Analisis wacana merupakan hal yang paling sangat diperlukan dalam dunia perpolitikan. Dengan analisis wacana kita dapat mengetahui apa pesan sebenarnya yang diingin disampaikan oleh partai polotik dalam berkampanye. Terkhusus pada paslon no 2 dalam pidato kampanyenya di Boyolali. Bapak Prabowo memberikan pidato yang berjudul Tampang Boyolali dan Masalah Ekonomi, yang sekaligus menjadi data dan objek pada penelitian ini. Penelitian ini bertujuan melihat bagaimana frekuensi dan tingkat modalitas yang terdapat pada teks pidato Prabowo dengan menggunakan teori Saragih dengan pendekatan Linguistik Fungsional Sistemik. Metode dalam penelitian yaitu metode deskriptif analisis dan metode penyajian data dengan tabel. Maka hasil yang ditemukan dari penelitian ini adalah ada 8 probabilitas – tinggi, 2 keharusan – tinggi, 1 keharusan – menengah, 2 kecenderungan – tinggi, 2 kecenderungan – menengah. Discourse analysis is the most necessary thing in the world of politics. With a discourse analysis we can find out what the actual message that the political party wants to convey in campaigning. Especially for candidate number 2 in his campaign speech in Boyolali. Mr Prabowo gave a speech entitled Look at Boyolali and Economic Problems, which also became the data and objects in this study. This study aims to see how the frequency and level of modalities contained in Prabowo's text using Saragih's theory with the Systemic Functional Linguistic approach. In facilitating this research, the author uses descriptive analysis methods and methods of presenting data with tables. Then the results obtained from this study are 8 probabilities - high, 2 necessities - high, 1 must - medium, 2 tendencies - high, 2 tendencies - medium.
{"title":"Analisis Modalitas Pada Teks Pidato Prabowo Soal Tampang Boyolali dan Masalah Ekonomi Kajian Linguistik Fungsional Sistemik","authors":"Sri Octaviyanti, Nurlela","doi":"10.32734/LWSA.V3I2.905","DOIUrl":"https://doi.org/10.32734/LWSA.V3I2.905","url":null,"abstract":"Analisis wacana merupakan hal yang paling sangat diperlukan dalam dunia perpolitikan. Dengan analisis wacana kita dapat mengetahui apa pesan sebenarnya yang diingin disampaikan oleh partai polotik dalam berkampanye. Terkhusus pada paslon no 2 dalam pidato kampanyenya di Boyolali. Bapak Prabowo memberikan pidato yang berjudul Tampang Boyolali dan Masalah Ekonomi, yang sekaligus menjadi data dan objek pada penelitian ini. Penelitian ini bertujuan melihat bagaimana frekuensi dan tingkat modalitas yang terdapat pada teks pidato Prabowo dengan menggunakan teori Saragih dengan pendekatan Linguistik Fungsional Sistemik. Metode dalam penelitian yaitu metode deskriptif analisis dan metode penyajian data dengan tabel. Maka hasil yang ditemukan dari penelitian ini adalah ada 8 probabilitas – tinggi, 2 keharusan – tinggi, 1 keharusan – menengah, 2 kecenderungan – tinggi, 2 kecenderungan – menengah. \u0000Discourse analysis is the most necessary thing in the world of politics. With a discourse analysis we can find out what the actual message that the political party wants to convey in campaigning. Especially for candidate number 2 in his campaign speech in Boyolali. Mr Prabowo gave a speech entitled Look at Boyolali and Economic Problems, which also became the data and objects in this study. This study aims to see how the frequency and level of modalities contained in Prabowo's text using Saragih's theory with the Systemic Functional Linguistic approach. In facilitating this research, the author uses descriptive analysis methods and methods of presenting data with tables. Then the results obtained from this study are 8 probabilities - high, 2 necessities - high, 1 must - medium, 2 tendencies - high, 2 tendencies - medium.","PeriodicalId":339972,"journal":{"name":"Talenta Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts (LWSA)","volume":"22 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-10-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133340350","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini membahas tentang konsep nama kuliner khas Karo dengan kajian metabahasa semantik alami. Hal yang melatar belakangi dilakukan penelitian ini adalah kajian dengan menggunakan teori metabahasa semantik alami pada kelas kata nomina masih sangat minim dikaji oleh para linguis. Secara khusus pada bahasa Karo belum pernah diteliti oleh para linguis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsep nama kuliner khas Karo dalam kaian metabahasa semantik alami. Data penelitian diperoleh dari penutur asli bahasa Karo dengan teknik wawancara. Selanjutnya data dianalisis dengan metode agih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep nama kuliner khas Karo dibagi menjadi lima kategorisasi, yakni pertama konsep nama kuliner khas Karo yang digunakan pada pesta perkawinan, kedua konsep nama kliner khas Karo yang digunakan pada pesta tahunan, ketiga konsep nama kuliner khas Karo yang digunakan setelah panen, keempat konsep nama kuliner khas Karo yang digunakan pada acara memasuki rumah baru, dan kelima konsep nama kuliner khas Karo yang digunakan pada acara kematian. Setelah dikategorisasikan data dianalisis dengan teknik parafrase untuk memperlihatkan perbedaan makna yang terdapat pada data tersebut. makna peralatan dapur dibentuk oleh elemen makna asali SESUATU, KARENA, SESEORANG, ADA, dan INGIN. This research discusses the concept of the unique culinary name of Karo with the study of natural semantic metallicasa. The background of this research is the study using natural semantic metallicasa theory in the noun word class is still very minimal studied by linguists. In particular the Karo language has never been studied by linguists. This study aims to analyze the concept of the unique culinary name of Karo in a semantic natural meta-text. The research data were obtained from native speakers of Karo language with interview techniques. Then the data is analyzed by the method of distribution. The results showed that the concept of a typical Karo culinary name was divided into five categorizations, namely the first concept of a typical Karo culinary name used at a wedding, secondly the concept of a Karo-typical clinical name used at an annual party, the three concepts of a Karo-type culinary name used after harvest, the four concepts of Karo distinctive names used in the event entering a new home, and the five concepts of Karo distinctive names used at the death event. After categorizing the data, it is analyzed by paraphrasing techniques to show the different meanings contained in the data. the meaning of kitchen utensils is formed by the original meaning elements SOMETHING, BECAUSE, SOMEONE, THERE, and WANT.
