer ditentukan berdasarkan perkalian antara luas wilayah masing-masing potensi dan tebal akuifer. Ketersediaan airtanah dihitung berdasarkan asumsi aliran airtanah statik, sedangkan hasil aman pengambilan airtanah ditentukan berdasarkan parameter fluktuasi airtanah, luas akuifer dan spesifik yield. Kualitas air dianalisis berdasarkan pengambilan sampel air pada sumur gali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di daerah penelitian ditemukan adanya akuifer semi tertekan dan akuifer tidak tertekan. Ditinjau dari potensinya, ketersediaan airtanah pada akuifer tidak tertekan sebesar 1.205.967.345 m3, dengan hasil aman pengambilan airtanah sebesar 54.585.307 m3/tahun. Untuk kualitas air, secara umum baik, meskipun beberapa parameter seperti kalsium, magnesium, mangan dan COD kadarnya telah melampaui baku mutu di beberapa sampel.ABSTRACT The objectives of the research are (1) knowing the aquifer system in research area, (2) calculate groundwater availability in unconfined aquifer and (3) analysis the groundwater quality. Aquifer system is known by interpretation of geoelectric data. Groundwater potency is calculated qualitatively by scoring and overlay of Groundwater Depth Map, Groundwater Fluctuation Map and Groundwater Quality Map. Aquifer volume is calculated by multiplied area width of each potency and aquifer thickness. Amount of groundwater is calculated base on static groundwater flow assumption, whereas safe yield of groundwater exploitation is determined base on parametre groundwater fluctuation, aquifer width and specific yield. Groundwater quality are analized by groundwater samples that taken from dug well. Result of research show that there are two aquifer type in research area i.e. semi confined aquifer and unconfined aquifer. The potency of unconfined aquifer is 1.205.967.345 m3, with safe yield 54.585.307 m3/year. For groundwater quality, generally good, although some parameters have concentration exceeded the standard in some samples such as calcium, magnesium, manganese and COD.
{"title":"Ketersediaan dan Kualitas Airtanah pada Akuifer Tidak Tertekan Di Kecamatan Jawilan dan Kopo, Kabupaten Serang","authors":"Setyawan Purnama","doi":"10.22146/MGI.33250","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/MGI.33250","url":null,"abstract":"Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui sistem akuifer di daerah penelitian, (2) menghitung ketersediaan airtanah pada akuifer tidak tertekan dan (3) menganalisis kualitas airtanahnya. Sistem akuifer diketahui dengan melakukan interpretasi data geolistrik. Potensi akuifer tidak tertekan dihitung secara kualitatif melalui skoring dan tumpang susun antara Peta Kedalaman Muka Airtanah, Peta Fluktuasi Airtanah dan Peta Kualitas Airtanah. Volume akuifer ditentukan berdasarkan perkalian antara luas wilayah masing-masing potensi dan tebal akuifer. Ketersediaan airtanah dihitung berdasarkan asumsi aliran airtanah statik, sedangkan hasil aman pengambilan airtanah ditentukan berdasarkan parameter fluktuasi airtanah, luas akuifer dan spesifik yield. Kualitas air dianalisis berdasarkan pengambilan sampel air pada sumur gali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di daerah penelitian ditemukan adanya akuifer semi tertekan dan akuifer tidak tertekan. Ditinjau dari potensinya, ketersediaan airtanah pada akuifer tidak tertekan sebesar 1.205.967.345 m3, dengan hasil aman pengambilan airtanah sebesar 54.585.307 m3/tahun. Untuk kualitas air, secara umum baik, meskipun beberapa parameter seperti kalsium, magnesium, mangan dan COD kadarnya telah melampaui baku mutu di beberapa sampel.ABSTRACT The objectives of the research are (1) knowing the aquifer system in research area, (2) calculate groundwater availability in unconfined aquifer and (3) analysis the groundwater quality. Aquifer system is known by interpretation of geoelectric data. Groundwater potency is calculated qualitatively by scoring and overlay of Groundwater Depth Map, Groundwater Fluctuation Map and Groundwater Quality Map. Aquifer volume is calculated by multiplied area width of each potency and aquifer thickness. Amount of groundwater is calculated base on static groundwater flow assumption, whereas safe yield of groundwater exploitation is determined base on parametre groundwater fluctuation, aquifer width and specific yield. Groundwater quality are analized by groundwater samples that taken from dug well. Result of research show that there are two aquifer type in research area i.e. semi confined aquifer