ABSTRAK
Latar Belakang: Abon ikan merupakan jenis makanan olahan yang terbuat dari ikan yang diberi beberapa bumbu, cara pengolahannya dengan pengukusan dan penggorengan. Ikan gabus mengandung protein yang lebih tinggi dibandingkan jenis ikan lainnya. Lempuyang gajah dapat digunakan untuk obat gatal, perut nyeri, disentri, sesak nafas, wasir, cacing dan penambah nafsu makan.
Tujuan: Untuk menganalisis skor dan uji perbedaan pada uji inderawi, uji hedonik, kadar albumin, kadar air, dan kadar abu pada abon ikan gabus dengan lempuyang gajah.
Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental dengan 2 faktor 3 taraf perlakuan terdiri dari daging ikan gabus 90%, 80%, 70% dan lempuyang gajah 10%, 20%, 30%.
Hasil: Hasil skor uji inderawi dari indikator aroma, tekstur, dan rasa tertinggi pada formula 1 (90% ikan gabus : 10% lempuyang gajah) dan dari indikator warna tertinggi pada formula 2 (80% ikan gabus : 20% lempuyang gajah). Sedangkan uji beda inderawi menggunakan analisis Kruskall Wallis untuk uji beda inderawi didapatkan hasil yang memiliki perbedaan signifikan yaitu aroma,tekstur dan rasa (P-Value < 0,05). Uji hedonik tertinggi di masyarakat umum termasuk dalam kategori suka (77%) dengan perbandingan ikan gabus 70% dan lempuyang gajah 30%, sedangkan pada mahasiswa gizi termasuk dalam kategori suka (69,57%) dengan perbandingan ikan gabus 80% dan lempuyang gajah 20%. Dari hasil penelitian ini untuk kandungan albumin tertinggi pada formula 1 sebesar 2,57%, kadar air ketiga formula belum sesuai dengan SNI 01-37707-1995 dan kadar abu ketiga formula sudah sesuai dengan SNI 01-37707-1995 pada produk abon.
Kesimpulan: abon ikan gabus dengan lempuyang gajah dapat diterima oleh masyarakat.
KATA KUNCI: abon ikan; albumin; ikan gabus; lempuyang gajah
ABSTRACT
Background: Fish Floss is a type of processed food made from seasoned fish, which is processed by steaming and frying. Snakehead fish contain higher protein than other fish. Bitter ginger can be used for itching medicine, stomach pain, dysentery, asphyxiate, hemorrhoids, worm disease and appetite enhancer.
Objectives: For analyzing scores and test differences in sensory test, hedonic test (preference), albumin content, water content, and ash content in Snakehead fish with the addition of Bitter Ginger.
Methods: The research design that was used was experimental with 2 factors 3 treatmen
ABSTRAK
Latar Belakang: Bagi anak sekolah dasar (SD) status gizi yang cukup akan menunjang kemampuan akademiknya di sekolah. Akan tetapi, disaat pembatasan social berskala besar (PSBB) berlaku pengukuran status gizi tidak mungkin dilakukan karena dapat meningkatkan resiko penularan.
Tujuan: mengetahui status gizi anak sekolah dasar (SD) menggunakan skor keberagaman makanan.
Metode: Metode cross sectional digunakan pada penelitian ini dengan mengikutsertakan 58 pasang ibu dan siswa SD di wilayah Banyumas. Pengambilan data keberagaman makanan dilakukan menggunakan kuesioner online melalui google form. Uji analisis yang digunakan adalah uji chi square.
Hasil: Rata-rata siswa SD di Kabupaten Banyumas mengonsumsi 6 kelompok makanan dalam sehari dimana kelompok makanan yang sangat jarang dikonsumsi adalah kelompok daging yaitu sebesar 17.2%. Tiga kelompok makanan yang paling sering dikonsumsi adalah kelompok susu (74.1%), telur (67.2%) dan kacang-kacangan (62.1%). Berdasarkan hasil analisis bivariat, tidak ada perbedaan yang signifikan antara keberagaman makanan siswa SD di wilayah perkotaan dan perdesaan. Namun ada kecenderungan siswa yang tinggal di wilayah perkotaan memiliki skor keberagaman yang lebih tinggi.
Kesimpulan: Tidak ada perbedaan antara keberagaman makanan antara wilayah perkotaan dan perdesaan di Kabupaten Banyumas. Namun ada kecenderungan bahwa siswa di wilayah SD lebih beragam.
KATA KUNCI: COVID 19; keberagaman makanan; perdesaan dan perkotaan; siswa SD
ABSTRACT
Background: School-aged children should maintain a better nutritional status to ensure the quality of their academic performance. However, during pandemic COVID 19 the weight and height measurement could increase the risk of spreading the virus.
Objectives: To determine the the indicators of school-aged children’s nutritional status using dietary diversity score (DDS).
Methods: In total 58 pairs of mothers and children were included in a cross-sectional study. The data of dietary diversity was collected using an online questionnaire through a google form. The chi-square analysis was used to assess the significant differences.
Results: On average, school-aged children consumed six food groups a day. The three most consumed food groups were oil and fats, sweet and dark leafy vegetables, namely 51, 56, and 53 students respectively. There was a significant difference in the consumption of fresh meat and other fruits between urban and rural areas. Based on bivariate analysis, there was no significant difference in DDS within students’ characteristics. However, there was a better DDS trend within fathers’ occupation, mothers working status, and mothers’ knowledge level.
Conclusions: T