Pub Date : 2022-10-30DOI: 10.24002/biota.v7i3.3175
Medi Rambu Kareri Emu, Franciscus Sinung Pranata, Yuliana Reni Swasti
Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan produk yang memiliki potensi dan manfaat yang baik untuk dikonsumsi. Namun dalam proses penyimpanannya dapat mengalami reaksi oksidasi dan hidrolisis yang mempengaruhi kualitas VCO menjadi buruk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan minyak atsiri daun salam terhadap kualitas Virgin Coconut Oil (VCO). Rancangan percobaan yang dipakai dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap dengan menggunakan variasi konsentrasi penambahan minyak daun salam sebesar 1 %, 2 % dan 3 %. Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kualitas VCO yaitu kadar air, asam lemak bebas, bilangan iod, bilangan peroksida, aktivitas antioksidan dan pengujian mikrobiologis yang meliputi pengujian angka lempeng total dan angka kapang khamir. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa VCO konsentrasi 3 % menunjukkan hasil yang optimal dalam pengujian dengan kadar air sebesar 0,09 %, bilangan iod sebesar 5,57 g iod/ 100 g, bilangan peroksida sebesar 1,14 mg ek/g, asam lemak bebas sebesar 0,16 %, aktivitas antioksidan sebesar 69,28, angka lempeng total sebesar 0 CFU/ ml dan angka kapang khamir sebesar 1,67 CFU/ml.
{"title":"Kualitas Virgin Coconut Oil (VCO) Dengan Penambahan Minyak Daun Salam (Syzygium polyanthum(Wight) Walp)","authors":"Medi Rambu Kareri Emu, Franciscus Sinung Pranata, Yuliana Reni Swasti","doi":"10.24002/biota.v7i3.3175","DOIUrl":"https://doi.org/10.24002/biota.v7i3.3175","url":null,"abstract":"\u0000Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan produk yang memiliki potensi dan manfaat yang baik untuk dikonsumsi. Namun dalam proses penyimpanannya dapat mengalami reaksi oksidasi dan hidrolisis yang mempengaruhi kualitas VCO menjadi buruk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan minyak atsiri daun salam terhadap kualitas Virgin Coconut Oil (VCO). Rancangan percobaan yang dipakai dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap dengan menggunakan variasi konsentrasi penambahan minyak daun salam sebesar 1 %, 2 % dan 3 %. Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kualitas VCO yaitu kadar air, asam lemak bebas, bilangan iod, bilangan peroksida, aktivitas antioksidan dan pengujian mikrobiologis yang meliputi pengujian angka lempeng total dan angka kapang khamir. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa VCO konsentrasi 3 % menunjukkan hasil yang optimal dalam pengujian dengan kadar air sebesar 0,09 %, bilangan iod sebesar 5,57 g iod/ 100 g, bilangan peroksida sebesar 1,14 mg ek/g, asam lemak bebas sebesar 0,16 %, aktivitas antioksidan sebesar 69,28, angka lempeng total sebesar 0 CFU/ ml dan angka kapang khamir sebesar 1,67 CFU/ml.\u0000","PeriodicalId":8967,"journal":{"name":"Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati","volume":"79 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86202579","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-10-30DOI: 10.24002/biota.v7i3.5179
Ulin Ni'mah Setiawati, Mesy Miranda AR, Mutia Dinda Lestari, Nismah Nukmal, Endah Setyaningrum, Titik Nur Aeny, Achmad Arifiyanto
Enzim hidrolase memiliki peranan penting dalam proses industri salah satunya sebagai biokatalisator. Bakteri sebagai produsen enzim hidrolase dapat dimanfaatkan potensinya dalam proses industri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi enzim hidrolase dari Streptomyces sp. strain I18 koleksi Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. Pengujian dilakukan secara kualitatif dengan mengukur zona bening yang terbentuk disekitar isolat. Diameter zona bening diukur dan dibagi dengan diameter koloni isolat yang tumbuh untuk mendapatkan nilai indeks enzimatis. Zona jernih merupakan indikator adanya aktivitas enzimatik pada mikroorganisme tersebut. Pada penelitian ini didapatkan bahwa Streptomyces sp. strain I18 memiliki potensi yang tinggi dalam mendegradasi pati dengan enzim amilase yang dihasilkannya dengan nilai indeks enzimatis yang diperoleh sebesar 2,94. Selain itu juga memiliki potensi menghasilkan enzim protease, kitinase, mananase, selulase dan lipase dengan nilai indeks enzimatisnya secara berurutan, yaitu 1,89, 0,25, 0,36, 1,00, dan 2,26. Kesimpulannya, enzim hidrolase yang dihasilkan oleh Streptomyces sp. strain I18 memiliki potensi untuk digunakan sebagai kandidat biokatalisator di berbagai bidang, seperti industri, biomedis, dan agen biokontrol.
