首页 > 最新文献

Yinyang Jurnal Studi Islam Gender dan Anak最新文献

英文 中文
Istri Pencari Nafkah Utama Dalam Keluarga (Kajian Pasal 34 Ayat 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan)
Pub Date : 2021-06-13 DOI: 10.32678/jsga.v8i01.5861
Nina Chairina
Pernikahan itu ibarat perserikatan yang berdiri atas cinta dan kasih sayang. Jika demikian hanya, masing-masing suami dan isteri harus berusaha membuat pasanagannya ridho, bahagia dan senang, bahkan walaupun harus mengorbankan kebahagiaan pribadinya.Disini suami atauisteri, apa saja hak –hak ku dan apa saja kewajiban-kewajibanku. Akan tetapi masing –masing dari mereka akan berusaha membahagiakan pasangannya sejauh kemampiannya. Dan hal itu tidak akan terwujud, kecuali dengan adanya niat yang tulus dan ikhlas karena Allah. Keharmonisan dalam rumah tangga sangat erat hubunganya dengan kesadaran suami istri dalam memahami hak dan kewajiban masing-masing. Suami mempunyai kewajiban untuk mencari nafkah di dalam keluarga sedangkan istri mempunyai kewajiban utama untuk mengatur urusan rumah tangga dengan sebaik-baiknya. Dengan kewajiban istri untuk mengatur rumah tangga bukan berarti istri tidak boleh bekerja, karena Islam tidak melarang perempuan untuk bekerja selama wanita tersebut membutuhkan atau pekerjaan itu membutuhkannya dan dapat menjaga kehormatan diri. Realita di masyarakat bahwa tidak jarang seorang istri menjadi pencari nafkah dalam keluarga. Istri sebagai pencari nafkah dalam kehidupan keluarga menjadikan istri berperan ganda, dengan istri bekerja maka kesempatan untuk mengurus rumah tangga terlupakan dan terabaikan karena kesibukan mencari nafkah sehingga memberikan pengaruh dalam kehidupan rumah tangga.Istri yang mencari nafkah disebabkan karena suami kurang mampu mencukupi perekonomian keluarga. istri yang mencari nafkah keluarga memberikan pengaruh yang positif dan negative terhadap harmonisasi dalam rumah tangga. Pengaruh positif istri sebagai pencari nafkah yaitu menjadikan perekonomian dalam rumah tangga menjadi lebih baik. Pengaruh negatifnya yaitu kebutuhan seksualitas suami istri kurang terpenuhi dengan baik, ketaatan istri terhadap suami berkurang, dan kewajiban mengurus anak dirumah terabaikan. Istri yang mencari nafkah keluarga rata-rata keharmonisannya tidak terganggu, sangat menguntungkan bagi keduanya karena dengan istri mencari nafkah maka ada yang mengurus rumah tangga dan juga keduanya saling mengerti dan memahami satu sama lain. Kata Kunci: Nafkah dalam kehidupan rumah tangga, hak dan kewajiban suami istri
婚姻就像一个建立在爱和同情之上的联盟。在这种情况下,每一个丈夫和妻子都必须努力让他们的伴侣快乐快乐,即使这意味着牺牲他们的个人幸福。在这里,丈夫或妻子,无论我有什么权利,无论我有什么义务。然而,他们每个人都在尽可能多地给对方带来快乐。这是不可能的,除非是出于对上帝的真诚和真诚。家庭的和谐与夫妻理解彼此的权利和义务的意识密切相关。丈夫有责任在家庭中谋生,而妻子有责任尽最大努力管理家庭事务。妻子有责任管理家庭并不意味着妻子不应该工作,因为伊斯兰教不禁止妇女在妇女需要或需要的时候工作,并能保持自尊。在社会上,妻子养家糊口并不罕见。妻子是家庭生活的养家糊口的人,让妻子在工作的同时扮演着双重角色,这样,照顾家庭的机会就被忽视了,因为忙于谋生而影响着家庭生活。妻子养家糊口是因为丈夫负担不起家庭经济。养家糊口的妻子对家庭和谐产生积极和消极的影响。妻子作为养家糊口的人的积极影响是改善家庭经济。负面影响是丈夫对性的需求得不到很好的满足,妻子对丈夫的服从也减少了,照顾孩子的责任也减少了。以家庭为生计的妻子,平均的和谐和谐并不会干扰她们,这对她们来说是非常有利的,因为有了妻子,她们就能养家糊口,而且她们也能相互理解。关键词:在家庭生活中谋生,夫妻的权利和义务
{"title":"Istri Pencari Nafkah Utama Dalam Keluarga (Kajian Pasal 34 Ayat 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan)","authors":"Nina Chairina","doi":"10.32678/jsga.v8i01.5861","DOIUrl":"https://doi.org/10.32678/jsga.v8i01.5861","url":null,"abstract":"Pernikahan itu ibarat perserikatan yang berdiri atas cinta dan kasih sayang. Jika demikian hanya, masing-masing suami dan isteri harus berusaha membuat pasanagannya ridho, bahagia dan senang, bahkan walaupun harus mengorbankan kebahagiaan pribadinya.Disini suami atauisteri, apa saja hak –hak ku dan apa saja kewajiban-kewajibanku. Akan tetapi masing –masing dari mereka akan berusaha membahagiakan pasangannya sejauh kemampiannya. Dan hal itu tidak akan terwujud, kecuali dengan adanya niat yang tulus dan ikhlas karena Allah. Keharmonisan dalam rumah tangga sangat erat hubunganya dengan kesadaran suami istri dalam memahami hak dan kewajiban masing-masing. Suami mempunyai kewajiban untuk mencari nafkah di dalam keluarga sedangkan istri mempunyai kewajiban utama untuk mengatur urusan rumah tangga dengan sebaik-baiknya. Dengan kewajiban istri untuk mengatur