Pub Date : 2023-03-29DOI: 10.36457/gizindo.v46i1.836
Herlina Febrianti, Dessie Wanda, Efa Apriyanti
COVID-19 affects growth, development, and death. The objective of this article is to find out the growth and developmental status of children post-COVID-19. This systematic review uses the PICO search strategy through an online database. Obtained 11 articles based on inclusion criteria, reviewed using the Critical Appraisal Skills Programme tools to conclude. COVID-19 influences growth (obesity or overweight) and child development (a disorder of language, emotional, behavioral, and psychosocial development). The growth and development of children post-COVID-19 are influenced by sex, age, length of hospital stay, comorbidities, and illness severity. The stimulus for optimal growth and development in post-COVID-19 children can be provided through affection, stimulation, balanced nutrition with a variety of foods, hand washing with soap, adequate physical activity, and regular weight monitoring. Keywords: children, COVID-19, development, growth ABSTRAKCOVID-19 berpengaruh terhadap pertumbuhan, perkembangan, dan kematian. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui status pertumbuhan dan perkembangan anak pasca COVID-19. Systematic review ini menggunakan strategi pencarian PICO melalui database online. Diperoleh 11 artikel berdasarkan kriteria inklusif, review menggunakan Critical Appraisal Skills Programme tools hingga disimpulkan. Hasil menunjukkan COVID-19 memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan (obesitas, IMT (Indeks Massa Tubuh) berlebih) dan perkembangan anak (gangguan perkembangan bahasa, emosi, perilaku dan psikosial). Pertumbuhan dan perkembangan anak pasca COVID-19 dipengaruhi jenis kelamin, usia, lama rawat, komorbiditas dan tingkat keparahan. Stimulus untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal pada anak pasca COVID-19 dapat melalui pemberian kasih sayang, stimulasi, gizi seimbang dengan jenis makanan yang bervariasi, cuci tangan menggunakan sabun, aktivitas fisik yang cukup, dan pemantauan berat badan secara rutin.Kata kunci: anak, COVID-19, perkembangan, pertumbuhan
COVID-19影响生长、发育和死亡。本文的目的是了解covid -19后儿童的生长发育状况。本系统综述通过在线数据库使用PICO搜索策略。根据纳入标准获得11篇文章,使用关键评估技能计划工具进行审查,得出结论。COVID-19影响生长(肥胖或超重)和儿童发育(语言、情感、行为和社会心理发育障碍)。covid -19后儿童的生长发育受到性别、年龄、住院时间、合并症和疾病严重程度的影响。为促进covid -19后儿童的最佳生长和发育,可以通过关爱、刺激、用各种食物均衡营养、用肥皂洗手、适当的身体活动和定期监测体重来提供刺激。关键词:儿童,新冠肺炎,发育,生长Artikel ini bertujuan untuk mengetahui status pertumbuhan dan perkembangan anak pasca COVID-19。在孟古纳坎战略规划PICO数据库中进行系统评价。对11篇文章的批判性评价标准进行了分析,回顾了孟古纳坎批判性评价技能计划的工具。Hasil menunjukkan 2019 -19成员kan pengaruh terhadap pertumbuhan, IMT (Indeks Massa Tubuh) berlebih) dan perkembangan anak (gangguan perkembangan bahasa, emosi, peraku dan psikosial)。2019冠状病毒病新冠肺炎新冠肺炎新冠肺炎新冠肺炎新冠肺炎新冠肺炎新冠肺炎新冠肺炎新冠肺炎新冠肺炎新冠肺炎新冠肺炎刺激,刺激,刺激,刺激,刺激,刺激,刺激,刺激,刺激,刺激,刺激,刺激,刺激,刺激,刺激,刺激,刺激,刺激,刺激,刺激,刺激,刺激,刺激,刺激,刺激,刺激,刺激,刺激,刺激,刺激,刺激。Kata kunci: anak, COVID-19, perkembangan, pertumbuhan
{"title":"TINJAUAN LITERATUR SISTEMATIS: STATUS PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK PASCA COVID-19","authors":"Herlina Febrianti, Dessie Wanda, Efa Apriyanti","doi":"10.36457/gizindo.v46i1.836","DOIUrl":"https://doi.org/10.36457/gizindo.v46i1.836","url":null,"abstract":"COVID-19 affects growth, development, and death. The objective of this article is to find out the growth and developmental status of children post-COVID-19. This systematic review uses the PICO search strategy through an online database. Obtained 11 articles based on inclusion criteria, reviewed using the Critical Appraisal Skills Programme tools to conclude. COVID-19 influences growth (obesity or overweight) and child development (a disorder of language, emotional, behavioral, and psychosocial development). The growth and development of children post-COVID-19 are influenced by sex, age, length of hospital stay, comorbidities, and illness severity. The stimulus for optimal growth and development in post-COVID-19 children can be provided through affection, stimulation, balanced nutrition with a variety of foods, hand washing with soap, adequate physical activity, and regular weight monitoring. Keywords: children, COVID-19, development, growth ABSTRAKCOVID-19 berpengaruh terhadap pertumbuhan, perkembangan, dan kematian. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui status pertumbuhan dan perkembangan anak pasca COVID-19. Systematic review ini menggunakan strategi pencarian PICO melalui database online. Diperoleh 11 artikel berdasarkan kriteria inklusif, review menggunakan Critical Appraisal Skills Programme tools hingga disimpulkan. Hasil menunjukkan COVID-19 memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan (obesitas, IMT (Indeks Massa Tubuh) berlebih) dan perkembangan anak (gangguan perkembangan bahasa, emosi, perilaku dan psikosial). Pertumbuhan dan perkembangan anak pasca COVID-19 dipengaruhi jenis kelamin, usia, lama rawat, komorbiditas dan tingkat keparahan. Stimulus untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal pada anak pasca COVID-19 dapat melalui pemberian kasih sayang, stimulasi, gizi seimbang dengan jenis makanan yang bervariasi, cuci tangan menggunakan sabun, aktivitas fisik yang cukup, dan pemantauan berat badan secara rutin.Kata kunci: anak, COVID-19, perkembangan, pertumbuhan","PeriodicalId":32965,"journal":{"name":"Media Gizi Indonesia","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88563621","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-03-29DOI: 10.36457/gizindo.v46i1.761
Nida Nur Amalia, Fillah Fithra Dieny, Aryu Candra, Choirun Nissa
Santri is one of the adolescent age groups who are prone to problems with food intake and low quality of diet and become one of the factors causing nutritional problems in the next phase of life. Nutrition compliance for a student depends on food service management, and an indicator of a student’s food quality is needed. The purpose of this study was to analyze the correlations between food acceptance and diet quality in Islamic boarding school students. This study was observational with a cross-sectional design. This study was held in Askhabul Kahfi Islamic Boarding School Semarang and consisted of 69 subjects chosen by simple random sampling. Diet quality data was measured through the Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ) and Diet Quality Index - International (DQI-I), food acceptance data were collected using questionnaires and food waste forms. The data were analyzed by the Pearson correlation test. This study showed that 66 subjects (95,7%) had a low diet quality and only 4,3 percent of subjects have high nutrition knowledge. There was no correlation between food acceptance and diet quality (p=0.346), but the components of diet quality which is variation score indicated significant positive correlations with a variety of food menus (p=0.020) and significant negative correlations between food acceptance with overall balance score (p=0.030). There was no correlation between food acceptance with diet quality among Santri. The incompatibility of portion standards with dietary recommendations was the most influential factor in food acceptance and diet quality of santri.Keywords: food acceptance, diet quality, santri, nutrition knowledge ABSTRAK Santri merupakan kelompok usia remaja yang rentan mengalami masalah asupan makanan maupun rendahnya kualitas diet dan menjadi salah satu faktor penyebab masalah gizi pada fase kehidupan selanjutnya. Pemenuhan gizi pada santri sangat bergantung pada penyelenggaraan makanannya, sehingga diperlukan indikator mutu kualitas makanan yang diberikan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara daya terima makanan dengan kualitas diet pada santri. Penelitian observasional dengan desain cross sectional. Penelitian dilaksanakan di Pondok Pesantren Askhabul Kahfi Semarang dengan 69 subjek dipilih menggunakan metode simple random sampling. Data kualitas diet diukur menggunakan Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ) dan formulir Diet Quality Index – International (DQI-I), daya terima makanan dengan formulir sisa makanan dan kuesioner. Data dianalisis dengan uji korelasi Pearson. Hasil analisis menunjukkan 95,7% subjek memiliki kualitas diet rendah dan hanya 4,3 persen subjek yang memiliki pengetahuan gizi tinggi. Tidak ada hubungan signifikan antara daya terima makanan dengan kualitas diet (p=0,346) namun komponen kualitas diet yaitu skor variasi memiliki hubungan positif signifikan dengan variasi menu (p=0,020), dan skor keseimbangan keseluruhan memiliki hubungan negatif
Santri是青少年中容易出现食物摄入问题和饮食质量不高的年龄组之一,成为导致下一阶段生命营养问题的因素之一。学生的营养依从性取决于食品服务管理,需要一个学生食品质量的指标。摘要本研究旨在分析伊斯兰寄宿学校学生食物接受度与饮食品质的相关关系。本研究采用横断面设计观察性研究。本研究在阿斯哈布尔三宝垄Kahfi伊斯兰寄宿学校进行,采用简单随机抽样的方法选取了69名受试者。饮食质量数据通过半定量食物频率问卷(sqq - ffq)和国际饮食质量指数(DQI-I)进行测量,食物接受数据采用问卷调查和食物浪费表收集。采用Pearson相关检验对数据进行分析。本研究显示,66名受试者(95.5%)的饮食质量较低,只有4.3%的受试者具有较高的营养知识。食物接受度与饮食质量之间不存在相关性(p=0.346),但饮食质量的组成部分变异得分与各种菜单呈显著正相关(p=0.020),食物接受度与总体平衡得分呈显著负相关(p=0.030)。桑特里人的食物接受度与饮食质量之间没有相关性。份量标准与膳食建议的不一致性是影响三农饮食接受度和饮食质量的最主要因素。【关键词】食物接受度,饮食质量,营养知识【关键词】食物接受度,饮食质量,营养知识】【关键词】食物接受度,饮食质量,营养知识】【关键词】食物接受度,饮食质量,营养知识penenuhan gizi pada santri sangat bergantung pada penyelenggaraan makanannya, sehinga diperlukan指标mutu kualitas makanan yang diberikan。图juan penelitian ini untuk menganalis hubungan antara daya terima makanan dengan kualitas diet pada santri。Penelitian观测登干设计截面。Penelitian dilaksanakan di Pondok Pesantren askhabfi Semarang dengan 69名受试者dipilih menggunakan方法简单随机抽样。数据库利塔斯饮食饮食频率半定量问卷(SQ-FFQ)丹配方饮食质量指数-国际(DQI-I),达亚terima makanan邓根配方饮食质量指数(DQI-I)。数据分析。哈西尔分析:menunjukkan 95,7%受试者为健脾健脾,饮食健脾健脾,3 %受试者为健脾健脾健脾。田鼠饮食对田鼠饮食有显著性(p=0,346),田鼠饮食对田鼠饮食有显著性(p=0,020),田鼠饮食对田鼠饮食有显著性(p=0,030)。我的饮食习惯,我的饮食习惯,我的饮食习惯,我的饮食习惯。ketidakssuan标准porsi dengan推荐kebutuhan。Kata kunci:大雅terima makanan,高丽塔饮食,三叉戟,鹏格塔环四叉戟