{"title":"Penapisan Enzim Hidrolase pada Bakteri Streptomyces sp. strain I18","authors":"Ulin Ni'mah Setiawati, Mesy Miranda AR, Mutia Dinda Lestari, Nismah Nukmal, Endah Setyaningrum, Titik Nur Aeny, Achmad Arifiyanto","doi":"10.24002/biota.v7i3.5179","DOIUrl":"https://doi.org/10.24002/biota.v7i3.5179","url":null,"abstract":"Enzim hidrolase memiliki peranan penting dalam proses industri salah satunya sebagai biokatalisator. Bakteri sebagai produsen enzim hidrolase dapat dimanfaatkan potensinya dalam proses industri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi enzim hidrolase dari Streptomyces sp. strain I18 koleksi Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. Pengujian dilakukan secara kualitatif dengan mengukur zona bening yang terbentuk disekitar isolat. Diameter zona bening diukur dan dibagi dengan diameter koloni isolat yang tumbuh untuk mendapatkan nilai indeks enzimatis. Zona jernih merupakan indikator adanya aktivitas enzimatik pada mikroorganisme tersebut. Pada penelitian ini didapatkan bahwa Streptomyces sp. strain I18 memiliki potensi yang tinggi dalam mendegradasi pati dengan enzim amilase yang dihasilkannya dengan nilai indeks enzimatis yang diperoleh sebesar 2,94. Selain itu juga memiliki potensi menghasilkan enzim protease, kitinase, mananase, selulase dan lipase dengan nilai indeks enzimatisnya secara berurutan, yaitu 1,89, 0,25, 0,36, 1,00, dan 2,26. Kesimpulannya, enzim hidrolase yang dihasilkan oleh Streptomyces sp. strain I18 memiliki potensi untuk digunakan sebagai kandidat biokatalisator di berbagai bidang, seperti industri, biomedis, dan agen biokontrol. ","PeriodicalId":8967,"journal":{"name":"Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati","volume":"465 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83019863","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-10-30DOI: 10.24002/biota.v7i3.5537
Rahayu Amaliya, Endang Nurcahyani, Zulkifli, E. Ernawiati
Pisang Raja Bulu merupakan jenis pisang yang memiliki nilai ekonomis tinggi di Indonesia, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tanaman Pisang Raja Bulu yang toleran atau resisten terhadap cekaman lingkungan salah satunya yaitu cekaman garam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi NaCl tertinggi pada medium yang tidak mempengaruhi kandungan klorofil pada daun planlet Pisang Raja Bulu; dengan demikian akan diperoleh planlet Pisang Raja Bulu yang resisten terhadap cekaman garam secara in vitro. Planlet Pisang Raja Bulu ditanam di medium Murashige and Skoog padat dengan penambahan beberapa konsentrasi NaCl yaitu P0 (0%), P1 (0,25% b/v), P2 (0,50% b/v), P3 (0,75%b/v), dan P4 (1%b/v). Masing-masing perlakuan NaCl dilakukan 5 kali ulangan. Kandungan klorofil pada daun Pisang Raja Bulu umur 4 minggu dianalisis dengan metode spektrofotometri pada panjang gelombang 648 nm dan 664 nm yang masing-masing panjang gelombang mendeteksi klorofil b dan a. Homogenitas data dianalisis dengan uji Levene dan dilanjutkan dengan uji Anova one way dan Tukey pada taraf nyata 5%. Konsentrasi NaCl yang tidak banyak menurunkan kandungan klorofil pada daun Pisang Raja Bulu adalah 0,75% b/v, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada konsentrasi NaCl 0,75% b/v, tanaman Pisang Raja Bulu resisten terhadap cekaman garam.