rumah tangga bukan berarti istri tidak boleh bekerja, karena Islam tidak melarang perempuan untuk bekerja selama wanita tersebut membutuhkan atau pekerjaan itu membutuhkannya dan dapat menjaga kehormatan diri. Realita di masyarakat bahwa tidak jarang seorang istri menjadi pencari nafkah dalam keluarga. Istri sebagai pencari nafkah dalam kehidupan keluarga menjadikan istri berperan ganda, dengan istri bekerja maka kesempatan untuk mengurus rumah tangga terlupakan dan terabaikan karena kesibukan mencari nafkah sehingga memberikan pengaruh dalam kehidupan rumah tangga.Istri yang mencari nafkah disebabkan karena suami kurang mampu mencukupi perekonomian keluarga. istri yang mencari nafkah keluarga memberikan pengaruh yang positif dan negative terhadap harmonisasi dalam rumah tangga. Pengaruh positif istri sebagai pencari nafkah yaitu menjadikan perekonomian dalam rumah tangga menjadi lebih baik. Pengaruh negatifnya yaitu kebutuhan seksualitas suami istri kurang terpenuhi dengan baik, ketaatan istri terhadap suami berkurang, dan kewajiban mengurus anak dirumah terabaikan. Istri yang mencari nafkah keluarga rata-rata keharmonisannya tidak terganggu, sangat menguntungkan bagi keduanya karena dengan istri mencari nafkah maka ada yang mengurus rumah tangga dan juga keduanya saling mengerti dan memahami satu sama lain. Kata Kunci: Nafkah dalam kehidupan rumah tangga, hak dan kewajiban suami istri","PeriodicalId":33408,"journal":{"name":"Yinyang Jurnal Studi Islam Gender dan Anak","volume":"50 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"89205957","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Pendidikan Sex Pada Anak
Pub Date : 2021-06-13 DOI: 10.32678/jsga.v8i01.5859
Tuty Alawiyah
Maraknya kasus kekerasan seksual yang terjadi belakangan ini tidak lagi hanya mengancam para remaja yang rentan terhadap informasi yang salah mengenai seks. Eksploitasi seks pada anak dibawah umur nyatanya juga sering terjadi oleh orang-orang terdekat yang bahkan dilakukan oleh keluarga korban sendiri. Meningkatnya kasus kekerasan merupakan bukti nyata kurangnya pengetahuan anak mengenai pendidikan seks yang seharusnya sudah mereka peroleh dari tahun pertama oleh orang tuanya. Tetapi persepsi masyarakat mengenai pendidikan seks yang masih menganggap tabu untuk dibicarakan bersama anak menjadi sebab yang harus dibenahi bersama untuk membekali anak melawan arus globalisasi yang semakin transparan dalam berbagai hal termasuk seksualitasPendidikan seks seharusnya menjadi bentuk kepedulian orang tua terhadap masa depan anak dalam menjaga apa yang telah menjadi kehormatannya, terlebih bagi seorang perempuan. Pendidikan seks menjadi penting mengingat banyaknya kasus-kasus yang terjadi mengenai tindak kekerasan seksual terhadap anak dan remaja. Tetapi yang terjadi di lapangan justru orang tua bersikap apatis dan tidak berperan aktif untuk memberikan pendidikan seks sejak usia dini kepada anaknya. Mereka beranggapan bahwa pendidikan seks akan diperoleh anak seiring berjalannya usia ketika ia sudah dewasa nanti. Mereka seolah menyerahkan pendidikan seks kepada pihak sekolah sebagai sumber ilmu bagi anaknya. Padahal pendidikan seks sendiri belum diterapkan secara khusus dalam kurikulum sekolah Kurangnya pengetahuan orang tua terhadap kebutuhan anaknya sendiri dalam mengahadapi tuntutan zaman yang semakin berkiblat ke arah barat menjadi faktor utama belum tersampaikannya pendidikan seks sejak usia dini di lingkup keluarga.Pandangan masyarakat sepertinya masih terlalu sempit dalam mengartikan seks yang hanya dianggap sebagai aktivitas mesum hingga ke hal-hal yang lebih intim. Makna seks sebenarnya menurut KBBI adalah jenis kelamin, maksudnya disini adalah jenis kelamin yang membedakan pria dan wanita secara biologis. Namun karena kurangnya pengetahuan para orang tua itulah yang menjadikan pendidikan seks belum diajarkan kepada anak bahkan sebagian besar remaja pun tidak memperoleh pengajaran tentang pendidikan seks dari keluarga terutama dari orang tuanya sehingga mereka mendapatkan informasi yang tidak tepat bahkan cenderung menjerumuskannya untuk melakukan apa yang mereka temukan dari informasi yang tidak bertanggung jawab tersebut.
