Pub Date : 2022-08-10DOI: 10.20527/jht.v10i2.14123
Anindya Nurfitri, Dian Iswandaru, C. Wulandari, N Novriyanti
Upaya rehabilitasi perlu dilakukan terhadap ekosistem gambut yang terdegradasi. Burung dapat dijadikan indikator lingkungan terhadap keberhasilan rehabilitasi yang dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jenis burung-burung potensial sebagai indikator perbaikan lingkungan di Taman Hutan Raya Orang Kayo Hitam (Tahura OKH). Penelitian dilakukan di Tahura OKH pada blok rehabilitas PLN. Metode yang digunakan yaitu point count dan transek. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan status konservasi dan kelompok pakan. Sebanyak 25 spesies burung dari 17 famili ditemukan pada blok rehabilitasi. Burung dengan perjumpaan tertinggi yaitu merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier), perenjak rawa (Prinia flaviventris), punai gading (Treron vernans), dan walet sapi (Collocalia esculenta), sedangkan paling jarang salah satunya adalah elang tikus (Elanus caeruleus). Kajian terhadap guild type mengindikasikan bahwa area gambut yang sedang direhabilitasi juga menjadi feeding ground. Kehadiran berbagai jenis burung berdasarkan kelompok pakannya di ekosistem gambut Tahura OKH mengindikasikan keberhasilan dalam upaya rehabilitasi pasca kebakaran
{"title":"BURUNG-BURUNG YANG BERPOTENSI SEBAGAI INDIKATOR PEMULIHAN EKOSISTEM GAMBUT DI TAMAN HUTAN RAYA ORANG KAYO HITAM PROVINSI JAMBI","authors":"Anindya Nurfitri, Dian Iswandaru, C. Wulandari, N Novriyanti","doi":"10.20527/jht.v10i2.14123","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/jht.v10i2.14123","url":null,"abstract":"Upaya rehabilitasi perlu dilakukan terhadap ekosistem gambut yang terdegradasi. Burung dapat dijadikan indikator lingkungan terhadap keberhasilan rehabilitasi yang dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jenis burung-burung potensial sebagai indikator perbaikan lingkungan di Taman Hutan Raya Orang Kayo Hitam (Tahura OKH). Penelitian dilakukan di Tahura OKH pada blok rehabilitas PLN. Metode yang digunakan yaitu point count dan transek. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan status konservasi dan kelompok pakan. Sebanyak 25 spesies burung dari 17 famili ditemukan pada blok rehabilitasi. Burung dengan perjumpaan tertinggi yaitu merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier), perenjak rawa (Prinia flaviventris), punai gading (Treron vernans), dan walet sapi (Collocalia esculenta), sedangkan paling jarang salah satunya adalah elang tikus (Elanus caeruleus). Kajian terhadap guild type mengindikasikan bahwa area gambut yang sedang direhabilitasi juga menjadi feeding ground. Kehadiran berbagai jenis burung berdasarkan kelompok pakannya di ekosistem gambut Tahura OKH mengindikasikan keberhasilan dalam upaya rehabilitasi pasca kebakaran","PeriodicalId":17696,"journal":{"name":"Jurnal Hutan Tropis","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46008701","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-08-10DOI: 10.20527/jht.v10i2.14129
Muhammad Rizali Fikri, Y. F. Arifin, Sulaiman Bakri, Ihsan Noor
Salah satu permasalahan yang terjadi pada saat penambangan batu bara adalah terbentuknya air asam tambang, yaitu air hujan atau air tanah yang tercampur dengan batuan yang mengandung sulfida tertentu yang ada di dalam batubara melalui proses oksidasi, sehingga air tersebut bersifat sangat asam dan biasanya mengandung zat besi serta mangan dengan konsentrasi yang tinggi. Tanaman Gempol yang bisa menetralisir kandungan asam dan logam yang ada di air, sehingga air yang telah tercampur dengan zat-zat hasil pertambangan bisa digunakan kembali untuk keperluan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan menganalisis daya hidup kemampuan tumbuh tanaman Gempol pada lahan yang mengandung air asam tambang dan kemampuan tanaman Gempol dalam menyerap logam berat khususnya Fe dan Mn. Penelitian dilakukan di lahan pascatambang di areal swampy forest PT.Jorong Barutama Greston (PT JBG) merupakan perusahaan tambang batubara dengan sistem penambangan terbuka yang terletak di Desa Swarangan, Kecamatan Jorong, Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan. Sistem kegiatan penambangan terbuka (open mining), dapat berdampak terhadap perubahan bentang alam, sifat fisik kimia dan biologi tanah, secara umum menimbulkan kerusakan pada permukaan bumi. Tanaman Gempol atau dikenal sebagai (Nauclea orientalis L) merupakan jenis pohon multiguna bisa di tanam rehabilitasi lahan terdegradasi khususnya lahan basah. Hasil pengujian AAT di areal swampy forest dengan tanaman gempol yang tumbuh hasil analisis laboraturium pH 3.95, Fe sebesar 1,11 mg/L yang berarti < 4 mg/L sesuai Pergub Kalsel No. 36 tahun 2008. Hasil pertumbuhan tanaman gempol pada areal yang tergenang sementara standar deviasi 19.63, tidak tergenang 2.69 dan tergenang 22.21. Hasil analisis keragaman menunjukkan hasil bahwa perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman gempol karena nilai F hitung = 0,97 lebih rendah dari F tabel taraf 5% = 3,22 dan F Tabel taraf 1% = 5,15. Hasil analisis keragaman menunjukkan hasil bahwa perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman gempol karena nilai F hitung = 1,06 lebih rendah dari F tabel taraf 5% = 3,22 dan F tabel taraf 1% = 5,15.