{"title":"Pengaruh Cekaman Garam (NaCl) terhadap Kandungan Klorofil pada Planlet Pisang Raja Bulu (Musa paradisiaca L. var. sapientum) secara In Vitro","authors":"Rahayu Amaliya, Endang Nurcahyani, Zulkifli, E. Ernawiati","doi":"10.24002/biota.v7i3.5537","DOIUrl":"https://doi.org/10.24002/biota.v7i3.5537","url":null,"abstract":"Pisang Raja Bulu merupakan jenis pisang yang memiliki nilai ekonomis tinggi di Indonesia, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tanaman Pisang Raja Bulu yang toleran atau resisten terhadap cekaman lingkungan salah satunya yaitu cekaman garam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi NaCl tertinggi pada medium yang tidak mempengaruhi kandungan klorofil pada daun planlet Pisang Raja Bulu; dengan demikian akan diperoleh planlet Pisang Raja Bulu yang resisten terhadap cekaman garam secara in vitro. Planlet Pisang Raja Bulu ditanam di medium Murashige and Skoog padat dengan penambahan beberapa konsentrasi NaCl yaitu P0 (0%), P1 (0,25% b/v), P2 (0,50% b/v), P3 (0,75%b/v), dan P4 (1%b/v). Masing-masing perlakuan NaCl dilakukan 5 kali ulangan. Kandungan klorofil pada daun Pisang Raja Bulu umur 4 minggu dianalisis dengan metode spektrofotometri pada panjang gelombang 648 nm dan 664 nm yang masing-masing panjang gelombang mendeteksi klorofil b dan a. Homogenitas data dianalisis dengan uji Levene dan dilanjutkan dengan uji Anova one way dan Tukey pada taraf nyata 5%. Konsentrasi NaCl yang tidak banyak menurunkan kandungan klorofil pada daun Pisang Raja Bulu adalah 0,75% b/v, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada konsentrasi NaCl 0,75% b/v, tanaman Pisang Raja Bulu resisten terhadap cekaman garam. ","PeriodicalId":8967,"journal":{"name":"Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati","volume":"23 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83947344","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-10-30DOI: 10.24002/biota.v7i3.5912
Maria Angelina Genere Koban, Sri Rahayu Lestari, Frida Kunti Setiowati
Batuk merupakan refleks pertahanan tubuh alami yang membersihkan saluran pernapasan dari benda asing. Dekstrometorfan merupakan obat antitusif yang bersifat antagonis non-competitive chanel blocker terhadap reseptor N-Methyl-D-aspartate yang mampu menekan batuk di pusat ambang batuk. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi naringenin sebagai antitusif berdasarkan nilai afinitas pengikatannya dengan reseptor NMDA, sifat farmakokinetik, potensi biooral dan toksisitas melalui pendekatan in silico dengan teknik molecular docking. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa dekstrometorfan dan naringenin berikatan di residu asam amino yang sama dengan NMDA pada MET A: 145, ILE A: 85, ALA B: 888 dengan ikatan hidrofobik, SER A: 81 dengan ikatan hidrogen pada dekstrometorfan dan ikatan unfavorabel donor-donor pada naringenin. Nilai binding affinitas naringenin -6,7 kkal/mol lebih kecil dibandingkan dengan dekstrometorfan -6,4 kkal/mol, hal ini menunjukkan bahwa naringenin berpotensi sebagai antitusif yang hampir sama dengan dekstrometorfan. Hasil uji toksisitas, menunjukan bahwa naringenin dan dekstrometorfan dapat dikonsumsi secara oral dan tidak berbahaya bagi kesehatan. Analisis potensi bioral dan uji farmakokinetik membuktikan bahwa naringenin mampu diabsorbsi, didistribusi, dimetabolisme dan diekskresi, sehingga berpotensi sebagai kandidat obat antitusif.