最近发生的性暴力案件不再仅仅威胁易受性信息错误影响的青少年。对未成年人的性剥削往往发生在最亲近的人身上,甚至受害者自己的家人也可能如此。暴力案件的增加清楚地证明了孩子们对性教育的无知,这是他们应该在第一年就接受的。但感知社会的性教育仍然认为禁忌的话题和孩子一起成为需要纠正的原因来提供全球化的逆流中越来越透明的各种东西,包括seksualitasPendidikan性应该是父母关心孩子的未来形式可以保留所成为的荣誉,尤其是对一个女人来说。考虑到许多针对儿童和青少年的性暴力案件,性教育变得至关重要。但在这个领域,父母对性教育的反应是冷漠和不积极的。他们认为孩子长大后会随着年龄的增长而接受性教育。他们把性教育作为孩子的知识来源。虽然性教育本身并没有被单独应用于学校课程,但父母对孩子在面对日益增长的西方需求方面的无知将成为家庭环境中最重要的未实现性教育的因素。公众的观点似乎太狭隘了,无法将性视为一种性行为,直到更亲密的性行为。性的真正含义,在KBBI看来是性别,这意味着性别在生物学上区分男性和女性。但由于缺乏父母的性教育就是使知识教给孩子连大多数青少年都不获得关于性教育教学主要来自家庭的父母,使他们得到的信息是不合适的,甚至他们发现的高处,往往会做不负责任的信息。
{"title":"Pendidikan Sex Pada Anak","authors":"Tuty Alawiyah","doi":"10.32678/jsga.v8i01.5859","DOIUrl":"https://doi.org/10.32678/jsga.v8i01.5859","url":null,"abstract":"Maraknya kasus kekerasan seksual yang terjadi belakangan ini tidak lagi hanya mengancam para remaja yang rentan terhadap informasi yang salah mengenai seks. Eksploitasi seks pada anak dibawah umur nyatanya juga sering terjadi oleh orang-orang terdekat yang bahkan dilakukan oleh keluarga korban sendiri. Meningkatnya kasus kekerasan merupakan bukti nyata kurangnya pengetahuan anak mengenai pendidikan seks yang seharusnya sudah mereka peroleh dari tahun pertama oleh orang tuanya. Tetapi persepsi masyarakat mengenai pendidikan seks yang masih menganggap tabu untuk dibicarakan bersama anak menjadi sebab yang harus dibenahi bersama untuk membekali anak melawan arus globalisasi yang semakin transparan dalam berbagai hal termasuk seksualitasPendidikan seks seharusnya menjadi bentuk kepedulian orang tua terhadap masa depan anak dalam menjaga apa yang telah menjadi kehormatannya, terlebih bagi seorang perempuan. Pendidikan seks menjadi penting mengingat banyaknya kasus-kasus yang terjadi mengenai tindak kekerasan seksual terhadap anak dan remaja. Tetapi yang terjadi di lapangan justru orang tua bersikap apatis dan tidak berperan aktif untuk memberikan pendidikan seks sejak usia dini kepada anaknya. Mereka beranggapan bahwa pendidikan seks akan diperoleh anak seiring berjalannya usia ketika ia sudah dewasa nanti. Mereka seolah menyerahkan pendidikan seks kepada pihak sekolah sebagai sumber ilmu bagi anaknya. Padahal pendidikan seks sendiri belum diterapkan secara khusus dalam kurikulum sekolah Kurangnya pengetahuan orang tua terhadap kebutuhan anaknya sendiri dalam mengahadapi tuntutan zaman yang semakin berkiblat ke arah barat menjadi faktor utama belum tersampaikannya pendidikan seks sejak usia dini di lingkup keluarga.Pandangan masyarakat sepertinya masih terlalu sempit dalam mengartikan seks yang hanya dianggap sebagai aktivitas mesum hingga ke hal-hal yang lebih intim. Makna seks sebenarnya menurut KBBI adalah jenis kelamin, maksudnya disini adalah jenis kelamin yang membedakan pria dan wanita secara biologis. Namun karena kurangnya pengetahuan para orang tua itulah yang menjadikan pendidikan seks belum diajarkan kepada anak bahkan sebagian besar remaja pun tidak memperoleh pengajaran tentang pendidikan seks dari keluarga terutama dari orang tuanya sehingga mereka mendapatkan informasi yang tidak tepat bahkan cenderung menjerumuskannya untuk melakukan apa yang mereka temukan dari informasi yang tidak bertanggung jawab tersebut.","PeriodicalId":33408,"journal":{"name":"Yinyang Jurnal Studi Islam Gender dan Anak","volume":"14 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82620612","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Khitan, Perempuan dan Kekerasan Seksual 契丹,妇女和性暴力
Pub Date : 2020-12-24 DOI: 10.32678/jsga.v7i02.180
Hery Purwosusanto
Khitan sebagai suatu syariat dalam Islam berbeda dengan praktik khitan sebelumnya. Kekerasan seksual terhadap perempuan dalam praktik khitan banyak terjadi di berbagai negara. Studi ini membahas khitan dan praktiknya, kekerasan seksual yang terjadi terhadap perempuan yang dikhitan, dan manfaat khitan secara kesehatan. Dalam kajian ulama terdahulu tentang khitan, disebutkan bahwa sunnah muakkadah bagi laki-laki dan “dianjurkan” bagi perempuan. Banyak penyelewengan praktik khitan yang dipengaruhi oleh adat setempat. Perlu ada perhatian dari pemegang kebijakan di daerah yang mana khitan terhadap perempuan sangat dianjurkan bahkan terkesan diwajibkan. Hal ini untuk menghindari kekerasan seksual terhadap perempuan.
