A. Baharun, R. Handarini, Henderiana L. L. Belli, Raden Iis Arifinatini
The study aims to measure the reproductive potential of Pasundan bulls through the relationships between scrotal circumference, body weight with sperm production. Semen was collected twice from five sexually mature Pasundan bulls aged 3-5 years old using an artificial vagina and evaluated macro- and microscopically. Data were analyzed using SPSS 20 with the One-Way ANOVA method and the relationship between variables using Pearson correlation (r). The result showed no differences in the scrotal circumference (25±2.45 cm), body weight (306.08±10.86 kg), volume (3.80±0.58 ml), and spermatozoa concentration (1355.85±6.06×106/ml) in Pasundan bulls. The results showed that scrotal circumference parameters were related to body weight and spermatozoa production (semen volume and spermatozoa concentration) in Pasundan bulls.
{"title":"CORRELATION OF SCROTAL CIRCUMFERENCE, BODY WEIGHT WITH SPERM PRODUCTION OF THE PASUNDAN BULLS","authors":"A. Baharun, R. Handarini, Henderiana L. L. Belli, Raden Iis Arifinatini","doi":"10.30997/jpn.v8i2.5366","DOIUrl":"https://doi.org/10.30997/jpn.v8i2.5366","url":null,"abstract":"The study aims to measure the reproductive potential of Pasundan bulls through the relationships between scrotal circumference, body weight with sperm production. Semen was collected twice from five sexually mature Pasundan bulls aged 3-5 years old using an artificial vagina and evaluated macro- and microscopically. Data were analyzed using SPSS 20 with the One-Way ANOVA method and the relationship between variables using Pearson correlation (r). The result showed no differences in the scrotal circumference (25±2.45 cm), body weight (306.08±10.86 kg), volume (3.80±0.58 ml), and spermatozoa concentration (1355.85±6.06×106/ml) in Pasundan bulls. The results showed that scrotal circumference parameters were related to body weight and spermatozoa production (semen volume and spermatozoa concentration) in Pasundan bulls.","PeriodicalId":339013,"journal":{"name":"Jurnal Peternakan Nusantara","volume":"32 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126779827","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu pengasapan yang terbaik dalam proses pengolah telur asin asap dengan menganalisis kadar air, pH, total fenol dan organoleptik pada telur asin asap. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap yaitu pengasapan telur dengan lama waktu yang berbeda mempunyai empat taraf perlakuan yaitu P1= 130 menit, P2 = 150 menit, P3 = 170 menit, P4 = 190 menit. Kebutuhan waktu pengasapan adalah 20 unit sampel. Variable yang di ukur adalah kadar air, pH, total fenol dan organoleptik meliputi warna, rasa, tekstur dan kesukaan. Pengujian parameter meliputi kadar air, pH terlebih dahulu di uji normalitasnya dengan menggunakan uji shapiro-Wilk. Apabila sebaran datanya normal di lanjutkan dengan uji Wilayah Ganda Duncan. Total fenol di uji secara deskriptif dan pengujian organoleptic ( warna, rasa, tekstur dan kesukaan) menggunakan uji Non parametrik Kruskal-Walis dan dilanjutkan, uji beda nyata Man witney. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lama waktu pengasapan yang berbeda dapat memberikan pengaruh yang nyata( <0,05) terhadap kadar air, pH dan organoleptik. Waktu pengasapan 190 menit dapat menurunkan kadar air, pH tetapi meningkatkan penerimaan panelis terhadap organoleptik (warna, rasa, tekstur dan kesukaan) pada telur dan adanya aktivitas antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu pengasapan yang terbaik dalam proses pengolah telur asin asap dengan menganalisis kadar air, pH, total fenol dan organoleptik pada telur asin asap. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap yaitu pengasapan telur dengan lama waktu yang berbeda mempunyai empat taraf perlakuan yaitu P1= 130 menit, P2 = 150 menit, P3 = 170 menit, P4 = 190 menit. Kebutuhan waktu pengasapan adalah 20 unit sampel. Variable yang di ukur adalah kadar air, pH, total fenol dan organoleptik meliputi warna, rasa, tekstur dan kesukaan. Pengujian parameter meliputi kadar air, pH terlebih dahulu di uji normalitasnya dengan menggunakan uji shapiro-Wilk. Apabila sebaran datanya normal di lanjutkan dengan uji Wilayah Ganda Duncan. Total fenol di uji secara deskriptif dan pengujian organoleptic ( warna, rasa, tekstur dan kesukaan) menggunakan uji Non parametrik Kruskal-Walis dan dilanjutkan, uji beda nyata Man witney. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lama waktu pengasapan yang berbeda dapat memberikan pengaruh yang nyata( <0,05) terhadap kadar air, pH dan organoleptik. Waktu pengasapan 190 menit dapat menurunkan kadar air, pH tetapi meningkatkan penerimaan panelis terhadap organoleptik (warna, rasa, tekstur dan kesukaan) pada telur dan adanya aktivitas antioksidan.
