Teks Deskriptif dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013. Teks deskripsi dalam pembelajaran bahasa Indonesia dilaksanakan dengan menerapkan prinsip bahwa (1) bahasa hendaknya dipandang sebagai teks, bukan semata-mata kumpulan kata-kata atau kaidah-kaidah kebahasaan, (2) penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan bentuk-bentuk kebahasaan untuk mengungkapkan makna, (3) bahasa bersifat fungsional, yaitu penggunaan bahasa yang tidak pernah dapat dilepaskan dari konteks karena dalam bentuk bahasa yang digunakan itu tercermin ide, sikap, nilai, dan ideologi penggunanya, dan (4) bahasa merupakan sarana pembentukan kemampuan berpikir manusia. Sehubungan dengan prinsip-prinsip itu, perlu disadari bahwa di dalam teks deskripsi terdapat struktur tersendiri yang satu sama lain berbeda. Sementara itu, dalam struktur teks deskripsi tercermin struktur berpikir. Dengan demikian, makin banyak jenis teks yang dikuasai siswa, makin banyak pula struktur berpikir yang dapat digunakannya dalam kehidupan sosial dan akademiknya nanti. Hanya dengan cara itu, siswa kemudian dapat mengonstruksi ilmu pengetahuannya melalui kemampuan mengobservasi, mempertanyakan, mengasosiasikan, menganalisis, dan menyajikan hasil analisis secara memadai.
{"title":"TEKS DESKRIPTIF DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KURIKULUM 2013","authors":"Stanislaus Hermaditoyo","doi":"10.36928/jpkm.v10i2.178","DOIUrl":"https://doi.org/10.36928/jpkm.v10i2.178","url":null,"abstract":"Teks Deskriptif dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013. Teks deskripsi dalam pembelajaran bahasa Indonesia dilaksanakan dengan menerapkan prinsip bahwa (1) bahasa hendaknya dipandang sebagai teks, bukan semata-mata kumpulan kata-kata atau kaidah-kaidah kebahasaan, (2) penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan bentuk-bentuk kebahasaan untuk mengungkapkan makna, (3) bahasa bersifat fungsional, yaitu penggunaan bahasa yang tidak pernah dapat dilepaskan dari konteks karena dalam bentuk bahasa yang digunakan itu tercermin ide, sikap, nilai, dan ideologi penggunanya, dan (4) bahasa merupakan sarana pembentukan kemampuan berpikir manusia. Sehubungan dengan prinsip-prinsip itu, perlu disadari bahwa di dalam teks deskripsi terdapat struktur tersendiri yang satu sama lain berbeda. Sementara itu, dalam struktur teks deskripsi tercermin struktur berpikir. Dengan demikian, makin banyak jenis teks yang dikuasai siswa, makin banyak pula struktur berpikir yang dapat digunakannya dalam kehidupan sosial dan akademiknya nanti. Hanya dengan cara itu, siswa kemudian dapat mengonstruksi ilmu pengetahuannya melalui kemampuan mengobservasi, mempertanyakan, mengasosiasikan, menganalisis, dan menyajikan hasil analisis secara memadai.","PeriodicalId":355721,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio","volume":"49 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121065905","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Frederik M Gasa, Radityo Widiatmojo, Asih Zunaidah, Nisrin Husna
Adaptasi lintas budaya merupakan sebuah proses penyesuaian yang panjang untuk medapatkan kenyamanan ketika berada di lingkungan baru dan beragam. Mahasiswa Manggarai, Flores (Provinsi Nusa Tenggara Timur) yang tinggal di Malang memiliki karakteristik identitas yang berbeda dan hal ini mempengaruhi proses interaksi dan adaptasi dengan penduduk setempat. Komunikasi yang dibangun antara mahasiswa dan penduduk setempat ini tidak dapat dipahami tanpa mempelajari langkah-langkah dasar dalam proses adaptasi lintas budaya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan paradigma interpretif dengan maksud dapat memperoleh pemahaman mendalam dari sudut pandang mahasiswa Manggarai dalam adaptasinya dengan penduduk setempat. Penelitian ini pada akhirnya bertujuan untuk berkontribusi pada studi komunikasi antar budaya di Indonesia, terutama untuk memahami dan memperdalam komunikasi antara budaya masyarakat dari luar daerah dan masyarakat setempat.