{"title":"HUBUNGAN DAYA TERIMA MAKANAN DENGAN KUALITAS DIET PADA SANTRI","authors":"Nida Nur Amalia, Fillah Fithra Dieny, Aryu Candra, Choirun Nissa","doi":"10.36457/gizindo.v46i1.761","DOIUrl":"https://doi.org/10.36457/gizindo.v46i1.761","url":null,"abstract":"Santri is one of the adolescent age groups who are prone to problems with food intake and low quality of diet and become one of the factors causing nutritional problems in the next phase of life. Nutrition compliance for a student depends on food service management, and an indicator of a student’s food quality is needed. The purpose of this study was to analyze the correlations between food acceptance and diet quality in Islamic boarding school students. This study was observational with a cross-sectional design. This study was held in Askhabul Kahfi Islamic Boarding School Semarang and consisted of 69 subjects chosen by simple random sampling. Diet quality data was measured through the Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ) and Diet Quality Index - International (DQI-I), food acceptance data were collected using questionnaires and food waste forms. The data were analyzed by the Pearson correlation test. This study showed that 66 subjects (95,7%) had a low diet quality and only 4,3 percent of subjects have high nutrition knowledge. There was no correlation between food acceptance and diet quality (p=0.346), but the components of diet quality which is variation score indicated significant positive correlations with a variety of food menus (p=0.020) and significant negative correlations between food acceptance with overall balance score (p=0.030). There was no correlation between food acceptance with diet quality among Santri. The incompatibility of portion standards with dietary recommendations was the most influential factor in food acceptance and diet quality of santri.Keywords: food acceptance, diet quality, santri, nutrition knowledge ABSTRAK Santri merupakan kelompok usia remaja yang rentan mengalami masalah asupan makanan maupun rendahnya kualitas diet dan menjadi salah satu faktor penyebab masalah gizi pada fase kehidupan selanjutnya. Pemenuhan gizi pada santri sangat bergantung pada penyelenggaraan makanannya, sehingga diperlukan indikator mutu kualitas makanan yang diberikan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara daya terima makanan dengan kualitas diet pada santri. Penelitian observasional dengan desain cross sectional. Penelitian dilaksanakan di Pondok Pesantren Askhabul Kahfi Semarang dengan 69 subjek dipilih menggunakan metode simple random sampling. Data kualitas diet diukur menggunakan Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ) dan formulir Diet Quality Index – International (DQI-I), daya terima makanan dengan formulir sisa makanan dan kuesioner. Data dianalisis dengan uji korelasi Pearson. Hasil analisis menunjukkan 95,7% subjek memiliki kualitas diet rendah dan hanya 4,3 persen subjek yang memiliki pengetahuan gizi tinggi. Tidak ada hubungan signifikan antara daya terima makanan dengan kualitas diet (p=0,346) namun komponen kualitas diet yaitu skor variasi memiliki hubungan positif signifikan dengan variasi menu (p=0,020), dan skor keseimbangan keseluruhan memiliki hubungan negatif ","PeriodicalId":32965,"journal":{"name":"Media Gizi Indonesia","volume":"23 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90392383","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-03-29DOI: 10.36457/gizindo.v46i1.694
Novriani Tarigan, R. Simanjuntak, Olwin Nainggolan
Low birth weight (LBW) is one of the health problems that cause long-term and short-term consequences to a child, mainly due to maternal age, which is determined by very young or old maternal age. This study aims to determine maternal age's effect on LBW in a larger population while controlling for factors such as maternal education and occupation, residence area, socioeconomic status, iron consumption during pregnancy, Maternal and Child Health (MCH) book, gestational age, and ANC K4. The data for this study were obtained from the Basic Health Research 2018, and the unit of analysis was mothers with children under the age of five. A risk factor model approach was adopted to determine the association between maternal age variables and the incidence of LBW using multiple logistic regression with complex samples. The risk of LBW for mothers aged 20 or 35 years compared to mothers aged 21-34 years was 1.342 (95%CI:1.165-1.546). The final model equation included confounding variables such as socioeconomic status, MCH card ownership, gestational age, complete ANC, and CED in mothers. As a result, thus very young or old women were also at risk of having LBW children. The final multivariate analysis showed that maternal age at delivery had a highly significant association with LBW in Indonesia. This makes it necessary to educate pregnant women in particular and all levels of society to minimize the risk of LBW by preventing early marriage or delivering a baby at a very old age. Keywords: LBW, maternal age, Riskesdas, Indonesia ABSTRAK Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu masalah kesehatan yang menyebabkan konsekuensi jangka panjang dan jangka pendek pada seorang anak, terutama karena usia ibu, yang ditentukan oleh usia ibu yang sangat muda atau tua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh usia ibu terhadap BBLR pada tingkat populasi yang lebih besar dan dikendalikan untuk beberapa karakteristik seperti pendidikan dan pekerjaan ibu, pendidikan dan pekerjaan ayah, daerah tempat tinggal, status sosial ekonomi, konsumsi zat besi selama kehamilan, kepemilikan buku KIA, usia kehamilan, dan ANC K4. Data yang digunakan diperoleh dari Riset Kesehatan Dasar 2018, dan unit analisisnya adalah ibu yang memiliki anak di bawah usia 5 tahun. Pendekatan model faktor risiko diadopsi untuk menentukan hubungan antara variabel usia ibu dan kejadian BBLR menggunakan regresi logistik berganda dengan kompleks sampel. Besarnya risiko ibu usia 20 atau 35 tahun untuk kejadian BBLR dibandingkan dengan usia ibu 21-34 tahun adalah 1,342 (95%CI: 1,165-1,546). Variabel perancu yang dimasukkan dalam persamaan model akhir adalah status sosial ekonomi, kepemilikan buku KIA, usia kehamilan, ANC lengkap, dan KEK pada ibu dengan demikian wanita usia sangat muda atau tua juga berisiko memiliki anak dengan BBLR. Hasil akhir analisis multivariat menunjukkan bahwa usia ibu saat melahirkan memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan kejadian BBLR di Indonesia. Hal
低出生体重(LBW)是对儿童造成长期和短期后果的健康问题之一,主要是由于母亲年龄,这是由非常年轻或年老的母亲年龄决定的。本研究旨在确定在更大的人群中,母亲年龄对LBW的影响,同时控制了母亲的教育和职业、居住地、社会经济地位、孕期铁摄入量、妇幼保健(MCH)书、胎龄和ANC K4等因素。本研究的数据来自《2018年基础健康研究》,分析单位是有5岁以下孩子的母亲。采用危险因素模型方法,采用复样本多元logistic回归确定产妇年龄变量与LBW发生率的关系。与21-34岁的母亲相比,20岁或35岁的母亲患LBW的风险为1.342 (95%CI:1.165-1.546)。最终的模型方程包括社会经济地位、MCH卡所有权、胎龄、完全ANC和母亲的CED等混杂变量。因此,非常年轻或年老的妇女也有生下低体重儿童的风险。最后的多变量分析显示,印度尼西亚产妇分娩年龄与低体重有高度显著的关联。因此,有必要教育特别是孕妇和社会各阶层的妇女,通过防止早婚或高龄分娩来最大限度地减少低生育风险。摘要/ abstract摘要/ abstract摘要/ abstract摘要/ abstract摘要/ abstract摘要/ abstract摘要/ abstract摘要/ abstractPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh usia ibu terhadap BBLR pada tingkat populasi yang lebih besar dan dikendalikan untuk beberakteristik seperti pendidikan dan pekerjaan ayah, daerah tempat tinggal, status社会经济学,konsumsi zat besi selama kehamilan, kepemilikan buku KIA, usia kehamilan, dan ANC K4。数据yang digunakan diperoleh dari Riset Kesehatan Dasar 2018,数据单位分析,yang memoriliki anak di bawah usia 5月1日。Pendekatan模型因子对风险的影响采用了untuk menentukan hubungan antara变量分析,但在kejadan BBLR, menggunakan回归logistic, berganda dengan kompleks样本。Besarnya visiko ibu usia 20 atau 35 tahun untuk kejadir dibandingkan dengan usia ibu 21-34 tahun adalah 1,342 (95%CI: 1,165-1,546)。变量perancu yang dimasukkan dalam persamaan模型akhir adalan状态社会经济学,kepemilikan buku KIA, usia kehamilan, ANC lengkap, dan KEK pada ibuman demmikian wanita usat muda atau tua juga berisiko memiliki anak dengan BBLR。多变量menunjukkan bahwa usia分析、melahirkan memoriliki hubungan yang sangat signikan dengan kejadian BBLR印度尼西亚。halini成员perlu adanya edukasi bagi ibu hamil khususnya dan semua lapisan masyarakat untuk最小的malkan visi BBLR dengan menegah pernikahan dini atau melahirkan seorang bayi di usia yang sangat tua。Kata kunci: BBLR, usia ibu, Riskesdas,印度尼西亚