and unconfined aquifer. The potency of unconfined aquifer is 1.205.967.345 m3, with safe yield 54.585.307 m3/year. For groundwater quality, generally good, although some parameters have concentration exceeded the standard in some samples such as calcium, magnesium, manganese and COD.","PeriodicalId":55710,"journal":{"name":"Majalah Geografi Indonesia","volume":"10 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68045015","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Karakteristik bentanglahan pada suatu wilayah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi distribusi spasial mataair. Penelitian ini dilaksanakan pada lereng baratdaya Gunung Merbabu dengan tujuan: (1) menganalisis persebaran mataair berdasarkan satuan bentuklahan, (2) menganalisis jenis mataair serta kualitas dan kuantitas air. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan metode survei dengan pengambilan sampel secara sistematik. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan memperhatikan aspek spasial didukung analisis SIG dengan nearest neighbour analysis dan pencocokan. Hasil penelitian: (1) terdapat pola persebaran mataair di Lereng Baratdaya Gunung Merbabu pada perbatasan lereng gunungapi dengan kaki gunungapi dan kaki gunungapi dengan dataran kaki gunungapi. Kedudukan mataair berada pada ketinggian 1000-1500 mdpal yang menunjukkan sistem sabuk mataair vulkanik. Pola persebaran mataair yang relatif tidak teratur menunjukkan mulai bekerjanya proses denudasi pada morfologi kerucut vulkan Merbabu. (2) berdasarkan pengamatan pada 30 sampel mataair, diketahui jenis mataair umumnya berupa mataair celah, debit bervariasi antara 0,057 liter/detik hingga 2 liter/detik. Kualitas air yang meliputi suhu air, pH, DHL, dan DO relatif seragam.
{"title":"HIDROGEOMORFOLOGI DAN POTENSI MATAAIR LERENG BARATDAYA GUNUNG MERBABU","authors":"Arif Ashari, Edi Widodo","doi":"10.22146/MGI.35570","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/MGI.35570","url":null,"abstract":"Karakteristik bentanglahan pada suatu wilayah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi distribusi spasial mataair. Penelitian ini dilaksanakan pada lereng baratdaya Gunung Merbabu dengan tujuan: (1) menganalisis persebaran mataair berdasarkan satuan bentuklahan, (2) menganalisis jenis mataair serta kualitas dan kuantitas air. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan metode survei dengan pengambilan sampel secara sistematik. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan memperhatikan aspek spasial didukung analisis SIG dengan nearest neighbour analysis dan pencocokan. Hasil penelitian: (1) terdapat pola persebaran mataair di Lereng Baratdaya Gunung Merbabu pada perbatasan lereng gunungapi dengan kaki gunungapi dan kaki gunungapi dengan dataran kaki gunungapi. Kedudukan mataair berada pada ketinggian 1000-1500 mdpal yang menunjukkan sistem sabuk mataair vulkanik. Pola persebaran mataair yang relatif tidak teratur menunjukkan mulai bekerjanya proses denudasi pada morfologi kerucut vulkan Merbabu. (2) berdasarkan pengamatan pada 30 sampel mataair, diketahui jenis mataair umumnya berupa mataair celah, debit bervariasi antara 0,057 liter/detik hingga 2 liter/detik. Kualitas air yang meliputi suhu air, pH, DHL, dan DO relatif seragam.","PeriodicalId":55710,"journal":{"name":"Majalah Geografi Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44271900","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Garis pantai merupakan salah satu data dasar dalam pemetaan yang harus dijamin ketersediaannya. Pesisir di Indonesia memiliki variasi penutup lahan sehingga karakteristik indeks air dalam memperoleh data garis pantai perlu diketahui agar pemanfaatan indeks air menjadi efektif. Tujuan penelitian ini adalah menghitung akurasi geometri garis pantai menggunakan transformasi NDWI, MNDWI, dan AWEI pada penutup lahan berbeda. Garis pantai hasil indeks air diperoleh dari citra Landsat 8 OLI, sedangkan garis pantai referensi untuk uji akurasi diperoleh dari interpretasi visual citra PlanetScope. Standar penilaian ketelitian horizontal garis pantai hasil indeks air menggunakan Perka BIG No 15 Tahun 2014. Hasil penelitian adalah pada nilai akurasi geometri garis pantai skala 1:100.000, tidak ada satu pun indeks air yang mampu mengakomodasi perolehan garis pantai pada semua kelas penutup lahan. Variasi nilai akurasi geometri setiap indeks air disebabkan oleh variasi kondisi citra, karakteristik saluran yang digunakan dalam formula indeks air, dan piksel campuran.