契丹作为伊斯兰教的一种手段与之前的契丹实践不同。在许多国家,针对妇女的性侵犯在许多国家都存在。该研究涉及割包皮和割包皮的行为、性侵犯以及包皮的健康益处。在之前的伊斯兰教中,关于割礼的学者指出,女性应该“受割礼”,而不是“受割礼”。许多契丹实践的腐败受到当地习俗的影响。需要注意的是,在这一地区,针对女性的政策制定者受到强烈鼓励,甚至似乎是强制性的。这是为了避免对妇女的性侵犯。
{"title":"Khitan, Perempuan dan Kekerasan Seksual","authors":"Hery Purwosusanto","doi":"10.32678/jsga.v7i02.180","DOIUrl":"https://doi.org/10.32678/jsga.v7i02.180","url":null,"abstract":"Khitan sebagai suatu syariat dalam Islam berbeda dengan praktik khitan sebelumnya. Kekerasan seksual terhadap perempuan dalam praktik khitan banyak terjadi di berbagai negara. Studi ini membahas khitan dan praktiknya, kekerasan seksual yang terjadi terhadap perempuan yang dikhitan, dan manfaat khitan secara kesehatan. Dalam kajian ulama terdahulu tentang khitan, disebutkan bahwa sunnah muakkadah bagi laki-laki dan “dianjurkan” bagi perempuan. Banyak penyelewengan praktik khitan yang dipengaruhi oleh adat setempat. Perlu ada perhatian dari pemegang kebijakan di daerah yang mana khitan terhadap perempuan sangat dianjurkan bahkan terkesan diwajibkan. Hal ini untuk menghindari kekerasan seksual terhadap perempuan.","PeriodicalId":33408,"journal":{"name":"Yinyang Jurnal Studi Islam Gender dan Anak","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"76706125","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 2
Islam dan Dominasi Maskulin Global: Menimbang Kampus Aman Bagi dan Anak di Banten 伊斯兰教与全球男性主导地位:称班滕的校园为安全儿童
Pub Date : 2020-12-24 DOI: 10.32678/jsga.v7i02.184
M. Wahid
Paper ini merupakan refleksi kritis atas riset mengenai perlindungan perempuan dan anak korban kekerasan di Banten. Dilatarbelakangi oleh realitas kekerasan terhadap perempuan dan anak yang lewati batas kemanusiaan pada era global ini. Perempuan dan anak sebagai sumber reproduksi dan produktivitas manusia dinistakan dan dialienasikan. Di Indonesia, ada 35 perempuan korban kekerasan seksual tiap hari. Di Banten, jumlah perempuan dan anak korban kekerasan meningkat pada tahun 2013-2015 (822-1753 jiwa). Ada dua pertanyaan riset. Mengapa manusia tega melakukan kekerasan terhadap perempuan dan anak? Apa yang mendasari seseorang tega melakukan kekerasan? Di dalam Islam, kekerasan dan segala bentuk praktik kejahatan yang real antikemanusiaan wajib dihapuskan. Negara pun menjamin dan melindungi hak berkeluarga dan berketurunan setiap warganya. Dengan perspektif gender dan kekerasan simbolik Bourdieu, ditemukan bahwa dominasi maskulin global mengonstruksi manusia tega melakukan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Dominasi maskulin global ini didasari oleh budaya patriarki masyarakat Banten. Untuk itu, “kampus aman” merupakan konsep sebagai bentuk tanggung jawab sosial keagamaan dipertimbangkan untuk melindungi perempuan dan anak secara periodik, sustainble, dan intensif.
这篇论文是对班腾暴力受害者妇女和儿童保护研究的批判性反思。这背后是对妇女和儿童的暴力在这个全球时代超越人类界限的现实。妇女和儿童作为人类生殖和生产力的源泉是被召唤和流动的。在印度尼西亚,每天有35名女性性侵犯受害者。2011 -2015年,暴力受害者的妇女和儿童人数上升(822-1753人)。有两个研究问题。为什么人类会对妇女和儿童使用暴力?暴力背后的原因是什么?在伊斯兰教中,暴力和所有形式的真正反人类犯罪行为都必须被消灭。国家确保和保护其公民的合法和生育权利。从性别和象征性暴力的角度来看,全球男性主导地位标志着对妇女和儿童的暴力行为。这种全球男性主导地位是基于班顿父权制文化的。为此,“安全校园”是一种宗教社会责任的概念,它被认为是定期、可持续和密集地保护妇女和儿童的一种宗教责任。
{"title":"Islam dan Dominasi Maskulin Global: Menimbang Kampus Aman Bagi dan Anak di Banten","authors":"M. Wahid","doi":"10.32678/jsga.v7i02.184","DOIUrl":"https://doi.org/10.32678/jsga.v7i02.184","url":null,"abstract":"Paper ini merupakan refleksi kritis atas riset mengenai perlindungan perempuan dan anak korban kekerasan di Banten. Dilatarbelakangi oleh realitas kekerasan terhadap perempuan dan anak yang lewati batas kemanusiaan pada era global ini. Perempuan dan anak sebagai sumber reproduksi dan produktivitas manusia dinistakan dan dialienasikan. Di Indonesia, ada 35 perempuan korban kekerasan seksual tiap hari. Di Banten, jumlah perempuan dan anak korban kekerasan meningkat pada tahun 2013-2015 (822-1753 jiwa). Ada dua pertanyaan riset. Mengapa manusia tega melakukan kekerasan terhadap perempuan dan anak? Apa yang mendasari seseorang tega melakukan kekerasan? Di dalam Islam, kekerasan dan segala bentuk praktik kejahatan yang real antikemanusiaan wajib dihapuskan. Negara pun menjamin dan melindungi hak berkeluarga dan berketurunan setiap warganya. Dengan perspektif gender dan kekerasan simbolik Bourdieu, ditemukan bahwa dominasi maskulin global mengonstruksi manusia tega melakukan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Dominasi maskulin global ini didasari oleh budaya patriarki masyarakat Banten. Untuk itu, “kampus aman” merupakan konsep sebagai bentuk tanggung jawab sosial keagamaan dipertimbangkan untuk melindungi perempuan dan anak secara periodik, sustainble, dan intensif.","PeriodicalId":33408,"journal":{"name":"Yinyang Jurnal Studi Islam Gender dan Anak","volume":"98 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77430429","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Women's participation in the terrorist network in the view of gender 从性别角度看女性参与恐怖网络
Pub Date : 2020-12-01 DOI: 10.24090/yinyang.v15i2.3885
Husnatul Hamidiyyah Siregar, Ulfah Nurfadhila, Wildana Wargadinata
This study focus on gender Islamic regarding women's involvement in terrorism networks in Indonesia. The approach of Islamic studies becomes a paradigm or point of view in understanding gender issues, especially terrorism in Indonesia. This study has some objectives. There are how the approach of gender in Islam is, how Islam and Terrorism, and how Islamic studies and women's participation in terrorism networks is. The design of this study uses a literature review. The results of this study indicate that humans (women and men) can perform their functions as khalîfah, such as piety and not gender. The existence of Islam with the values of justice and equality greatly benefits to the oppressed and marginalized, especially women.