{"title":"MATERNAL AGE AT BIRTH AND LOW BIRTH WEIGHT (LBW) IN INDONESIA (ANALYSIS OF RISKESDAS 2018)","authors":"Novriani Tarigan, R. Simanjuntak, Olwin Nainggolan","doi":"10.36457/gizindo.v46i1.694","DOIUrl":"https://doi.org/10.36457/gizindo.v46i1.694","url":null,"abstract":"Low birth weight (LBW) is one of the health problems that cause long-term and short-term consequences to a child, mainly due to maternal age, which is determined by very young or old maternal age. This study aims to determine maternal age's effect on LBW in a larger population while controlling for factors such as maternal education and occupation, residence area, socioeconomic status, iron consumption during pregnancy, Maternal and Child Health (MCH) book, gestational age, and ANC K4. The data for this study were obtained from the Basic Health Research 2018, and the unit of analysis was mothers with children under the age of five. A risk factor model approach was adopted to determine the association between maternal age variables and the incidence of LBW using multiple logistic regression with complex samples. The risk of LBW for mothers aged 20 or 35 years compared to mothers aged 21-34 years was 1.342 (95%CI:1.165-1.546). The final model equation included confounding variables such as socioeconomic status, MCH card ownership, gestational age, complete ANC, and CED in mothers. As a result, thus very young or old women were also at risk of having LBW children. The final multivariate analysis showed that maternal age at delivery had a highly significant association with LBW in Indonesia. This makes it necessary to educate pregnant women in particular and all levels of society to minimize the risk of LBW by preventing early marriage or delivering a baby at a very old age. Keywords: LBW, maternal age, Riskesdas, Indonesia ABSTRAK Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu masalah kesehatan yang menyebabkan konsekuensi jangka panjang dan jangka pendek pada seorang anak, terutama karena usia ibu, yang ditentukan oleh usia ibu yang sangat muda atau tua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh usia ibu terhadap BBLR pada tingkat populasi yang lebih besar dan dikendalikan untuk beberapa karakteristik seperti pendidikan dan pekerjaan ibu, pendidikan dan pekerjaan ayah, daerah tempat tinggal, status sosial ekonomi, konsumsi zat besi selama kehamilan, kepemilikan buku KIA, usia kehamilan, dan ANC K4. Data yang digunakan diperoleh dari Riset Kesehatan Dasar 2018, dan unit analisisnya adalah ibu yang memiliki anak di bawah usia 5 tahun. Pendekatan model faktor risiko diadopsi untuk menentukan hubungan antara variabel usia ibu dan kejadian BBLR menggunakan regresi logistik berganda dengan kompleks sampel. Besarnya risiko ibu usia 20 atau 35 tahun untuk kejadian BBLR dibandingkan dengan usia ibu 21-34 tahun adalah 1,342 (95%CI: 1,165-1,546). Variabel perancu yang dimasukkan dalam persamaan model akhir adalah status sosial ekonomi, kepemilikan buku KIA, usia kehamilan, ANC lengkap, dan KEK pada ibu dengan demikian wanita usia sangat muda atau tua juga berisiko memiliki anak dengan BBLR. Hasil akhir analisis multivariat menunjukkan bahwa usia ibu saat melahirkan memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan kejadian BBLR di Indonesia. Hal","PeriodicalId":32965,"journal":{"name":"Media Gizi Indonesia","volume":"19 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83704584","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-03-29DOI: 10.36457/gizindo.v46i1.765
Alfian Abdul Rajab, Adi Magna Patriadi Nuhriawangsa, Setyowati Rahardjo
The prevalence of people with diabetes mellitus type 2 (DMT2) with dyslipidemia complications continues to increase. Hyperglycemia that occurs in DMT2 patients can cause oxidative stress that disrupts lipid metabolism. Combination of kelor and mengkudu powder has the potential to help lower blood glucose in T2DM with dyslipidemia because it contains flavonoids that can prevent oxidative stress and fiber that can slow the absorption of blood glucose. This study aims to determine the effect of giving a combination of kelor and mengkudu powder on changes in GDP levels in T2DM with dyslipidemia. This type of research is true-experimental with pretest-posttest with control group design. This study used 30 male Wistar rats aged 2-3 months, weighing 150-250 grams. The rats were divided into 6 groups, KN normal conditioned rats, K- T2DM rats without treatment, K+ T2DM rats given the drug atorvastatin and groups P1, P2, P3, T2DM rats given a combination powder of 600 mg/200 gBB /day in the ratio of P1 (0.5: 1.5), P2 (1: 1) and P3 (1.5: 0.5) for 14 days. GDP levels were examined using the GOD-PAP method, data analysis using the Wilcoxon test. After 14 days of intervention, the P2 group experienced the highest decrease in GDP levels of 176.20 ± 20.25 mg/dL (p=0.043) while in the control group there was no significant difference (p=0.416). Giving combination powder has an effect in reducing GDP levels. Combination powder can be considered to reduce glucose levels.Keywords: diabetes, GDP, kelor, mengkudu, powder ABSTRAK Prevelansi penyandang diabetes melitus tipe 2 (DMT2) dengan komplikasi dislipidemia terus mengalami peningkatan. Hiperglikemia yang terjadi pada pasien DMT2 dapat menimbulkan stress oksidatif sehingga mengganggu metabolisme lipid. Bubuk kombinasi kelor dan mengkudu berpotensi membantu menurunkan glukosa darah pada DMT2 dislipidemia karena mengandung flavonoid yang dapat mencegah stres oksidatif dan serat yang dapat memperlambat penyerapan glukosa darah. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian bubuk kombinasi kelor dan mengkudu terhadap perubahan kadar GDP pada DMT2 dislipidemia. Jenis penelitian ini adalah true-experimental dengan pretest-posttest with co ntrol group design. Penelitian ini menggunakan 30 ekor tikus jantan Wistar usia 2-3 bulan dengan berat 150-250 gram. Tikus dibagi menjadi 6 kelompok yaitu KN tikus dikondisikan normal, K- tikus DMT2 tanpa perlakuan, K+ tikus DMT2 yang diberi obat atorvastatin dan kelompok P1, P2, P3 yaitu tikus DMT2 yang diberi bubuk kombinasi sebanyak 600 mg/200 gBB/Hari dengan perbandingan P1 (0,5:1,5), P2 (1:1) dan P3 (1,5:0,5) selama 14 hari. Kadar GDP diperiksa dengan metode GOD-PAP, analisis data menggunakan uji Wilcoxon. Setelah 14 hari intervensi kelompok P2 mengalami penurunan kadar GDP paling tinggi 176,20 ± 20,25 mg/dL (p=0,043) sedangkan pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p=0,416). Pemberian bubuk kombinasi berpengaruh dalam menurunkan kadar GDP.
伴有血脂异常并发症的2型糖尿病(DMT2)患者的患病率持续增加。DMT2患者发生的高血糖可引起氧化应激,破坏脂质代谢。kelor和mengkudu粉的组合有可能帮助降低伴有血脂异常的2型糖尿病患者的血糖,因为它含有可以防止氧化应激的类黄酮和可以减缓血糖吸收的纤维。本研究旨在确定克乐和蒙骨都散联合用药对2型糖尿病合并血脂异常患者GDP水平变化的影响。这种类型的研究是真正的实验前测后测与对照组设计。本研究选用30只2-3月龄雄性Wistar大鼠,体重150-250克。将大鼠分为6组,KN正常状态大鼠、未治疗的K- T2DM大鼠、K+ T2DM大鼠给予阿托伐他汀治疗,P1、P2、P3组,T2DM大鼠按P1(0.5: 1.5)、P2(1:1)、P3(1.5: 0.5)的比例给予600 mg/200 gBB /d的复方粉治疗,连续14 d。GDP水平采用GOD-PAP方法进行检验,数据分析采用Wilcoxon检验。干预14天后,P2组GDP下降幅度最大,为176.20±20.25 mg/dL (p=0.043),而对照组差异无统计学意义(p=0.416)。给组合粉有降低GDP水平的效果。复方粉可以考虑降低血糖水平。关键词:糖尿病,GDP, kelor,孟苦都,散。高脂血症杨氏症患者DMT2基因与脑膜应激对血脂代谢的影响。bububuk kombinasi kelor dan mengkudu berpotensi menmenuunkan menuunkan glukosa darah DMT2低脂症karena mengandung类黄酮yang dapat menegah应激,对糖尿病的影响。Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian bubuk kombinasi kelor dan mengkudu terhadap perubahan kadar GDP paddmt2低脂症。采用对照组设计,对实验结果进行前测后测。Penelitian ini menggunakan 30 ekor tikus jantan Wistar usia 2-3 bulan dengan berat 150-250克。Tikus dibagi menjadi 6 kelompok yitu KN Tikus dikondisikan normal, K- Tikus DMT2 tanpa perlakuan, K+ Tikus DMT2 yang diberi obat阿托伐他汀dan kelompok P1, P2, P3 yitu Tikus DMT2 yang diberi bubuk kombinasi sebanyak 600 mg/200 gBB/Hari dengan perbandingan P1 (0,5:1,5), P2 (1:1) dan P3 (1,5:0,5) selama 14 Hari。卡达尔国内生产总值(GDP)增长趋势采用GOD-PAP方法,分析数据为孟古纳坎uji Wilcoxon。Setelah 14 hari intervensi kelompok P2 mengalami penurunan kadar GDP paltinggi 17,20±20,25 mg/dL (p=0,043) sedangkan padkelompok control tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p=0,416)。Pemberian bubuk kombinasi berpengaruh dalam menurunkan kadar GDPBubuk kombinasi dapat dipertimbangkan untuk menurunkan kadar glukosa。Kata kunci: bubuk,糖尿病,GDP, kelor, mengkudu
{"title":"EFEK KOMBINASI BUBUK MENGKUDU DAN KELOR TERHADAP GLUKOSA DARAH PUASA TIKUS DMT2 DISLIPIDEMIA","authors":"Alfian Abdul Rajab, Adi Magna Patriadi Nuhriawangsa, Setyowati Rahardjo","doi":"10.36457/gizindo.v46i1.765","DOIUrl":"https://doi.org/10.36457/gizindo.v46i1.765","url":null,"abstract":"The prevalence of people with diabetes mellitus type 2 (DMT2) with dyslipidemia complications continues to increase. Hyperglycemia that occurs in DMT2 patients can cause oxidative stress that disrupts lipid metabolism. Combination of kelor and mengkudu powder has the potential to help lower blood glucose in T2DM with dyslipidemia because it contains flavonoids that can prevent oxidative stress and fiber that can slow the absorption of blood glucose. This study aims to determine the effect of giving a combination of kelor and mengkudu powder on changes in GDP levels in T2DM with dyslipidemia. This type of research is true-experimental with pretest-posttest with control group design. This study used 30 male Wistar rats aged 2-3 months, weighing 150-250 grams. The rats were divided into 6 groups, KN normal conditioned rats, K- T2DM rats without treatment, K+ T2DM rats given the drug atorvastatin and groups P1, P2, P3, T2DM rats given a combination powder of 600 mg/200 gBB /day in the ratio of P1 (0.5: 1.5), P2 (1: 1) and P3 (1.5: 0.5) for 14 days. GDP levels were examined using the GOD-PAP method, data analysis using the Wilcoxon test. After 14 days of intervention, the P2 group experienced the highest decrease in GDP levels of 176.20 ± 20.25 mg/dL (p=0.043) while in the control group there was no significant difference (p=0.416). Giving combination powder has an effect in reducing GDP levels. Combination powder can be considered to reduce glucose levels.Keywords: diabetes, GDP, kelor, mengkudu, powder ABSTRAK Prevelansi penyandang diabetes melitus tipe 2 (DMT2) dengan komplikasi dislipidemia terus mengalami peningkatan. Hiperglikemia yang terjadi pada pasien DMT2 dapat menimbulkan stress oksidatif sehingga mengganggu metabolisme lipid. Bubuk kombinasi kelor dan mengkudu berpotensi membantu menurunkan glukosa darah pada DMT2 dislipidemia karena mengandung flavonoid yang dapat mencegah stres oksidatif dan serat yang dapat memperlambat penyerapan glukosa darah. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian bubuk kombinasi kelor dan mengkudu terhadap perubahan kadar GDP pada DMT2 dislipidemia. Jenis penelitian ini adalah true-experimental dengan pretest-posttest with co ntrol group design. Penelitian ini menggunakan 30 ekor tikus jantan Wistar usia 2-3 bulan dengan berat 150-250 gram. Tikus dibagi menjadi 6 kelompok yaitu KN tikus dikondisikan normal, K- tikus DMT2 tanpa perlakuan, K+ tikus DMT2 yang diberi obat atorvastatin dan kelompok P1, P2, P3 yaitu tikus DMT2 yang diberi bubuk kombinasi sebanyak 600 mg/200 gBB/Hari dengan perbandingan P1 (0,5:1,5), P2 (1:1) dan P3 (1,5:0,5) selama 14 hari. Kadar GDP diperiksa dengan metode GOD-PAP, analisis data menggunakan uji Wilcoxon. Setelah 14 hari intervensi kelompok P2 mengalami penurunan kadar GDP paling tinggi 176,20 ± 20,25 mg/dL (p=0,043) sedangkan pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p=0,416). Pemberian bubuk kombinasi berpengaruh dalam menurunkan kadar GDP. ","PeriodicalId":32965,"journal":{"name":"Media Gizi Indonesia","volume":"7 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90426652","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-03-29DOI: 10.36457/gizindo.v46i1.723
Dwi Budiningsari, Firma Syahrian, Susetyowati Susetyowati, Retno Pangastuti
Monitoring the patient's food intake is important to ensure the patient's food intake meets the required nutritional intake. However, patients’ meal plates often have been cleared before dietitians have opportunity to measure patients’ plate wastes. This study aimed to compare Digital Dietary Assessment Tool (DDAT) and the current method (Comstock) with food weighing in Dr. Sardjito Hospital Yogyakarta. A total of 144 patients’ meal plates of breakfast and lunch were observed by dietitians in this cross-over intervention study design. Nutrient intakes and duration in measuring food intakes were analyzed by Paired t-test. Dietitians’ satisfaction was collected by questionnaire and analyzed using Mann-Whitney. There were no statistical differences in measuring nutrient intake between DDAT and food weighing (331.8±128.9 VS 332.6 ±131.3 kcal energy; 15.7±5.4 VS 15.2±5.7g protein; p0.05). The duration in measuring food intakes with DDAT was shorter than Comstock (38.5±16.4 VS 355.6± 38.9 seconds; p=0.000). The satisfaction of dietitians in measuring food intakes was significantly higher for DDAT than for Comstock (p=0.000). DDAT is a valid method for measuring nutrient intakes among hospitalized patients. DDAT has a shorter duration of measurement and higher satisfaction in measuring food intakes than Comstock. The DDAT method has the potential to be applied in hospitals.Keywords: digital photo method, patient's food intake, plate waste, satisfaction ABSTRAK Pencatatan terhadap asupan makanan pasien adalah penting untuk memastikan asupan makanan pasien memenuhi asupan gizi. Namun alat makanan pasien seringkali sudah dibersihkan sebelum nutrisionis/dietisien sempat mengamati sisa makanan tersebut. Penelitian validasi metode foto digital yang telah dilakukan sebelumnya menemukan bahwa metode ini berhubungan signifikan dengan metode penimbangan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan metode foto digital/Digital Dietary Assessment Tool (DDAT) dengan metode Comstock dalam pemantauan asupan makanan pasien di RS Dr. Sardjito Yogyakarta, menggunakan metode penimbangan sebagai standar emas. Sebanyak 144 sisa makanan dari sarapan dan makan siang pasien diamati oleh nutrisionis/dietisien dalam penelitian dengan desain cross over intervention ini. Perbandingan asupan gizi dan durasi waktu yang dibutuhkan dalam melengkapi pencatatan di antara kedua metode dianalisis menggunakan Paired t-test. Perbandingan kepuasan pengguna antara kedua metode dianalisis dengan Mann-Whitney test. Berdasarkan hasil analisis antara metode DDAT dengan baku emas penimbangan, tidak ada perbedaan signifikan asupan gizi (331.8±128.9 VS 332.6 ±131.3 kkal energi; 15.7±5.4 VS 15.2±5.7 g protein; p0.05). Durasi waktu yang dibutuhkan lebih singkat secara signifikan menggunakan metode DDAT dibandingkan dengan metode Comstock (38.17±15.6 VS 358.7± 39.1 detik; p=0.000). Kepuasan nutrisionis/dietisien dalam mencatat asupan makanan pasien lebih tinggi saat menggunakan metode DDAT dibandingk
监测患者的食物摄入量是重要的,以确保患者的食物摄入量符合所需的营养摄入量。然而,在营养师有机会测量病人的餐盘浪费之前,病人的餐盘通常已经被清理干净了。本研究旨在比较数字饮食评估工具(DDAT)和当前方法(Comstock)与日惹Sardjito医生医院的食物称重。在这项交叉干预研究设计中,营养师共观察了144名患者的早餐和午餐餐盘。采用配对t检验分析营养素摄入量和测量食物摄入量的持续时间。采用问卷调查法收集营养师满意度,采用Mann-Whitney法进行分析。DDAT和食物称重在测量营养摄入方面无统计学差异(331.8±128.9 VS 332.6±131.3千卡能量);15.7±5.4 VS 15.2±5.7g蛋白;p0.05)。DDAT测量食物摄入量的持续时间比Comstock(38.5±16.4 VS 355.6±38.9)短;p = 0.000)。营养师对DDAT测量食物摄入量的满意度显著高于Comstock (p=0.000)。DDAT是测定住院病人营养摄入的有效方法。与Comstock相比,DDAT的测量时间更短,测量食物摄入量的满意度更高。该方法具有在医院应用的潜力。关键词:数码照片法,患者摄食量,餐盘浪费,满意度Namun alat makanan pasen seringkali sudah dibersihkan sebelum nutrition / dietisisien sempat mengamati sisa makanan terseet。penpenbangan的翻译结果:penpenbangan的翻译结果:penpenbangan的翻译结果:Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan方法photo to digital/ digital Dietary Assessment Tool (dat) dengan方法Comstock dalam pemantauan asupan makanan pasien di RS Dr. Sardjito Yogyakarta, menggunakan方法penimbangan sebagai标准emas。[4] [5] [4] [3] [3] [3] [3] [3] [3] [3] [3] [4] [3] [4] [4] [4] [4]配对t-检验(p < 0.05)。方法分析:邓根曼-惠特尼检验。Berdasarkan hasil分析的antara方法DDAT dengan baku emas penimbangan, tidak ada perbedaan和显著性asupan gizi(331.8±128.9 VS 332.6±131.3 kkal能量;15.7±5.4 VS 15.2±5.7 g蛋白;p0.05)。分别为38.17±15.6 VS 358.7±39.1;p = 0.000)。克普三营养/营养营养指标与孟古那甘方法、孟古那甘方法、孟古那甘方法、孟古那甘方法、孟古那甘方法、孟古那甘方法比较(p= 0.00)。方法DDAT是一种潜在的数据处理方法。Kata kunci:摄影数码,asupan makanan pasen, sisa makanan, kepuasan
{"title":"EVALUASI PENGGUNAAN METODE FOTO DIGITAL UNTUK PEMANTAUAN ASUPAN MAKANAN PASIEN DI RUMAH SAKIT","authors":"Dwi Budiningsari, Firma Syahrian, Susetyowati Susetyowati, Retno Pangastuti","doi":"10.36457/gizindo.v46i1.723","DOIUrl":"https://doi.org/10.36457/gizindo.v46i1.723","url":null,"abstract":"Monitoring the patient's food intake is important to ensure the patient's food intake meets the required nutritional intake. However, patients’ meal plates often have been cleared before dietitians have opportunity to measure patients’ plate wastes. This study aimed to compare Digital Dietary Assessment Tool (DDAT) and the current method (Comstock) with food weighing in Dr. Sardjito Hospital Yogyakarta. A total of 144 patients’ meal plates of breakfast and lunch were observed by dietitians in this cross-over intervention study design. Nutrient intakes and duration in measuring food intakes were analyzed by Paired t-test. Dietitians’ satisfaction was collected by questionnaire and analyzed using Mann-Whitney. There were no statistical differences in measuring nutrient intake between DDAT and food weighing (331.8±128.9 VS 332.6 ±131.3 kcal energy; 15.7±5.4 VS 15.2±5.7g protein; p0.05). The duration in measuring food intakes with DDAT was shorter than Comstock (38.5±16.4 VS 355.6± 38.9 seconds; p=0.000). The satisfaction of dietitians in measuring food intakes was significantly higher for DDAT than for Comstock (p=0.000). DDAT is a valid method for measuring nutrient intakes among hospitalized patients. DDAT has a shorter duration of measurement and higher satisfaction in measuring food intakes than Comstock. The DDAT method has the potential to be applied in hospitals.Keywords: digital photo method, patient's food intake, plate waste, satisfaction ABSTRAK Pencatatan terhadap asupan makanan pasien adalah penting untuk memastikan asupan makanan pasien memenuhi asupan gizi. Namun alat makanan pasien seringkali sudah dibersihkan sebelum nutrisionis/dietisien sempat mengamati sisa makanan tersebut. Penelitian validasi metode foto digital yang telah dilakukan sebelumnya menemukan bahwa metode ini berhubungan signifikan dengan metode penimbangan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan metode foto digital/Digital Dietary Assessment Tool (DDAT) dengan metode Comstock dalam pemantauan asupan makanan pasien di RS Dr. Sardjito Yogyakarta, menggunakan metode penimbangan sebagai standar emas. Sebanyak 144 sisa makanan dari sarapan dan makan siang pasien diamati oleh nutrisionis/dietisien dalam penelitian dengan desain cross over intervention ini. Perbandingan asupan gizi dan durasi waktu yang dibutuhkan dalam melengkapi pencatatan di antara kedua metode dianalisis menggunakan Paired t-test. Perbandingan kepuasan pengguna antara kedua metode dianalisis dengan Mann-Whitney test. Berdasarkan hasil analisis antara metode DDAT dengan baku emas penimbangan, tidak ada perbedaan signifikan asupan gizi (331.8±128.9 VS 332.6 ±131.3 kkal energi; 15.7±5.4 VS 15.2±5.7 g protein; p0.05). Durasi waktu yang dibutuhkan lebih singkat secara signifikan menggunakan metode DDAT dibandingkan dengan metode Comstock (38.17±15.6 VS 358.7± 39.1 detik; p=0.000). Kepuasan nutrisionis/dietisien dalam mencatat asupan makanan pasien lebih tinggi saat menggunakan metode DDAT dibandingk","PeriodicalId":32965,"journal":{"name":"Media Gizi Indonesia","volume":"37 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"85334456","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-03-29DOI: 10.36457/gizindo.v46i1.756
