Pub Date : 2019-02-15DOI: 10.24895/SNG.2018.3-0.1039
Juniarto Widodo
Penelitian ini mengkaji angin ekstrim yang terjadi di wilayah desa Situ Gede Bogor Barat pada 28 Maret 2017. Jenis data yang diperlukan untuk interpretasi dalam analisis cuaca lokal dan fenomena atmosfer skala regional dan global, antara lain suhu permukaan laut, medan angin, MJO, OLR, labilitas udara dan penginderaan jauh. Metodologi penelitian ini adalah menggunakan analisis deskriptif dari semua pengamatan data yang ada. Hal penting analisis adalah digunakannya data citra radar dari Tangerang Integrated Radar. Melalui analisis ini, menunjukkan hubungan yang signifikan antara kondisi cuaca lokal dan dukungan data lainnya seperti anomali suhu permukaan laut di wilayah utara pulau Jawa yang diamati lebih hangat dan menunjukkan meningkatnya intensitas evaporasi. Hasil lainnya, analisis model medan angin pada 925 HPa, terjadinya sirkulasi siklon di Barat Daya Provinsi Banten, gradien suhu sebesar 3,7 °C telah mengindikasikan penguapan pemanasan aktif, Indeks Pengangkatan (Li ) sebesar -2 yang berpotensi terjadi badai petir. Dari analisis imajiner radar menunjukkan bahwa pertumbuhan awan konvektif Cb yang matang pada pukul 12:45 WIB hingga pukul 14:29 WIB berpotensi hujan deras diikuti angin kencang. Curah hujan tercatat 35 mm dan angin kencang 48 knot dari Barat. Kesimpulan penelitian, dengan memadukan semua data parameter pengamatan dan data citra dari radar, dan menunjukkan korelasi yang kuat terhadap pasokan massa udara yang berpotensi mempengaruhi terjadinya angin kencang dan konvergensi di sekitar Jawa bagian Barat, yaitu di desa Situgede pada 28 Maret 2017 pukul 14:29 WIB.
{"title":"ANALISIS KEJADIAN ANGIN KENCANG DI DESA SITUGEDE BOGOR BARAT TANGGAL 28 MARET 2017","authors":"Juniarto Widodo","doi":"10.24895/SNG.2018.3-0.1039","DOIUrl":"https://doi.org/10.24895/SNG.2018.3-0.1039","url":null,"abstract":"Penelitian ini mengkaji angin ekstrim yang terjadi di wilayah desa Situ Gede Bogor Barat pada 28 Maret 2017. Jenis data yang diperlukan untuk interpretasi dalam analisis cuaca lokal dan fenomena atmosfer skala regional dan global, antara lain suhu permukaan laut, medan angin, MJO, OLR, labilitas udara dan penginderaan jauh. Metodologi penelitian ini adalah menggunakan analisis deskriptif dari semua pengamatan data yang ada. Hal penting analisis adalah digunakannya data citra radar dari Tangerang Integrated Radar. Melalui analisis ini, menunjukkan hubungan yang signifikan antara kondisi cuaca lokal dan dukungan data lainnya seperti anomali suhu permukaan laut di wilayah utara pulau Jawa yang diamati lebih hangat dan menunjukkan meningkatnya intensitas evaporasi. Hasil lainnya, analisis model medan angin pada 925 HPa, terjadinya sirkulasi siklon di Barat Daya Provinsi Banten, gradien suhu sebesar 3,7 °C telah mengindikasikan penguapan pemanasan aktif, Indeks Pengangkatan (Li ) sebesar -2 yang berpotensi terjadi badai petir. Dari analisis imajiner radar menunjukkan bahwa pertumbuhan awan konvektif Cb yang matang pada pukul 12:45 WIB hingga pukul 14:29 WIB berpotensi hujan deras diikuti angin kencang. Curah hujan tercatat 35 mm dan angin kencang 48 knot dari Barat. Kesimpulan penelitian, dengan memadukan semua data parameter pengamatan dan data citra dari radar, dan menunjukkan korelasi yang kuat terhadap pasokan massa udara yang berpotensi mempengaruhi terjadinya angin kencang dan konvergensi di sekitar Jawa bagian Barat, yaitu di desa Situgede pada 28 Maret 2017 pukul 14:29 WIB.","PeriodicalId":307659,"journal":{"name":"Seminar Nasional Geomatika","volume":"38 2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133301732","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Infrastruktur yang dibangun untuk meningkatkan konektivitas dan kelancaran mobilitas orang dan barang adalah pembangunan jalan, jalan tol, dan jembatan. Agar tahapan pelaksanaan konstruksi sesuai dengan tahapan perencanaan teknis, maka dilakukan upaya monitoring konstruksi jalan. Selain itu, dengan adanya monitoring, dapat diidentifikasi dan diantisipasi permasalahan yang dapat timbul untuk diambil tindakan sedini mungkin. Metode terestris konvensional untuk monitoring konstruksi jalan, mengambil data dengan risiko yang tinggi, menghabiskan waktu dan kurang efektif. Teknik fotogrametri menggunakan wahana tanpa awak, dapat menjadi alternatif solusi dalam pekerjaan monitoring konstruksi jalan. Tugas akhir ini akan meneliti ketelitian teknik fotogrametri tanpa awak dari kamera dengan ukuran sensor 6.25 x 4.68 mm dan 23.5 x 15.6 mm dalam membantu kegiatan monitoring konstruksi jalan. Selain itu, diteliti juga teknik pengolahan data yang tepat sehingga menghasilkan informasi geometri jalan secara horisontal maupun vertikal. Tiga teknik pengolahan yang akan diteliti adalah digitasi orthophoto, stereoplotting dan stereomateplotting. Validasi dilaksanakan dengan cara membandingkan data geometri hasil plotting dengan data terestrial dan gambar rencana. Temuan terbaik yang didapatkan menunjukkan bahwa teknologi fotogrametri tanpa awak dapat digunakan untuk monitoring geometri konstruksi jalan. Nilai RMSE terbaik yang dihasilkan berasal dari metode stereoplotting menggunakan kamera berukuran sensor 23.5 x 15.6 mm sebesar 5.8 cm (± 2 GSD, ground sampling distance) dalam arah sumbu horizontal dan 7.5 cm (± 3 GSD) dalam arah sumbu vertikal. Hasil pengecekan tersebut dilakukan dalam berbagai skenario pengolahan data.