{"title":"STRATEGI ADAPTASI SOSIAL BUDAYA MAHASISWA MANGGARAI DI MALANG PASCA KONFLIK TAHUN 2015","authors":"Frederik M Gasa, Radityo Widiatmojo, Asih Zunaidah, Nisrin Husna","doi":"10.36928/jpkm.v11i2.150","DOIUrl":"https://doi.org/10.36928/jpkm.v11i2.150","url":null,"abstract":"Adaptasi lintas budaya merupakan sebuah proses penyesuaian yang panjang untuk medapatkan kenyamanan ketika berada di lingkungan baru dan beragam. Mahasiswa Manggarai, Flores (Provinsi Nusa Tenggara Timur) yang tinggal di Malang memiliki karakteristik identitas yang berbeda dan hal ini mempengaruhi proses interaksi dan adaptasi dengan penduduk setempat. Komunikasi yang dibangun antara mahasiswa dan penduduk setempat ini tidak dapat dipahami tanpa mempelajari langkah-langkah dasar dalam proses adaptasi lintas budaya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan paradigma interpretif dengan maksud dapat memperoleh pemahaman mendalam dari sudut pandang mahasiswa Manggarai dalam adaptasinya dengan penduduk setempat. Penelitian ini pada akhirnya bertujuan untuk berkontribusi pada studi komunikasi antar budaya di Indonesia, terutama untuk memahami dan memperdalam komunikasi antara budaya masyarakat dari luar daerah dan masyarakat setempat.","PeriodicalId":355721,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio","volume":"60 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123186532","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
This study aims at investigatingthe types ofdiscourse markersused in Psychology department students’ conversations in Muria Kudus University based on the theory of discourse markers proposed by Schriffrin (1987). To shed a light on this topic, it is recommended to investigate the level of the appropriacy ofthe discourse markers used by the students. The study used descriptive qualitative approach in the form of discourse analysis. The researchers were interested in analyzing it because in some cases, when the students want to express their ideas in conversation, they unfortunately sometimes do not know how to respond to speaker’s question especially if they doubt or are confused what to say. There were 8 students who became the subjects of the study. They conducted the conversations in pairs for 20 minutes for each.The result of the research indicates that seven types discourse markers were identified in the students’ conversation, they were discourse marker and (47 times), discourse marker but (8 times), discourse marker because (7 times), discourse marker so (6 times), discourse markers oh (38 times), discourse markers you know (6 times), discourse markers I mean (2 times). The students did not use discourse marker now, then, well.For the level of appropriacy, the total number of92 discourse markers were usedappropriately and 22 were usedinappropriately.Therefore, it can be inferred that the level of appropriacy of discourse markers used in the conversations was high
{"title":"THE APPROPRIACY OF DISCOURSE MARKERS USED IN PSYCHOLOGY DEPARTMENT STUDENTS’ CONVERSATIONS","authors":"Dina NovitaWijayanti, Fatmawati","doi":"10.36928/jpkm.v11i2.160","DOIUrl":"https://doi.org/10.36928/jpkm.v11i2.160","url":null,"abstract":"This study aims at investigatingthe types ofdiscourse markersused in Psychology department students’ conversations in Muria Kudus University based on the theory of discourse markers proposed by Schriffrin (1987). To shed a light on this topic, it is recommended to investigate the level of the appropriacy ofthe discourse markers used by the students. The study used descriptive qualitative approach in the form of discourse analysis. The researchers were interested in analyzing it because in some cases, when the students want to express their ideas in conversation, they unfortunately sometimes do not know how to respond to speaker’s question especially if they doubt or are confused what to say. There were 8 students who became the subjects of the study. They conducted the conversations in pairs for 20 minutes for each.The result of the research indicates that seven types discourse markers were identified in the students’ conversation, they were discourse marker and (47 times), discourse marker