B. Sundari, Angga Rizqiawan, Wita Rizki Amelia, Astrine Permata Leoni, A. Syauqy, P. W. Laksmi, A. Wijayanti, Lora Sri Nofi
Malnutrition is a major problem among hospitalized patients. Nutritional problems can be influenced by an imbalance between the intake of macronutrients consumed, and a decrease in functional status among hospitalized patients. This study was conducted to analyze the relationship between functional status and food intake of macronutrients with the nutritional status of internal disease patients. This study used an observational design, with a cross-sectional approach. The sampling technique used was Consecutive Sampling with the number of respondents being 74 internal disease patients who were hospitalized at the RSCM. Functional status data were collected using the Barthel Index and macronutrient intake by interview using the Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaire, and nutritional status using weight and height measurements was calculated using the BMI formula. The statistical analysis used is the Chi-Square test. There are 45.9 percent of respondents have poor nutritional status. The bivariate results showed that there was no significant relationship between functional status (p=0.950) and nutritional status and there was a significant relationship between energy intake (p=0.000), protein (p=0.000), fat (p=0.001), carbohydrates (p=0.001), with the nutritional status of internal disease patients. It can be concluded that there is a relationship between the intake of macronutrients, namely energy, carbohydrates, protein, fat, and the nutritional status of internal medicine patients at RSCM.Keywords: functional status, macronutrient intake, nutritional status ABSTRAK Malnutrisi merupakan masalah utama yang sering terjadi pada pasien di rumah sakit. Masalah gizi yang terjadi dapat dipengaruhi oleh ketidakseimbangan antara asupan zat gizi makro yang dikonsumsi, dan terjadi penurunan status fungsional pada pasien rawat inap. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan antara status fungsional dan asupan zat gizi makro dengan status gizi pasien penyakit dalam. Penelitian ini mengunakan desain observasional, dengan pendekatan cross-sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan Consecutive Sampling dengan jumlah responden 74 pasien penyakit dalam yang dirawat inap di RSCM. Pengumpulan data status fungsional menggunakan Barthel Index dan asupan zat gizi makro dengan wawancara menggunakan Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaire, dan status gizi menggunakan pengukuran berat badan dan tinggi badan dihitung dengan rumus IMT. Analisis statistik yang digunakan adalah uji Chi-Square. Terdapat 45,9 persen responden memiliki status gizi kurang. Dari hasil bivariat menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan antara status fungsional (p=0,950) dengan status gizi dan terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi (p=0,000), protein (p=0,000), lemak (p=0,001), karbohidrat (p=0,001), dengan status gizi pasien penyakit dalam. Dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan antara asupan zat gizi makro yaitu energi, karbohidrat, protein, le
营养不良是住院病人的一个主要问题。营养问题可能受到大量营养素摄入不平衡和住院患者功能状态下降的影响。本研究旨在分析内源性疾病患者的功能状态、宏量营养素摄取量与营养状况的关系。本研究采用观察性设计,采用横断面方法。抽样方法为连续抽样,调查对象为74名在RSCM住院的内科疾病患者。采用Barthel指数收集功能状态数据,采用半定量食物频率问卷(Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaire)访谈方式收集常量营养素摄入量,采用BMI公式计算体重和身高的营养状况。使用的统计分析是卡方检验。45.9%的受访者营养状况不佳。双变量结果显示,功能状态(p=0.950)与营养状况无显著相关,而能量摄入(p=0.000)、蛋白质(p=0.000)、脂肪(p=0.001)、碳水化合物(p=0.001)与内科疾病患者的营养状况有显著相关。综上所述,能量、碳水化合物、蛋白质、脂肪等宏量营养素的摄入与RSCM内科患者的营养状况存在一定的关系。关键词:功能状态;常量营养素摄入;营养状况Penelitian ini dilakukan untuk menganalis hubungan antara状态,状态,状态,状态,状态,状态,状态,状态,状态,状态。Penelitian ini monunakan desain观测,dengan pendekatan横断面。彭甘比兰的连续抽样,孟古纳坎的连续抽样,对74名居民进行了调查。企鹅数据状态函数式孟古那坎Barthel指数单asupan zat gizi makro dengan wawanka孟古那坎半定量食物频率问卷,单状态gizi menggun那坎企鹅berkuran batan dan tinggi badan dihitung dengan rumus IMT。分析统计杨地纳坎阿达拉乌吉卡方。今天有49,9人回答了他们的记忆状态。Dari hasil bivariat menunjukkan tidak terdapat hubungan signfikan antara status功能(p=0,950), dengan status gizi dan terdapat hubungan yang signfikan antara asupan energy (p=0,000),蛋白质(p=0,000), lemak (p=0,001), karbohidrat (p=0,001), dengan status gizi pasien penyakit dalam。Dapat disimpkan bahwa adanya hubungan antara asupan zat gizi makro yitu能量,碳水化合物,蛋白质,lemak dengan状态gizi pasen penyakit dalam di RSCM。Kata kunci:状态的功能性,asupan zat gizi makro,状态的gizi
{"title":"HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO DENGAN STATUS GIZI PASIEN PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT DR. CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA","authors":"B. Sundari, Angga Rizqiawan, Wita Rizki Amelia, Astrine Permata Leoni, A. Syauqy, P. W. Laksmi, A. Wijayanti, Lora Sri Nofi","doi":"10.36457/gizindo.v46i1.756","DOIUrl":"https://doi.org/10.36457/gizindo.v46i1.756","url":null,"abstract":"Malnutrition is a major problem among hospitalized patients. Nutritional problems can be influenced by an imbalance between the intake of macronutrients consumed, and a decrease in functional status among hospitalized patients. This study was conducted to analyze the relationship between functional status and food intake of macronutrients with the nutritional status of internal disease patients. This study used an observational design, with a cross-sectional approach. The sampling technique used was Consecutive Sampling with the number of respondents being 74 internal disease patients who were hospitalized at the RSCM. Functional status data were collected using the Barthel Index and macronutrient intake by interview using the Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaire, and nutritional status using weight and height measurements was calculated using the BMI formula. The statistical analysis used is the Chi-Square test. There are 45.9 percent of respondents have poor nutritional status. The bivariate results showed that there was no significant relationship between functional status (p=0.950) and nutritional status and there was a significant relationship between energy intake (p=0.000), protein (p=0.000), fat (p=0.001), carbohydrates (p=0.001), with the nutritional status of internal disease patients. It can be concluded that there is a relationship between the intake of macronutrients, namely energy, carbohydrates, protein, fat, and the nutritional status of internal medicine patients at RSCM.Keywords: functional status, macronutrient intake, nutritional status ABSTRAK Malnutrisi merupakan masalah utama yang sering terjadi pada pasien di rumah sakit. Masalah gizi yang terjadi dapat dipengaruhi oleh ketidakseimbangan antara asupan zat gizi makro yang dikonsumsi, dan terjadi penurunan status fungsional pada pasien rawat inap. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan antara status fungsional dan asupan zat gizi makro dengan status gizi pasien penyakit dalam. Penelitian ini mengunakan desain observasional, dengan pendekatan cross-sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan Consecutive Sampling dengan jumlah responden 74 pasien penyakit dalam yang dirawat inap di RSCM. Pengumpulan data status fungsional menggunakan Barthel Index dan asupan zat gizi makro dengan wawancara menggunakan Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaire, dan status gizi menggunakan pengukuran berat badan dan tinggi badan dihitung dengan rumus IMT. Analisis statistik yang digunakan adalah uji Chi-Square. Terdapat 45,9 persen responden memiliki status gizi kurang. Dari hasil bivariat menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan antara status fungsional (p=0,950) dengan status gizi dan terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi (p=0,000), protein (p=0,000), lemak (p=0,001), karbohidrat (p=0,001), dengan status gizi pasien penyakit dalam. Dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan antara asupan zat gizi makro yaitu energi, karbohidrat, protein, le","PeriodicalId":32965,"journal":{"name":"Media Gizi Indonesia","volume":"31 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84838435","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-03-29DOI: 10.36457/gizindo.v46i1.807
Annisa Avelia, D. Tamtomo, Yulia Sari