{"title":"MONITORING GEOMETRI KONSTRUKSI JALAN TOL MENGGUNAKAN FOTOGRAMETRI WAHANA TANPA AWAK","authors":"Nifa Anzalta Failusuf, Deni Suwardhi, Saptomo Handoro Mertotaroeno","doi":"10.24895/SNG.2018.3-0.926","DOIUrl":"https://doi.org/10.24895/SNG.2018.3-0.926","url":null,"abstract":"Infrastruktur yang dibangun untuk meningkatkan konektivitas dan kelancaran mobilitas orang dan barang adalah pembangunan jalan, jalan tol, dan jembatan. Agar tahapan pelaksanaan konstruksi sesuai dengan tahapan perencanaan teknis, maka dilakukan upaya monitoring konstruksi jalan. Selain itu, dengan adanya monitoring, dapat diidentifikasi dan diantisipasi permasalahan yang dapat timbul untuk diambil tindakan sedini mungkin. Metode terestris konvensional untuk monitoring konstruksi jalan, mengambil data dengan risiko yang tinggi, menghabiskan waktu dan kurang efektif. Teknik fotogrametri menggunakan wahana tanpa awak, dapat menjadi alternatif solusi dalam pekerjaan monitoring konstruksi jalan. Tugas akhir ini akan meneliti ketelitian teknik fotogrametri tanpa awak dari kamera dengan ukuran sensor 6.25 x 4.68 mm dan 23.5 x 15.6 mm dalam membantu kegiatan monitoring konstruksi jalan. Selain itu, diteliti juga teknik pengolahan data yang tepat sehingga menghasilkan informasi geometri jalan secara horisontal maupun vertikal. Tiga teknik pengolahan yang akan diteliti adalah digitasi orthophoto, stereoplotting dan stereomateplotting. Validasi dilaksanakan dengan cara membandingkan data geometri hasil plotting dengan data terestrial dan gambar rencana. Temuan terbaik yang didapatkan menunjukkan bahwa teknologi fotogrametri tanpa awak dapat digunakan untuk monitoring geometri konstruksi jalan. Nilai RMSE terbaik yang dihasilkan berasal dari metode stereoplotting menggunakan kamera berukuran sensor 23.5 x 15.6 mm sebesar 5.8 cm (± 2 GSD, ground sampling distance) dalam arah sumbu horizontal dan 7.5 cm (± 3 GSD) dalam arah sumbu vertikal. Hasil pengecekan tersebut dilakukan dalam berbagai skenario pengolahan data.","PeriodicalId":307659,"journal":{"name":"Seminar Nasional Geomatika","volume":"60 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133642430","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-02-15DOI: 10.24895/SNG.2018.3-0.962
Akhmad Riqqi, Hendaryanto Hendaryanto, S. Safitri, Nusa Mashita, Endah Sulistyawati, Dini Aprilia Norvyani, Dian Afriyanie
Jasa ekosistem merupakan manfaat yang diperoleh manusia dari ekosistem. Maraknya tuntutan untuk melaksanakan pembangunan berkelanjutan, kebutuhan terhadap informasi jasa ekosistem semakin meningkat sebagai bahan pertimbangan dalam berbagai kebijakan dan perencanaan pembangunan. Salah satu pemanfaatan informasi jasa ekosistem adalah untuk pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam, serta perencanaan tata ruang. Menjawab kebutuhan tersebut, beberapa peneliti telah mengembangkan berbagai metode dalam menyediakan informasi jasa ekosistem. Metode yang seringkali digunakan adalah penyusunan peta jasa ekosistem menggunakan pendekatan yang diperoleh dari data tutupan lahan. Metode ini dinilai cukup efektif dan efisien dari sisi biaya dan waktu, khususnya untuk wilayah kajian di skala global, regional dan nasional, mengingat data tutupan lahan pada skala tersebut dapat diperoleh dengan mudah. Namun beberapa ahli berpendapat bahwa kekurangan dari metode tersebut adalah akurasi hasilnya belum mumpuni, tetapi dapat diatasi melalui kombinasi dari beberapa variabel yang dapat menjelaskan hubungan antara proses ekosistem dengan jasa yang dihasilkannya. Paper ini mengkaji pendapat para ahli tersebut, dan secara khusus membahas perbandingan hasil peta jasa ekosistem yang disusun melalui pertimbangan para ahli terhadap potensi jasa ekosistem pada tutupan lahan dan kombinasi antara tutupan lahan dan ekoregion. Pembobotan jasa ekosistem terhadap tutupan lahan dan ekoregion dilakukan melalui Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan metode perhitungan pairwise comparison. Wilayah studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pulau Jawa, sedangkan jenis jasa ekosistem yang dianalisis adalah penyedia pangan. Hasil dari perhitungan menunjukkan bahwa nilai indeks jasa ekosistem yang dihasilkan dari kombinasi tutupan lahan dan ekoregion menghasilkan peta jasa ekosistem yang lebih akurat informasinya secara kualitatif.