这项研究涉及卡罗的典型烹饪名称的概念与自然语义元研究。这项研究的最后一点是,在语言学家的词汇水平上使用自然语义元理论进行的研究。专门研究卡罗语,这是语言学家从未研究过的。本研究的目的是分析卡罗在天然语义语音学中使用的典型烹饪名称的概念。研究数据来自母语为卡罗语的访谈技术人员。然后通过a采集方法分析数据。研究结果表明,烹饪独特名字Karo分为五个分类的概念,即名字概念的典型Karo烹饪在婚礼上使用,两个概念典型kliner卡罗的名字用在名字的年度派对,这三个概念的典型Karo烹饪收获后,使用的典型Karo烹饪第四名的概念用于烹饪节目进入了新房子,和第五名的概念用于活动的典型Karo死亡。通过转述技术分析数据,显示数据的含义差异。厨房的意义是由某物的意义所塑造的,因为,某人,存在,和愿望。这项研究揭示了独一无二的culinary的概念与自然语义金属研究。这项研究的背景是研究。特别是卡罗语从来没有被语言学家研究过。这个研究是用来分析独特的楔形文字的概念的。研究数据来自卡罗语言的原始语言,并接受技术采访。然后数据被分销方法分析。results那里的理念》a典型Karo culinary名字是divided第一理念》进入五categorizations, namely a典型Karo culinary名字以前at a婚礼之理念,secondly Karo-typical临床名字以前at an annual party,三只concepts of a Karo-type culinary叫过去之后收获的季节,境四concepts of Karo独特名字过去事件进入a new home,《五concepts of Karo独特名字以前at The死亡事件。在分析了数据之后,它是一种分析技术来展示不同的数据含义。厨房的意思是由某样东西的原意组成,因为,有人,在那里,也想要。
{"title":"Konsep Nama Kuliner Khas Karo: Kajian Metabahasa Semantik Alami","authors":"Hariati Br Sembiring, Mulyadi, Eddy Setia","doi":"10.32734/LWSA.V3I3.885","DOIUrl":"https://doi.org/10.32734/LWSA.V3I3.885","url":null,"abstract":"Penelitian ini membahas tentang konsep nama kuliner khas Karo dengan kajian metabahasa semantik alami. Hal yang melatar belakangi dilakukan penelitian ini adalah kajian dengan menggunakan teori metabahasa semantik alami pada kelas kata nomina masih sangat minim dikaji oleh para linguis. Secara khusus pada bahasa Karo belum pernah diteliti oleh para linguis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsep nama kuliner khas Karo dalam kaian metabahasa semantik alami. Data penelitian diperoleh dari penutur asli bahasa Karo dengan teknik wawancara. Selanjutnya data dianalisis dengan metode agih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep nama kuliner khas Karo dibagi menjadi lima kategorisasi, yakni pertama konsep nama kuliner khas Karo yang digunakan pada pesta perkawinan, kedua konsep nama kliner khas Karo yang digunakan pada pesta tahunan, ketiga konsep nama kuliner khas Karo yang digunakan setelah panen, keempat konsep nama kuliner khas Karo yang digunakan pada acara memasuki rumah baru, dan kelima konsep nama kuliner khas Karo yang digunakan pada acara kematian. Setelah dikategorisasikan data dianalisis dengan teknik parafrase untuk memperlihatkan perbedaan makna yang terdapat pada data tersebut. makna peralatan dapur dibentuk oleh elemen makna asali SESUATU, KARENA, SESEORANG, ADA, dan INGIN. \u0000This research discusses the concept of the unique culinary name of Karo with the study of natural semantic metallicasa. The background of this research is the study using natural semantic metallicasa theory in the noun word class is still very minimal studied by linguists. In particular the Karo language has never been studied by linguists. This study aims to analyze the concept of the unique culinary name of Karo in a semantic natural meta-text. The research data were obtained from native speakers of Karo language with interview techniques. Then the data is analyzed by the method of distribution. The results showed that the concept of a typical Karo culinary name was divided into five categorizations, namely the first concept of a typical Karo culinary name used at a wedding, secondly the concept of a Karo-typical clinical name used at an annual party, the three concepts of a Karo-type culinary name used after harvest, the four concepts of Karo distinctive names used in the event entering a new home, and the five concepts of Karo distinctive names used at the death event. After categorizing the data, it is analyzed by paraphrasing techniques to show the different meanings contained in the data. the meaning of kitchen utensils is formed by the original meaning elements SOMETHING, BECAUSE, SOMEONE, THERE, and WANT. \u0000 ","PeriodicalId":339972,"journal":{"name":"Talenta Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts (LWSA)","volume":"40 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-10-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115402291","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Indonesia saat ini sedang mengalami gejolak politik yang sangat panas. Banyak mahasiswa dari berbagai Universitas di Indonesia turun ke jalan untuk mengaspirasikan bentuk rasa kekecewaannya terhadap DPR yang dengan sesuka hatinya mengeluarkan peraturan yang cukup kontroversial. Ada begitu banyak sindiran atau sarkasme yang ditulis oleh para mahasiswa di kala mereka melakukan demonstrasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bentuk-bentuk sarkasme yang mahasiswa tulis di dalam demonstrasi mereka dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Analisis ini dilakukan dengan mengambil beberapa bentuk-bentuk tulisan dari demonstrasi mahasiswa yang memprotes RUU yang dikeluarkan oleh DPR untuk diketahui bagaimana bentuk dari bahasa sarkasme yang mereka gunakan. Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan Teori Elizabeth Camp, ada terdapat 32 gambar yang menunjukkan sarkasme proposisi, 12 gambar yang menunjukkan sarkasme leksikal, dan terdapat 9 gambar yang menunjukkan sarkasme ilokusi dari 53 gambar yang didapat. Berdasarkan hasil penelitian, para mahasiswa banyak menggunakan gambar dengan jenis sarkasme proposisi untuk mengungkapkan aspirasi mereka. Indonesia is currently experiencing a very hot political upheaval. Many students from various universities in Indonesia took to the streets to aspire to their dissatisfaction with the House of Representatives, which as they pleased issued quite controversial regulations. There were so many sarcasm or sarcasm written by the students when they demonstrated. This study aims to analyze the forms of sarcasm that students write in their demonstrations using qualitative descriptive methods. This analysis was carried out by taking several written forms from student demonstrations protesting the bill issued by the DPR to find out what form of sarcasm they used. From the results of research conducted using the Elizabeth Camp Theory, there are 32 images that show propositional sarcasm, 12 images that show lexical sarcasm, and there are 9 pictures that show illocutionary sarcasm from 53 images obtained. Based on the results of the study, many students use images with a propositional type of sarcasm to express their aspirations.