{"title":"Akurasi geometri garis pantai hasil transformasi indeks air pada berbagai penutup lahan di Kabupaten Jepara","authors":"Arief Wicaksono, Pramaditya Wicaksono","doi":"10.22146/MGI.36948","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/MGI.36948","url":null,"abstract":"Garis pantai merupakan salah satu data dasar dalam pemetaan yang harus dijamin ketersediaannya. Pesisir di Indonesia memiliki variasi penutup lahan sehingga karakteristik indeks air dalam memperoleh data garis pantai perlu diketahui agar pemanfaatan indeks air menjadi efektif. Tujuan penelitian ini adalah menghitung akurasi geometri garis pantai menggunakan transformasi NDWI, MNDWI, dan AWEI pada penutup lahan berbeda. Garis pantai hasil indeks air diperoleh dari citra Landsat 8 OLI, sedangkan garis pantai referensi untuk uji akurasi diperoleh dari interpretasi visual citra PlanetScope. Standar penilaian ketelitian horizontal garis pantai hasil indeks air menggunakan Perka BIG No 15 Tahun 2014. Hasil penelitian adalah pada nilai akurasi geometri garis pantai skala 1:100.000, tidak ada satu pun indeks air yang mampu mengakomodasi perolehan garis pantai pada semua kelas penutup lahan. Variasi nilai akurasi geometri setiap indeks air disebabkan oleh variasi kondisi citra, karakteristik saluran yang digunakan dalam formula indeks air, dan piksel campuran.","PeriodicalId":55710,"journal":{"name":"Majalah Geografi Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48856543","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Mangrove adalah salah satu ekosistem penting yang berada dipulau kecil, perubahan kondisi pada ekosistem ini akan mempengaruhi produktivitas dari ekosistem terkait lainnya seperti padang lamun dan terumbu karang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa struktur komunitas mangrove dan persentase penutupan kanopi yang ada di Pulau Salawati Kabupaten Kepulauan Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Penelitian ini dilakukan secara berkala dari tahun 2016-2017, monitoring dari struktur komunitas dan persentase penutupan untuk mengetahui pertumbuhan dan tingkat degradasi dari ekosistem mangrove. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah analisa struktur komunitas mangrove dan hemisperichal photography analysis. Pulau Salawati memiliki empat jenis mangrove (Rhizophora mucronata, R. apiculata, Bruguiera gymnorrhiza, Sonneratia alba) dengan kerapatan rata-rata 1254,3 ind/ha, persentase penutupan mangrove rata-rata sebesar 84,14% tahun 2016 dan 84,73% tahun 2017 atau meningkat 0,59%. Jenis mangrove yang mendominasi adalah jenis Rhizophora apiculata yang memiliki indeks nilai penting tertinggi. Stasiun 1 di Kampung Wamega mengalami penurunan persentase kanopi mangrove sebesar 8,62%, yang diakibatkan oleh penebangan pohon mangrove disekitar daerah penelitian. Kajian ini penting dilanjutkan secara berkala untuk memonitoring kondisi mangrove yang ada di Pulau Salawati dan pulau lainnya yang memiliki ekosistem mangrove.