{"title":"PEMETAAN JASA EKOSISTEM","authors":"Akhmad Riqqi, Hendaryanto Hendaryanto, S. Safitri, Nusa Mashita, Endah Sulistyawati, Dini Aprilia Norvyani, Dian Afriyanie","doi":"10.24895/SNG.2018.3-0.962","DOIUrl":"https://doi.org/10.24895/SNG.2018.3-0.962","url":null,"abstract":"Jasa ekosistem merupakan manfaat yang diperoleh manusia dari ekosistem. Maraknya tuntutan untuk melaksanakan pembangunan berkelanjutan, kebutuhan terhadap informasi jasa ekosistem semakin meningkat sebagai bahan pertimbangan dalam berbagai kebijakan dan perencanaan pembangunan. Salah satu pemanfaatan informasi jasa ekosistem adalah untuk pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam, serta perencanaan tata ruang. Menjawab kebutuhan tersebut, beberapa peneliti telah mengembangkan berbagai metode dalam menyediakan informasi jasa ekosistem. Metode yang seringkali digunakan adalah penyusunan peta jasa ekosistem menggunakan pendekatan yang diperoleh dari data tutupan lahan. Metode ini dinilai cukup efektif dan efisien dari sisi biaya dan waktu, khususnya untuk wilayah kajian di skala global, regional dan nasional, mengingat data tutupan lahan pada skala tersebut dapat diperoleh dengan mudah. Namun beberapa ahli berpendapat bahwa kekurangan dari metode tersebut adalah akurasi hasilnya belum mumpuni, tetapi dapat diatasi melalui kombinasi dari beberapa variabel yang dapat menjelaskan hubungan antara proses ekosistem dengan jasa yang dihasilkannya. Paper ini mengkaji pendapat para ahli tersebut, dan secara khusus membahas perbandingan hasil peta jasa ekosistem yang disusun melalui pertimbangan para ahli terhadap potensi jasa ekosistem pada tutupan lahan dan kombinasi antara tutupan lahan dan ekoregion. Pembobotan jasa ekosistem terhadap tutupan lahan dan ekoregion dilakukan melalui Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan metode perhitungan pairwise comparison. Wilayah studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pulau Jawa, sedangkan jenis jasa ekosistem yang dianalisis adalah penyedia pangan. Hasil dari perhitungan menunjukkan bahwa nilai indeks jasa ekosistem yang dihasilkan dari kombinasi tutupan lahan dan ekoregion menghasilkan peta jasa ekosistem yang lebih akurat informasinya secara kualitatif.","PeriodicalId":307659,"journal":{"name":"Seminar Nasional Geomatika","volume":"7 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114138587","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-02-15DOI: 10.24895/SNG.2018.3-0.929
Bramantiyo Marjuki
Peningkatan perhatian pada isu-isu kewilayahan memerlukan dukungan data dan informasi geospasial yang detil, akurat, terkini dan lengkap. Berbagai inisiasi pemetaan telah dilakukan guna memenuhi kebutuhan tersebut. Di sisi lain, teknik pemetaan konvensional memiliki keterbatasan dalam memperoleh data dan informasi spasial di permukaan bumi, terutama pada skala besar yang mensyaratkan perolehan data yang lebih akurat dan rinci. Kajian ini dimaksudkan untuk mengeksplorasi kemanfaatan teknik pemetaan partisipatif guna mendukung teknik pemetaan konvensional dalam memperoleh data dan informasi spasial pada skala besar secara cepat dan berbiaya rendah, dengan mengambil studi kasus di Desa Sendangadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil kajian yang diperoleh menunjukkan bahwa penerapan teknik pemetaan partisipatif dapat menghasilkan data dan informasi spasial yang tidak mudah diperoleh menggunakan teknik pemetaan konvensional, seperti misalnya, batas rukun tetangga, batas rukun warga, batas dusun dan saluran irigasi. Selain itu, teknik ini dapat melengkapi hasil yang diperoleh dari pemetaan konvensional, utamanya pada aspek toponimi, seperti perolehan informasi nama jalan, kelas jalan, nama dan jenis fasilitas umum yang ada di lingkungan desa, dan potensi desa.
