Pub Date : 2018-12-10DOI: 10.32939/TARBAWI.V14I2.267
Yogia Prihartini, W. Wahyudi, N. Nuraini, M. R. Ds
Pembelajaran Bahasa Arab merupakan mata pelajaran yang mengembangkan keterampilan berkomunikasi lisan dan tulisan untuk memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan serta pengembangan ilmu dan teknologi dan budaya. Selain metode dan teknik dalam pembelajaran bahasa Arab, pemilihan media juga sangat perlu dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran bahasa Arab itu sendiri.Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif.Adapun subjek dalam penelitian ini adalah dosen bahasa Arab dan mahasiswa Jurusan Prodi Pendidikan Matematika untuk memperoleh data penulis melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang telah diperoleh kemudian dianalisa kemudian disajikan secara induktif, deduktif dan komperatif. Penelitian ini difokuskan untuk mendeskripsikan tentang bagaimana strategi pembelajaran Matematika dalam bahasa Arab, bagaimana konsep pembelajaran Bahasa Arab yang perlu diterapkan dalam pembelajaran Matematika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep pembelajaran Matematika tidak hanya diterapkan dalam pembelajaran Matematika sendiri, akan tetapi dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa Arab seperti operasi hitung dalam penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Konsep utama yang perlu diperhatikan bagi seorang pendidik, ia harus mempersiapkan diri terlebih dahulu, kemudian baru menguasai pembelajaran yang akan diajarkan kepada anak didiknya melalui konsep memberikan banyak tamrinat, menguasai bahasa arab dan saat mengajar di dalam ruang harus berbicara dalam bahasa Arab. Perlu diketahui bahwa bahasa Arab bukan hanya diterapkan untuk berdialog saja, akan tetapi dalam pembelajaran Matematika. Serta Setiap mahasiswa diperlukan untuk belajar bahasa Arab dan mengaitkan pembelajaran bahasa Arab dengan pembelajaran lainnya, khususnya pelajaran matematika dan dengan demikian mahasiswa akan mampu mengembangkan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
{"title":"PENERAPAN KONSEP MATEMATIKA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB PADA FTK DI UIN STS JAMBI","authors":"Yogia Prihartini, W. Wahyudi, N. Nuraini, M. R. Ds","doi":"10.32939/TARBAWI.V14I2.267","DOIUrl":"https://doi.org/10.32939/TARBAWI.V14I2.267","url":null,"abstract":"Pembelajaran Bahasa Arab merupakan mata pelajaran yang mengembangkan keterampilan berkomunikasi lisan dan tulisan untuk memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan serta pengembangan ilmu dan teknologi dan budaya. Selain metode dan teknik dalam pembelajaran bahasa Arab, pemilihan media juga sangat perlu dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran bahasa Arab itu sendiri.Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif.Adapun subjek dalam penelitian ini adalah dosen bahasa Arab dan mahasiswa Jurusan Prodi Pendidikan Matematika untuk memperoleh data penulis melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang telah diperoleh kemudian dianalisa kemudian disajikan secara induktif, deduktif dan komperatif. Penelitian ini difokuskan untuk mendeskripsikan tentang bagaimana strategi pembelajaran Matematika dalam bahasa Arab, bagaimana konsep pembelajaran Bahasa Arab yang perlu diterapkan dalam pembelajaran Matematika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep pembelajaran Matematika tidak hanya diterapkan dalam pembelajaran Matematika sendiri, akan tetapi dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa Arab seperti operasi hitung dalam penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Konsep utama yang perlu diperhatikan bagi seorang pendidik, ia harus mempersiapkan diri terlebih dahulu, kemudian baru menguasai pembelajaran yang akan diajarkan kepada anak didiknya melalui konsep memberikan banyak tamrinat, menguasai bahasa arab dan saat mengajar di dalam ruang harus berbicara dalam bahasa Arab. Perlu diketahui bahwa bahasa Arab bukan hanya diterapkan untuk berdialog saja, akan tetapi dalam pembelajaran Matematika. Serta Setiap mahasiswa diperlukan untuk belajar bahasa Arab dan mengaitkan pembelajaran bahasa Arab dengan pembelajaran lainnya, khususnya pelajaran matematika dan dengan demikian mahasiswa akan mampu mengembangkan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.","PeriodicalId":33712,"journal":{"name":"Tarbawi","volume":"64 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"76758574","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-10DOI: 10.32939/TARBAWI.V14I2.298
Eko Sujadi
Every individual is required to be able to adjust to changes that occur. For individuals who are not able to adjust to the changes, it can cause problems for them. This conditions provides great opportunities for counselors to organize counseling services. Counselors are supposedly able to apply the code of conduct in providing services to clients. Various issues of implementing the code of conduct are occurring in the implementation of counseling services, whether it is caused by counselor or external parties. Therefore, counselor should cultivate self-awareness to carry out a duty correctly, continue to improve the competence, as well as policy makers should formulate clear regulations and properly accompanied by supervision.