Soygurt is lower in fat and has more active compounds than yogurt. Pectin acts as a prebiotic, increasing the number and activity of probiotic bacteria and preventing oxidative stress, one of the triggers for insulin resistance. Substitution of pumpkin in the formulation of soygurt to increase the organoleptic properties and lactic acid bacteria in the product to optimize its benefits as an anti-diabetes mellitus functional food. The research design was an experiment with a completely randomized design with one control formula and three treatment formulas with comparisons of soybeans and pumpkin as follows F0 100:0, F1 80:20, F2 70:30, and F3 60:40. Organolpetic tests with a scale of 1–6 from dislike to like. The best formula was continued for physicochemistry and proximate tests. The results of the organoleptic test showed that the best treatment was a 20 percent substitution of pumpkin (F1) with a preference scale of 4, which means that this formula was sensory acceptable to the panelists. The nutritional quality of F1 was 3.15 percent protein, 1.35 percent fat, 0.26 percent carbohydrates, 1.03 percent fiber, LAB 9.5x107, and pH 4.13. Substitution of pumpkin in yogurt has the potential to control blood glucose levels because it is low in carbohydrates and fat. Further research is needed to analyze the content of anti-nutritional substances such as phytate, tannins, and trypsin inhibitors, which are generally found in soybeans, the raw material for this product. Keywords: diabetes mellitus, pumpkin, soybean, soygurt ABSTRAK Soygurt lebih rendah lemak dan memiliki senyawa aktif daripada yogurt konvensional. Pektin berperan sebagai prebiotik yang dapat meningkatkan jumlah maupun aktivitas dari bakteri probiotik serta mampu mencegah terjadinya stres oksidatif yang merupakan salah satu faktor pencetus resistensi insulin. Subsitusi labu kuning dalam pengembangan soygurt diharapkan mampu meningkatan sifat organoleptik dan jumlah bakteri asam laktat pada produk sehingga dapat mengoptimalkan manfaatnya sebagai pangan fungsional anti diabetes melitus. Desain penelitian adalah eksperimen dengan rancangan acak lengkap dengan satu formula kontrol dan tiga formula perlakuan dengan perbadingan kedelai dan labu kuning sebagai berikut F0 100:0, F1 80:20, F2 70:30 dan F3 60:40. Uji mutu organolpetik dilakukan skala 1–6 dari tidak suka sampai dengan sangat suka. Formula terbaik dilanjutkan untuk uji fisikokimia dan proksimat. Hasil uji organoleptik menunjukkan perlakuan terbaik adalah substitusi labu kuning sebanyak 20 persen (F1) dengan skala kesukaan 4 yang artinya formula ini secara sensori dapat diterima oleh panelis. Mutu gizi dari produk terpilih yaitu protein 3,15 persen, lemak 1,35 persen, karbohidrat 0,26 persen, serat 1,03 persen, kadar BAL 9,5x107 dan pH 4,13. Subtitusi labu kuning pada soygurt berpotensi mengendalikan kadar glukosa darah karena rendah karbohidrat dan lemak serta mengandung BAL. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menganalisis ka
大豆的脂肪含量较低,而且比酸奶含有更多的活性化合物。果胶作为一种益生元,增加益生菌的数量和活性,防止氧化应激,这是胰岛素抵抗的触发因素之一。在大豆配方中替代南瓜,增加产品的感官特性和乳酸菌,优化其作为抗糖尿病功能食品的功效。试验设计采用1个对照配方和3个处理配方的完全随机设计,大豆和南瓜的对照比例分别为F0 100:0、F1 80:20、F2 70:30、F3 60:40。有机测试,从不喜欢到喜欢1-6分。最佳配方继续进行物理化学和近似试验。感官测试的结果表明,最好的处理是用20%的南瓜(F1)替代,偏好等级为4,这意味着该配方在小组成员的感官上是可接受的。F1的营养品质为蛋白质3.15%,脂肪1.35%,碳水化合物0.26%,纤维1.03%,LAB 9.5x107, pH 4.13。酸奶中的南瓜替代品有可能控制血糖水平,因为它的碳水化合物和脂肪含量很低。需要进一步研究分析抗营养物质的含量,如植酸盐、单宁酸和胰蛋白酶抑制剂,这些物质通常存在于大豆中,这是该产品的原料。关键词:糖尿病,南瓜,大豆,豆粕北京berperan sebagai益生菌yang dapat meningkatkan jumlah maupun aktivitas dari bakteri益生菌serta mampu menegah terjadinya应激,yang merupakan salah是铅笔抵抗胰岛素的关键因素。代用品、代用品、代用品、代用品、代用品、代用品、代用品、代用品、代用品、代用品、代用品、代用品、代用品。设计了一种新型的实验方法,实验结果表明:实验结果表明:实验结果表明:实验结果表明:实验结果表明:实验结果表明:实验结果表明:实验结果表明:实验结果表明:实验结果表明:实验结果表明:实验结果表明:Uji mutu organolpetik dilakukan skala 1-6 dari tidak suka sampai dengan sangat suka。公式terbaik dilanjutkan untuk uji fisikokimia dan proksimat。Hasil uji organoleptik menunjukkan perlakuan terbaik adalah代用品labu kuning sebanyak 20人(F1) dengan skala kesukaan 4阳artinya formula ini secara sensori dapat diterima oleh panel。木图木兹达里产物terpilih yaitprotein 3,15人,lemak 1,35人,karbohidrat 0,26人,serat 1,03人,kadar BAL 9,5 × 107 dan pH 4,13。代入:labu kuning pada sogurt berpotentisi mengendalkan kadar glukosa darah karena rendah karbohidrat danlemak serta mengandung BAL。Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menganalis kandunungan zat anti gizi seperti fitis, tanin dan tripsin inhibitor yang umumnya terdapat patada kedelai yang menjadi bahan baku dari产品。卡塔昆奇:糖尿病,克得莱,拉布昆宁,大豆
{"title":"PENGEMBANGAN SOYGURT LABU KUNING SEBAGAI TERAPI KOMPLEMENTER DIABETES MELITUS","authors":"Annisa Avelia, D. Tamtomo, Yulia Sari","doi":"10.36457/gizindo.v46i1.807","DOIUrl":"https://doi.org/10.36457/gizindo.v46i1.807","url":null,"abstract":"Soygurt is lower in fat and has more active compounds than yogurt. Pectin acts as a prebiotic, increasing the number and activity of probiotic bacteria and preventing oxidative stress, one of the triggers for insulin resistance. Substitution of pumpkin in the formulation of soygurt to increase the organoleptic properties and lactic acid bacteria in the product to optimize its benefits as an anti-diabetes mellitus functional food. The research design was an experiment with a completely randomized design with one control formula and three treatment formulas with comparisons of soybeans and pumpkin as follows F0 100:0, F1 80:20, F2 70:30, and F3 60:40. Organolpetic tests with a scale of 1–6 from dislike to like. The best formula was continued for physicochemistry and proximate tests. The results of the organoleptic test showed that the best treatment was a 20 percent substitution of pumpkin (F1) with a preference scale of 4, which means that this formula was sensory acceptable to the panelists. The nutritional quality of F1 was 3.15 percent protein, 1.35 percent fat, 0.26 percent carbohydrates, 1.03 percent fiber, LAB 9.5x107, and pH 4.13. Substitution of pumpkin in yogurt has the potential to control blood glucose levels because it is low in carbohydrates and fat. Further research is needed to analyze the content of anti-nutritional substances such as phytate, tannins, and trypsin inhibitors, which are generally found in soybeans, the raw material for this product. Keywords: diabetes mellitus, pumpkin, soybean, soygurt ABSTRAK Soygurt lebih rendah lemak dan memiliki senyawa aktif daripada yogurt konvensional. Pektin berperan sebagai prebiotik yang dapat meningkatkan jumlah maupun aktivitas dari bakteri probiotik serta mampu mencegah terjadinya stres oksidatif yang merupakan salah satu faktor pencetus resistensi insulin. Subsitusi labu kuning dalam pengembangan soygurt diharapkan mampu meningkatan sifat organoleptik dan jumlah bakteri asam laktat pada produk sehingga dapat mengoptimalkan manfaatnya sebagai pangan fungsional anti diabetes melitus. Desain penelitian adalah eksperimen dengan rancangan acak lengkap dengan satu formula kontrol dan tiga formula perlakuan dengan perbadingan kedelai dan labu kuning sebagai berikut F0 100:0, F1 80:20, F2 70:30 dan F3 60:40. Uji mutu organolpetik dilakukan skala 1–6 dari tidak suka sampai dengan sangat suka. Formula terbaik dilanjutkan untuk uji fisikokimia dan proksimat. Hasil uji organoleptik menunjukkan perlakuan terbaik adalah substitusi labu kuning sebanyak 20 persen (F1) dengan skala kesukaan 4 yang artinya formula ini secara sensori dapat diterima oleh panelis. Mutu gizi dari produk terpilih yaitu protein 3,15 persen, lemak 1,35 persen, karbohidrat 0,26 persen, serat 1,03 persen, kadar BAL 9,5x107 dan pH 4,13. Subtitusi labu kuning pada soygurt berpotensi mengendalikan kadar glukosa darah karena rendah karbohidrat dan lemak serta mengandung BAL. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menganalisis ka","PeriodicalId":32965,"journal":{"name":"Media Gizi Indonesia","volume":"36 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88355393","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-03-29DOI: 10.36457/gizindo.v46i1.785
A. Syauqy, Lydia Ratnadewi Wiragapa, M. Soekatri, Fitrah Ernawati, Choirun Nissa, Fillah Fithra Dieny
The prevalence of stroke tends to increase with age. Several risk factors for stroke including frequent unhealthy food patterns and having comorbidities would be analyzed. The study aimed to evaluate the association between food patterns and comorbidities with stroke among adults in Indonesia. This study utilized 2018 Indonesian Basic National Health Survey (Riskesdas) data with a cross-sectional design among 15,539 subjects aged ³45 in Indonesia. Data were taken using a food frequency questionnaire and a structured questionnaire. Logistic regression analysis was used to analyze food patterns and comorbidities with stroke. The results showed that frequent consumption of sugary drinks (OR: 1.389; 95% CI: 1.142-1.689), salty foods (OR: 1.936; 95% CI: 1.639-2.286), processed foods (OR: 1.694; 95% CI: 1.321-2.172), instant food (OR: 2,104; 95% CI: 1,771-2.498), fatty rich foods (OR: 2,139; 95% CI: 1,757-2,605), and grilled goods (OR: 1,473; 95% CI: 1,166-1,860), and low consumption of fruits (OR: 1.474; 95% CI: 1.164-1.865) and vegetables (OR: 1.358; 95% CI: 1.087-1.698) were significantly associated with an increased risk of stroke. Central obesity (OR:1.198; 95% CI:1.021-1.405), hypertension (OR:1.802; 95% CI:1.528-2.125), dyslipidemia (OR:1.187; 95% CI:1.012-1.392), and diabetes mellitus (OR:1.902; 95% CI:1.516-2.386) were significantly associated with an increased risk of stroke. Consumption of unhealthy food ≥3 times/week, consumption of less healthy food 5 servings/week, and having comorbidities increased risks of stroke among adults in Indonesia.Keywords: food patterns, comorbidities, adults, stroke ABSTRAK Prevalensi strok cenderung meningkat seiring bertambahnya usia. Beberapa faktor penyebab strok yaitu sering mengonsumsi makanan berisiko, kurang mengonsumsi buah dan sayur, serta memiliki kondisi penyerta. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pola makan dan kondisi penyerta dengan prevalensi strok pada usia dewasa di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data Riskesdas 2018 dengan desain cross-sectional pada 15.539 subjek berusia 45 tahun keatas di Indonesia. Pengumpulan data menggunakan food frequency questionnaire dan kuesioner terstruktur. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, chi-square, independent t-test, serta regresi logistik. Sering mengonsumsi minuman manis (OR:1,389; 95% CI:1,142-1,689), makanan asin (OR:1,936; 95% CI:1,639-2,286), makanan olahan berpengawet (OR:1,694; 95% CI:1,321-2,172), makanan instan (OR:2,104; 95% CI:1,771-2,498), makanan berlemak (OR:2,139; 95% CI:1,757-2,605), dan makanan yang dibakar (OR:1,473; 95% CI:1,166-1,860), serta kurang mengonsumsi buah (OR:1,474; 95% CI:1,164-1,865) dan sayur (OR:1,358; 95% CI:1,087-1,698) berhubungan signifikan dengan peningkatan risiko strok. Obesitas sentral (OR:1,198; 95% CI:1,021-1,405), hipertensi (OR:1,802; 95% CI:1,528-2,125), dislipidemia (OR:1,187; 95% CI:1,012-1,392), diabetes melitus (OR:1,902; 95% CI:1,516-2,386) berhubungan signifikan den