咳嗽是一种天然的身体防御反射,清除异物的呼吸道。dekmetorfan是一种非竞争性的非竞争性药物香奈儿阻滞剂,其感受器可以抑制咳嗽本研究旨在根据与NMDA受体(NMDA受体)的亲和力、药理学意义、通过硅胶与分子对接技术的方法进行接触,分析naringenin作为一种凝聚力的潜力。研究表明,葡萄糖和naringenin与MET A: 145, ILE A: 85, ALA B: 888与水联结,SER A: 81与葡萄糖联结,以及对naringenin不受欢迎的供体联结。naringenin酶的结合值比dekmetorfan - 6.7 kkal/mol低6.4 kkal/mol,这表明naringenin具有与dektometorfan几乎相同的凝聚力。毒理学检查表明,naringenin和葡萄糖美沙芬可以口头服用,对健康无害。biingenin的潜力分析和药代动力学测试证明,naringenin有能力进行排毒、分布、代谢和排毒,从而成为一种潜在的药物住院候选人。
{"title":"Analisis In Silico Naringenin dari Umbi Akar Batu (Gerrardanthus macrorhizus Harv.ex Benth. & Hook.f.) sebagai Antitusif terhadap Reseptor N-methyl-D-aspartate","authors":"Maria Angelina Genere Koban, Sri Rahayu Lestari, Frida Kunti Setiowati","doi":"10.24002/biota.v7i3.5912","DOIUrl":"https://doi.org/10.24002/biota.v7i3.5912","url":null,"abstract":"Batuk merupakan refleks pertahanan tubuh alami yang membersihkan saluran pernapasan dari benda asing. Dekstrometorfan merupakan obat antitusif yang bersifat antagonis non-competitive chanel blocker terhadap reseptor N-Methyl-D-aspartate yang mampu menekan batuk di pusat ambang batuk. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi naringenin sebagai antitusif berdasarkan nilai afinitas pengikatannya dengan reseptor NMDA, sifat farmakokinetik, potensi biooral dan toksisitas melalui pendekatan in silico dengan teknik molecular docking. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa dekstrometorfan dan naringenin berikatan di residu asam amino yang sama dengan NMDA pada MET A: 145, ILE A: 85, ALA B: 888 dengan ikatan hidrofobik, SER A: 81 dengan ikatan hidrogen pada dekstrometorfan dan ikatan unfavorabel donor-donor pada naringenin. Nilai binding affinitas naringenin -6,7 kkal/mol lebih kecil dibandingkan dengan dekstrometorfan -6,4 kkal/mol, hal ini menunjukkan bahwa naringenin berpotensi sebagai antitusif yang hampir sama dengan dekstrometorfan. Hasil uji toksisitas, menunjukan bahwa naringenin dan dekstrometorfan dapat dikonsumsi secara oral dan tidak berbahaya bagi kesehatan. Analisis potensi bioral dan uji farmakokinetik membuktikan bahwa naringenin mampu diabsorbsi, didistribusi, dimetabolisme dan diekskresi, sehingga berpotensi sebagai kandidat obat antitusif. ","PeriodicalId":8967,"journal":{"name":"Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati","volume":"349 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"89256573","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-30DOI: 10.24002/biota.v7i2.5550
Mega Silvia Budaya, E. Mursyanti, Pramana Yuda
Tanaman dari suku Rubiaceae memiliki peran yang penting dalam masyarakat, terutama di bidang kesehatan. Propagasi konvensional dapat menghasilkan tanaman baru namun membutuhkan waktu yang lama, sehingga diperlukan metode perbanyakan yang efisien agar tidak terjadi overeksploitasi di alam. Induksi kalus embriogenik tanaman Rubiaceae dapat dilakukan dengan menggunakan kombinasi Thidiazuron (TDZ), Asam 2,4-Diklorofenoksiasetat (2,4-D) dan 1-Naphthylaceticacid (NAA), selanjutnya disubkultur ke medium yang mengandung 6-Benzilaminopurin (6-BA) dan NAA untuk diferensiasi membentuk tunas. Tahapan ini dapat dimanfaatkan untuk kepentingan beberapa aspek bioteknologi, termasuk diantaranya adalah mikropropagasi dan transformasi genetik. Keberhasilan transformasi genetik dipengaruhi oleh banyak faktor dimana dua faktor yang paling berpengaruh adalah konsentrasi asetosiringon dan strain Agrobacterium tumefaciens yang digunakan sebagai perantara transformasi genetik. Asetosiringon adalah senyawa pengaktivasi gen vir untuk transfer DNA ke sel tanaman. Konsentrasi asetosiringon yang paling optimal diketahui adalah 50 mg/L karena mampu menghasilkan persentase efisiensi transformasi tertinggi saat digunakan bersamaan dengan strain supervirulen seperti A. tumefaciens EHA101. Literature review ini membahas pengaruh asetosiringon pada berbagai konsentrasi dan jenis strain A. tumefaciens terhadap efisiensi transformasi gen ke kalus embiogenik tanaman suku Rubiaceae.