{"title":"SMOKING OF EGGS WITH DIFFERENT LENGTH OF TIME AND THE EFFECT OF SMOKE (Schleihera Oleosa Merr) ON PHYSICOCHEMICAL AND ORGANOLEPTICS OF CHICKEN EGGS","authors":"Apliana Rambu Taba Leki","doi":"10.30997/jpn.v8i2.5292","DOIUrl":"https://doi.org/10.30997/jpn.v8i2.5292","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu pengasapan yang terbaik dalam proses pengolah telur asin asap dengan menganalisis kadar air, pH, total fenol dan organoleptik pada telur asin asap. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap yaitu pengasapan telur dengan lama waktu yang berbeda mempunyai empat taraf perlakuan yaitu P1= 130 menit, P2 = 150 menit, P3 = 170 menit, P4 = 190 menit. Kebutuhan waktu pengasapan adalah 20 unit sampel. Variable yang di ukur adalah kadar air, pH, total fenol dan organoleptik meliputi warna, rasa, tekstur dan kesukaan. Pengujian parameter meliputi kadar air, pH terlebih dahulu di uji normalitasnya dengan menggunakan uji shapiro-Wilk. Apabila sebaran datanya normal di lanjutkan dengan uji Wilayah Ganda Duncan. Total fenol di uji secara deskriptif dan pengujian organoleptic ( warna, rasa, tekstur dan kesukaan) menggunakan uji Non parametrik Kruskal-Walis dan dilanjutkan, uji beda nyata Man witney. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lama waktu pengasapan yang berbeda dapat memberikan pengaruh yang nyata( <0,05) terhadap kadar air, pH dan organoleptik. Waktu pengasapan 190 menit dapat menurunkan kadar air, pH tetapi meningkatkan penerimaan panelis terhadap organoleptik (warna, rasa, tekstur dan kesukaan) pada telur dan adanya aktivitas antioksidan. \u0000Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu pengasapan yang terbaik dalam proses pengolah telur asin asap dengan menganalisis kadar air, pH, total fenol dan organoleptik pada telur asin asap. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap yaitu pengasapan telur dengan lama waktu yang berbeda mempunyai empat taraf perlakuan yaitu P1= 130 menit, P2 = 150 menit, P3 = 170 menit, P4 = 190 menit. Kebutuhan waktu pengasapan adalah 20 unit sampel. Variable yang di ukur adalah kadar air, pH, total fenol dan organoleptik meliputi warna, rasa, tekstur dan kesukaan. Pengujian parameter meliputi kadar air, pH terlebih dahulu di uji normalitasnya dengan menggunakan uji shapiro-Wilk. Apabila sebaran datanya normal di lanjutkan dengan uji Wilayah Ganda Duncan. Total fenol di uji secara deskriptif dan pengujian organoleptic ( warna, rasa, tekstur dan kesukaan) menggunakan uji Non parametrik Kruskal-Walis dan dilanjutkan, uji beda nyata Man witney. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lama waktu pengasapan yang berbeda dapat memberikan pengaruh yang nyata( <0,05) terhadap kadar air, pH dan organoleptik. Waktu pengasapan 190 menit dapat menurunkan kadar air, pH tetapi meningkatkan penerimaan panelis terhadap organoleptik (warna, rasa, tekstur dan kesukaan) pada telur dan adanya aktivitas antioksidan. \u0000 ","PeriodicalId":339013,"journal":{"name":"Jurnal Peternakan Nusantara","volume":"49 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132812210","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ayam KUB merupakan ayam asli Indonesia hasil pemuliabiakan enam generasi oleh Balitnak. Faktor yang mempengaruhi produktivitas bersifat internal dan eksternal salah satunya pakan. Namun, bahan pakan dengan harga tinggi adalah tepung ikan. Usaha untuk mengatasinya adalah mencari bahan pakan alternatif yang kualitasnya hampir mirip dengan tepung ikan, yaitu larva lalat black soldier fly. Kandungan larva lalat BSF adalah: protein kasar 40,2%, lemak kasar 28%, kalsium 2,36%, dan fosfor 0,88%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui performa ayam KUB yang diberi tepung larva BSF sebagai pengganti tepung ikan dalam ransum. Penelitian ini dilaksanakan selama 75 hari pada 1 april 2021 s/d 15 juni 2021 di Kampung Nambo Peuntas, Desa Suka Jaya, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah DOC ayam KUB unsexing umur 1 hari dengan rataan 29,77±2,94 sebanyak 100 ekor. Rancangan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap terdiri atas 5 perlakuan 4 ulangan dengan 5 ekor ayam disetiap kandang. Perlakuan yang diberikan yaitu: R0 = 0% tepung larva BSF +10% tepung ikan dalam ransum. R1 = 2,5% tepung larva BSF + 7,5% tepung ikan dalam ransum. R2 = 5% tepung larva BSF + 5% tepung ikan dalam ransum. R3 = 7,5% tepung larva BSF + 2,5% tepung ikan dalam ransum, R4 = 10% tepung larva BSF + 0% tepung ikan dalam ransum. Hasil penelitian ini menunjukan perbedaan tidak nyata (P>0,05) terhadap performa ayam KUB sehingga penggantian tepung ikan dengan tepung larva BSF tidak mengganggu performa ayam KUB, namun terdapat kecenderungan perlakuan R4 merupakan perlakuan terbaik.