{"title":"KODE ETIK PROFESI KONSELING SERTA PERMASALAHAN DALAM PENERAPANNYA","authors":"Eko Sujadi","doi":"10.32939/TARBAWI.V14I2.298","DOIUrl":"https://doi.org/10.32939/TARBAWI.V14I2.298","url":null,"abstract":"Every individual is required to be able to adjust to changes that occur. For individuals who are not able to adjust to the changes, it can cause problems for them. This conditions provides great opportunities for counselors to organize counseling services. Counselors are supposedly able to apply the code of conduct in providing services to clients. Various issues of implementing the code of conduct are occurring in the implementation of counseling services, whether it is caused by counselor or external parties. Therefore, counselor should cultivate self-awareness to carry out a duty correctly, continue to improve the competence, as well as policy makers should formulate clear regulations and properly accompanied by supervision.","PeriodicalId":33712,"journal":{"name":"Tarbawi","volume":"18 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84336331","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-10DOI: 10.32939/tarbawi.v14i2.290
Dewi Juita, Yusmaridi Yusmaridi
Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk mengetahui dampak peningkatan pemahaman konsep metodologi penelitian untuk mahasiswa semester 7 jurusan tadris Biologi FTIK IAIN Kerinci. Metode penelitian yang digunakan adalah pre experimental dengan desain one group pre-test post test design. Sampel pada penelitian ini adalah semua mahasiswa semester 7 yang menghadiri kegiatan kuliah umum yang berjumlah 84 orang. Kuliah umum diberikan oleh dosen-dosen yang sudah profesional di bidangnya baik itu dalam penelitian kulitatif maupun penelitian kuantitatif. Pemahaman materi metodologi penelitian mahasiswa diperoleh dari soal pemahaman konsep metodologi penelitian yang dibagikan kepada mahasiswa setelah kegiatan kuliah umum dilaksanakan. Kegiatan kuliah umum ternyata berdampak terhadap peningkatan pemahaman konsep mahasiswa terhadap materi metodologi penelitian yang dapat dilihat dari nilai N-Gain pemahaman mahasiswa pada masing-masing indikator. Nilai N-Gain pada indikator mencontohkan dan mengklasifikasikan adalah 0,56 dan 0,31 yang berada pada kategori sedang. Nilai N-Gain pada indikator membandingkan dan menjelaskan adalah 0,15 yang berada pada kategori rendah. Mahasiswa semester 7 lebih memahami materi karena pada kegiatan kuliah umum tersebut pemateri menyajikan masalah sesuai dengan masalah yang dihadapi mahasiswa semester 7 yang sedang menjalani proses pembuatan proposal.