{"title":"Transformasi Genetik pada Kalus Embriogenik Tanaman Suku Rubiaceae","authors":"Mega Silvia Budaya, E. Mursyanti, Pramana Yuda","doi":"10.24002/biota.v7i2.5550","DOIUrl":"https://doi.org/10.24002/biota.v7i2.5550","url":null,"abstract":"Tanaman dari suku Rubiaceae memiliki peran yang penting dalam masyarakat, terutama di bidang kesehatan. Propagasi konvensional dapat menghasilkan tanaman baru namun membutuhkan waktu yang lama, sehingga diperlukan metode perbanyakan yang efisien agar tidak terjadi overeksploitasi di alam. Induksi kalus embriogenik tanaman Rubiaceae dapat dilakukan dengan menggunakan kombinasi Thidiazuron (TDZ), Asam 2,4-Diklorofenoksiasetat (2,4-D) dan 1-Naphthylaceticacid (NAA), selanjutnya disubkultur ke medium yang mengandung 6-Benzilaminopurin (6-BA) dan NAA untuk diferensiasi membentuk tunas. Tahapan ini dapat dimanfaatkan untuk kepentingan beberapa aspek bioteknologi, termasuk diantaranya adalah mikropropagasi dan transformasi genetik. Keberhasilan transformasi genetik dipengaruhi oleh banyak faktor dimana dua faktor yang paling berpengaruh adalah konsentrasi asetosiringon dan strain Agrobacterium tumefaciens yang digunakan sebagai perantara transformasi genetik. Asetosiringon adalah senyawa pengaktivasi gen vir untuk transfer DNA ke sel tanaman. Konsentrasi asetosiringon yang paling optimal diketahui adalah 50 mg/L karena mampu menghasilkan persentase efisiensi transformasi tertinggi saat digunakan bersamaan dengan strain supervirulen seperti A. tumefaciens EHA101. Literature review ini membahas pengaruh asetosiringon pada berbagai konsentrasi dan jenis strain A. tumefaciens terhadap efisiensi transformasi gen ke kalus embiogenik tanaman suku Rubiaceae. ","PeriodicalId":8967,"journal":{"name":"Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati","volume":"100 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75980270","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-30DOI: 10.24002/biota.v7i2.5255
Dhany Krisna, P. K. Atmodjo, I. S. Arsiningtyas
Buah berenuk (Crescentia cujete L.) merupakan salah satu tanaman yang digunakan untuk pengobatan tradisional. Buah berenuk mengandung berbagai senyawa seperti flavonoid, yang dapat digunakan untuk meningkatkan nafsu makan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan sari dari buah berenuk (Crescentia cujete L.) dalam meningkatkan nafsu makan dari mencit (Mus musculus) galur Swiss Webster, yang diukur berdasarkan tingkat konsumsi pakan dan berat mencit. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan yaitu lima dosis sari buah berenuk 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100%, satu kontrol negatif tanpa pemberian sari buah berenuk, serta satu kontrol positif menggunakan perlakuan sari temulawak (Curcuma xantorrhiza). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sari buah berenuk mengandung senyawa fenolik dan flavonoid. Sari buah berenuk dosis 40% mampu meningkatkan konsumsi pakan serta berat badan mencit meskipun secara analisis statistik tidak berbeda signifikan dengan dosis lain. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sari buah berenuk memiliki potensi untuk meningkatkan nafsu makan.
{"title":"Efek Pemberian Sari Buah Berenuk (Crescentia cujete L.) Terhadap Berat Mencit Galur Swiss-Webster (Mus musculus)","authors":"Dhany Krisna, P. K. Atmodjo, I. S. Arsiningtyas","doi":"10.24002/biota.v7i2.5255","DOIUrl":"https://doi.org/10.24002/biota.v7i2.5255","url":null,"abstract":"Buah berenuk (Crescentia cujete L.) merupakan salah satu tanaman yang digunakan untuk pengobatan tradisional. Buah berenuk mengandung berbagai senyawa seperti flavonoid, yang dapat digunakan untuk meningkatkan nafsu makan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan sari dari buah berenuk (Crescentia cujete L.) dalam meningkatkan nafsu makan dari mencit (Mus musculus) galur Swiss Webster, yang diukur berdasarkan tingkat konsumsi pakan dan berat mencit. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan yaitu lima dosis sari buah berenuk 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100%, satu kontrol negatif tanpa pemberian sari buah berenuk, serta satu kontrol positif menggunakan perlakuan sari temulawak (Curcuma xantorrhiza). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sari buah berenuk mengandung senyawa fenolik dan flavonoid. Sari buah berenuk dosis 40% mampu meningkatkan konsumsi pakan serta berat badan mencit meskipun secara analisis statistik tidak berbeda signifikan dengan dosis lain. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sari buah berenuk memiliki potensi untuk meningkatkan nafsu makan. ","PeriodicalId":8967,"journal":{"name":"Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati","volume":"3 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"89878839","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-30DOI: 10.24002/biota.v7i2.4715
Astrid Helena, R. Restiani, Dwi Aditiyarini
Browning terjadi akibat adanya reaksi senyawa fenolik dengan enzim Polifenol Oksidase (PPO) yang menghasilkan warna coklat pada bagian perlukaan eksplan, apabila dibiarkan akan menyebabkan kematian eksplan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jenis dan konsentrasi antioksidan yang optimal dalam menghambat browning pada eksplan bambu petung melalui penambahan senyawa antioksidan berupa ekstrak tomat, asam askorbat, dan kombinasinya disertai arang aktif 0,5 g/L pada media kultur in vitro. Sumber eksplan untuk iniasi adalah batang muda bambu petung (Dendrocalamus asper). Penelitian dilakukan selama 10 minggu dengan parameter yang diukur meliputi: waktu muncul browning, persentase browning, waktu muncul pertumbuhan, dan persentase pertumbuhan. Penambahan senyawa antioksidan dalam media kultur in vitro terbukti mampu menghambat browning. Perlakuan yang optimal dalam menghambat browning eksplan bambu petung adalah ekstrak tomat 150 mg/L dan arang aktif 0,5 g/L dengan persentase browning terendah 25% yang muncul pada 9 HST.