{"title":"PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA SPASIAL PENGGUNAAN LAHAN DAN SUMBERDAYA DESA (Studi Kasus Desa Sendangadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta)","authors":"Bramantiyo Marjuki","doi":"10.24895/SNG.2018.3-0.929","DOIUrl":"https://doi.org/10.24895/SNG.2018.3-0.929","url":null,"abstract":"Peningkatan perhatian pada isu-isu kewilayahan memerlukan dukungan data dan informasi geospasial yang detil, akurat, terkini dan lengkap. Berbagai inisiasi pemetaan telah dilakukan guna memenuhi kebutuhan tersebut. Di sisi lain, teknik pemetaan konvensional memiliki keterbatasan dalam memperoleh data dan informasi spasial di permukaan bumi, terutama pada skala besar yang mensyaratkan perolehan data yang lebih akurat dan rinci. Kajian ini dimaksudkan untuk mengeksplorasi kemanfaatan teknik pemetaan partisipatif guna mendukung teknik pemetaan konvensional dalam memperoleh data dan informasi spasial pada skala besar secara cepat dan berbiaya rendah, dengan mengambil studi kasus di Desa Sendangadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil kajian yang diperoleh menunjukkan bahwa penerapan teknik pemetaan partisipatif dapat menghasilkan data dan informasi spasial yang tidak mudah diperoleh menggunakan teknik pemetaan konvensional, seperti misalnya, batas rukun tetangga, batas rukun warga, batas dusun dan saluran irigasi. Selain itu, teknik ini dapat melengkapi hasil yang diperoleh dari pemetaan konvensional, utamanya pada aspek toponimi, seperti perolehan informasi nama jalan, kelas jalan, nama dan jenis fasilitas umum yang ada di lingkungan desa, dan potensi desa.","PeriodicalId":307659,"journal":{"name":"Seminar Nasional Geomatika","volume":"107 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116358675","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-02-15DOI: 10.24895/SNG.2018.3-0.972
Damaiga Hatari Harmunanto, Arifuddin Akil, Ihsan Ihsan
Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, menempati posisi pertama untuk produksi perikanan tangkap, dengan hasil produksi 53.612 ton pada tahun 2015. Jumlah produksi ini terus mengalami peningkatan di setiap tahunnya. Dengan demikian, sektor perikanan seharusnya dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap sektor perekonomian daerah maupun provinsi. Namun, pemanfaatan hasil produksi perikanan tangkap Kabupaten Bulukumba saat ini belum optimal kerena sarana dan prasarana perikanan yang belum memadai serta minimnya pengetahuan nelayan terhadap hasil tangkapannya, sehingga hasil produksi yang besar tersebut tidak memberikan dampak yang baik terhadap masyarakat setempat khususnya nelayan di Kabupaten Bulukumba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi perikanan tangkap Kabupaten Bulukumba yang dapat dikembangkan. Potensi perikanan tangkap diketahui dengan melakukan analisis Location Quotient (LQ). Selanjutnya, dilakukan perhitungan tingkat konsumsi ikan masyarakat Kabupaten Bulukumba untuk mengetahui peluang pengembangan hasil produksi perikanan tangkap di Kabupaten Bulukumba. Hasil menunjukkan bahwa Kabupaten Bulukumba memiliki potensi yang besar, dapat dilihat dari peningkatan berbagai komoditas setiap tahunnya. Namun, pemanfaatan sumber daya perikanan tersebut harus didukung dengan ketersediaan sarana dan prasarana perikanan yang memadai serta sistem pengelolaan perikanan yang baik agar potensi perikanan dapat dimanfaatkan secara optimal. Pemanfaatan sumber daya perikanan secara optimal dapat memberikan kontribusi yang besar baik bagi perekonomian Kabupaten Bulukumba maupun masyarakat khususnya nelayan di Kabupaten Bulukumba.