{"title":"PERFORMA AYAM KAMPUNG UNGGUL BALITNAK (KUB) YANG DIBERI TEPUNG LARVA BLACK SOLDIER FLY (BSF) (Hermetia Illucens) SEBAGAI PENGGANTI TEPUNG IKAN DALAM RANSUM","authors":"Dede Kosasih, Anggraeni, Hanafi Nur","doi":"10.30997/jpn.v8i2.6940","DOIUrl":"https://doi.org/10.30997/jpn.v8i2.6940","url":null,"abstract":"Ayam KUB merupakan ayam asli Indonesia hasil pemuliabiakan enam generasi oleh Balitnak. Faktor yang mempengaruhi produktivitas bersifat internal dan eksternal salah satunya pakan. Namun, bahan pakan dengan harga tinggi adalah tepung ikan. Usaha untuk mengatasinya adalah mencari bahan pakan alternatif yang kualitasnya hampir mirip dengan tepung ikan, yaitu larva lalat black soldier fly. Kandungan larva lalat BSF adalah: protein kasar 40,2%, lemak kasar 28%, kalsium 2,36%, dan fosfor 0,88%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui performa ayam KUB yang diberi tepung larva BSF sebagai pengganti tepung ikan dalam ransum. Penelitian ini dilaksanakan selama 75 hari pada 1 april 2021 s/d 15 juni 2021 di Kampung Nambo Peuntas, Desa Suka Jaya, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah DOC ayam KUB unsexing umur 1 hari dengan rataan 29,77±2,94 sebanyak 100 ekor. Rancangan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap terdiri atas 5 perlakuan 4 ulangan dengan 5 ekor ayam disetiap kandang. Perlakuan yang diberikan yaitu: R0 = 0% tepung larva BSF +10% tepung ikan dalam ransum. R1 = 2,5% tepung larva BSF + 7,5% tepung ikan dalam ransum. R2 = 5% tepung larva BSF + 5% tepung ikan dalam ransum. R3 = 7,5% tepung larva BSF + 2,5% tepung ikan dalam ransum, R4 = 10% tepung larva BSF + 0% tepung ikan dalam ransum. Hasil penelitian ini menunjukan perbedaan tidak nyata (P>0,05) terhadap performa ayam KUB sehingga penggantian tepung ikan dengan tepung larva BSF tidak mengganggu performa ayam KUB, namun terdapat kecenderungan perlakuan R4 merupakan perlakuan terbaik.","PeriodicalId":339013,"journal":{"name":"Jurnal Peternakan Nusantara","volume":"49 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122677400","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The aim of this research was to evaluate the use of lemuru fish oil as palm oil substitution in ration on broiler performance. This research used 200 Ross broilers day old chick (DOC) is divided into 4 treatments and 5 replications. This research used a completely randomized design (CRD), where the treatments level of palm oil and lemuru fish oil were respectively P0 = rations containing 3% palm oil and 0% lemuru fish oil, P1 = rations containing 2% palm oil and 1% lemuru fish oil, P2 = rations containing 1% palm oil and 2% lemuru fish oil, P3 = rations containing 0% palm oil and 3% lemuru fish oil. The variables observed were feed intake, final body weight, body weight gain, feed conversion ratio (FCR), mortality, and income over feed and chick cost (IOFCC). The data were analyzed using analysis of variance (ANOVA). The significant result (P<0,05) were followed by Duncan test. The results showed a significant effect (P<0.05) in decreasing FCR in the starter period with a higher level of use of lemuru fish oil, increasing body weight gain and decreasing FCR in the finisher period with a lower level of use of lemuru fish oil, but the treatments did not significantly effect on performance broiler during the age of 35 days. Weight and percentage of internal organs and digestive tract under normal conditions, except liver weight. The conclusion of this study was the use of 3% lemuru fish oil can improve FCR in the starter phase, but the different level of palm oil and lemuru fish oil until 3 % in broiler rations does not affect on broiler performance during the age of 35 days.