{"title":"Optimasi Antioksidan sebagai Penghambat Browning pada Tahap Inisiasi Kultur In Vitro Bambu Petung (Dendrocalamus asper)","authors":"Astrid Helena, R. Restiani, Dwi Aditiyarini","doi":"10.24002/biota.v7i2.4715","DOIUrl":"https://doi.org/10.24002/biota.v7i2.4715","url":null,"abstract":"Browning terjadi akibat adanya reaksi senyawa fenolik dengan enzim Polifenol Oksidase (PPO) yang menghasilkan warna coklat pada bagian perlukaan eksplan, apabila dibiarkan akan menyebabkan kematian eksplan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jenis dan konsentrasi antioksidan yang optimal dalam menghambat browning pada eksplan bambu petung melalui penambahan senyawa antioksidan berupa ekstrak tomat, asam askorbat, dan kombinasinya disertai arang aktif 0,5 g/L pada media kultur in vitro. Sumber eksplan untuk iniasi adalah batang muda bambu petung (Dendrocalamus asper). Penelitian dilakukan selama 10 minggu dengan parameter yang diukur meliputi: waktu muncul browning, persentase browning, waktu muncul pertumbuhan, dan persentase pertumbuhan. Penambahan senyawa antioksidan dalam media kultur in vitro terbukti mampu menghambat browning. Perlakuan yang optimal dalam menghambat browning eksplan bambu petung adalah ekstrak tomat 150 mg/L dan arang aktif 0,5 g/L dengan persentase browning terendah 25% yang muncul pada 9 HST. ","PeriodicalId":8967,"journal":{"name":"Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati","volume":"93 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83865269","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-30DOI: 10.24002/biota.v7i2.2944
Lisbeth Bernike Nugroho, F. S. Pranata, L. E. Purwijantiningsih
Santan kelapa merupakan bahan pangan hasil olahan dari daging buah kelapa yang diperas dengan penambahan air. Santan kelapa biasanya banyak dimanfaatkan sebagai campuran berbagai makanan dan minuman, namun santan kelapa memiliki kelemahan yaitu memiliki umur simpan pendek. Oleh karena itu, perlu adanya pengawetan santan kelapa secara alami yaitu salah satunya menggunakan bakteriosin dari L. plantarum. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui peran serbuk bakteriosin dari L. plantarum FNCC 0027 sebagai biopreservatif santan kelapa dan mengetahui konsentrasi optimal serbuk bakteriosin dari L. plantarum untuk mempertahankan kualitas santan kelapa. Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan menggunakan dua faktor yaitu penambahan bakteriosin (0, 2,5, 5 dan 7,5%) dan lama penyimpanan (0, 8, 16 dan 24 jam) pada suhu ruang dengan tiga kali pengulangan. Penelitian ini memberikan hasil bahwa serbuk bakteriosin dari L. plantarum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Selain itu, bakteriosin L. plantarum mampu berperan sebagai biopreservatif santan kelapa. Serbuk bakteriosin L. plantarum memiliki pengaruh beda nyata terhadap hasil angka lempeng total, jumlah coliform, kadar protein, kadar air dan pH santan kelapa, serta tidak berpengaruh terhadap warna santan kelapa. Serbuk bakteriosin L. plantarum dengan konsentrasi 5% merupakan perlakuan yang optimal dalam mempertahankan kualitas santan kelapa.