{"title":"POTENSI PERIKANAN DALAM PENINGKATAN PEREKONOMIAN Studi Kasus di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan","authors":"Damaiga Hatari Harmunanto, Arifuddin Akil, Ihsan Ihsan","doi":"10.24895/SNG.2018.3-0.972","DOIUrl":"https://doi.org/10.24895/SNG.2018.3-0.972","url":null,"abstract":"Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, menempati posisi pertama untuk produksi perikanan tangkap, dengan hasil produksi 53.612 ton pada tahun 2015. Jumlah produksi ini terus mengalami peningkatan di setiap tahunnya. Dengan demikian, sektor perikanan seharusnya dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap sektor perekonomian daerah maupun provinsi. Namun, pemanfaatan hasil produksi perikanan tangkap Kabupaten Bulukumba saat ini belum optimal kerena sarana dan prasarana perikanan yang belum memadai serta minimnya pengetahuan nelayan terhadap hasil tangkapannya, sehingga hasil produksi yang besar tersebut tidak memberikan dampak yang baik terhadap masyarakat setempat khususnya nelayan di Kabupaten Bulukumba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi perikanan tangkap Kabupaten Bulukumba yang dapat dikembangkan. Potensi perikanan tangkap diketahui dengan melakukan analisis Location Quotient (LQ). Selanjutnya, dilakukan perhitungan tingkat konsumsi ikan masyarakat Kabupaten Bulukumba untuk mengetahui peluang pengembangan hasil produksi perikanan tangkap di Kabupaten Bulukumba. Hasil menunjukkan bahwa Kabupaten Bulukumba memiliki potensi yang besar, dapat dilihat dari peningkatan berbagai komoditas setiap tahunnya. Namun, pemanfaatan sumber daya perikanan tersebut harus didukung dengan ketersediaan sarana dan prasarana perikanan yang memadai serta sistem pengelolaan perikanan yang baik agar potensi perikanan dapat dimanfaatkan secara optimal. Pemanfaatan sumber daya perikanan secara optimal dapat memberikan kontribusi yang besar baik bagi perekonomian Kabupaten Bulukumba maupun masyarakat khususnya nelayan di Kabupaten Bulukumba.","PeriodicalId":307659,"journal":{"name":"Seminar Nasional Geomatika","volume":"106 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114768895","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-02-15DOI: 10.24895/SNG.2018.3-0.993
Bambang Riadi
Musim hujan dengan intensitas yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya banjir. Banjir sebagai salah satu fenomena perubahan iklim yang dapat mengancam kawasan pertanian dan dapat mengakibatkan gagal panen, menurunkan mutu hasil, terganggunya produksi serta penurunan pendapatan petani. Bentuk lahan memiliki peran penting dalam penelitian banjir, karena bentuk lahan merupakan salah satu area dimana proses mengalirnya air hujan menuju ke laut. Kejadian banjir menimbulkan kerentanan yaitu suatu keadaan penurunan ketahanan akibat pengaruh banjir yang mengancam kehidupan, mata pencaharian, sumber daya alam, infrastruktur, produktivitas ekonomi, dan kesejahteraan. Tujuan penelitian ini adalah melakukan pemetaan kerentanan fisik lahan dan kerentanan sosial ekonomi petani terhadap kejadian banjir. Kerentanan fisik lahan menggambarkan tingkat kerusakan yang timbul bila terjadi banjir, dan dampak yang ditimbulkan terhadap keluarga petani dinyatakan sebagai kerentanan sosial ekonomi. Penentuan kerentanan dengan metode skoring dan pembobotan terkait penggunaan lahan, ketinggian topografi, jarak dari sungai serta dampak sosial ekonomi terhadap petani. Wilayah yang memiliki kerentanan tinggi dapat mengakibatkan elemen risiko (element at risk) untuk terpapar bahaya menjadi semakin besar dan dapat meningkatkan risiko bencana.
{"title":"PEMETAAN KERENTANAN LAHAN SAWAH DI KABUPATEN KARAWANG","authors":"Bambang Riadi","doi":"10.24895/SNG.2018.3-0.993","DOIUrl":"https://doi.org/10.24895/SNG.2018.3-0.993","url":null,"abstract":"Musim hujan dengan intensitas yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya banjir. Banjir sebagai salah satu fenomena perubahan iklim yang dapat mengancam kawasan pertanian dan dapat mengakibatkan gagal panen, menurunkan mutu hasil, terganggunya produksi serta penurunan pendapatan petani. Bentuk lahan memiliki peran penting dalam penelitian banjir, karena bentuk lahan merupakan salah satu area dimana proses mengalirnya air hujan menuju ke laut. Kejadian banjir menimbulkan kerentanan yaitu suatu keadaan penurunan ketahanan akibat pengaruh banjir yang mengancam kehidupan, mata pencaharian, sumber daya alam, infrastruktur, produktivitas ekonomi, dan kesejahteraan. Tujuan penelitian ini adalah melakukan pemetaan kerentanan fisik lahan dan kerentanan sosial ekonomi petani terhadap kejadian banjir. Kerentanan fisik lahan menggambarkan tingkat kerusakan yang timbul bila terjadi banjir, dan dampak yang ditimbulkan terhadap keluarga petani dinyatakan sebagai kerentanan sosial ekonomi. Penentuan kerentanan dengan metode skoring dan pembobotan terkait penggunaan lahan, ketinggian topografi, jarak dari sungai serta dampak sosial ekonomi terhadap petani. Wilayah yang memiliki kerentanan tinggi dapat mengakibatkan elemen risiko (element at risk) untuk terpapar bahaya menjadi semakin besar dan dapat meningkatkan risiko bencana.","PeriodicalId":307659,"journal":{"name":"Seminar Nasional Geomatika","volume":"52 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114795838","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-02-15DOI: 10.24895/SNG.2018.3-0.961
A. Nafi, Yudi Basuki
Alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian menjadi permasalahan di kawasan pinggiran perkotaan. Alih fungsi lahan ini disebabkan land rent lahan pertanian tidak menguntungkan dibandingkan jika dibandingkan dengan lahan komersil. Jika kondisi ini terus berlanjut maka akan mengancam ketahanan pangan suatu wilayah. Penelitian ini bertujuan untuk memodelkan penentuan lahan sawah berkelanjutan berdasarkan analisis spasial dan teknik penginderaan jauh. Analisis yang digunakan meliputi analisis interpretasi citra, Geography Information System (GIS), analisis statistik, dan analisis prediksi ketersediaan lahan sawah. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Semarang dengan perkembangan perkotaan yang cepat. Variabel dalam menyusun model lahan sawah berkelanjutan ini terdiri dari variabel produktivitas tanaman, kepadatan dan jangkauan jaringan jalan dan sungai, kawasan lindung, serta proyeksi arah perkembangan perkotaan. Hasil analisis produktivitas tanaman menghasilkan persamaan statistik produktivitas (ton/ha) = 3,795 (NDVI) + 3,774 dan nilai r² sebesar 0,854. Terdapat selisih antara data dinas dengan data peneliti sebesar 2,8% dari luas lahan pertanian eksisiting. Selisish luas ini dikarenakan perbedaan skala peta, proses analisis, dan metode yang digunakan. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa lahan sawah berkelanjutan ketersediannya mulai berkurang, sehingga perlu adanya ketegasan pemerintah daerah dalam menjaga ketersedian lahan sawah.