{"title":"KOMBINASI MINYAK IKAN LEMURU DAN MINYAK KELAPA SAWIT DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA DAN ORGAN DALAM AYAM BROILER","authors":"D. M. Suci","doi":"10.30997/jpn.v8i2.6774","DOIUrl":"https://doi.org/10.30997/jpn.v8i2.6774","url":null,"abstract":"The aim of this research was to evaluate the use of lemuru fish oil as palm oil substitution in ration on broiler performance. This research used 200 Ross broilers day old chick (DOC) is divided into 4 treatments and 5 replications. This research used a completely randomized design (CRD), where the treatments level of palm oil and lemuru fish oil were respectively P0 = rations containing 3% palm oil and 0% lemuru fish oil, P1 = rations containing 2% palm oil and 1% lemuru fish oil, P2 = rations containing 1% palm oil and 2% lemuru fish oil, P3 = rations containing 0% palm oil and 3% lemuru fish oil. The variables observed were feed intake, final body weight, body weight gain, feed conversion ratio (FCR), mortality, and income over feed and chick cost (IOFCC). The data were analyzed using analysis of variance (ANOVA). The significant result (P<0,05) were followed by Duncan test. The results showed a significant effect (P<0.05) in decreasing FCR in the starter period with a higher level of use of lemuru fish oil, increasing body weight gain and decreasing FCR in the finisher period with a lower level of use of lemuru fish oil, but the treatments did not significantly effect on performance broiler during the age of 35 days. Weight and percentage of internal organs and digestive tract under normal conditions, except liver weight. \u0000The conclusion of this study was the use of 3% lemuru fish oil can improve FCR in the starter phase, but the different level of palm oil and lemuru fish oil until 3 % in broiler rations does not affect on broiler performance during the age of 35 days. \u0000 ","PeriodicalId":339013,"journal":{"name":"Jurnal Peternakan Nusantara","volume":"129 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114540972","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Raguati Raguati, A. Insulistyowati, Dimas Prasetyo Silaban, E. Musnandar, Afzalani Afzalani, Zulfa Elymaizar, Indra Sulaksana
Penelitian ini bertujuan untuk mengetauhi efek pemberian daun karet yang disuplementasi dengan probiotik dalam pakan terhadap konsumsi pakan, total telur cacing pada saluran pencernaan dan profil hemogram kambing Peranakan etawah(PE). Penelitian ini menggunakan 12 ekor kambing PE yang sedang laktasi. Pakan terdiri dari hijauan( rumput lapang, daun karet) dan konsentrat terdiri dari 38% dedak, 28% jagung halus, 27% bungkil kedele, 5% bungkil kelapa, 1% garam, 1% mineral mix. Probiotik yang digunakan berupa (Bacillus pumilus st. L1) sebanyak 1% dari pakan yang mengandung bakteri sebanyak 2,8 x 1017 CFU/ml(Raguati et al., 2015). Rancangan penelitian adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) 4x3 dengan 4 perlakuan dan 3 kelompok berdasarkan produksi susu. Perlakuan : P1: (0% Daun Karet + 60% Rumput Lapang) + 40% konsentrat, P2:( 15% Daun Karet + 45% Rumput Lapang)+ 1% Probiotik + 40% konsentrat, P3: (30% Daun Karet + 30% Rumput Lapang) + 1% Probiotik+ 40% konsentrat, dan P4: (45% Daun Karet + 15% Rumput Lapang)+ 1% Probiotik + 40% konsentrat. Peubah yang diamati adalah konsumsi ransum, prevalensi cacing, total telur cacing per gram feses kambing PE. Data yang diperoleh dianalisis mengunakan analisis sidik ragam (ANOVA) dan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi ransum, jumlah telur cacing. Konsumsi bahan kering ransum berkisar 597,92 – 890,84 gram/ekor/hari, dan total telur cacing berkisar 15,17 – 56,00 sel/gram feces dengan penurunan telur cacing berkisar 15,79%-75,41% Kesimpulan bahwa pemberian daun karet hingga 45% yang disuplementasi probiotik (Bacillus pumilus St. L1) dalam pakan dapat menurunkan telur cacing saluran pencernaan ternak kambing PE hingga 75,41%