{"title":"Bahasa Sarkasme dalam Tulisan Demonstrasi Mahasiswa terhadap DPR : Tinjauan Pragmatik","authors":"Min Adlina, Mulyadi, Eddy Setia","doi":"10.32734/LWSA.V3I2.892","DOIUrl":"https://doi.org/10.32734/LWSA.V3I2.892","url":null,"abstract":"Indonesia saat ini sedang mengalami gejolak politik yang sangat panas. Banyak mahasiswa dari berbagai Universitas di Indonesia turun ke jalan untuk mengaspirasikan bentuk rasa kekecewaannya terhadap DPR yang dengan sesuka hatinya mengeluarkan peraturan yang cukup kontroversial. Ada begitu banyak sindiran atau sarkasme yang ditulis oleh para mahasiswa di kala mereka melakukan demonstrasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bentuk-bentuk sarkasme yang mahasiswa tulis di dalam demonstrasi mereka dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Analisis ini dilakukan dengan mengambil beberapa bentuk-bentuk tulisan dari demonstrasi mahasiswa yang memprotes RUU yang dikeluarkan oleh DPR untuk diketahui bagaimana bentuk dari bahasa sarkasme yang mereka gunakan. Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan Teori Elizabeth Camp, ada terdapat 32 gambar yang menunjukkan sarkasme proposisi, 12 gambar yang menunjukkan sarkasme leksikal, dan terdapat 9 gambar yang menunjukkan sarkasme ilokusi dari 53 gambar yang didapat. Berdasarkan hasil penelitian, para mahasiswa banyak menggunakan gambar dengan jenis sarkasme proposisi untuk mengungkapkan aspirasi mereka. \u0000Indonesia is currently experiencing a very hot political upheaval. Many students from various universities in Indonesia took to the streets to aspire to their dissatisfaction with the House of Representatives, which as they pleased issued quite controversial regulations. There were so many sarcasm or sarcasm written by the students when they demonstrated. This study aims to analyze the forms of sarcasm that students write in their demonstrations using qualitative descriptive methods. This analysis was carried out by taking several written forms from student demonstrations protesting the bill issued by the DPR to find out what form of sarcasm they used. From the results of research conducted using the Elizabeth Camp Theory, there are 32 images that show propositional sarcasm, 12 images that show lexical sarcasm, and there are 9 pictures that show illocutionary sarcasm from 53 images obtained. Based on the results of the study, many students use images with a propositional type of sarcasm to express their aspirations.","PeriodicalId":339972,"journal":{"name":"Talenta Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts (LWSA)","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-10-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123996587","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Idiom dikonstruksi dari berbagai macam makna kata, ada yang terbentuk dari kata yang terkait indra perasa, anggota tubuh, angka, warna, tumbuhan, binatang dan benda-benda alam. Dalam penelitian kali ini memfokuskan pada Idiom yang terbentuk dari kata ‘air’ (mizu). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui makna leksikal dan makna idiomatikal dari Idiom yang mengandung kata mizu serta mencari tahu gaya bahasa yang terkandung dalam makna idiomatikalnya. Data diambil dari buku referensi kumpulan Idiom bahasa Jepang 101 Japanese Idioms dan website dictionary.goo.ne.jp. Hasilnya menunjukkan terdapat sebelas idiom yang menggunakan kata mizu yang memiliki perbedaan dan hubungan antara makna leksikal dan makna idiomatikalnya. Selanjutnya terdapat makna idiomatikal yang ditunjukkan dengan enam gaya bahasa metafora, yaitu水に燃えたつ蛍 (mizu ni moetatsu hotaru), 水を割る(mizu o waru),水と油(mizu to abura)、水清ければ魚棲まず (mizukiyokerebauosumazu), 水清ければ月宿る(mizu kiyokereba tsukiyadoru), 水積もりて魚聚まる(mizu tsumorite sakana atsumaru). Tiga gaya bahasa metonimi yaitu 水が開く(mizu ga aku), 水が入る (mizu ga hairu),水に流す(mizu ni nagasu). Dua gaya bahasa sinekdoke水が出る (mizu ga deru), 水が合わない (mizu ga awanai). Idioms are formed from various words, some are formed from the senses of taste, part of body, colors, numbers, animals, plants and natural objects. In this study the focus is on idioms that are formed from the word 'water' (mizu). This research is a qualitative research that aims to find out the lexical and idiomatic meanings of idioms containing the word mizu and find out the figure of speech contained in the idiom. Data is taken from the Japanese Idiom reference book 101 Japanese Idioms & dictionary.goo.ne.jp website. The results of this study indicate there are eleven idioms that use the word mizu which have differences and relationships between lexical meanings and idiomatic meanings. Furthermore, there are idiomatic meanings which are indicated by the six Metaphorical styles, namely水に燃えたつ蛍 (mizu ni moetatsu hotaru), 水を割る(mizu o waru),水と油(mizu to abura)、水清ければ魚棲まず (mizukiyokerebauosumazu), 水清ければ月宿る(mizu kiyokereba tsukiyadoru), 水積もりて魚聚まる(mizu tsumorite sakana atsumaru). Three metonymy styles are水が開く(mizu ga aku), 水が入る (mizu ga hairu),水に流す(mizu ni nagasu). The two styles of the sinekdoke are水が出る (mizu ga deru), 水が合わない (mizu ga awanai).