{"title":"PEMODELAN PENENTUAN KAWASAN SAWAH BERKELANJUTAN Studi Kasus Kabupaten Semarang","authors":"A. Nafi, Yudi Basuki","doi":"10.24895/SNG.2018.3-0.961","DOIUrl":"https://doi.org/10.24895/SNG.2018.3-0.961","url":null,"abstract":"Alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian menjadi permasalahan di kawasan pinggiran perkotaan. Alih fungsi lahan ini disebabkan land rent lahan pertanian tidak menguntungkan dibandingkan jika dibandingkan dengan lahan komersil. Jika kondisi ini terus berlanjut maka akan mengancam ketahanan pangan suatu wilayah. Penelitian ini bertujuan untuk memodelkan penentuan lahan sawah berkelanjutan berdasarkan analisis spasial dan teknik penginderaan jauh. Analisis yang digunakan meliputi analisis interpretasi citra, Geography Information System (GIS), analisis statistik, dan analisis prediksi ketersediaan lahan sawah. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Semarang dengan perkembangan perkotaan yang cepat. Variabel dalam menyusun model lahan sawah berkelanjutan ini terdiri dari variabel produktivitas tanaman, kepadatan dan jangkauan jaringan jalan dan sungai, kawasan lindung, serta proyeksi arah perkembangan perkotaan. Hasil analisis produktivitas tanaman menghasilkan persamaan statistik produktivitas (ton/ha) = 3,795 (NDVI) + 3,774 dan nilai r² sebesar 0,854. Terdapat selisih antara data dinas dengan data peneliti sebesar 2,8% dari luas lahan pertanian eksisiting. Selisish luas ini dikarenakan perbedaan skala peta, proses analisis, dan metode yang digunakan. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa lahan sawah berkelanjutan ketersediannya mulai berkurang, sehingga perlu adanya ketegasan pemerintah daerah dalam menjaga ketersedian lahan sawah.","PeriodicalId":307659,"journal":{"name":"Seminar Nasional Geomatika","volume":"13 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132733476","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-02-15DOI: 10.24895/SNG.2018.3-0.1062
Muhandis Sidqi, S. Suharyanto, R. Astuti, Fina Ardarini
Indonesia sebagai salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan lautan seluas 2,9 juta km². Indonesia berwewenang mengelola ruang lautnya. Namun, kerangka kebijakan dan kelembagaan yang mengatur pemanfaatan ruang laut tersebut masih rumit. Sehingga perlu adanya pertimbangan dari aspek legal maupun teknis dalam penerapannya. Rencana Zonasi adalah rencana yang menentukan arah penggunaan sumber daya tiap-tiap satuan perencanaan disertai dengan penetapan struktur dan pola ruang pada kawasan perencanaan yang memuat kegiatan yang boleh dilakukan, tidak boleh dilakukan serta kegiatan yang diperbolehkan secara terbatas setelah memperoleh izin lokasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengolah data RZ KSNT dan Bathimetri dengan data eksisting penggunaan ruang laut sektor wisata bahari di Pulau Maratua yang merupakan salah satu pulau kecil terluar dengan cara pengambilan data penggunaan ruang laut menggunakan teknologi fotogrametri dan GPS lalu melakukan analisis terkait kesesuaian antara alokasi ruang dengan kondisi eksistingnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kajian literatur terkait aspek legal dan teknis menggunakan perangkat lunak SIG. Dari hasil analisis diketahui bahwa rencana pola ruang di Pulau Maratua terdiri dari 7 zona pemanfaatan ruang dengan 9 sub zona yang disusun pada laut dengan kedalaman 0–4000 mdpl. Di Pulau Maratua telah terdapat 4 objek wisata bahari yang berada sesuai dengan pola ruangnya, yaitu pada sub zona ekowisata. Objek wisata bahari tersebut terdiri dari bangunan resort dan jetty, dengan luas bangunan paling besar adalah 6068 m² dan dibangun di atas laut yang memiliki kedalaman 0 sampai 5 m di bawah permukaan air laut.