but (8 times), discourse marker because (7 times), discourse marker so (6 times), discourse markers oh (38 times), discourse markers you know (6 times), discourse markers I mean (2 times). The students did not use discourse marker now, then, well.For the level of appropriacy, the total number of92 discourse markers were usedappropriately and 22 were usedinappropriately.Therefore, it can be inferred that the level of appropriacy of discourse markers used in the conversations was high","PeriodicalId":355721,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio","volume":"7 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132559885","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Efektivitas Modul Sistem Pencernaan Berbasis Nature of Science (NOS) Dalam Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas modul sistem pencernaan berbasis NOS dalam meningkatkan keterampilan proses sains (KPS) siswa SMA. Aspek KPS yang diukur, yakni mengamati, mengajukan hipotesis, merancang percobaan dan menginterpretasi data. Penelitian experimentalquasi ini menggunakan rancangan penelitian control group pretest-posttest design. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara multistage random sampling. Sampel penelitian ini adalah 30 siswa kelas XI MIA 2 sebagai kelas eksperimen dan 30 siswa kelas XI MIA 1 sebagai kelas kontrol pada SMA Pangudi Luhur Santu Yosef Surakarta tahun ajaran 2016/2017. Efektivitas modul dalam meningkatkan KPS dapat dilihat dari analisis uji Mann-Whitney dan rerata gain score dari nilai pretest dan posttest siswa dengan menggunakan instrument tes yang tervalidasi. Instrumen tes memiliki validasi isi sebesar 96,97%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, modul sistem pencernaan berbasis NOS efektif dalam meningkatkan KPS siswa pada kelas eksperimen. Hasil uji Mann-Whitney pada kelas eksperimen diperoleh -thitung sebesar -6,679 dengan probabilitas (p) sebesar 0,000 (p < 0,005), sehingga H0 ditolak. Hasil ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara nilai pretest dan posttest KPS siswa setelah penggunaan modul. Siswa pada kelas kontrol juga mengalami peningkata nilai KPS setelah pembelajaran, namun tidak sebesar pada kelas eksperimen. Efektivitas modul juga ditentukan oleh analisis gain score dari nilai pretest dan posttest KPS siswa. Rata-rata gain score pada kelas eksperimen sebesar 0,82 dengan kategori tinggi. Rata-rata gain score pada kelas kontrol sebesar 0,52 dengan kategori sedang. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa modul sistem pencernaan berbasis NOS terbukti efektif dalam meningkatkan KPS siswa.
{"title":"EFEKTIVITAS MODUL SISTEM PENCERNAAN BERBASIS NATURE OF SCIENCE (NOS) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA","authors":"Yosef Firman Narut","doi":"10.36928/jpkm.v10i2.177","DOIUrl":"https://doi.org/10.36928/jpkm.v10i2.177","url":null,"abstract":"Efektivitas Modul Sistem Pencernaan Berbasis Nature of Science (NOS) Dalam Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas modul sistem pencernaan berbasis NOS dalam meningkatkan keterampilan proses sains (KPS) siswa SMA. Aspek KPS yang diukur, yakni mengamati, mengajukan hipotesis, merancang percobaan dan menginterpretasi data. Penelitian experimentalquasi ini menggunakan rancangan penelitian control group pretest-posttest design. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara multistage random sampling. Sampel penelitian ini adalah 30 siswa kelas XI MIA 2 sebagai kelas eksperimen dan 30 siswa kelas XI MIA 1 sebagai kelas kontrol pada SMA Pangudi Luhur Santu Yosef Surakarta tahun ajaran 2016/2017. Efektivitas modul dalam meningkatkan KPS dapat dilihat dari analisis uji Mann-Whitney dan rerata gain score dari nilai pretest dan posttest siswa dengan menggunakan instrument tes yang tervalidasi. Instrumen tes memiliki validasi isi sebesar 96,97%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, modul sistem pencernaan berbasis NOS efektif dalam meningkatkan KPS siswa pada kelas eksperimen. Hasil uji Mann-Whitney pada kelas eksperimen diperoleh -thitung sebesar -6,679 dengan probabilitas (p) sebesar 0,000 (p < 0,005), sehingga H0 ditolak. Hasil ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara nilai pretest dan posttest KPS siswa setelah penggunaan modul. Siswa pada kelas kontrol juga mengalami peningkata nilai KPS setelah pembelajaran, namun tidak sebesar pada kelas eksperimen. Efektivitas modul juga ditentukan oleh analisis gain score dari nilai pretest dan posttest KPS siswa. Rata-rata gain score pada kelas eksperimen sebesar 0,82 dengan kategori tinggi. Rata-rata gain score pada kelas kontrol sebesar 0,52 dengan kategori sedang. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa modul sistem pencernaan berbasis NOS terbukti efektif dalam meningkatkan KPS siswa.","PeriodicalId":355721,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124402549","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Efektivitas Penggunaan Problem Based Learning dan Pembelajaran 5 M Terhadap Pemahaman Konsep Kimia. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perbedaan efektifitas model PBL dan pembelajaran 5 M pada materi asam – basa terhadap pemahaman konsep siswa kelas XI SMA Setia Bakti Ruteng. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu menggunakan desain nonequivalent control group design. Analisis yang digunakan yaitu ANAVA satu jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan efektifitas yang signifikan antara pembelajaran model PBL dengan pembelajaran 5 M ditinjau dari pemahaman konsep siswa kelas XI SMA Setia Bakti Ruteng.
{"title":"EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING DAN PEMBELAJARAN 5 M TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP KIMIA","authors":"Ricardus Jundu, Anti Kolonial Prodjosantoso","doi":"10.36928/jpkm.v10i2.169","DOIUrl":"https://doi.org/10.36928/jpkm.v10i2.169","url":null,"abstract":"Efektivitas Penggunaan Problem Based Learning dan Pembelajaran 5 M Terhadap Pemahaman Konsep Kimia. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perbedaan efektifitas model PBL dan pembelajaran 5 M pada materi asam – basa terhadap pemahaman konsep siswa kelas XI SMA Setia Bakti Ruteng. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu menggunakan desain nonequivalent control group design. Analisis yang digunakan yaitu ANAVA satu jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan efektifitas yang signifikan antara pembelajaran model PBL dengan pembelajaran 5 M ditinjau dari pemahaman konsep siswa kelas XI SMA Setia Bakti Ruteng.","PeriodicalId":355721,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio","volume":"37 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128717404","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Dari sisi negatif, perkembangan teknologi informasi telah menciptakan permasalahan sosial yang cukup tinggi di kalangan orang muda Indonesia. Hal ini terjadi, selain karena tingkat literasi media yang masih rendah, juga disebabkan karena fasilitas pendidikan yang berbasis berpikir kritis belum terintegrasi secara baik. Padahal, salah satu potensi yang dimiliki oleh orang muda termasuk siswa sekolah menengah pertama adalah kemampuan untuk berpikir kritis. Mengingat hal ini, dengan belajar dari negara-negara maju, salah satu cara untuk menghindari siswa dan masyarakat dari dampak buruk penggunaan media sosial adalah upaya mengintegrasikan pendidikan berbasis berpikir kritis dalam kurikulum sekolah menengah. Dengan adanya pendidikan berbasis berpikir kritis siswa dapat memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk memecahkan berbagai permasalahan sosial, yang salah satu disebabkan karena penggunaan media sosial yang tidak kritis. Banyak penelitian menegaskan tentang pentingnya pendidikan berbasis berpikir kritis ini untuk diintegrasikan ke dalam sistem kurikulum, konten materi, dan pelaksanaan pembelajaran di kelas. Untuk membantu pemangku kepentingan pendidikan dalam mengintegrasikannya, maka perlu rekonstruksi gagasan tentang pendidikan berbasis berpikir kritis ini. Adapun metode rekonstruksi gagasan, selain didasarkan pada kenyataan faktual mengenai kondisi riil pembelajaran di tengah perkembangan teknologi informasi digital, juga berdasarkan pada hasil penelusuran terhadap berbagai literatur yang berkaitan erat dengan pentingnya pendidikan berbasis berpikir kritis.