成语是由单词的各种含义构成的,有些是由感觉、肢体、数字、颜色、植物、动物和自然物体相关的单词构成的。在这项研究中,重点是“水”(mizu)这个成语。这项研究是一项定性研究,目的是确定包含mizu这个习语的词汇意义和词义,并找出词义的词义。资料来自日语习语101日语词典和网站词典。结果表明,有11个习语使用mizu这个词,词汇意义和传统意义之间有区别和联系。接下来有idiomatikal对六个比喻的意义,即水に燃えたつ蛍(mizu ni moetatsu hotaru),水を割る(mizu o黑桃),水と油(mizu to abura)、水清ければ魚棲まず(mizukiyokerebauosumazu),水清ければ月宿る(mizu kiyokereba tsukiyadoru),水積もりて魚聚まる(mizu tsumorite sakana atsumaru)。三个metonimi语言风格,即水が開く(mizu ga我),水が入る(mizu ga hairu),水に流す(mizu ni nagasu)。两种语言风格sinekdoke水が出る(mizu ga),水的咆哮が合わない(mizu ga awanai)。这些术语有不同的意思,有些是来自于味道、身体的一部分、颜色、数字、动物、植物和自然对象的感官。在这个研究中,集中在一个词上,这个词来自水。这个研究是一项有价值的研究,这个研究允许我们找出词典和习语的意思,并找出包含在习语中的语言图形。数据来自日本习语手册101日本习语和词典。这种研究的结果有11个习语,使用mizu这个词,lexical meanings和diomatic meings之间有不同的关系。Furthermore,有些idiomatic meanings顺便说一下这是indicated六Metaphorical风格,namely水に燃えたつ蛍(mizu ni moetatsu hotaru),水を割る(mizu o黑桃),水と油(mizu to abura)、水清ければ魚棲まず(mizukiyokerebauosumazu),水清ければ月宿る(mizu kiyokereba tsukiyadoru),水積もりて魚聚まる(mizu tsumorite sakana atsumaru)。三个metonymy风格是水が開く(mizu ga我),水が入る(mizu ga hairu),水に流す(mizu ni nagasu)。两个风格》sinekdoke是水が出る(mizu ga),水的咆哮が合わない(mizu ga awanai)。
{"title":"Analisis Makna Idiom Bahasa Jepang dengan Unsur Air (Mizu)","authors":"N. Ainun, Mulyadi, Mhd. Pujiono","doi":"10.32734/LWSA.V3I2.898","DOIUrl":"https://doi.org/10.32734/LWSA.V3I2.898","url":null,"abstract":"Idiom dikonstruksi dari berbagai macam makna kata, ada yang terbentuk dari kata yang terkait indra perasa, anggota tubuh, angka, warna, tumbuhan, binatang dan benda-benda alam. Dalam penelitian kali ini memfokuskan pada Idiom yang terbentuk dari kata ‘air’ (mizu). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui makna leksikal dan makna idiomatikal dari Idiom yang mengandung kata mizu serta mencari tahu gaya bahasa yang terkandung dalam makna idiomatikalnya. Data diambil dari buku referensi kumpulan Idiom bahasa Jepang 101 Japanese Idioms dan website dictionary.goo.ne.jp. Hasilnya menunjukkan terdapat sebelas idiom yang menggunakan kata mizu yang memiliki perbedaan dan hubungan antara makna leksikal dan makna idiomatikalnya. Selanjutnya terdapat makna idiomatikal yang ditunjukkan dengan enam gaya bahasa metafora, yaitu水に燃えたつ蛍 (mizu ni moetatsu hotaru), 水を割る(mizu o waru),水と油(mizu to abura)、水清ければ魚棲まず (mizukiyokerebauosumazu), 水清ければ月宿る(mizu kiyokereba tsukiyadoru), 水積もりて魚聚まる(mizu tsumorite sakana atsumaru). Tiga gaya bahasa metonimi yaitu 水が開く(mizu ga aku), 水が入る (mizu ga hairu),水に流す(mizu ni nagasu). Dua gaya bahasa sinekdoke水が出る (mizu ga deru), 水が合わない (mizu ga awanai). \u0000Idioms are formed from various words, some are formed from the senses of taste, part of body, colors, numbers, animals, plants and natural objects. In this study the focus is on idioms that are formed from the word 'water' (mizu). This research is a qualitative research that aims to find out the lexical and idiomatic meanings of idioms containing the word mizu and find out the figure of speech contained in the idiom. Data is taken from the Japanese Idiom reference book 101 Japanese Idioms & dictionary.goo.ne.jp website. The results of this study indicate there are eleven idioms that use the word mizu which have differences and relationships between lexical meanings and idiomatic meanings. Furthermore, there are idiomatic meanings which are indicated by the six Metaphorical styles, namely水に燃えたつ蛍 (mizu ni moetatsu hotaru), 水を割る(mizu o waru),水と油(mizu to abura)、水清ければ魚棲まず (mizukiyokerebauosumazu), 水清ければ月宿る(mizu kiyokereba tsukiyadoru), 水積もりて魚聚まる(mizu tsumorite sakana atsumaru). Three metonymy styles are水が開く(mizu ga aku), 水が入る (mizu ga hairu),水に流す(mizu ni nagasu). The two styles of the sinekdoke are水が出る (mizu ga deru), 水が合わない (mizu ga awanai).","PeriodicalId":339972,"journal":{"name":"Talenta Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts (LWSA)","volume":"29 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-10-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133020420","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Artikel ini bertujuan guna meneliti dan mendiskripsikan kontruksi kausatif bahasa dalam Gayo. Pada awalnya dideskripsikan kausatif dalam bahasa Gayo dan disesuaikan berdasarkan makna pada Bahasa Indonesia dan akan diuraikan berdasarkan fungsi sintaksis. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Data penelitian diperoleh dengan metode lapangan mencakup elisitasi secara langsung, perekaman, wawancara dengan ketua adat serta orang tertua didesa tersebut dan pengecekan elisitasi. Lebih lanjut, instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah daftar tanyaan. Menggunakan konsep Penguasaan serta Pengikatan guna memperjelas perilalu verba dan tipe konstruksi kausatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam membentuk konstruksi kausatif verba intransitive sehingga menjadi verba transitif, dua jenis verba lain (transitif dan ditransitif tidak berubah kategorinya. konstruksi kausatif terdiri atas monoklausa dan biklausa. Kausatif monoklausa dibentuk verba intransitif dan verba transitif' berobjek refleksif dan bermakna tindakan, kausatif biklausa dibentuk verba transitif dan ditransitif. This article aims to research and describe the causative construction of language in Gayo. Initially, it was described as causative in Gayo and adjusted based on the meaning in Indonesian and will be described based on syntactic functions. This research uses a descriptive method. The research data were obtained by field methods including direct elicitation, recording, interviews with traditional leaders and the oldest people in the village and checking elicitation. Furthermore, the instrument used in this study was a list of questions. Uses the concepts of Mastery and Binding to clarify verb behavior and types of causative constructs. The results showed that in forming the causative construction of intransitive verbs so that they became transitive verbs, two other types of verbs (transitive and transitive did not change their categories. Causative constructs consisted of monoclauses and biclauses. Monoclausal causative forms were intransitive verbs and transitive verbs "were reflexive and meaningful in action. causative biklausa is formed by transitive and transitive verbs.