本研究的重点是印度尼西亚妇女参与恐怖主义网络的伊斯兰性别问题。伊斯兰研究的方法成为理解性别问题的范例或观点,特别是印度尼西亚的恐怖主义。这项研究有一些目的。伊斯兰教中的性别是怎样的,伊斯兰教和恐怖主义是怎样的,伊斯兰研究和妇女参与恐怖主义网络是怎样的。本研究的设计采用文献回顾法。这项研究的结果表明,人类(女性和男性)可以履行他们的功能khal fah,如虔诚,而不是性别。具有正义和平等价值观的伊斯兰教的存在极大地有利于受压迫和被边缘化的人,特别是妇女。
{"title":"Women's participation in the terrorist network in the view of gender","authors":"Husnatul Hamidiyyah Siregar, Ulfah Nurfadhila, Wildana Wargadinata","doi":"10.24090/yinyang.v15i2.3885","DOIUrl":"https://doi.org/10.24090/yinyang.v15i2.3885","url":null,"abstract":"This study focus on gender Islamic regarding women's involvement in terrorism networks in Indonesia. The approach of Islamic studies becomes a paradigm or point of view in understanding gender issues, especially terrorism in Indonesia. This study has some objectives. There are how the approach of gender in Islam is, how Islam and Terrorism, and how Islamic studies and women's participation in terrorism networks is. The design of this study uses a literature review. The results of this study indicate that humans (women and men) can perform their functions as khalîfah, such as piety and not gender. The existence of Islam with the values of justice and equality greatly benefits to the oppressed and marginalized, especially women.","PeriodicalId":33408,"journal":{"name":"Yinyang Jurnal Studi Islam Gender dan Anak","volume":"12 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78647357","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Majallah Al Akhwal Ash-Shakhshiyyah dan Pembaharuan Hukum Keluarga di Tunisia
Pub Date : 2020-06-30 DOI: 10.32678/jsga.v7i01.173
Dede Ahmad Permana
The thesis discuss about reforming and formulating Islamic Law of personal status codes in Tunisia, and it was happened by appearing Majallah al-Akhwāl Ash-Shakhshiyyah in 1956. This activity have been done in order to do some unifications to codes of personal status and more sensitive within modernity and human needs, because the traditional formula of Islamic law is not able to response the contemporary issues. Then, the personal status codes factually trigger and appear some debate and controversial in the roundtable of Islamic scholars, because its considered as opposite within Qur’ānic verses and Ḥadīth. They are; prohibiting polygamous marriage, erasing ijbār rights, setting the age limit for getting married, making the procedures of Ṭalāq, setting codes of nafaqah (the relationship between husband and wife), making procedure of Ṭalaq Ba’in (three divorces) and setting procedure of adoption. All of issues above become the articles of Constitution in Tunisia. It must be informed that all topics are inspired and adopted from the modern Islamic scholars’ opinions such as Muhammad ‘Abduh, Ṭāhir Ḥaddād and others, in addition the secularity approach which is promoted by the president of Tunisia Ḥabib Borghuiba. Thus, it drives reforming and renewing Islamic law of personal status codes in social life of Tunisia, which is considered by the majority of Islamic Scholars as more modern and progressive in Arab world.
本文论述了突尼斯伊斯兰教法中个人身份法典的改革与制定,并以1956年Majallah al-Akhwāl Ash-Shakhshiyyah的出现为契机。这样做是为了对个人地位的规范做一些统一,并且在现代性和人的需求中更加敏感,因为伊斯兰法的传统公式已经无法回应当代问题。其次,在伊斯兰学者的圆桌会议上,个人身份代码实际上引发并出现了一些争论和争议,因为它在古兰经ānic经文和Ḥadīth经文中被认为是相反的。他们是;禁止一夫多妻制,取消ijbār权利,规定结婚年龄限制,制定Ṭalāq程序,制定nafaqah(夫妻关系)法典,制定Ṭalaq Ba 'in(三次离婚)程序,制定收养程序。这些问题都成为突尼斯宪法的条款。必须指出的是,除了突尼斯总统Ḥabib Borghuiba所提倡的世俗主义方法外,所有的主题都是从现代伊斯兰学者的观点如Muhammad ' Abduh, Ṭāhir Ḥaddād等人的观点中得到启发和采纳的。因此,它推动了突尼斯社会生活中个人地位法典的伊斯兰法律的改革和更新,这被大多数伊斯兰学者认为是阿拉伯世界中更现代和进步的。
{"title":"Majallah Al Akhwal Ash-Shakhshiyyah dan Pembaharuan Hukum Keluarga di Tunisia","authors":"Dede Ahmad Permana","doi":"10.32678/jsga.v7i01.173","DOIUrl":"https://doi.org/10.32678/jsga.v7i01.173","url":null,"abstract":"The thesis discuss about reforming and formulating Islamic Law of personal status codes in Tunisia, and it was happened by appearing Majallah al-Akhwāl Ash-Shakhshiyyah in 1956. This activity have been done in order to do some unifications to codes of personal status and more sensitive within modernity and human needs, because the traditional formula of Islamic law is not able to response the contemporary issues. Then, the personal status codes factually trigger and appear some debate and controversial in the roundtable of Islamic scholars, because its considered as opposite within Qur’ānic verses and Ḥadīth. They are; prohibiting polygamous marriage, erasing ijbār rights, setting the age limit for getting married, making the procedures of Ṭalāq, setting codes of nafaqah (the relationship between husband and wife), making procedure of Ṭalaq Ba’in (three divorces) and setting procedure of adoption. All of issues above become the articles of Constitution in Tunisia. It must be informed that all topics are inspired and adopted from the modern Islamic scholars’ opinions such as Muhammad ‘Abduh, Ṭāhir Ḥaddād and others, in addition the secularity approach which is promoted by the president of Tunisia Ḥabib Borghuiba. Thus, it drives reforming and renewing Islamic law of personal status codes in social life of Tunisia, which is considered by the majority of Islamic Scholars as more modern and progressive in Arab world.","PeriodicalId":33408,"journal":{"name":"Yinyang Jurnal Studi Islam Gender dan Anak","volume":"91 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80857047","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 2
Perempuan Arabia dalam Lingkaran Perkawinan di Era Pra-Islam
Pub Date : 2019-12-10 DOI: 10.24090/yinyang.v14i2.3044
Wardah Nuroniyah