{"title":"ANALISIS KESESUAIAN RENCANA ZONASI KAWASAN STRATEGIS NASIONAL TERTENTU TERHADAP PEMANFAATAN RUANG LAUT EKSISTING SEKTOR WISATA BAHARI DI PULAU KECIL TERLUAR Studi Kasus di Pulau Maratua, Kabupaten Berau","authors":"Muhandis Sidqi, S. Suharyanto, R. Astuti, Fina Ardarini","doi":"10.24895/SNG.2018.3-0.1062","DOIUrl":"https://doi.org/10.24895/SNG.2018.3-0.1062","url":null,"abstract":"Indonesia sebagai salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan lautan seluas 2,9 juta km². Indonesia berwewenang mengelola ruang lautnya. Namun, kerangka kebijakan dan kelembagaan yang mengatur pemanfaatan ruang laut tersebut masih rumit. Sehingga perlu adanya pertimbangan dari aspek legal maupun teknis dalam penerapannya. Rencana Zonasi adalah rencana yang menentukan arah penggunaan sumber daya tiap-tiap satuan perencanaan disertai dengan penetapan struktur dan pola ruang pada kawasan perencanaan yang memuat kegiatan yang boleh dilakukan, tidak boleh dilakukan serta kegiatan yang diperbolehkan secara terbatas setelah memperoleh izin lokasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengolah data RZ KSNT dan Bathimetri dengan data eksisting penggunaan ruang laut sektor wisata bahari di Pulau Maratua yang merupakan salah satu pulau kecil terluar dengan cara pengambilan data penggunaan ruang laut menggunakan teknologi fotogrametri dan GPS lalu melakukan analisis terkait kesesuaian antara alokasi ruang dengan kondisi eksistingnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kajian literatur terkait aspek legal dan teknis menggunakan perangkat lunak SIG. Dari hasil analisis diketahui bahwa rencana pola ruang di Pulau Maratua terdiri dari 7 zona pemanfaatan ruang dengan 9 sub zona yang disusun pada laut dengan kedalaman 0–4000 mdpl. Di Pulau Maratua telah terdapat 4 objek wisata bahari yang berada sesuai dengan pola ruangnya, yaitu pada sub zona ekowisata. Objek wisata bahari tersebut terdiri dari bangunan resort dan jetty, dengan luas bangunan paling besar adalah 6068 m² dan dibangun di atas laut yang memiliki kedalaman 0 sampai 5 m di bawah permukaan air laut.","PeriodicalId":307659,"journal":{"name":"Seminar Nasional Geomatika","volume":"34 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132950952","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-02-15DOI: 10.24895/SNG.2018.3-0.930
Adenan Yandra Nofrizal, E. Purwaningsih
Perkembangan suatu kota dapat dicirikan dari penduduknya yang semakin bertambah dan semakin padat, bangunan-bangunan yang semakin rapat dan wilayah terbangun cenderung semakin luas, serta semakin lengkapnya fasilitas kota yang mendukung kegiatan sosial dan ekonomi kota. Perkembangan yang terjadi pada suatu kota yang disebabkan oleh aktivitas manusia dapat menyebabkan terjadinya perubahan penggunaan pada suatu kota tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prediksi perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kota Solok, Sumatera Barat meliputi luas penggunaan lahan dan luas prediksi penggunaan lahan yang ada di Kota Solok, mengidentifikasi nilai driving factor prediksi penggunaan lahan yang ada di Kota Solok. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Interpretasi Citra Digital untuk mendapatkan hasil penggunaan lahan di Kota Solok, Survey Lapangan untuk mengetahui lokasi driving factor prediksi penggunaan lahan di Kota Solok, dan selanjutnya melakukan proses Land Change Modeler untuk mengetahui nilai driving factor perubahan penggunaan lahan yang ada di Kota Solok. Hasil Penelitian ini akan diketahui nilai dari kekuatan driving factor terhadap perubahan penggunaan lahan yang ada di Kota Solok dan prediksi penggunaan lahan yang ada di Kota Solok yaitu Kedekatan terhadap jalan memiliki nilai 0.32, kedekatan terhadap pusat pelayanan pendidikan memiliki nilai 0.28, kedekatan terhadap pusat pelayanan pemerintahan 0.27, kedekatan terhadap pasar 0.37 dan Digital Elevation Model memiliki nilai 0.38.