{"title":"Konstruksi Kausatif dalam Bahasa Gayo","authors":"Mycellia Cempaka Mz, Mulyadi, Dardanila","doi":"10.32734/LWSA.V3I2.893","DOIUrl":"https://doi.org/10.32734/LWSA.V3I2.893","url":null,"abstract":"Artikel ini bertujuan guna meneliti dan mendiskripsikan kontruksi kausatif bahasa dalam Gayo. Pada awalnya dideskripsikan kausatif dalam bahasa Gayo dan disesuaikan berdasarkan makna pada Bahasa Indonesia dan akan diuraikan berdasarkan fungsi sintaksis. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Data penelitian diperoleh dengan metode lapangan mencakup elisitasi secara langsung, perekaman, wawancara dengan ketua adat serta orang tertua didesa tersebut dan pengecekan elisitasi. Lebih lanjut, instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah daftar tanyaan. Menggunakan konsep Penguasaan serta Pengikatan guna memperjelas perilalu verba dan tipe konstruksi kausatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam membentuk konstruksi kausatif verba intransitive sehingga menjadi verba transitif, dua jenis verba lain (transitif dan ditransitif tidak berubah kategorinya. konstruksi kausatif terdiri atas monoklausa dan biklausa. Kausatif monoklausa dibentuk verba intransitif dan verba transitif' berobjek refleksif dan bermakna tindakan, kausatif biklausa dibentuk verba transitif dan ditransitif. \u0000This article aims to research and describe the causative construction of language in Gayo. Initially, it was described as causative in Gayo and adjusted based on the meaning in Indonesian and will be described based on syntactic functions. This research uses a descriptive method. The research data were obtained by field methods including direct elicitation, recording, interviews with traditional leaders and the oldest people in the village and checking elicitation. Furthermore, the instrument used in this study was a list of questions. Uses the concepts of Mastery and Binding to clarify verb behavior and types of causative constructs. The results showed that in forming the causative construction of intransitive verbs so that they became transitive verbs, two other types of verbs (transitive and transitive did not change their categories. Causative constructs consisted of monoclauses and biclauses. Monoclausal causative forms were intransitive verbs and transitive verbs \"were reflexive and meaningful in action. causative biklausa is formed by transitive and transitive verbs.","PeriodicalId":339972,"journal":{"name":"Talenta Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts (LWSA)","volume":"36 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-10-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122248924","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui jejak PAN yang ada pada Prasasti Sitopayan 1 dan Sitpayan 2 serta untuk mengetahui keberlanjutan BMK yang telah disebutkan dalam penulisan prasasti tersebut. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan studi LHK. Pengumpulan data diperoleh melalui penelitian lapangan yang berupa sumber tertulis. Sumber tertulis tersebut berupa Prasasti Sitopayan 1 dan Sitopayan 2 yang sudah dialih aksara serta dialih bahasakan. Setelah semua data terkumpul lalu dianalisis untuk menyelesaikan permasalahan penelitian. Tahap analisis dilakukan dengan membandingkan beberapa kata dalam BMK dan bahasa Melayu dengan kamus PAN terkait perubahan makna kata. Dari hasil analisis ditemukan beberapa kata dasar pada penulisan Prasasti Sitopayan 1 dan Sitopayan 2 yang menggunakan BMK yang merupakan turunan dari PAN. Adapun kata-kata tersebut di antaranya kata babwat (pewarisan inovasi), kata sātap yang terbentuk dari dua kata yaitu sa dan atap (terjadi pewarisan linear dan inovasi), kata itu (apokop). Selain itu ditemukan juga kata sandang pu yang juga merupakan turunan dari PAN (pewarisan linear). Selain kata-kata yang merupakan turunan dari PAN, juga ditemukan beberapa kata serapan berbahasa Sansekerta di antaranya kata tatkāla, bakas, brahala, biyara, dan (pa?)duka. The purpose of this study was to determine the PAN traces that exist on the Sitopayan 1 and Sitpayan 2 inscriptions and to determine the sustainability of the BMK mentioned in the inscription writing. The method used is descriptive qualitative with LHK studies. Data collection was obtained through field research in the form of written sources. The written sources are in the form of Sitopayan 1 and Sitopayan 2 inscriptions which have been translated and translated. After all the data has been collected, it is analyzed to solve the research problem. The analysis stage is carried out by comparing several words in BMK and Malay with the PAN dictionary related to changes in the meaning of words. From the analysis, it was found that some basic words were found in the writing of the Sitopayan 1 and Sitopayan 2 inscriptions using BMK which is a derivative of PAN. The words include the word babwat (innovation inheritance), the word sātap which is formed from two words, namely sa and roof (linear inheritance and innovation occurs), that word (apokop). Apart from that, we also found the article pu which is also a derivative of PAN (linear inheritance). Apart from words derived from PAN, several Sanskrit loanwords are also found, including the words tatkāla, bakas, brahala, biyara, and (pa?)duka.
本研究的目的是确定Sitpayan 1和Sitpayan 2铭文上的PAN痕迹,并了解铭文中提到的BMK的持续性。采用的方法是与LHK研究的定性描述。通过书面资源的实地研究获得的数据收集。这些文字的来源包括已经被文字和语言所取代的Sitopayan 1和Sitopayan 2石碑。收集所有数据并分析以解决研究问题。分析阶段是将BMK和马来语中的一些单词与相关单词含义的变化进行比较。根据分析,我们发现了一些关于以s开头的Sitopayan 1和Sitopayan 2铭文的词根。至于这些话在其中babwat(继承创新),字由两个词组成的sā踢踏舞sa和屋顶(线性发生继承和创新),这个词(apokop)。它还发现了sandang pu这个词,它也是PAN(线性遗产)的衍生品。除了这句话的是潘的衍生品,也发现了一些外来词在其中说梵语词tatkāla, bakas brahala biyara,悲伤(pa ?)。这项研究的目的是确定在答题纸上存在的问题1和Sitpayan 2的存在,并确定BMK在答题纸上的支持性。使用的方法是与LHK研究的可读性描述。数据收集是通过现场研究在书面材料中获得的。written sources are in form of Sitopayan 1和Sitopayan 2的条目中已经被记录下来。在收集了所有的数据之后,它是对研究问题的分析。分析是通过比较在BMK和马来语中的几个词和一个泛相关的词典来确定的。从分析中,我们发现了一些基本的词在Sitopayan 1和Sitopayan 2的文字中使用的是泛态BMK。《word babwat无以言表include(创新inheritance),《字sā敲打哪种is formed from二号无以言表,namely sa屋顶(inheritance线性和创新occurs),那个词(apokop)。相反,我们还发现了同样的泛谱衍生品。潘从无以言表derived from分开,好几个Sanskrit loanwords也发现,在内的是无以言表tatkāla, bakas brahala biyara,悲伤和(pa) ?。