{"title":"STRUKTUR KOMUNITAS DAN PERSENTASE PENUTUPAN KANOPI MANGROVE PULAU SALAWATI KABUPATEN KEPULAUAN RAJA AMPAT PROVINSI PAPUA BARAT","authors":"J. Schaduw","doi":"10.22146/MGI.34745","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/MGI.34745","url":null,"abstract":"Mangrove adalah salah satu ekosistem penting yang berada dipulau kecil, perubahan kondisi pada ekosistem ini akan mempengaruhi produktivitas dari ekosistem terkait lainnya seperti padang lamun dan terumbu karang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa struktur komunitas mangrove dan persentase penutupan kanopi yang ada di Pulau Salawati Kabupaten Kepulauan Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Penelitian ini dilakukan secara berkala dari tahun 2016-2017, monitoring dari struktur komunitas dan persentase penutupan untuk mengetahui pertumbuhan dan tingkat degradasi dari ekosistem mangrove. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah analisa struktur komunitas mangrove dan hemisperichal photography analysis. Pulau Salawati memiliki empat jenis mangrove (Rhizophora mucronata, R. apiculata, Bruguiera gymnorrhiza, Sonneratia alba) dengan kerapatan rata-rata 1254,3 ind/ha, persentase penutupan mangrove rata-rata sebesar 84,14% tahun 2016 dan 84,73% tahun 2017 atau meningkat 0,59%. Jenis mangrove yang mendominasi adalah jenis Rhizophora apiculata yang memiliki indeks nilai penting tertinggi. Stasiun 1 di Kampung Wamega mengalami penurunan persentase kanopi mangrove sebesar 8,62%, yang diakibatkan oleh penebangan pohon mangrove disekitar daerah penelitian. Kajian ini penting dilanjutkan secara berkala untuk memonitoring kondisi mangrove yang ada di Pulau Salawati dan pulau lainnya yang memiliki ekosistem mangrove.","PeriodicalId":55710,"journal":{"name":"Majalah Geografi Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47671524","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pariwisata di Dieng sangat diminati oleh wisatawan, salah satunya adalah wisata berkemah Telaga Cebong di Sembungan, Dieng. Aktivitas pariwisata berkemah di Telaga Cebong menunjukkan peningkatan yang dapat berpengaruh terhadap lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung nilai daya dukung lingkungan fisik Telaga Cebong guna menetapkan jumlah maksimum wisatawan yang secara fisik dapat tercukupi oleh ruang yang disediakan telaga tersebut dan membandingkannya dengan kondisi aktual, serta merekomendasikan strategi optimalisasi objek wisata Telaga Cebong berdasarkan asas pariwisata berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan rumus Physical Carrying Capacity (PCC) untuk menghitung daya dukung lingkungan fisik dengan menggunakan variabel luas wilayah wisata, luas wilayah agar wisatawan tetap merasa nyaman, dan faktor rotasi. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai daya dukung lingkungan fisik Telaga Cebong adalah 404 tenda per hari. Jumlah wisatawan yang berkemah baik saat hari kerja maupun akhir pekan belum melampaui nilai daya dukung sehingga pengelolaan di kawasan Telaga Cebong perlu dioptimalkan.Tourism in Dieng is in great demand by tourists, one of which is the camping tour of Lake Cebong in Sembungan, Dieng. The activities of camping tourism in Lake Cebong show an increase that can affect the environment. This study aims to calculate the carrying capacity of Lake Cebong physical environment to determine the maximum number of tourists who can be physically satisfied by the space provided by the lake and compare it with the actual condition, and recommend the optimization strategy of Lake Cebong tourism object based on the principle of sustainable tourism. This study uses Physical Carrying Capacity (PCC) formula to calculate the carrying capacity of the physical environment by using wide varieties of tourist areas to keep tourists comfortable, and rotation factor. The calculation results show that the carrying capacity of the physical environment of Lake Cebong is 404 tents per day. The number of tourists who camp on both weekdays and weekends has not exceeded the carrying capacity so that management in Lake Cebong area needs to be optimized.