这项研究的目的是影响饲料中含有益生菌的橡胶叶对消化管、消化管的总蠕虫卵和山羊的血液成分成分说明的影响。这项研究涉及12只正在哺乳的山羊。饲料由38%的淀粉、28%的细玉米、27%的豆蔻、5%的椰子豆瓣、1%的盐和1%的矿物混合而成。使用的益生菌为2.8×1017英寸(Raguati et al)的细菌饲料的1%。研究计划是由4个x3组随机设计,4种治疗方法和3个基于牛奶生产的组织。待遇:P1(0%橡胶叶草宽敞60%)+ 40%的浓缩,P2: 15%(叶子橡胶45%草宽敞)+ 1%的益生菌+ 40%的浓缩,P3:(30%橡胶叶草宽敞30%)+ 1%的益生菌+ 40%的浓缩,P4:叶(45%橡胶+ 15%草宽敞)1%的益生菌+ 40%的浓缩。观察到的变化是口粮、蠕虫的流行情况、每克山羊粪便中总有蠕虫蛋。所获得的数据是通过分析(ANOVA)进行的,然后对邓肯进行复测。研究结果表明,治疗方法对蠕虫的摄入量(P< 0.01)有着非常明显的影响。干货口粮消费597.92不等——890.84克虫尾巴/天,总共鸡蛋15,17不等——细胞56,00 -克虫的排泄物鸡蛋下降15,79%-75,41%结论,橡胶树叶礼物美元到45%不等disuplementasi的益生菌(芽孢杆菌L1 pumilus St .)牛消化道的蠕虫可以降低饲料鸡蛋中的山羊PE到75,41%
{"title":"The Effect of Feeding Rubber Leaves Supplemented with Probiotics on Eggs Worm in Digestive Tract of Ettawa Cross Breed Goat","authors":"Raguati Raguati, A. Insulistyowati, Dimas Prasetyo Silaban, E. Musnandar, Afzalani Afzalani, Zulfa Elymaizar, Indra Sulaksana","doi":"10.30997/jpn.v8i2.6620","DOIUrl":"https://doi.org/10.30997/jpn.v8i2.6620","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetauhi efek pemberian daun karet yang disuplementasi dengan probiotik dalam pakan terhadap konsumsi pakan, total telur cacing pada saluran pencernaan dan profil hemogram kambing Peranakan etawah(PE). Penelitian ini menggunakan 12 ekor kambing PE yang sedang laktasi. Pakan terdiri dari hijauan( rumput lapang, daun karet) dan konsentrat terdiri dari 38% dedak, 28% jagung halus, 27% bungkil kedele, 5% bungkil kelapa, 1% garam, 1% mineral mix. Probiotik yang digunakan berupa (Bacillus pumilus st. L1) sebanyak 1% dari pakan yang mengandung bakteri sebanyak 2,8 x 1017 CFU/ml(Raguati et al., 2015). Rancangan penelitian adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) 4x3 dengan 4 perlakuan dan 3 kelompok berdasarkan produksi susu. Perlakuan : P1: (0% Daun Karet + 60% Rumput Lapang) + 40% konsentrat, P2:( 15% Daun Karet + 45% Rumput Lapang)+ 1% Probiotik + 40% konsentrat, P3: (30% Daun Karet + 30% Rumput Lapang) + 1% Probiotik+ 40% konsentrat, dan P4: (45% Daun Karet + 15% Rumput Lapang)+ 1% Probiotik + 40% konsentrat. Peubah yang diamati adalah konsumsi ransum, prevalensi cacing, total telur cacing per gram feses kambing PE. Data yang diperoleh dianalisis mengunakan analisis sidik ragam (ANOVA) dan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi ransum, jumlah telur cacing. Konsumsi bahan kering ransum berkisar 597,92 – 890,84 gram/ekor/hari, dan total telur cacing berkisar 15,17 – 56,00 sel/gram feces dengan penurunan telur cacing berkisar 15,79%-75,41% Kesimpulan bahwa pemberian daun karet hingga 45% yang disuplementasi probiotik (Bacillus pumilus St. L1) dalam pakan dapat menurunkan telur cacing saluran pencernaan ternak kambing PE hingga 75,41%","PeriodicalId":339013,"journal":{"name":"Jurnal Peternakan Nusantara","volume":"160 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127576791","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Itik merupakan jenis unggas yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan oleh masyarakat Indonesia. Pakan adalah fakor pendukung dalam pertumbuhan ternak. Tanaman asam gelugur (Garnicia atroviridis) memiliki kandungan zat aktif berupa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, karbohidrat dan protein juga asam-asam organik seperti asam tartarik, asam sitrat, dan juga asam malat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian tepung daun asam gelugur dalam ransum non konvensional terfermentasi terhadap performa itik tegal. Penelitian ini sebanyak 24 ekor dengan umur 2 minggu. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan dengan 24 unit percobaan, masing masing unit terdiri terdiri dari 2 ekor itik tegal jantan. Perlakuan Penelitian menggunakan tepung daun asam gelugur dengan persentase R1=0% (Kontrol), R2=2%, R3=4%, R4=6%. Data dianalisis menggunakan analisis ragam bila hasil menunjukkan berbeda nyata (P<0,05) atau tidak berbeda nyata (P>0,05), maka akan dilanjutkan dengan uji lanjut. Hasil penelitian menunjukkan peubah penelitian yaitu konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi ransum, dan mortalitas, berpengaruh nyata oleh pemberian tepung daun asam gelugur (P<0,05).