{"title":"PENGARUH KEGIATAN KULIAH UMUM TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP METODOLOGI PENELITIAN MAHASISWA SEMESTER 7 JURUSAN TADRIS BIOLOGI FTIK IAIN KERINCI","authors":"Dewi Juita, Yusmaridi Yusmaridi","doi":"10.32939/tarbawi.v14i2.290","DOIUrl":"https://doi.org/10.32939/tarbawi.v14i2.290","url":null,"abstract":"Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk mengetahui dampak peningkatan pemahaman konsep metodologi penelitian untuk mahasiswa semester 7 jurusan tadris Biologi FTIK IAIN Kerinci. Metode penelitian yang digunakan adalah pre experimental dengan desain one group pre-test post test design. Sampel pada penelitian ini adalah semua mahasiswa semester 7 yang menghadiri kegiatan kuliah umum yang berjumlah 84 orang. Kuliah umum diberikan oleh dosen-dosen yang sudah profesional di bidangnya baik itu dalam penelitian kulitatif maupun penelitian kuantitatif. Pemahaman materi metodologi penelitian mahasiswa diperoleh dari soal pemahaman konsep metodologi penelitian yang dibagikan kepada mahasiswa setelah kegiatan kuliah umum dilaksanakan. Kegiatan kuliah umum ternyata berdampak terhadap peningkatan pemahaman konsep mahasiswa terhadap materi metodologi penelitian yang dapat dilihat dari nilai N-Gain pemahaman mahasiswa pada masing-masing indikator. Nilai N-Gain pada indikator mencontohkan dan mengklasifikasikan adalah 0,56 dan 0,31 yang berada pada kategori sedang. Nilai N-Gain pada indikator membandingkan dan menjelaskan adalah 0,15 yang berada pada kategori rendah. Mahasiswa semester 7 lebih memahami materi karena pada kegiatan kuliah umum tersebut pemateri menyajikan masalah sesuai dengan masalah yang dihadapi mahasiswa semester 7 yang sedang menjalani proses pembuatan proposal.","PeriodicalId":33712,"journal":{"name":"Tarbawi","volume":"28 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"76884147","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-10DOI: 10.32939/TARBAWI.V14I2.265
Sumarto Pohan
Urgensi manajemen pendidikan dapat dikaji melalui Peraturan Menteri Pendidikan yaitu Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan, pasal I ayat 1 menjelaskan “setiap satuan pendidikan wajib memenuhi standar manajemen pendidikan yakni mencakup: (1) perencanaan program, yang terdiri dari misi, visi dan tujuan, rencana kerja; (2) pelaksanaan yang meliputi: pedoman, kurikulum, kalender, struktur, pembagian tugas, peraturan/tata tertib, biaya, bidang tenaga pendidik dan kependidikan, kesiswaan; sarana dan prasarana, (3) Pengawasan dan evaluasi terdiri dari: program pengawasan, evaluasi diri, evaluasi KTSP/kurikulum, evaluasi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, dan akreditasi; (4) kepemimpinan, meliputi: tanggung jawab penegelolaan, dan peran kepemimpinan; (5) sistem informasi manajemen; (6) evaluasi. Mewujudkan guru profesional dapat melalui manajemen sekolah yang baik, diterapkan oleh Kepala Sekolah melalui kebijakan kepada seluruh warga Sekolah. Kebijakan Kepala sekolah dalam manajemen yang akan dilaksanakan harus sesuai dengan standar manajemen pendidikan yang telah disebutkan di atas yaitu mulai dari perencanaan program sampai dengan evaluasi. Tentunya guru profesional lahir dari proses manajemen sekolah yang baik, dalam tulisan ini penulis menyampaikan tentang manajemen sekolah dalam mewujudkan guru profesional yang bisa mewujudkan juga tujuan pendidikan sesuai dengan amanat UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003.