{"title":"REKONSTRUKSI PENDIDIKAN BERBASIS BERPIKIR KRITIS (PBBK) DALAM MENYIKAPI PERMASALAHAN SOSIAL AKIBAT PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL PADA KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH PERTAMA","authors":"Marianus Mantovanny Tapung, Marselus Ruben Payong","doi":"10.36928/jpkm.v11i2.152","DOIUrl":"https://doi.org/10.36928/jpkm.v11i2.152","url":null,"abstract":"Dari sisi negatif, perkembangan teknologi informasi telah menciptakan permasalahan sosial yang cukup tinggi di kalangan orang muda Indonesia. Hal ini terjadi, selain karena tingkat literasi media yang masih rendah, juga disebabkan karena fasilitas pendidikan yang berbasis berpikir kritis belum terintegrasi secara baik. Padahal, salah satu potensi yang dimiliki oleh orang muda termasuk siswa sekolah menengah pertama adalah kemampuan untuk berpikir kritis. Mengingat hal ini, dengan belajar dari negara-negara maju, salah satu cara untuk menghindari siswa dan masyarakat dari dampak buruk penggunaan media sosial adalah upaya mengintegrasikan pendidikan berbasis berpikir kritis dalam kurikulum sekolah menengah. Dengan adanya pendidikan berbasis berpikir kritis siswa dapat memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk memecahkan berbagai permasalahan sosial, yang salah satu disebabkan karena penggunaan media sosial yang tidak kritis. Banyak penelitian menegaskan tentang pentingnya pendidikan berbasis berpikir kritis ini untuk diintegrasikan ke dalam sistem kurikulum, konten materi, dan pelaksanaan pembelajaran di kelas. Untuk membantu pemangku kepentingan pendidikan dalam mengintegrasikannya, maka perlu rekonstruksi gagasan tentang pendidikan berbasis berpikir kritis ini. Adapun metode rekonstruksi gagasan, selain didasarkan pada kenyataan faktual mengenai kondisi riil pembelajaran di tengah perkembangan teknologi informasi digital, juga berdasarkan pada hasil penelusuran terhadap berbagai literatur yang berkaitan erat dengan pentingnya pendidikan berbasis berpikir kritis.","PeriodicalId":355721,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio","volume":"257 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125545925","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian tentang kahoot sebagai media pendukung berketekese dengan berbasis teknologi digital ini bertujuan untuk menemukan peluang media permainan online dalam usaha mengembangkan proses katekese yang berbasis teknologi digital. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan subyek penelitian para katekis. Sampel penelitian adalah para katekis paroki yang berkarya di dekenat Tangerang 1 dan 2. Pengumpulan data pendukung dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media yang digunakan oleh para ketekis di paroki dewasa ini sudah cukup beragam, yakni media berbasis non-IT dan berbasis IT. Pengunaan media dalam proses katekese dapat mengembangkan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam diri peserta secara maksimal. Berdasarkan hasil simulasi Kahoot, dapat ditarik kesimpulan bahwa Kahoot merupakan salah satu media alternatif dapat dimanfaatkan dalam proses berkatekese.