{"title":"PERFORMA ITIK TEGAL JANTAN FASE GROWER YANG DIBERI TEPUNG DAUN ASAM GELUGUR (GARCINIA ATROVIRIDIS) DALAM RANSUM NON KONVENSIONAL TERFERMENTASI","authors":"Fiqy EkoPrasetyo","doi":"10.30997/jpn.v8i1.5611","DOIUrl":"https://doi.org/10.30997/jpn.v8i1.5611","url":null,"abstract":"Itik merupakan jenis unggas yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan oleh masyarakat Indonesia. Pakan adalah fakor pendukung dalam pertumbuhan ternak. Tanaman asam gelugur (Garnicia atroviridis) memiliki kandungan zat aktif berupa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, karbohidrat dan protein juga asam-asam organik seperti asam tartarik, asam sitrat, dan juga asam malat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian tepung daun asam gelugur dalam ransum non konvensional terfermentasi terhadap performa itik tegal. Penelitian ini sebanyak 24 ekor dengan umur 2 minggu. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan dengan 24 unit percobaan, masing masing unit terdiri terdiri dari 2 ekor itik tegal jantan. Perlakuan Penelitian menggunakan tepung daun asam gelugur dengan persentase R1=0% (Kontrol), R2=2%, R3=4%, R4=6%. Data dianalisis menggunakan analisis ragam bila hasil menunjukkan berbeda nyata (P<0,05) atau tidak berbeda nyata (P>0,05), maka akan dilanjutkan dengan uji lanjut. Hasil penelitian menunjukkan peubah penelitian yaitu konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi ransum, dan mortalitas, berpengaruh nyata oleh pemberian tepung daun asam gelugur (P<0,05). \u0000 \u0000 \u0000 ","PeriodicalId":339013,"journal":{"name":"Jurnal Peternakan Nusantara","volume":"10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134540115","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak kemangi yang terbaik sebagai bahan pembuatan dendeng sapi dengan menganalisis kadar air, pH, Antioksidan Dan Organoleptik pada dendeng sapi. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Yaitu Perendaman daging dengan konsentrasi kemangi yang berbeda. Penggunaan kemangi mempuyai tiga taraf konsentrasi perendaman yaitu P1=20%, P2=25%, P3= 30%, P4=35%. Kebutuhan untuk perendaman daging dengan kemangi adalah 20 unit sampel. Variabel yang diukur adalah kadar air, pH, antioksidan, dan organoleptik meliputi warna, rasa, tekstur dan kesukaan. Pengujian parameter terlebih dahulu di uji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Apabila sebaran datanya normal diuji dengan ANOVA pada taraf 5%, apabila terdapat pengaruh di lanjutkan dengan uji Wilayah Ganda Duncan. Antioksidan di uji secara deskriptif dan pengujian sifat organoleptik (warna, rasa, tekstur dan kesukaan) menggunakan uji Non Parametrik Kruskal-Walis dan dilanjutkan, uji beda nyata Man Witney. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsentrasi kemangi yang berbeda dapat memberikan pengaruh yang nyata (P <0,05) terhadap kadar air, pH dan organoleptik. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak kemangi dapat menurunkan kadar air, menormalkan nilai pH, meningkatkan organoleptik. Pemberian konsentrasi kemangi 25% sampai 35% dapat miningkatkan aktivitas antioksidan pada dendeng.