{"title":"MANAJEMEN SEKOLAH: WUJUDKAN GURU PROFESIONAL","authors":"Sumarto Pohan","doi":"10.32939/TARBAWI.V14I2.265","DOIUrl":"https://doi.org/10.32939/TARBAWI.V14I2.265","url":null,"abstract":"Urgensi manajemen pendidikan dapat dikaji melalui Peraturan Menteri Pendidikan yaitu Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan, pasal I ayat 1 menjelaskan “setiap satuan pendidikan wajib memenuhi standar manajemen pendidikan yakni mencakup: (1) perencanaan program, yang terdiri dari misi, visi dan tujuan, rencana kerja; (2) pelaksanaan yang meliputi: pedoman, kurikulum, kalender, struktur, pembagian tugas, peraturan/tata tertib, biaya, bidang tenaga pendidik dan kependidikan, kesiswaan; sarana dan prasarana, (3) Pengawasan dan evaluasi terdiri dari: program pengawasan, evaluasi diri, evaluasi KTSP/kurikulum, evaluasi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, dan akreditasi; (4) kepemimpinan, meliputi: tanggung jawab penegelolaan, dan peran kepemimpinan; (5) sistem informasi manajemen; (6) evaluasi. \u0000Mewujudkan guru profesional dapat melalui manajemen sekolah yang baik, diterapkan oleh Kepala Sekolah melalui kebijakan kepada seluruh warga Sekolah. Kebijakan Kepala sekolah dalam manajemen yang akan dilaksanakan harus sesuai dengan standar manajemen pendidikan yang telah disebutkan di atas yaitu mulai dari perencanaan program sampai dengan evaluasi. Tentunya guru profesional lahir dari proses manajemen sekolah yang baik, dalam tulisan ini penulis menyampaikan tentang manajemen sekolah dalam mewujudkan guru profesional yang bisa mewujudkan juga tujuan pendidikan sesuai dengan amanat UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003.","PeriodicalId":33712,"journal":{"name":"Tarbawi","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"85845049","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-10DOI: 10.32939/tarbawi.v14i2.292
Hasanul Bishry
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur apakah ada korelasi antara penguasaan kosakata dan kemampuan membaca mahasiswa di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau pada Program Studi keuangan Perbankan dan Akuntansi. Adapun responden penelitian ini sebnyak 26 orang. Penelitian ini menggunakan sensus sampling dimana semua mahasiswa Program Studi Keuangan dan Perbankan serta Akuntansi menjadi sample. Teknik pengambilan data menggunakan instrument tes. Tes diberikan kepada mahasiswa untuk mengukur kosa kata dan kemampuan membaca. Analisis penelitian ini menggunakan program SPSS dalam menghitung hasil. Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah: Penguasaan kosakata mahasiswa sangat baik dan kemampuan membaca mahasiswa berada di kategori baik. Tetapi dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara penguasaan kosakata terhadap kemampuan membaca mahasiswa. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa ada factor lain yang mempengaruhi kemampuan membaca mahasiswa
{"title":"THE CORRELATION BETWEEN VOCABULARY MASTERY AND READING COMPREHENSION","authors":"Hasanul Bishry","doi":"10.32939/tarbawi.v14i2.292","DOIUrl":"https://doi.org/10.32939/tarbawi.v14i2.292","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengukur apakah ada korelasi antara penguasaan kosakata dan kemampuan membaca mahasiswa di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau pada Program Studi keuangan Perbankan dan Akuntansi. Adapun responden penelitian ini sebnyak 26 orang. Penelitian ini menggunakan sensus sampling dimana semua mahasiswa Program Studi Keuangan dan Perbankan serta Akuntansi menjadi sample. Teknik pengambilan data menggunakan instrument tes. Tes diberikan kepada mahasiswa untuk mengukur kosa kata dan kemampuan membaca. Analisis penelitian ini menggunakan program SPSS dalam menghitung hasil. Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah: Penguasaan kosakata mahasiswa sangat baik dan kemampuan membaca mahasiswa berada di kategori baik. Tetapi dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara penguasaan kosakata terhadap kemampuan membaca mahasiswa. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa ada factor lain yang mempengaruhi kemampuan membaca mahasiswa","PeriodicalId":33712,"journal":{"name":"Tarbawi","volume":"4 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81800803","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-10DOI: 10.32939/TARBAWI.V14I2.260
Tejo Waskito, M. Rohman
Islam sejatinya telah mengajarkan pemeluknya untuk menghargai perbedaan. Pada dasarnya, keragaman (etnis, budaya, agama dan lain-lain) manusia merupakan sunnatullah. Jauh sebelum pemikir orientalis mengenalkan pendidikan multikultural, Islam telah mengenal secara gamblang seperti dijelaskan dalam kitab sucinya (al-Qur’an). Pendidikan Multikultural bukanlah upaya untuk mencari sinkretisme baru, melainkan mencari titik temu diantara perbedaan-perbedaan latar belakang itu, dan menjadikan perbedaan menjadi sebuah rahmat bagi persatuan dan kesatuan umat, sehingga tercipta suatu simfoni Islam dalam bingkai nasionalisme dan pluralisme.