{"title":"Jejak Bahasa Proto Austronesia dan Keberlanjutan Bahasa Melayu Kuno pada Penulisan Prasasti Sitopayan 1 dan Sitopayan 2","authors":"Churmatin Nasoichah, Dwi Widayati, Mulyadi","doi":"10.32734/LWSA.V3I2.879","DOIUrl":"https://doi.org/10.32734/LWSA.V3I2.879","url":null,"abstract":"Tujuan penelitian ini untuk mengetahui jejak PAN yang ada pada Prasasti Sitopayan 1 dan Sitpayan 2 serta untuk mengetahui keberlanjutan BMK yang telah disebutkan dalam penulisan prasasti tersebut. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan studi LHK. Pengumpulan data diperoleh melalui penelitian lapangan yang berupa sumber tertulis. Sumber tertulis tersebut berupa Prasasti Sitopayan 1 dan Sitopayan 2 yang sudah dialih aksara serta dialih bahasakan. Setelah semua data terkumpul lalu dianalisis untuk menyelesaikan permasalahan penelitian. Tahap analisis dilakukan dengan membandingkan beberapa kata dalam BMK dan bahasa Melayu dengan kamus PAN terkait perubahan makna kata. Dari hasil analisis ditemukan beberapa kata dasar pada penulisan Prasasti Sitopayan 1 dan Sitopayan 2 yang menggunakan BMK yang merupakan turunan dari PAN. Adapun kata-kata tersebut di antaranya kata babwat (pewarisan inovasi), kata sātap yang terbentuk dari dua kata yaitu sa dan atap (terjadi pewarisan linear dan inovasi), kata itu (apokop). Selain itu ditemukan juga kata sandang pu yang juga merupakan turunan dari PAN (pewarisan linear). Selain kata-kata yang merupakan turunan dari PAN, juga ditemukan beberapa kata serapan berbahasa Sansekerta di antaranya kata tatkāla, bakas, brahala, biyara, dan (pa?)duka. \u0000The purpose of this study was to determine the PAN traces that exist on the Sitopayan 1 and Sitpayan 2 inscriptions and to determine the sustainability of the BMK mentioned in the inscription writing. The method used is descriptive qualitative with LHK studies. Data collection was obtained through field research in the form of written sources. The written sources are in the form of Sitopayan 1 and Sitopayan 2 inscriptions which have been translated and translated. After all the data has been collected, it is analyzed to solve the research problem. The analysis stage is carried out by comparing several words in BMK and Malay with the PAN dictionary related to changes in the meaning of words. From the analysis, it was found that some basic words were found in the writing of the Sitopayan 1 and Sitopayan 2 inscriptions using BMK which is a derivative of PAN. The words include the word babwat (innovation inheritance), the word sātap which is formed from two words, namely sa and roof (linear inheritance and innovation occurs), that word (apokop). Apart from that, we also found the article pu which is also a derivative of PAN (linear inheritance). Apart from words derived from PAN, several Sanskrit loanwords are also found, including the words tatkāla, bakas, brahala, biyara, and (pa?)duka.","PeriodicalId":339972,"journal":{"name":"Talenta Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts (LWSA)","volume":"52 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-10-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133431478","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini berjudul “Penguasaan Kata Negasi dalam Bahasa Mandarin pada Mahasiswa Program Studi Bahasa Mandarin FIB Universitas Sumatera Utara”. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan kata negasi dalam bahasa Mandarin yang mudah dan sulit dikuasai oleh mahasiswa. Metodelogi yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Data pada penelitian ini adalah kalimat negasi dengan sumber data primer yaitu mahasiswa program studi Bahasa Mandarin FIB USU Tahun Ajaran 2018/2019. Teknik pengumpulan data berupa tes dan observasi. Selanjutnya data dianalisis dengan metode padan. Teknik yang digunakan dalam analisis data yaitu teknik pilah unsur penentu dan teknik hubung banding menyamakan. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori Behaviorisme Watson dengan menerapkan prinsip kebaruan (recency principle), dan prinsip keseringan (frequency principle). Hasil penelitian ini yaitu, (1) kata negasi yang mudah dikuasai oleh mahasiswa adalah 不 (bù), 没 (méi), 不要 (bú yào), 不用 (bú yòng), 别 (bié), 无 (wú) dan 非 (fēi), dan negasi yang sulit dikuasai oleh mahasiswa adalah 未 (wèi). Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan pembelajaran kalimat negasi khususnya kalimat negasi dalam bahasa Mandarin dengan menerapkan prinsip Behaviorisme.
{"title":"Penguasaan Kata Negasi dalam Bahasa Mandarin pada Mahasiswa Program Studi Bahasa Mandarin Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara","authors":"D. Siregar, Gustianingsih, Bahagia Tarigan","doi":"10.32734/LWSA.V3I2.882","DOIUrl":"https://doi.org/10.32734/LWSA.V3I2.882","url":null,"abstract":"Penelitian ini berjudul “Penguasaan Kata Negasi dalam Bahasa Mandarin pada Mahasiswa Program Studi Bahasa Mandarin FIB Universitas Sumatera Utara”. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan kata negasi dalam bahasa Mandarin yang mudah dan sulit dikuasai oleh mahasiswa. Metodelogi yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Data pada penelitian ini adalah kalimat negasi dengan sumber data primer yaitu mahasiswa program studi Bahasa Mandarin FIB USU Tahun Ajaran 2018/2019. Teknik pengumpulan data berupa tes dan observasi. Selanjutnya data dianalisis dengan metode padan. Teknik yang digunakan dalam analisis data yaitu teknik pilah unsur penentu dan teknik hubung banding menyamakan. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori Behaviorisme Watson dengan menerapkan prinsip kebaruan (recency principle), dan prinsip keseringan (frequency principle). Hasil penelitian ini yaitu, (1) kata negasi yang mudah dikuasai oleh mahasiswa adalah 不 (bù), 没 (méi), 不要 (bú yào), 不用 (bú yòng), 别 (bié), 无 (wú) dan 非 (fēi), dan negasi yang sulit dikuasai oleh mahasiswa adalah 未 (wèi). Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan pembelajaran kalimat negasi khususnya kalimat negasi dalam bahasa Mandarin dengan menerapkan prinsip Behaviorisme.","PeriodicalId":339972,"journal":{"name":"Talenta Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts (LWSA)","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-10-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122903781","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini menganalisis predikat kompleks bahasa Batak Toba dengan menggunakan teori X-bar. Data diperoleh dari hasil wawancara dengan penutur asli bahasa Batak Toba. Selanjutnya data dianalisis dengan metode agih. Dari hasil penelitian ditemukan beberapa kaidah, yakni FI = Spes + V + V + Prep, FI = Spes + Prep + V + V, FI = Spes + V + V + N.. Kaidah pertama terbentuk dari verba verba yang diikuti oleh preposisi, kaidah kedua tebentuk dari spesifier + preposisi + dan diikuti oleh predikat kompleks, serta kaidah ketiga terbentuk dari spesifier yang diikuti oleh predikat kompleks dan diakhiri dengan nomina. This study analyzes the complex predicate of the Toba Batak language using the X-bar theory. Data obtained from interviews with native speakers of the Toba Batak language. Furthermore, the data were analyzed by using the agih method. From the results of the research, several rules were found, namely FI = Spes + V + V + Prep, FI = Spes + Prep + V + V, FI = Spes + V + V + N .. The first rule is formed from a verb followed by a preposition, The second rule is formed from a specifier + preposition + and is followed by a complex predicate, and the third rule is formed from a specifier followed by a complex predicate and ending with a noun.