{"title":"KUALITAS HIDUP DAN KEMAMPUAN DAYA SERAP LOGAM TANAMAN GEMPOL (Nauclea orintalis L) YANG DITANAM PADA AREAL PASCATAMBANG","authors":"Muhammad Rizali Fikri, Y. F. Arifin, Sulaiman Bakri, Ihsan Noor","doi":"10.20527/jht.v10i2.14129","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/jht.v10i2.14129","url":null,"abstract":"Salah satu permasalahan yang terjadi pada saat penambangan batu bara adalah terbentuknya air asam tambang, yaitu air hujan atau air tanah yang tercampur dengan batuan yang mengandung sulfida tertentu yang ada di dalam batubara melalui proses oksidasi, sehingga air tersebut bersifat sangat asam dan biasanya mengandung zat besi serta mangan dengan konsentrasi yang tinggi. Tanaman Gempol yang bisa menetralisir kandungan asam dan logam yang ada di air, sehingga air yang telah tercampur dengan zat-zat hasil pertambangan bisa digunakan kembali untuk keperluan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan menganalisis daya hidup kemampuan tumbuh tanaman Gempol pada lahan yang mengandung air asam tambang dan kemampuan tanaman Gempol dalam menyerap logam berat khususnya Fe dan Mn. Penelitian dilakukan di lahan pascatambang di areal swampy forest PT.Jorong Barutama Greston (PT JBG) merupakan perusahaan tambang batubara dengan sistem penambangan terbuka yang terletak di Desa Swarangan, Kecamatan Jorong, Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan. Sistem kegiatan penambangan terbuka (open mining), dapat berdampak terhadap perubahan bentang alam, sifat fisik kimia dan biologi tanah, secara umum menimbulkan kerusakan pada permukaan bumi. Tanaman Gempol atau dikenal sebagai (Nauclea orientalis L) merupakan jenis pohon multiguna bisa di tanam rehabilitasi lahan terdegradasi khususnya lahan basah. Hasil pengujian AAT di areal swampy forest dengan tanaman gempol yang tumbuh hasil analisis laboraturium pH 3.95, Fe sebesar 1,11 mg/L yang berarti < 4 mg/L sesuai Pergub Kalsel No. 36 tahun 2008. Hasil pertumbuhan tanaman gempol pada areal yang tergenang sementara standar deviasi 19.63, tidak tergenang 2.69 dan tergenang 22.21. Hasil analisis keragaman menunjukkan hasil bahwa perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman gempol karena nilai F hitung = 0,97 lebih rendah dari F tabel taraf 5% = 3,22 dan F Tabel taraf 1% = 5,15. Hasil analisis keragaman menunjukkan hasil bahwa perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman gempol karena nilai F hitung = 1,06 lebih rendah dari F tabel taraf 5% = 3,22 dan F tabel taraf 1% = 5,15.","PeriodicalId":17696,"journal":{"name":"Jurnal Hutan Tropis","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44488172","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-08-10DOI: 10.20527/jht.v10i2.14131
Marleen Annette Tuakora, G. Mardiatmoko, Hendrina Lelloltery
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perubahan luas penutupan lahan yang terjadi di dalam kawasan Hutan Lindung Gunung Sirimau antara tahun 2000 s.d 2019. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penginderaan jauh dan SIG untuk mengetahui data perubahan penutupan lahan antara tahun 2000 s.d 2009 dan tahun 2009 s.d 2019, kemudian dilakukan pemetaan secara spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan penutupan lahan di dalam kawasan Hutan Lindung Gunung Sirimau antara tahun 2000 s.d 2009 yaitu terjadi deforestasi sebesar ± 1,95 ha. Selanjutnya antara tahun 2009 s.d 2019 terjadi degradasi hutan sebesar ± 15,11 ha, deforestasi sebesar ± 35,2 ha, reforestasi sebesar ± 6,06 ha dan perubahan kelas bukan hutan lainnya sebesar ± 18,31 ha.