{"title":"KAHOOT SEBAGAI MEDIA PENDUKUNG DALAM BERKATESE DENGAN BERBASIS TEKNOLOGI DIGITAL","authors":"Kanisius Komsiah Dadi","doi":"10.36928/jpkm.v11i2.155","DOIUrl":"https://doi.org/10.36928/jpkm.v11i2.155","url":null,"abstract":"Penelitian tentang kahoot sebagai media pendukung berketekese dengan berbasis teknologi digital ini bertujuan untuk menemukan peluang media permainan online dalam usaha mengembangkan proses katekese yang berbasis teknologi digital. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan subyek penelitian para katekis. Sampel penelitian adalah para katekis paroki yang berkarya di dekenat Tangerang 1 dan 2. Pengumpulan data pendukung dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media yang digunakan oleh para ketekis di paroki dewasa ini sudah cukup beragam, yakni media berbasis non-IT dan berbasis IT. Pengunaan media dalam proses katekese dapat mengembangkan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam diri peserta secara maksimal. Berdasarkan hasil simulasi Kahoot, dapat ditarik kesimpulan bahwa Kahoot merupakan salah satu media alternatif dapat dimanfaatkan dalam proses berkatekese.","PeriodicalId":355721,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio","volume":"26 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114540230","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pola Asuh Yang Efektif Untuk Mendidik Anak Di Era Digital. Keluarga sebagai salah satu trisentra pendidikan merupakan tempat pendidikan yang pertama dan utama bagi pembentukan karakter anak. Keluarga sebagai locus pembentukan karakter anak perlu mengembangkan pola asuh atau pola interaksi yang edukatif dan efektif. Pola asuh yang dilakukan orang tua terhadap anak bertujuan untuk melayani kebutuhan fisik dan psikologis anak. Selain itu, pola asuh tersebut dapat diimplementasikan dalam bentuk sosialisasi norma-norma yang berlaku dalam masyarakat supaya anak-anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya. Pola asuh anak dalam keluarga terdiri dari empat (4) kategori, yaitu pola asuh otoriter, pola asuh permisif, pola asuh yang kurang memiliki tuntutan terhadap anak dan kurang responsif terhadap kebutuhan anak (orang uninvolved), pola asuh demokratis atau authoritative. Orang tua yang hebat harus terlibat dalam mendidik anak dengan pola asuh yang demokratis, positif, efektif, konstruktif dan transformatif. Orang tua harus mendidik anak bukan dengan kekerasan atau paksaan, tetapi memberi kebebasan dengan suatu kontrol yang ketat supaya anak bertumbuh dan berkembang secara positif dan baik. Pola asuh yang dibutuhkan pada era digital adalah pola asuh yang demokratis atau authoritative. Pola asuh ini berupaya membantu anak agar bersikap kritis terhadap pengaruh-pengaruh negative dari era digital. Oleh karena itu, orangtua harus mampu berperan untuk mendidik dan membimbing anak supaya menggunakan media digital untuk tujuan yang benar dan positif.
{"title":"POLA ASUH YANG EFEKTIF UNTUK MENDIDIK ANAK DI ERA DIGITAL","authors":"Stephanus Turibius Rahmat","doi":"10.36928/jpkm.v10i2.166","DOIUrl":"https://doi.org/10.36928/jpkm.v10i2.166","url":null,"abstract":"Pola Asuh Yang Efektif Untuk Mendidik Anak Di Era Digital. Keluarga sebagai salah satu trisentra pendidikan merupakan tempat pendidikan yang pertama dan utama bagi pembentukan karakter anak. Keluarga sebagai locus pembentukan karakter anak perlu mengembangkan pola asuh atau pola interaksi yang edukatif dan efektif. Pola asuh yang dilakukan orang tua terhadap anak bertujuan untuk melayani kebutuhan fisik dan psikologis anak. Selain itu, pola asuh tersebut dapat diimplementasikan dalam bentuk sosialisasi norma-norma yang berlaku dalam masyarakat supaya anak-anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya. Pola asuh anak dalam keluarga terdiri dari empat (4) kategori, yaitu pola asuh otoriter, pola asuh permisif, pola asuh yang kurang memiliki tuntutan terhadap anak dan kurang responsif terhadap kebutuhan anak (orang uninvolved), pola asuh demokratis atau authoritative. Orang tua yang hebat harus terlibat dalam mendidik anak dengan pola asuh yang demokratis, positif, efektif, konstruktif dan transformatif. Orang tua harus mendidik anak bukan dengan kekerasan atau paksaan, tetapi memberi kebebasan dengan suatu kontrol yang ketat supaya anak bertumbuh dan berkembang secara positif dan baik. Pola asuh yang dibutuhkan