这项研究使用x射线理论分析了巴塔克多巴复杂语言的谓语。数据来自对母语为巴塔克人的采访。然后通过a采集方法分析数据。根据研究发现的一些代码,FI = Spes + V + V + Prep, FI = Spes + Prep + V + V, FI = Spes + V + V + N..第一个法典是由动词和介词构成的,然后是介词+介词+,然后是复数介词,第三法典是特殊性的,然后是复数谓语,以名词结尾。这个流浪汉多巴study analyzes情结predicate》用的语言X-bar理论。获得数据从本地interviews和巴塔克多巴language之扬声器。Furthermore,《数据是用偏analyzed agih方法。从研究的结果来看,several rules发现了,namely FI = Spes + V + V + Prep, FI = Spes + V + V + V, FI = Spes + V + V + N ..第一个规则是由一个介词形成的,第二个规则是由一个介词+ pre介词+跟随的,第三条规则是由一个先入为主的综合体跟随的。
{"title":"Predikat Komples Bahasa Batak Toba","authors":"Desima Sipapaga, Mulyadi","doi":"10.32734/LWSA.V3I2.881","DOIUrl":"https://doi.org/10.32734/LWSA.V3I2.881","url":null,"abstract":"Penelitian ini menganalisis predikat kompleks bahasa Batak Toba dengan menggunakan teori X-bar. Data diperoleh dari hasil wawancara dengan penutur asli bahasa Batak Toba. Selanjutnya data dianalisis dengan metode agih. Dari hasil penelitian ditemukan beberapa kaidah, yakni FI = Spes + V + V + Prep, FI = Spes + Prep + V + V, FI = Spes + V + V + N.. Kaidah pertama terbentuk dari verba verba yang diikuti oleh preposisi, kaidah kedua tebentuk dari spesifier + preposisi + dan diikuti oleh predikat kompleks, serta kaidah ketiga terbentuk dari spesifier yang diikuti oleh predikat kompleks dan diakhiri dengan nomina. \u0000This study analyzes the complex predicate of the Toba Batak language using the X-bar theory. Data obtained from interviews with native speakers of the Toba Batak language. Furthermore, the data were analyzed by using the agih method. From the results of the research, several rules were found, namely FI = Spes + V + V + Prep, FI = Spes + Prep + V + V, FI = Spes + V + V + N .. The first rule is formed from a verb followed by a preposition, The second rule is formed from a specifier + preposition + and is followed by a complex predicate, and the third rule is formed from a specifier followed by a complex predicate and ending with a noun.","PeriodicalId":339972,"journal":{"name":"Talenta Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts (LWSA)","volume":"5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-10-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134549933","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latifah Yusri Nasution, Suci Audina Sihotang, T. Sinar, Nurlela
Dalam cerita anak terkandung nilai-nilai yang mampu membangun karakter anak. Nilai ini dapat dimengerti oleh anak dengan penggunaan bahasa yang sederhana. Aspek gramatikal dideskripsikan untuk melihat tata bahasa yang digunakan dalam cerita anak. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian adalah cerita anak Loly Takut Bertanya karya Rudi Cahyono. Data berupa aspek gramatikal dalam cerita anak. Penelitian ini menggunakan teori Halliday dan Hasan tentang analisis kohesi dalam wacana dari aspek gramatikal, yaitu referensi, substitusi, elipsis, dan konjungsi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam cerita anak Loly Takut Bertanya keempat aspek gramatikal sesuai teori yang digunakan ditemukan dalam cerita tersebut, dan di antara keempat aspek tersebut peggunaan referensi lebih dominan. Penggunaan keempat aspek gramatikal tersebut dalam bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh anak-anak. Hal ini karena pengarang menyesuaikan penggunaan bahasa dengan kemampuan anak dalam menganalisis klausa. Anak-anak dalam kehidupan sehari-hari menggunakan klausa sederhana ketika berkomunikasi. In children's stories contained values that are able to build children's character. This value can be understood by children with the use of simple language. Grammatical aspects are described to see the grammar used in children's stories. This research is a qualitative descriptive study. The source of the research data is the children’s stories of Loly Takut Bertanya by Rudi Cahyono. Data in the form of grammatical aspects in children's stories. This study uses Halliday and Hasan's theory of cohesion analysis in discourse from grammatical aspects, namely reference, substitution, ellipsis, and conjunction. The results of this study indicate that in children's stories of Loly Takut Bertanya all four grammatical aspects according to the theory used are found in the story, and among these four aspects the use of references is more dominant. The use of the four grammatical aspects in language that is simple and easily understood by children. This is because the author adjusts language use to the child's ability to analyze clauses. Children in everyday life use simple clauses when communicating.