{"title":"APLIKASI LAND CHANGE MODELER UNTUK MENGIDENTIFIKASI NILAI DRIVING FACTOR PREDIKSI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN (Studi Kasus di Kota Solok, Sumatera Bara)t","authors":"Adenan Yandra Nofrizal, E. Purwaningsih","doi":"10.24895/SNG.2018.3-0.930","DOIUrl":"https://doi.org/10.24895/SNG.2018.3-0.930","url":null,"abstract":"Perkembangan suatu kota dapat dicirikan dari penduduknya yang semakin bertambah dan semakin padat, bangunan-bangunan yang semakin rapat dan wilayah terbangun cenderung semakin luas, serta semakin lengkapnya fasilitas kota yang mendukung kegiatan sosial dan ekonomi kota. Perkembangan yang terjadi pada suatu kota yang disebabkan oleh aktivitas manusia dapat menyebabkan terjadinya perubahan penggunaan pada suatu kota tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prediksi perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kota Solok, Sumatera Barat meliputi luas penggunaan lahan dan luas prediksi penggunaan lahan yang ada di Kota Solok, mengidentifikasi nilai driving factor prediksi penggunaan lahan yang ada di Kota Solok. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Interpretasi Citra Digital untuk mendapatkan hasil penggunaan lahan di Kota Solok, Survey Lapangan untuk mengetahui lokasi driving factor prediksi penggunaan lahan di Kota Solok, dan selanjutnya melakukan proses Land Change Modeler untuk mengetahui nilai driving factor perubahan penggunaan lahan yang ada di Kota Solok. Hasil Penelitian ini akan diketahui nilai dari kekuatan driving factor terhadap perubahan penggunaan lahan yang ada di Kota Solok dan prediksi penggunaan lahan yang ada di Kota Solok yaitu Kedekatan terhadap jalan memiliki nilai 0.32, kedekatan terhadap pusat pelayanan pendidikan memiliki nilai 0.28, kedekatan terhadap pusat pelayanan pemerintahan 0.27, kedekatan terhadap pasar 0.37 dan Digital Elevation Model memiliki nilai 0.38.","PeriodicalId":307659,"journal":{"name":"Seminar Nasional Geomatika","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133402268","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-02-15DOI: 10.24895/SNG.2018.3-0.1026
Regy Septian Arianu
Pos stasiun klimatologi merupakan salah satu unit pelaksana teknis (UPT) yang mencatat dan mendokumentasikan data iklim di daerah jawa barat di bawah badan meteorologi klimatologi geofisika (BMKG). Sejauh ini stasiun klimatologi belum seluruhnya terpetakan lokasinya, sehingga kurang mendukung proses analisis spasial kewilayahan, di mana data iklim (curah hujan, suhu, kecepatan angin, penyinaran matahari dan informasi lainnya) merupakan komponen utama dalam analisis atau pemodelan spasial. Dalam kaitan ini diperlukan suatu sistem informasi profil pos stasiun klimatologi wilayah layanan jawa barat berbasis WebGIS. beberapa analisis iklim seperti pemetaan curah hujan dilakukan dengan metode poligon thiesen serta disajikan dalam sistem WebGIS. pengembangan sistem yang menggunakan metode waterfall yang terdiri dari analisis kebutuhan, desain sistem, implementasi pengkodean, pengoperasian dan pengujian, serta perbaikan. Output dalam sistem informasi profil pos stasiun klimatologi berbasis webgis ini adalah berupa informasi profil UPT dan jenis data tersedia yang dapat diakses. Sistem ini bermanfaat untuk pegawai stasiun klimatologi dan masyarakat luas yang berkepentingan dengan kebutuhan data iklim, khususnya di wilayah layanan jawa barat.
{"title":"SISTEM INFORMASI PROFIL POS STASIUN KLIMATOLOGI WILAYAH LAYANAN JAWA BARAT BERBASIS WEBGIS","authors":"Regy Septian Arianu","doi":"10.24895/SNG.2018.3-0.1026","DOIUrl":"https://doi.org/10.24895/SNG.2018.3-0.1026","url":null,"abstract":"Pos stasiun klimatologi merupakan salah satu unit pelaksana teknis (UPT) yang mencatat dan mendokumentasikan data iklim di daerah jawa barat di bawah badan meteorologi klimatologi geofisika (BMKG). Sejauh ini stasiun klimatologi belum seluruhnya terpetakan lokasinya, sehingga kurang mendukung proses analisis spasial kewilayahan, di mana data iklim (curah hujan, suhu, kecepatan angin, penyinaran matahari dan informasi lainnya) merupakan komponen utama dalam analisis atau pemodelan spasial. Dalam kaitan ini diperlukan suatu sistem informasi profil pos stasiun klimatologi wilayah layanan jawa barat berbasis WebGIS. beberapa analisis iklim seperti pemetaan curah hujan dilakukan dengan metode poligon thiesen serta disajikan dalam sistem WebGIS. pengembangan sistem yang menggunakan metode waterfall yang terdiri dari analisis kebutuhan, desain sistem, implementasi pengkodean, pengoperasian dan pengujian, serta perbaikan. Output dalam sistem informasi profil pos stasiun klimatologi berbasis webgis ini adalah berupa informasi profil UPT dan jenis data tersedia yang dapat diakses. Sistem ini bermanfaat untuk pegawai stasiun klimatologi dan masyarakat luas yang berkepentingan dengan kebutuhan data iklim, khususnya di wilayah layanan jawa barat.","PeriodicalId":307659,"journal":{"name":"Seminar Nasional Geomatika","volume":"21 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122363353","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}