中风的发病率随着年龄的增长而增加。中风的几个危险因素包括频繁的不健康饮食模式和有合并症将被分析。该研究的目的是评估印度尼西亚成年人中风的饮食模式和合并症之间的关系。本研究利用2018年印度尼西亚基本国民健康调查(Riskesdas)数据,对印度尼西亚15539名年龄在45岁的受试者进行了横断面设计。数据采用食物频率问卷和结构化问卷。采用Logistic回归分析分析饮食模式和卒中合并症。结果显示,频繁饮用含糖饮料(OR: 1.389;95% CI: 1.142-1.689),咸味食物(OR: 1.936;95% CI: 1.639-2.286),加工食品(OR: 1.694;95% CI: 1.321-2.172),速食食品(OR: 2104;95% CI: 1771 -2.498),富含脂肪的食物(OR: 2139;95% CI: 1757 - 2605)和烧烤食品(OR: 1473;95% CI: 1,166-1,860),水果摄入量低(OR: 1.474;95% CI: 1.164-1.865)和蔬菜(OR: 1.358;95% CI: 1.087-1.698)与卒中风险增加显著相关。中心性肥胖(OR:1.198;95% CI:1.021-1.405),高血压(OR:1.802;95% CI:1.528-2.125),血脂异常(OR:1.187;95% CI:1.012-1.392)和糖尿病(OR:1.902;95% CI:1.516-2.386)与卒中风险增加显著相关。在印度尼西亚成年人中,每周食用不健康食品≥3次,每周食用不健康食品5份,并伴有合并症会增加中风的风险。【关键词】饮食模式,合并症,成人,脑卒中【摘要】流行性脑卒中与脑膜炎合并脑膜炎。Beberapa因子为penyebab卒中yaitu sering mengonsumsi makanan berisiko, kurang mengonsumsi buah dan sayur, serta memiliki kondisi penyerta。Penelitian ini bertujuan untuk menganalis hubungan polan makan dan kondisi penyerta dengan prevalensi中风后,在印度尼西亚死亡。Penelitian ini menggunakan数据风险,2018年登甘设计截面数据15.539,主题为45 tahun keatas,印度尼西亚。彭普兰市的数据来自孟古纳坎市的食物频率调查问卷。Penelitian ini menggunakan分析表格,卡方,独立t检验,回归logistic分析。服务孟山都人(OR: 1389;95% CI: 1142 - 1689), makanan asin (OR: 1936;95% CI:1,639-2,286), makanan olahan berpengawet (OR:1,694;95% CI: 1321 - 2172), makanan实例(OR: 2104;95% CI: 1771 - 2498), makanan berlemak (OR: 2139;95% CI: 1757 - 2605), dan makanan yang dibakar (OR: 1473;95% CI:1,166-1,860), serta kurang mengonsumsi buah (OR:1,474;95% CI: 1164 - 1865) dan sayur (OR: 1358;95%置信区间:1,087-1,698),显著性脑中风(dengan peningkatan risiko stroke)。肥胖中心(OR:1,198;95% CI:1,021-1,405),高血压(OR:1,802;95% CI: 1528 - 2125),二脂血症(OR: 1187;95% CI:1,012-1,392),糖尿病(OR:1,902;95% CI: 1516 - 2386) berhubungan显着性(dengan peningkatan risko stroke)。治疗孟山都、孟山都、孟山都、孟山都、孟山都、孟山都、孟山都、孟山都、孟山都、孟山都、孟山都、孟山都、孟山都、孟山都、孟山都、孟山都、孟山都、孟山都、孟山都、孟山都、孟山都、孟山都等。Konsumsi makanan berisiko≥3 kali/minggu, Konsumsi buah dan sayur 5 porsi/minggu, serta memiliki kondisi penyerta meningkatkan risiko卒中padaddewasa di Indonesia。Kata kunci: pola makan, kondisi penyerta, dewasa, stroke
{"title":"HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DAN KONDISI PENYERTA DENGAN PREVALENSI STROK PADA USIA DEWASA DI INDONESIA: ANALISIS DATA RISKESDAS 2018","authors":"A. Syauqy, Lydia Ratnadewi Wiragapa, M. Soekatri, Fitrah Ernawati, Choirun Nissa, Fillah Fithra Dieny","doi":"10.36457/gizindo.v46i1.785","DOIUrl":"https://doi.org/10.36457/gizindo.v46i1.785","url":null,"abstract":"The prevalence of stroke tends to increase with age. Several risk factors for stroke including frequent unhealthy food patterns and having comorbidities would be analyzed. The study aimed to evaluate the association between food patterns and comorbidities with stroke among adults in Indonesia. This study utilized 2018 Indonesian Basic National Health Survey (Riskesdas) data with a cross-sectional design among 15,539 subjects aged ³45 in Indonesia. Data were taken using a food frequency questionnaire and a structured questionnaire. Logistic regression analysis was used to analyze food patterns and comorbidities with stroke. The results showed that frequent consumption of sugary drinks (OR: 1.389; 95% CI: 1.142-1.689), salty foods (OR: 1.936; 95% CI: 1.639-2.286), processed foods (OR: 1.694; 95% CI: 1.321-2.172), instant food (OR: 2,104; 95% CI: 1,771-2.498), fatty rich foods (OR: 2,139; 95% CI: 1,757-2,605), and grilled goods (OR: 1,473; 95% CI: 1,166-1,860), and low consumption of fruits (OR: 1.474; 95% CI: 1.164-1.865) and vegetables (OR: 1.358; 95% CI: 1.087-1.698) were significantly associated with an increased risk of stroke. Central obesity (OR:1.198; 95% CI:1.021-1.405), hypertension (OR:1.802; 95% CI:1.528-2.125), dyslipidemia (OR:1.187; 95% CI:1.012-1.392), and diabetes mellitus (OR:1.902; 95% CI:1.516-2.386) were significantly associated with an increased risk of stroke. Consumption of unhealthy food ≥3 times/week, consumption of less healthy food 5 servings/week, and having comorbidities increased risks of stroke among adults in Indonesia.Keywords: food patterns, comorbidities, adults, stroke ABSTRAK Prevalensi strok cenderung meningkat seiring bertambahnya usia. Beberapa faktor penyebab strok yaitu sering mengonsumsi makanan berisiko, kurang mengonsumsi buah dan sayur, serta memiliki kondisi penyerta. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pola makan dan kondisi penyerta dengan prevalensi strok pada usia dewasa di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data Riskesdas 2018 dengan desain cross-sectional pada 15.539 subjek berusia 45 tahun keatas di Indonesia. Pengumpulan data menggunakan food frequency questionnaire dan kuesioner terstruktur. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, chi-square, independent t-test, serta regresi logistik. Sering mengonsumsi minuman manis (OR:1,389; 95% CI:1,142-1,689), makanan asin (OR:1,936; 95% CI:1,639-2,286), makanan olahan berpengawet (OR:1,694; 95% CI:1,321-2,172), makanan instan (OR:2,104; 95% CI:1,771-2,498), makanan berlemak (OR:2,139; 95% CI:1,757-2,605), dan makanan yang dibakar (OR:1,473; 95% CI:1,166-1,860), serta kurang mengonsumsi buah (OR:1,474; 95% CI:1,164-1,865) dan sayur (OR:1,358; 95% CI:1,087-1,698) berhubungan signifikan dengan peningkatan risiko strok. Obesitas sentral (OR:1,198; 95% CI:1,021-1,405), hipertensi (OR:1,802; 95% CI:1,528-2,125), dislipidemia (OR:1,187; 95% CI:1,012-1,392), diabetes melitus (OR:1,902; 95% CI:1,516-2,386) berhubungan signifikan den","PeriodicalId":32965,"journal":{"name":"Media Gizi Indonesia","volume":"60 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80951509","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-03-29DOI: 10.36457/gizindo.v46i1.762
Astrine Permata Leoni, Wita Rizki Amelia, A. Syauqy, P. W. Laksmi
Stature data accuracy is very important in hospital care. However, the condition of the patient that does not allow standing makes actual stature measurement difficult. This study aimed to compare the results of measuring actual stature with a stadiometer and estimated stature using the Chumlea, Cheng, Tanchoco, Shahar and Pooy, and Fatmah knee height formula for adult patients in Indonesia. The study design was cross-sectional with internal medicine adult patients aged 18–59 at Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). The study was conducted in January–April 2022. A sample of 100 patients was selected using the consecutive sampling method. Stature measurement was carried out using a stadiometer and knee height with knee height calipers and filling out a questionnaire. Analysis used paired t-test, Wilcoxon, one sample T, Bland-Altman plot, and simple linear regression. The results showed no significant difference between actual stature and estimated stature using the Shahar and Pooy knee height formula (p=0.379) and had the smallest bias compared to the other two formulas (bias= -0.25 cm); however, it was not reached the agreement. The new formula also has no significant difference from the actual stature (p=0.859) and has a bias of 0.05 cm. In conclusion, the stature prediction formula based on Shahar and Pooy's knee height can be applied to adult patients who cannot stand as the first alternative compared to the other five formulas. The new formula for predicting stature needs to be researched further because it has not yet reached the agreement.Keywords: stature, knee height, anthropometric measurement, nutritional status ABSTRAKData tinggi badan yang akurat sangat penting dalam perawatan di rumah sakit. Akan tetapi, kondisi pasien yang tidak memungkinkan untuk berdiri membuat pengukuran tinggi badan aktual menjadi sulit dilakukan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara hasil pengukuran tinggi badan aktual dengan stadiometer dan estimasi tinggi badan dengan rumus tinggi lutut Chumlea, Cheng, Tanchoco, Shahar dan Pooy, serta Fatmah untuk pasien dewasa di rumah sakit di Indonesia. Desain penelitian ini cross-sectional dengan subjek pasien dewasa penyakit dalam berusia 18–59 tahun di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Penelitian dilaksanakan pada Januari–April 2022. Sampel sebanyak 100 pasien dipilih dengan metode consecutive sampling. Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan menggunakan stadiometer dan tinggi lutut dengan kaliper tinggi lutut serta pengisian kuesioner. Analisis menggunakan uji-T berpasangan, Wilcoxon, T satu sampel, plot Bland-Altman, dan regresi linear sederhana. Hasil menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara tinggi badan aktual dan estimasi tinggi badan dengan rumus tinggi lutut Shahar dan Pooy (p=0,379) serta mempunyai bias terkecil dibandingkan lima rumus lainnya (bias= -0,25 cm), tetapi masih di luar batas kesepakatan yang diharapkan. Rumus baru prediksi tinggi badan juga t