{"title":"EKSTRAK KEMANGI (OCIMUM BASILICUM L) YANG BERBEDA DAN PENGARUHNYA TERHADAP FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK DENDENG SAPI","authors":"Anjelita Rambu Nipa","doi":"10.30997/jpn.v8i1.5087","DOIUrl":"https://doi.org/10.30997/jpn.v8i1.5087","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak kemangi yang terbaik sebagai bahan pembuatan dendeng sapi dengan menganalisis kadar air, pH, Antioksidan Dan Organoleptik pada dendeng sapi. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Yaitu Perendaman daging dengan konsentrasi kemangi yang berbeda. Penggunaan kemangi mempuyai tiga taraf konsentrasi perendaman yaitu P1=20%, P2=25%, P3= 30%, P4=35%. Kebutuhan untuk perendaman daging dengan kemangi adalah 20 unit sampel. Variabel yang diukur adalah kadar air, pH, antioksidan, dan organoleptik meliputi warna, rasa, tekstur dan kesukaan. Pengujian parameter terlebih dahulu di uji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Apabila sebaran datanya normal diuji dengan ANOVA pada taraf 5%, apabila terdapat pengaruh di lanjutkan dengan uji Wilayah Ganda Duncan. Antioksidan di uji secara deskriptif dan pengujian sifat organoleptik (warna, rasa, tekstur dan kesukaan) menggunakan uji Non Parametrik Kruskal-Walis dan dilanjutkan, uji beda nyata Man Witney. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsentrasi kemangi yang berbeda dapat memberikan pengaruh yang nyata (P <0,05) terhadap kadar air, pH dan organoleptik. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak kemangi dapat menurunkan kadar air, menormalkan nilai pH, meningkatkan organoleptik. Pemberian konsentrasi kemangi 25% sampai 35% dapat miningkatkan aktivitas antioksidan pada dendeng.","PeriodicalId":339013,"journal":{"name":"Jurnal Peternakan Nusantara","volume":"17 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128282263","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini memiliki tujuan agar mengetahui pengaruh dari penambahan aktivator Stardec kepada kualitas kompos yang mengunakan bahan dasar pelepah sawit dan feses sapi. Penelitian ini dilaksanakan selama ±1 bulan pengomposan di laboraturium budidaya ternak dan hijauan Fakultas peternakan Universitas Jambi dan Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UNAND. Penelitian yang dilaksanakan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan serta 5 ulangan. Bahan yang digunakan yaitu pelepah sawit 70% + feses sai 25% + urea 1% + dedak 4%, dengan penggunaan stardek A0 0%, A1 0,5%, A2 1% dan A3 1,5%. Peubah yang diamati yaitu pH, dan unsur yang terkandung didalamnya yaitu (karbon, nitrogen, fosfor, kalium, serta rasio C/N). dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan pH (6-7). Hasil analisis statistic menunjukkan bahwa penambahan Stardec berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap karbon, fosfor dan kalium. Berpengaruh tidak nyata (P>0,05) kepada nitrogen dan rasio C/N. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil terbaik dari kandungan yang terdapat pada kompos seperti (C,N,P,K dan rasio C/N) dan pH yaitu penambahan Stardec 1,5%.
{"title":"PENGGUNAAN AKTIVATOR STARDEC TERHADAP KUALITAS KOMPOS BERBAHAN DASAR PELEPAHSAWIT DAN FESES SAPI","authors":"Muhammad Alfarezy, H. Syafria, Adriani Adriani","doi":"10.30997/jpn.v8i1.4926","DOIUrl":"https://doi.org/10.30997/jpn.v8i1.4926","url":null,"abstract":"Penelitian ini memiliki tujuan agar mengetahui pengaruh dari penambahan aktivator Stardec kepada kualitas kompos yang mengunakan bahan dasar pelepah sawit dan feses sapi. Penelitian ini dilaksanakan selama ±1 bulan pengomposan di laboraturium budidaya ternak dan hijauan Fakultas peternakan Universitas Jambi dan Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UNAND. Penelitian yang dilaksanakan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan serta 5 ulangan. Bahan yang digunakan yaitu pelepah sawit 70% + feses sai 25% + urea 1% + dedak 4%, dengan penggunaan stardek A0 0%, A1 0,5%, A2 1% dan A3 1,5%. Peubah yang diamati yaitu pH, dan unsur yang terkandung didalamnya yaitu (karbon, nitrogen, fosfor, kalium, serta rasio C/N). dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan pH (6-7). Hasil analisis statistic menunjukkan bahwa penambahan Stardec berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap karbon, fosfor dan kalium. Berpengaruh tidak nyata (P>0,05) kepada nitrogen dan rasio C/N. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil terbaik dari kandungan yang terdapat pada kompos seperti (C,N,P,K dan rasio C/N) dan pH yaitu penambahan Stardec 1,5%.","PeriodicalId":339013,"journal":{"name":"Jurnal Peternakan Nusantara","volume":"21 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124089720","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Salah satu alternatif limbah pertanian yang dapat digunakan sebagai pakan ternak ruminansia khususnya pada musim kemarau adalah daun ubi kayu (Manihot esculenta) melalui pengolahan silase. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas fraksi serat yang terkandung dalam silase daun ubi kayu dengan penambahan level onggok dan lama fermentasi yang berbeda. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan dua faktor perlakuan yaitu faktor A (level penambahan onggok yaitu 0, 25 dan 50 %) dan faktor B (lama fermentasi yaitu 0, 14 dan 28 hari) Parameter yang diukur adalah komposisi fraksi serat meliputi Neutral Detergent Fiber (NDF), Acid Detergent Fiber (ADF), Acid Detergent Lignin (ADL), hemiselulosa dan selulosa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya interaksi antara penambahan level onggok dan lama fermentasi yang berbeda terhadap kandungan fraksi serat NDF, ADF, ADL, Hemiselulosa dan Selulosa. Kesimpulan penelitian ini bahwa penambahan level onggok 25% dan lama fermentasi 28 hari mampu memperbaiki kualitas fraksi serat silase ubi kayu.