pada era digital adalah pola asuh yang demokratis atau authoritative. Pola asuh ini berupaya membantu anak agar bersikap kritis terhadap pengaruh-pengaruh negative dari era digital. Oleh karena itu, orangtua harus mampu berperan untuk mendidik dan membimbing anak supaya menggunakan media digital untuk tujuan yang benar dan positif.","PeriodicalId":355721,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio","volume":"27 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122041142","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna simbolis ekspresi budaya dalam film “Denias, Senandung di Atas Awan”. Penggunaan metode dan teknik Semiotik dari Roland Barthes dianggap mampu untuk mengungkap makna terutama berkaitan dengan ekspresi budaya yang ditampilkan dalam film tersebut baik berupa tanda verbal maupun tanda nonverbal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 4 (empat) ekspresi budaya, yakni (a) Tanda akil baliq bagi laki-laki melalui upacara pemasangan koteka yang selain sebagai tanda kesopanan juga sebaga tanda bagi laki-laki menuju arah pendewasaan; (b) Pemisahan rumah tinggal antara laki-laki dan perempuan sebagai tanda kemandirian; (c) Mitos suanggi, yaitu kepercayaan masyarakat setempat berkaitan dengan sosok menyeramkan dan dapat berubah wujud; d. Upacara berkabung yang ditandai dengan Potong jari yang dimaknai sebagai rasa kesedihan dan kehilangan mendalam, dan Mandi lumpur yang dimaknai sebagai cara menyucikan diri dari dosa
{"title":"MAKNA SIMBOLIS EKSPRESI BUDAYA DALAM FILM “DENIAS, SENANDUNG DI ATAS AWAN”","authors":"Fransiska Desiana Setyaningsih","doi":"10.36928/jpkm.v11i2.158","DOIUrl":"https://doi.org/10.36928/jpkm.v11i2.158","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna simbolis ekspresi budaya dalam film “Denias, Senandung di Atas Awan”. Penggunaan metode dan teknik Semiotik dari Roland Barthes dianggap mampu untuk mengungkap makna terutama berkaitan dengan ekspresi budaya yang ditampilkan dalam film tersebut baik berupa tanda verbal maupun tanda nonverbal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 4 (empat) ekspresi budaya, yakni (a) Tanda akil baliq bagi laki-laki melalui upacara pemasangan koteka yang selain sebagai tanda kesopanan juga sebaga tanda bagi laki-laki menuju arah pendewasaan; (b) Pemisahan rumah tinggal antara laki-laki dan perempuan sebagai tanda kemandirian; (c) Mitos suanggi, yaitu kepercayaan masyarakat setempat berkaitan dengan sosok menyeramkan dan dapat berubah wujud; d. Upacara berkabung yang ditandai dengan Potong jari yang dimaknai sebagai rasa kesedihan dan kehilangan mendalam, dan Mandi lumpur yang dimaknai sebagai cara menyucikan diri dari dosa","PeriodicalId":355721,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio","volume":"506 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123063223","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Masalah intolerasi dan politisasi agama tidak bisa dibaca sebagai masalah sesaat di tengah kemajemukan agama di Indonesia, intoleransi dan politisasi agama adalah masalah laten dan selalu rentan untuk meledak. Hal itu merupakan akibat dari prakondisi dasar bahwa setiap agama memiliki aspek dogmatis yang tidak bisa diganggu gugat, yang tidak bisa direlativisir dengan keberadaan agama lain dan tidak gampang didialogkan. Tugas kita adalah membangun tatanan hidup bersama yang aman dan damai secara berkelanjutan, bagaimana membuat masyarakat “melek pluralitas”, yang menerima fakta keberagaman secara apa adanya, sekolah sebagai wadah menerapkan amanat undang-undang tentang toleransi terhadap siswa yang berbeda agama, suku,ras atau golongan. Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan tehnik pengumpulan datanya melalui observasi, wawancara, angket dan studi dokumen. Analisis data menggunakan model B. Mathew Miles dan A. Michael Huberman yaitu reduksi data,penyajian data dan penarikan kesimpula/ verifikasi Hasil penelitian yaitu: Pertama, secara umum dalam perlakukan sehari-hari, tidak ditemukan adanya sikap diskriminatif. Kedua, semua sekolah dasar katolik di Kota Kupang mewajibkan semua siswanya untuk mengikuti pelajaran agama katolik. Ketiga, perlu dilakukan sosialisasi amanah Sisdiknas dan pendekatan persuasif oleh pemerintah agar sekolah dasar katolik se-Kota Kupang dapat merubah peraturan yang mewajibkan semua siswa mengikuti pembelajaran agama Katolik.