这项研究的目的是分析2000年至2019年期间西里尔茂森林保护区发生的大片土地关闭情况。本研究采用的方法是遥感和SIG方法,以确定2000年至2009年至2009年至2019年之间土地关闭的数据变化,然后进行空间映射。全封闭变化的研究表明,在《Sirimau山森林公园地区中土地2000年至2009年u.s.n ews d即发生这么大的森林砍伐±1,95哈。接下来2009年s . d 2019年之间发生的森林退化±15,11哈,大小的森林砍伐±35,2哈,reforestasi高达±6.06哈和其他班级不是森林变化高达±18.31哈。
{"title":"ANALISIS PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SIRIMAU KOTA AMBON","authors":"Marleen Annette Tuakora, G. Mardiatmoko, Hendrina Lelloltery","doi":"10.20527/jht.v10i2.14131","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/jht.v10i2.14131","url":null,"abstract":"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perubahan luas penutupan lahan yang terjadi di dalam kawasan Hutan Lindung Gunung Sirimau antara tahun 2000 s.d 2019. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penginderaan jauh dan SIG untuk mengetahui data perubahan penutupan lahan antara tahun 2000 s.d 2009 dan tahun 2009 s.d 2019, kemudian dilakukan pemetaan secara spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan penutupan lahan di dalam kawasan Hutan Lindung Gunung Sirimau antara tahun 2000 s.d 2009 yaitu terjadi deforestasi sebesar ± 1,95 ha. Selanjutnya antara tahun 2009 s.d 2019 terjadi degradasi hutan sebesar ± 15,11 ha, deforestasi sebesar ± 35,2 ha, reforestasi sebesar ± 6,06 ha dan perubahan kelas bukan hutan lainnya sebesar ± 18,31 ha.","PeriodicalId":17696,"journal":{"name":"Jurnal Hutan Tropis","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45149918","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-08-10DOI: 10.20527/jht.v10i2.14125
Yoke Justitia, N Novriyanti, C. Wulandari, Dian Iswandaru
Kerentanan yang terjadi di Taman Hutan Raya Orang Kayo Hitam (Tahura OKH) Provinsi Jambi memerlukan perhatian khusus dari berbagai lini kajian ilmiah, salah satunya dengan menggali kearifan lokal dan praktek tradisional masyarakat dalam memanifestasikan hubungannya dengan satwaliar. Kearifan lokal masyarakat adalah salah satu aspek sosial yang harus dipertimbangkan dalam melakukan restorasi hutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis satwaliar yang berkhasiat obat berdasarkan pengetahuan masyarakat sekitar ekosistem gambut Tahura OKH. Penelitian ini dapat menjadi data dasar bagi pengelola dalam menerapkan berbagai strategi peningkatan pemulihan ekosistem Gambut. Sebanyak 2 desa yaitu Desa Seponjen dan Suak Kandis (lebih dikenal sebagai Kelurahan Tanjung) di Kecamatan Kumpeh Ilir Provinsi Jambi menjadi lokasi sampling pengumpulan data sepanjang September 2021. Data primer diperoleh dari 65 responden yang ditentukan secara purposive (yang bersedia menyediakan informasi berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya) melalui teknik wawancara terbuka. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Temuan penelitian memverifikasi bahwa memang 48% masyarakat mengaku pernah dengan sengaja mengakses kawasan untuk mencari satwaliar. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan secara subsisten saja. Sementara berdasarkan pengetahuan masyarakat sekitar Tahura OKH ada 10 spesies satwaliar yang pernah dimanfaatkan sebagai obat secara turun temurun. Spesies satwa yang paling banyak dibicarakan berkhasiat oleh masyarakat ialah kalong (Pteropus sp.) sebagaimana juga sering ditemukan dalam berbagai hasil kajian etnozoologi lainnya.