{"title":"Biopreservasi Santan Kelapa (Cocus nucifera L.) dengan Serbuk Bakteriosin dari Lactobacillus plantarum","authors":"Lisbeth Bernike Nugroho, F. S. Pranata, L. E. Purwijantiningsih","doi":"10.24002/biota.v7i2.2944","DOIUrl":"https://doi.org/10.24002/biota.v7i2.2944","url":null,"abstract":"Santan kelapa merupakan bahan pangan hasil olahan dari daging buah kelapa yang diperas dengan penambahan air. Santan kelapa biasanya banyak dimanfaatkan sebagai campuran berbagai makanan dan minuman, namun santan kelapa memiliki kelemahan yaitu memiliki umur simpan pendek. Oleh karena itu, perlu adanya pengawetan santan kelapa secara alami yaitu salah satunya menggunakan bakteriosin dari L. plantarum. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui peran serbuk bakteriosin dari L. plantarum FNCC 0027 sebagai biopreservatif santan kelapa dan mengetahui konsentrasi optimal serbuk bakteriosin dari L. plantarum untuk mempertahankan kualitas santan kelapa. Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan menggunakan dua faktor yaitu penambahan bakteriosin (0, 2,5, 5 dan 7,5%) dan lama penyimpanan (0, 8, 16 dan 24 jam) pada suhu ruang dengan tiga kali pengulangan. Penelitian ini memberikan hasil bahwa serbuk bakteriosin dari L. plantarum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Selain itu, bakteriosin L. plantarum mampu berperan sebagai biopreservatif santan kelapa. Serbuk bakteriosin L. plantarum memiliki pengaruh beda nyata terhadap hasil angka lempeng total, jumlah coliform, kadar protein, kadar air dan pH santan kelapa, serta tidak berpengaruh terhadap warna santan kelapa. Serbuk bakteriosin L. plantarum dengan konsentrasi 5% merupakan perlakuan yang optimal dalam mempertahankan kualitas santan kelapa.","PeriodicalId":8967,"journal":{"name":"Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati","volume":"5 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"73399542","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-30DOI: 10.24002/biota.v7i2.4731
Amirah Afifah Melta, Yulianty Yulianty, Rochmah Agustrina, W. Setiawan, S. Suratman, Lili Chrisnawati
Medan magnet merupakan salah satu upaya yang dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit layu fusarium pada tanaman cabai (Capsicum annuum L.). Pengendalian yang diharapkan tidak berdampak negatif terhadap manusia dan hewan serta ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama paparan medan magnet 0,2 mT (M) dan infeksi Fusarium oxysporum (F) terhadap pertumbuhan kecambah cabai. Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan antara lain M0F0, M7F0, M15F0, M0F60, M7F60, dan M15F60. Benih cabai diinfeksi dengan Fusarium oxysporum selama 0 menit (F0) dan 60 menit (F60). Data yang diperoleh dilakukan analisis ragam, apabila perlakuan memberikan pengaruh terhadap parameter yang diukur, akan dilanjutkan dengan Uji BNT 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas enzim α-amilase tertinggi terdapat pada M15F60 sebesar 2,78 U/mL pada benih dan 5,28 U/mL pada kecambah. Indeks vigor memiliki korelasi positif terhadap tinggi kecambah. Semakin meningkatnya indeks vigor maka semakin meningkat pula tinggi kecambah. Indeks vigor tertinggi diperoleh pada hari ke-6 dengan perlakuan M7F60 sebesar 4,04. Tinggi kecambah tertinggi diperoleh pada hari ke-9 dengan perlakuan yang sama seperti indeks vigor yaitu M7F60 sebesar 2,04 cm.