{"title":"Analisis Aspek Gramatikal dalam Cerita Anak Loly Takut Bertanya Karya Rudi Cahyono","authors":"Latifah Yusri Nasution, Suci Audina Sihotang, T. Sinar, Nurlela","doi":"10.32734/LWSA.V3I2.888","DOIUrl":"https://doi.org/10.32734/LWSA.V3I2.888","url":null,"abstract":"Dalam cerita anak terkandung nilai-nilai yang mampu membangun karakter anak. Nilai ini dapat dimengerti oleh anak dengan penggunaan bahasa yang sederhana. Aspek gramatikal dideskripsikan untuk melihat tata bahasa yang digunakan dalam cerita anak. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian adalah cerita anak Loly Takut Bertanya karya Rudi Cahyono. Data berupa aspek gramatikal dalam cerita anak. Penelitian ini menggunakan teori Halliday dan Hasan tentang analisis kohesi dalam wacana dari aspek gramatikal, yaitu referensi, substitusi, elipsis, dan konjungsi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam cerita anak Loly Takut Bertanya keempat aspek gramatikal sesuai teori yang digunakan ditemukan dalam cerita tersebut, dan di antara keempat aspek tersebut peggunaan referensi lebih dominan. Penggunaan keempat aspek gramatikal tersebut dalam bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh anak-anak. Hal ini karena pengarang menyesuaikan penggunaan bahasa dengan kemampuan anak dalam menganalisis klausa. Anak-anak dalam kehidupan sehari-hari menggunakan klausa sederhana ketika berkomunikasi. \u0000In children's stories contained values that are able to build children's character. This value can be understood by children with the use of simple language. Grammatical aspects are described to see the grammar used in children's stories. This research is a qualitative descriptive study. The source of the research data is the children’s stories of Loly Takut Bertanya by Rudi Cahyono. Data in the form of grammatical aspects in children's stories. This study uses Halliday and Hasan's theory of cohesion analysis in discourse from grammatical aspects, namely reference, substitution, ellipsis, and conjunction. The results of this study indicate that in children's stories of Loly Takut Bertanya all four grammatical aspects according to the theory used are found in the story, and among these four aspects the use of references is more dominant. The use of the four grammatical aspects in language that is simple and easily understood by children. This is because the author adjusts language use to the child's ability to analyze clauses. Children in everyday life use simple clauses when communicating.","PeriodicalId":339972,"journal":{"name":"Talenta Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts (LWSA)","volume":"169 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-10-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115915223","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini membahas konstruksi posesif pada tatanan kalimat bahasa Simalungun. Lebih jauh lagi, artikel ini akan membahas jenis konstruksi posesif serta hubungan yang terjadi antara pemilik/possessor selanjutnya disebut PR dan yang dimiliki/possessum selanjutnya disebut PM pada kalimat tersebut. Data diambil dari kalimat-kalimat yang mengandung konstruksi posesif dari Cerita Rakyat dalam Buku Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Simalungun “Sinalsal” Siswa Sekolah Dasar dengan teknik baca catat. Metode yang digunakan dalam tahap analisis data adalah metode agih dan metode padan. Metode ini digunakan untuk menentukan jenis konstruksi posesif dan hubungan yang terjadi antara PR dan PM. Penelitian ini menunjukkan bahwa unsur pemilik dalam bahas Simalungun ditandai dengan penggunaan kata ganti nama (disebut hata panggasihi goranan) maupun kata ganti pemilik (disebut hata panggasihi simadasi/simada: empunya, tuannya, pemiliknya). Dalam bahasa Simalungun, kata ganti nama atau pronomina persona tidak membedakan gender seperti halnya dalam bahasa Inggris. Penelitian ini kemudian membuktikan bahwa tipe hubungan antara PR dan PM dalam bahasa Simalungun adalah berupa hubungan kekerabatan atau partuturan dan hubungan kepemilikan atau simadasi. This research discusses possessive construction on the Simalungun sentence structure. Furthermore, this article will discusses the type of possessive construction and the relationship between the owner/possessor hereinafter referred to as PR and possessed/possessum hereinafter referred to as PM in the sentence. Data are taken from sentences containing possessive construction from folklore contained in "Sinalsal" The Local Content Textbook of Simalungun for Elementary School Students with note reading techniques. The method used in the data analysis stage is the aggregate method and the equivalent method. These method are used to determine the type of possessive construction and the relationships between PR and PM. The research shows the element of owner in Simalungun was marked by the use of pronouns (called hata panggasihi goranan) or the pronouns of owner (called hata panggasihi simadasi/simada: owner, master, the owner). In Simalungun, pronouns or personal pronouns do not distinguish gender as in English. This research proves that the type of relationship between PR and PM in Simalungun is in the form of kinship or partuturan relations and ownership or simadasi relations.
{"title":"Konstruksi Posesif dalam Bahasa Simalungun","authors":"Nisa Azhari Saragih, Mulyadi, Rudy Sofyan","doi":"10.32734/LWSA.V3I2.896","DOIUrl":"https://doi.org/10.32734/LWSA.V3I2.896","url":null,"abstract":"Penelitian ini membahas konstruksi posesif pada tatanan kalimat bahasa Simalungun. Lebih jauh lagi, artikel ini akan membahas jenis konstruksi posesif serta hubungan yang terjadi antara pemilik/possessor selanjutnya disebut PR dan yang dimiliki/possessum selanjutnya disebut PM pada kalimat tersebut. Data diambil dari kalimat-kalimat yang mengandung konstruksi posesif dari Cerita Rakyat dalam Buku Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Simalungun “Sinalsal” Siswa Sekolah Dasar dengan teknik baca catat. Metode yang digunakan dalam tahap analisis data adalah metode agih dan metode padan. Metode ini digunakan untuk menentukan jenis konstruksi posesif dan hubungan yang terjadi antara PR dan PM. Penelitian ini menunjukkan bahwa unsur pemilik dalam bahas Simalungun ditandai dengan penggunaan kata ganti nama (disebut hata panggasihi goranan) maupun kata ganti pemilik (disebut hata panggasihi simadasi/simada: empunya, tuannya, pemiliknya). Dalam bahasa Simalungun, kata ganti nama atau pronomina persona tidak membedakan gender seperti halnya dalam bahasa Inggris. Penelitian ini kemudian membuktikan bahwa tipe hubungan antara PR dan PM dalam bahasa Simalungun adalah berupa hubungan kekerabatan atau partuturan dan hubungan kepemilikan atau simadasi. \u0000This research discusses possessive construction on the Simalungun sentence structure. Furthermore, this article will discusses the type of possessive construction and the relationship between the owner/possessor hereinafter referred to as PR and possessed/possessum hereinafter referred to as PM in the sentence. Data are taken from sentences containing possessive construction from folklore contained in \"Sinalsal\" The Local Content Textbook of Simalungun for Elementary School Students with note reading techniques. The method used in the data analysis stage is the aggregate method and the equivalent method. These method are used to determine the type of possessive construction and the relationships between PR and PM. The research shows the element of owner in Simalungun was marked by the use of pronouns (called hata panggasihi goranan) or the pronouns of owner (called hata panggasihi simadasi/simada: owner, master, the owner). In Simalungun, pronouns or personal pronouns do not distinguish gender as in English. This research proves that the type of relationship between PR and PM in Simalungun is in the form of kinship or partuturan relations and ownership or simadasi relations.","PeriodicalId":339972,"journal":{"name":"Talenta Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts (LWSA)","volume":"65 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-10-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114632212","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}