{"title":"SATWALIAR BERKHASIAT OBAT BERDASARKAN PENGETAHUAN MASYARAKAT SEKITAR EKOSISTEM GAMBUT TAHURA ORANG KAYO HITAM PROVINSI JAMBI","authors":"Yoke Justitia, N Novriyanti, C. Wulandari, Dian Iswandaru","doi":"10.20527/jht.v10i2.14125","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/jht.v10i2.14125","url":null,"abstract":"Kerentanan yang terjadi di Taman Hutan Raya Orang Kayo Hitam (Tahura OKH) Provinsi Jambi memerlukan perhatian khusus dari berbagai lini kajian ilmiah, salah satunya dengan menggali kearifan lokal dan praktek tradisional masyarakat dalam memanifestasikan hubungannya dengan satwaliar. Kearifan lokal masyarakat adalah salah satu aspek sosial yang harus dipertimbangkan dalam melakukan restorasi hutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis satwaliar yang berkhasiat obat berdasarkan pengetahuan masyarakat sekitar ekosistem gambut Tahura OKH. Penelitian ini dapat menjadi data dasar bagi pengelola dalam menerapkan berbagai strategi peningkatan pemulihan ekosistem Gambut. Sebanyak 2 desa yaitu Desa Seponjen dan Suak Kandis (lebih dikenal sebagai Kelurahan Tanjung) di Kecamatan Kumpeh Ilir Provinsi Jambi menjadi lokasi sampling pengumpulan data sepanjang September 2021. Data primer diperoleh dari 65 responden yang ditentukan secara purposive (yang bersedia menyediakan informasi berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya) melalui teknik wawancara terbuka. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Temuan penelitian memverifikasi bahwa memang 48% masyarakat mengaku pernah dengan sengaja mengakses kawasan untuk mencari satwaliar. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan secara subsisten saja. Sementara berdasarkan pengetahuan masyarakat sekitar Tahura OKH ada 10 spesies satwaliar yang pernah dimanfaatkan sebagai obat secara turun temurun. Spesies satwa yang paling banyak dibicarakan berkhasiat oleh masyarakat ialah kalong (Pteropus sp.) sebagaimana juga sering ditemukan dalam berbagai hasil kajian etnozoologi lainnya.","PeriodicalId":17696,"journal":{"name":"Jurnal Hutan Tropis","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46728189","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-08-10DOI: 10.20527/jht.v10i2.14120
C. Wulandari, Samsul Bakri, Melya Riniarti, H. Putra
Tingkat kesetujuan para perambahan penting dipetakan bagi keberhasilan perencanaan pengembangan Hutan Kemasyarakatan (HKm) agar konflik dapat dihindari. Dengan tujuan untuk menetapkan besarnya pengaruh kelompok variabel demografis, kepemilikan asset, dan aksesilitas lahan rambahan terhadap tingkat keseutujan tersebut, dilakukan di KPH Selagai Lingga Register 39 Kabupaten Lampung Tengah. Wawancara semi terstruktur dilakukan terhadap 96 perambah yang ditarik secara acak. Postulat Ordinal Loglinear Model diterapkan pada level ketelitian 95%. Variabel respon diskor 1, 2, 3, dan 4, yang menunjukan respon tidak setuju, ragu-ragu, setuju dan sangat setuju. Ada 13 varibel prediktor yang diuji: umur (tahun), jumlah tanggungan (jiwa), pendidikan (lulus SMP versus tidak), pendapatan (Rp juta/tahun), jenis tanaman (kopi versus lainnya), usaha sampingan (punya versus tidak), tempat tinggal (dalam versus luar kawasan), etnis (Jawa versus lainnya), luas garapan (ha), kepemilikan HP (punya versus tidak), kendaraan bermotor (punya versus tidak), jarak lahan ke pemukinan terdekat dan ke akses utama keluar lahan. Optimasi parameter menggunakan Minitab 16. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kesetujuan: [a] akan meningkat secara nyata jika, (i) umurnya 1 tahun lebih tua akan menjadi 1,07 kali semula; (ii) pendapatannya Rp 1 juta lebih besar akan menjadi 1,09 kali semula; (iii) tinggal dalam kawasan 6,94 lebih tinggi dari pada yang di luar Kawasan; dan (iv) punya HP menjadi 4,91 kali dibanding yang tidak punya serta [b] menurun secara nyata jika jumlah tanggungnya lebih banyak 1 jiwa yaitu menjadi hanya 0.32 kali semula. Temuan ini dapat dipedomani untuk rencana pengembangan HKm di KPH lainnya dengan menggunakan variabel yang sama.