The issue of the position of women is a matter that invites much debate among feminists and observers of gender equality. Different perspectives and paradigms of thinking lead to differences of opinion in resolving these problems. This paper examines the position of women in the Islamic marriage system by reflecting it on the marriage system in the pre-Islamic era through a historical approach to understanding the position of women in the marriage environment. History shows that the position of women in marriage in pre-Islamic times has an unfavorable position. This is due to the division of roles according to their respective gender, where in the end it creates inequality in social life. In Arabian society, men are tasked with defending and maintaining all family members, responsible for meeting all the needs of family members. Consequently men monopolize leadership at all levels. Patriarchal culture dominates, so marriage becomes more synonymous with a contract of sale where women are considered to be nothing more than an object being sold. In addition, the killing of female infants is a custom in Arab society and women who are caught in war are usually made into concubines. Islam came by renewing the Arab community’s marriage system. Various innovations introduced by the Koran to improve the dignity of women at that time were only the initial stages, which were in accordance with the patrilineal context. Therefore, patrilineal at that time was a situation which had to be consolidated by Islam, and not institutionalized. An understanding of the pre-Islamic marriage system is important in order to be able to see clearly how the position of women in the Islamic marriage system is actually far more advanced than before.
妇女地位的问题在女权主义者和性别平等的观察者之间引起了很多争论。不同的视角和思维范式导致了在解决这些问题上的意见分歧。本文通过对妇女在婚姻环境中的地位的历史理解,通过对前伊斯兰时代的婚姻制度的反思,考察了妇女在伊斯兰婚姻制度中的地位。历史表明,在前伊斯兰时代,妇女在婚姻中的地位是不利的。这是由于根据各自的性别划分角色,最终造成了社会生活中的不平等。在阿拉伯社会,男人的任务是保护和维持所有家庭成员,负责满足家庭成员的所有需求。因此,男性垄断了各级领导。父权文化占主导地位,因此婚姻更多地成为买卖合同的代名词,女性被认为只不过是一件被出售的物品。此外,杀害女婴是阿拉伯社会的一种习俗,在战争中被捕的妇女通常被当作妾。伊斯兰教是通过更新阿拉伯社会的婚姻制度而产生的。《古兰经》在当时为提高妇女的尊严而提出的各种创新,只是符合父系背景的最初阶段。因此,父系在当时是一种必须由伊斯兰巩固而不是制度化的情况。了解前伊斯兰婚姻制度是很重要的,这样才能清楚地看到妇女在伊斯兰婚姻制度中的地位实际上比以前高得多。
{"title":"Perempuan Arabia dalam Lingkaran Perkawinan di Era Pra-Islam","authors":"Wardah Nuroniyah","doi":"10.24090/yinyang.v14i2.3044","DOIUrl":"https://doi.org/10.24090/yinyang.v14i2.3044","url":null,"abstract":"The issue of the position of women is a matter that invites much debate among feminists and observers of gender equality. Different perspectives and paradigms of thinking lead to differences of opinion in resolving these problems. This paper examines the position of women in the Islamic marriage system by reflecting it on the marriage system in the pre-Islamic era through a historical approach to understanding the position of women in the marriage environment. History shows that the position of women in marriage in pre-Islamic times has an unfavorable position. This is due to the division of roles according to their respective gender, where in the end it creates inequality in social life. In Arabian society, men are tasked with defending and maintaining all family members, responsible for meeting all the needs of family members. Consequently men monopolize leadership at all levels. Patriarchal culture dominates, so marriage becomes more synonymous with a contract of sale where women are considered to be nothing more than an object being sold. In addition, the killing of female infants is a custom in Arab society and women who are caught in war are usually made into concubines. Islam came by renewing the Arab community’s marriage system. Various innovations introduced by the Koran to improve the dignity of women at that time were only the initial stages, which were in accordance with the patrilineal context. Therefore, patrilineal at that time was a situation which had to be consolidated by Islam, and not institutionalized. An understanding of the pre-Islamic marriage system is important in order to be able to see clearly how the position of women in the Islamic marriage system is actually far more advanced than before.","PeriodicalId":33408,"journal":{"name":"Yinyang Jurnal Studi Islam Gender dan Anak","volume":"29 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78666083","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 2
Stunting pada Anak Usia 0-59 Bulan Di Posyadu Lestari, Desa Ciporos, Karangpucung, Cilacap 这是一个0-59个月大的男孩在西弗莱村、卡昂普卜星、西拉卡普
Pub Date : 2019-07-24 DOI: 10.24090/yinyang.v14i1.2858
Hesti Nurlaeli
This study aims to determine whether there is stunting that occurs in children under five (0-59 months) at the Posyandu Lestari and what efforts can be made to prevent the occurrence of the stunting. This research was conducted at Posyandu Lestari, Ciporos Village, Karangpucung District, Cilacap Regency. This study uses a qualitative approach, the type of which is a case study, followed by data on the calculation of the nutritional status of children in May 2019. Data analysis techniques are the data analysis techniques of Miles and Huberman models. The results showed that 60% of toddlers 0-59 months in Posyandu Lestari had stunting and 40% of children under five were normal. of 60% stunting toddlers consist of 50% stunting in male toddlers and 50% stunting in female toddlers. It can be concluded that the percentage of stunting in Ciporos village, Posyandu Lestari is quite high and sufficient to be considered properly so that prevention is quickly carried out. One of them is the counseling from village midwives and the health office related so that parents better understand the balanced fulfillment of child nutrition.