{"title":"Pertumbuhan Benih Cabai (Capsicum annuum L.) dengan Induksi Medan Magnet 0,2 mT dan Infeksi Fusarium oxysporum","authors":"Amirah Afifah Melta, Yulianty Yulianty, Rochmah Agustrina, W. Setiawan, S. Suratman, Lili Chrisnawati","doi":"10.24002/biota.v7i2.4731","DOIUrl":"https://doi.org/10.24002/biota.v7i2.4731","url":null,"abstract":"Medan magnet merupakan salah satu upaya yang dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit layu fusarium pada tanaman cabai (Capsicum annuum L.). Pengendalian yang diharapkan tidak berdampak negatif terhadap manusia dan hewan serta ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama paparan medan magnet 0,2 mT (M) dan infeksi Fusarium oxysporum (F) terhadap pertumbuhan kecambah cabai. Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan antara lain M0F0, M7F0, M15F0, M0F60, M7F60, dan M15F60. Benih cabai diinfeksi dengan Fusarium oxysporum selama 0 menit (F0) dan 60 menit (F60). Data yang diperoleh dilakukan analisis ragam, apabila perlakuan memberikan pengaruh terhadap parameter yang diukur, akan dilanjutkan dengan Uji BNT 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas enzim α-amilase tertinggi terdapat pada M15F60 sebesar 2,78 U/mL pada benih dan 5,28 U/mL pada kecambah. Indeks vigor memiliki korelasi positif terhadap tinggi kecambah. Semakin meningkatnya indeks vigor maka semakin meningkat pula tinggi kecambah. Indeks vigor tertinggi diperoleh pada hari ke-6 dengan perlakuan M7F60 sebesar 4,04. Tinggi kecambah tertinggi diperoleh pada hari ke-9 dengan perlakuan yang sama seperti indeks vigor yaitu M7F60 sebesar 2,04 cm.","PeriodicalId":8967,"journal":{"name":"Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati","volume":"44 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77313833","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-30DOI: 10.24002/biota.v7i2.5447
Friska Aprilia, Riko Irwanto, Kurniawan Kurniawan
Pemanfaatan kepiting bakau (Scylla spp.) oleh masyarakat setempat khususnya nelayan di wilayah pesisir Timur Bangka Tengah cukup intensif. Penelitian ini bertujuan menganalisis keanekaragaman dan kelimpahan kepiting bakau, parameter Fisik-Kimia perairan, kerapatan mangrove serta saling keterkaitannya di pesisir timur Bangka Tengah. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2020 di kawasan hutan mangrove, Desa Belilik (Stasiun 1), Desa Kurau Barat (Stasiun 2) dan Desa Kurau Timur (Stasiun 3). Metode yang digunakan dalam peneltian ini adalah purposive sampling dan transek plot. Jenis kepiting bakau yang ditemukan teridentifikasi sebagai Scylla serrata, Scylla tranquebarica, Scylla olivacea dan Scylla paramamosain. Indeks keanekaragaman kepiting bakau pada kawasan tersebut tergolong rendah dengan nilai rata-rata sebesar 0,94, dan kelimpahan jenis kepiting bakau yang tertinggi adalah Scylla serrata yaitu sebesar 71 individu/m2. Tingkat kerapatan mangrove pada ketiga stasiun tergolong rendah dengan jenis vegetasi yang ditemukan adalah Rhizophora apiculata dan Sonneratia alba. Hasil principal component analysis menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis kepiting bakau dipengaruhi oleh salinitas dan kecepatan arus air, sedangkan kelimpahan kepiting bakau dipengaruhi oleh kedalaman dan salinitas air.
{"title":"Keanekaragaman dan Kelimpahan Kepiting Bakau (Scylla spp.) pada Kawasan Ekosistem Mangrove Pesisir Timur, Kabupaten Bangka Tengah","authors":"Friska Aprilia, Riko Irwanto, Kurniawan Kurniawan","doi":"10.24002/biota.v7i2.5447","DOIUrl":"https://doi.org/10.24002/biota.v7i2.5447","url":null,"abstract":"Pemanfaatan kepiting bakau (Scylla spp.) oleh masyarakat setempat khususnya nelayan di wilayah pesisir Timur Bangka Tengah cukup intensif. Penelitian ini bertujuan menganalisis keanekaragaman dan kelimpahan kepiting bakau, parameter Fisik-Kimia perairan, kerapatan mangrove serta saling keterkaitannya di pesisir timur Bangka Tengah. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2020 di kawasan hutan mangrove, Desa Belilik (Stasiun 1), Desa Kurau Barat (Stasiun 2) dan Desa Kurau Timur (Stasiun 3). Metode yang digunakan dalam peneltian ini adalah purposive sampling dan transek plot. Jenis kepiting bakau yang ditemukan teridentifikasi sebagai Scylla serrata, Scylla tranquebarica, Scylla olivacea dan Scylla paramamosain. Indeks keanekaragaman kepiting bakau pada kawasan tersebut tergolong rendah dengan nilai rata-rata sebesar 0,94, dan kelimpahan jenis kepiting bakau yang tertinggi adalah Scylla serrata yaitu sebesar 71 individu/m2. Tingkat kerapatan mangrove pada ketiga stasiun tergolong rendah dengan jenis vegetasi yang ditemukan adalah Rhizophora apiculata dan Sonneratia alba. Hasil principal component analysis menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis kepiting bakau dipengaruhi oleh salinitas dan kecepatan arus air, sedangkan kelimpahan kepiting bakau dipengaruhi oleh kedalaman dan salinitas air. ","PeriodicalId":8967,"journal":{"name":"Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati","volume":"92 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84105517","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}