为了避免冲突,为现代森林发展规划(HKm)的成功绘制了重要补充的协议水平。为了确定人口变化群体、资产所有权和负担得起的土地可及性对合规水平的影响程度,在KPH Selagi Linga Register 39 Kabupaten Lamp Center进行。对96名随机抽取的补充人员进行了半结构化访谈。[UNK]在95%密度水平下应用的有序对数线性模型Postulat。[UNK]不一致反应变量1、2、3和4,表示不同意、怀疑、同意和非常同意。测试了13个预测变量:年龄(年)、负担(灵魂)、教育程度(高中与否)、收入(百万卢比/年)、植物类型(咖啡与其他)、副业(有与无)、居住地(地区内与地区外)、种族(爪哇与其他),盐宽度(公顷)、HP所有权(有与否),土地与最近建筑物的距离以及通往土地出口的主要通道。使用Minitab 16进行参数优化。这项研究的结果表明,如果(i)大一岁的年龄再次达到1.07倍,则一致性水平:[a]将实际增加;(ii)其100万卢比的收入将高出1.09倍;(iii)居住在比该区域外高6,94的区域内;和(iv)的HP是它没有的4.91倍,而[b]如果它超过一个人的体重,则实际值会降低,再次仅为0.32倍。这一发现可以用于其他KPH中使用相同变量的HKm开发计划。
{"title":"PERANAN VARIABEL DEMOGRAFIS, PEMILIKAN ASET, DAN AKSESIBILITAS TERHADAP LAHAN PADA KESETUJUAN PERAMBAH PADA RENCANA PENGEMBANGAN HUTAN KEMASYARAKATAN: STUDI DI KHP SELAGAI LINGGA LAMPUNG TENGAH","authors":"C. Wulandari, Samsul Bakri, Melya Riniarti, H. Putra","doi":"10.20527/jht.v10i2.14120","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/jht.v10i2.14120","url":null,"abstract":"Tingkat kesetujuan para perambahan penting dipetakan bagi keberhasilan perencanaan pengembangan Hutan Kemasyarakatan (HKm) agar konflik dapat dihindari. Dengan tujuan untuk menetapkan besarnya pengaruh kelompok variabel demografis, kepemilikan asset, dan aksesilitas lahan rambahan terhadap tingkat keseutujan tersebut, dilakukan di KPH Selagai Lingga Register 39 Kabupaten Lampung Tengah. Wawancara semi terstruktur dilakukan terhadap 96 perambah yang ditarik secara acak. Postulat Ordinal Loglinear Model diterapkan pada level ketelitian 95%. Variabel respon diskor 1, 2, 3, dan 4, yang menunjukan respon tidak setuju, ragu-ragu, setuju dan sangat setuju. Ada 13 varibel prediktor yang diuji: umur (tahun), jumlah tanggungan (jiwa), pendidikan (lulus SMP versus tidak), pendapatan (Rp juta/tahun), jenis tanaman (kopi versus lainnya), usaha sampingan (punya versus tidak), tempat tinggal (dalam versus luar kawasan), etnis (Jawa versus lainnya), luas garapan (ha), kepemilikan HP (punya versus tidak), kendaraan bermotor (punya versus tidak), jarak lahan ke pemukinan terdekat dan ke akses utama keluar lahan. Optimasi parameter menggunakan Minitab 16. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kesetujuan: [a] akan meningkat secara nyata jika, (i) umurnya 1 tahun lebih tua akan menjadi 1,07 kali semula; (ii) pendapatannya Rp 1 juta lebih besar akan menjadi 1,09 kali semula; (iii) tinggal dalam kawasan 6,94 lebih tinggi dari pada yang di luar Kawasan; dan (iv) punya HP menjadi 4,91 kali dibanding yang tidak punya serta [b] menurun secara nyata jika jumlah tanggungnya lebih banyak 1 jiwa yaitu menjadi hanya 0.32 kali semula. Temuan ini dapat dipedomani untuk rencana pengembangan HKm di KPH lainnya dengan menggunakan variabel yang sama.","PeriodicalId":17696,"journal":{"name":"Jurnal Hutan Tropis","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41739137","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-08-10DOI: 10.20527/jht.v10i2.14119
Agung Hananto, M. Ruslan, Syarifuddin Kadir
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis variasi Tingkat Bahaya Erosi yang diduga terjadi, dan merumuskan upaya rehabilitasi hutan dan lahan berdasarkan variasi Tingkat Bahaya Erosi di Sub-Sub DAS Riam Kiwa Kabupaten Banjar. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan cara observasi, pengamatan lapangan terhadap data biofisik, serpeti vegetasi, lahan dan data iklim. Data dianalisis menggunakan model USLE, Tabulasi dan Content Analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa TBE relatif bervariasi, dari TBE I-R (Ringan), II-S (Sedang), III-B (Berat) dan IV-SB (Sangat Berat). Luas TBE tergolong I-R (Ringan), II-S (Sedang) penutup lahan HLKS dan TBE II-S (Sedang) penutup lahan PLK UL-06 sebesar 2.798,81 ha (26,42%). Luas TBE tergolong III-B (Berat), IV-SB (Sangat Berat) penutup lahan PLK (kecuali UL-06), SBK, LTB sebesar 7.796,5 ha (73,58%). Arahan rehabilitasi hutan dan lahan yang direkomendasikan terdapat 4 (empat) kelompok: a) Penutup lahan HLKS UL-01, UL-02 tetap dipertahankan