本研究旨在确定Posyandu Lestari的5岁以下儿童(0-59个月)是否存在发育迟缓,以及可以采取哪些措施来预防发育迟缓的发生。本研究在Cilacap县Karangpucung区Ciporos村Posyandu Lestari进行。本研究采用定性方法,其类型为案例研究,然后是2019年5月儿童营养状况的计算数据。数据分析技术是迈尔斯模型和休伯曼模型的数据分析技术。结果显示,在Posyandu Lestari, 60%的0-59个月的幼儿发育迟缓,40%的5岁以下儿童正常。在60%的发育迟缓幼儿中,50%为男性幼儿,50%为女性幼儿。可以得出结论,在Posyandu Lestari的Ciporos村,发育迟缓的比例相当高,足以得到适当的考虑,以便迅速进行预防。其中之一是来自村助产士和相关卫生办公室的咨询,以便父母更好地了解儿童营养的均衡实现。
{"title":"Stunting pada Anak Usia 0-59 Bulan Di Posyadu Lestari, Desa Ciporos, Karangpucung, Cilacap","authors":"Hesti Nurlaeli","doi":"10.24090/yinyang.v14i1.2858","DOIUrl":"https://doi.org/10.24090/yinyang.v14i1.2858","url":null,"abstract":"This study aims to determine whether there is stunting that occurs in children under five (0-59 months) at the Posyandu Lestari and what efforts can be made to prevent the occurrence of the stunting. This research was conducted at Posyandu Lestari, Ciporos Village, Karangpucung District, Cilacap Regency. This study uses a qualitative approach, the type of which is a case study, followed by data on the calculation of the nutritional status of children in May 2019. Data analysis techniques are the data analysis techniques of Miles and Huberman models. The results showed that 60% of toddlers 0-59 months in Posyandu Lestari had stunting and 40% of children under five were normal. of 60% stunting toddlers consist of 50% stunting in male toddlers and 50% stunting in female toddlers. It can be concluded that the percentage of stunting in Ciporos village, Posyandu Lestari is quite high and sufficient to be considered properly so that prevention is quickly carried out. One of them is the counseling from village midwives and the health office related so that parents better understand the balanced fulfillment of child nutrition.","PeriodicalId":33408,"journal":{"name":"Yinyang Jurnal Studi Islam Gender dan Anak","volume":"12 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86699352","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Membangun Pendidikan Berwawasan Gender 建立性别洞察力教育
Pub Date : 2019-07-24 DOI: 10.24090/yinyang.v14i1.2843
Syaefudin Achmad
The role of women in national development is increasingly significant and should not be underestimated. To build human resources for women, education is needed that upholds gender equality so that their rights to education can be realized. But inevitably, education in Indonesia in its history has experienced a dark period where women lacked rights in education. There was once a gender gap in the world of education in Indonesia. There are several factors that influence it, such as community culture and school structure systems that lack opportunities for women to take part. Therefore, gender-conscious education needs to be realized in order to address the gender issue. One effort to realize gender-oriented education can be by developing a gender-sensitive learning process approach through fostering and training teachers, principals, and education supervisors, as well as at the level of decision making in all national education management units.
妇女在国家发展中的作用日益重要,不应低估。为妇女建设人力资源,需要维护性别平等的教育,使妇女的受教育权得以实现。但不可避免的是,印尼的教育在其历史上经历了一段女性缺乏受教育权利的黑暗时期。印尼的教育界曾经存在性别差距。影响它的因素有几个,例如社区文化和学校结构系统缺乏妇女参与的机会。因此,必须进行有性别意识的教育,以解决性别问题。实现面向性别教育的一项努力可以是通过培养和培训教师、校长和教育监督员以及在所有国家教育管理单位的决策一级制订对性别问题敏感的学习过程办法。
{"title":"Membangun Pendidikan Berwawasan Gender","authors":"Syaefudin Achmad","doi":"10.24090/yinyang.v14i1.2843","DOIUrl":"https://doi.org/10.24090/yinyang.v14i1.2843","url":null,"abstract":"The role of women in national development is increasingly significant and should not be underestimated. To build human resources for women, education is needed that upholds gender equality so that their rights to education can be realized. But inevitably, education in Indonesia in its history has experienced a dark period where women lacked rights in education. There was once a gender gap in the world of education in Indonesia. There are several factors that influence it, such as community culture and school structure systems that lack opportunities for women to take part. Therefore, gender-conscious education needs to be realized in order to address the gender issue. One effort to realize gender-oriented education can be by developing a gender-sensitive learning process approach through fostering and training teachers, principals, and education supervisors, as well as at the level of decision making in all national education management units.","PeriodicalId":33408,"journal":{"name":"Yinyang Jurnal Studi Islam Gender dan Anak","volume":"3 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84557412","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 7
Layanan Pendidikan Bagi Anak Tunagrahita Dengan Tipe Down Syndrome 为患有唐氏综合症的无家可归儿童提供教育服务
Pub Date : 2019-07-24 DOI: 10.24090/yinyang.v14i1.2847
N. Mayasari
One of abnormalities in children in terms of mental retardation is down syndrome. Down syndrome is a mental retardation disorder in which the IQ is below normal average. Children with down syndrome have mental retardation function of intellectuals in the range of middle inability with the lateral range of IQ is 40-45. The cause of down syndrome is the abnormalities of chromosome number 21 which is not properly composed of two chromosomes. In fact, there are three chromosomes (trisomy 21) that cause the children to experience the physical and intellectual malformation. Mental retardation children with down syndrome experience some barriers to achieve the developmental tasks of cognitive, affective, and psychomotor aspects. However, they can still develop a non-academic potency such as taking care of themselves, making friends, and appreciating others’ property rights. Children who grow up with the abnormalities like as down syndrome have the same rights to obtain adequate educational services. Therefore, some educational services programs that can be arranged for the children with mental retardation of down syndrome are classroom-supports and guidance for them through visual and graphic approaches, cues-prompts and scaffolding, technology-based learning, and music-based learning.            