{"title":"PENDIDIKAN MULTIKULTURAL PERSPEKTIF AL-QUR'AN","authors":"Tejo Waskito, M. Rohman","doi":"10.32939/TARBAWI.V14I2.260","DOIUrl":"https://doi.org/10.32939/TARBAWI.V14I2.260","url":null,"abstract":"Islam sejatinya telah mengajarkan pemeluknya untuk menghargai perbedaan. Pada dasarnya, keragaman (etnis, budaya, agama dan lain-lain) manusia merupakan sunnatullah. Jauh sebelum pemikir orientalis mengenalkan pendidikan multikultural, Islam telah mengenal secara gamblang seperti dijelaskan dalam kitab sucinya (al-Qur’an). Pendidikan Multikultural bukanlah upaya untuk mencari sinkretisme baru, melainkan mencari titik temu diantara perbedaan-perbedaan latar belakang itu, dan menjadikan perbedaan menjadi sebuah rahmat bagi persatuan dan kesatuan umat, sehingga tercipta suatu simfoni Islam dalam bingkai nasionalisme dan pluralisme. \u0000 ","PeriodicalId":33712,"journal":{"name":"Tarbawi","volume":"17 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81694581","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-09-27DOI: 10.36781/tarbawi.v1i1.2972
Iksan Kamil Sahri
Al-Ghazali was a phenomenon moslem in his era and the era after him. It was because his discuses have influance till day. As a multidicipline thinker and a philosopher, he also has an thought about education as we can read in his masterpiece “Ihya’ ‘ulum al-din” and other books. His educational thoughts mostly are about morality of education; the morality of student such as how the students must have characters till methode of studying; the morality of teacher such as how the teachers mush have habit; the morality of knowledge and kinds of knowledge. Wich one of bad knowledge and wich one of a good knowledge. Al-Ghazali’s thoughts have been infuance to moslem society till to day in each moslem world.
{"title":"PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI","authors":"Iksan Kamil Sahri","doi":"10.36781/tarbawi.v1i1.2972","DOIUrl":"https://doi.org/10.36781/tarbawi.v1i1.2972","url":null,"abstract":"Al-Ghazali was a phenomenon moslem in his era and the era after him. It was because his discuses have influance till day. As a multidicipline thinker and a philosopher, he also has an thought about education as we can read in his masterpiece “Ihya’ ‘ulum al-din” and other books. His educational thoughts mostly are about morality of education; the morality of student such as how the students must have characters till methode of studying; the morality of teacher such as how the teachers mush have habit; the morality of knowledge and kinds of knowledge. Wich one of bad knowledge and wich one of a good knowledge. Al-Ghazali’s thoughts have been infuance to moslem society till to day in each moslem world.","PeriodicalId":33712,"journal":{"name":"Tarbawi","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-09-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88636763","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-09-27DOI: 10.36781/tarbawi.v7i1.2976
Iksan Kamil Sahri
Polemik pendidikan agama dan keagamaan di Indonesia mengalami perdebatan yang panjang. Perdebatan terkait hal tersebut pada awal kemerdekaan lebih mengarah pada perdebatan perlu tidaknya pelajaran agama masuk dalam ranah sekolah umum. Namun, belakangan, melalui UU Sistem Pendidikan Nasional tahun 1989, masyarakat politik Indonesia bersepakat bahwa pendidikan agama adalah sesuatu yang urgen dan perlu untuk masuk dalam kurikulum sekolah-sekolah negara. Akan tetapi saat itu, belum ada kesatuan sikap terkait pendidikan keagamaan. Pengakuan-pengakuan terhadap pendidikan keagaman baru pada sebatas kementerian dan tidak masuk dalam undang-undang. Pada masa reformasi, perdebatan tak lagi pada perlunya pendidikan agama di sekolah umum tapi lebih pada upaya pengakuan terhadap lembaga pendidikan-pendidikan keagamaan yang ada selama ini. Naiknya, para politikus Muslim yang berangkat dari moral agama Islam disebut-sebut menjadi faktor atas perubahan kecenderungan ini. Artikel ini menyatakan bahwa pendidikan agama dan keagamaan Islam mendapat tempat bersamaan dengan makin naiknya Islam politik di negeri ini di era reformasi. Artikel ini ditulis dengan menggunakan kajian literatur atas regulasi terhadap pendidikan agama dan keagamaan Islam di Indonesia.