sebagai HLKS dengan pemeliharaan (tindakan silvikulture) 238,75 ha, b) PLK UL-06 tetap dipertahankan sebagai PLK dengan pemeliharaan (penanaman menurut garis kuntor dan menggunakan teras guludan) 2.560,24 Ha, c) Penutup lahan SBK UL-03, UL-04 1.063,47 ha dan PLK UL-07, UL-08 5.449,21 ha dikonversi menjadi Agroforestry dan d) Penutup lahan SBK UL-05 400,70 ha, penutup lahan PLK UL-09 423,66 ha dan LTB UL-10, UL-11, UL-12 883,27 ha dikonversi menjadi Hutan Tanaman dengan kegiatan Reboisasi. Agroforestry dan Reboisasi diikuti dengan metode mekanik, seperti pembuatan teras guludan dan penanaman menurut garis kontur
{"title":"TINGKAT BAHAYA EROSI DALAM RANGKA REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN DI SUB-SUB DAS RIAM KIWA KABUPATEN BANJAR","authors":"Agung Hananto, M. Ruslan, Syarifuddin Kadir","doi":"10.20527/jht.v10i2.14119","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/jht.v10i2.14119","url":null,"abstract":"Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis variasi Tingkat Bahaya Erosi yang diduga terjadi, dan merumuskan upaya rehabilitasi hutan dan lahan berdasarkan variasi Tingkat Bahaya Erosi di Sub-Sub DAS Riam Kiwa Kabupaten Banjar. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan cara observasi, pengamatan lapangan terhadap data biofisik, serpeti vegetasi, lahan dan data iklim. Data dianalisis menggunakan model USLE, Tabulasi dan Content Analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa TBE relatif bervariasi, dari TBE I-R (Ringan), II-S (Sedang), III-B (Berat) dan IV-SB (Sangat Berat). Luas TBE tergolong I-R (Ringan), II-S (Sedang) penutup lahan HLKS dan TBE II-S (Sedang) penutup lahan PLK UL-06 sebesar 2.798,81 ha (26,42%). Luas TBE tergolong III-B (Berat), IV-SB (Sangat Berat) penutup lahan PLK (kecuali UL-06), SBK, LTB sebesar 7.796,5 ha (73,58%). Arahan rehabilitasi hutan dan lahan yang direkomendasikan terdapat 4 (empat) kelompok: a) Penutup lahan HLKS UL-01, UL-02 tetap dipertahankan sebagai HLKS dengan pemeliharaan (tindakan silvikulture) 238,75 ha, b) PLK UL-06 tetap dipertahankan sebagai PLK dengan pemeliharaan (penanaman menurut garis kuntor dan menggunakan teras guludan) 2.560,24 Ha, c) Penutup lahan SBK UL-03, UL-04 1.063,47 ha dan PLK UL-07, UL-08 5.449,21 ha dikonversi menjadi Agroforestry dan d) Penutup lahan SBK UL-05 400,70 ha, penutup lahan PLK UL-09 423,66 ha dan LTB UL-10, UL-11, UL-12 883,27 ha dikonversi menjadi Hutan Tanaman dengan kegiatan Reboisasi. Agroforestry dan Reboisasi diikuti dengan metode mekanik, seperti pembuatan teras guludan dan penanaman menurut garis kontur","PeriodicalId":17696,"journal":{"name":"Jurnal Hutan Tropis","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44310230","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-08-10DOI: 10.20527/jht.v10i2.14124
L. L. L. Latupapua, C. K. P. C. K. Pattinasarany, L. K. L. Kasanaborbir
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui habitat dan populasi burung cenderawasih (Paradisaea apoda) di Desa Laininir Pulau Trangan Kecamatan Aru Selatan Kabupaten Kepulauan Aru. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kombinasi antara Metode IPA (Index Ponctualle de’Abondance) dengan transek jalur dan hasilnya dianalisis secara deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pada areal penelitian di bagian timur terdapat 19 jenis vegetasi tingkat tiang dan 23 jenis tingkat pohon. Areal di bagian utara ditemukan jenis vegetasi tingkat tiang sebanyak 23 jenis dan 27 jenis tingkat pohon. Areal di bagian selatan terdapat 23 jenis tingkat tiang dan 21 jenis tingkat pohon. Populasi di daerah bagian timur 5 ekor dengan populasi dugaan sebanyak 12 ekor/hektar, bagian utara 13 ekor dengan dugaan populasi sebanyak 28 ekor/hektar dan bagian selatan 11 ekor dengan dugaan populasi sebanyak 24 ekor/hektar. Burung cenderawasih lebih banyak dijumpai di bagian utara dan selatan karena kondisi habitat yang belum mengalami kerusakan akibat penggunaan lahan hutan oleh masyarakat.