在印尼,宗教不容忍和政治化问题不能被视为一个暂时的问题,宗教不容忍和政治化是潜在的问题,总是很容易爆发。这是一个基本的做法的结果,即每一种宗教都有教条的一个不可侵犯的方面,不能与其他宗教的存在和不容易接触。我们的工作是建立一个安全、和平、可持续的共同生活秩序,如何使一个“文化多元化”的社会,接受多样性的事实,学校作为一个容器,对不同宗教、种族、种族或阶级的学生执行宽容的法律使命。本研究方法采用描述性质的方法,通过观察、采访、标签和文档研究来获取数据。基于B. Mathew Miles和A. Michael Huberman模型的数据分析,即数据还原、数据演示和结论验证研究结果:首先,在普通普通食品中,没有发现歧视性。其次,库邦市所有的天主教小学都要求所有的学生上天主教课。第三,需要通过社会化社会化和政府的说服手段,使库邦市天主教小学能够改变要求所有学生参加天主教学习的规定。
{"title":"PRAKTIK PENDIDIKAN AGAMA PADA SISWA-SISWI NON KATOLIK DI SEKOLAH DASAR KATOLIK SE-KOTA KUPANG","authors":"Fembrianus S. Tanggur, Yulsy M. Nitte","doi":"10.36928/jpkm.v11i2.162","DOIUrl":"https://doi.org/10.36928/jpkm.v11i2.162","url":null,"abstract":"Masalah intolerasi dan politisasi agama tidak bisa dibaca sebagai masalah sesaat di tengah kemajemukan agama di Indonesia, intoleransi dan politisasi agama adalah masalah laten dan selalu rentan untuk meledak. Hal itu merupakan akibat dari prakondisi dasar bahwa setiap agama memiliki aspek dogmatis yang tidak bisa diganggu gugat, yang tidak bisa direlativisir dengan keberadaan agama lain dan tidak gampang didialogkan. Tugas kita adalah membangun tatanan hidup bersama yang aman dan damai secara berkelanjutan, bagaimana membuat masyarakat “melek pluralitas”, yang menerima fakta keberagaman secara apa adanya, sekolah sebagai wadah menerapkan amanat undang-undang tentang toleransi terhadap siswa yang berbeda agama, suku,ras atau golongan. Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan tehnik pengumpulan datanya melalui observasi, wawancara, angket dan studi dokumen. Analisis data menggunakan model B. Mathew Miles dan A. Michael Huberman yaitu reduksi data,penyajian data dan penarikan kesimpula/ verifikasi Hasil penelitian yaitu: Pertama, secara umum dalam perlakukan sehari-hari, tidak ditemukan adanya sikap diskriminatif. Kedua, semua sekolah dasar katolik di Kota Kupang mewajibkan semua siswanya untuk mengikuti pelajaran agama katolik. Ketiga, perlu dilakukan sosialisasi amanah Sisdiknas dan pendekatan persuasif oleh pemerintah agar sekolah dasar katolik se-Kota Kupang dapat merubah peraturan yang mewajibkan semua siswa mengikuti pembelajaran agama Katolik.","PeriodicalId":355721,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio","volume":"27 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114413676","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}