{"title":"Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam Masa Reformasi","authors":"Iksan Kamil Sahri","doi":"10.36781/tarbawi.v7i1.2976","DOIUrl":"https://doi.org/10.36781/tarbawi.v7i1.2976","url":null,"abstract":"Polemik pendidikan agama dan keagamaan di Indonesia mengalami perdebatan yang panjang. Perdebatan terkait hal tersebut pada awal kemerdekaan lebih mengarah pada perdebatan perlu tidaknya pelajaran agama masuk dalam ranah sekolah umum. Namun, belakangan, melalui UU Sistem Pendidikan Nasional tahun 1989, masyarakat politik Indonesia bersepakat bahwa pendidikan agama adalah sesuatu yang urgen dan perlu untuk masuk dalam kurikulum sekolah-sekolah negara. Akan tetapi saat itu, belum ada kesatuan sikap terkait pendidikan keagamaan. Pengakuan-pengakuan terhadap pendidikan keagaman baru pada sebatas kementerian dan tidak masuk dalam undang-undang. Pada masa reformasi, perdebatan tak lagi pada perlunya pendidikan agama di sekolah umum tapi lebih pada upaya pengakuan terhadap lembaga pendidikan-pendidikan keagamaan yang ada selama ini. Naiknya, para politikus Muslim yang berangkat dari moral agama Islam disebut-sebut menjadi faktor atas perubahan kecenderungan ini. Artikel ini menyatakan bahwa pendidikan agama dan keagamaan Islam mendapat tempat bersamaan dengan makin naiknya Islam politik di negeri ini di era reformasi. Artikel ini ditulis dengan menggunakan kajian literatur atas regulasi terhadap pendidikan agama dan keagamaan Islam di Indonesia.","PeriodicalId":33712,"journal":{"name":"Tarbawi","volume":"25 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-09-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87208460","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-09-27DOI: 10.36781/tarbawi.v7i1.2973
Onik Zakiyyah
Perkembangan teknologi memberikan dampak Positif dan Negatif terhadap perkembangan Spritual Anak. Maka dari itu, para praktisi pendidikan merasa perlu membentengi anak sejak dini dengan nilai moral dan nilai agama melalui keluarga ataupun sekolah. Salah satu lembaga yang bisa membantu dalam mengembangkan potensi keberagamaan pada anak adalah Playgroup, yang merupakan lembaga pendidikan yang pertamaDari persoalan tersebut, terdapat dua rumusan masalah yang dipilih dalam artiel ini yaitu: 1) bagaimana eksistensi playgroup dalam mengembangkan potensi keberagamaan pada anak?; 2) bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan potensi keberagamaan pada anak di Playgroup?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut penulis memilih Playgroup Roudlotus Shibyan Dsn. Buden Deket Lamongan. Pendekatan dan metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Jenis penelitiannya termasuk studi kasus yaitu merupakan penelitian yang dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail dan komprehensip. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa 1) eksistensi playgroup Roudlotus Shibyan bisa diketahui dari upaya-upaya yang dilakukan dalam mengembangkan potensi keberagamaan pada anak, diantaranya yaitu: Memberikan materi agama dan menyisipkan pesan-pesan keagamaan dalam setiap kali kegiatan belajar mengajar berlangsung, Memberikan jadwal materi yang bervariasi, Mengadakan Istighosah dan tahlilan setiap satu bulan sekali dan ziarah wali setiap satu semester. Membiasakan anak untuk membaca doa ketika akan melakukan kegiatan, belajar doa-doa sehari-hari dan juga belajar surat-surat pendek, Mengadakan peringatan PHBN dan PHBI, Melakukan evaluasi atau penilaian untuk mengetahui perkembangan yang terjadi pada anak. Menggunakan metode yang fleksibel, Guru pengajar harus lulusan pondok pesantren dan S1 PAUD atau Pendidikan Agama Islam serta memilki kepribadian yang baik dan menyenangkan. 2) faktor yang mempengaruhinya adalah adanya faktor internal dan eksternal.