{"title":"HABITAT DAN POPULASI BURUNG CENDERAWASIH (Paradisaea apoda) DI DESA LAININIR PULAU TRANGAN KECAMATAN ARU SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN ARU","authors":"L. L. L. Latupapua, C. K. P. C. K. Pattinasarany, L. K. L. Kasanaborbir","doi":"10.20527/jht.v10i2.14124","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/jht.v10i2.14124","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui habitat dan populasi burung cenderawasih (Paradisaea apoda) di Desa Laininir Pulau Trangan Kecamatan Aru Selatan Kabupaten Kepulauan Aru. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kombinasi antara Metode IPA (Index Ponctualle de’Abondance) dengan transek jalur dan hasilnya dianalisis secara deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pada areal penelitian di bagian timur terdapat 19 jenis vegetasi tingkat tiang dan 23 jenis tingkat pohon. Areal di bagian utara ditemukan jenis vegetasi tingkat tiang sebanyak 23 jenis dan 27 jenis tingkat pohon. Areal di bagian selatan terdapat 23 jenis tingkat tiang dan 21 jenis tingkat pohon. Populasi di daerah bagian timur 5 ekor dengan populasi dugaan sebanyak 12 ekor/hektar, bagian utara 13 ekor dengan dugaan populasi sebanyak 28 ekor/hektar dan bagian selatan 11 ekor dengan dugaan populasi sebanyak 24 ekor/hektar. Burung cenderawasih lebih banyak dijumpai di bagian utara dan selatan karena kondisi habitat yang belum mengalami kerusakan akibat penggunaan lahan hutan oleh masyarakat.","PeriodicalId":17696,"journal":{"name":"Jurnal Hutan Tropis","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42452640","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-08-10DOI: 10.20527/jht.v10i2.14126
Dewi Wulansari, Z. Abidin, Hafizianor Hafizianor
Pemberdayaan masyarakat sebagai upaya untuk meningkatkan kapasitas dan produktifitas kea rah kemandirian, maka akan tumbuh dan berkembang kelompok-kelompok di masyarakat sebagai pelaku dan pendukung pembangunan kehutanan berbasis ekonomi, ekologi dan sosial. Penumbuhan dan pembinaan Kelompok Tani Hutan (KTH) yang dilaksanakan secara berkesinambungan diarahkan pada upaya peningkatan kemampuan kelompok tani dalam melaksanakan fungsinya sebagai kelas belajar, wahana kerjasama dan unit produksi sehingga mampu mengembangkan usaha agribisnis dan menjadi organisasi petani yang kuat dan mandiri. Keikutsertaan kelompok tani hutan dalam pengelolaan hutan menjadi pengaruh terhadap kegiatan pemberdayaan masyarakat oleh KPH Pulau Laut Sebuku. Penelitian ini bertujuan Menyusun strategi kelompok tani hutan (KTH) dalam pengelolaan hutan di wilayah kerja KPH Pulau Laut Sebuku. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan memilih responden berdasarkan kemampuan untuk menjawab dan memberikan informasi yang diharapkan. Analisis yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut yaitu menggunakan analisis SWOT. Berdasarkan analisis tersebut menunjukkan bahwa kondisi pengelolaan hutan di wilayah kerja KPH Pulau Laut Sebuku termasuk ke dalam Kuadran III (Survival/Bertahan) sehingga strategi yang dilakukan adalah Turn around strategy (strategi memutar balik) yaitu strategi untuk melakukan pembenahan/perbaikan terhadap kondisi pengelolaan yang ada sekarang melalui pencarian metode lain agar pengelolaan lebih efisien
{"title":"STRATEGI KELOMPOK TANI HUTAN (KTH) DALAM PENGELOLAAN HUTAN DI WILAYAH KERJA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN (KPH) PULAU LAUT SEBUKU","authors":"Dewi Wulansari, Z. Abidin, Hafizianor Hafizianor","doi":"10.20527/jht.v10i2.14126","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/jht.v10i2.14126","url":null,"abstract":"Pemberdayaan masyarakat sebagai upaya untuk meningkatkan kapasitas dan produktifitas kea rah kemandirian, maka akan tumbuh dan berkembang kelompok-kelompok di masyarakat sebagai pelaku dan pendukung pembangunan kehutanan berbasis ekonomi, ekologi dan sosial. Penumbuhan dan pembinaan Kelompok Tani Hutan (KTH) yang dilaksanakan secara berkesinambungan diarahkan pada upaya peningkatan kemampuan kelompok tani dalam melaksanakan fungsinya sebagai kelas belajar, wahana kerjasama dan unit produksi sehingga mampu mengembangkan usaha agribisnis dan menjadi organisasi petani yang kuat dan mandiri. Keikutsertaan kelompok tani hutan dalam pengelolaan hutan menjadi pengaruh terhadap kegiatan pemberdayaan masyarakat oleh KPH Pulau Laut Sebuku. Penelitian ini bertujuan Menyusun strategi kelompok tani hutan (KTH) dalam pengelolaan hutan di wilayah kerja KPH Pulau Laut Sebuku. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan memilih responden berdasarkan kemampuan untuk menjawab dan memberikan informasi yang diharapkan. Analisis yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut yaitu menggunakan analisis SWOT. Berdasarkan analisis tersebut menunjukkan bahwa kondisi pengelolaan hutan di wilayah kerja KPH Pulau Laut Sebuku termasuk ke dalam Kuadran III (Survival/Bertahan) sehingga strategi yang dilakukan adalah Turn around strategy (strategi memutar balik) yaitu strategi untuk melakukan pembenahan/perbaikan terhadap kondisi pengelolaan yang ada sekarang melalui pencarian metode lain agar pengelolaan lebih efisien","PeriodicalId":17696,"journal":{"name":"Jurnal Hutan Tropis","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43272046","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-05DOI: 10.20527/jht.v10i1.13129