儿童智力迟钝的异常之一是唐氏综合症。唐氏综合症是一种智力迟钝的障碍,其中智商低于正常水平。唐氏综合征患儿智力发育迟滞,智力水平在中等失能范围内,智商水平在40 ~ 45之间。唐氏综合症的病因是21号染色体异常,这是两条染色体不正确组成的。事实上,有三条染色体(21三体)导致孩子们经历身体和智力的畸形。唐氏综合症智障儿童在完成认知、情感和精神运动方面的发展任务时遇到了一些障碍。然而,他们仍然可以发展一种非学术的潜能,比如照顾好自己,交朋友,欣赏他人的财产权。患有唐氏综合症等畸形的儿童也有同样的权利获得充分的教育服务。因此,可以为唐氏综合症智力发育迟滞儿童安排的教育服务项目有:通过可视化和图形化的方法、线索提示和脚手架、技术学习和音乐学习等方式对唐氏综合症儿童进行课堂支持和指导。
{"title":"Layanan Pendidikan Bagi Anak Tunagrahita Dengan Tipe Down Syndrome","authors":"N. Mayasari","doi":"10.24090/yinyang.v14i1.2847","DOIUrl":"https://doi.org/10.24090/yinyang.v14i1.2847","url":null,"abstract":"One of abnormalities in children in terms of mental retardation is down syndrome. Down syndrome is a mental retardation disorder in which the IQ is below normal average. Children with down syndrome have mental retardation function of intellectuals in the range of middle inability with the lateral range of IQ is 40-45. The cause of down syndrome is the abnormalities of chromosome number 21 which is not properly composed of two chromosomes. In fact, there are three chromosomes (trisomy 21) that cause the children to experience the physical and intellectual malformation. Mental retardation children with down syndrome experience some barriers to achieve the developmental tasks of cognitive, affective, and psychomotor aspects. However, they can still develop a non-academic potency such as taking care of themselves, making friends, and appreciating others’ property rights. Children who grow up with the abnormalities like as down syndrome have the same rights to obtain adequate educational services. Therefore, some educational services programs that can be arranged for the children with mental retardation of down syndrome are classroom-supports and guidance for them through visual and graphic approaches, cues-prompts and scaffolding, technology-based learning, and music-based learning. \u0000           ","PeriodicalId":33408,"journal":{"name":"Yinyang Jurnal Studi Islam Gender dan Anak","volume":"2 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87942781","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 9
期刊
Yinyang Jurnal Studi Islam Gender dan Anak
全部 Acc. Chem. Res. ACS Applied Bio Materials ACS Appl. Electron. Mater. ACS Appl. Energy Mater. ACS Appl. Mater. Interfaces ACS Appl. Nano Mater. ACS Appl. Polym. Mater. ACS BIOMATER-SCI ENG ACS Catal. ACS Cent. Sci. ACS Chem. Biol. ACS Chemical Health & Safety ACS Chem. Neurosci. ACS Comb. Sci. ACS Earth Space Chem. ACS Energy Lett. ACS Infect. Dis. ACS Macro Lett. ACS Mater. Lett. ACS Med. Chem. Lett. ACS Nano ACS Omega ACS Photonics ACS Sens. ACS Sustainable Chem. Eng. ACS Synth. Biol. Anal. Chem. BIOCHEMISTRY-US Bioconjugate Chem. BIOMACROMOLECULES Chem. Res. Toxicol. Chem. Rev. Chem. Mater. CRYST GROWTH DES ENERG FUEL Environ. Sci. Technol. Environ. Sci. Technol. Lett. Eur. J. Inorg. Chem. IND ENG CHEM RES Inorg. Chem. J. Agric. Food. Chem. J. Chem. Eng. Data J. Chem. Educ. J. Chem. Inf. Model. J. Chem. Theory Comput. J. Med. Chem. J. Nat. Prod. J PROTEOME RES J. Am. Chem. Soc. LANGMUIR MACROMOLECULES Mol. Pharmaceutics Nano Lett. Org. Lett. ORG PROCESS RES DEV ORGANOMETALLICS J. Org. Chem. J. Phys. Chem. J. Phys. Chem. A J. Phys. Chem. B J. Phys. Chem. C J. Phys. Chem. Lett. Analyst Anal. Methods Biomater. Sci. Catal. Sci. Technol. Chem. Commun. Chem. Soc. Rev. CHEM EDUC RES PRACT CRYSTENGCOMM Dalton Trans. Energy Environ. Sci. ENVIRON SCI-NANO ENVIRON SCI-PROC IMP ENVIRON SCI-WAT RES Faraday Discuss. Food Funct. Green Chem. Inorg. Chem. Front. Integr. Biol. J. Anal. At. Spectrom. J. Mater. Chem. A J. Mater. Chem. B J. Mater. Chem. C Lab Chip Mater. Chem. Front. Mater. Horiz. MEDCHEMCOMM Metallomics Mol. Biosyst. Mol. Syst. Des. Eng. Nanoscale Nanoscale Horiz. Nat. Prod. Rep. New J. Chem. Org. Biomol. Chem. Org. Chem. Front. PHOTOCH PHOTOBIO SCI PCCP Polym. Chem.
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1