{"title":"Pengembangan Potensi Keberagamaan Anak di Playgroup","authors":"Onik Zakiyyah","doi":"10.36781/tarbawi.v7i1.2973","DOIUrl":"https://doi.org/10.36781/tarbawi.v7i1.2973","url":null,"abstract":"Perkembangan teknologi memberikan dampak Positif dan Negatif terhadap perkembangan Spritual Anak. Maka dari itu, para praktisi pendidikan merasa perlu membentengi anak sejak dini dengan nilai moral dan nilai agama melalui keluarga ataupun sekolah. Salah satu lembaga yang bisa membantu dalam mengembangkan potensi keberagamaan pada anak adalah Playgroup, yang merupakan lembaga pendidikan yang pertamaDari persoalan tersebut, terdapat dua rumusan masalah yang dipilih dalam artiel ini yaitu: 1) bagaimana eksistensi playgroup dalam mengembangkan potensi keberagamaan pada anak?; 2) bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan potensi keberagamaan pada anak di Playgroup?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut penulis memilih Playgroup Roudlotus Shibyan Dsn. Buden Deket Lamongan. Pendekatan dan metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Jenis penelitiannya termasuk studi kasus yaitu merupakan penelitian yang dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail dan komprehensip. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa 1) eksistensi playgroup Roudlotus Shibyan bisa diketahui dari upaya-upaya yang dilakukan dalam mengembangkan potensi keberagamaan pada anak, diantaranya yaitu: Memberikan materi agama dan menyisipkan pesan-pesan keagamaan dalam setiap kali kegiatan belajar mengajar berlangsung, Memberikan jadwal materi yang bervariasi, Mengadakan Istighosah dan tahlilan setiap satu bulan sekali dan ziarah wali setiap satu semester. Membiasakan anak untuk membaca doa ketika akan melakukan kegiatan, belajar doa-doa sehari-hari dan juga belajar surat-surat pendek, Mengadakan peringatan PHBN dan PHBI, Melakukan evaluasi atau penilaian untuk mengetahui perkembangan yang terjadi pada anak. Menggunakan metode yang fleksibel, Guru pengajar harus lulusan pondok pesantren dan S1 PAUD atau Pendidikan Agama Islam serta memilki kepribadian yang baik dan menyenangkan. 2) faktor yang mempengaruhinya adalah adanya faktor internal dan eksternal.","PeriodicalId":33712,"journal":{"name":"Tarbawi","volume":"80 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-09-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84149613","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-09-27DOI: 10.36781/tarbawi.v7i1.2975
M. Taufiq
Kompleksnya permasalahan bangsa Indonesia membuat pendidikan menjadi garda terdepan untuk menjadi solusi jangka panjang. Korupsi, anarkisme, isu primordialisme, penyalahgunaan narkotika hingga degradasi moral menjadi kenyataan demikian tentu saja sangat memprihatinkan. Oleh karena itu, upaya perbaikan perlu segera dilakukan. Salah satu upayanya adalah melalui revitalisasi pendidikan karakter. Upaya ini selain menjadi bagian dari proses pembentukan karakter anak bangsa, juga diharapkan mampu menjadi fondasi utama dalam mensukseskan Indonesia di masa mendatang. Melalui artikel ini, penulis memandang terdapat beberapa nilai-nilai yang harus ditanamkan dalam proses pendidikan. Nilai-nilai tersebut adalah religius, toleransi, mandiri, demokratis, semangat kebangsaan, cinta tanah air, bersahabat/komunikatif, gemar membaca. Adapun tujuan penanaman nilai-nilai tersebut adalah membangun kehidupan kebangsaan yang multikultural; membangun peradaban bangsa yang cerdas, berbudaya luhur, dan mampu berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan ummat manusia, mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik serta keteladanan yang baik; membangun sikap warga negara yang mencintai damai, kreatif, mandiri, dan mampu hidup berdampingan dengan bangsa lain dalam suatu harmoni. Sementara, pendekatan instruksional yang melengkapi nilai-nilai tersebut di antaranya: pendekatan penanaman nilai (inculcation approach), pendekatan perkembangan moral kognitif (cognitive moral development approach), pendekatan analisis nilai (values analysis approach), pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach), dan pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach).