{"title":"Kajian Daya Dukung Lingkungan Fisik Wisata Berkemah Telaga Cebong Desa Sembungan untuk Mendukung Pariwisata Berkelanjutan","authors":"S. Budiani, Lucky Puspitasari, Masna Naila Adibah, Atik Fauzia, Sandra Nisa Basuki","doi":"10.22146/MGI.32304","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/MGI.32304","url":null,"abstract":"Pariwisata di Dieng sangat diminati oleh wisatawan, salah satunya adalah wisata berkemah Telaga Cebong di Sembungan, Dieng. Aktivitas pariwisata berkemah di Telaga Cebong menunjukkan peningkatan yang dapat berpengaruh terhadap lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung nilai daya dukung lingkungan fisik Telaga Cebong guna menetapkan jumlah maksimum wisatawan yang secara fisik dapat tercukupi oleh ruang yang disediakan telaga tersebut dan membandingkannya dengan kondisi aktual, serta merekomendasikan strategi optimalisasi objek wisata Telaga Cebong berdasarkan asas pariwisata berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan rumus Physical Carrying Capacity (PCC) untuk menghitung daya dukung lingkungan fisik dengan menggunakan variabel luas wilayah wisata, luas wilayah agar wisatawan tetap merasa nyaman, dan faktor rotasi. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai daya dukung lingkungan fisik Telaga Cebong adalah 404 tenda per hari. Jumlah wisatawan yang berkemah baik saat hari kerja maupun akhir pekan belum melampaui nilai daya dukung sehingga pengelolaan di kawasan Telaga Cebong perlu dioptimalkan.Tourism in Dieng is in great demand by tourists, one of which is the camping tour of Lake Cebong in Sembungan, Dieng. The activities of camping tourism in Lake Cebong show an increase that can affect the environment. This study aims to calculate the carrying capacity of Lake Cebong physical environment to determine the maximum number of tourists who can be physically satisfied by the space provided by the lake and compare it with the actual condition, and recommend the optimization strategy of Lake Cebong tourism object based on the principle of sustainable tourism. This study uses Physical Carrying Capacity (PCC) formula to calculate the carrying capacity of the physical environment by using wide varieties of tourist areas to keep tourists comfortable, and rotation factor. The calculation results show that the carrying capacity of the physical environment of Lake Cebong is 404 tents per day. The number of tourists who camp on both weekdays and weekends has not exceeded the carrying capacity so that management in Lake Cebong area needs to be optimized.","PeriodicalId":55710,"journal":{"name":"Majalah Geografi Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47537942","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Seri Aryati, Sukamdi Sukamdi, Dyah Titisari Widyastuti
Trend in the use of contraceptive methods in Palembang city shows that injections and pills are the most dominant method used for family plan. Data from BKKBN of Palembang city in 2014 showed that injections and pills were the most widely used each has for 40% and 27%. Whereas according to the BKKBN is one of right way to limit births following the family planning program through the Long-Term Contraception Method (LTM) such as implants, Intra Uterine Device and Method of Operation.The purposes of this research are to know about the distribution of contraceptive used according to the type and to find out the factors that affect the selection method beetween the dominant long-term contraception and short-term by the woman of fertile ages. The methods used were survey research methods, techniques of data collection were by observation and interview using the questionnaire, the analytical techniques used were univariable (descriptive), bivariable (chi-square and t-test) and multivariable (logistic regression).The results of this study shows that use of injections remains a trend of the election method of contraception by woman of fertile ages in Palembang city. The gender of the child owned by fertile age couple became the dominant factor which influences the selection of long-term contraception method and Non LTM. This was proven by the result of the multivariate logistic regression statistical test with a significant value of 0,000 < 0,05.
{"title":"FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI (Kasus di Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang)","authors":"Seri Aryati, Sukamdi Sukamdi, Dyah Titisari Widyastuti","doi":"10.22146/MGI.35474","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/MGI.35474","url":null,"abstract":"Trend in the use of contraceptive methods in Palembang city shows that injections and pills are the most dominant method used for family plan. Data from BKKBN of Palembang city in 2014 showed that injections and pills were the most widely used each has for 40% and 27%. Whereas according to the BKKBN is one of right way to limit births following the family planning program through the Long-Term Contraception Method (LTM) such as implants, Intra Uterine Device and Method of Operation.The purposes of this research are to know about the distribution of contraceptive used according to the type and to find out the factors that affect the selection method beetween the dominant long-term contraception and short-term by the woman of fertile ages. The methods used were survey research methods, techniques of data collection were by observation and interview using the questionnaire, the analytical techniques used were univariable (descriptive), bivariable (chi-square and t-test) and multivariable (logistic regression).The results of this study shows that use of injections remains a trend of the election method of contraception by woman of fertile ages in Palembang city. The gender of the child owned by fertile age couple became the dominant factor which influences the selection of long-term contraception method and Non LTM. This was proven by the result of the multivariate logistic regression statistical test with a significant value of 0,000 < 0,05.","PeriodicalId":55710,"journal":{"name":"Majalah Geografi Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43760015","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}