Jurnal Hutan Tropis
{"title":"Jurnal Hutan Tropis Volume 10 Nomer 1 Edisi Maret 2022","authors":"Jurnal Hutan Tropis","doi":"10.20527/jht.v10i1.13129","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/jht.v10i1.13129","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":17696,"journal":{"name":"Jurnal Hutan Tropis","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44350399","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The preservation of standing biomass is one of the most vital elements for environmental sustainability and the sustainability of the forest itself. One of the actions that can be taken in an effort to maintain the sustainability of forest stand biomass is to map the distribution of biomass, and monitor changes or dynamics of stand biomass from time to time in a sustainable manner. This study aims to build a model based on remote sensing imagery to estimate the total biomass of tropical rainforest stands in Mandiangin Hill, South Kalimantan. The models developed in this study are based on vegetation indices extracted from Sentinel-2 MSI Imagery. A total of ten vegetation indices were tested in this study. For the construction process and validation of stand biomass estimation models, biomass information was measured directly in the field using a number of measuring plots. Stand biomass estimation models were made by correlating stand biomass information from the field with vegetation indices from Sentinel-2 MSI Imagery. The results showed that the most accurate model for estimating the biomass of tropical rainforest stands was 9.5806.exp (0.1454.PSSRa). Where PSSRa is Pigment Specific Simple Ratio. This model has a correlation coefficient (R2) of 0.876, a Mean Absolute Percentage Error (MAPE) of 16.8%, and a Root Mean Square Error (RMSE) of 32.6. The estimation results show that the total biomass of the Bukit Mandiangin tropical rainforest stands is between 11.7 to 998.5 Mg/ha, with an average biomass of 135.8 Mg/ha. Furthermore, the estimation of stand biomass in this study is limited to woody vegetation with a DBH of 10 cm and above. The PSSRa model with various improvements can be used to accurately estimate stand biomass
{"title":"PEMETAAN BIOMASSA TEGAKAN HUTAN HUJAN TROPIS DI BUKIT MANDIANGIN MENGGUNAKAN CITRA SENTINEL-2 MSI","authors":"Mufidah Asy’ari, Syam’ani Syam’ani, Trisnu Satriadi","doi":"10.20527/jht.v9i3.12318","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/jht.v9i3.12318","url":null,"abstract":"The preservation of standing biomass is one of the most vital elements for environmental sustainability and the sustainability of the forest itself. One of the actions that can be taken in an effort to maintain the sustainability of forest stand biomass is to map the distribution of biomass, and monitor changes or dynamics of stand biomass from time to time in a sustainable manner. This study aims to build a model based on remote sensing imagery to estimate the total biomass of tropical rainforest stands in Mandiangin Hill, South Kalimantan. The models developed in this study are based on vegetation indices extracted from Sentinel-2 MSI Imagery. A total of ten vegetation indices were tested in this study. For the construction process and validation of stand biomass estimation models, biomass information was measured directly in the field using a number of measuring plots. Stand biomass estimation models were made by correlating stand biomass information from the field with vegetation indices from Sentinel-2 MSI Imagery. The results showed that the most accurate model for estimating the biomass of tropical rainforest stands was 9.5806.exp (0.1454.PSSRa). Where PSSRa is Pigment Specific Simple Ratio. This model has a correlation coefficient (R2) of 0.876, a Mean Absolute Percentage Error (MAPE) of 16.8%, and a Root Mean Square Error (RMSE) of 32.6. The estimation results show that the total biomass of the Bukit Mandiangin tropical rainforest stands is between 11.7 to 998.5 Mg/ha, with an average biomass of 135.8 Mg/ha. Furthermore, the estimation of stand biomass in this study is limited to woody vegetation with a DBH of 10 cm and above. The PSSRa model with various improvements can be used to accurately estimate stand biomass","PeriodicalId":17696,"journal":{"name":"Jurnal Hutan Tropis","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47300166","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}