印尼问题的复杂性使教育成为长期解决方案的第一道防线。腐败、无政府主义、唯利性问题、滥用毒品到道德堕落的地步,无疑令人深感关切。因此,需要立即进行修复工作。他的努力之一是恢复品格教育。这一努力不仅是国家儿童性格形成过程的一部分,而且有望成为印尼未来成功的主要基础。通过这篇文章,作者认为在教育过程中必须灌输一些价值观。这些价值观包括宗教、宽容、独立、民主、民族主义、热爱祖国、友好/沟通、热爱阅读。至于灌输这些价值观的目的,是建立多元文化的民族生活;建立智慧、文化高尚的民族文明,有助于发展人类乌姆马特人的生活,发展良好心灵、良好思想、良好行为和良好榜样的基本潜力;建立一个热爱和平、有创造力、独立和能够与他人和谐相处的国家公民的态度。与此同时,补充价值的教学方法包括:价值植入方法(inculcation comach)、认知发展道德方法(cognitive moral development approach)、价值分析方法(values analysis approach)、价值学习方法(action learning approach)和价值验证方法(values clarification approach)。
{"title":"Revitalisasi Pendidikan Karakter di Era Global; Penanaman Nilai dan Pendekatan Instruksional","authors":"M. Taufiq","doi":"10.36781/tarbawi.v7i1.2975","DOIUrl":"https://doi.org/10.36781/tarbawi.v7i1.2975","url":null,"abstract":"Kompleksnya permasalahan bangsa Indonesia membuat pendidikan menjadi garda terdepan untuk menjadi solusi jangka panjang. Korupsi, anarkisme, isu primordialisme, penyalahgunaan narkotika hingga degradasi moral menjadi kenyataan demikian tentu saja sangat memprihatinkan. Oleh karena itu, upaya perbaikan perlu segera dilakukan. Salah satu upayanya adalah melalui revitalisasi pendidikan karakter. Upaya ini selain menjadi bagian dari proses pembentukan karakter anak bangsa, juga diharapkan mampu menjadi fondasi utama dalam mensukseskan Indonesia di masa mendatang. Melalui artikel ini, penulis memandang terdapat beberapa nilai-nilai yang harus ditanamkan dalam proses pendidikan. Nilai-nilai tersebut adalah religius, toleransi, mandiri, demokratis, semangat kebangsaan, cinta tanah air, bersahabat/komunikatif, gemar membaca. Adapun tujuan penanaman nilai-nilai tersebut adalah membangun kehidupan kebangsaan yang multikultural; membangun peradaban bangsa yang cerdas, berbudaya luhur, dan mampu berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan ummat manusia, mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik serta keteladanan yang baik; membangun sikap warga negara yang mencintai damai, kreatif, mandiri, dan mampu hidup berdampingan dengan bangsa lain dalam suatu harmoni. Sementara, pendekatan instruksional yang melengkapi nilai-nilai tersebut di antaranya: pendekatan penanaman nilai (inculcation approach), pendekatan perkembangan moral kognitif (cognitive moral development approach), pendekatan analisis nilai (values analysis approach), pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach), dan pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach).","PeriodicalId":33712,"journal":{"name":"Tarbawi","volume":"40 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-09-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87198715","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}