{"title":"PERBEDAAN LEVEL ONGGOK DAN LAMA FERMENTASI TERHADAP FRAKSI SERAT SILASE DAUN UBI KAYU","authors":"A. E. Harahap","doi":"10.30997/jpn.v8i1.5282","DOIUrl":"https://doi.org/10.30997/jpn.v8i1.5282","url":null,"abstract":"Salah satu alternatif limbah pertanian yang dapat digunakan sebagai pakan ternak ruminansia khususnya pada musim kemarau adalah daun ubi kayu (Manihot esculenta) melalui pengolahan silase. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas fraksi serat yang terkandung dalam silase daun ubi kayu dengan penambahan level onggok dan lama fermentasi yang berbeda. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan dua faktor perlakuan yaitu faktor A (level penambahan onggok yaitu 0, 25 dan 50 %) dan faktor B (lama fermentasi yaitu 0, 14 dan 28 hari) Parameter yang diukur adalah komposisi fraksi serat meliputi Neutral Detergent Fiber (NDF), Acid Detergent Fiber (ADF), Acid Detergent Lignin (ADL), hemiselulosa dan selulosa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya interaksi antara penambahan level onggok dan lama fermentasi yang berbeda terhadap kandungan fraksi serat NDF, ADF, ADL, Hemiselulosa dan Selulosa. Kesimpulan penelitian ini bahwa penambahan level onggok 25% dan lama fermentasi 28 hari mampu memperbaiki kualitas fraksi serat silase ubi kayu.","PeriodicalId":339013,"journal":{"name":"Jurnal Peternakan Nusantara","volume":"8 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122503998","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Bambang Hadisutanto, Bachtaruddin Badewi, Fransiska K. Banola, Abner Tonu Lema
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas nutrien dan nilai kecernaan bahan kering dan bahan organik pakan lokal. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Politeknik Pertanian Negeri Kupang selama 2 bulan. Variabel yang diamati adalah kualitas nutrien serta kecernaan bahan kering dan bahan organik secara in vitro. Hasil analisis menunjukkan rata-rata kandungan nutrien bahan pakan lokal yaitu daun gamal (BK 93,77%), tepung putak (BO 90,33%), tepung ikan (PK 43,45%), tepung ikan (LK 4,61%), dedak padi (SK 29,84%), tepung ikan (KA 39,44%). Kecernaan bahanorganik tertinggi ada pada tepung putak 66,47%, diikuti tepung ikan 57,76%, daun gamal 56,42%, klobot jagung 47,52%, dan dedak padi sebesar 40,78%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahan pakan lokal untuk ternak kambing yaitu dedak padi, klobot jagung, tepung ikan, tepung putak dan daun gamal dapat direkomendasikan sebagai pakan ternak
{"title":"KUALITAS NUTRIEN DAN KECERNAAN IN VITRO BEBERAPA PAKAN LOKAL TERNAK KAMBING DI LAHAN KERING KEPULAUAN","authors":"Bambang Hadisutanto, Bachtaruddin Badewi, Fransiska K. Banola, Abner Tonu Lema","doi":"10.30997/jpn.v8i1.5017","DOIUrl":"https://doi.org/10.30997/jpn.v8i1.5017","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas nutrien dan nilai kecernaan bahan kering dan bahan organik pakan lokal. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Politeknik Pertanian Negeri Kupang selama 2 bulan. Variabel yang diamati adalah kualitas nutrien serta kecernaan bahan kering dan bahan organik secara in vitro. Hasil analisis menunjukkan rata-rata kandungan nutrien bahan pakan lokal yaitu daun gamal (BK 93,77%), tepung putak (BO 90,33%), tepung ikan (PK 43,45%), tepung ikan (LK 4,61%), dedak padi (SK 29,84%), tepung ikan (KA 39,44%). Kecernaan bahanorganik tertinggi ada pada tepung putak 66,47%, diikuti tepung ikan 57,76%, daun gamal 56,42%, klobot jagung 47,52%, dan dedak padi sebesar 40,78%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahan pakan lokal untuk ternak kambing yaitu dedak padi, klobot jagung, tepung ikan, tepung putak dan daun gamal dapat direkomendasikan sebagai pakan ternak","PeriodicalId":339013,"journal":{"name":"Jurnal Peternakan Nusantara","volume":"16 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130310177","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}