身高数据的准确性在医院护理中非常重要。然而,病人的状况不允许站立,使得实际的身高测量变得困难。本研究旨在比较印度尼西亚成年患者用体尺测量实际身高的结果和使用Chumlea, Cheng, Tanchoco, Shahar和Pooy以及Fatmah膝盖高度公式估算的身高。本研究采用横断面设计,纳入Cipto Mangunkusumo医生(RSCM) 18-59岁的内科成年患者。该研究于2022年1月至4月进行。采用连续抽样法选取100例患者。身高测量采用体位计和膝高卡尺,并填写问卷。分析采用配对T检验、Wilcoxon、单样本T、Bland-Altman图和简单线性回归。结果显示,使用Shahar和Pooy膝高公式的实际身高与估算身高之间无显著差异(p=0.379),与其他两种公式相比偏差最小(偏差= -0.25 cm);然而,没有达成协议。新公式与实际身高也无显著差异(p=0.859),偏差为0.05 cm。综上所述,基于Shahar和Pooy膝盖高度的身高预测公式与其他5种预测公式相比,可以作为第一选择适用于不能站立的成年患者。新的身高预测公式尚未达成一致,需要进一步研究。关键词:身高,膝关节高度,人体测量,营养状况企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅。Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbandingi and antara hasil penguin an tinggi badan an dengan rumus tinggi lutut Chumlea, Cheng, Tanchoco, Shahar dan Pooy, serta Fatmah untuk pasen dewasa di rumah sakit di Indonesia。Desain penelitian ini横断面登革热学科pasen dewasa penyakit dalam berusia 18-59 tahun di Rumah Sakit Umum Pusat national Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM)。Penelitian dilaksanakan pada 2022年1月至4月。样品采100个样本,采用连续取样法。企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅。分析menggunakan uji-T berpasangan, Wilcoxon, T satu sample, plot Bland-Altman, dan regression linear sederhana。Hasil menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara tinggi badan an actualdan puy (p=0,379), serta mempunyai bias terkecil dibandingkan lima rumus lainnya(偏差= -0,25 cm), tetapi masih di luar batas kesepakatan yang diharapkan。瘤胃瘤胃的生长发育与瘤胃的生长发育有显著性差异(p= 0.859),瘤胃的生长发育与瘤胃的生长发育有显著性差异(p= 0.859)。这句话的意思是:“我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是我的意思。”Rumus baru prediksi badan perlu diteliti lebih lanjut karena beli batas kesepakatan。卡塔昆奇:企鹅巴丹,企鹅鲁图特,企鹅向异性,状态奇兹
{"title":"PREDIKSI TINGGI BADAN BERDASARKAN TINGGI LUTUT PADA PASIEN DEWASA PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT","authors":"Astrine Permata Leoni, Wita Rizki Amelia, A. Syauqy, P. W. Laksmi","doi":"10.36457/gizindo.v46i1.762","DOIUrl":"https://doi.org/10.36457/gizindo.v46i1.762","url":null,"abstract":"Stature data accuracy is very important in hospital care. However, the condition of the patient that does not allow standing makes actual stature measurement difficult. This study aimed to compare the results of measuring actual stature with a stadiometer and estimated stature using the Chumlea, Cheng, Tanchoco, Shahar and Pooy, and Fatmah knee height formula for adult patients in Indonesia. The study design was cross-sectional with internal medicine adult patients aged 18–59 at Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). The study was conducted in January–April 2022. A sample of 100 patients was selected using the consecutive sampling method. Stature measurement was carried out using a stadiometer and knee height with knee height calipers and filling out a questionnaire. Analysis used paired t-test, Wilcoxon, one sample T, Bland-Altman plot, and simple linear regression. The results showed no significant difference between actual stature and estimated stature using the Shahar and Pooy knee height formula (p=0.379) and had the smallest bias compared to the other two formulas (bias= -0.25 cm); however, it was not reached the agreement. The new formula also has no significant difference from the actual stature (p=0.859) and has a bias of 0.05 cm. In conclusion, the stature prediction formula based on Shahar and Pooy's knee height can be applied to adult patients who cannot stand as the first alternative compared to the other five formulas. The new formula for predicting stature needs to be researched further because it has not yet reached the agreement.Keywords: stature, knee height, anthropometric measurement, nutritional status ABSTRAKData tinggi badan yang akurat sangat penting dalam perawatan di rumah sakit. Akan tetapi, kondisi pasien yang tidak memungkinkan untuk berdiri membuat pengukuran tinggi badan aktual menjadi sulit dilakukan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara hasil pengukuran tinggi badan aktual dengan stadiometer dan estimasi tinggi badan dengan rumus tinggi lutut Chumlea, Cheng, Tanchoco, Shahar dan Pooy, serta Fatmah untuk pasien dewasa di rumah sakit di Indonesia. Desain penelitian ini cross-sectional dengan subjek pasien dewasa penyakit dalam berusia 18–59 tahun di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Penelitian dilaksanakan pada Januari–April 2022. Sampel sebanyak 100 pasien dipilih dengan metode consecutive sampling. Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan menggunakan stadiometer dan tinggi lutut dengan kaliper tinggi lutut serta pengisian kuesioner. Analisis menggunakan uji-T berpasangan, Wilcoxon, T satu sampel, plot Bland-Altman, dan regresi linear sederhana. Hasil menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara tinggi badan aktual dan estimasi tinggi badan dengan rumus tinggi lutut Shahar dan Pooy (p=0,379) serta mempunyai bias terkecil dibandingkan lima rumus lainnya (bias= -0,25 cm), tetapi masih di luar batas kesepakatan yang diharapkan. Rumus baru prediksi tinggi badan juga t","PeriodicalId":32965,"journal":{"name":"Media Gizi Indonesia","volume":"54 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88402611","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-01-31DOI: 10.20473/mgi.v18i1.94-102
Sri Darningsih, Nur Ahmad Habibi Habibi, Zurni Nurman, Ismanilda Ismanilda
The problem of malnutrition in infants and toddlers led to growth and development impairment. In the long term, nutritional problems increased the risk of disease and lower productivity. A method to overcome malnutrition was by using complementary feeding. This study aimed to create and evaluate the quality, safety and shelf life of instant porridge complementary feeding with the substitution of catfish flour and pumpkin flour. The method used in this study was an experimental study with two factorial completely randomized design with two repetitions to evaluate the product sensory. Furthermore, quality and safety testing was carried out according to the parameters set by Indonesia National Standard and Indonesia National Food and Drug Agency. In the final stage, the shelf life evaluation was carried out using the Extended Storage Studies (ESS) method using room temperature 27-37oC. The results showed that the use of catfish flour as much as 15% and pumpkin flour as much as 10% gave the best results on the sensory value of instant porridge. The product had a fairly good nutritional value, and safe in terms of heavy metals and microbiology. However, the water content of the product was still too high from the standard. The result of shelf life testing using the ESS method, instant porridge products had shelf life of 6 months at room temperature 27-37°C. The implications of this research can be used as a reference in the development of complementary feeding made from local food.
{"title":"Development of Instant Porridge Complementary Feeding with Catfish Flour and Pumpkin Flour Substitution","authors":"Sri Darningsih, Nur Ahmad Habibi Habibi, Zurni Nurman, Ismanilda Ismanilda","doi":"10.20473/mgi.v18i1.94-102","DOIUrl":"https://doi.org/10.20473/mgi.v18i1.94-102","url":null,"abstract":"The problem of malnutrition in infants and toddlers led to growth and development impairment. In the long term, nutritional problems increased the risk of disease and lower productivity. A method to overcome malnutrition was by using complementary feeding. This study aimed to create and evaluate the quality, safety and shelf life of instant porridge complementary feeding with the substitution of catfish flour and pumpkin flour. The method used in this study was an experimental study with two factorial completely randomized design with two repetitions to evaluate the product sensory. Furthermore, quality and safety testing was carried out according to the parameters set by Indonesia National Standard and Indonesia National Food and Drug Agency. In the final stage, the shelf life evaluation was carried out using the Extended Storage Studies (ESS) method using room temperature 27-37oC. The results showed that the use of catfish flour as much as 15% and pumpkin flour as much as 10% gave the best results on the sensory value of instant porridge. The product had a fairly good nutritional value, and safe in terms of heavy metals and microbiology. However, the water content of the product was still too high from the standard. The result of shelf life testing using the ESS method, instant porridge products had shelf life of 6 months at room temperature 27-37°C. The implications of this research can be used as a reference in the development of complementary feeding made from local food. ","PeriodicalId":32965,"journal":{"name":"Media Gizi Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42374105","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}